You are on page 1of 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas
dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5
kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatits A (HAV), Virus
Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HVD), Virus
Hepatitis E (HVD).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya,
tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi
dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV
(Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis
infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara
parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B
melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B
(NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya
ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan
secara parenteral ( Parenterally Transmitted ) atau disebut PT-NANBH dan yang
kedua dapat ditularkan secara enteral ( Enterically Transmitted ) disebut ET-
NANBH ( Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990 ). Tata nama terbaru
menyebutkan PT-NANBH sebagao Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai
Hepatitia E ( Bradley,1990; Purcell, 1990 ).
Virus delta atau virus Hepatitis D ( HDV ) merupakan suatu partikel virus
yang menyebkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B,
HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya
di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga
diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat
2

(hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi
di kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan
ke Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang
sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun
mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan
dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sistem pencernaan : hepatitis
2. Tujuan khusus
a) Memperoleh pengalaman nyata dalam pengkajian, analisa dan
menetapkan diagnosa keperawatan pada klien yang menderita
hepatitis
b) Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam penyususnan rencana
asuhan keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis
c) Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis
d) Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam mengevaluasi asuhan
keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis
e) Memperoleh pengalaman nyata dalam dalam mendokumentasikan
asuhan keperawatan klien dengan penderita penyakit hepatistis

3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hepatitis
Berikut merupakan beberapa pengertian dari hepatitis:
1) Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. Hepa berarti
kaitan dengan hati, sementara itis berarti radang (Seperti di atritis,
dermatitis, dan pankreatitis) (James, 2005: 4).
2) Hepatitis merupakan infeksi pada hati, baik disebabkan oleh virus atau
tidak. Hepatitis yang disebabkan oleh virus ada tiga tipe, yaitu tipe A,
tipe B, dan tipe C. hepatitis yang tidak disebabkan oleh virus biasanya
disebabkan oleh adanya zat-zat kimia atau obat, seperti karbon
tetraklorida, jamur racun, dan vinyl klorida (Asep suryana abdurahmat,
2010: 153).
3) Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang umumnya
terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat
toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling
sering adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus
C (Sue hanclif, 2000: 105).
4) Hepatitis adalah peradangan hati yang akut karena suatu infeksi atau
keracunan (Clifford Anderson, 2007:,243).
Dari beberapa pengetian hepatitis di atas pada dasarnya memiliki tujuan
yang sama, yaitu hepatitis merupakan peradangan pada hati yang disebabkan oleh
virus maupun tidak disebabkan oleh virus.

2.2 Etiologi Hepatitis
Menurut Price dan Wilson (2005: 485) Secara umum hepatitis disebabkan
oleh virus. Beberapa virus yang telah ditemukan sebagai penyebabnya, berikut ini.
1) Virus hepatitis A (HAV)
2) Virus hepatitis B (HBV)
3) Virus hepatitis C (HCV)
4

4) Virus hepatitis D (HDV)
5) Virus hepatitis E (HEV)
6) Hepatitis F (HFV)
7) Hepatitis G (HGV)
Namun dari beberapa virus penyebab hepatitis, penyebab yang paling
dikenal adalah HAV (hepatitis A) dan HBV (hepatitis B). Kedua istilah tersebut
lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parental dan
nonparental (Price dan Wilson, 2005: 243). Hepatitis pula dapat disebabkan oleh
racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap reaksi obat,
infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik (Sue hincliff,
2000: 205).

2.3 Patofisiologi Hepatitis
Yaitu perubahan morfologi yang terjadi pada hati, seringkali mirip untuk
berbagai virus yang berlainan. Pada kasus yang klasik, hati tampaknya berukuran
basar dan berwarna normal, namun kadang-kadang agak edema, membesar dan
pada palpasi terasa nyeri di tepian. Secara histologi. Terjadi kekacauan
susunan hepatoselular, cedera dan nekrosis sel hati dalam berbagai derajat, dan
peradangan periportal. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna, bila fase akut
penyakit mereda. Namun pada beberapa
kasus nekrosis, nekrosis submasif atau masif dapat menyebabkan gagal hati
fulminan dan kematian (Price dan Daniel, 2005: 485).

2.4 Manifestasi Klinis Hepatitis
Menurut Arif mansjoer (2001: 513) Manifestasi klinis merupakan suatu
gejala klinis tentang suatu penyakit yang diderita oleh pasien. Berikut adalah
gejala klinis dari penyakit hapatitis.
1) Stadium praikterik berlangsung selama 4-7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, mual, muntah, demam, nyeri pada otot, dan
nyeri di perut kanan atas. Urin menjadi lebih cokelat.
5

2) Stadium ikterik yang berlangsung selama 3-6 minggu. Ikterus mula-mula
terlihat padasclera,kemudian pada kulit seluruh tubuh.keluhan-keluhan
berkurang, tetapi pasien masih lemah,anoreksia, dan muntah. Tinja
mungkin berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri
tekan.
3) Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi. Penyembuhan pada anak-anak lebih cepat dari
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan kedua, karena penyebab yang
biasanya berbeda.
Menurut Sriana azis (2002: 232) Gejala-gejala klinis lain yang dapat
dilihat, sebagai berikut:
a) Gejala yang ditimbulkan oleh virus A, B, C, D, E, dan virus lain-lain
meliputi letih, lesu, lemas dan mata menjadi kuning, urin seperti teh,
rasa tidak enak di perut dan punggung, hati bengkak, bangun tidur
tetap letih, lesu, dan lain-lain. Bila sakitnya berkepanjangan dapat
berubah menjadi kronis dan berkelanjutan menjadi kanker.
b) Virus B dan C cenderung menjadi kronis (menahun atau gejala
menjadi tetap ada sampai 6 bulan), bila dibiarkan hati menjadi keriput
(sirosis) kemudian menjadi kanker. Komplikasi sirosis meliputi
muntah darah, kanker hati dan koma.
c) Virus C tidak mempunyai gejala awal langsung akut.
d) Gagal hepatitis meliputi sindrom kholaemi : tremor, refleks berlebihan,
kejang otot, gerakan khoreiform, kejang-kejang, kemudian meninggal.

2.5 Diagnosis Keperawatan Hepatitis
Menurut Kathleen speer (2005: 121) Diagnosis keperawatan merupakan
pernyataan tentang masalah aktual dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti
yang dialami oleh pasien.
1) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah,
diare, dan pendarahan.
2) Nyeri yang berhubungan dengan inflamasi hati.
6

3) Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan anoreksia, diare, mual atau muntah.
4) Resiko intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan
kelelahan.
5) Resiko infeksi yang berhubungan dengan penyebaran virus hepatitis
melalui kontak dengan pengunjung dan staf.
6) Isolasi sosial yang berhubungan dengan status isolasi (jika anak
mengidap hepatitis B)
7) Defisit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan di rumah,
penyakit, dan pencegahan kekambuhan.
8) Ketidakefektifan koping keluarga : penurunan yang berhubungan
dengan rawat nginap di rumah sakit.
9) Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di rumah.

2.6 Penatalaksanaan
Menurut Arif mansjoer (2001: 515) Dalam penatalaksanaan untuk penderita
hepatitis dapat harus dilakukan sesuai dengan sifat-sifat dari hepatitis.
1. Hepatitis Akut
Terdiri dari istirahat, diet, dan pengobatan medikamentosa.
a) Istirahat
Pada periode akut dan keadaan lemah diharuskan untuk istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan.
Kekecualian diberikan kepada mereka dengan umur tua dan keadaan
umum yang buruk.
b) Diet
Jika pasien mual, tidak nafsu makan atau muntah-muntah sebaiknya
di berikan infus. Jika sudah tidak mual lagi, diberikan makanan yang
cukup kalori ( 30 35 kalori/kg BB ) dengan protein cukup ( 1
gr/kg BB ). Pemberin lemak sebenarnya tidak perlu dibatasi.


7

c) Medikalmentosa
Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan
bilirubin darah.Kortikosteroid dapat digunakan pada kolestatis yang
berkepanjangan, dimana transamenase serum sudah kembali normal
tetapi bilirubin masih tinggi. Pada keadaan ini dapat
diberikanprednisone3 x 10 mg selama 7 hari kemudian
dilakukan tapering off.
a) Berikan obat obat yang bersifat melindungi hati.
b) Antibiotic tidak jelas kegunaannya.
c) Jangan diberikan antiemetic. Jika perlu sekali dapat diberikan
golongan fenotiazin.
d) Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
perdarahan. Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma,
penanganan seperti koma hepatik.
2. Hepatitis Kronik
Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Obat yang dinilai bermanfaat untuk
pengobatan hepatitis kronik adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah
suatu protein selular stabil dalam asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita
akibat rangsangan virus atau akibat induksi mikroorganisme, asam nukleat,
anti gen, mitogen, dan polimer sintetik. Interferon mempunyai
efek antivirus, imunomodulasi, dan antiproliferatif.
a) Hepatitis B
Pemberian interferon pada penyakit ini ditujukan untuk menghambat
replikasi virus hepatitis B, menghambat nekrosis sel hati oleh karena reaksi
radang, dan mencegah transformasi maigna sel-sel hati. Di indiksikan untuk
pasien berikut ini.
1) Pasien dengan HbeAG dan HBV-DNA positif
2) Pasien hepatitis kronik aktif berdasarkan pemeriksaan histopatologi
3) Dapat dipertimbangkan pemberian interferon pada hepatitis fulminan
akut meskipun belum banyak dilakukan penelitian pada bidang ini.
8

Menurut Arif Mansjoer (2001: 515) Diberikan IFN leukosit pada
kasus hepatitis kronik aktif dengan dosis sedang 5-10 MU/m
2
/hari selama

3-
6 bulan. Dapat juga pemberian IFN limfoblastoid 10MU/m2 3kali seminggu
selama 3 bulan lebih. Sebagian pasien hepatitis B kronik memberi respon
terhadap terapi interferon, ditandai dengan hilangnya HBV DNA
dan serokonversi HbeAG/Anti Hbe,serokonversi HbsAG/Anti HBs terjadi
pada 7% pasien. Terapi ini harus dilakukan minimal selama 3 bulan.
b) Hepatitis C
Arif mansjoer (2001: 516) Pemberian interferon bertujuan mengurangi
gejala, mengusahakan perbaikan parameter kimiawi, mengurangi
peradangan dalam jaringan hati, menghambat progresihistopatologi,
menurunkan infektivitas, menurunkan resiko terjadinya hepatoma, dan
memperbaiki harapan hidup. Respon tergantung dari lamanya penyakit dan
kelainan histologi. Dosis standar yang bisa dipakai adalah interferon
dengan dosis 3 x 3 juta unit/minggu selama 6 bulan. Masih belum jelas
menambah waktu pengobatan di atas 9 bulan dapat meningkatkan resppon
dan menurunkan angka kambuh.

2.7 Asuhan Keperawatan
2.7.1. Pengkajian
Data tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan/gangguan hati.
Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise umum
Sirkulasi
Tanda : Bradikardia (hiperbiliurinemia berat)
Ikteri pada sklera, kulit, membran mukosa.
Eliminasi
Gejala : Urine gelap
Diare/konstipasi: feses warna tanah liat
Adanya/berulangnya hemodialisisa
Makanan/cairan
9

Gejala : Hilang nafsu makan (anoreksia), penurunan berat badan atau
meningkat (edema)
Mual/muntah
Tanda : Asites
Neurosensori
Tanda : peka rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.
Nyeri/kenyamanan
Gejala : kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas
Mialgia, artralgia, sakit kepala
Gatal (pruritus)
Tanda : Otot tegang, gelisah
Pernafasan
Gejala : Tidak minat/enggang merokok (perokok)
Keamanan
Gejala : Adanya transfusi darah/predok darah
Tanda : Demam
Urtikaria, lesimakula popular, eritema tak beraturan
Angioma jaring-jaring, eritema palmar, ginekomastia (kadang-kadang ada
pada hepatitis alkoholik)
Sptenomegali, pembesaran nodus servikal posterior
Seksualitas
Gejala : pola hidup/perilaku meningkatkan resiko terpajan (contoh
homoseksual aktif/biseksual pada wanita)
Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat diketahui/mungkin terpajan pada virus, bakteri atau toksin
Pertimbangan: DRG menunjukkan rerata lama dirawat: 6 7 hari
2.7.2. Diagnosa Keperawatan
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan/
ketahanan; nyeri.
10

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorpsi dan
metabolisme pencernaan makanan; penurunan peristaltic,
empedu tertahan.
2.7.3. Intervensi
1. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, penurunan kekuatan/
ketahanan; nyeri.
Tujuan: Klien akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas.
Intervensi:
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan tenang;
batasi pengunjung sesuai kebutuhan.
R/ Meningkatkan istirahat dan ketenangan. Menyediakan
energi yang digunakan untuk penyembuhan. Aktivitas dan
posisi duduk tegak diyakini menurunkan aliran darah ke kaki,
yang mencegah sirkulasi optimal kasal hati.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang
baik.
R/ Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan
tekanan pada area tertentu untuk menurunkan resiko
kerusakan jaringan.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan
latihan rentang gerak sendi pasif/aktif.
R/ Tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini
dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.
4) Dorong penggunaan teknik manajemen stress, mis: relaksasi.
R/ Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi,
memusatkan kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
koping.
5) Awasi terulangnya anoreksia dan nyeri tekan pembesaran
hati.
11

R/ Menunjukkan kurangnya resolusi/eksasorbasi penyakit,
memerlukan istirahat lanjut. Mengganti program terapi.
6) Berikan antidot atau bantu dalam prosedur sesuai indikasi
tergantung pada pemajangan.
R/ Membuang agen penyebab pada hepatitis toksik dapat
membatasi derajat kerusakan jaringan.
7) Berikan obat sesuai indikasi: sedative, agen antiansietas,
contoh diazepam (valium), larozepam (artisan).
R/ Membantu dalam manajemen kebutuhan tidur.
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d gangguan absorpsi dan
metabolisme pencernaan makanan; penurunan peristaltic,
empedu tertahan.
Tujuan: Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan peningkatan
berat badan, bebas tanda malnutrisi.
Intervensi:
1) Awasi pemasukan diet/jumlah kalori. Berikan makan sedikit
dalam frekuensi sering.
R/ Makan banyak sulit untuk mengatur bila pasien anoreksia.
2) Berikan perawatan mulut sebelum makan.
R/ Menghilangkan rasa tidak enak. Dapat meningkatkan
nafsu makan.
3) Anjurkan makan pada posisi tegak.
R/ Menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan.
4) Dorong pemasukan sari jeruk. Minuman karbonat dan
permen berat sepanjang hari.
R/ Bahan ini merupakan ekstra kalori dan dapat lebih mudah
dicerna/toleran bila makanan lain tidak.
5) Konsul pada ahli gizi. Dukungan tim nutrisi untuk
memberikan diet sesuai kebutuhan pasien. Dengan masukan
lemak dan protein sesuai toleransi.
12

R/ Berguna dalam membuat program diet untuk memenuhi
kebutuhan individu.
6) Berikan obat sesuai indikasi, mis: antiemetik
(metalopramide/raglan), antasid, vitamin (B kompleks dan
C).
R/ Diberikan jam sebelum makan, dapat menurunkan mual
dan meningkatkan toleransi pada makanan, Kerja pada asam
gaster, dapat menurunkan iritasi/resiko perdarahan,
Memperbaiki kekurangan dan membantu proses
penyembuhan.
2.7.4. Evaluasi
1) Klien akan menunjukkan perbaikan toleransi aktivitas.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi, menunjukkan peningkatan berat
badan, bebas tanda malnutrisi.

13

BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Hepatitis adalah istilah umum yang berarti radang hati. Hepa berarti
kaitan dengan hati, sementara itis berarti radang (Seperti di atritis, dermatitis,
dan pankreatitis) jadi Hepatitis adalah peradangan atau inflamasi pada hepar yang
umumnya terjadi akibat infeksi virus, tetapi dapat pula disebabkan oleh zat-zat
toksik. Hepatitis berkaitan dengan sejumlah hepatitis virus dan paling sering
adalah hepatitis virus A, hepatitis virus B, serta hepatitis virus C.
Etiologi hepatitis yaitu disebabkan oleh beberapa virus diantaranya virus
hepatitis A, virus hepatitis B, dan virus hepatitis C. Hepatitis pula dapat
disebabkan oleh racun, yaitu suatu keadaan sebagai bentuk respons terhadap
reaksi obat, infeksi stafilokokus, penyakit sistematik dan juga bersifat idiopatik
Patofisiologi hepatitis yaitu adanya pembengkakan atau edema hepar yang
disebabkan oleh cedera dan nekrosis mengakibatkan gagal hati fulminan dan
kematian. Perubahan ini bersifat reversibel sempurna bila fase akut penyakit
mereda.
Manifestasi klinis hepatitis yaitu ditandai dengan mual-mual, lemah, lesu,
anoreksia. Terjadi selama beberapa hari dan mulai berkurang pada beberapa
minggu. Jika terjdi selama 4-7 hari maka sesaorang tersebut mengalami stadium
parikterik. Setelah menegalami satidum parikterik pasien akan mengalami
stadium ikterikI yaitu, berkurangnya rasa mual, muntah, dan lesu.
Diagnosis keperawatan merupakan pernyataan tentang masalah aktual
dengan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti yang dialami oleh pasien. Seperti
resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan muntah, diare, dan
pendarahan, kemudian Defisit pengetahuan yang berhungan dengan perawatan di
rumah.
Penatalaksanaan hepatitis dapat dilakukan dengan istirahat, diet, dan
medikalmentosa. Obat yang dinilai bermanfaat untuk pengobatan hepatitis kronik
14

adalah interferon (IFN). Obat tersebut adalah suatu protein selular stabil dalam
asam yang diproduksi oleh sel tubuh kita.
Tidak terdapat terapi spesifik untuk hepatitis virus akut. Tirah baring selama
fase akut penting dilakukan dan diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat
umumnya merupakan makanan yang paling dapat dimakan oleh penderita.
Pemberian makanan secara intravena mungkin perlu diberikan selama fase akut
bila pasien terus-menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi sehingga
gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan alternatif untuk
penyakit hepatitis sangatlah mahal, maka untuk pengobatan lebih baik
menggunakan obat tradisional. Namun pencegahan hepatitis dapat dilakukan
dengan imunisasi, yang dikarenakan adanya keterbatasan pengobatan untuk
penyakit hepatitis virus.

3.2. Saran
1) Adapun yang menjadi saran penulis kepada teman-teman mahasiswa
agar kiranya dapat memahami substansi dalam penulisan makalah ini
serta mengimplementasikan dalam kehidupan sehar-hari, karena
mengingat betapa pentingnya mempelajari penyakit hepatitis.
2) Kepada teman-teman penderita hepatitis sebaiknya memperhatikan pola
makan yang sehat, menghindari mengkonsumsi minuman keras, serta
menjaga sanitasi lingkungan sekitar.
3) Dan untuk para teman-teman sebagai calon-calon perawat agar
menghindari adanya kontak langsung dengan alat medis dalam
pengobatan pasien di saat turun dinas nanti, serta memperhatikan
sterilnya alat-alat yang digunakan saat praktik.


15

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahmat, Asep S. 2010. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Gorontalo: UNG
Anderson, Clifford R. 2007. Petunjuk Modern kepada Kesehatan. Bandung: Sinar
Baru Algensindo.
Azis, Sriana. 2002. Kembali Sehat dengan Obat. Jakarta: Pustaka Populer Obor.
Hincliff, Sue. 2000. Kamus Keperawatan Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. akarta: Media Aesculapius.
Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit
Jakarta: EGC.
Speer, Kathleen M. 2005. Rencana Asuhan keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
James & Tim Horn. 2005.hepatitits virus dan HIV. Jakarta: Sprita

You might also like