You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN
Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak pembuluh darah di daerah
nasofaring yang secara histologik jinak, namun secara klinis bersifat seperti tumor
ganas karena mempunyai kemampuan mendekstruksi tulang dan meluas ke jaringan
sekitarnya. Tumor ini dapat meluas ke daerah sinus paranasal, pipi, mata, dan
tengkorak, serta sangat mudah menimbulkan perdarahan dan susah untuk dihentikan.
Tumor yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis
asenden atau arteri maksilaris interna. Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa
yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam dari fossa pterigoid. Setelah
mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi dan
orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak.
1,2

Angiofibroma nasofaring paling sering ditemukan pada anak lak-laki
prepubertas dan remaja, yang umumnya terdapat pada rentang usia 7 sampai 21 tahun
dengan insidens terbanyak antara usia 1-1! tahun. Angiofibroma nasofaring jarang
terjadi pada usia diatas 2" tahun sehingga tumor ini disebut juga Juvenile
Nasopharyngeal Angiofibroma. #stilah ju$enile tidak sepenuhnya tepat, karena
neoplasma ini kadang ditemukan juga pada pasien yang lebih tua. Juvenile
Nasopharyngeal Angiofibroma jarang ditemukan dan diperkirakan hanya %,%"& dari
seluruh tumor kepala dan leher. #nsiden angiofirboma nasofaring diperkirakan antara
1 ' ".%%%-(%.%%% pada pasien T)T.
1,2
*ejala klinik yang dapat ditemukan pada ju$enile angiofibroma nasofaring
dapat berupa hidung tersumbat +!%-,%&-, merupakan gejala yang paling sering,
diikuti epistaksis +"-(%&- yang kebanyakan unilateral dan rekuren, nyeri kepala
+2"&- khususnya bila sudah meluas ke sinus paranasal, pembengkakan .ajah +1%-
1!&-. *ejala lain seperti anosmia, rhinolalia, deafness, pembengkakan palatum serta
deformitas pipi juga dapat ditemukan pada penderita angiofibroma nasofaring.
Angiofibroma nasofaring sangat sulit untuk di palpasi, palpasi harus sangat hati-hati
karena sentuhan jari pada permukaan tumor dapat menimbulkan perdarahan yang
ekstensif.
1,2,/
1
0iagnosis angiofibroma nasofaring ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan radiologis. Trias gejala dan tanda klinis dari
tumor ini adalah epistaksis masif berulang, sumbatan hidung dan massa di nasofaring
sangat mendukung kecurigaan adanya angiofibroma nasofaring.
2,/
2
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Anatomi
1uang nasofaring yang relatif kecil mempunyai hubungan yang erat dengan
beberapa struktur yang secara klinis mempunyai arti penting. 2asofaring
berhubungan dengan rongga hidung di anterior melalui koana, dan orofaring di
bagian inferior melalui bagian terba.ah dari palatum molle. Sedangkan
di bagian superior dan posterior, nasofaring berhubungan dengan korpus $ertebra.
Tuba eustachius memasuki nasofaring di sebelah lateralnya, dan bagian superior dan
posterior muara tuba ini ditutupi oleh kartilago, yang disebut sebagai torus tubarius.
3ossa 1osenmuller +lateral dari resesus nasofaring- terletak di bagian superior dan
posterior torus tubarius dan merupakan predileksi dari karsinoma nasofaring. 4anyak
terdapat foramen kranial yang memba.a struktur saraf dan pembuluh darah penting
yang terletak di dekat nasofaring. 2asofaring diliputi oleh mukosa yang terdiri atas
epitel s5uamous kompleks atau epitel kolumner pseudokompleks.

Gambar 1. Anatomi nasofaring


/
II.2 Definisi
Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring yang secara
histologik jinak, secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasal,
pipi, mata dan tengkorak, serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.
1,"
Sebutan lain untuk angiofibroma di dalam literatur antara lain' juvenile
angiofibroma, juvenile nasopharyngeal angiofibroma (JNA), nasal cavity tumor,
nasal tumor, benign nasal tumor, tumor hidung +nose tumor-, nasopharyngeal tumor,
atau angiofibroma nasofaring belia.
6
II. Etio!ogi
6tiologi 72A masih belum jelas. 4erbagai teori banyak diajukan, salah
satunya adalah teori jaringan asal, yaitu pendapat bah.a tempat perlekatan spesifik
angiofibroma adalah di dinding posterolateral atap rongga hidung. 3aktor
ketidakseimbangan hormonal juga banyak dikemukakan sebagai penyebab dari tumor
ini, bah.a 72A berasal dari sex steroid-stimulated hamartomatous tissue yang
terletak di turbinate cartilage. 8engaruh hormonal yang dikemukakan ini dapat
menjelaskan mengapa beberapa 72A jarang terjadi +ber-involute- setelah masa remaja
+puberty-.
1,,(
II." Patogenesis
8ermukaan tumor dilapisi oleh mukosa yang diba.ahnya terdapat anyaman
pembuluh darah. 9assa tumor terdiri dari jaringan ikat padat dan gumpalan sel serta
terisi pembuluh $ena lebar yang menumpuk di bagian pinggir. Tumor ini tidak
bermetastasis tetapi dapat tumbuh mendesak, dapat mengin$asi orbita, sinus
paranasal, fossa pterigoid dan temporal atau ke ruang intrakranial. Tumor pertama
kali tumbuh di ba.ah mukosa di tepi sebelah posterior dan lateral koana di atap
nasofaring. Tumor akan tumbuh besar dan meluas diba.ah mukosa sepanjang atap

nasofaring, mencapai tepi posterior septum dan meluas ke arah ba.ah membentuk
tonjolan massa diatap rongga hidung posterior. 8erluasan ke arah anterior akan
mengisi rongga hidung, mendorong septum ke sisi kontralateral dan memipihkan
konka. 8ada perluasan kearah lateral, tumor melebar kearah foramen sfenopalatina,
masuk ke fisura pterigomaksila dan akan mendesak dinding posterior sinus maksila.
4ila meluas terus, akan masuk ke fossa intratemporal yang akan menimbulkan
benjolan di pipi, dan :rasa penuh; di .ajah. Apabila tumor mendorong salah satu
atau kedua bola mata maka akan tampak gejala yang khas pada .ajah, yang akan
disebut :muka kodok;.
1,2,7
8erluasan ke intrakranial dapat terjadi melalui fossa infratemporal dan
pterigomaksila masuk ke fossa serebri media. 0ari sinus ethmoid masuk ke fossa
serebri anterior atau dari sinus sfenoid ke sinus ka$ernosus dan fossa hipofise.
1
Gambar 2. Angifibroma nasofaring yang sudah dioperasi
II.# Ge$a!a %!ini%
*ejala yang sering ditemukan adalah sumbatan hidung yang progresif dan
epistaksis berulang yang masif. Timbul rinorea kronik diikuti gangguan penciuman,
rinolalia, dan anosmia. Tuli atau otalgia akibat oklusi pada tuba eustachius, dan
dapat terjadi otitis media. Sefalgia hebat terjadi bila tumor sudah meluas ke
intrakranial. 0apat pula menyebabkan deformitas pada muka, disfagi, proptosis dan
gangguan $isus. *ejala-gejala dini adalah kongesti dari sumbatan hidung dengan
disertai perdarahan. 8erdarahan ini kadang-kadang merupakan komplikasi berat.
7ika hal ini berlanjut suara menjadi sengau serta terhalangnya proses pernafasan dan
"
proses menelan. 8ada stadium lanjut timbul rasa nyeri dan sekret mukopurulen
yang bercampur darah disebabkan oleh adanya infeksi sekunder.
1,/,7

7ika pertumbuhan tumor makin membesar maka akan timbul .ajah seperti
Frog Face atau muka kodok yang terlihat jelas pada pasien, tulang maksilla
merenggang, tampak eksopthalmus yang menonjol kemudian sering disertai
:Aprosexsia; atau kurangnya kemampuan dalam konsentrasi dan rasa ngantuk.
",7
*ejala lanjut meningkat lebih berat sesuai dengan makin besarnya tumor,
hingga penyerapan jaringan tulang meningkat, kecuali jika tumor meluas ke luar
rongga hidung bahkan faring hingga ke rongga intrakranial.
7
II.6 Diagnosis
0iagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
seperti <-1ay, =T scan potongan a>ial, angiografi dan 91#. *ejala yang paling
sering ditemukan +?!%&- ialah hidung tersumbat yang progresif dan epistaksis
yang berulang dan masif, infeksi sekunder dapat terjadi pada ruangan di belakang
hidung akibat berkurangnya drainase di tempat tersebut.

*ejala-gejala lain
muncul tergantung dari luasnya tumor dan arah pembesarannya.
1,2
Gambar 2. 8enampang koronal =T scan potongan a>ial memperlihatkan adanya lesi
angiofibroma yang mengisi ca$um nasal kiri dan sinus ethmoid, memenuhi sinus
maksillaris dan menyebabkan de$iasi septum nasi ke kanan.
8ada pemeriksaan fisik secara rinoskopi posterior akan terlihat massa tumor
yang konsistensinya kenyal, .arnanya ber$ariasi dari abu-abu sampai merah muda.
(
4agian tumor yang terlihat di nasofaring biasanya diliputi oleh selaput lendir
ber.arna keunguan, sedangkan bagian yang meluas ke luar nasofaring ber.arna
putih atau abu-abu. 8ada usia muda .arnanya merah muda, pada usia yang lebih tua
.arnanya kebiruan, karena lebih banyak komponen fibromanya. 9ukosanya
mengalami hiper$askularisasi dan tidak jarang ditemukan adanya ulserasi.
1
@arena tumor sangat mudah berdarah, sebagai pemeriksaan penunjang
diagnosis dilakukan pemeriksaan radiologi kon$ensional =T scan serta pemeriksaan
arteriografi. 8ada pemeriksaan radiologi kon$ensional +foto kepala potongan lateral
dan posisi .aters- akan terlihat gambaran klasik yang disebut sebagai tanda
:)olman 9iller; yaitu pendorongan prosesus pterigoideus ke belakang, sehingga
fisura pterigopalatina melebar. Akan terlihat juga adanya massa jaringan lunak di
daerah nasofaring yang dapat mengerosi dinding orbita, arkus Aigoma dan tulang
disekitar nasofaring. 8ada pemeriksaan =T scan dengan Aat kontras akan tampak
secara tepat perluasan massa tumor serta destruksi tulang ke jaringan sekitarnya.
1,
8ada pemeriksaan arteriografi arteri karotis interna, akan memperlihatkan
$askularisasi tumor yang biasanya berasal dari cabang a. maksilla interna
homolateral. @adang-kadang juga sekaligus dilakukan embolisasi agar terjadi
trombosis intra$askular, sehingga $askularisasi berkurang dan akan mempermudah
pengangkatan tumor.
1,!
8emeriksaan patologi anatomik tidak dapat dilakukan, karena biopsi
merupakan kontraindikasi, sebab akan mengakibatkan perdarahan yang masif.
2
Gambar . *ambaran angiogram yang memperlihatkan adanya angifibroma
sebelum embolisasi.
7
Gambar ". *ambaran angiogram yang memperlihatkan adanya angifibroma
setelah embolisasi
Bntuk menentukan perluasan tumor, dibuat sistem staging. Ada 2 sistem
yang paling sering digunakan yaitu Sessions dan 3isch.
1,/,!
@lasifikasi menurut Sessions sebagai berikut '
- Stage #A ' Tumor terbatas pada nares posterior danCatau nasofaring
- Stage #4 ' Tumor melibatkan nares posterior danCatau
nasofaring dengan perluasan ke satu sinus paranasal.
- Stage ##A ' 8erluasan lateral minimal ke dalam fossa pterygomaksila.
- Stage ##4 ' 9engisi seluruh fossa pterygomaksila dengan atau tanpa erosi
ke tulang orbita.
- Stage ###A ' 9engerosi dasar tengkorakD perluasan intrakranial yang
minimal.
- Stage ###4 ' 8erluasan ke intrakranial dengan atau tanpa perluasan ke
dalam sinus ka$ernosus.
@lasifikasi menurut 3isch '
- Stage # ' Tumor terbatas pada ka$um nasi, nasofaring tanpa destruksi
tulang.
- Stage ## ' Tumor mengin$asi fossa pterygomaksila, sinus paranasal
dengan destruksi tulang.
!
- Stage ### ' Tumor mengin$asi fossa infra temporal, orbita danCatau
daerah parasellar sampai sinus ka$ernosus.
- Stage #E ' Tumor mengin$asi sinus ka$ernosus, chiasma optikum
danCatau fossa pituitary.
II.& Histo'ato!ogi
8ada pemeriksaan histopatologi angiofibroma nasofaring, ditemukan jaringan
fibrous yang matur yang terdiri dari berbagai ukuran pembuluh darah dengan dinding
yang tipis. 8embuluh darah tersebut dibatasi endotelium tetapi pada dinding
pembuluh darahnya sedikit mengandung elemen kontraktil otot yang normal. )al
inilah yang menyebabkan angiofibroma nasofaring mudah berdarah.
1,,!
Gambar #. *ambaran histopatologi angiofibroma nasofaring
II.( Penata!a%sanaan
Tindakan operasi merupakan pilihan utama selain terapi hormonal atau
radioterapi, namun ada buku yang menyebutkan bah.a tumor ini cenderung
mengalami regresi pada masa pubertas, jadi operasi diindikasikan jika ada komplikasi
akibat tumor ini seperti jika angiofibroma tumbuh membesar, menghalangi saluran
nafas atau menyebabkan epistaksis menahun.
1,
Fperasi tumor ini sendiri harus dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas
cukup, karena resiko perdarahan yang hebat. 4erbagai pendekatan operasi dapat
dilakukan sesuai dengan lokasi tumor dan perluasannya, seperti melalui
transpalatal, rinotomi lateral, rinotomi sublabial atau kombinasi dengan kraniotomi
,
bila sudah meluas ke intrakranial. Bntuk tumor yang sudah meluas ke jaringan
sekitarnya dan mendestruksi dasar tengkorak sebaiknya diberikan radioterapi
prabedah yakni dengan penanaman radium dan sinar rontgen yang dilanjutkan
dengan elektrokoagulasi atau dapat pula diberikan terapi hormonal meskipun
hasilnya tidak sebaik radioterapi.

8ada pemberian hormonal terapi menggunakan
testosterone receptor blocer flutamide didapatkan penurunan staging pada staging #
dan ## sebesar &.
/,!
8erlu dicatat bah.a pengangkatan tumor seringkali sulit dilakukan karena
tumor terbungkus dan menyusup ke dalam, sehingga setelah pengangkatan tumor
seringkali terjadi kekambuhan. =ara lain yang dapat digunakan yaitu embolisasi
+penyumbatan arteri dengan suatu bahan- yang bisa menyebabkan terbentuknya
jaringan parut pada tumor dan menghentikan perdarahan. 6mbolisasi dilakukan
dengan cara menyuntikkan suatu Aat ke dalam pembuluh darah untuk menyumbat
aliran darah yang melaluinya. 6mbolisasi efektif untuk mengatasi perdarahan hidung
dan tindakan ini bisa diikuti dengan pembedahan untuk mengangkat tumor.
(
II.& Prognosis
8rognosis lebih baik jika cepat diketahui dan segera di ekstirpasi serta lebih
menguntungkan jika umur diatas 2" tahun. 0engan kata lain, fibroma kecil yang
tidak memenuhi rongga nasofaring lebih muda diangkat daripada yang telah
memenuhi rongga nasofaring.
(
8ada kasus-kasus di mana pertumbuhan tumor dapat diatasi dengan
pambedahan dapat dikatakan memiliki prognosis yang baik. 4iasanya ini terjadi
pada pasien dengan usia yang lebih tua. 8ada kasus yang lain, terutama pada pasien
berusia lebih muda, tumor jenis ini dapat berkembang menjadi degenerasi yang ganas
dan memiliki prognosis yang buruk.
1
1%
BAB III
)ESIMPULAN
Angiofibroma nasofaring adalah suatu tumor jinak nasofaring yang secara
histologik jinak, secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya, seperti ke sinus paranasal,
pipi, mata dan tengkorak, serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.
Angiofibroma nasofaring khusus menyerang jenis kelamin laki-laki prepubertas dan
remaja.
6tiologi tumor ini masih belum jelas, ada dua teori yaitu teori asal jaringan
asal dan teori ketidakseimbangan hormonal.
Tumor pertama kali tumbuh di ba.ah mukosa di tepi sebelah posterior dan
lateral koana di atap nasofaring. Tumor akan tumbuh besar dan meluas diba.ah
mukosa sepanjang atap nasofaring, mencapai tepi posterior septum dan meluas ke
arah ba.ah membentuk tonjolan massa diatap rongga hidung posterior.
*ejala yang sering ditemukan adalah sumbatan hidung yang progresif dan
epistaksis berulang yang masif. *ejala-gejala lain muncul tergantung dari luasnya
tumor dan arah pembesarannya.
0iagnosis ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang
seperti >-foto polos, =T scan, angiografi atau 91#. Tindakan operasi merupakan
pilihan utama selain terapi hormonal atau radioterapi.
8ada kasus-kasus di mana pertumbuhan tumor dapat diatasi dengan
pambedahan dapat dikatakan memiliki prognosis yang baik.
11
DA*+A, PUS+A)A
1. 1oeAin A. 0harmabaktio S. Angiofibroma Nasofaring !elia. 0alam' Soepardi
A#2, editors' 4uku Ajar #lmu @esehatan Telinga )idung Tenggorok @epala
Geher. 6disi keenam. 3akultas @edokteran Bni$ersitas #ndonesia. 7akarta.
2%%7'1!!-1,%.
2. Asroel )A, Angiofibroma 2asofaring 4elia, h tt p 'C C li brary.usu. a c. id , diakses
tanggal 1" 9aret 2%1.
/. 9ansfield 6. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma" 7une 2(, 2%%(. A$ailable
from ' http'C....e m ed ic in e.co m Cm ed C top ic 27"!.htm. diakses 1" 9aret 2%1.
. Adam *. #enyait Nasofaring dan $rofaring" 0alam ' 6ffendi), Santoso
@, editors 4oeis. 4uku Ajar 8enyakit T)T, 7akarta' 6*=,1,,1'/22-/(.
". 9ansjoer A, Triyanti @,Sa$itri 1, Hardhani #H, Setio.ulan H. Angiofibroma
Nasofaring !elia" 0alam' @apita Selekta @edokteran, 7ilid 1. 7akarta.1,,,.111.
(. 8radhana 0. 2%%,. 7u$enile 2asopharyngeal Angiofibroma. 1eferat @epaniteraan
@linik #lmu 8enyakit T)T 3akultas @edokteran Bni$ersitas Trisakti. 7akarta.
7. )afni. )ajar Siti. Angiofibroma 2asofaring 4elia. 0epartemen #lmu 8enyakit
T)T-@G 3akultas @edokteran BSBC1SB8 ). Adam 9alik, 9edan. September
2%%".
!. 90. 7r. Iuinn. 3rancis. Juvenile Nasopharyngeal Angiofibroma %valuation and
&reatment , *rand 1ounds 8resentation. Bni$ersity of Te>as 9edical 4ranch
+BT94 )ealth-. Te>as BSA. 1, 0ecember 2%12.
12
1/

You might also like