You are on page 1of 51

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG UNTUK

PEMBUATAN ARANG AKTIF SEBAGAI ADSORBEN


PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS















ADE MURNI SURYANI























DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
ABSTRAK

ADE MURNI SURYANI. Pemanfaatan Tongkol Jagung untuk Pembuatan Arang
Aktif sebagai Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas. Dibimbing oleh
BETTY MARITA SOEBRATA dan GUSTAN PARI.

Tongkol jagung mengandung senyawa berkarbon, yaitu selulosa (41%)
dan hemiselulosa (36%) berpotensi sebagai bahan baku pembuatan arang aktif.
Salah satu pemanfaatan arang aktif adalah sebagai adsorben pada pemurnian
minyak goreng bekas. Pengaktifan arang dilakukan dengan 3 faktor, yaitu suhu
aktivasi (700 C dan 800 C), waktu aktivasi (60 menit dan 120 menit), dan
konsentrasi NaOH (0,5% dan 0,75%). Ciri arang aktif yang dipelajari dalam
penelitian ini ialah rendemen, kadar air, kadar zat mudah menguap, kadar abu,
kadar karbon terikat, daya jerap benzena, daya jerap kloroform, dan daya jerap
iodin. Arang aktif komersial juga dicirikan sebagai pembanding. Kesetimbangan
adsorpsi asam lemak bebas dipelajari dengan menggunakan isoterm Freundlich
dan Langmuir.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa arang aktif tanpa aktivasi kimia
terbaik berdasarkan daya jerap iodin adalah arang yang diaktivasi pada suhu 800
C selama 60 menit, sedangkan dengan aktivasi kimia (perendaman NaOH)
adalah arang yang diaktivasi pada suhu 800 C selama 120 menit dengan
konsentrasi 0,5%. Linearitas isoterm Freundlich lebih tinggi dibandingkan isoterm
Langmuir sehingga tipe isoterm Freundlich lebih tepat digunakan untuk
mencirikan mekanisme adsorpsi asam lemak bebas oleh arang aktif. Hasil
pemurnian minyak goreng bekas menunjukkan bahwa arang aktif yang dihasilkan
mampu menurunkan kadar asam lemak bebas, yaitu sebesar 51,6% untuk arang
aktif tanpa aktivasi kimia dan 17,7% untuk arang aktif dengan aktivasi kimia.
















ii

ABSTRACT

ADE MURNI SURYANI. Use of Corn Corb as Raw Matterial for Activated
Carbon Production in Cooking Oil Purification. Under the direction of BETTY
MARITA SOEBRATA and GUSTAN PARI.

Corn cobs contain carbon contained compounds, cellulose (41%) and
hemicellulose (36%), has the potency as raw matterial for activated carbon
production. A utilization of activated carbon was as an adsorbent in cooking oil
purification. Carbon activation was relied on 3 factors, namely activation
temperatures, activation times, and NaOH concentrations. The characteristics of
activated carbon studied in this research were yield, water content, volately
compound content, ash content, pure carbon content, benzena, chloroform, iodin
adsorption activity. Commercial activated carbon as reference was also studied.
The adsorption equillibrium of free fatty acid (FFA) was investigated by
Freundlich and Langmuir Isotherms.
Research result showed that the best activated carbon without chemical
treatment based on iodin adsorption activity was carbon activated at 800 C for 60
minute, while with chemical treatment (NaOH soaking) was carbon activated at
800 C for 120 minute with 0,5% concentration. Freundlich isotherm linearity was
higher than Langmuir isotherm linearity that Freundlich isotherm was correctly
good for characterization of FFA adsorption mechanism in this research. The
cooking oil purification showed that the activated carbon obtained was capable of
reducing FFA content, 51,6% reduction for activated carbon without chemical
treatment and 17,7% for activated carbon with chemical treatment.















iii

PEMANFAATAN TONGKOL JAGUNG UNTUK
PEMBUATAN ARANG AKTIF SEBAGAI ADSORBEN
PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS















ADE MURNI SURYANI






Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia









DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
iv
Judul skripsi : Pemanfaatan Tongkol Jagung untuk Pembuatan Arang Aktif
sebagai Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas
Nama : Ade Murni Suryani
NIM : G44204033





Menyetujui:


Pembimbing I, Pembimbing II,






Betty Marita Soebrata, S.Si, M.Si. Dr. Gustan Pari, M.Si, APU
NIP 131 694 523 NIP 710 005 078











Mengetahui:

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor





Dr. drh. Hasim, DEA
NIP 131 578 806








Tanggal Lulus:
v
PRAKATA
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini berjudul Pemanfaatan
Tongkol Jagung untuk Pembuatan Arang Aktif sebagai Adsorben Pemurnian Minyak
Goreng Bekas yang dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan November 2008
bertempat di Laboratorium Kimia Fisik dan Lingkungan, IPB dan Puslitbang Hutan
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Betty Marita, S.Si., M.Si. dan
Bapak Gustan Pari, M.Si., APU selaku pembimbing yang telah memberikan masukan dan
pengarahan kepada penulis. Ungkapan terima kasih dihaturkan kepada Ayah, Ibu, beserta
kakak-kakak penulis atas doa dan dukungannya. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada staf Departemen Kimia IPB, Ibu Ai, Bapak Nano, Bapak Mail, Bapak Sabur,
Bapak Eman, Bapak Didi, Bapak Syawal, dan Mas Heri atas bantuannya. Saya haturkan
banyak terima kasih kepada Gilang, Ria, Maipa, Susan, Ai, Ana, Dwieka, Yuyun, Hary,
Kak Lia, Kak Sari, Kak Nova, dan Kak Fahrizal atas kerja samanya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman di Pondok Molekul atas semangat
selama menjalankan penelitian.
Akhir kata, penulis menyampaikan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi
pembaca. Amin.






Bogor, Januari 2009

Ade Murni Suryani






















vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Januari 1987 sebagai anak terakhir
dari delapan bersaudara, putri dari pasangan Syatibi dan Sri Mulyati.
Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Bekasi dan memperoleh
kesempatan melanjutkan studi di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI).
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di dalam organisasi kampus di IPB.
Periode kepengurusan 2005/2006 dan 2006/2007 menjadi staf di Departemen
Kewirausahaan, dan Ketua Departemen Avogadro, Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika)
IPB. Penulis juga berkesempatan menjadi asisten praktikum mata kuliah Kimia Dasar
TPB, Kimia Fisik Layanan S1 ITP, Kimia Industri dan Analisis Kimia dan Uji
Komponen Aktif program keahlian D3 Analisis Kimia pada tahun 2005 dan 2006, dan
2008. Penulis juga pernah berkesempatan mengikuti praktik lapangan di PT Indofood
Tbk, Jakarta. Selain itu, penulis aktif mengikuti seminar-seminar, baik yang berbasis
iptek dan wirausaha selama mengikuti perkuliahan di IPB.




























vii
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. ix
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung............................................................................................................... 1
Arang Aktif (AA) ............................................................................................. 2
Adsorpsi ............................................................................................................ 3
Isoterm Adsorpsi ............................................................................................... 3
Minyak Goreng ................................................................................................ 4

BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ................................................................................................ 5
Metode Penelitian ............................................................................................ 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arang ............................................................................................................... 8
Arang Aktif ...................................................................................................... 8
Rendemen ......................................................................................................... 8
Kadar Air .......................................................................................................... 9
Kadar Zat Mudah Menguap.............................................................................. 9
Kadar Abu......................................................................................................... 9
Karbon Terikat ................................................................................................. 10
Daya Jerap Benzena ......................................................................................... 10
Daya Jerap Kloroform ...................................................................................... 11
Daya Jerap Iodin .............................................................................................. 11
Penggunaan Arang Aktif untuk Pemurnian Minyak Goreng Bekas ................ 12
Isoterm Adsorpsi .............................................................................................. 14

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan .......................................................................................................... 15
Saran ................................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 15
LAMPIRAN ............................................................................................................... 17






viii
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Komposisi jagung..................................................................................................... 2
2 Syarat mutu minyak goreng ..................................................................................... 5
3 Hasil analisis minyak goreng bekas ......................................................................... 13

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Struktur grafit AA................................................................................................. 2
2 Rendemen beberapa jenis AA............................................................................... 8
3 Kadar air (%) beberapa jenis AA.......................................................................... 9
4 Kadar zat mudah menguap (%) beberapa jenis AA .............................................. 9
5 Kadar abu (%) beberapa jenis AA ........... ............................................................ 10
6 Kadar karbon terikat (%) bebrapa jenis AA.......................................................... 10
7 Daya jerap benzena .............................................................................................. 11
8 Daya jerap kloroform bebrapa jenis AA............................................................... 11
9 Daya jerap iodin beberapa jenis AA..................................................................... 12
10 Konsentrasi optimum berdasarkan perpotongan kapasitas adsorpsi dengan
efisiensi pada AA (800C,60) ............................................................................. 12
11 Konsentrasi optimum berdasarkan perpotongan kapasitas adsorpsi dengan
efisiensi pada AA (800C,120, 0,5% NaOH) ..................................................... 12
12 Waktu adsorpsi optimum AA (800C,60) .................................................... 13
13 Waktu adsorpsi optimum AA (800C,120, 0,5% NaOH).................................... 13
14 Reaksi hidrolisis trigliserida ................................................................................. 13
15 Isoterm Freundlich adsorpsi asam laurat oleh AA (800C,60) .......................... . 14
16 Isoterm Langmuir adsorpsi asam laurat oleh AA (800C,60)) .......................... 14
17 Isoterm Freundlich adsorpsi asam laurat oleh AA (800C,120, 0,5% NaOH) ... 14
18 Isoterm Langmuir adsorpsi asam laurat oleh AA (800C,120, 0,5% NaOH) ..... 14






ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Penggunaan AA dalam industri ............................................................................. 18
2 Alur kerja penelitian.......................... .................................................................... 19
3 Gambar alat pengarangan dan aktivasi ................................................................ 20
4 Kadar air tongkol jagung ...................................................................................... 20
5 Standar kualitas AA.............................................................................................. 21
6 Rekapitulasi dan perhitungan data karakterisasi AA............................................. 22
7 Analisis ragam dan uji Duncan kadar air .............................................................. 30
8 Analisis ragam dan uji Duncan zat mudah menguap .......................... 31
9 Analisis ragam dan uji Duncan kadar abu................................. 32
10 Analisis ragam dan uji Duncan karbon terikat....................................................... 33
11 Analisis ragam dan uji Duncan daya jerap benzena............................................. 34
12 Analisis ragam dan uji Duncan kloroform............................ 35
13 Analisis ragam dan uji Duncan daya jerap iodin....................... 36
14 Data penentuan bobot optimum .............................................................................. 37
15 Data penentuan waktu optimum ............................................................................. 39
16 Data analisis pemurnian minyak goreng ................................................................ 39
17 Isoterm Freundlich dan Langmuir untuk adsorpsi asam laurat oleh arang
yang diaktivasi suhu 800C selama 60 menit ........................................................ 40
18 Isoterm Freundlich dan Langmuir untuk adsorpsi asam laurat oleh arang
yang diaktivasi suhu 800C selama 120 menit, perendaman NaOH 0,5% ............. 40


















PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di Indonesia, agroindustri merupakan
sektor yang sangat penting dalam
perindustrian nasional. Namun kegiatan
pascapanen dan pengolahan hasil pertanian,
termasuk pemanfaatan produk samping dan
sisa pengolahannya masih kurang. Sisa
pengolahan industri pertanian pada jagung
akan menghasilkan limbah berupa tongkol
jagung yang jumlahnya akan terus bertambah
seiring dengan peningkatan kegiatan
pascapanen.
Produksi jagung di Indonesia setiap
tahunnya menunjukkan peningkatan. Menurut
Biro Pusat Statistik (BPS) Indonesia, angka
produksi jagung tahun 2004 mencapai 11,2
juta ton. Tahun 2005 meningkat menjadi 12,5
juta ton, tahun 2006 mencapai 12,13 juta ton.
Tahun 2007 produksinya mencapai 14 juta
ton. Disamping itu, tingkat konsumsi jagung
pada tahun 2006 sekitar 3,5 juta ton,
sedangkan tahun 2007 diperkirakan mencapai
4,1 juta ton (BPS 2007). Banyaknya buah
jagung yang dikonsumsi menyebabkan
bertambahnya limbah tongkol jagung yang
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan.
Selama ini, masyarakat pedalaman cenderung
memanfaatkan limbah tongkol jagung sebagai
bahan bakar, dan terkesan terbuang percuma.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian
guna mengurangi volume limbah tongkol
jagung dan meningkatkan nilai tambahnya.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk
memanfaatkan limbah pertanian tersebut ialah
diolah menjadi arang aktif yang selanjutnya
diaplikasikan sebagai adsorben. Kandungan
senyawa berkarbon, yaitu selulosa (41%) dan
hemiselulosa (36%) yang cukup tinggi
mengindikasikan bahwa tongkol jagung
berpotensi sebagai bahan pembuat arang aktif.
(Lorenz & Kulp 1991). Komposisi kandungan
tongkol jagung dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Komposisi tongkol jagung
Komponen %
Air 9.6
Abu 1.5
Hemiselulosa 36.0
Selulosa 41.0
Lignin 6.0
Pektin 3.0
Pati 0.014
Sumber: Lorenz & Kulp (1991).
Arang aktif merupakan arang yang telah
diaktifkan oleh suatu zat sehingga memiliki
daya adsorpsi dengan daya serap mencapai 3-
7 kali dari daya jerap arangnya. Arang aktif
mampu menyerap anion, kation, dan molekul
dalam bentuk senyawa organik dan anorganik
berupa larutan dan gas sehingga digunakan
sebagai adsorben polutan berkadar rendah
pada produk-produk industri (Pari 1996).
Menurut Jaguaribe (2005) kapasitas adsorpsi
yang baik jika arang aktif berbentuk serbuk
atau granul. Dewasa ini arang aktif banyak
dimanfaatkan oleh pihak industri dalam proses
pemurnian, seperti pemurnian gula, minyak
dan lemak, kimia, farmasi, dan penjernihan air
untuk mengadsorpsi bau, warna, gas, dan
logam yang tidak diinginkan.
Selain berfunsi sebagai media penghantar
panas, minyak goreng juga berfungsi sebagai
penambah rasa gurih makanan serta
memperbaiki cita rasa makanan dengan
membentuk warna kuning kecoklatan pada
saat penggorengan. Proses pemanasan tinggi
pada minyak akan menghasilkan asam lemak
trans. Selain itu juga akan menghasilkan
senyawa karbonil, dan peroksida yang dapat
menyebabkan keracunan kronis pada manusia.
Minyak goreng bekas yang terus menerus
digunakan umumnya mengandung senyawa
berbahaya tersebut.
Pemanfaatan minyak goreng bekas yang
sudah dimurnikan tentu akan sangat
membantu industri yang menggunakan
minyak goreng dalam proses produksinya.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ferry (2002) dan Rasjiddin (2006)
memperlihatkan bahwa serbuk gergajian kayu
campuran dan tempurung biji jambu mete
dapat dijadikan sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif untuk adsorben
pemurnian minyak goreng bekas karena
kandungan karbonnya yang tinggi. Hasil
penelitian tersebut mengindikasikan bahwa
limbah pertanian seperti tongkol jagung
diduga dapat diolah lebih lanjut sebagai
adsorben (arang aktif) terhadap minyak
goreng bekas dan diharapkan mampu
meningkatkan nilai tambahnya.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan
limbah tongkol jagung sebagai bahan baku
pembuatan arang aktif untuk adsorben
pemurnian minyak goreng bekas. Di sini,
larutan asam dan basa akan digunakan untuk
mengaktivasi arang tongkol jagung dengan
harapan dapat meningkatkan kualitas arang
aktif dan kapasitas adsorpsi terhadap minyak
goreng bekas.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Jagung
Jagung merupakan salah satu jenis
tanaman pangan biji-bijian dari keluarga
rumput-rumputan. Jagung adalah sumber
pangan kedua setelah padi. Hampir 70% dari
produksinya dimanfaatkan untuk konsumsi
dan sisanya untuk berbagai keperluan, baik
sebagai pakan ternak maupun bahan industri
(Elly LR 1992). Selain sebagai sumber
karbohidrat, jagung juga ditanam sebagai
pakan ternak (daun dan tongkol), diambil
minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji,
dikenal dengan istilah tepung jagung atau
maizena), furfural, bioetanol, dan bahan baku
industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya).
Tongkol jagung kaya akan pentosa yang
dipakai sebagai bahan baku pembuatan
furfural. Furfural banyak digunakan sebagai
pelarut dalam industri pengolahan minyak
bumi, pembuatan pelumas, dan pembuatan
nilon. Selain itu berfungsi sebagai senyawa
antara untuk pembuatan furfuril alkohol,
tetrahidrofuran, herbisida, dan aplikasi pada
pewangi (Ace 2003). Inti biji jagung juga
banyak dimanfaatkan sebagai penghasil
minyak jagung.
Tongkol jagung sebagian besar tersusun
oleh selulosa (41%), hemiselulosa (36%),
lignin (6%), dan senyawa lain yang umum
terdapat dalam tumbuhan (Tabel 1). Hal ini
mengindikasikan kandungan karbon yang
cukup tinggi. Arang yang berasal dari tongkol
jagung diaktivasi secara fisik dan kimia.
Aktivasi secara kimia dengan larutan asam
dan basa mengarah untuk perbesaran pori
arang aktif.
Arang Aktif
Arang aktif (AA) adalah arang yang telah
mengalami proses aktivasi untuk
meningkatkan luas permukaannya dengan
jalan membuka pori-porinya sehingga daya
adsorpsinya meningkat. Luas permukaan AA
berkisar antara 300 dan 3500 m
2
/g. Daya jerap
AA sangat besar, yaitu sampai 10 kali
terhadap bobot arang aktif.
AA merupakan adsorben yang baik untuk
adsorpsi gas, cairan, maupun larutan.
Adsorpsi oleh AA bersifat fisik, artinya
adsorpsi terjadi jika gaya tarik van der Waals
oleh molekul-molekul di permukaan lebih
kuat daripada gaya tarik yang menjaga
adsorbat tetap berada dalam fluida. Adsorpsi
fisik bersifat dapat balik sehingga adsorbat
yang diadsorpsi AA dapat mengalami desorpsi
(Roy 1985). Sifat ini menguntungkan untuk
aplikasi industri karena AA dapat dipakai
berulang melalui proses regenerasi.
Pola difraksi sinar-X menunjukkan bahwa
AA berbentuk grafit, amorf, tersusun dari
atom-atom karbon berikatan secara kovalen
membentuk struktur heksagonal datar
(Gambar 1). Susunan kisi-kisi heksagonal
datar ini tampak seperti pelat-pelat datar yang
saling bertumpuk dengan sela-sela di
antaranya. Setiap kristal arang aktif biasanya
tersusun atas 3 atau 4 lapisan atom karbon
dengan sekitar 2030 atom karbon heksagonal
pada tiap lapisan (Jankowska 1991)








Gambar 1 Struktur grafit AA
(Jankowska 1991).

AA dapat dibuat dari bahan yang
mengandung karbon. Tulang, kulit biji, kayu
keras dan lunak, kulit kayu, tongkol jagung,
serbuk gergaji, sekam padi, dan tempurung
kelapa ialah beberapa contoh yang umum
digunakan (Pari 1996). Pembuatan AA
mencakup dua tahapan utama, yaitu proses
karbonisasi bahan baku dan proses aktivasi
bahan terkarbonisasi tersebut pada suhu lebih
tinggi. Karbonisasi merupakan proses
penguraian selulosa organik menjadi unsur
karbon dengan disertai pengeluaran unsur-
unsur non-karbon, yang berlangsung pada
suhu sekitar 600-700 C (Kienle 1986).
Proses aktivasi merupakan proses untuk
menghilangkan hidrokarbon yang melapisi
permukaan arang sehingga dapat
meningkatkan porositas karbon (Cooney 1980
dan Guerrero et al. 1970). Aktivasi AA dapat
dilakukan dengan 2 cara, yaitu proses aktivasi
secara fisik dan proses aktivasi kimia. Prinsip
aktivasi fisik adalah pemberian uap air atau
gas CO
2
kepada arang yang telah dipanaskan.
Sementara, prinsip aktivasi kimia ialah
perendaman arang dalam senyawa kimia
sebelum dipanaskan. Diharapkan bahan
pengaktif masuk di antara sela-sela lapisan
heksagonal AA dan selanjutnya membuka
permukaan yang tertutup. Bahan-bahan kimia
yang dapat digunakan antara lain H
3
PO
4
,
ZnCl
2
, NH
4
Cl, AlCl
3
, HNO
3
, KOH, NaOH,
H
3
BO
3
, KMnO
4
, SO
2
, H
2
SO
4
, K
2
S, CaCl
2
, dan
3
MgCl
2
(Kienle 1986, Sudradjat & Soleh
1994).
Penggunaan AA sebagai adsorben
ditentukan oleh luas permukaan, dimensi, dan
distribusinya, yang bergantung pada bahan
baku, kondisi pengkarbonan, dan proses
pengaktifan yang digunakan. Sekarang ini,
AA telah digunakan secara luas dalam industri
pangan, misalnya untuk pemurnian gula dan
minyak, maupun non-pangan seperti kimia
dan farmasi, umumnya sebagai bahan
pengadsorpsi dan pemurni yang digunakan
dalam jumlah sedikit sebagai katalis
(Lampiran 1). AA juga telah banyak
digunakan pada sistem penjernihan air
(Sriwahyuni 2002).
Adsorpsi
Adsorpsi merupakan peristiwa
terakumulasinya partikel pada permukaan.
Partikel yang terakumulasi dan diserap oleh
permukaan disebut adsorbat dan material
tempat terjadinya adsorpsi disebut adsorben
atau substrat (Atkins 1999).
Proses adsorpsi terdiri atas dua tipe, yaitu
adsorpsi kimia dan fisika. Adsorpsi kimia
adalah tipe adsorpsi dengan cara suatu
molekul menempel ke permukaan melalui
pembentukan suatu ikatan kimia. Ciri-ciri
adsorpsi kimia adalah terjadi pada suhu yang
tinggi, jenis interaksinya kuat, berikatan
kovalen antara permukaan adsorben dengan
adsorbat, entalpinya tinggi (H 400 kJ/mol),
adsorpsi terjadi hanya pada suatu lapisan atas
(monolayer), dan energi aktivasinya tinggi
(Hasanah 2006).
Adsorpsi fisika adalah tipe adsorpsi
dengan cara adsorbat menempel pada
permukaan melalui interaksi intermolekuler
yang lemah. Ciri-ciri dari adsorpsi fisika
adalah terjadi pada suhu yang rendah, jenis
interaksinya adalah interaksi intermolekuler
(gaya van der Waals), entalpinya rendah (H
<20 kJ/mol), adsorpsi dapat terjadi dalam
banyak lapisan (multilayer), dan energi
aktivasinya rendah (Hasanah 2006).
Adsorpsi fisika terutama disebabkan oleh
gaya van der Waals dan gaya elektrostatik
antara molekul yang teradsorpsi dengan atom
yang menyusun permukaan adsorben. Gaya
van der Waals tersebut timbul sebagai akibat
interaksi dipol-dipol, yang mana pada jarak
antar molekul tertentu terjadi kesetimbangan
antara gaya tolak dan gaya tarik. Dalam fase
cair dan fase padat terdapat gaya tarik van der
Waals yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan gaya tarik dalam fase gas. Gaya van
der Waals terdiri dari interaksi dipol-dipol,
interaksi dipol permanen-dipol induksi, dan
interaksi dispersi (dipol sementara-dipol
induksi) (Suzuki 1990, diacu dalam Hasanah
2006).
Faktor-faktor yang memengaruhi proses
adsorpsi antara lain sifat fisik dan kimia
adsorben seperti luas permukaan, ukuran
partikel, dan komposisi kimia. Semakin kecil
ukuran partikel, maka semakin besar luas
permukaan padatan persatuan volume tertentu,
sehingga akan semakin banyak zat yang
diadsorpsi. Faktor lainnya adalah sifat fisis
dan kimia adsorbat, seperti ukuran molekul
dan komposisi kimia, serta konsentrasi
adsorbat dalam fase cairan (Atkins 1999).
Proses adsorpsi berlangsung melalui tiga
tahapan, yaitu makrotransport, mikro-
transport, dan sorpsi. Makrotransport meliputi
perpindahan adsorbat melalui air menuju
interfase cair-padat dengan proses difusi.
Mikrotransport meliputi difusi adsorbat
melalui sistem makropori dan submikropori.
Sorpsi merupakan istilah untuk menjelaskan
kontak adsorbat terhadap adsorben. Istilah ini
digunakan karena sulitnya membedakan
proses yang berlangsung, apakah fisiosorpsi
atau kimisorpsi. Kapasitas adsorpsi suatu
adsorben untuk sebuah kontaminan dapat
ditentukan dengan menghitung isoterm
adsorpsi.
Isoterm Adsorpsi
Hubungan kesetimbangan antara potensial
kimia adsorbat dalam gas atau cairan dan
potensial kimia adsorbat di permukaan
adsorben pada suhu tetap dikatakan sebagai
isoterm adsorpsi. Kesetimbangan tercapai jika
laju pengikatan adsorben terhadap adsorbat
sama dengan laju pelepasannya (Koumanova
& Antova 2002).
Tipe isoterm adsorpsi yang umum dikenal
ada tiga macam, yaitu isoterm Freundlich,
Langmuir, dan Brenauer-Emmet-Teller
(BET). Isoterm Freundlich dan Langmuir
digunakan untuk gas atau larutan dengan
konsentrasi rendah. Isoterm BET merupakan
modifikasi isoterm Langmuir pada tekanan
tinggi (Alberty & Silbey 1992).
Isoterm Freundlich
Isoterm Freundlich mengasumsikan suatu
permukaan adsorpsi yang heterogen dan
perbedaan energi pada sisi aktif (Koumanova
& Antova 2002).
Model isoterm ini menganggap bahwa
pada semua sisi permukaan adsorben akan
terjadi proses adsorpsi di bawah kondisi yang
diberikan. Isoterm Freundlich tidak mampu
4
memperkirakan adanya sisi-sisi pada
permukaan yang mampu mencegah adsorpsi
pada kesetimbangan tercapai, hanya ada
beberapa sisi aktif saja yang mampu
mengadsorpsi molekul terlarut (Jason 2004).
Persamaan Freundlich dituliskan sebagai
berikut:

n
C k
m
x
/ 1
=

Persamaan dalam bentuk logaritma:


C
n
k
m
x
log
1
log log + =

keterangan:
m
x
= jumlah adsorbat terjerap per unit bobot
adsorben (g/g adsorben)
C = konsentrasi kesetimbangan adsorbat
dalam larutan setelah adsorpsi (bpj)
k, n = konstanta empiris
Isoterm Langmuir
Isoterm Langmuir didasarkan pada asumsi
bahwa sejumlah tertentu sisi sentuh adsorben
terdapat pada permukaan dan memiliki energi
yang sama serta adsorpsi bersifat dapat balik
(Atkins 1999). Menurut Ribeiro et al. (2001),
isoterm Langmuir mengasumsikan setiap
tempat adsorpsi adalah ekuivalen dan
kemampuan partikel untuk terikat di tempat
tersebut tidak bergantung pada ditempati atau
tidak ditempatinya tempat yang berdekatan
dan menggambarkan permukaan adsorpsi
yang homogen.
Persamaan Langmuir dituliskan sebagai
berikut:

C
C
m
x


+
=
1


Konstanta , dapat ditentukan dari kurva
hubungan
m x
C
/
terhadap C dengan
persamaan:

C
m x
C

1 1
/
+ =

Isoterm Brunauer, Emmet, Teller (BET)
Isoterm BET merupakan metode
umum untuk menentukan luas permukaan
adsorben dari data adsorpsi, dengan
persamaan:
cn
x c
cn x n
x ) 1 ( 1
) 1 (

+ =


konstanta n dan c dapat diperoleh dari
kemiringan garis perpotongan kurva
hubungan
) 1 ( x n
x

terhadap x.
Minyak Goreng
Lemak dan minyak merupakan suatu
trigliserida yang terbentuk dari kondensasi
satu molekul gliserol dengan tiga molekul
asam lemak. Lemak dan minyak sebagai
bahan pangan dibagi menjadi dua, yaitu lemak
yang siap dikonsumsi tanpa dimasak misalnya
mentega, dan lemak yang dimasak bersam-
sama bahan pangan atau dijadikan sebagai
medium penghantar panas dalam memasak
bahan pangan misalnya minyak goreng
(Ketaren 1986). Minyak goreng adalah
minyak yang telah mengalami proses
pemurnian yang meliputi degumming,
netralisasi, pemucatan dan deodorisasi. Secara
umum komponen utama yang sangat
menentukan mutu minyak adalah asam
lemaknya, karena asam lemak menentukan
sifat kimia maupun stabilitas minyak.
Dalam proses menggoreng, minyak
berfungsi sebagai penghantar panas sehingga
proses pemanasan menjadi lebih efisien
dibandingkan proses pemanggangan dan
perebusan. Proses penggorengan akan
meningkatkan cita rasa, kandungan gizi dan
daya awet serta menambah nilai kalori bahan
pangan. Pada proses penggorengan oksigen
dapat mengoksidasi minyak dengan cepat.
Kerusakan lemak selama proses
penggorengan diakibatkan oleh kontak
minyak dengan udara, pemanasan yang
berlebihan, kontak minyak dengan bahan
pangan dan adanya partikel-partikel yang
gosong.. Kerusakan minyak akibat pemanasan
dapat dilihat dari perubahan warna, kenaikan
kekentalan, kenaikan kandungan asam lemak
bebas, kenaikan peroksida dan penurunan
bilangan iodium. Kerusakan ini akan
mempengaruhi mutu dan nilai gizi serta
penampilan bahan pangan yang digoreng.
Persyaratan mutu minyak goreng menurut SNI
(1995) disajikan pada Tabel 2.
Pada minyak goreng yang telah digunakan
dapat dilakukan filtrasi minyak dengan
adsorben sehingga kondisi minyak dapat
terjaga dengan baik. Adsorben yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah arang
aktif yang diduga dapat menghilangkan
sebagian asam lemak bebas yang timbul dari
reaksi pencoklatan.







5
Tabel 2 Syarat mutu minyak goreng
Ciri
Nilai
Maksimum
Air 0,3%(b/b)
FFA 0,3%(b/b)
Bilangan Peroksida
10 mg O
2
/
100g
Logam Berat
Timbel (Pb) 0.1 bpj
Besi (Fe) 1.5 bpj
Tembaga (Cu) 0.1 bpj
Raksa (Hg) 0.05 bpj
Arsen (As) 0.1 bpj
Minyak Pelikan negatif
Keadaan (warna, bau, dan
rasa)
normal
Sumber: SNI 01-3741-1995
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
tongkol jagung usia 90 hari yang berasal dari
Ciampea, standar asam laurat, dan minyak
goreng bekas curah (dari penggorengan pecel
lele),
Alat yang digunakan untuk membuat
arang aktif adalah tungku pengarangan
(drum), tungku aktivasi (retort) yang
dilengkapi ketel uap, peralatan kaca, dan
software statistika SPSS versi 13.0.
Metode Penelitian
Pembuatan arang aktif diawali dengan
preparasi tongkol jagung (Lampiran 2).
Tongkol jagung dipotong-potong dan dicuci
bersih dengan air keran yang mengalir, setelah
itu dikeringudarakan di bawah sinar matahari
selama 7-8 hari. Selanjutnya, tongkol jagung
dikarbonisasi pada tungku pengarangan
(Lampiran 3) pada suhu 500 C selama 5 jam
(Bangas & Alam 2007), lalu dilanjutkan
dengan proses pengaktifan.
Pengaktifan arang aktif dilakukan dengan
tiga faktor, yaitu konsentrasi bahan pengaktif
(NaOH

0,50% dan NaOH

0,75%), suhu
pengaktifan (700 C dan 800 C) dan waktu
pengaktifan (60 dan 120 menit). Analisis sifat
arang aktif meliputi rendemen, kadar air,
kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar
karbon terikat, daya jerap iod, daya jerap
benzena, dan daya jerap kloroform (Sudradjat
& Soleh 1994). Sebagai pembanding juga
dilakukan analisis yang sama terhadap sifat
arang aktif yang diaktivasi tanpa bahan kimia
sebagai kontrol, dan arang aktif yang dibeli di
pasaran.
Setelah dianalisis, kemampuan arang aktif
dikaji dengan menentukan kapasitas dan
efisien adsorpsinya terhadap pemurnian
minyak goreng bekas curah. Sifat minyak
goreng yang dianalisis sebelum dan setelah
dimurnikan adalah kadar asam lemak bebas
(free fatty acid) (FFA). Percobaan
pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan
takaran optimum arang aktif yang dibutuhkan
dan waktu kontak yang diperlukan. Isoterm
adsorpsi juga dikaji pada standar asam laurat
dengan menggunakan isoterm Freundlich dan
Langmuir.
Perancangan percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap faktorial dengan dua kali ulangan.
Faktor-faktor perlakuan yang digunakan
adalah konsentrasi bahan kimia pengaktif,
yaitu NaOH 0,50% dan 0,75%; suhu
pengaktivasi, 700 C dan 800 C; waktu
aktivasi, 60 dan 120 menit.
Model rancangan
Y
ijk
= + A
i
+ B
j
+ C
k
+ AB
ij
+ AC
ik
+ BC
jk
+
ABC
ijk
+ E
ijk
Y
ijk
= Nilai respon yang diamati
= Efek rerata yang sebenarnya
A
i
= Pengaruh konsentrasi NaOH taraf k-i
B
j
= Pengaruh suhu pengaktifan dari taraf k-j
C
k
= Pengaruh waktu pengaktifan dengan
taraf ke-k
AB
i
= Pengaruh interaksi antara konsentrasi
NaOH taraf ke-i dan suhu aktivasi
taraf ke-j
AC
ik
= Pengaruh interaksi antara konsentrasi
NaOH taraf ke-i dan waktu
pengaktifan taraf ke-k
BC
jk
= Pengaruh interaksi antara suhu
pengaktivasian taraf ke-j dan waktu
pengaktifan taraf ke-k
ABC
ijk
= Pengaruh interaksi antara konsentrasi
NaOH taraf ke-i, suhu aktivasi taraf
ke-j,dan waktu pengaktifan taraf ke-k
E
ijk
= Galat dari rancangan faktorial
Pembuatan arang aktif (Ferry 2002)
Sejumlah tongkol jagung dimasukkan ke
dalam tungku pengarangan (drum) dan
dipanaskan dengan nyala api, bara yang
terbentuk diambil dan dipadamkan dengan
tanah. Arang yang terbentuk kemudian
dikeringkan. AA dibuat dengan cara
perendaman dengan NaOH 0,5% dan 0,75%
dilanjutkan dengan HCl: HNO
3
(1:1) 0,2N
lalu dipanaskan dalam tungku aktivasi pada
6
suhu 700 C dan 800 C, kemudian ke dalam
tungku tersebut diberi aliran uap air selama 60
dan 120 menit.
AA yang terbentuk dibiarkan dingin
selama 24 jam, lalu ditimbang dan dihitung
rendemennya. Sebelum AA diperlakukan
lebih lanjut, AA disimpan di kantung plastik
yang kering dan tertutup rapat. AA kemudian
dihancurkan, digerus dengan mortar dan
disaring dengan saringan berukuran 100 mesh
dan selanjutnya siap untuk dianalisis
kualitasnya. (Catatan: setelah ditentukan kadar
airnya, AA harus disimpan di dalam oven
bersuhu 105
o
C).
Pemurnian minyak (Ketaren 1986)
Sebelum digunakan AA disimpan dalam
oven bersuhu 105
o
C selama 2 jam.
Percobaan pendahuluan untuk mendapatkan
jumlah AA yang dibutuhkan, dilakukan
dengan cara memasukkan sejumlah AA
dengan variasi bobot: 0; 0,25; 5,0; 7,5; dan
10,0% (b/v) ke dalam 25 ml standar asam
laurat, kemudian dikocok dengan pengocok
pada suhu kamar selama 1 jam. Setelah itu,
disaring kemudian diukur kadar FFA-nya.
Penentuan waktu optimum dilakukan
dengan menggunakan bobot tetap arang aktif
yang diperoleh dari optimasi bobot ke dalam
25 ml standar asam laurat, kemudian dikocok
dengan pengocok pada ragam waktu: 60; 90;
dan 120 menit. Setelah itu, sampel disaring
dan diukur kadar FFA-nya.
Bobot dan waktu optimum adsorpsi
ditentukan dari kapasitas adsorpsi maksimum
dari AA terbaik. Dihitung juga efisiensi
adsorpsinya untuk AA terbaik. Kapasitas
adsorpsi dihitung dengan persamaan:

Q =
m
C C V
a o
) (

Sedangkan efisien adsorpsi dihitung dengan
persamaan:

Efisiensi = % 100

o
a o
C
C C


dengan
Q = kapasitas adsorpsi per bobot karbon aktif
(g/g arang aktif)
V = volume larutan (ml)
C
o
= konsentrasi awal larutan (bpj)
C
a
= konsentrasi akhir larutan (bpj)
m = bobot arang aktif (g)


Pencirian arang aktif
Penetapan rendemen (ASTM 1979)
Arang aktif yang diperoleh terlebih dahulu
dibersihkan, kemudian ditimbang. Rendemen
dihitung berdasarkan rumus:

Rendemen (%) =
% 100
) 1 (
) 1 (
x
d a
c b



a = bobot contoh sebelum pemanasan (g)
b = bobot contoh setelah pemanasan (g)
c = kadar air arang aktif (%)
d = kadar air arang (%)
Penetapan kadar air (SNI 1995)
Sebanyak 1 g AA ditempatkan dalam
cawan porselin yang telah diketahui bobot
keringnya. Cawan yang berisi sampel
dikeringkan dalam oven pada suhu 105 C
selama 3 jam sampai bobotnya konstan dan
didinginkan di dalam deksikator lalu
ditimbang. Pengeringan dan penimbangan
diulangi setiap 1 jam sampai diperoleh bobot
konstan. Analisis dilakukan duplo.
Perhitungan kadar air menggunakan
persamaan:
Kadar air (%) = % 100
) (
x
a
b a

a = bobot sampel sebelum pemanasan (g)
b = bobot sampel sesudah pemanasan (g)
Penetapan kadar zat mudah menguap (SNI
1995)
Sebanyak +1 g AA dimasukkan ke dalam
cawan porselin yang telah diketahui bobot
keringnya. Selanjutnya sampel dipanaskan
dalam tanur 950 C selama 10 menit,
kemudian didinginkan dalam desikator dan
ditimbang. Cawan ditutup serapat mungkin.
Analisis dilakukan duplo. Perhitungan kadar
zat mudah menguap menggunkan persamaan:
Kadar zat mudah menguap (%) =
% 100 x
a
b a

a = bobot sampel sebelum pemanasan (g)
b = bobot sampel sesudah pemanasan (g)
Penetapan kadar abu (SNI 1995)
Sebanyak +1 g AA ditempatkan dalam
cawan porselin yang telah dikeringkan dalam
oven dan diketahui bobot keringnya. Cawan
yang berisi sampel dipanaskan dahulu di atas
bunsen sampai tak berasap kemudian
dipanaskan dalam oven pada suhu 750 C
selama 6 jam. Setelah itu, didinginkan di
dalam deksikator dan ditimbang. Pengeringan
dan penimbangan diulangi setiap 1 jam
7
a
fp
iod N
O S Na N B
A

693 , 12
3 2 2
g
BM N NaOH mL
sampai diperoleh bobot konstan. Analisis
dilakukan duplo. Perhitungan kadar abu
menggunakan persamaan:
Kadar abu (%) = % 100 x
a
b

a = bobot awal sampel (g)
b = bobot sisa sampel (g)
Penetapan kadar karbon terikat (SNI 1995)
Karbon dalam arang adalah zat yang
terdapat pada fraksi padat hasil pirolisis,
selain abu (zat anorganik) dan zat-zat atsiri
yang masih terdapat pada pori-pori arang.
Definisi ini hanya berupa pendekatan (SNI
1995). Perhitungan kadar karbon terikat
menggunakan persamaan:
Kadar karbon terikat (%) = ) ( % 100 c b +
b = kadar zat mudah menguap (%)
c = kadar abu (%)
Penetapan daya jerap iodin (SNI 1995)
Sampel kering sebanyak 0,25 g dimasukkan
ke dalam Erlenmeyer yang ditutup alumunium
foil lalu ditambahkan 25 ml larutan I
2
0,1N
dan dikocok selama 15 menit lalu disaring.
Filtrat sebanyak 10 ml dititrasi dengan
Na
2
S
2
O
3
0,1N hingga berwarna kuning muda,
kemudian ditambahkan beberapa tetes amilum
1%, titrasi dilanjutkan sampai warna biru tepat
hilang. Hal yang sama dilakukan terhadap
blanko.
Daya jerap iodin (mg/g) =





A = volume titrasi (ml)
B = volume Na
2
S
2
O
3
terpakai (ml)
fp = faktor pengenceran
a = bobot AA (g)
12,693 = jumlah iod sesuai dengan 1 ml
larutan Na
2
S
2
O
3
0,1N
Penetapan daya jerap benzena (C
6
H
6
) dan
kloroform (CHCl
3
) (ASTM 1979)
Sampel kering sebanyak 1 gram
dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah
diketahui bobot keringnya. Cawan yang berisi
contoh tersebut kemudian dimasukkan ke
dalam desikator yang telah dijenuhkan dengan
uap benzena/ kloroform dan diinkubasi pada
suhu 19-20 C selama 24 jam agar
kesetimbangan absorpsi tercapai. Sebelum
ditimbang cawan yang berisi AA tersebut
dibiarkan selama 5 menit di udara terbuka
agar uap benzena/ kloroform yang menempel
di cawan petri dapat dihilangkan.

Daya jerap C
6
H
6
atau CHCl
3
(%) =
% 100 x
a
a b

a = bobot contoh sebelum inkubasi (g)
b = bobot contoh setelah inkubasi (g)
Isoterm adsorpsi standar asam laurat oleh
arang aktif
AA terbaik sejumlah bobot optimum
dimasukkan ke dalam larutan standar asam
laurat dengan variasi konsentrasi 2000, 3000,
4000, dan 5000 bpj, kemudian dikocok
dengan pengocok pada suhu kamar selama
waktu optimum. Setelah itu, sampel disaring
dan diukur kadar FFA nya. Tetapan adsorpsi
dihitung dengan model isoterm Freundlich
dan Langmuir.
Pemurnian minyak goreng bekas
Penetapan kadar asam lemak bebas/ free
fatty acid (FFA) (AOAC 1999)
Sampel minyak ditimbang ke dalam
Erlenmeyer 250 ml dengan bobot antara 10
dan 20 g. Ke dalam sampel ditambahkan
etanol 95% panas dan indikator fenolftalein
kemudian dikocok. Larutan dititrasi dengan
larutan NaOH 0,1N yang telah distandardisasi.

Kadar Asam Lemak Bebas (%) =



N = Normalitas larutan NaOH
BM = Bobot molekul asam laurat
g = bobot sampel yang diuji
HASIL DAN PEMBAHASAN
Arang
Kondisi fisik arang adalah berwarna hitam
cukup pekat. Hasil analisis arang
menunjukkan bahwa hampir semua parameter
uji yang digunakan telah masuk dalam SNI
1999 kecuali pada parameter daya jerap iodin
(Lampiran 6). Hal ini mengindikasikan bahwa
arang yang terbuat dari tongkol jagung
berpotensi untuk dijadikan arang aktif.
Hampir semua parameter uji menunjukkan
arang lebih baik kualitasnya jika dibandingkan
dengan arang aktif komersial.
Arang Aktif
Bahan baku untuk pembuatan AA dalam
penelitian ini adalah limbah tongkol jagung.
8
Sebelum digunakan tongkol jagung dijemur di
bawah sinar matahari selama 7-8 hari dengan
tujuan untuk mengurangi kandungan air. Pada
analisis awal, diperoleh kadar air pada tongkol
jagung sebesar 10,7% (Lampiran 4). Besarnya
nilai kadar air yang diperolah sangat
berpengaruh terhadap rendemen yang
dihasilkan, yaitu sebesar 70,5%. Hal ini
hampir sesuai dengan pendapat Lorenz dan
Kulp (1991), yang menyebutkan bahwa
tongkol jagung memiliki kadar air sebesar
9.60%.
Tongkol jagung selanjutnya dikarbonisasi
menjadi arang menggunakan tungku pemanas
(drum) dengan nyala api pada suhu antara 400
dan 500 C selama 4 jam. Selama proses
berlangsung drum dijaga dalam keadaan
sistem tertutup, agar tidak ada oksigen yang
masuk sehingga mencegah terbentuknya abu.
Pada proses karbonisasi diharapkan terjadi
proses penguraian selulosa organik menjadi
unsur karbon dan pengeluaran unsur-unsur
nonkarbon. Arang yang terbentuk kemudian
diaktivasi. Pengaktifan arang dilakukan
dengan menggunakan alat retort (tungku
aktivasi) yang terbuat dari baja tahan karat,
dan dilengkapi dengan alat pemanas listrik
sehingga tidak ada udara yang masuk. Retort
ini juga dilengkapi dengan pengatur suhu
sehingga pengaktifan menjadi lebih merata
dan sempurna.
Rendemen
Penetapan rendemen arang aktif bertujuan
untuk mengetahui jumlah arang aktif yang
dihasilkan dari proses karbonasi dan aktivasi.
Perhitungan rendemen didasarkan pada bobot
kering oven bahan baku. Rendemen arang
aktif yang dihasilkan dipengaruhi oleh cara
pengaktifan. Rendemen yang dihasilkan
berkisar antara 25,6% dan 84,8,%. Rendemen
tertinggi terdapat pada arang yang diaktivasi
pada suhu 700 C selama 60 menit dengan
kombinasi NaOH 0,75%, sedangkan
rendemen terkecil terdapat pada arang yang
diaktivasi pada suhu 800 C dengan kombinasi
NaOH 0,75 % selama 120 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis
bahan baku, bentuk bahan baku (serbuk atau
granulat), konsentrasi NaOH dan lamanya
aktivasi berpengaruh terhadap rendemen
arang aktif. Hampir semua rendemen
menurun setelah peningkatan suhu. Teori
kinetika menyebutkan bahwa semakin tinggi
suhu reaksi maka laju reaksi akan bertambah
cepat. Peningkatan suhu akan mempercepat
laju reaksi antara karbon dan uap air sehingga
banyak karbon yang terkonversi menjadi H
2
O
dan CO
2
dan semakin sedikit karbon yang
tersisa. Hal ini mengakibatkan rendemen
arang aktif rendah (Hudaya & Hartoyo 1990).
Peningkatan waktu aktivasi cenderung
dapat menurunkan rendemen (Gambar 2). Hal
ini disebabkan oleh dengan semakin lama
waktu aktivasi maka kemungkinan terjadinya
reaksi antara arang dengan zat
pengoksidasi/pengaktif membentuk CO, CO
2
,
dan H
2
juga semakin meningkat sehingga
arang aktif yang terbentuk berkurang.
0 15 30 45 60 75 90
Rendemen (%)
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f


























Gambar 2 Rendemen beberapa jenis AA.

Perlakuan
T1 = 700 C C1 = NaOH 0,5%
T2 = 800 C C2 = NaOH 0,75%
W1 = 60 menit TA = tanpa aktivasi
W2 = 120 menit AAK =arang aktif komersial
Kadar air
Penetapan kadar air AA bertujuan untuk
mengetahui sifat higroskopis AA. Perhitungan
kadar air AA ini didasarkan pada bobot kering
oven AA. Kadar air AA yang diperoleh
bekisar antara 4,4% dan 9%. Nilai ini
memenuhi persyaratan Standar Indonesia
(SNI 1995) (Lampiran 5), yaitu kurang dari
15%. Kadar air tertinggi terdapat pada AA
yang diaktivasi pada suhu 700 C selama 60
menit dan dikombinasikan dengan aktivasi gas
dari uap air. Kadar air terendah terdapat pada
AA yang diaktivasi dengan bahan pengaktif
NaOH 0,5% yang dikombinasikan dengan
aktivasi gas dari uap air pada suhu 700 C
selama 120 menit.
Gambar 3 menunjukkan bahwa
perendaman dengan bahan pengaktif NaOH
menyebabkan menurunnya kadar air. Hal ini
mungkin disebabkan oleh natrium hidroksida
yang sangat higroskopis sehingga H
2
O yang
terdapat dalam bahan bereaksi dengannya.
Pernyataan ini juga diperkuat oleh Pari
9
(2004), bahwa bahan pengaktif yang bersifat
higroskopis dapat menurunkan kadar air. Bila
dibandingkan dengan arang aktif
komersialpun kadar air arang aktif yang
dihasilkan juga memiliki nilai yang lebih
rendah. Hasil analisis ragam (Lampiran 7),
menunjukkan bahwa perlakuan suhu, waktu,
dan konsentrasi NaOH maupun interaksinya
berpengaruh nyata pada kadar air arang aktif.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kadar air (%)
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK
J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f







































Gambar 3 Kadar air (%) beberapa jenis AA.
Kadar zat mudah menguap
Penetapan kadar zat mudah menguap
bertujuan mengetahui jumlah zat atau
senyawa yang belum menguap pada proses
karbonisasi dan aktivasi. Besarnya kadar zat
mudah menguap mengarah kepada
kemampuan daya jerap AA. Kadar zat mudah
menguap yang tinggi akan mengurangi daya
jerap AA tersebut. Kadar zat mudah menguap
AA yang dibuat berkisar antara 14,2% dan
26,5% (Gambar 4). Hampir semua nilai
tersebut telah memenuhi Standar Indonesia
(SNI 1995), yaitu kurang dari 25%.
Kadar zat mudah menguap tertinggi
terdapat pada AA yang diaktivasi pada suhu
800 C selama 120 menit, sedangkan yang
terendah yaitu AA yang diaktivasi pada suhu
700 C selama 120 menit dengan kombinasi
NaOH 0,5%. Kandungan zat mudah menguap
ini praktis menunjukkan perubahan yang
berarti dengan pengaruh suhu dan konsentrasi.
Sementara itu, waktu aktivasi tidak
berpengaruh nyata (Lampiran 8). Hasil uji
Duncan (Lampiran 8) terhadap interaksi suhu ,
konsentrasi, dan waktu aktivasi menunjukkan
bahwa suhu 700 C dengan kombinasi NaOH
0,5% selama 120 menit akan menghasilkan
zat mudah menguap yang paling rendah,
walaupun secara statistik nilai ini tidak
berbeda nyata apabila dilakukan pada suhu
800 C.
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44
Kadarzat terbang (%)
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK
J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f






























Gambar 4 Kadar zat mudah menguap (%)
beberapa jenis AA
Kadar abu
Penetapan kadar abu bertujuan
menentukan kandungan oksida logam dalam
AA. Kadar abu AA berkisar antara 4,4 dan
20,1%. Semua AA yang tidak diaktivasi
dengan bahan pengaktif memiliki kadar abu di
atas Standar Indonesia (SNI 1995), yaitu
diatas 10% (Gambar 5). Sementara itu, terjadi
hal yang sebaliknya untuk AA yang diaktivasi
dengan bahan kimia. Hal ini mengindikasikan
bahwa bahan kimia pengaktivasi berpengaruh
terhadap kadar abu dari AA. Pernyataan ini
diperkuat berdasarkan analisis ragam
(Lampiran 9), yang menunjukkan bahwa suhu,
konsentrasi, dan waktu aktivasi serta interaksi
antara suhu, waktu aktivasi, dan konsentrasi
berpengaruh nyata terhadap kadar abu arang
aktif. Sementara itu, dari hasil uji Duncan
(Lampiran 9) didapatkan bahwa AA pada
suhu 800 C selama 60 menit dengan
kombinasi NaOH 0,75% memiliki kadar abu
terendah.
Kadar abu tertinggi terdapat pada AA yang
diaktivasi pada suhu 800 C selama 120 menit.
Menurut Pari (2004), penyebab tingginya
kadar abu AA adalah karena terjadi proses
oksidasi. Besarnya nilai kadar abu dapat
mempengaruhi kemampuan daya jerap AA
tersebut, baik pada gas maupun larutan karena
kandungan mineral yang terdapat dalam abu
seperti kalsium, kalium, magnesium, dan
natrium akan menyebar dalam kisi-kisi AA.
10
0 3 6 9 12 15 18 21
Kadar abu (%)
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK











J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f







Gambar 5 Kadar abu (%) beberapa jenis AA
Kadar karbon terikat
Penetapan kadar karbon terikat bertujuan
mengetahui kandungan karbon setelah proses
karbonisasi dan aktivasi. Kadar karbon terikat
AA berkisar antara 53,4% dan 80,9%. Jika
dibandingkan dengan AA komersial hampir
semua kadarnya lebih tinggi dan memenuhi
Standar Indonesia (SNI 1995), yaitu kadarnya
lebih dari 65%, kecuali arang yang diaktivasi
tanpa perendaman bahan pengaktif pada suhu
800 C selama 120 menit. Informasi ini dapat
dilihat pada kurva yang disajikan dalam
Gambar 6. Hal ini kemungkinan terjadi karena
proses pengarangan yang tidak sempurna dan
berlangsung di tempat terbuka, sehingga
memungkinkan proses oksidasi oleh oksigen
terus berjalan dan menyebabkan arang
berubah menjadi abu. Semakin tinggi kadar
abu maka semakin kecil kadar karbon terikat.
Hal ini juga diperkuat oleh Pari (2004), bahwa
kadar karbon terikat dipengaruhi oleh kadar
abu.
Kadar karbon terikat tertinggi terdapat
pada arang yang diaktivasi dengan
perendaman bahan pengaktif pada suhu 800
C selama 60 menit, sedangkan yang terendah
terdapat pada arang yang diaktivasi pada suhu
800 C selama 120 menit. Berdasarkan
analisis ragam (Lampiran 10) menunjukkan
bahwa perlakuan suhu dan waktu aktivasi
tidak berpengaruh nyata terhadap kadar
karbon terikat arang aktif. Dari uji Duncan
didapatkan bahwa aktivasi pada suhu 700 C,
konsentrasi NaOH 0,5% selama 60 menit akan
menghasilkan kadar karbon terikat tertinggi
(Lampiran 10).
0 15 30 45 60 75 90
Kadar karbon terikat (%)
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK















J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f

















Gambar 6 Kadar karbon terikat (%) beberapa
jenis AA
Daya jerap benzena
Daya jerap AA berkisar antara 11,4% dan
30,6%. Nilai tertinggi terdapat pada arang
yang diaktivasi pada suhu 800 C selama 120
menit dan dikombinasikan dengan NaOH
0,5%, sedangkan yang terendah terdapat pada
arang yang tidak diaktivasi. Dari Gambar 8
terlihat bahwa hampir semua nilai daya jerap
benzena pada AA di atas nilai AA komersial.
Standar Indonesia untuk daya jerap benzena
pada AA yang berukuran serbuk belum ada.
Ada kecenderungan daya jerap benzena
meningkat seiring dengan lamanya aktivasi
pada AA yang tanpa dan dipengaruhi bahan
pengaktif (Gambar 7). Terlihat juga pada
Gambar 8 bahwa bahan pengaktif NaOH
mempengaruhi daya jerap benzena. Nilai daya
jerap benzena AA yang diaktivasi dengan
NaOH cenderung menurun jika dibandingkan
yang tidak diaktivasi. Hal ini mungkin
disebabkan oleh natrium tidak melebur
sempurna dan tersisa sehingga menutupi
permukaan AA pada saat proses karbonisasi
dan aktivasi suhu 700 dan 800 C.
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 11)
didapatkan bahwa perlakuan suhu, waktu
aktivasi, dan konsentrasi berpengaruh nyata
terhadap daya jerap benzena pada arang aktif.
Hal yang sama berlaku pada ketiga interaksi
perlakuan, Sementara itu, dari hasil uji
Duncan (Lampiran 11) didapatkan aktivasi
pada suhu 800 C dengan konsentrasi NaOH
0,5% selama 120 menit akan menghasilkan
arang aktif dengan daya jerap tertinggi.

11
0 5 10 15 20 25 30 35
Daya jerap benzena (%)
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK


J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f








Gambar 7 Daya jerap benzena beberapa
jenis AA

Besarnya nilai daya jerap benzena
menunjukkan kemampuan AA untuk
menjerap senyawa yang bersifat nonpolar.
Artinya pori-pori pada permukaan AA sedikit
mengandung senyawa nonkarbon sehingga
gas atau uap yang dapat diserap menjadi lebih
banyak (Pari 1996).
Daya jerap kloroform
Daya jerap kloroform berkisar antara
13,%9-44,3%. Nilai tertinggi terdapat pada
arang yang diaktivasi pada suhu 800 C
selama 120 menit dan dikombinasikan dengan
NaOH 0,5%, sedangkan yang terendah
terdapat pada arang yang tidak diaktivasi. Hal
ini mengindikasikan bahwa perendaman
dengan NaOH akan memperbesar pori-pori
AA sehingga daya jerapnya meningkat.
Dari Gambar 8 terlihat bahwa hampir
semua nilai daya jerap kloroform di bawah
40%. Rendahnya daya jerap kloroform
mungkin disebabkan oleh masih adanya
senyawa nonkarbon yang menempel pada
permukaan atau menutupi pori-pori AA yang
tidak keluar saat proses aktivasi. Daya jerap
AA terhadap kloroform dipengaruhi oleh
tingkat kepolaran permukaan AA. Semakin
besar daya jerap terhadap kloroform
menunjukkan permukaan AA banyak
mengandung senyawa yang bersifat polar
seperti fenol, aldehida, dan karboksilat
(Rasjiddin 2006).
Daya jerap kloroform yang dihasilkan
ternyata lebih besar dari daya jerap benzena.
Hal ini menunjukkan bahwa AA yang
dihasilkan memiliki kemampuan yang lebih
baik untuk menjerap senyawa yang bersifat
polar dibandingkan dengan senyawa nonpolar.
Hasil analisis ragam (Lampiran 12)
menunjukkan bahwa pelakuan suhu dan waktu
aktivasi berpengaruh nyata terhadap daya
jerap kloroform arang aktif. Sementara itu,
dari hasil uji Duncan (Lampiran 12)
didapatkan bahwa aktivasi pada suhu 800 C
dengan konsentrasi NaOH 0,5% selama 120
menit menghasilkan daya jerap kloroform
tertinggi.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Daya jerapkloroform
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W1C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK
J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f



















Gambar 8 Daya jerap kloroform beberapa
jenis AA
Daya jerap iodin
Penetapan daya jerap AA terhadap iodin
merupakan persyaratan umum untuk menilai
kualitas AA. Daya jerap iodin AA yang dibuat
berkisar antara 359,5%-1050,5%. Nilai
tertinggi terdapat pada arang yang diaktivasi
pada suhu 800 C selama 120 menit dan
dikombinasikan dengan NaOH 0,5%,
sedangkan yang terendah terdapat pada arang
yang tanpa diaktivasi. Dari Gambar 9 terlihat
bahwa semua arang yang diaktivasi baik
dengan cara fisik maupun fisik dan kimia
memiliki daya jerap iodin yang telah
memenuhi Standar Indonesia (SNI 1995),
yaitu lebih besar dari 750 mg/g. Hal yang
sama juga terjadi ketika daya jerap iodin AA
dibandingkan dengan AA komersial. Namun,
hanya satu AA yang memenuhi Standar
Jepang (JIS 1967) karena daya jerap terhadap
iodin lebih dari 1050 mg/g, yaitu arang yang
diaktivasi pada suhu 800 C selama 120 menit
dan dikombinasikan dengan NaOH 0,5%.
Jika dibandingkan nilai daya jerap iodin
antara arang dan arang yang diaktivasi suhu
800 C selama 120 menit dan dikombinasikan
dengan NaOH 0,5% maka terjadi
peningkatan sebesar 192,2%. Besarnya
daya jerap AA terhadap iodin ada
hubungannya dengan pola struktur mikropori
yang terbentuk. Selain itu juga
mengindikasikan besarnya diameter pori AA
tersebut yang hanya mampu dimasuki oleh
molekul dengan diameter kurang dari 10.
12
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1100
Daya jerapiodin
TA
T1W1
T1W2
T2W1
T2W2
T1W!C1
T1W1C2
T1W2C1
T1W2C2
T2W1C1
T2W1C2
T2W2C1
T2W2C2
AAK















J
e
n
i
s

a
r
a
n
g

a
k
t
i
f



cc

Gambar 9 Daya jerap iodin beberapa
jenis AA.

Berdasarkan hasil analisis ragam
(Lampiran 13) didapatkan bahwa pelakuan
suhu, lama aktivasi, dan konsentrasi serta
interaksi ketiga perlakuan berpengaruh nyata
terhadap daya jerapa iodin arang aktif. Dari
hasil uji Duncan (Lampiran 13) didapatkan
bahwa aktivasi 800 C yang dikombinasikan
dengan NaOH 0,5% selama 120 menit akan
menghasilkan daya jerap iod tertinggi.
Penggunaan Arang Aktif untuk
Pemurnian Minyak Goreng Bekas
Berdasarkan hasil pencirian AA dengan
parameter daya jerap iodin, maka terpilih AA
secara fisik terbaik ialah arang yang diaktivasi
pada suhu 800 C selama 60 menit. Sementara
itu, AA secara fisik dan kimia terbaik ialah
arang yang diaktivasi pada suhu 800 C
selama 120 menit dan dikombinasikan dengan
perendaman NaOH konsentrasi 0, 5%. Kedua
AA terbaik tersebut kemudian di uji sebagai
adsorben untuk pemurnian minyak goreng
bekas. Sebelumnya dilakukan uji pendahuluan
untuk mendapatkan nilai bobot dan waktu
optimum yang akan digunakan pada standar
asam laurat. Uji pendahuluan ini
menggunakan standar asam laurat karena
asam laurat merupakan asam lemak bebas
yang paling dominan dalam minyak goreng
yang terbuat dari kelapa sawit. Nilai bobot
dan waktu optimum yang didapat juga
digunakan untuk penentuan isoterm adsorpsi.
Uji pendahuluan
Konsentrasi asam laurat yang digunakan
untuk uji pendahuluan adalah 0,3% (b/b).
Konsentrasi campuran asam laurat dan AA
terbaik ditentukan berdasarkan kapasitas
adsorpsi dan presentase penjerapannya selama
rentang waktu 60 menit untuk setiap variasi
konsentrasi. Berdasarkan hasil uji
pendahuluan didapatkan konsentrasi terbaik
untuk AA secara fisik maupun secara fisik dan
kimia berturut turut adalah 7,04% (b/v) dan
7,08% (b/v) (Lampiran 14). Nilai ini
didapatkan dari perpotongan garis kapasitas
adsorpsi dan presentase penjerapan asam
laurat oleh AA dalam satu kurva (Gambar 10
dan 11).
0
50
100
150
200
250
2.5 5 7.5 10
(%) Bobot arang aktif
Q
E

Gambar 10 Konsentrasi optimum berdasarkan
perpotongan kapasitas adsorpsi
dengan efisiensi pada AA
(800 C,60')
keterangan :
Q = Kapasitas adsorpsi (mg/ g)
E = Efisiensi (%)


0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2.5 5 7.5 10
(%) Bobot arang aktif
Q
E

Gambar 11 Konsentrasi optimum berdasarkan
perpotongan kapasitas adsorpsi
dengan efisiensi pada arang
aktif (800 C,120',0,5% NaOH)

Keterangan :
Q = Kapasitas adsorpsi (mg/ g)
E = Efisiensi (%)

Waktu kontak optimum pada proses
adsorpsi asam laurat baik pada AA secara
fisik maupun secara fisik dan kimia ialah 90
menit (Gambar 12 dan 13). Lamanya proses
adsorpsi ditentukan berdasarkan kapasitas dan
presentase penjerapannya selama rentang
waktu tertentu. Pada saat kapasitas dan
presentase penjerapan asam laurat mencapai
nilai optimum, maka lama proses adsorpsi
13
tersebut diambil sebagai waktu adsorpsi
(Lampiran 15).

80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
60.00 90.00 120.00
Waktu (menit)
K
a
p
a
s
i
t
a
s

a
d
s
o
r
p
s
i


(
m
g
/
g
)
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
E
f
i
s
i
e
n
s
i

(
%
)










Q E

Gambar 12 Waktu adsorpsi optimum arang
aktif (800C,60')

80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
60.00 90.00 120.00
Waktu (menit)
K
a
p
a
s
i
t
a
s

A
d
s
o
r
p
s
i



(
m
g
/
g
)









80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
E
f
i
s
i
e
n
s
i

(
%
)









Q E

Gambar 13 Waktu adsorpsi optimum arang
aktif (800C,120',0,5% NaOH)

Berdasarkan Gambar 12 dan 13, proses
adsorpsi terlihat meningkat pada selang waktu
60-90 menit. Selanjutnya proses adsorpsi
cenderung hampir stabil. Waktu untuk
mencapai kapasitas adsorpsi optimum pada
kedua AA tersebut adalah sama. Hal yang
sama juga berlaku pada persentasi
penjerapannya, yaitu 100%.
Pemurnian minyak goreng bekas
Komponen utama minyak yang sangat
menentuan mutu minyak goreng adalah asam
lemaknya, karena asam lemak menentukan
sifat kimia maupun stabilitas minyak
(Djatmiko 1974). Proses pemanasan pada
minyak dapat menyebabkan minyak menjadi
rusak. Salah satu parameter yang digunakan
untuk melihat kerusakan minyak akibat
pemanasan adalah kandungan asam lemak
bebasnya.
Asam lemak bebas terbentuk karena
proses oksidasi dan hidrolisis. Proses
pemanasan pada suhu tinggi dan kontak
minyak udara dapat mempercepat oksidasi.
Sementara itu, proses hidrolisis dapat
dipercepat karena adanya air. Data percobaan
pemurnian minyak goreng bekas tersaji dalam
Tabel 3.
Tabel 3. Hasil analisis minyak goreng bekas
FFA (% b/b)
Sampel minyak
AA
(800C,
60')
AA
(800C,
120',0,5%
NaOH)
Minyak curah
awal
0.14 0.14
Minyak curah
bekas
1.62 1.62
Minyak curah
bekas setelah
dimurnikan
0.79 1.34

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa ada
penurunan kadar FFA pada sampel minyak
goreng curah bekas setelah dimurnikan
dengan AA sebesar 51,57% untuk AA (800
C, 60'), dan 17,74% untuk AA (800 C,
120',0,5% NaOH) (Lampiran 16). Hal ini
menunjukkan kedua AA yang dibuat memiliki
kemampuan sebagai adsorben pemurnian
minyak, pernyataan ini dikuatkan oleh
penelitian Pari (2004) yang menyatakan AA
yang memiliki daya jerap iodin di atas 1000
mg/g dapat digunakan untuk pemurnian
minyak makan. Persentasi penurunan kadar
FFA AA (800 C, 60') lebih besar dari AA
(800 C, 120', 0,5% NaOH), yaitu selisih
33,83 %.

H
2
COOCR CH
2
OH
HCOOCR + 3H
2
O CHOH +3RCOOH
H
2
COOCR CH
2
OH

Gambar 14 Reaksi hidrolisis trigliserida
Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi menunjukkan hubungan
kesetimbangan antara konsentrasi adsorbat
dalam fluida dan pada permukaan adsorben,
pada suhu tetap. Telah banyak adsorpsi yang
dikembangkan untuk mendeskripsikan
interaksi antara adsorben dan adsorbat. Tipe
isoterm Freundlich dan Langmuir pada
umumnya dianut oleh adsorpsi fase padat-cair
(Atkins 1990). Data konsentrasi
kesetimbangan, konsentrasi asam lemak bebas
terjerap, dan bobot AA yang ditimbang,
digunakan dalam pembuatan kurva regresi
linier untuk tipe isoterm Freundlich (Lampiran
17) dan isoterm Langmuir (Lampiran 18).
Pada penelitian ini digunakan AA terbaik
berdasarkan jenis aktivasinya. Adsorpsi asam
laurat oleh AA (800 C, 60') memberikan
linieritas 92,37% untuk isoterm Freundlich
(Gambar 15) dan 83,30% untuk isoterm
Langmuir (Gambar 16). Ada pendugaan
14
adsorpsi asam laurat oleh AA (800 C, 60')
mengikuti tipe isoterm Freundlich, karena
linieritasnya untuk tipe isoterm Freundlich
lebih besar. Hasil penelitian ini dikuatkan oleh
Hussein et al. (2004) yang menyatakan bahwa
dengan nilai linieritas 90% dapat dinyatakan
adsorpsi mengikuti jenis tipe isoterm adsorpsi
tersebut. Jika isoterm yang dianut adalah
isoterm Freundlich maka adsorpsi terjadi
secara fisisorpsi banyak lapisan (Fourest dan
Volesky 1996).

y =0.0843x +3.1953
R
2
=0.9228
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
2.97 2.89 2.75 2.60
log konsentrasi
l
o
g

(
x
/
m
)

Gambar 15 Isoterm Freundlich adsorpsi asam
laurat oleh AA (800 C, 60')
y = 0.0008x - 0.3185
R
2
= 0.8331
0.00
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.0
0
Konsentrasi
C
/

(
x
/
m
)

Gambar 16 Isoterm Langmuir adsorpsi asam
laurat oleh AA (800 C, 60')

Hasil yang sama diperoleh pada isoterm
adsorpsi asam laurat oleh AA (800 C, 120',
0,5% NaOH), isoterm adsorpsi diduga
mengikuti tipe isoterm Freundlich dengan
linieritas 92,34% (Gambar 17) sedangkan
isoterm Langmuir sebesar 77,89% (Gambar
18). Fakta ini menunjukkan bahwa proses
adsorpsi asam laurat oleh AA (800 C, 60')
maupun AA (800 C, 120'; 0,5% NaOH)
menganut tipe isoterm Freundlich.

y =0.0773x +3.2406
R
2
=0.9243
2.80
3.00
3.20
3.40
3.60
3.80
4.00
2.80 2.76 2.52 2.57
log konsentrasi
l
o
g

(
x
/
m
)

Gambar 17 Isoterm Freundlich adsorpsi asam
laurat oleh AA (800 C, 120',
0,5% NaOH)

y = 0.0008x - 0.2066
R
2
= 0.7792
0.00
0.05
0.10
0.15
0.20
0.25
0.30
0.35
0.40
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00
Konsentrasi
C
/

(
x
/
m
)

Gambar 18 Isoterm Langmuir adsorpsi asam
laurat oleh AA (800C, 120', 0,5%
NaOH

Pendekatan Freundlich mengasumsikan
adsorbat yang teradsorpsi membentuk lapisan
multilayer, permukaan adsorbat heterogen,
artinya afinitas setiap kedudukan ikatan untuk
molekul adsorbat tidak sama, ada antaraksi
lateral antar molekul adsorbat, dan molekul
adsorbat yang teradsorpsi terdistribusi, artinya
molekul-molekul tersebut bergerak pada
permukaan.
Kedua jenis AA mengikuti tipe isoterm
Freundlich. Hal ini menggambarkan bahwa
permukaan adsorbat adalah heterogen dan
memiliki energi yang tidak sama (Ribeioro et
al. 2001). Informasi yang diperoleh dari
isoterm adsorpsi adalah suatu pendekatan
yang mengasumsikan suatu permukaan
adsorpsi yang homogen atau heterogen
(Koumanova & Antova 2002). Isoterm
adsorpsi tidak menunjukkan mekanisme
penjerapan yang terjadi, baik fisisorpsi
maupun kimisorpsi. Suatu adsorpsi
digolongkan berlangsung secara fisisorpsi
atau kimisorpsi, dapat ditentukan berdasarkan
nilai entalpi dan energi aktivasinya.



15
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Tongkol jagung terbukti dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan arang aktif
(AA). Arang yang diaktivasi secara fisik dan
kimia ternyata memiliki kualitas yang lebih
baik dibandingkan arang yang diaktivasi
hanya secara fisik berdasarkan daya jerap
iodin. AA terbaik sesuai dengan cara
aktivasinya terdapat pada arang yang
diaktivasi pada suhu 800 C selama 60 menit
dan arang yang diaktivasi pada suhu 800 C
selama 120 menit dengan kombinasi bahan
pengaktif NaOH 0,5 %. Kedua jenis adsorben
ini berfungsi sebagai adsorben pemurnian
minyak goreng bekas, yang dibuktikan dengan
kemampuannya menurunkan kandungan asam
lemak bebas sebesar 51,57 % untuk AA (800
C, 60'), dan 17,74 % untuk AA (800 C, 120',
0,5 % NaOH).
Tipe isoterm yang dianut oleh kedua jenis
adsorben adalah isoterm Freundlich. Isoterm
ini mengasumsikan molekul adsorbat yang
teradsorpsi membentuk lapisan multilayer dan
permukaan adsorbat adalah heterogen
(memiliki energi yang berbeda).
Saran
Tahapan selanjutnya yang perlu dilakukan
adalah identifikasi gugus fungsi, pola struktur
kristalit, dan topografi permukaan arang aktif
dari arang aktif yang dibuat. Sebaiknya AA
(800 C, 120', 0,5% NaOH) diaplikasikan
pada contoh berwujud gas.
DAFTAR PUSTAKA
Ace. 2003. Pembuatan Furfural dari Tongkol
Jagung: Hubungan Antara Suhu dan
Waktu Proses Hidrolisis terhadap
Yield [skripsi]. Jakarta: Fakultas
Teknik, Universitas Indonesia.

Alberty RA, Silbey RJ. 1992. Physical
Chemistry. Ed ke-1. New Atkins PW.
1999. Kimia Fisika jilid II.
Kartohadiprodjo, penerjemah;
Rohhadyan T, editor. Oxford
University Press. Terjemahan dari:
Physical Chemistry.

JIS. 1967. Japanese Industrial Standard.
Testing Method for Powderd Avtivated
Carbon. JIS K. 1474. Japanese
Standard Assocation, Tokyo.

AOAC. 1999. Official Methods of Analysis of
The Association of Official Analytical
Chemist. AOAC inc., Washington.

ASTM. 1979. ASTM: Standard Test Method
for benzena, chloroform, and iodin
sorption of Activated Carbon.,
Philadelpia: American Society for
Testing and Material.

Atkins PW. 1999. Kimia Fisika jilid II.
Kartohadiprodjo, penerjemah;
Rohhadyan T, editor. Oxford
University Press. Terjemahan dari:
Physical Chemistry.

Bangash FK, Alam S. 2007. Brilliant blue r
adsorption from aqueous solution on
activated carbon produced from
corncob waste. J. Chinese Chem Soc..
54:595-606.

Barros JLM et al. 2003. Biosorption of
cadmium using the fungus Aspergillus
niger. Braz J Chem Eng 20:1-17.

[BPS] Badan Pusat Statistik, Indonesia. 2007.
Luas Panen, Produktivitas, dan
Produksi Tanaman Padi dan Palawija.
Jakarta: BPS.

Cooney DO. 1980. Activated Charcoal,
Antidotal, and Other Medical Uses.
New York: Marcel Dekker, Ann Arbor,
Michigan.

Elly LR. 1992. Pusat Informasi Pemasaran
Tanaman Pangan dan Hortikultura.
Jakarta: Trubus.

Ferry J. 2002. Pembuatan arang aktif dari
serbuk gergajian kayu campuran
sebagai adsorben pada pemurnian
minyak goreng bekas [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Intitut Pertanian
Bogor, .

Guerreo AE, Collamtes MF, Reyes LA. 1970.
Preparation of Activated Carbon from
Coconut Cor Dust. Di dalam Coconut
Research and Development, Vol 3.
United Coconut Ssociation of
Philippines Inc., Manila.

Hudaya N, Hartoyo. 1990. Pembuatan Arang
Aktif dari Tempurung Biji-Bijian
Asal Tanaman Hutan dan
16
Perkebunan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan 8(4):146-149.

Hasanah U. 2006. Proses Produksi Konsentrat
Karotenoid dari Minyak Sawit Kasar
dengan Metode Kromatografi Kolom
Adsorpsi [tesis]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Jaguaribe EF, Medeiros LL, Barreto MCS,
Araujo LP. 2005. The Performance
of activated carbons from sugarcane
bagasse, babassu, and coconut shells
in removing residual chlorine.
Brazillian J of Chem Eng 22:41-47.
http://www.abeq.org.br/bjche/vol22.h
tml [31 Mar 2008].

Jankowska H, Andrzes S, Jerzy C. 1991.
Active Carbon. Ed ke-1. New York:
Ellis Horwood.

Jason PP. 2004. Activated carbon and some
application for the remidiation of soil
and groundwater pollution.
http://www.cee.vt.edu/program_areas.
[8 jun 2008]

Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press.

Kienle HV. 1986. Carbon. Di dalam
Campbell, PT Prefferkorn R., dan
Roundsaville JF. Ullman's
Encyclopedia of Industrial Chemistry,
5
th
Completely Revised Ed. Vol A5:
Cancer Chemotherapy to Ceramics
Colorants. Weinheim: VHC

Koumanova B, Antova PP. 2002. Adsorption
of p-chlorophenol from aqueous
solution on bentonite and perlite. J
Hazard Mater 90:229-234.

Lorenz KJ, Kulp K. 1991. Handbook of
Cereal Science and Technology. New
York: Marcel Dekker..

Pari G. 1996. Pembuatan arang aktif dari
serbuk gergajian sengon dengan cara
kimia. Buletin Penelitian Hasil Hutan
14:308-320.

Pari G. 2004. Kajian struktur arang aktif dari
serbuk gergajian kayu sebagai
adsorben emisi formaldehida kayu
lapis [disertasi]. Bogor: Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

PDII LIPI. 1998. Arang Aktif dari Tempurung
Kelapa. Jakarta: PDII LIPI.

Rahmawati E. 2006. Adsorption Senyawa
Klorin pada Karbon Aktif
Termodifikasi ZnCl
2
[Skripsi].
Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor,.

Rasjiddin I. 2006. Pembuatan arang Aktif dari
Tempurung Biji Jambu Mede
(Anacardium cocidentale) Sebagai
Adsorben Pada Pemurnian Minyak
Goreng Bekas [skripsi]. Bogor:
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
.
Ribeiro MHL, Lourenco PAS, Monteiro JP.
2001. Kinetics of Selective Adsorption
of Impurities from a Crude Vegetable
Oil in Hexane to activated Earths and
Carbons. Eur Food Res Tehcnol
213:132-138.

Roy GM. 1985. Activated Carbon Application
in The Food and Pharmaceutical
Industries. Pensilvania : Technonic
Pub.,

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI
06-3730-1995: Arang Aktif Teknis.
Jakarta: Dewan Standardisasi Nasional

[SNI] Standard Nasional Indonesia. 1995. SNI
01-3741-1995: Syarat Mutu Minyak
Goreng. Jakarta: Dewan Standardisasi
Nasional.

Sriwahyuni W. 2002. Efektivitas adsorben dan
koagulan-flokulan pada penjernihan air
wilayah Marunda [skripsi]. Bogor:
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.

Sudradjat R, Soleh S. 1994. Petunjuk Teknis
Pembuatan Arang Aktif. Bogor:
Puslitbang Hutan.


.




17






















LAMPIRAN

























18
Lampiran 1 Penggunaan arang aktif dalam industri

Maksud/ Tujuan Pemurnian
I Untuk Gas
1 Pemurnian gas Desulfurisasi, menghilangkan gas beracun, bau busuk, dan
asap
2 Pengolahan LNG Desulfurisasi dan penyaringan berbagai bahan mentah dan
reaksi gas.
3 Katalisis
penjerapan
Katalisis penjerapan atau pengangkut vinil klorida dan vinil
asetat
4 Lain-lain Menghilangkan bau pada kamar pendingin dan mobil.

II Untuk Zat Cair
1 Industri obat dan
makanan
Menyaring dan menghilangkan warna, bau, dan rasa yang
tidak enak pada makanan.
2 Minuman ringan,
minuman keras
Menghilangkan warna dan bau
3 Kimia peminyakan Penyulingan bahan mentah, zat perantara
4 Pembersih air Menyaring/ menghilangkan bau, warna, zat pencemar dalam
air, sebagai alat pelindung dan penukuar resin dalam alat/
penyulingan
5 Pembersih air
buangan
Mengatur dan membersihkan air buangan dari pencemar,
warna, bau, logam berat
6 Penambakan
udang dan benur
Pemurnian, penghilangan bau dan warna
7 Pelarut yang
digunakan kembali
Penarikkan kembali berbagai pelarut, sisa metanol, etil asetat
dan lain-lain

III Lain-lain
1 Pengolahan pulp Pemurnian, penghilangan bau
2 Pengolahan pupuk Pemurnian
3 Pengolahan emas Pemurnian
4 Penyaringan
minyak makan dan
glukosa
Menghilangkan warna, bau dan rasa tidak enak
Sumber: PDII LIPI 1998


Sumber: sipuk Bank Indonesia
19
Tongkol jagung
Arang
Serbuk arang aktif
Arang aktif
Rendemen
Kadar air
Kadar abu
Kadar zat mudah menguap
Kadar karbon terikat
Daya jerap iodin
Daya jerap benzena
Daya jerap kloroform
Uji pendahuluan
Aplikasi terhadap
minyak goreng bekas
Isoterm adsorpsi
Lampiran 2 Alur kerja penelitian




dibersihkan dengan air keran
+ karbonisasi (T= 500C)
selama + 5 jam



direndam NaOH 0,5 dan 0,75% (24 jam)
+ dicuci dengan akuades
direndam HCl: HNO
3
= 1: 1 (24 jam)
+ dicuci dengan akuades
dikeringkan dengan oven (T= 105C)



suhu 750 dan 850 C
selama 60 dan 120 menit
laju alir 7,78 ml/ menit



diayak hingga 100 mesh























Aktivasi uap air
20

Lampiran 3 Gambar alat tungku pengarangan dan aktivasi











Tungku pengarangan tenaga listrik


Tungku pengarangan nyala api










Tungku aktivasi Ketel air




Lampiran 4 Kadar air tongkol jagung

Ulangan a (g) b (g) Kadar air (%)
1 38.531 34.764 10.84
2 37.306 33.649 10.87
3 39.663 35.938 10.37
Rerata 10.69

keterangan:
a: bobot sampel sebelum dikeringkan
b: bobot sampel setelah dikeringkan

Contoh perhitungan: Kadar air (%) =
a
b a
100%
=
100
764 . 34
764 . 34 531 . 38
x

%
= 10.84%



21
Lampiran 5 Standar mutu arang aktif

Standar mutu arang aktif menurut SNI 06-3730-95
Syarat Mutu
Uraian
Butiran Serbuk
Kadar zat mudah menguap (%) Maks 15 Maks 25
Kadar air (%) Maks 4,5 Maks 15
Kadar abu Maks 2,5 Maks 10
Bagian tidak mengarang 0 0
Daya serap terhadap I
2
(%) Min 750 Min 750
Karbon aktif murni (%) Min 80 Min 65
Daya serap terhadap benzena (%) Min 25
Daya serap terhadap biru metilena (ml/ g) Min 60 Min 120
Bobot jenis curah (g/ ml) 0,45-0,55 0,3-0,35
Lolos mesh - Min 90
Jarak mesh (%) 90 -
Kekerasan (%) 80 -
Sumber: SNI 06-3730-95



























22
Lampiran 6 Rekapitulasi dan perhitungan data mutu arang aktif

No Perlakuan
Rende
men
(%)
Kadar
Air
(%)
Kadar zat
mudah
menguap
(%)
Kadar
abu
(%)
Kadar
C
terikat
(%)
Daya
jerap
benzena
(%)
Daya
jerap
kloroform
(%)
Daya
jerap
iodin
(mg/g)
1 Tanpa aktivasi

8.36 20.70 8.76 70.54 11.70 13.76 353.51
2 Tanpa aktivasi

8.37 21.12 7.37 71.51 11.12 14.12 365.47
3 700/ 1h 65.2 9.06 0.91 11.65 70.92 18.30 26.62 775.17
4 700/ 1h 8.95 19.09 11.43 69.48 18.78 27.01 776.48
5 700/ 2h 60.1 6.39 15.17 13.37 71.46 19.03 29.22 819.54
6 700/ 2h 5.99 17.47 9.38 73.15 19.16 28.39 821.49
7 800/ 1h 52.8 8.75 17.30 12.52 70.18 24.49 35.15 933.93
8 800/ 1h 8.68 17.07 12.87 70.10 24.25 32.95 933.93
9 800/ 2h 26.7 8.55 26.65 20.18 53.17 24.54 33.32 817.40
10 800/ 2h 8.68 26.44 19.96 53.60 24.39 32.46 850.26
11 700/ 1h/ 0.5 82.4 6.73 20.62 4.46 74.92 15.37 20.53 744.21
12 700/ 1h/ 0.5 6.72 22.93 4.25 72.82 14.57 20.69 741.27
13 700/ 1h/ 0.75 84.8 6.05 22.44 8.43 69.13 15.68 23.71 818.50
14 700/ 1h/ 0.75 6.19 24.33 8.38 67.29 15.90 23.20 802.96
15 700/ 2h/ 0,5 48.2 4.38 14.04 4.68 81.28 19.13 25.10 817.33
16 700/ 2h/ 0,5 4.40 14.39 5.19 80.42 18.28 22.11 809.33
17 700/ 2h/ 0,75 64.4 7.09 20.40 6.40 73.20 16.98 22.72 723.40
18 700/ 2h/ 0,75 7.24 22.93 6.21 70.86 16.99 21.98 720.73
19 800/ 1h/ 0.5 40.8 4.98 15.44 6.87 77.69 24.07 33.13 920.21
20 800/ 1h/ 0.5 4.90 13.59 6.79 79.62 23.93 33.13 923.36
21 800/ 1h/ 0.75 62.3 6.89 16.78 3.90 79.32 25.39 35.63 950.63
22 800/ 1h/ 0.75 6.70 15.40 4.10 80.50 25.34 36.07 956.64
23 800/ 2h/ 0,5 50.0 5.88 15.55 4.59 79.86 30.87 44.98 1050.47
24 800/ 2h/ 0,5 5.98 14.26 4.59 81.15 30.41 43.61 1050.47
25 800/ 2h/ 0,75 25.6 5.49 14.49 7.39 78.12 27.01 38.74 966.35
26 800/ 2h/ 0,75 4.99 15.27 7.39 77.34 25.88 36.79 968.12
27 AA komersial 12.69 40.02 5.69 54.29 16.04 20.01 491.62
28 AA komersial 12.89 20.70 5.59 57.21 15.37 19.14 486.71
29 AA komersial 13.09 21.12 5.59 51.20


Rendemen

Sampel
Bobot awal
(a) (g)
Bobot akhir
(b) (g)
kadar air AA
akhir (d) (%)
Rendemen (%)
700/ 1h 101.0000 67.0000 9.90 65.2
700/ 2h 100.0000 59.0000 6.6 60.1
800/ 1h 101.0000 54.0000 9.55 52.8
800/ 2h 100.0000 27.0000 9.42 26.7
700/ 1h/ 0.5 65.2700 53.0950 7.21 82.4
700/ 1h/ 0.75 59.8120 49.7010 6.52 84.8
700/ 2h/ 0,5 114.8610 53.2160 4.59 48.2
700/ 2h/ 0,75 58.2000 37.2200 7.72 64.4
800/ 1h/ 0.5 121.6320 47.9720 5.19 40.8
800/ 1h/ 0.75 55.6100 34.2490 7.29 62.3
800/ 2h/ 0,5 111.1960 54.4350 6.31 50.0
800/ 2h/ 0,75 140.2450 34.7919 5.53 25.6
23
Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%
diketahui kadar air sampel awal (c) = 8,36%
Rendemen (%) : % 100
) 1 (
) 1 (
x
c a
d b



: % 100
) 0913 , 0 1 ( 1960 , 111
) 0631 , 0 1 ( 4350 , 54
x



: 50%

Data kadar air

Sampel n
Bbt spl
awal (a) (g)
Bbt spl
akhir (b) (g)
Kadar
Air (%)
Tanpa aktivasi 1 1.005 0.921 8.36
Tanpa aktivasi 2 1.004 0.920 8.37
700/ 1h 1 1.004 0.913 9.06
700/ 1h 2 1.006 0.916 8.95
700/ 2h 1 1.002 0.938 6.39
700/ 2h 2 1.002 0.942 5.99
800/ 1h 1 1.006 0.918 8.75
800/ 1h 2 1.002 0.915 8.68
800/ 2h 1 1.006 0.920 8.55
800/ 2h 2 1.072 0.979 8.68
700/ 1h/ 0.5 1 1.010 0.942 6.73
700/ 1h/ 0.5 2 1.012 0.944 6.72
700/ 1h/ 0.75 1 1.008 0.947 6.05
700/ 1h/ 0.75 2 1.002 0.940 6.19
700/ 2h/ 0,5 1 1.004 0.960 4.38
700/ 2h/ 0,5 2 1.001 0.957 4.40
700/ 2h/ 0,75 1 1.015 0.943 7.09
700/ 2h/ 0,75 2 1.063 0.986 7.24
800/ 1h/ 0.5 1 1.004 0.954 4.98
800/ 1h/ 0.5 2 1.001 0.952 4.90
800/ 1h/ 0.75 1 1.001 0.932 6.89
800/ 1h/ 0.75 2 1.000 0.933 6.70
800/ 2h/ 0,5 1 1.003 0.944 5.88
800/ 2h/ 0,5 2 1.003 0.943 5.98
800/ 2h/ 0,75 1 1.001 0.946 5.49
800/ 2h/ 0,75 2 1.002 0.952 4.99
AA komersial 1 1.001 0.874 12.69
AA komersial 2 1.001 0.872 12.89
AA komersial 3 1.001 0.870 13.09






24
Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Kadar air (%) : % 100
) (
x
a
b a

: % 100
003 , 1
) 944 , 0 003 , 1 (
x


: 5,88%

Kadar zat mudah menguap

Sampel n
Bbt spl
awal (a) (g)
Bbt spl akhir
(b) (g)
Zat trbng
(%)
Tanpa aktivasi 1 1.005 0.797 20.70
Tanpa aktivasi 2 1.004 0.792 21.12
700/ 1h 1 1.004 0.829 17.43
700/ 1h 2 1.006 0.814 19.09
700/ 2h 1 1.002 0.850 15.17
700/ 2h 2 1.002 0.827 17.47
800/ 1h 1 1.006 0.832 17.30
800/ 1h 2 1.002 0.831 17.07
800/ 2h 1 1.002 0.735 26.65
800/ 2h 2 1.010 0.743 26.44
700/ 1h/ 0.5 1 1.004 0.797 20.62
700/ 1h/ 0.5 2 1.003 0.773 22.93
700/ 1h/ 0.75 1 1.007 0.781 22.44
700/ 1h/ 0.75 2 1.007 0.762 24.33
700/ 2h/ 0,5 1 1.004 0.863 14.04
700/ 2h/ 0,5 2 1.001 0.857 14.39
700/ 2h/ 0,75 1 1.010 0.804 20.40
700/ 2h/ 0,75 2 1.003 0.773 22.93
800/ 1h/ 0.5 1 1.004 0.849 15.44
800/ 1h/ 0.5 2 1.001 0.865 13.59
800/ 1h/ 0.75 1 1.001 0.833 16.78
800/ 1h/ 0.75 2 1.000 0.846 15.40
800/ 2h/ 0,5 1 1.003 0.847 15.55
800/ 2h/ 0,5 2 1.003 0.860 14.26
800/ 2h/ 0,75 1 1.001 0.856 14.49
800/ 2h/ 0,75 2 1.002 0.849 15.27
AA komersial 1 1.001 0.600 40.02
AA komersial 2 1.001 0.629 37.20
AA komersial 3 1.001 0.569 43.21

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Kadar zat mudah menguap (%) : % 100 x
a
b a

:
% 100
003 , 1
847 , 0 003 , 1
x


: 15,55
25
Kadar abu

Sampel n
Bbt spl
awal (a) (g)
Bbt spl
akhir (b) (g)
Kdr abu
(%)
Tanpa aktivasi 1 1.005 0.088 8.7562
Tanpa aktivasi 2 1.004 0.074 7.3705
700/ 1h 1 1.004 0.117 11.6534
700/ 1h 2 1.006 0.115 11.4314
700/ 2h 1 1.002 0.134 13.3733
700/ 2h 2 1.002 0.094 9.3812
800/ 1h 1 1.006 0.126 12.5249
800/ 1h 2 1.002 0.129 12.8743
800/ 2h 1 1.006 0.203 20.1789
800/ 2h 2 1.072 0.214 19.9627
700/ 1h/ 0.5 1 1.010 0.045 4.4554
700/ 1h/ 0.5 2 1.012 0.043 4.2490
700/ 1h/ 0.75 1 1.008 0.085 8.4325
700/ 1h/ 0.75 2 1.002 0.084 8.3832
700/ 2h/ 0,5 1 1.004 0.047 4.6813
700/ 2h/ 0,5 2 1.001 0.052 5.1948
700/ 2h/ 0,75 1 1.015 0.065 6.4039
700/ 2h/ 0,75 2 1.063 0.066 6.2088
800/ 1h/ 0.5 1 1.004 0.069 6.8725
800/ 1h/ 0.5 2 1.001 0.068 6.7932
800/ 1h/ 0.75 1 1.001 0.039 3.8961
800/ 1h/ 0.75 2 1.000 0.041 4.1000
800/ 2h/ 0,5 1 1.003 0.046 4.5862
800/ 2h/ 0,5 2 1.003 0.046 4.5862
800/ 2h/ 0,75 1 1.001 0.074 7.3926
800/ 2h/ 0,75 2 1.002 0.074 7.3852
AA komersial 1 1.001 0.057 5.6943
AA komersial 2 1.001 0.056 5.5944
AA komersial 3 1.001 0.056 5.5944

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Kadar abu : % 100 x
a
b

:
% 100
003 , 1
046 , 0
x

: 4,5862%











26
Karbon terikat

Sampel n
Kdr zat
trbng (b)
Kdr
abu (c)
C terikat
Tanpa aktivasi 1 20.70 8.76 70.54
Tanpa aktivasi 2 21.12 7.37 71.51
700/ 1h 1 17.43 11.65 70.92
700/ 1h 2 19.09 11.43 69.48
700/ 2h 1 15.17 13.37 71.46
700/ 2h 2 17.47 9.38 73.15
800/ 1h 1 17.30 12.52 70.18
800/ 1h 2 17.03 12.87 70.1
800/ 2h 1 26.65 20.18 53.17
800/ 2h 2 26.44 19.96 53.6
700/ 1h/ 0.5 1 20.62 4.46 74.92
700/ 1h/ 0.5 2 22.93 4.25 72.82
700/ 1h/ 0.75 1 22.44 8.43 69.13
700/ 1h/ 0.75 2 24.33 8.38 67.29
700/ 2h/ 0,5 1 14.04 4.68 81.28
700/ 2h/ 0,5 2 14.39 5.19 80.42
700/ 2h/ 0,75 1 20.40 6.40 73.2
700/ 2h/ 0,75 2 22.93 6.21 70.86
800/ 1h/ 0.5 1 15.44 6.87 77.69
800/ 1h/ 0.5 2 13.59 6.79 79.62
800/ 1h/ 0.75 1 16.78 3.90 79.32
800/ 1h/ 0.75 2 15.40 4.10 80.5
800/ 2h/ 0,5 1 15.55 4.59 79.86
800/ 2h/ 0,5 2 14.26 4.59 81.15
800/ 2h/ 0,75 1 14.49 7.39 78.12
800/ 2h/ 0,75 2 15.27 7.39 77.34
AA komersial 1 40.02 5.69 54.29
AA komersial 2 37.20 5.59 57.21
AA komersial 3 43.21 5.59 51.2

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Karbon terikat (%) : ) ( % 100 c b +
: ) 59 , 4 55 , 15 ( % 100 +
: 79,86%













27
a
fp
iod N
O S Na N B
A

693 , 12
3 2 2
252 , 0
5 , 2 693 , 12
0941 , 0
0975 , 0 6 , 1
10

Daya jerap iodin



Sampel n
Bbt
spl (g)
V awal
Na
2
S
2
O
3

V akhir
Na
2
S
2
O
3
(ml)
V
Na
2
S
2
O
3
trpakai
(ml)(B)
V
titrat
(ml)
(A)
N
Na
2
S
2
O
3

N Iod fp
Daya
jerap
Iodin
(mg/g)
Tanpa aktivasi 1 0.252 0.00 7.65 7.65 10.00 0.0975 0.1037 2.50 353.512
Tanpa aktivasi 2 0.256 7.65 15.15 7.50 10.00 0.0975 0.1037 2.50 365.470
700/ 1h 1 0.259 3.96 7.50 3.55 10.00 0.0975 0.0941 2.50 775.169
700/ 1h 2 0.252 0.25 3.95 3.70 10.00 0.0975 0.0941 2.50 776.478
700/ 2h 1 0.253 11.86 15.20 3.35 10.00 0.0975 0.0941 2.50 819.544
700/ 2h 2 0.252 8.50 11.86 3.36 10.00 0.0975 0.0941 2.50 821.491
800/ 1h 1 0.250 5.95 8.50 2.55 10.00 0.0975 0.0941 2.50 933.934
800/ 1h 2 0.250 3.40 5.95 2.55 10.00 0.0975 0.0941 2.50 933.934
800/ 2h 1 0.256 0.10 3.60 3.50 10.00 0.0975 0.1002 2.50 817.398
800/ 2h 2 0.257 3.60 6.80 3.20 10.00 0.0975 0.1002 2.50 850.262
700/ 1h/ 0.5 1 0.252 0.10 4.45 4.35 10.00 0.0975 0.1037 2.50 744.212
700/ 1h/ 0.5 2 0.253 4.45 8.80 4.35 10.00 0.0975 0.1037 2.50 741.271
700/ 1h/ 0.75 1 0.251 18.45 22.20 3.75 10.00 0.0975 0.1037 2.50 818.497
700/ 1h/ 0.75 2 0.254 22.20 26.00 3.80 10.00 0.0975 0.1037 2.50 802.956
700/ 2h/ 0,5 1 0.253 0.85 4.56 3.71 10.00 0.0975 0.1037 2.50 817.333
700/ 2h/ 0,5 2 0.252 4.56 8.36 3.80 10.00 0.0975 0.1037 2.50 809.329
700/ 2h/ 0,75 1 0.251 12.05 16.60 4.55 10.00 0.0975 0.1037 2.50 723.404
700/ 2h/ 0,75 2 0.254 16.60 21.10 4.50 10.00 0.0975 0.1037 2.50 720.733
800/ 1h/ 0.5 1 0.250 0.80 3.35 2.55 10.00 0.0975 0.0904 2.50 920.207
800/ 1h/ 0.5 2 0.251 3.35 5.85 2.50 10.00 0.0975 0.0904 2.50 923.359
800/ 1h/ 0.75 1 0.251 3.85 6.15 2.30 10.00 0.0975 0.0904 2.50 950.630
800/ 1h/ 0.75 2 0.253 1.60 3.80 2.20 10.00 0.0975 0.0904 2.50 956.642
800/ 2h/ 0,5 1 0.252 0.75 2.35 1.60 10.00 0.0975 0.0941 2.50 1050.470
800/ 2h/ 0,5 2 0.252 2.35 3.95 1.60 10.00 0.0975 0.0941 2.50 1050.470
800/ 2h/ 0,75 1 0.254 7.80 9.90 2.10 10.00 0.0975 0.0904 2.50 966.350
800/ 2h/ 0,75 2 0.250 9.95 12.15 2.20 10.00 0.0975 0.0904 2.50 968.122
AA komersil 1 0.251 15.15 21.65 6.50 10.00 0.0975 0.1037 2.50 491.616
AA komersil 2 0.252 0.500 7.03 6.53 10.00 0.0975 0.1037 2.50 486.705

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1

Daya jerap iod :




:



: 1050,470 mg/g





28
Daya jerap benzena

Sampel Ul
Bobot sampel
awal (a) (g)
Bobot sampel
akhir (b) (g)
Daya jerap
benzena
Tanpa aktivasi 1 2.017 2.253 11.70
Tanpa aktivasi 2 2.014 2.238 11.12
700/ 1h 1 2.006 2.373 18.30
700/ 1h 2 2.007 2.384 18.78
700/ 2h 1 2.018 2.402 19.03
700/ 2h 2 2.020 2.407 19.16
800/ 1h 1 2.009 2.501 24.49
800/ 1h 2 2.012 2.500 24.25
800/ 2h 1 2.009 2.502 24.54
800/ 2h 2 2.009 2.499 24.39
700/ 1h/ 0.5 1 2.011 2.320 15.37
700/ 1h/ 0.5 2 2.004 2.296 14.57
700/ 1h/ 0.75 1 2.009 2.324 15.68
700/ 1h/ 0.75 2 2.031 2.354 15.90
700/ 2h/ 0,5 1 2.002 2.385 19.13
700/ 2h/ 0,5 2 2.013 2.381 18.28
700/ 2h/ 0,75 1 2.014 2.356 16.98
700/ 2h/ 0,75 2 2.013 2.355 16.99
800/ 1h/ 0.5 1 2.007 2.490 24.07
800/ 1h/ 0.5 2 2.018 2.501 23.93
800/ 1h/ 0.75 1 2.005 2.514 25.39
800/ 1h/ 0.75 2 2.013 2.523 25.34
800/ 2h/ 0,5 1 2.002 2.620 30.87
800/ 2h/ 0,5 2 2.006 2.616 30.41
800/ 2h/ 0,75 1 2.062 2.619 27.01
800/ 2h/ 0,75 2 2.063 2.597 25.88
AA komersil 1 2.097 2.433 16.04
AA komersil 2 2.017 2.327 15.37

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Daya jerap benzena (%) = % 100 x
a
a b

=
% 100
002 , 2
002 , 2 620 , 2
x



= 30,87%











29
Daya jerap kloroform

Sampel Ul
Bbt spl
awal (a) (g)
Bbt spl
akhir (b) (g)
Daya jerap
kloroform (%)
Tanpa aktivasi 1 2.027 2.306 13.76
Tanpa aktivasi 2 2.018 2.303 14.12
700/ 1h 1 2.006 2.540 26.62
700/ 1h 2 2.003 2.544 27.01
700/ 2h 1 2.009 2.596 29.22
700/ 2h 2 2.011 2.582 28.39
800/ 1h 1 2.017 2.726 35.15
800/ 1h 2 2.015 2.679 32.95
800/ 2h 1 2.014 2.685 33.32
800/ 2h 2 2.015 2.669 32.46
700/ 1h/ 0.5 1 2.036 2.454 20.53
700/ 1h/ 0.5 2 2.011 2.427 20.69
700/ 1h/ 0.75 1 2.016 2.494 23.71
700/ 1h/ 0.75 2 2.013 2.480 23.20
700/ 2h/ 0,5 1 2.008 2.512 25.10
700/ 2h/ 0,5 2 2.008 2.452 22.11
700/ 2h/ 0,75 1 2.003 2.458 22.72
700/ 2h/ 0,75 2 2.011 2.453 21.98
800/ 1h/ 0.5 1 2.004 2.668 33.13
800/ 1h/ 0.5 2 2.007 2.672 33.13
800/ 1h/ 0.75 1 2.015 2.733 35.63
800/ 1h/ 0.75 2 2.010 2.735 36.07
800/ 2h/ 0,5 1 2.012 2.917 44.98
800/ 2h/ 0,5 2 2.020 2.901 43.61
800/ 2h/ 0,75 1 2.024 2.808 38.74
800/ 2h/ 0,75 2 2.025 2.770 36.79
AA komersil 1 2.019 2.423 20.01
AA komersil 2 2.032 2.421 19.14

Contoh perhitungan:
Sampel AA aktivasi suhu 800C, 120 menit dengan kombinasi perendaman
NaOH 0,5%, ulangan 1
Daya jerap benzena (%) = % 100 x
a
a b

=
% 100
012 , 2
012 , 2 917 , 2
x



= 44,98%











30
Lampiran 7 Analisis ragam dan uji Duncan untuk kadar air

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
a R Squared = .995 (Adjusted R Squared = .991)


Uji Duncan untuk kadar air

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on Type III Sum of Squares
The error term is Mean Square(Error) = .021.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.






Source
Type III Sum
of Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 55.402(a) 12 4.617 222.663 .000
Intercept 975.782 1 975.782 47060.536 .000
Suhu .068 1 .068 3.292 .093
Konsentrasi 29.021 2 14.510 699.819 .000
Waktu_aktivasi 3.792 1 3.792 182.890 .000
Suhu * Konsentrasi 3.022 2 1.511 72.876 .000
Suhu *
Waktu_aktivasi
1.972 1 1.972 95.120 .000
Konsentrasi *
Waktu_aktivasi
1.491 2 .746 35.955 .000
Suhu * Konsentrasi
* Waktu_aktivasi
10.621 2 5.311 256.121 .000
Error .270 13 .021
Total 1252.342 26
Corrected Total 55.672 25
Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6 7 8
T1C1W2
2 4.3900
T2C1W1
2 4.9400
T2C2W2
2 5.2400
T2C1W2
2 5.9300
T1C2W1
2 6.1200
T1C0W2
2 6.1900
T1C1W1
2 6.7250
T2C2W1
2 6.7950
T1C2W2
2 7.1650
T0C0W0
2 8.3650
T2C0W2
2 8.6150 8.6150
T2C0W1
2 8.7150 8.7150
T1C0W1
2 9.0050
Sig.
1.000 .058 .109 .635 1.000 .106 .500 .065
31
Lampiran 8 Analisis ragam dan uji Duncan untuk zat mudah menguap

P-Value> 0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 375.503(a) 12 31.292 25.952 .000
Intercept 7253.095 1 7253.095 6015.326 .000
Suhu 22.042 1 22.042 18.280 .001
Konsentrasi 47.371 2 23.686 19.643 .000
Waktu_aktivasi 1.197 1 1.197 .993 .337
Suhu * Konsentrasi 140.525 2 70.263 58.272 .000
Suhu *
Waktu_aktivasi
65.076 1 65.076 53.971 .000
Konsentrasi *
Waktu_aktivasi
56.328 2 28.164 23.358 .000
Suhu * Konsentrasi
* Waktu_aktivasi
30.500 2 15.250 12.648 .001
Error 15.675 13 1.206
Total 9300.782 26
Corrected Total 391.178 25
a R Squared = .960 (Adjusted R Squared = .923)


Uji Duncan terhadap zat mudah menguap

Interaksi N Subset
1 2 3 4 5
T1C1W2 2 14.2150
T2C1W1 2 14.5150
T2C2W2 2 14.8800 14.8800
T2C1W2 2 14.9050 14.9050
T2C2W1 2 16.0900 16.0900 16.0900
T1C0W2 2 16.3200 16.3200 16.3200
T2C0W1 2 17.1850 17.1850
T1C0W1 2 18.2600
T0C0W0 2 20.9100
T1C2W2 2 21.6650
T1C1W1 2 21.7750
T1C2W1 2 23.3850
T2C0W2 2 26.5450
Sig. .108 .078 .090 .056 1.000
The error term is Mean Square(Error) = 1.206.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.








32
Lampiran 9 Analisis ragam dan uji Duncan untuk kadar abu

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 486.871(a) 12 40.573 57.142 .000
Intercept 1304.997 1 1304.997 1837.954 .000
Suhu 12.499 1 12.499 17.604 .001
Konsentrasi 354.488 2 177.244 249.630 .000
Waktu_aktivasi 7.798 1 7.798 10.982 .006
Suhu * Konsentrasi 43.792 2 21.896 30.838 .000
Suhu * Waktu_aktivasi 17.374 1 17.374 24.470 .000
Konsentrasi *
Waktu_aktivasi
20.404 2 10.202 14.369 .001
Suhu * Konsentrasi *
Waktu_aktivasi
30.098 2 15.049 21.195 .000
Error 9.230 13 .710
Total 2376.472 26
Corrected Total 496.101 25
a R Squared = .981 (Adjusted R Squared = .964)


Uji Duncan terhadap kadar abu

Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6 7
T2C2W1 2 4.0000
T1C1W1 2 4.3550 4.3550
T2C1W2 2 4.5900 4.5900
T1C1W2 2 4.9350 4.9350 4.9350
T1C2W2 2 6.3050 6.3050 6.3050
T2C1W1 2 6.8300 6.8300 6.8300
T2C2W2 2 7.3900 7.3900
T0C0W0 2 8.0650 8.0650
T1C2W1 2 8.4050
T1C0W2 2 11.3750
T1C0W1 2 11.5400
T2C0W1 2 12.6950
T2C0W2 2 20.0700
Sig. .323 .051 .051 .075 .107 .160 1.000
The error term is Mean Square(Error) = .710.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.










33
Lampiran 10 Analisis ragam dan uji Duncan untuk karbon terikat

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 1299.677(a) 12 108.306 102.539 .000
Intercept
111102.774 1 111102.774
105186.0
58
.000
Konsentrasi 593.341 2 296.670 280.871 .000
Suhu 1.363 1 1.363 1.291 .276
Waktu_aktivasi 2.912 1 2.912 2.757 .121
Konsentrasi * Suhu 339.994 2 169.997 160.944 .000
Konsentrasi * Waktu_aktivasi 144.728 2 72.364 68.511 .000
Suhu * Waktu_aktivasi 149.900 1 149.900 141.917 .000
Konsentrasi * Suhu *
Waktu_aktivasi
59.108 2 29.554 27.980 .000
Error 13.731 13 1.056
Total 139813.393 26
Corrected Total 1313.408 25
a R Squared = .990 (Adjusted R Squared = .980)


Uji Duncan terhadap kadar karbon terikat

Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6
T2C0W2 2 53.3850
T1C2W1 2 68.2100
T2C0W1 2 70.1400 70.1400
T1C0W1 2 70.2000 70.2000
T0C0W0 2 71.0250
T1C2W2 2 72.0300 72.0300
T1C0W2 2 72.3050 72.3050
T1C1W1 2 73.8700
T2C2W2 2 77.7300
T2C1W1 2 78.6550 78.6550
T2C2W1 2 79.9100 79.9100
T2C1W2 2 80.5050
T1C1W2 2 80.8500
Sig. 1.000 .088 .077 .112 .064 .069
The error term is Mean Square(Error) = 1.056.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.









34
Lampiran 11 Analisis ragam dan uji Duncan untuk daya jerap benzena

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 720.312(a) 12 60.026 435.286 .000
Intercept 7856.717 1 7856.717 56974.019 .000
Suhu 436.907 1 436.907 3168.286 .000
Waktu_aktivasi 29.482 1 29.482 213.790 .000
Konsentrasi 3.478 2 1.739 12.612 .001
Suhu * Waktu_aktivasi .905 1 .905 6.561 .024
Suhu * Konsentrasi 26.745 2 13.372 96.971 .000
Waktu_aktivasi * Konsentrasi 27.138 2 13.569 98.396 .000
Suhu * Waktu_aktivasi *
Konsentrasi
3.427 2 1.714 12.426 .001
Error 1.793 13 .138
Total 12002.383 26
Corrected Total 722.104 25
a R Squared = .998 (Adjusted R Squared = .995)


Uji Duncan terhadap daya jerap benzena

The error term is Mean Square(Error) = .138.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.











Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6 7 8 9
T0C0W0
2 11.4100
T1C1W1
2 14.9700
T1C2W1
2 15.7900
T1C2W2
2 16.9850
T1C0W1
2 18.5400
T1C1W2
2 18.7050
T1C0W2
2 19.0950
T2C1W1
2 24.0000
T2C0W1
2 24.3700
T2C0W2
2 24.4650
T2C2W1
2 25.3650
T2C2W2
2 26.4450
T2C1W2
2 30.6400
Sig.
1.000 1.000 1.000 1.000 .179 .255 1.000 1.000 1.000
35
Lampiran 12 Analisis ragam dan uji Duncan untuk daya jerap kloroform

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 1642.871(a) 12 136.906 160.365 .000
Intercept 14929.613 1 14929.613 17487.811 .000
Suhu 872.179 1 872.179 1021.628 .000
Konsentrasi 2.606 2 1.303 1.526 .254
Waktu_aktivasi 41.607 1 41.607 48.736 .000
Suhu * Konsentrasi 130.042 2 65.021 76.162 .000
Suhu *
Waktu_aktivasi
10.774 1 10.774 12.620 .004
Konsentrasi *
Waktu_aktivasi
59.319 2 29.659 34.741 .000
Suhu * Konsentrasi
* Waktu_aktivasi
32.122 2 16.061 18.813 .000
Error 11.098 13 .854
Total 23584.978 26
Corrected Total 1653.970 25
a R Squared = .993 (Adjusted R Squared = .987)


Uji Duncan terhadap daya jerap kloroform

Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6 7 8
T0C0W0
2 13.9400
T1C1W1
2 20.6100
T1C2W2
2 22.3500 22.3500
T1C2W1
2 23.4550
T1C1W2
2 23.6050
T1C0W1
2 26.8150
T1C0W2
2 28.8050
T2C0W2
2 32.8900
T2C1W1
2 33.1300
T2C0W1
2 34.0500 34.0500
T2C2W1
2 35.8500 35.8500
T2C2W2
2 37.7650
T2C1W2
2 44.2950
Sig.
1.000 .082 .219 .051 .254 .073 .059 1.000
The error term is Mean Square(Error) = .854.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.









36
Lampiran 13 Analisis ragam dan uji Duncan untuk daya jerap iod

P-value>0,05 adalah tidak berbeda nyata
Source
Type III Sum
of Squares
df
Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 691471.747(a) 12 57622.646 936.877 .000
Intercept
11933321.970 1
11933321.9
70
194021.9
57
.000
Suhu 158658.740 1 158658.740 2579.607 .000
Waktu_aktivasi 789.102 1 789.102 12.830 .003
Konsentrasi 6760.603 2 3380.301 54.960 .000
Suhu *
Waktu_aktivasi
40.339 1 40.339 .656 .433
Suhu * Konsentrasi 17939.166 2 8969.583 145.835 .000
Waktu_aktivasi *
Konsentrasi
23418.446 2 11709.223 190.378 .000
Suhu *
Waktu_aktivasi *
Konsentrasi
17358.900 2 8679.450 141.118 .000
Error 799.565 13 61.505
Total 18324521.332 26
Corrected Total 692271.312 25
a R Squared = .999 (Adjusted R Squared = .998)

Uji Duncan terhadapa daya jerap iod

Interaksi N Subset
1 2 3 4 5 6 7 8 9
T0C0W0
2
359.49
10

T1C2W2
2
722.0
685

T1C1W1
2
742.7
415

T1C0W1
2
775.8
235

T1C2W1
2 810.7265
T1C1W2
2 813.3310
T1C0W2
2 820.5175 820.5175
T2C0W2
2 833.8300
T2C1W1
2 921.7830
T2C0W1
2 933.9340
T2C2W1
2 953.6360
T2C2W2
2 967.2360
T2C1W2
2
1050.4
700
Sig.
1.000 1.000 1.000 1.000 .257 .113 .145 .107 1.000
The error term is Mean Square(Error) = 61.505.
a Uses Harmonic Mean Sample Size = 2.000.
b Alpha = .05.



37
Lampiran 14 Data penentuan bobot optimum

Optimasi bobot pada arang aktif 800C selama 60 menit terhadap asam laurat

Bobot
(%b/v)
m ditimbang
(gram)
% FFA
terjerap
Q (mg/g) Efisiensi
penjerapan (%)
0,00 0.0000 0,0000 0.0000 0,00
2,50 0.6250 5756.8200 228.5358 83.20
5,00 1.2500 5960.8033 118.2820 86.15
7,50 1,8750 6238.9668 83.0931 90.17
10,00 2,5000 6404.5804 63.9818 92.56

Optimasi bobot pada arang aktif 800C selama 120 menit,
NaOH 0,5% terhadapasam laurat

Bobot
(%b/v)
m ditimbang
(gram)
% FFA
terjerap
Q (mg/g) Efisiensi
penjerapan (%)
0,00 0.0000 0,0000 0.0000 0,00
2,50 0.6250 4127.2184 163.5068 59.65
5,00 1.2500 5804.9014 115.8815 83.90
7,50 1,8750 5945.0313 83.0931 85.92
10,00 2,5000 6126.7113 61.1150 88,55

0
50
100
150
200
250
2.5 5 7.5 10
(%) Bobot arang aktif
Q
E

Konsentrasi optimum berdasarkan perpotongan kapasitas adsorpsi
dengan efisiensi pada AA (800C,60')

0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2.5 5 7.5 10
(%) Bobot arang aktif
Q
E

Konsentrasi optimum berdasarkan perpotongan kapasitas adsorpsi
dengan efisiensi pada AA (800C,120', NaOH 0,5%)

38
Perhitungan penentuan bobot optimum
AA (800C,60 menit)
Di asumsikan titik 3 dan 4 linier dengan nilai untuk Q: (5; 118,282) dan (7,5;83,0931)
dan E (5;86,15) dan (7,5;90,17)
Untuk Q :
Gradien (m) = y
2
y
1
yQ = m(x-x
1
) + y
1

x
2
x
1
= -14,0755 (x-5) + 118,282
= 83,0931-118,282 = -14,0755x + 188,6598
7,5-5
= -14,0755

Untuk E :
Gradien (m) = 90,17-86,15 yE = m(x-x
1
) + y
1
7,5-5 = 1,608 (x-5) + 86,15
= 1,608 = 1,608x + 78,11

Dengan menggunakan 2 persamaan garis lurus yang diasumsikan linier, ditentukan
perpotongannya.
yQ = yE
-14,0755x + 188,6598 = 1,608x + 78,11
15,68356x = 110,5498
X = 7,0488

Perhitungan penentuan bobot optimum
AA (800C,120 menit,nAoh0,5%)
Di asumsikan titik 3 dan 4 linier dengan nilai untuk Q: (5; 115,8815) dan (7,5; 79,5459)
dan E (5; 83,90) dan (7,5; 85,92)
Untuk Q :
Gradien (m) = y
2
y
1
yQ = m(x-x
1
) + y
1

x
2
x
1
= -14,5342 (x-5) + 115,8815
= 79,5459-115,8815 = -14,5342x + 188,5527
7,5-5
= -14,5342

Untuk E :
Gradien (m) = 85,92-83,90 yE = m(x-x
1
) + y
1
7,5-5 = 0,808 (x-5) + 83,90
= 0,808 = 0,808x + 79,86

Dengan menggunakan 2 persamaan garis lurus yang diasumsikan linier, ditentukan
perpotongannya.
yQ = yE
-14,5342x + 188,5527 = 0,808x + 79,86
15,3422x = 108,6927
X = 7,0846








39
Lampiran 15 Data penentuan waktu optimum

Optimasi waktu pada arang aktif 800C selama 60 menit terhadap asam laurat

t
(menit)
m ditimbang
(gram)
% FFA
terjerap
Q (mg/g) Efisiensi
penjerapan (%)
60 1,1979 6404.5804 133.3732 92.56
90 1,1979 6919.1874 144.2218 100.00
120 1,1979 6919.1842 143.2899 100.00

Optimasi waktu pada arang aktif 800C selama 120 menit,
NaOH 0,5% terhadap asam laurat

t
(menit)
m ditimbang
(gram)
% FFA
terjerap
Q (mg/g) Efisiensi
penjerapan (%)
60 1,0162 5980.5395 146.8121 86.43
90 1,0162 6919.1844 169.8710 100.00
120 1,0162 6919.1653 170.2048 100.00


Lampiran 16 Data analisis pemurnian minyak goreng

% FFA
Sampel minyak
AA 800C 60 menit
AA 800C selama 120
menit, NaOH 0,5%
Minyak curah awal 0,1380 0,1380
Minyak curah bekas 1,6257 1,6257
Minyak curah setelah
dimurnikan
0,7874 1,3373
Efisiensi penjerapan 51,57 17,74



























40
Lampiran17 Isoterm Freundlich dan Langmuir untuk adsorpsi asam laurat oleh arang
yang diaktivasi suhu 800C selama 60 menit

Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
n C1 (bpj)
C2
(bpj)
Bobot
adsorbe
n (g)
c x x/m Log c Log x/m
1 3910.91 921.47 1.2156 921.471 2989.44 2459.21 2.9645 3.3908
2 3910.91 928.23 1.2248 928.23 2982.67 2435.23 2.9677 3.3865
1 6919.22 814.29 1.2109 814.29 6104.93 5041.64 2.9108 3.7026
2 6919.22 730.12 1.2209 730.12 6189.09 5069.28 2.8634 3.7049
1 7674.53 536.92 1.2084 536.92 7137.61 5906.66 2.7299 3.7713
2 7674.53 591.65 1.1979 591.65 7082.88 5912.75 2.7721 3.7718
1 10646.08 416.53 1.2051 416.55 10229.55 8488.56 2.6196 3.9288
2 10646.08 386.97 1.2009 386.97 10259.10 8542.85 2.5877 3.9316

* Data yang digunakan untuk mencari isoterm Freundlich dan Langmuir adalah rerata dari setiap
ulangan
C
2
digunakan sebagai variabel c pada rumus isoterm Freundlich dan Langmuir

Bobot adsorben digunakan sebagai variabel m dalam rumus Isoterm Freundlich dan Langmuir
Nilai x = C
1
C
2

Persamaan garis Isoterm Freundlich yang diperoleh : y = 10,0846x + 3,3601 dengan r
2
= 92,37%,
maka dari persamaan log (x/m) = log k + 1/n log c diperoleh nilai k = 2291,3952 dan n = 0,0992

Persamaan garis Isoterm Langmuir yang diperoleh y = 0,0006x 0,2183, dengan nilai r
2
=83,30%.
Maka dari persamaan c/ (x/m) = 1/ () + (1/)c diperoleh nilai = 1666,67 dan = 2,7485x10
-3



Lampiran 18 Isoterm Freundlich dan Langmuir untuk adsorpsi asam laurat oleh arang
yang diaktivasi pada suhu 800C selama 120 menit, perendaman NaOH 0,5%

Isoterm Langmuir Isoterm Freundlich
n C1 (bpj)
C2
(bpj)
Bobot
adsorbe
n (g)
c x x/m Log c Log x/m
1 3910.91 683.89 1.0203 683.89 3227.02 3162.81 2.8350 3.5001
2 3910.91 577.65 1.0179 577.65 3333.25 3274.64 2.7617 3.5152
1 6919.22 576.74 1.0193 576.74 6342.47 6222.38 2.7610 3.7940
2 6919.22 566.67 1.0163 566.67 6352.55 6250.66 2.7533 3.7959
1 7674.53 312.72 1.0171 312.72 7361.81 7238.04 2.4952 3.8596
2 7674.53 353.46 1.0217 353.46 7321.07 7165.57 2.5483 3.8553
1 10646.08 427.31 1.0304 427.31 10218.77 9917.28 2.6307 3.9964
2 10646.08 326.38 1.0204 326.38 10319.70 10113.39 2.5137 4.0049

* Data yang digunakan untuk mencari isoterm Freundlich dan Langmuir adalah rerata dari setiap
ulangan
C
2
dugunakan sebagai variabel c pada rumus isoterm Freundlich dan Langmuir

Bobot adsorben digunakan sebagai variabel m dalam rumus Isoterm Freundlich dan Langmuir
Nilai x = C
1
C
2

Persamaan garis Isoterm Freundlich yang diperoleh : y = 0,0771x + 3,4818 dengan r
2
= 92,34%,
maka dari persamaan log (x/m) = log k + 1/n log c diperoleh nilai k = 3032,4943 dan n = 12,9701

Persamaan garis Isoterm Langmuir yang diperoleh y = 0,0004x 0,1185, dengan nilai r
2
=77,89%.
Maka dari persamaan c/ (x/m) = 1/ () + (1/)c diperoleh nilai = 2500 dan = 3,3755x10
-3
41

You might also like