2. Struktur otot (mikroskopis) + fungsi-fungsinya 3. Mekanisme kerja otot (kontraksi dn relaksasi) 4. Mekanisme cramp 5. Metabolisme di otot 6. Kinesiologi ekstremitas inferior STEP 7 : SINTESIS MASALAH 1. ANATOMI EKSTREMITAS INFERIOR. Ekstremitas inferior terutama berfungsi menyangga berat tubuh, mengatur gaya berat dan gerak tubuh. Beberapa otot yang bekerja pada ekstremitas inferior berorigo pada cingulum ekstremitas inferior, os sacrum dan columna vetebralis. Sehingga dalam pembicaraan mengenai ekstremitas inferior biasanya termasuk daerah-daerah peralihan antara truncus dan ekstremitas inferuor (misalnya regio glutea dan regio inguinalis). Ekstremitas inferior pada awalnya timbul sebagai kuncup kecil pada embrio sepanjang kira-kira 5mm, yaitu lebih kurang pada umur 4 minggu. Kuncup ekstremitas inferior dalam perkembangannya terletak agak posterior dari ekstremitas superior. Tiap kuncup ekstremitas inferior memanjang dengan urutan proksimodistalis (misalnya, regio cruris muncul lebih dahulu daripada regio pedis). Beberapa hari sesudah pertama kali ekstremitas inferior dapat terlihat, saraf-saraf tubuh di dalamnya dan kerangka serta otot- otot mengadakan diferensiasi. Tidak lam kemudian jari-jari kaki dapat dikenali. Ekstremitas inferior dapat dibagi menjadi beberapa regio, yaitu : regio femoris, regio glutea, regio genu termasuk fossa poplitea, regio cruris, dan regio pedis. a) Regio Femoris Anatomi permukaannya, adalah meliputi Spina Iliaka Anterior Superior mudah diraba pada orang kurus dan mungkin dapat terlihat. Trocanter major pada femur terletak selebar tangan di inferior krista iliaca. Patella membentuk suatu tonjolan yang jelas. Kedua condyly mediale et lateralis femores dapat teraba dengan mudah. Di beberapa tempat fascia superfisialis terbagi menjadi dua lapisan, di antara kedua lapisan ini berjalan vasa dan nervi superficialis. Kedua lapisan ini di regio inguinalis menebal dan disini lapisan yang lebih superficial melanjutkan diri sebagai fascia superficialis di abdomen. Lnn. Inguinalis superficisialis dan v. saphena magna juga berjalan di antara kedua lapisan fascia ini. Vv. Superfiscialis pada ekstremitas inferior bermuara pada v. Saphena magna et parva. Fascia profundus merupakan fascia yang kuat, padat, lebar dan membungkus otot-otot regio femoris laksana stocking ini melekat pada crista iliaka di lateral, ligamrntum inguinale di anterior, corpus dan ramus inferior ossis pubis serta ramus inferior ossis ischii dan tuber ischiadica di medial, juga ligamentum sacrotuberosum dan os sacrum di posterior. Di inferior fascia lata melekat pada patella, kedua condyli femoris dan kedua condyli tibiae, serta capitulum fibulae, kira-kira pada dua pertiga inferior regio femoris, ke arah profundus fascia lata membentuk septa intermusculares mediale et laterale menuju linea aspera. Dengan adanya kedua septa ini, maka regio femoris terbagi menjadi regio femoris ventralis dan dorsalis. Regio Femoris Ventralis, Dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok anterior dan kelompok anteromedial. Yang termasuk kelompok anterior adalah mm. Iliopsoas, quadriceps femoris et sartorius. Sedangkan yang termasuk kelompok anteromedial adalah mm. Pectineus, adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, gracilis et obturator eksternus. Kelompok otot anteromedial disebut juga kelompok obturator karena inervasinya berasal dari n. Obturatorius atau bisa juga di sebut kelompok adduktor karena sebagian besar bernama seperti itu. Trigonum Femorale, Setelah fascia lata disingkirkan, maka tampaklah trigonum femorale, suatu ruang berbentuk segitiga yang terdapat di sepertiga bagian superomedial region femoris ventralis. Ruang ini dibatasi di superior oleh lig. Inguinale, di medial oleh tepi medial m. adductor longus, dan di lateral oleh tepi medial m.sartorius. Dasarnya tidak berupa permukaan yang rata, tetapi berbentuk selokan dan dibentuk oleh mm. iliopsoas, pectineus dan adductor longus. Sebagai atapnya adalah fascia lata bersama fascia cribosa. Pada fascia superfiscialis yang berada di superfisial dari trigonum ini berjalan cabang-cabang superfisisal vasa femoralis, bagian superior v. Saphena magna, r. Femoris n. Genitofemoralis, n. Ilioinguinalis dan lnn. Inguinalis superfisisalis. Isi dari trigonum ini adalah a. Femoralis beserta cabang-cabangnya, v. Femoralis dengan vena yang bermuara ke dalamnya, nn. Femoralis et cutaneus femoris lateralis, r. Femoralis dibungkus oleh femoral sheat, suatu perluasan ke arah inferior dari fascia yang meliputi abdomen, yaitu fascia transversalis di anterior dan fascia iliaca di psterior. Dinding medial femoral sheat ditembus oleh v. Saphena magna dan pembuluh limfe, sedangkan dinding lateralnya oleh r. Femoralis n. Genitofemoralis. Femoral sheat berakhir sampai 4cm di inferior dari lig. Inguinale dan melanjutkan diri sebagai lapisan adventisia vasa femoralis. Selain membungkus vasa femoralis, femoral sheat juga membungkus kanalis femoralis, suatu saluran yang letaknya lebih medial daripada v. Femoralis. Isi canalis femoralis adalah pembungkus limfe dan jaringan lemak. Ujung superiornya yaitu annulus femoralis merupakan tempat yang terlebar. Batas-batas annulus femoralis adalah di lateral, v. Femoralis, di medial ligamentum lacunare, ramus superior ossis pubis dan m. Pectineus bersam fascianya. Annulus femoralis tertutup oleh septum femorale, yang merupakan jaringan lemak ekstra peritoneal. Septum femorale ditembus oleh pembuluh limfe yang menghubungkan lnn. Inguinalis profundi dengan lnn. Iliaci eksterni.
Regio femoris dorsalis, Otot-ototnya berorigo di tuber ischiadica, diinervasi oleh pars tibialis n. Ischiadicus dan berperan di dua articulationes, yaitu articulatio coxae et genu. Kelompok otot ini disebut otot-otot hamstring, terkecuali caput brevis m. Biseps femoris. Caput longus m. biseps femoris , m. semitendinosis, serta m. semimembranosus berfungsi dalam ekstensi articulation coxae dan fleksi articulation genu, sedangkan caput brevis m. bisceps femoris untuk fleksi articulation genu saja. Vasanya berupa Aa. Perforantes, yang merupakan cabang dari a. Profunda femoris, berada di regio ini setelah menembus m. Adductor magnus. Otot-otot di regio ini arterialisasinya terutama dari aa. Perforantes.
b) Regio Gluteal Regio glutea terutama ditempati oleh m. Gluteus maksimus, hanya bagian superolateralnya ditempati oleh m. Gluteus medius. SIAS dan SIPS serta crista iliaka dapat diraba. Crista iliaka terbentang antara SIAS dan SIPS, yang tergambarkan oleh lipatan kulit. Di antara kedua SIPS terdapat kedua sisi posterior os.sacrum. Processus spinosus vertebra sacralis II letaknya setinggi Sipsdan puncak crista iliaka terletak setinggi processus spinosus vetebra lumbalis IV. Ke arah inferomedial, tuberischiadica dapat diraba di profundus dari m. Glutea maximus. Fascia Superfisialis, di regio ini terdapat banyak lemak dan agak tebal, merupakan lanjutan daru fascia superfisialis abdomen, perineum dan regio femoris. Terdapat juga nn. Clunei superior, medius et inferior, rr. Cutanei lateralis n. subcostalis dan n. iliohypogastricus yang semuanya menginervasi kulit region glutea. Fascia Profundus, membungkus m. Gluteus maximus, melanjutkan diri ke anterior sebagai aponeurosis glutea di superficial dari m. gluteus medius dan membungkus m. tensor fasciae latae. Di sini lapisan profundusnya menyatu dengan capsula articularis coxae dan bagian posterior m. rectus femoris. Di inferior, aponeurosis glutea melanjutkan diri ke distal sebagai tractus iliotibialis, di superior melekat pada crista iliaca dan di posterior melekat pada lig. Sacrotuberosum, di tempat lain melanjutkan diri sebagai fascia lata. Otot-ototnya dibagi menjadi dua kelompok, yaitu mm. glutei et tensor fasciae latae dan mm. rotators lateralis. Yang termasuk kelompok pertam adalah mm. glutei maximus, medius, minimus et tensor fasciae latae, sedangkan yang tremasuk kelompok kedua adalah mm. piriformis, obturator internus, gamelli et quadratus femoris. M. Gluteus maximus berfungsi untuk ekstensi dan rotasi lateral articulatio coxae. M. gluteus medius untuk abduksi dan rotasi medial articulation coxae. M. gluteus minimus berfungsi juga untuk abduksi dan rotasi medial dari articulation coxae. M. tensor fascia lata untuk abduksi dan rotasi lateral articulation coxae, begitu juga dengan M. Piriformis, M. Obturator Internus, serta M. Gamelli, sedangkan pada M. Quadratus Femoris hanya untuk rotasi lateral articulation coxae.
c) Regio Genue Di posterior dari condylus lateralsi femoris ditemukan tendo insertio m. Biseps femoris. N. Peroneus communis dapat diraba membelok ke anterior pada capitulum fibulae. Dalam keadaan fleksi articulation genu maka tampaklah cekungan di bagian posterior genu, yaitu fossa poplitea. Anastomosis di sekitar regio genu dilakukan oleh arteri atau cabang dari arteri, yaitu aa. Genu superior et genu inferior yang merupakan cabang dari a. Poplitea. A. Genu descendens yang merupakan cabang dari a. Femoralis, r. Descendens a. Circumflexa femoris lateralis dan aa. Reccurens tibialis anterior et posterior. Inervasi saraf regio ini adalah oleh cabang-cabang dari nn. Femoralis, peroneus communis, tibialis et obturatorius. Fossa Poplitea, daerah yang berbentuk berlian ini terletak di bagian posterior region genu. Batas superiornya adalah m. Biseps femoris di lateral dan mm. Semitendinosus et semimembranosus di medial. Batas inferiornya adalah m. Plantaris dan caput laterale m. Gastorcnemius di lateral serta caput medial m. gastrocnemius di medialnya. Atapnya dibentuk oleh fascia profundus. Disini fascia profundusnya tipis, tetapi kuat dan melekat erat pada tendines otot-otot yang membatasi fossa ini, juga dinamakan fossa ppoplitea. Dasar fossa ini berturut-utrut dari anterior ke posterior adalah planum popliteum, lig. Popliteum obliqum dan fascia m. Popliteus. Fossa poplitea berisis nn. Peroneus comunis et tibialis, vasa poplitea, n. cutaneus femoris posterior, r. articularis n. obturatorius, akhir v. saphena parva, lnn.poplitea dan lemak. d) Regio Cruris Bagian paling inferior articulatio genu terletak setinggi kira-kira 1 cm di inferior dari apex patellae capitulum fibulae dan tuberositas tibiae letaknya sama tinggi, kira-kira 1 cm di inferior articulatio genu.Tuberositas tibiae dan margo anterior corpus tibiae terletak di subkutan. Malleolus medialis letaknya subkutan dan ujungnya lebih anterior dan superior daripada ujung Malleolus lateralis. Tendines insertiones mm.tibialis postrior et flexor digitorum longus dapat teraba di posterior dari malleolus medialis. Titik tertinggi articulatio talocruralis terletak kira-kira 1 cm di superior ujung malleolus medialis. N peroneus communis yang mengelilingi capitulum fibulae ke arah anterior dapat teraba pada m.biceps femoris dan fibula. Pulsasi a. tibialis posterior dapat diraba diantara malleolus medialis dan tendo calcaneus. Fascia Superficialis, Pada fascia superficialis terdapat vv.saphenae magna et parva dan nn.saphenus, peroneus superficialis, cutanei surae medialis et lateralis, suralis,cutaneus femoris posterior. Saraf yang menginervasi kulit bagian anteromedial regio cruris yaitu: N.Cutaneus Surae Medialis,N.Cutanae Surae Lateralis, N.Cutaneus Femoris Posterior. Fascia profundus, di regio ini yang dinamakan fascia cruris, merupakan lanjutan dari fascia lata. Fascia cruris melekat pada margines anterior et medialis corpus tibiae. Di bagian proximal sisis anterior regio ini, fascianya sangat tebal untuk origo otot-otot yang berada pada profundusnya. Meskipun fascia ini dibagian distal tipis,tetapi pada saat membentuk retinacula fascia ini menebal. Ke arah profundus,fascia cruris membentuk septum intermusculares anterior, yang melekat pada margo posterior corpus fibulae. Dengan adanya kedua septa,maka regio cruris dibagi menjadi tiga regions: regio cruris ventralis, yang diinervasi oleh N.peroneus profundus,regio cruris lateralis yang otot-ototnya diinervasi N.peroneus superficiallis dan regio cruris posterior terbagi lagi oleh fascia transversa profundus, yang terbentang antara margi medialis cirpus tibiae dan margo posterior corpus fibulae, menjadi dua lapisan sel otot: lapisan superficial dan profundus. Membrana interossea menghubungkan kedua margines interissei corpora tibiae et fibulae. Di inferior,fascia cruris melanjutkan diri sebagai fascia pedis dan kira-kira setinggi kedua malleoli,fascia cruris membentuk retinaculum muscolorum, extensorum,peroneorum et flexorum. Retinacula Musculorum. Di distal, fascia cruris menebal karena danya sabut- sabut transversal yang membentuk retinacula disekitar tendines insertiones otot- otot regio cruris. Terdapat lima retinacula, yaitu dianterior adalah retinacula musculorum extensorum superior et Inferior, di posteromedial adalah retinaculum musculorum flexorum dan di posterolateral adalah retinacula musculorum peroneorum superior et inferior. Regio Cruris Ventralis. Pada regio ini, otot-ototnya antara lain: mm.tibialis anterior, extensor hallucis longus,extensor digitorum longus et peroneus tertius. Fungsi otot-otot disini adalah untuk dorsoflexio articulatio talocruralis. Saraf-saraf di regio cruris ventralis, M,peroneus pfofundus yang merupakan cabang dari n.peroneus communis,berawal diantara collum fibulae dan m.peroneus longus. Kemudian menembus septum intermusculare anterior dan m.extensor digitorum longus untuk berada pada regio cruris ventralis bersama dengan arteri tibialis anterior. Saraf ini berjalan di permukaan anterior membrana interossea diantara mm.tibialis anterior, extensor hallucis longus et extensor digitorum longus. Didekat articulatio talocruralis, saraf ini disilang oleh tendo insertio m.extensor hallucis longus dan memasuki dorsum pedis diantara kedua malleoli. Selain menginervasi otot-otot di regio ini N.peroneus profundus menginervasi m.extensor digitorum brevis. Regio Cruris Lateralis, Otot-otot yang terdapat pada regio cruris lateralis antara lain:mm peronei longus et brevis, yang terletak diantara septa intermusculares anterior et posterior, lateral terhadap fibula. Keduanya diinervasi oleh n.peroneus superficialis. Vasa di regio cruris lateralis, Arteri circumflexa peronea, yang merupakan cabang arteri tibialis posterior, adalah satu-satunya pembuluh darah yang berhubungan dengan mm.peronei.Arteria ini mengelilingi facies lateralis corpus fibulae sedikit di inferior dari n.peroneus communis. Kemudian menembus tendo origo m.soleus pada fibula untuk menuju mm.peronei. Saraf-saraf di regio cruris lateralis, N.peroneus superficialis yang merupakan salah satu dari dua cabang terminal n.peroneus communis, dimulai diantara m.peroneus longus dan fibula, serta berjalan ke inferior diposterolateral terhadap septum intermusculare anterior. Kemudian berada dianterolateral terhadap fibula diantara mm.peronei dan flexor digitorum longus. Saraf ini menginervasi mm peronei dan menembus fascia cruris untuk berjalan superficial di sepertiga distal regio cruris,kemudian berjalan difascia superficialis untuk menginervasi kulit bagian distal regio cruris ventralis. Regio Cruris Dorsalis, Diregio ini terdapat fascia transversa profundus, sehingga otot-ototnya dibagi menjadi dua kelompok yaitu: superficial dan profundus. Yang termasuk dalam otot superficial adalah: m.triceps surae, terdiri dari mm.gastrocnemeus et soleus dan m.plantaris. sedangkan, kelompok otot profundus terdiri dari m.popliteus, flexor digitorum longus, tibialis posterior et flexor hallucis longus. Semua ini diinervasi oleh n.tibialis. Vasa di regio cruris dorsalis, Arteri tibialis posterior merupakan cabang terminal arteri poplitea yang paling besar. Arteria ini dimulai dari tepi inferior m.popliteus.Di anteriornya terdapat mm.tibialis posterior et flexor. Digitorum longus dan facies posterior corpus tibiae. Di posteriornya terdapat facia transversa profundus dan mm.soleus et gastrocnemius. Di distal, arteri ini berjalan superficial, tetapi ketika bercabang menjadi dua terminal, yaitu: aa.plantares medialis et lateralis,arteri tibialis posterior berada di profundus dari retinaculum musculorum flexorum dan m.abductor hallucia. Cabang-cabangnya adalah arteri circumflexa peronea, berjalan ke lateral di sekeliling collum fibullae dan memembus tendo origo m.soleus pada fibula dan a.peronea, yang merupakan cabang terbesar, berjlan kelateral pada m.tibialis posterior untuk berada di permukaan posterior membrana interossea dan fibula di profundus m.flexor halluci longus. A.peronea memberikan cabang r.perforans yang berjalan interossea kemudian berjalan ke inferior di profundus dari mm.extensorium digitorum longus et peroneus tertius. Cabang-cabang arteri peronea lainnya adalah a.malleolaris posterior medialis, juga rr.calcanei mediales posterior. Sedang cabang terminal a.tibialis posterior adalah aa. Plantares medialis et lateralis. Vv,tibiales posterior berjalan bersama arterinya membentuk vena poplitea. Saraf saraf di regio cruris dorsalis, N.tibialis berjalan di superficial dari m.popliteus dan di profundus dari m.gastrocnemius. Ditepi inferior m.popliteus saraf ini berada di profundus arcus tendineus m.soleus. Berjalan ke inferior awalnya di posterior dari mm.tibialis posterior et flexor digitorum longus, kemudian di posterior dari tibia posterior dari a.tibialis posterior untuk berada pada lateralnya. Saraf ini berakhir di profundus dari retinaculum musculorum flexorum dengan bercabang menjadi dua terminalnya yaitu nn.plantares medialis et lateralis. Selain menginervasi otot-otot regio ini, saraf ini mempunyai cabang rr. Calcanei mediales untuk kulit daerah calcaneus dan planta pedis. e) Regio Pedis Fascia Superficialis, Di dorsum pedis,fascia superficialnya tipis dan terdapat venae superficiales, yaitu : vv.digitales dorsales pedis et arcus venosus dorsalis pedis, serta cabang-cabang nn.peroneus profundus, sapheneus, cutanei dorsales pedis medialis intermedius et laterallis. Fascia superficialis di planta pedis lebih tebal , karena berfungsi ebagai bantalan antara tulang dan kulit. Di sini terdapat jaringan vv.plantares superficiales superficiales yang membentuk arcus venosus plantaris pedis dan cabang-cabang rr.calcanei mediales,n.tibialis,nn.plantares medialis et lateralis, digitalis plantares. Fascia Profundus, Fascia ini merupakan lanjutan fascia cruris. Didorsum pedis fascianya tipis dan merupakan lanjutan dari retinaculum musculorum extensorium inferior. Disisi lateral dan posterior,fascia profundusnya melanjutkan diri sebagai fascia plantaris. Di planta pedis fascia plantaris bagian sentral menebal, membentuk aponeurosis plantaris. Struktur ini berfungsi untuk menyangga arcus pedis longitudinalis. Aponeurosis plantaruis melekat pada tuber calcanei dan menyebar ke seluruh planta pedis, makin lebar makin tipis. Dari tepi-tepi bagian sentral aponeuresis ini, septa vertikal menonjol ke profundus , sehinga terbentuk tiga bagian ruang yaitu medial, lateral dan sentral. Regio Dorsalis Pedis, Hanya terdapat dua otot yang saling berhubungan erat di regio ini, yaitu mm.extensores hallucis breves et digitorum brevis. Keduanya berorigo pada bagian anterolateral permukaan superior calcaneus dan retinaculum musculorum extensorum inferior serta diinervasi oleh n.peroneus profundus. Vasa di regio dorsalis pedis, Arteri dorsalis pedis merupakan lanjutan dari a.tibialis anterior yang muncul tepat di medial dari n.peroneus profundus dan diantara tendineous insertiones mm.extensores hallucis longus et digitorum longus. Kemudian berjalan ke distal menuju daerah antara hallux dan digitus II, dan akhirnya akan bercabang menjadi dua arteriae yaitu arteri arcuata yang berjalan transversal dan lebih kecil, serta r.plantaris profundus, yang menuju m.interosseus dorsalis I, keduanya mengeluarkan cabang-cabang yaitu aa.metatarsale dorsalis, yang berhubungan dengan arcus plantaris dan aa.metatarsal plantaris serta berakhir dengan aa.digitales dorsales. Cabang-cabang a.dorsalis pedis lainnya adalah aa.tarsales medialis et lateralis.
Regio Plantaris Pedis, Untuk keperluan diseksi ,maka otot-otot diregio ini dibagi menjadi empat lapisan. Lapisan pertama, yang paling superficial terdiri dari mm.adductor hallucis,flexor digitorum brevis et abductor digiti V. Di lapisan kedua terdapat mm.quadratus plantae et lumbricaes dan tendines insertiones mm.flexores hallucis longus et digitorum longus .Lapisan ketiga terdiri dari mm.flexor hallucis brevis,adductor hallucis et flexor digiti V brevis. Sedang, lapisan letiga keempat atau yang paling profundus, terdiri dari mm interossei dan tendines insertiones mm.tibialis posterior et peroneus longus. Vasa di regio plantaris pedis, A.tibialis posterior di profundus retinaculum musculorum flexorum bercabang menjadi cabang terminalnya, yaitu aa. Plantares medialis et lateralis. Keduanya memasuki planta pedis di profundus dari m.abduktor hallucis bersama .plantares medialis et lateralis. Venae di planta pedis dimulai dari vv.digitales plantares yang berjalan ke proximal dan bersama venae dari rete venosus plantaris membentuk vv.metatarsales plantares yang membentuk arcus venosus plantares. Vv.plantares medialis et lateralis berjalan ke posterior dan keduanya menyatu diposterior dari malleolus medialis membentuk v.tibialis posterior. Saraf-saraf di regio plantaris pedis, N.tibialis bercabang menjadi dua terminalnya yaitu nn.plantares medialis et lateralis, di posterior dari malleolus medialis. Keduannya menginervasi otot-otot intrinsik regio pedis, kecuali mm.extensores hallucis brevis et digitorum brevis dan juga menginervasi kulit plantaris pedis.
2. STRUKTUR MIKROSKOPIS OTOT Berbentuk silindris dengan panjang yang bervariasi antara 1-40 mm dan diameter 10- 100 mikron. Mempunyai inti banyak dan letaknya di tepi sel. Memounyai garis-garis melintang yang disebut GARIS ANISOTROP ( Pita A ) yang tampak gelap dan GARIS ISOTROP ( Pita I ) yang pada sediaan tampak terang. Setiap sabut (sel) otot terdiri dari serabut-serabut yang disebut MYOFIBRIL (serabut otot). Pada potongan melintang, dengan memakai mikroskop sinar, myofibril tampak sebagai bintik-bintik karena mempunyai diameter 1-2 mikron. Myofibril ini membentuk kelompok-kelompok yang disebut COHNHEIMFIELD ( lapangan Conheim). Setiap sabut otot yang berbetuk silinder ini dibungkus oleh plasma membrane yang disebut Sarkolemma. Setiap sabut otot akan dipisahkan dengan sabut otot yang lain oleh jaringan ikat yang disebut Endomysium. Beberapa sabut otot akan membentuk kelompok yang disebut Fasikelotot dan dibungkus oleh Perimisium yang fungsinya untuk menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya , tempat asal/origo dari beberapa otot, tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot. Selanjutnya beberapa fasikel otot akan membentuk otot yang dibungkus oleh Epimysium. Pada potongan membujur otot bergaris akan tampak garis-garis gelap ( pita A) dan garis-garis terang ( Pita I ) silih berganti. Ditengah pita A yang gelap terdapat suatu garis tipis yang tampak terang dan disebut Pita H. Sedangkan di tengah pita I yang terang terdapat suatu garis gelap yang disebut Garis Z. Bagian myofibril yang terdapat diantara 2 garis Z disebut Sarkomer yang merupakan unit kontraksi terkecil di dalam myofibril.
Struktur Sel Otot Bagian-bagian sel otot adalah : 1. Sarkolema, merupakan membran plasma sel otot 2. Sarkoplasma, merupakan sitoplasma sel otot 3. Retikulum sarkoplasma, merupakan retikulum endoplasma sel otot 4. Nukleus, jumlahnya banyak dan terletak di sepanjang tepi sel otot Sarkolemma Sarkolemma adalah selaput pembungkus otot yang tersusun ganda (double membrane), yakni selaput luar ( 40 angstrom) ruang antara ( 20 angstrom ) dan Selaput dalam (setebal 40 Angstrom) Selaput luar mirip membrane basal epitel yang dibalut serabut retikuler. Selaput dalam (plasmalemma) terdiri dari dua lapis protein yang ditengahnya diisi lemak (lipid). Secara umum sarkolema bersifat transparan, kenyal dan resisten terhadap asam dan alkali. Serabut-serabut otot kerangka yang bergabung membentuk berkas serabut otot primer disebut fasikulus, yang dibalut oleh jaringan ikat kolagen pekat (endomisium). Ada 5 sel utama yang dijumpai dalam fasikulus yaitu: serabut otot, sel endotel, perisit, fibroblast dan miosatelit. Sarkoplasma adalah sitoplasma Otot Sarkoplasma (Cytoplasmic matrix) mengandung: Organoida, mitokondria (sarcosomes) - ribosom- Apparatus golgi - myofibril - Endoplasmik retikulum Selain itu terdapat pula enzim sitokrom oksidatif. Mitokondria terdapat berbatasan dengan sarkolema dan dekat inti di antara myofibril. Sarkoplasmik retikulum bersifat agranuler (Smooth ER.), karena ribosom pada otot kerangka terdapat bebas dari matriks. Sisterna pada sarkolasmik retikulum terjalin pararel dengan myofibril, yang pada interval tertentu membentuk pertemuan dengan jalinan transversal, disebut triade. Penelitian pada otot salamander (Amblistoma punctatum) , triade ini terdapat mengitari garis Z (Zwischenschreibe). Pada hewan lain dan manusia tiap sarkomer memiliki dua triade di daerah pertemuan garis A (anisotrop) dan garis I (isotrop). Organoida ini berfungsi menyalurkan impuls dari permukaan otot kerangka ke dalam serabut yang lebih dalam letaknya. Struktur Miofibril Miofibril tersusun atas banyak miofilamen. Miofilamen tersusun atas filamen tipis dan filamen tebal. 1. Filamen tipis tersusun atas tiga protein yaitu aktin, tropomiosin dan troponin. Aktin merupakan protein struktural utama penyusun filamen tipis yang terdiri dari dua untai helix (spiral). Molekul aktin memiliki tempat aktif untuk berikatan dengan jembatan silang miosin. Tropomiosin merupakan protein berbentuk seperti benang yang terletak di sepanjang untai heliks aktin dan menutupi tempat-tempat aktif aktin yang berikatan dengan jembatan silang. Troponin merupakan kompleks protein yang terdiri atas tiga protein yaitu troponin I (mengikat aktin), troponin T (mengikat tropomiosin) dan troponin C mengikat ion kalsium (Ca 2+ ) 2. Filamen tebal terdiri dari benang-benang protein miosin. Setiap filamen miosin membentuk sebuah kepala yang menonjol di salah satu ujung. Satu susunan filamen miosin memiliki memiliki kepala-kepala yang menonjol di berbagai tempat di kedua ujung. Kepala-kepala molekul miosin membentuk jembatan silang. Setiap jembatan silang memiliki memiliki dua tempat penting yaitu tempat mengikat aktin dan temat enzim ATPase miosin. Di dalam sebuah miofibril, filamen aktin dan miosin sejajar dan tersusun berdampingan. Filamen aktin dan miosin saling tumpang tindih tersusun menurut pola tertentu sehingga menghasilkan pandangan garis-garis seran lintang. Masing-masig satuan pola berulang yang disebut daerah sarkomer dan setiap sarkomer dipisahkan oleh dua garis Z. Sarkomer merupakan unit fungsional otot ragka karena mampu berkontraksi. Garis Z merupakan tempat menempelnya filamen-filamen ak tin. Filamen-filamen miosin dengan kepalanya yang menonjol terletak diantara filamen aktin, tidak menempel pada garis Z. Daerah terang disebut pita I (isotrop), hanya memiliki filamen tipis (filamen aktin), daerah gelap disebut pita A (anisotrop) memiliki filamen tipis dan tebal (miosin). Pita I dibagi dua oleh garis Z dan pita A dibagi dua oleh zona H. Pada zona H hanya terdapat filamen tebal (miosin). Dengan mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki : 1. bagian cerah (Pita I) 2. bagian gelap (Pita A), Pada satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap myofibril memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.
Myofilamen terdiri dari 2 macam yaitu: 1. Filamen Miosin Sering disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan panjangnya 1,5 . Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini tersusun pararel dan berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan memecah ATP menjadi ADP + energi, dan energi ini digunakan untuk kontraksi. Filamen-filamen tebal tersusun dari Miosin Filamen-filamen tebal pada vertebrata (makhluk hidup bertulang belakang) hampir sebagian besar tersusun dari sejenis protein yang disebut Miosin. Molekul miosin terdiri dari enam rantai polipeptida yang disebut rantai berat dan dua pasang rantai ringan yang berbeda (disebut rantai ringan esensial dan regulatori, ELC dan RLC). Miosin termasuk protein yang khusus karena memiliki sifat berserat (=fibrous) dan globular. Struktur tersebut dapat dilihat pada gambar 3. Secara umum, molekul miosin dapat dilihat sebagai segmen berbentuk batang sepanjang 1600 Angstrom dengan dua kepala globular. Miosin hanya berada dalam wujud molekul-molekul tunggal dengan kekuatan ioniknya yang lemah. Bagaimanapun juga, protein-protein ini berkaitan satu sama lain menjadi struktur yang dapat dilihat pada gambar 4. Struktur tersebut ialah struktur dari filamen tebal yang telah dibicarakan sebelumnya. Pada struktur itu, filament tebal merupakan suatu bentuk yang bipolar dengan kepala-kepala myosin yang menghadap tiap-tiap ujung filamen dan menyisakan bagian tengah yang tidak memiliki kepala satupun (=bare zone / jalur kosong). Kepala-kepala miosin itulah yang merupakan wujud dari cross-bridges dalam perhubungannya dengan miofibrilmiofibril. Sebenarnya, rantai berat myosin berupa sebuah ATPase yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi dalam suatu reaksi yang membuat terjadinya kontraksi otot. Jadi, otot merupakan alat untuk mengubah energi bebas kimia berupa ATP menjadi energi mekanik. Sementara itu, fungsi rantai ringan miosin diyakini sebagai modulator aktivitas ATPase dari rantai berat yang bersambungan dengannya. Di tahun 1953, Andrew Szent-Gyorgi menunjukkan bahwa miosin yang diberi tripsin secukupnya akan memecah miosin menjadi dua fragmen (Gambar 5) yaitu Meromiosin ringan (LMM) dan Meromiosin berat (HMM). HMM dapat dipecah dengan papain menjadi dua bagian lagi yaitu dua molekul identik dari subfragmen-1 (S1) dan sebuah subframen-2 (S2) yang berbentuk mirip batang. 2. Filamen Aktin Panjangnya 1 dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z. Bagian tengahnya langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I, meskipun sebagian masuk ke dalam cakram A. Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang serabut otot skelet. Pada sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan H bahkan garis M. dan Garis Z (Zwischenschreibe) atau intermediate disc: yang Berupa garis tipis dan gelap yang membagi cakram I sama rata. Daerah antara 2 garis Z disebut sarkomer yang panjangnya sekitar 1,5. Filamen-filamen tipis tersusun dari Aktin, Tropomiosin dan Troponin Komponen penyusun utama filamen tipis ialah Aktin. Aktin merupakan protein eukariotik yang umum, banyak jumlahnya, dan mudah didapati. Aktin didapati dalam wujud monomer-monomer bilobal globular yang disebut G-aktin yang secara normal mengikat satu molekul ATP untuk tiap-tiap monomer. G-aktin itu nantinya akan berpolimerisasi untuk membentuk fiber-fiber yang disebut F-aktin. Polimerisasi ini merupakan suatu proses yang menghidrolisis ATP menjadi ADP dengan ADP yang nantinya terikat pada unit monomer F-aktin. Sebagai hasilnya, F-aktin akan membentuk sumbu rantai utama dari filamen tipis dengan struktur yang tergambar pada gambar 6. Tiap-tiap unit monomer F-aktin mampu mengikat sebuah kepala myosin (S1) yang ada pada filamen tebal. Mikrograf elektron juga menunjukkan bahwa F-aktin merupakan deretan monomer terkait dengan urutan kepalaekor- kepala. Maka dari itu, F-aktin memiliki wujud yang polar. Semua unit monomer F- aktin memiliki orientasi yang sama dilihat dari sumbu fiber. Filamen-filamen tipis itu juga memiliki arah yang menjauhi disk Z. Sehingga kumpulan-kumpulan filamen tipis yang menjulur pada kedua sisi disk Z itu memiliki orientasi yang berlawanan. Komposisi miosin dan aktin masing-masing sebesar 60-70% dan 20-25% dari protein total pada otot. Sisa protein lainnya berkaitan dengan filamen tipis yakni Tropomiosin dan Troponin. Troponin terdiri dari tiga subunit yaitu TnC (protein pengikat ion Ca), TnI (protein yang mengikat aktin), dan TnT (protein yang mengikat tropomiosin). Dari sini, dapat disimpulkan bahwa kompleks tropomiosin - Troponin mangatur kontraksi otot dengan cara mengontrol akses cross-bridges S1 pada posisiposisi pengikat aktin.
3. MEKANISME KERJA OTOT Mekanisme kontraksi otot rangka Filamen-filamen tipis di kedua sarkomer tergelincir bergeser masuk ke arah pusat pita A selama kontraksi. Ketika bergerak kea rah pusat tersebut, filamen tipis menaik garis-garis Z ke tempat filamen tersebut melekat mendekat satu sama lain, sehingga sarkomer memendek. Karena semua sarkomer memendek di seluruh serat otot memendek secara simultan , keseluruhan serat menjadi lebih pendek. Hal ini dikenal sebagai sliding filament mechanism kontraksi otot. Kontraksi dilakukan oleh pergeseran filament-filamen tipis yang mendekat satu sama lain diantara filamen tebal. Selama kontraksi dengan pengawal tropomiosin dan troponin digeser oleh Ca 2+ , jembatan silang myosin dari filament tebal dapat berikatan dengan molekul aktin di filament tipis di sekitarnya. Sewaktu myosin dan aktin berkontak di jembatan silang, konformasi jembatan silang berubah , sehingga jembatan tersebut menekuk ke dalam seolah-olah memiliki engsel, mengayun kea rah pusat filament tebal seperti mengayuh dayung sampan.Hal yang disebut sebagai power stroke. Pada setiap saat selama kontraksi sebagian jembatan silang melekat ke filamen tipis dan mengayun sementara sebagian yang lain kembali ke konformasi mereka semula dalam persiapan untuk mengikat molekul aktin yang lain. Apabila siklus jembatan silang ini tidak asinkron filament-filamen tipis akan kembali menggelincir ke posisi istirahat mereka diantara ayunan. Otot rangka dirangsang untuk berkontraksi oleh pelepasan asetilkolin di taut neuromuskulus antara ujung neuron motorik dan serat otot. Ingatlah bahwa pengikatan Ach dengan motor end plate serat otot menyebabkan perubahan permeabilitas di serat otot yang akhirnya menimbulkan potensial aksi yang dihantarkan ke seluruh permukaan membrane sel otot. Adanya potensial aksi local di tubule T menginduksi perubahan permeabilitas di suatu jaringan membranosa terpisah di dalam serat otot yaitu reticulum sarkoplasma. Kantung lateral reticulum sarkoplasma menyimpan Ca2+ dari reticulum sarkoplasma ke dalam sitosol. Di membrane tubulus T terdapat tempat yang peka voltase dan diaktifkan ketika potensial aksi menjalar ke bawah ke tubulus T. Tempat tempat di tubulus T yang menonjol dari reticulum sarkoplasma didekatnya memicu perubahan mekanis yang membuka protein kaki yang berbatasan langsung atau saluran Ca. Akibatnya terjadi pengeluaran Ca dari kantung lateral. Mekanisme apapun yang diajukan atau kombinasi kedua mekanisme tersebut yang sebenarnya terjai, Ca yang dikeluarkan ini dengan sedikit mereposisi molekul-molekul troponin dan tropomiosin menyebabkan tempat pengikatan di molekul aktin terpajan sehingga dapat berikatan dengan jembatan silang myosin di tempat pengikatan komplementernya. Jembatan silang myosin memiliki 2 tempat khusus tempat pengikatan aktin dan tempat ATPase. Yang terakhir adalah suatu tempat enzimatik yang dapat mengikat molekul pembaa energy, ATP dan menguraikannya menjadi ADP dan Pi, dalam prosesnya menghasilkan energy. Secara singkat proses metabolisme energy adalah sebagai berikut : 1. Asetilkolin yang dikeluarkan dari ujung terminal neuron motorik mengawali potensial aksi di sel otot yang merambat ke seluruh permukaan membran. 2. Aktiviitas listrik permukaan dibawa ke bagian tengah serat otot oleh tubulus T. 3. Penyebaran potensial aksi ke tubulus T mencetuskan pelepasan simpanan Ca2+ dari kantung-kantung lateral retikulum sarkoplasma didekat tubulus. 4. Ca2+ yang dilepaskan berikatan dengan troponin dan mengubah benuknya, sehingga kompleks troponin-tropomiosin secara fisik tergeser ke samping, membuka tempat pengikatan jembatan silang aktin. 5. Bagian aktin yang telah terpajan tersebut berikatan dengan jembatan silang myosin yang sebelumnya telah mendapat energi dari penguraian ATP menjadi ADP+Pi+energi oleh ATP ase myosin di jembatan silang. 6. Pengikatan aktin dan myosin di jembatan silang menyebabkan jembatan silang menekuk, menghasilkan suatu gerakan mengayun kuat yang menarik filamen tipis ke arah dalam. Pergeseran kea rah dalam dari semua filamen tipis yang mengelilingi filament tebal memperpendek sarkomer. 7. Selama gerakan mengayun yang kuat tersebut, ADP dan Pi dibebaskan dari jembatan silang. 8. Perlekatan sebuah molekul ATP baru memungkinkan terlepasnya jembatan silang yang mengembalikan bentuknya ke konformasi semula. 9. Penguraian molekul ATP yang baru oleh ATPase myosin kembali memberikan energi bagi jembatan silang. 10. Apabila Ca2+ masih ada sehingga kompleks troponin tropomiosin tetap bergeser ke samping, jembatan silang ali menjalani siklus pengikatan dan penekukan menarik filament tipis selanjutnya. 11. Apabila tidak lagi terdapat potensial aksi local dan Ca2+ secara aktif te;ah kembali ke tempat penyimpanannya di kantung lateral reticulum sarkoplasma, kompleks troponin tropomiosin bergeser kembali ke posisinya menutupi tempat pengikatan jembatan silang aktin, sehingga aktin dan myosin tidak lagii berikatan di jembatan silang dan filament tipis bergeser kembali ke posisi istirahat seiring dengan terjadinya proses relaksasi.
Relaksasi Proses kontraksi dihentikan ketika Ca dikembalikan ke kantung lateral karena aktivitas listril local berhenti, reticulum sarkplasma memiliki suatu pembawa yang memerlukan energy, yaitu pompa Ca-ATP ase yang secara aktif mengangkut Ca dari sitosol an memusatkannya di dalam kantung lateral. Ketika ACh-esterase menyingkirkan Ach dari taut neuromuskulus,potensial aksi di serat otot berhenti. Apabila tidak ada lagi potensial aksi local di T tubul yang mencetuskan pengeluaran Ca, aktivitas pompa Ca reticulum sarkoplasma akan mengembalikan ca yang telah dikeluarkan ke kantung lateral yang menyebabkan kompleks troponin tropomiosin bergeser kembali ke posisi mengahmbatnya, sehingga aktin dan myosin tidak dapat berikatan di jembatn silang. Filament tipis yang terbebas dari siklus pengikatan dan penarikan jembatan silang, dapat kembali ke posisi istirahatnya,terjadilah relaksasi.
4. MEKANISME CRAMP Pengertian Menurut Basoeki (2005) kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan, terjadi secara mendadak tanpa disadari. Otot yang mengalami kram sulit untuk menjadi rileks kembali. Bisa dalam hitungan menit bahkan jam untuk meregangkan otot yang kram itu. Kontraksi dari kram otot sendiri dapat terjadi dalam waktu beberapa detik sampai beberapa menit. Selain itu, kram otot dapat menimbulkan keluhan nyeri. Kram otot dapat mengenai otot lurik atau bergaris, otot yang berkontraksi secara kita sadari. Kram otot dapat juga mengenai otot polos atau otot yang berkontraksi tanpa kita sadari. Kram otot dapat terjadi pada tangan, kaki, maupun perut. Mekanisme Ganong (1998) menguraikan bahwa rangsang berulang yang diberikan sebelum masa relaksasi akan menghasilkan penggiatan tambahan terhadap elemen kontraktil, dan tampak adanya respon berupa peningkatan kontraksi. Fenomena ini dikenal sebagai penjumlahan kontraksi. Tegangan yang terbentuk selama penjumlahan kontraksi jauh lebih besar dibandingkan dengan yang terjadi selama kontraksi kedutan otot tunggal. Dengan rangsangan berulang yang cepat, penggiatan mekanisme kontraktil terjadi berulang-ulang sebelum sampai pada masa relaksasi. Masing-masing respon tersebut bergabung menjadi satu kontraksi yang berkesinambungan yang dinamakan tetanik atau kontraksi otot yang berlebihan (kram otot). Menurut Corwin (2000) setiap pulsa kalsium berlangsung sekitar 1/20 detik dan menghasilkan apa yang disebut sebagai kedutan otot tunggal. Penjumlahan terjadi apabila kalsium dipertahankan dalam kompartemen intrasel oleh rangsangan saraf berulang pada otot. Penjumlahan berarti masing-masing kedutan menyebabkan penguatan kontraksi. Apabila stimulasi diperpanjang, maka kedutan-kedutan individual akan menyatu sampai kekuatan kontraksi maksimum. Pada titik ini, terjadi kram otot sampai dengan tetani yang ditandai oleh kontraksi mulus berkepanjangan. Menurut Ganong (1998) satu potensial aksi tunggal menyebabkan satu kontraksi singkat yang kemudian diikuti relaksasi. Kontraksi singkat seperti ini disebut kontraksi kedutan otot. Potensial aksi dan konstraksi diplot pada skala waktu yang sama. Kontraksi timbul kira-kira 2 mdet setelah dimulainya depolarisasi membran, sebelum masa repolarisasi potensial aksi selesai. Lamanya kontraksi kedutan beragam, sesuai dengan jenis otot yang dirangsang. Hubungan Hemodialisa dengan Kram Otot Hemodialisa adalah suatu prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut dializer (NKF 2006). Dengan adanya sebagian darah pasien yang keluar dari tubuh dan beredar dalam sebuah mesin (extracorporeal) bisa menyebabkan sirkulasi darah ke otot kurang baik sehingga dapat mengakibatkan kram otot. Menurut Tisher dan Wilcox (1997) alat dialisa juga dapat dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan. Pemindahan ini dilakukan melalui ultrafiltrasi dimana tekanan hidrostatik menyebabkan aliran yang besar dari air plasma (dengan perbandingan sedikit larutan) melalui membran. Adanya penarikan cairan (ultrafiltrasi) selama hemodialisa menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kram otot. Menurut Price dan Wilson (1995) komposisi cairan dialisat diatur sedemikian rupa sehingga mendekati komposisi ion darah normal, dan sedikit dimodifikasi agar dapat memperbaiki gangguan cairan dan elektrolit yang sering menyertai gagal ginjal. Unsur- unsur yang umum terdiri dari Na+ , K+, Ca++ , Mg++ , Cl- , asetat dan glukosa. Urea, kreatinin, asam urat dan fosfat dapat berdifusi dengan mudah dari darah ke dalam dialisat karena unsur-unsur ini tidak terdapat dalam dialisat. Adanya perbedaan unsur-unsur elektrolit dalam dialisat dengan komposisi elektrolit darah pasien bisa mengakibatkan kekurangan elektrolit. Adanya kekurangan cairan dan elektrolit bisa mengakibatkan kram otot (Basoeki, 2005). Faktor Penyebab Cramp Penyebab Kram Otot menurut Mohamad (2001) kram otot dapat terjadi karena letih, biasanya terjadi pada malam hari, dapat pula karena dingin, dan dapat pula karena panas. Pada otot bergaris, kram dapat disebabkan kelelahan, dehidrasi atau kekurangan cairan dan elektrolit (terutama kekurangan kalium dan natrium), dapat juga akibat trauma pada tulang dan otot yang bersangkutan, atau kekurangan magnesium. Selanjutnya Basoeki (2005) menegaskan bahwa beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya kram otot, seperti obat pelancar kemih, penurun lemak, kekurangan vitamin B1 (thiamine), vitamin B5 (pantothenic acid) dan B6 (pyridoxine). Kram otot juga dapat terjadi akibat sirkulasi darah ke otot yang kurang baik. Pada umumnya penyebab kram tidak diketahui (idiopatik). Sementara ahli berpendapat bahwa kram terjadi ketika otot yang sudah dalam posisi mengkerut dirangsang untuk kontraksi. Hal ini terjadi saat kita tidur dengan posisi dengkul setengah ditekuk, dan telapak kaki sedikit mengarah ke bawah. Pada posisi ini otot betis agak tertekuk dan mudah terkena kram. Itulah mengapa gerakan pelenturan sebelum tidur dapat mencegahnya. Pada beberapa kasus, kram mungkin terjadi karena masalah atau kondisi lainnya, misalnya: Beberapa jenis obat dapat memberikan efek samping berupa kram. Golongan obat ini antara lain: diuretik, nifedipine, cimetidine, salbutamol, statins, terbutaline, lithium, clofibrate, penicillamine, phenothiazines, dan nicotinic acid. Dehidrasi Ketidakseimbangan zat garam dalam darah (misalnya, kadar kalsium atau potasium terlalu rendah) Kehamilan, terutama pada trimester akhir Kelenjar tiroid yang kurang aktif Penyempitan arteri kaki yang menghambat sirkulasi Gangguan saraf Sirosis hati Pada kondisi di atas, kram hanyalah satu dari beberapa gejala lainnya. Bila tidak ada gejala lain, kemungkinan besar kram bersifat idiopatik dan bukan karena kondisi di atas. Pencegahan dan Penanganan Cramp Pencegahan Minum setidaknya enam gelas penuh setiap hari, termasuk satu gelas sebelum tidur, dan perbanyak minum sebelum, selama dan setelah berolah raga. Konsumsi makanan yang kaya kalsium, potasium dan magnesium. Makan satu atau dua buah pisang sehari cukup memenuhi kebutuhan potasium tubuh. Kram biasanya bisa dicegah dengan tidak segera berolahraga setelah makan dan dengan peregangan otot secara perlahan sebelum olahraga atau pergi tidur. Peregangan membuat otot dan tendon lebih fleksibel dan sedikit mungkin berkontraksi secara spontan. Tidak mengkonsumsi kafein (misalnya, pada kopi atau coklat) dan tidak merokok juga membantu untuk mencegah kram. Obat-obatan yang merangsang, seperti ephedrine atau pseudoephedrine (yang mengandung dekongestan pada banyak sekali obat-obatan di toko), harus tidak digunakan jika kram adalah sebuah masalah. Minum banyak cairan (terutama sekali minuman ringan yang mengandung potassium) setelah olahraga juga membantu mencergah kram. 1. Pemanasan yang cukup sebelum berolah raga atau aktivitas tertentu yang melibatkan otot. Kemudian jangan lupa pendinginan / pelemasan sesudahnya. 2. Minum lebih banyak cairan, terutama yang mengandung elektrolit, saat berolahraga. 3. Olah raga dengan intensitas ringan lebih dahulu, kemudian berangsur-angsur lebih berat. 4. Jika mesti duduk lama (menggunakan otot panggul) atau menulis lama (menggunakan otot jari), selang beberapa lama sebaiknya diselingi pelemasan dan peregangan. Biasanya kram otot dapat berhenti dengan meregangkan otot yang mengalami kram, agar otot itu menjadi rileks kembali (Basoeki, 2005). Sedangkan, kram otot yang terus menerus dan sering terjadi dapat menyebabkan distonia. Jika terjadi kram otot selama tindakan hemodialisa segera lakukan pengobatan dengan langsung memulihkan volume cairan intravaskuler melalui pemberian bolus cairan isotonic saline natrium clorida (NaCL 0,9 %) (NKF, 2006). Penanganan Gerakan pelemasan (stretching) dan pemijatan biasanya dapat meredakan serangan kram. Obat pengurang sakit biasanya tidak bermanfaat karena tidak cukup cepat bekerja. Namun, pengurang sakit seperti paracetamol mungkin bermanfaat meringankan nyeri dan lemas otot yang kadang masih berlangsung hingga 24 jam setelah hilangnya kram. Selain itu, merendam kaki dengan air hangat (pengaruh suhu) juga dapat mengurangi rasa nyeri kram. Kebanyakan obat-obatan diresepkan untuk menghilangkan kram (termasuk quinine sulfate, magnesium karbonat, dan benzodiazepines seperti diazepam) tidak terbukti efektif dan bisa menimbulkan efek samping. Suplemen kalsium adalah sesuai sekali, tetapi mereka juga tidak terbukti efektif. Mexiletine kadangkala membantu tetapi memiliki banyak sekali efek samping.
5. METABOLISME DI OTOT Sumber ATP dalam Otot ATP yang diperlukan sebagai sumber energi konstan untuk siklus kontraksi dan relaksasi otot dapat dihasilkan melalui : 1. glikolisis dengan menggunakan glukosa darah atau glikogen otot 2. melalui fosforilasi oksidatif 3. dari kreatin fosfat Konsentrasi ATP di dalam serabut otot, kira-kira 4 milimolar, cukup untuk mempertahankan kontraksi selama 1-2 detik. ATP tersebut dipecah untuk membentuk ADP, yang memindahkan energy dari molekul ATP ke perangkat kontraksi serabut otot. Lalu, ADP mengalami refosforilasi untuk membentuk ATP baru dalam sepersekian detik lagi, yang membiarkan otot untuk melanjutkan kontraksi. Glikolisis Sarkoplasma otot skeletal banyak mengandung simpanan glikogen yang terdapat pada granul di dekat pita I. Pelepasan glukosa dari glikogen bergantung pada enzim glikogen fosforilase otot yang spesifik, yang dapat diaktifkan oleh Ca 2+ , epinefrin dan AMP. Untuk menghasilkan glukosa 6 fosfat bagi keperluan glikolisis dalam otot skeletal, enzim glikogen fosforilase b harus diaktifkan dahulu
menjadi enzim glikogen fosforilase a lewat reaksi fosforilasi oleh enzim fosforilase b kinase melalui reaksi fosforilasi. Ion Ca 2+ akan meningkatakan kontraksi otot mauapun mengaktifkan sebuah lintasan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan. Hormon epinefrin juga mengaktifkan glikogenolisis dalam otot. AMP yang diproduksi melalui pemecahan ADP selama terjadinya gerkan otot dapat pula mengaktifkan enzim fosforilase b tanpa menimbulkan reaksi fosforilasi. Pemecahan glikogen secara enzimatik menjadi asam piruvat dan asam laktat yang berlangsung dengan cepat akan membebaskan energy yang digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Kemudian ATP dapat digunakan secara langsung untuk memberi energy bagi kontraksi otot tambahan dan juga untuk membentuk kembali simpanan kreatinin fosfat. Makna penting dari reaksi glikolisis ini ada dua. Pertama, reaksi ini dapat terjadi meskipun tidak tersedia oksigen, sehingga kontraksi otot dapat di pertahankan berdetik-detik dan kadang sampai lebih dari satu menit, bahkan bila oksigen tidak di alirkan darah. Kedua, kecepatan pembentukan ATP oleh glikolisis kira-kira 2,5 kecepatan pembentukan ATP sebagai tanggapan dari zat makanan sel yangbereaksi dengan oksigen. Namun, begitu banyak produk akhir dari glikolisis akan berkumpul dalam sel otot sehingga glikolisis kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan kontraksi otot maksimum setelah sekitar 1 menit. Fosforilasi oksidatif Sintesis ATP lewat fosforilasi oksidatif memerlukan oksigen. Otot yang senagt memebutuhkan oksigen akibat dari kontraksi yang terus-menerus akan menyimpan oksigen dalam bentuk terikat pada moietas heme dari mioglobin. Karena moietas heme, otot yang mengandung mioglobin akan bewarna merah sedangkan otot yang kurang atau tidak mengandung mioglobin akan bewarna putih. Glukosa yang berasala dari glukosa darah atau glikogen endogenus dan asam lemak yang berasal dari triagliserol pada jaringan adiposa merupakan substrat utama yang digunakan untutk metabolisme aerob dalam otot. Lebih dari 95% energy yang digunakan oleh otot untuk kontraksi jangka panjang yang berkesinambungan berasal dari sumber ini. Zat makanan yang di konsumsi adalah karbohidrat, lemak dan protein. Untuk aktivitas otot yang berlangsung berjam-jam proporsi energy yang terbesar dari lemak, tetapi untukperiode kontraksi selama 2-4 jam, separuh dari energy berasal dari karbohidrat. Kreatin fosfat Kreatin fosfat mencegah deplesi ATP yang cepat dengan menyediakan fosfat enegi tinggi yang siap digunakan untuk menghasilkan ATP dari ADP. Kreatin fosfat terbentuk dari kreatin dan ATP pada saat otot dalam keadaan relaksasi dan saat kebutuhan ATP tidak besar. Enzim yang mengkatalisis fosforilasi kreatin adalan kreatin kinase. Ikatan fosfat yang dibawa oleh kreatin fosfat ini memiliki energy bebas yang sedikit lebih tinggi di banding setiap ikatan ATP. Karena itu, kreatinin fosfat segera dipecahkan, dan pelepasan energinya menyebabkan terikatnya sebuah ion fosfat baru pada ADP untuk menyusun ATP kembali. Namun, jumlah total kreatinin fosfat pada serabut otot juga sangat kecil, hanya lima kali lebih besar dari pada jumlah ATP. Karena itu, kombinasi energy dari ATP cadangan dan keratin fosfat di dalam otot dapat menimbulkan kotraksi otot maksimal hanya untuk 5-8 detik.
6. KINESIOLOGI EKSTREMITAS INFERIOR Otot manusia bekerja dengan cara berkontraksi sehingga otot akan memendek, mengeras dan bagian tengahnya menggelembung (membesar). Karena memendek maka tulang yang dilekati oleh otot tersebut akan tertarik atau terangkat. Kontraksi satu macam otot hanya mampu untuk menggerakkan tulang kesatu arah tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus mengadakan relaksasi dan tulang harus ditarik ke posisi semula. Untuk itu harus ada otot lain yang berkontraksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk menggerakkan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke posisi semula diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja yang berbeda. Berdasarkan cara kerjanya, otot dibedakan menjadi otot antagonis dan otot sinergis. otot antagonis menyebabkan terjadinya gerak antagonis, yaitu gerak otot yang berlawanan arah. Jika otot pertama berkontraksi dan otot yang kedua berelaksasi, sehingga menyebabkan tulang tertarik / terangkat atau sebaliknya. Otot sinergis menyebabkan terjadinya gerak sinergis, yaitu gerak otot yang bersamaan arah. Jadi kedua otot berkontraksi bersama dan berelaksasi bersama. a. Gerak Antagonis Contoh gerak antagonis yaitu kerja otot bisep dan trisep pada lengan atas dan lengan bawah. Otot bisep adalah otot yang mempunyai dua tendon (dua ujung) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang mempunyai tiga tendon (tiga ujung) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi. b. Gerak Sinergis Gerak sinergis terjadi apabila ada 2 otot yang bergerak dengan arah yang sama. Contoh: gerak tangan menengadah dan menelungkup. Gerak ini terjadi karena kerja sama antara otot pro nator teres dengan otot pro nator kuadratus. Contoh lain gerak sinergis adalah gerak tulang rusuk akibat kerja sama otot-otot antara tulang rusuk ketika kita bernapas. A. Kinesiologi articulatio coxae (Hip Joint) Articulatio Coxae, dibentuk oleh acetabulum dan caput femoris . Cartilago articularis hanya ada pada facies lunata. Acetabulum diperdalam oleh labrum glenoidale, terdiri atas fibrocartilago yang melekat ditepi acetabulum, tetapi diincisura acetabuli labrum glenoidale tidak ada. Incisura acetabuli ini dilengkapi oelh ligamentum transversum acetabuli, yang merupakan penyempurnaan dari lingkaran yang dibentuk oleh labrum glenoidale. Oleh karena acetabulum diperdalam, caput femoris masuk didalamnya lebih dari setengahnya. Articulatio globodiea yang dibentuk oleh acetabulum dan caput femoris yang bersifat enarthoris. Stratum synoviale ccapsula articularis melekat pada batas cartilage articularis. Pada femur stratum fibrosum, melekat ventral pada linea interthrochanterica, dorsal melekat lebih proksimal. Gerakan yang mungkin ialah gerakan terhadap sumbu transversal, sagital dan longitudinal, jadi ante-retrofleksi,abduksi- adduksi, endo-eksorotasi. Aksis melalui titik tengah caput femoris. Kinesiologi articulation coxae ( hip joint ) : 1. Type Termasuk persendian enarthrosis ( ball and socket joint ). 2. Tulang Persendian ini dibentuk oleh caput femoris dengan acetabulum dari os coxae.
3. Gerakan Persendian ini termasuk polyaxial sehingga memungkinkan gerakan flexi, extensi, abduksi, adduksi, dan rotasi. 4. Ligament Labrum Acetabulare. Merupakan jaringan fibrocartilago yang melekat sepanjang limbus acetabulum, dengan demikian menambah kedalaman acetabulum dan menambah cekaman acetabulum pada caput femoris. Ligamentum Tranversum Acetabuli. Merupakan jembatan ligament di incisura acetabuli yang menghubungkan kedua ujung labrum acetabulare sehingga membentuk lingkaran yang lengkap. Capsula Articularis. Merupakan capsula yang kuat yang di proksimal melekat pada tepi acetabulum, labrum acetabulare, ligamentum tranversum acetabuli selanjutnya ke distal melekat pada linea interthrocanterica. Zona Orbicularis. Serat serat jaringan ikat yang berjalan circular. Ligamentum Iliofemorale. Berbentuk seperti huruf Y, yang berjalan dari spina iliaca anterior inferior menuju linea interthrocanterica. Mencegah ekstensi yang berlebihan, abduksi dan ritasi lateral. Ligamentum Ischiofemorale. Dari os ischii di dorsal acetabulum selanjutnya menyatu dengan capsula articularis. Mencegah rotasi ke medial. Ligamentum Pubofemorale. Dari ramus superior ossis pubis, selanjutnya menggabung dengan ligamentum iliofemorale. Mencegah abduksi. Ligamentum Teres Femoris (Ligamentum Capitis Femoris). Dari incisura acetabulare dan ligamentum tranversum acetabuli menuju fovea capitis femoris. 5. Otot otot penggerak a. Flexi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah dorsal sumbu trasnversal dari proksimal kedistal, otot-otot ini adalah : M. Iliopsoas M. Sartorius M. Pectineus M. Rectus Femoris M. Adductor Longus M. Adductor Brevis M. Adductor Magnus M. Tensor Fascia Lata M. Gracilis M. Gluteus Medius M. Gluteus Minimus b. Extensi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah disebelah ventral sumbu transversal dari proksimal kedistal, dilakukan oleh : M. Gluteus Maximus M. Gluteus Medius M. Semitendinosus M. Semimembranosus M. Biceps Femoris M. Adductor Magnus M. Quadratus Femoris c. Abduksi, , dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu sagital articulatio coxae disebelah lateral dari proksimal kedistal, yaitu: : M. Gluteus Medius M. Gluteus Minimus M. Gluteus Maksimus M. Tensor Fascia Lata M. Piriformis M. Sartorius d. Adduksi, dilakukan oleh otot-otot yang melalui sumbu sagital disebelah caudal dari proksimal medial kedistal lateral sehingga dapat menyebabkan abduksi, dan otot-otot yang melewati sumbu sagital disebelah medial dari cranial ke caudal.otot-ototnya antara lain: : M. Adductor Magnus M. Adductor Longus M. Adductor Brevis M. Gracilis M. Pectineus M. Obturator Externus M. Quadratus Femoris M. Semimembranosus e. Medial Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu longitudinal disebelah medial dari dorsal cranial keventral caudal, otot-ototnya adalah : M. Gluteus Medius M. Gluteus Minimus M. Tensor Fascia Lata M. Adductor Magnus f. Lateral rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah lateral sumbu longitudinal dari dorsal cranial ke ventral caudal pada keadaan fleksi, otot- ototnya adalah : M. Piriformis M. Obturator Internus M. Gemelli M. Obturator Externus M. Quadratus Femoris M. Gluteus Maximus M. Adductores M. Iliopsoas M. Pectineus
B. Kinesiologi Articulatio Genue (Knee Joint) Articulatio genus, gerakan yang mungkin terjadi pada articulatio genus adalah fleksi dan ekstensi terhadap sumbu transversal mellaui condyli femoris. Pada ketika fleksi sumbu pindah ke dorsal dan pada ekstensi pindah ke ventral. Kinesiologi articulatio genue (knee joint) : 1. Type Merupakan persendian ginglymus dan arthrodial. 2. Tulang Disini terdapat tiga persendian, yaitu dua buah sendi antara condylus medialis dan lateralis tibia dengan femur, dan sebuah sendi antara patella dan femur. 3. Gerakan Femur dan tibia menghasilkan gerakan flexi, extensi,dan rotasi ringan, sedangkan antara patella dan femur menghasilkan gerakan sliding. 4. Ligament o Capsula Articulare. Berjalan dari femur menuju tibia, diperkuat oleh serat serat fascia lata, tractus iliotibialis, tendoinsertio musculi vastus, hamstrings dan sartorius. o Ligamentum Patellae. Dari apex patella menuju tuberositas tibia. Membantu penempatan patella pada tempatnya. o Ligamentum Popliteum Obliqum. Dari bagian lateral femur, menyilang condylus menuju bagian posterior caput tibia. Untuk mencegah extensi. o Ligamentum Popliteum Arcuatum. Dari condylus lateralis femoris menuju processus styloideus fibula. Untuk mencegah medial rotasi tungkai bawah. o Ligamentum Collaterale Mediale. Dari sisi medial condylus medialis femoris menuju condylus medialis dan corpus tibiae. Untuk mencegah bengkok ke lateral, mencegah extensi, hyperflexi dan rotasi lateral. o Ligamentum Collaterale Laterale. Dari sisi posterior condylus lateralis femoris menuju sisi lateral caput dan processus styloideus. Untuk mencegah hyperextensi. Dalam keadaan relaksasi pada saat flexi. o Ligamentum Cruciatum Anterior. Dari sisi medial posterior condylus lateralis femoris menuju bagian anterior eminentia intercondyloidea tibia. Untuk mencegah extensi, rotasi lateral, dan tergelincir ke anterior dari tibia pada femur. o Ligamentum Cruciatum Posterior. Dari sisi lateral anterior condylus medialis femoris menuju fossa intercondyloideus posterior dan ujung posterior meniscus lateralis. Untuk mencegah extensi, rotasi lateral, dan tergelincir ke posterior dari tibia pada femur. o Meniscus Medialis. Berbentuk oval, melekat pada tibia di anterior ligamentum cruciatum anterior dan di fossa condyloidea posterior. Memperdalam bagian medial condylus medialis tibia. o Meniscus Lateralis. Bentuknya lebih circular, melekat pada tibia di ventral ligamentum cruciatum anterior. Di posterior melekat sebelah posterior eminentia intercondyloidea di anterior meniscus medial. Di anterior dan posteriornya terdapat ligamentum meniscofemorale anterior dan posterior yang melekat pada condylus medialis femoris. Memperdalam bagian lateral condylus lateralis tibiae. o Ligamentum Tranversum Genus. Melekat pada bagian anterior kedua meniscus. 5. Membrana synovial a. Plica alares b. Plica infrapatellaris 6. Otot otot penggerak a. Flexi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah dorsal sumbu trasnversal dari proksimal kedistal, otot-otot ini adalah : M. Semimembranosus M. Semitendinosus M. Biceps Femoris M. Sartorius M. Gracillis M. Popliteus M. Gastocnemius M. Plantaris b. Extensi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah disebelah ventral sumbu transversal dari proksimal kedistal, dilakukan oleh : M. Quadriceps Femoris M. Tensor Fascia Lata c. Medial Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati sumbu longitudinal disebelah medial dari dorsal cranial keventral caudal, otot-ototnya adalah : M. Popliteus M. Semimebranosus M. Semitendinosus M. Sartorius M. Gracillis d. Lateral Rotasi, dilakukan oleh otot-otot yang melewati disebelah lateral sumbu longitudinal dari dorsal cranial ke ventral caudal pada keadaan fleksi, otot-ototnya adalah : M. Biceps Femoris M. Tensor Fasciae Lata 7. Bursa Terdapat beberapa bursa di sekitar sendi : a. Ventral Bursa suprapatellaris. Terletak diantara M. Quadriceps dan femur, umumnya berhubungan dengan cavitas articulare. Bursa prepatellaris. Terletak diantara kulit dan patella. Bursa infrapatellaris superficialis. Terletak diantara kulit dan tuberositas tibiae. Bursa infrapatellaris profundus. Terletak diantara ligamentum patella dengan bagian cranial tibia, di dalam corpus adiposum infrapatellaris. b. Lateral
Diantara ligamentum collaterale laterale dengan M. Popliteus. Diantara M. Popliteus dengan condylus lateralis femoris, umumnya berhubungan dengan cavitas articulare. c. Medial Diantara ligamentum collaterale medialis dan tendoinsertio M. Semitendinosus, M. Gracillis, dan M. Sartorius. Diantara ligamentum collaterale medialis dengan M. Semimembranosus. Diantara tendoinsertio M. Semimembranosus dengan tibia.
d. Posterior Diantara caput lateral M. Gastrocnemius dengan capsula articulare, kadang kadang berhubungan dengan cavitas articulare. Diantara caput mediale M. Gastrocnemius dengan capsula articulare, melebar ke profundus terhadap M. Semimembranosus. Pada umumnya berhubungan dengan cavitas articulare.