KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN PERCOBAAN I
Nama : Fea Punini Mayangsari NIM : 09/283884/PA/12735 Prodi/Fakultas : Kimia/ MIPA Hari/Tanggal : Kamis, 24 November 2011 Asisten : Wahyu Satpriyo Putro
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN PERCOBAAN I
INTISARI Silika gel adalah salah satu adsorben yang biasa digunakan selain zeolit dan lempung.Silika gel memiiki struktur tetrahedral SiO4. Percobaan kajian pemanfaatan silika gel sebagai adsorben ini bertujuan untuk dapat mempelajari, mengkaji dan memahami karakterisasi silika gel, proses adsorpsi dengan menggunakan silika gel, penggunaan alat X-RD, FTIR, dan UV-Vis. Silika gel digunakan untuk mengadsorp larutan zat warna titangelb dengan tiga variasi. Variasi pertama adalah dengan menggunakan 10 mg silika gel yang diaduk selama 45 menit, variasi kedua menggunakan 20 mg silika gel yang diaduk selama 45 menit dan variasi ketiga menggunakan 10 mg silika gel yang diaduk selama 60 menit. Ketiga larutan tersebut diukur absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Dibuat pula kurva kalibrasi dari larutan standar zat warna dengan konsentrasi 2 ppm, 5 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Hasil yang diperoleh dari percobaan adalah persentasi variasi pertama sebesar 26,1%; variasi kedua 50%; dan variasi ketiga sebesar 49,1%. Semakin banyak jumlah adsorben yang digunakan maka persentasi penyerapan semakin besar.Semakin lama waktu pengadukan maka persentasi penyerapan semakin besar.
Kata kunci : silika gel, titangelb, absorbansi.
KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN PERCOBAAN I
TUJUAN Kompetensi yang diharapkan : 1. Mempelajari preparasi silika gel untuk adsorben 2. Mempelajari karakter silika gel 3. Mengkaji proses adsorpsi menggunakan silika gel sebagai adsorben Keterampilan yang diharapkan : 1. Menguasai teknik preparasi adsorben 2. Menguasai operasional penggunaan furnace 3. Menguasai analisis XRD dan FTIR beserta interpretasi dan pengolahan datanya 4. Menguasai penggunaan spektrofotometer UV-Vis DASAR TEORI Gel silika adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori. Silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Walaupun namanya, gel silika padat, gel silika adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Sebagai pengering, ia memiliki ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki afinitas yang kuat untuk molekul air. Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO2).Sol mirip agar agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis.Sifat ini menjadikan silika gel dimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis.Garam garam kobalt dapat diabsorpsi oleh gel ini.Silica gel mencegah terbentuknya kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi (Punkels, 2008).
Suatu spektrofotometer uv atau tampak mempunyai rancangan dasar yang sama seperti spektrofotometer inframerah. Absorpsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spectrum itu. Panjang gelombang cahaya uv dan tampak jauh lebih pendek dari pada panjang gelombang radiasi inframerah. Satuan yang digunakan untuk panjang gelombang ini adalahnanometer.Spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400 nm.Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi. Baik radiasi uv maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi dari pada radiasi inframerah. Absorpsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak mengakibatkan transisi electron, yaitu promosi electron- elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi yang berenergi lebih tinggi.Transisi ini memerluka 40-300 kkal/mol (Fessenden, 1982). Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR (Fourier Trasform Infra Red) adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier, seorang ahli matematika dari Perancis. Fourier mengemukakan deret persamaan gelombang elektronik sebagai : f(t) = a0 + a1 cos w0t + a2 cos 2w0t + + b1 cos w0t + b2 cos 2w0t dimana : a dan b merupakan suatu tetapan, t adalah waktu, adalah frekuensi sudut ( = 2 f dan f adalah frekwensi dalam Hertz) Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform). Sistim optik Spektrofotometer FTIR dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram.Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Fredicha, 2010). X-Ray Diffraction (XRD) adalah metode yang secara umum digunakan untuk melihat posisi suatu atom dalam molekul atau padatan. Prinsip utama dari XRD ini adalah interaksi antara sinar X dengan elektron dalam materi. Saat sinar X ditembakkan ke materi, sinar tersebut akan dipantulkan ke beberapa arah oleh awan elektron yang ada dalam atom. Setiap kisi kristal akan memberikan arah pantulan yang berbeda. Semakin seragam suatu kristal, maka arah pantulannya akan semakin seragam pula. Panjang gelombang sinar X yang digunakan dalam XRD adalah antara 0,6 1,9 (Dann, 2000). METODE PERCOBAAN ALAT DAN BAHAN Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur 10 ml, pipet tetes, Erlenmeyer 300 ml, gelas beker 100 ml, gelas beker 200 ml, corong gelas, gelas arloji, labu ukur 100 ml, labu ukur 50 ml, timbangan elektronik, spektrofotometer UV-Vis, pengaduk magnet dan hot plate stirrer. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah zat warna titangelb dan silika gel. CARA KERJA Sebanyak 10 gram zat warna titangeld diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml sehingga konsentrasinya adalah 100 ppm. Dari 100 ml larutan tersebut diambil sebanyak 5 ml dan diencerkan kembali dengan labu ukur 50 ml sehingga konsentrasinya menjadi 10 ppm. Dilakukan beberapa variasi untuk banyaknya silika gel yang digunakan dan lama waktu pengadukan. Percobaan 1.Sebanyak 10 mg silika gel ditimbang dan dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna 10 ppm.Campuran diaduk selama 45 menit. Filtrat dan padatan adsorben dipisahkan setelah pengadukan selesai dengan cara disaring. Diukur absorbansi filtrate pada panjang gelombang maksimum larutan zat warna. Percobaan 2.Sebanyak 20 mg silika gel ditimbang dan dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna 10 ppm.Campuran diaduk selama 45 menit. Filtrat dan padatan adsorben dipisahkan setelah pengadukan selesai dengan cara disaring. Diukur absorbansi filtrate pada panjang gelombang maksimum larutan zat warna. Percobaan 3.Sebanyak 10 mg silika gel ditimbang dan dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna 10 ppm.Campuran diaduk selama 60 menit. Filtrat dan padatan adsorben dipisahkan setelah pengadukan selesai dengan cara disaring. Diukur absorbansi filtrat pada panjang gelombang maksimum larutan zat warna. Dibuat larutan standar dari zat warna titangelb dengan konsentrasi sebesar 2, 5, 8, 10 ppm.Larutan standar tersebut ditentukan panjang gelombang maksimumnya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan dibuat kurva kalibrasinya. HASIL PERCOBAAN PERCOBAAN I. (10 mg adsorben diaduk selama 45 menit) (nm) Absorbansi 370 0,218 380 0,261 390 0,313 400 0,357 404 0,362 406 0,365 408 0,362 410 0,348
Absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 406 nm Konsentrasi larutan standar Absorbansi 2 ppm 0,109 5 ppm 0,269 8 ppm 0,408 10 ppm 0,478
Absorbansi larutan standar pada panjang gelombang 410 nm Konsentrasi larutan standar Absorbansi 2 ppm 0,109 5 ppm 0,269 8 ppm 0,408 10 ppm 0,478
PEMBAHASAN Pada praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mempelajari, mengkaji dan memahami karakterisasi silika gel, proses adsorpsi dengan menggunakan silika gel, penggunaan alat X-RD, FTIR, dan UV-Vis. Dilakukan percobaan yang meliputi proses adsorpsi zat warna titangelb 10 dan 20 ppm oleh adsorben silika gel dan percobaan penentuan konsentrasi zat warna secara spektrofotometri untuk menentukan konsentrasi akhir larutan titangelb akibat penyerapan oleh adsorben silika gel. Zat warna titangelb memiliki rumus molekul C28H19N5Na2O6S4
sedangkan silika gel memiliki struktur.
Silika gel terdiri dari partikel-partikel dalam bentuk polimer (SiO2)n. Atom Si pada silika gel berikatan kovalen terhadap empat atom O dalam susunan tetrahedral. Setiap atom O tersebut berikatan kovalen dengan atom Si yang lain membentuk gugus fungsional siloksan (-Si-O-Si-) dan silanol (-Si-OH) dimana gugus tersebut merupakan gugus karateristik dari silika gel. Gugus hidroksil (-OH) pada silika gel merupakan gugus yang aktif dan memberikan sifat polar pada permukaannya.Silika gel dapat berperan sebagai basa relative kuat. Gugus OH terikat memungkinkan adanya interaksi melalui ikatan hidrogen. Jika dilihat pada struktur titangelb, banyak mengandung atom N dan atom H yang terikat atom N. Oleh karena itu proses adsorpsinya memungkinkan terjadinya ikatan hidrogen. Adsorpsi yang terjadi antara silika gel dengan titangelb ialah termasuk dalam adsorpsi fisika dimana berlangsung hanya pada satu lapisan monomolekular (hanya menempel di permukaan aktifnya saja). Percobaan I. Percobaan ini menggunakan 10 mg silika gel yang dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna titangelb 100 ppm yang telah diencerkan menjadi 10 ppm dalam labu ukur 50 ml. Larutan berwarna kuning ini diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet selama 45 menit agar proses adsorpsinya maksimal. Kemudian larutan tersebut diukur absorbansi maksimumnya dengan spektrofotometer UV-Vis. Selama menunggu pengadukan, dilakukan pembuatan larutan standar. Larutan standar berupa larutan zat warna titangelb 100 ppm yang telah diencerkan sehingga konsentrasinya menjadi 2 ppm, 5 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Proses pengenceran menggunakan rumus pengenceran V1.M1 = V2.M2.Larutan zat warna titangelb ini berwarna semakin kuning pekat jika konsentrasinya semakin besar. Pengukuran larutan sampel yang telah diaduk dan disaring dimulai dari panjang gelombang 370 nm sampai ditemukan nilai absorbansi maksimumnya. Pada percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum pada 406 nm dengan nilai absorbansi 0,365 A. Dari data panjang gelombang dan absorbansi yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara keduanya.
Grafik 1. Kurva panjang gelombang vs absorbansi Larutan sampel Data yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin besar panjang gelombang yang digunakan, semakin besar nilai absorbansinya sampai akhirnya mencapai panjang gelombang maksimum dan kemudian turun seiring dengan penurunan panjang gelombang. Panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh tersebut (406 nm) digunakan sebagai panjang gelombang dalam pengukuran absorbansi larutan standar zat warna titangeb.Pada larutan zat warna 2 ppm diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,109.Pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbansinya 0,269.Pada konsentrasi 8 ppm nilai absorbansinya 0,408 dan pada konsentrasi 10 ppm absorbansinya sebesar 0,478.Dilakukan kalibrasi setiap pengukuran konsentrasi dengan menggunakan larutan blangko berupa akuadest.Dari data di atas dapat dibuat kurva kalibrasi standar larutan zat warna.
Grafik 2. Kurva konsentrasi vs absorbansi Larutan standar Dari grafik tersebut diperoleh perasaman garis y = 0.046x + 0.025. Persamaan garis ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi akhir dari sampel, dimana y adalah absorbansi maksimum sampel sebesar 0,365 sehingga x atau konsentrasi akhir sampel sebesar 7,39 ppm. Persen konsentrasi yang teradsorb juga dapat diketahui dengan rumus (konsentrasi awal - konsentrasi akhir)/ konsentrasi awal x 100%. Persentase konsentrasi yang teradsorb sebesar 26,1%. Percobaan II. Percobaan ini menggunakan 20 mg silika gel yang dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna titangelb 100 ppm yang telah diencerkan menjadi 10 ppm dalam labu ukur 50 ml. Dengan cara yang sama, diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet selama 45 menit. Kemudian larutan tersebut diukur absorbansi maksimumnya dengan spektrofotometer UV-Vis. Selama menunggu pengadukan, dibuat lagi larutan standar dengan mengunakan metode yang sama sehingga diperoleh konsentrasi 2ppm, 5 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Pengukuran larutan sampel yang telah diaduk dan disaring dimulai dari panjang gelombang 370 nm sampai ditemukan nilai absorbansi maksimumnya. Pada percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum pada 402 nm dengan nilai absorbansi 0,265 A. Dari data panjang gelombang dan absorbansi yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara keduanya.
Grafik 1. Kurva panjang gelombang vs absorbansi Larutan sampel Panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh tersebut (402 nm) digunakan sebagai panjang gelombang dalam pengukuran absorbansi larutan standar zat warna titangeb.Pada larutan zat warna 2 ppm diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,108.Pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbansinya 0,286.Pada konsentrasi 8 ppm nilai absorbansinya 0,434 dan pada konsentrasi 10 ppm absorbansinya sebesar 0,493.Dari data di atas dapat dibuat kurva kalibrasi standar larutan zat warna.
Grafik 2. Kurva konsentrasi vs absorbansi Larutan standar Dari grafik tersebut diperoleh perasaman garis y = 0.048x + 0.025. Persamaan garis ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi akhir dari sampel, dimana y adalah absorbansi maksimum sampel sebesar 0,265 sehingga x atau konsentrasi akhir sampel sebesar 5 ppm.Persen konsentrasi yang teradsorb juga dapat diketahui dengan rumus (konsentrasi awal - konsentrasi akhir)/ konsentrasi awal x 100%.Persentase konsentrasi yang teradsorb sebesar 50%. Percobaan III. Percobaan ini menggunakan 10 mg silika gel yang dimasukkan dalam 25 ml larutan zat warna titangelb 100 ppm yang telah diencerkan menjadi 10 ppm dalam labu ukur 50 ml. Dengan cara yang sama, diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet selama 60 menit. Kemudian larutan tersebut diukur absorbansi maksimumnya dengan spektrofotometer UV-Vis. Selama menunggu pengadukan, dibuat lagi larutan standar dengan mengunakan metode yang sama sehingga diperoleh konsentrasi 2ppm, 5 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Pengukuran larutan sampel yang telah diaduk dan disaring dimulai dari panjang gelombang 370 nm sampai ditemukan nilai absorbansi maksimumnya. Pada percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum pada 410 nm dengan nilai absorbansi 0,253 A. Dari data panjang gelombang dan absorbansi yang diperoleh dibuat grafik hubungan antara keduanya.
Grafik 1. Kurva panjang gelombang vs absorbansi Larutan sampel Panjang gelombang maksimum yang telah diperoleh tersebut (410 nm) digunakan sebagai panjang gelombang dalam pengukuran absorbansi larutan standar zat warna titangeb.Pada larutan zat warna 2 ppm diperoleh nilai absorbansi sebesar 0,115.Pada konsentrasi 5 ppm nilai absorbansinya 0,257.Pada konsentrasi 8 ppm nilai absorbansinya 0,395 dan pada konsentrasi 10 ppm absorbansinya sebesar 0,459.Dari data di atas dapat dibuat kurva kalibrasi standar larutan zat warna.
Grafik 2. Kurva konsentrasi vs absorbansi Larutan standar Dari grafik tersebut diperoleh perasaman garis y = 0.043x + 0.034. Persamaan garis ini dapat digunakan untuk menentukan konsentrasi akhir dari sampel, dimana y adalah absorbansi maksimum sampel sebesar 0,253 sehingga x atau konsentrasi akhir sampel sebesar 5,09 ppm. Persen konsentrasi yang teradsorb juga dapat diketahui dengan rumus (konsentrasi awal - konsentrasi akhir)/ konsentrasi awal x 100%.Persentase konsentrasi yang teradsorb sebesar 49.1%. Persentasi hasil dari ketika variasi tersebut adalah 26,1%, 50%, dan 49,1%. Perbedaan persentasi zat yang teradsorb disebabkan oleh banyaknya silika gel yang dimasukkan dalam zat warna titangelb dan dipengaruhi pula oleh lama waktu pengadukan. Faktor banyaknya silika gel yang dimasukkan terbukti dari data persentasi percobaan I dan percobaan II. Pada percobaan I digunakan 10 mg silika gel sedangkan pada percobaan II digunakan 20 mg silika gel walau waktu pengadukannya sama yaitu 45 menit. Persentasi pada percobaan I hanya 26,1% sedangkan percobaan II sebesar 50%. Faktor lamanya waktu pengadukan terbukti dari data percobaan I dan percobaan III. Kedua percobaan ini sama-sama menggunakan10 mg silika gel akan tetapi berbeda pada lamanya pengadukan. Percobaan I diaduk selama 45 menit dengan persentasi hasil sebesar 26,1% sedangkan pada percobaan III diaduk selama 60 menit dengan persentasi hasil sebesar 49,1%.
Untuk grafik XRD untuk silika gel yaitu :
Dari grafik tesebut dapat dilihat jika puncak puncak dari diffraktrogram terlihat tidak tajam, sehingga dapat diketahui jika silika gel memiliki struktur amorf atau bukan kristalin. Sedangkan grafik FT-IR dari silika gel yaitu :
Dari grafik tersebut dapat dilihat ada peak landai yang berada pada daerah 3500 cm-1 yaitu daerah yang menunjukkan adanya gugus OH, sedangkan pada kira kira 1000 1250 ada ikatan antara silika dengan oksigen atau siloksan (Si-O-Si). Interaksi antara titangelb dan silika melalui ikatan hydrogen.Dari silika H yang terdapat gugus OH sedangkan dari titangelb berasal dari anion-anionnya sehingga dapat berinteraksi. KESIMPULAN Semakin banyak jumlah adsorben, maka semakin banyak persentasi konsentrasi adsorbat yang terserap. Semakin lama proses pengadukan (kontak antara adsorben dan adsorbat), maka semakin banyak konsentrasi adsorbat yang terserap. Persentasi 10 mg silika gel dengan lama kontak 45 menit sebesar 26,1%. Persentasi 20 mg silika gel dengan lama kontak 45 menit sebesar 50%. Persentasi 10 mg silika gel dengan lama kontak 60 menit sebesar 49,1%. DAFTAR PUSTAKA Dann, 2000, Reaction and Characterization of Solids, RSC, Cambridge Fessenden, 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga, Jakarta Fredicha,2010, http://fredicha.blog.uns.ac.id/2010/10/17/spektrofotometer-ftir/ (diakses tanggal 27 November 2011) Punkels,2008, http://punkels.wordpress.com/2008/12/21/kegunaan-silica-gel/ (diakses tanggal 27 November 2011) LEMBAR PENGESAHAN
Yogyakarta, 27 November 2011 Asisten, Praktikan,
Wahyu Satpriyo P Fea Punini Mayangsari
LAMPIRAN Perhitungan Percobaan I 10 mg silika gel + 25 ml larutan zat warna diaduk 45 menit .
y = 0.046x + 0.025 y = 0.365 x = (0.35 0.025) / 0.046 x = 7,39 ppm % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% = 26,1 %
Percobaan II 20 mg silika gel + 25 ml larutan zat warna diaduk 45 menit .
y = 0.048x + 0.025 y = 0.265 x = (0.265 0.025) / 0.048 x = 5 ppm % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% = 50 %
Percobaan III 10 mg silika gel + 25 ml larutan zat warna diaduk 60 menit .
y = 0.043x + 0.034 y = 0.253 x = (0.253 0.034) / 0.043 x = 5,09 ppm % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% % Konsentrasi yang teradsorb = x 100% = 49,1 %
KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN (K1-I)
NAMA : SRI HARTUTI NIM : 09/280182/PA/12338 TGL.PRAKTIKUM : 04 OKTOBER 2011 FAK/PRODI : MIPA/KIMIA KELOMPOK : I ASISTEN : WAHYU S.P.
LABORATORIUM KIMIA ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011
I. JUDUL KAJIAN PEMANFAATAN SILIKA GEL SEBAGAI ADSORBEN
II. TUJUAN Kompetensi yang diharapkan : 1. Mempelajari preparasi silika gel untuk adsorben. 2. Mengkaji karakter silika gel. 3. Mengkaji proses adsorbsi menggunakan silika gel sebagai adsorben. Keterampilan yang diharapkan : 1. Menguasai teknik preparasi adsorben. 2. Menguasai operasional penggunaan furnace. 3. Menguasai analisis XRD dan FTIR beserta interpretasi dan pengubaha datanya. 4. Menguasai penggunaan spectrometer UV-Vis.
III. DASAR TEORI Gel silika adalah butiran seperti kaca dengan bentuk yang sangat berpori, silika dibuat secara sintetis dari natrium silikat. Walaupun namanya, gel silika padat. Gel silika adalah mineral alami yang dimurnikan dan diolah menjadi salah satu bentuk butiran atau manik-manik. Sebagai pengering, ia memiliki ukuran pori rata-rata 2,4 nanometer dan memiliki afinitas yang kuat untuk molekul air.Silika gel merupakan suatu bentuk dari silika yang dihasilkan melalui penggumpalan sol natrium silikat (NaSiO 2 ). Sol mirip agar agar ini dapat didehidrasi sehingga berubah menjadi padatan atau butiran mirip kaca yang bersifat tidak elastis. Sifat ini menjadikan silika gel ndimanfaatkan sebagai zat penyerap, pengering dan penopang katalis. Garam garam kobalt dapat diabsorpsi oleh gel ini. Silica gel mencegah terbentuknya kelembaban yang berlebihan sebelum terjadi (Punkels, 2008). Dasar pemikiran dari Spektrofotometer FTIR (Fourier Trasform Infra Red) adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan oleh Jean Baptiste Joseph Fourier, seorang ahli matematika dari Perancis. Fourier mengemukakan deret persamaan gelombang elektronik sebagai : f(t) = a 0 + a 1 cos w 0 t + a 2 cos 2w 0 t + + b 1 cos w 0 t + b 2 cos 2w 0 t dimana : a dan b merupakan suatu tetapan, t adalah waktu, adalah frekwensi sudut ( = 2 f dan f adalah frekwensi dalam Hertz) Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau daerah frekwensi. Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi Fourier (Fourier Transform). Sistim optik Spektrofotometer FTIR dilengkapi dengan cermin yang bergerak tegak lurus dan cermin yang diam. Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya disebut sebagai retardasi ( ). Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Pada sistim optik FTIR digunakan radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh dan lebih baik (Fredicha, 2010). X-Ray Diffraction (XRD) adalah metode yang secara umum digunakan untuk melihat posisi suatu atom dalam molekul atau padatan. Prinsip utama dari XRD ini adalah interaksi antara sinar X dengan elektron dalam materi. Saat sinar X ditembakkan ke materi, sinar tersebut akan dipantulkan ke beberapa arah oleh awan elektron yang ada dalam atom. Setiap kisi kristal akan memberikan arah pantulan yang berbeda. Semakin seragam suatu kristal, maka arah pantulannya akan semakin seragam pula. Panjang gelombang sinar X yang digunakan dalam XRD adalah antara 0,6 1,9 (Dann, 2000). Suatu spektrofotometer uv atau tampak mempunyai rancangan dasar yang sama seperti spektrofotometer inframerah. Absorpsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilkan spectrum itu. Panjang gelombang cahaya uv dan tampak jauh lebih pendek dari pada panjang gelombang radiasi inframerah. Satuan yang digunakan untuk panjang gelombang ini adalah nanometer. Spektrum ultraviolet terentang dari 100 nm sampai 400 nm. Kuantitas energi yang diserap oleh suatu senyawa berbanding terbalik dengan panjang gelombang radiasi. Baik radiasi uv maupun radiasi cahaya tampak berenergi lebih tinggi dari pada radiasi inframerah. Absorpsi cahaya ultraviolet atau cahaya tampak mengakibatkan transisi electron, yaitu promosi electron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi yang berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerluka 40-300 kkal/mol (Fessenden, 1982). Absorbansi suatu sampel molekul bergantung pada struktur molekul tertentu dan banyaknya molekul (Hart, 2003). Spektrum uv maupun tampak terdiri dari pita absorpsi lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan oleh terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi (Fessenden, 1982).
IV. METODE PERCOBAAN IV.1. ALAT Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur 10 ml, pipet tetes, Erlenmeyer 300 ml, gelas beker 100 ml, gelas beker 200 ml, corong gelas, gelas arloji, labu ukur 100 ml timbangan elektronik, spektrofotometer UV-Vis, pengaduk magnet dan hot plate stirrer. IV.2. BAHAN Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah zat warna titangeld dan silika gel. IV.3. CARA KERJA Sebanyak 10 gram zat warna titangeld diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml sehingga konsentrasinya adalah 100 ppm. Dari 100 ml larutan tersebut diambil sebanyak 10 ml dan diencerkan kembali dengan labu ukur 100 ml sehingga konsentrasinya menjadi 10 ppm. Silika gel sebanyak 0,01 gram kemudian ditambahkan ke dalam larutan hasil pengenceran tersebut dan distirrer selama satu jam. Setelah distirrer, dicari absorbansi maksimumnya dengan spektrofotometer UV-Vis. Dari larutan 100 ppm yang tersisa, diambil sebanyak 8 ml kemudian diencerkan dengan labu takar 100 ml sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 8 ppm dan seterusnya sehingga diperoleh larutan zat warna dengan konsentrasi 2, 5, 8 dan 10 ppm. Setiap larutan tersebut diukur absorbansinya dengan panjang gelombang maksimum dari pengukuran sebelumnya.
V. HASIL - Tabel 1. Pengukuran absorbansi larutan zat warna 10 ppm yang telah diadsorb oleh silika gel (distirer selama 1 jam) : (nm) 370 380 390 400 410 420 430 440 450 460 A 0,885 1,147 1,464 1,666 1,645 1,453 1,135 0,852 0,659 0,502 - Tabel 2. Pengukuran berbagai konsentrasi zat warna pada maks = 400 nm : Konsentrasi zat warna Absorbansi 2ppm 0,394 5 ppm 0,805 8 ppm 1,280 10 ppm 1,595
VI. PEMBAHASAN Pada praktikum ini, praktikan dituntut untuk dapat mempelajari, mengkaji dan memahami karakterisasi silika gel, proses adsorpsi dengan menggunakan silika gel, penggunaan alat X-RD, FTIR, dan UV-Vis. Untuk memperoleh tujuan tersebut dilakukan percobaan yang meliputi proses adsorpsi zat warna titangelb 10 ppm oleh adsorben silika gel dan penentuan konsentrasi zat warna secara spektrofotometri yang diimplementasikan ke dalam kurva kalibrasi standar untuk menentukan konsentrasi akhir larutan titangeld akibat penyerapan oleh adsorben silika gel. Larutan hasil dari pengadukan selama satu jam zat dengan adsorben silika gel ini agar proses adsorpsinya maksimal kemudian dianalisis dengan menggunakan sprektofotometri UV-Vis. Dari data yang dihasilkan diperoleh bahwa panjang gelombang maksimumnya adalah pada 400 nm dikarenakan memiliki nilai absorbansi yang tertinggi. Berikut adalah grafik yang dihasilkan dari penghubungan panjang gelombang () dan absorbansi, Grafik 1. Kurva panjang gelombang dan Absorbansi
Pada analisis spektrofotometri, larutan sampel menyerap radiasi elektromagnetik dan jumlah intensitas radiasi yang diserap oleh larutan sampel dihubungkan dengan konsentrasi analit dalam larutan sampel. Sehingga semakin banyak radiasi yang diserap suatu sampel, semakin tinggi absorbansinya. Skala dari data yang dihasilkan menunjukkan bahwa semakin besar panjang gelombang yang digunakan, semakin besar nilai absorbansinya sampai akhirnya mencapai panjang gelombang maksimum dan kemudian turun seiring dengan penurunan panjang gelombang. Turunnya nilai absorbansi bisa diperoleh karena sinar monokromatis putih yang dihasilkan pada setiap panjang gelombang dapat terseleksi lebih detail oleh prisma. Ini merupakan ukuran kuat tidaknya suatu unsur dalam larutan tersebut dalam menyerap cahaya dalam panjang gelombang tertentu. Hasil pelarutan zat warna titangelb dengan akuades memperlihatkan warna kuning cerah. Warna ini merupakan warna radiasi elektromagnetik yang diteruskan atau warna komplemen. Menurut roda warna, warna-warna yang saling berlawanan satu sama lain dikatakan sebagai warna-warna komplementer. Maka kuning dengan biru tua adalah komplementer sehingga warna radiasi yang diserap adalah warna biru tua yang memiliki panjang gelombang yang diserap larutan berkisar 435-450 nm sehingga larutan tampak berwarna kuning. Namun pada hasil analisis, panjang gelombang maksimum yang diperoleh adalah 400 nm yang merupakan daerah spectrum warna jingga. Ini menandakan bahwa adanya kesalahan dalam proses analisis. Hal ini dimungkinkan terjadi karena adanya kesalahan pada alat spektofotometri dalam faktor instrumentalnya. Pada spektrofotometri, sinar yang dihasilkan oleh monokromator harus benar-benar monokromatis. Namun pada prakteknya, sinar yang dihasilkan oleh monokromator tidak benar-benar monokromatis. Ini dapat diamati pada saat pengukuran absorbansi. Nilai absorbansi yang dihasilkan pada panjang gelombang tertentu, misal pada panjang gelombang 380 nm, menunjukkan nilai yang berubah-ubah atau berganti-ganti di sekitaran nilai 1,147. Ini menunjukkan bahwa panjang gelombang yang dihasilkan tidak benar-benar monokromatis. Sumber radiasi yang digunakan oleh spektronik 20 adalah lampu wolfram atau sering disebut lampu tungsten. Arus cahaya pada lampu tungsten tergantung pada tegangan lampu dan eksvonen, i = kVn. Adapun kelebihan dari lampu wolfram adalah energy radiasi yang dilepaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Kuvet yang baik untuk spektroskopi ultra violet dan spektroskopi sinar tampak adalah kuvet yang terbuat dari kuarsa. Kesalahan pengukuran ini dapat mengakibatkan data dan hasil perhitungan yang tidak valid. Selanjutnya dilakukan analisis untuk larutan zat warna yang berbeda konsentrasinya dengan spektrofotometer UV-Vis agar dapat mengetahui konsentrasi akhir dari larutan hasil adsorpsi silika gel. Berikut adalah grafik (kurva kalibrasi) yang dihasilkan dari memplotkan hubungan konsentrasi dan absorbansi pada panjang gelombang maksimum, Grafik 2. Kurva konsentrasi dan absorbansi pada panjang gelombang maksimum
Dari kurva kalibrasi tersebut diperoleh persamaan garis y=0,15x+0,076. Sehingga apabila nilai y=1,666 (nilai absorbansi pada panjang gelombang maksimum) di peroleh nilai x=10,61. Sehingga diketahui konsentrasi akhir setelah mengalami adsorpsi silika gel adalah 10,61 ppm. Hasil ini sangat tidak logis karena tidak mungkin konsentrasi setelah terjadi penyerapan lebih tinggi dari konsentrasi sebelum penyerapan berlangsung. Sehingga diperoleh nilai presentase negatif yaitu sebesar -61%. Zat warna titangelb memiliki rumus molekul C 28 H 19 N 5 Na 2 O 6 S 4 dengan struktur seperti gambar 1. Sedangkan struktur dari silika gel seperti pada gambar 2. Gambar 2. Struktur zat warna titangelb Gambar 3. Struktur Silika Gel Dari struktur silika gel dapat diketahui bahwa silika gel tergolong sebagai silika amorphous (tidak beraturan) yang terdiri dari partikel-partikel dalam bentuk polimer (SiO 2 )n. Atom Si pada silika gel berikatan kovalen terhadap empat atom O dalam susunan tetrahedral. Setiap atom O tersebut berikatan kovalen dengan atom Si yang lain membentuk gugus fungsional siloksan (-Si-O-Si-) dan silanol (-Si-OH) seperti yang dijelaskan sebelumnya dimana gugus tersebut merupakan gugus karateristik dari silika gel. Gugus hidroksil (-OH) pada silika gel merupakan gugus yang aktif dan memberikan sifat polar pada permukaannya. Dengan adanya gugus aktif hidroksil ini silika gel dapat berperan sebagai basa bronsted yang relative kuat. Gugus aktif hidroksil ini dibagi menjadi 2 jenis yaitu gugus OH bebas dan gugus OH terikat dimana gugus OH terikat memiliki jarak dengan OH lainnya lebih pendek dari pada jenis gugus OH terikat. Gugus OH terikat memungkinkan adanya interaksi melalui ikatan hidrogen. Dapat dilihat pada struktur adsorbat titangelb (gambar 2), banyak mengandung atom N dan atom H yang terikat atom N. Sehingga dalam proses adsorpsinya memungkinkan terjadinya ikatan hydrogen. Inilah yang terjadi sehingga silika gel dapat mengikat zat warna titangelb. Adsorpsi yang terjadi antara silika gel dengan titangelb ialah termasuk dalam adsorpsi kimia dimana berlangsung hanya pada satu lapisan monomolekular (hanya menempel di permukaan aktifnya saja). Padatan hasil adsoprsi tadi kemudian dianalisis menggunakan FTIR, analisis menggunakan FT-IR dipilih guna membandingkan spektra yang dihasilkan dari silika gel sebelum proses adsorpsi dan setelah terjadinya proses adsorpsi. Dari data XRD dan FTIR, Spektra FT-IR memperlihatkan bahwa pada daerah 470 cm -1 terdapat vibrasi tekuk Si-O-Si (gugus siloksan). Pada daerah 1057-1067 cm -1 terdapat vibrasi ulur Si-O dan pada daerah sekitar 3400 cm -1 merupakan vibrasi ulur OH dari gugus silanol. Karena pelarut yang digunakan adalah H 2 O, kemungkinan akan OH pada daerah 3400 cm -1 adalah OH dari H 2 O. Namun dapat dikatakan demikian apabila terdapat spektrum kuat muncul pada daerah 1600 cm -1 . Dari data XRD, dapat dilihat adanya puncak yang kurang tajam yang menunjukkan bentuk non-kristalin atau bentuk amorphous. Zat amorf menampilkan susunan atom yang acak dan memliki rentang yang pendek. Luas puncak yang tedapat antara 15-35 deg adalah karateristik dari zat amorf. Dalam adsorpsi ini dimungkinkan terjadinya kompetisi antara solven yang digunakan (akuades, H 2 O) dengan adsorbat itu sendiri. Untuk dapat meningkatkan adsorpsi zat warna tersebut, dapat dilakukan dengan modifikasi. Modifikasi permukaan silika gel berhubungan dengan keseluruhan proses yang bertujuan untuk mengubah komposisi kimia pada permukaan. Proses modifikasi dilakukan dengan mengubah gugus Si-OH menjadi Si-OM dimana M adalah spesies sederhana maupun kompleks selain H. Ini akan mempengaruhi secara signifikan terhadap proses reaksi. Adanya spesies hasil modifikasi ini akan memberi nilai tambah dalam hal interaksi pada proses adsorpsi. Dari pengamatan dan teori dapat diketahui apabila ditambahkan silika gel dengan jumlah berlebih maka penyerapan atau adsorpsi titangelb akan semakin tinggi dikarenakan semakin banyaknya gugus silanol yang tersedia. Namun penambahan waktu pengadukan dengan stirrer tidak berpengaruh terhadap jumlah zat warna yang terserap dikarenakan silika gel memiliki tingkat maksimum kejenuhan. Apabila tingkat kejenuhan yang dimaksud sudah dicapai, silika gel tidak mungkin lagi dapat menyerap zat warna. Jika dilakukan pemanasan saat larutan distirrer, maka akan berpengaruh pada nilai konsentrasi akhir. Ini disebabkan oleh kemungkinan berkurangnya volume pelarut karena penguapan akibat pemansan sehingga dapat mempengaruhi konsentrasi zat warna. Semakin berkurangnya volume pelarut semakin jenuh zat warna tersebut.
VII. KESIMPULAN - Silika gel memiliki gugus silanol (-Si-OH) yang merupakan karateristk dari silika gel. - Silika gel dapat mengadsorb zat warna titangelb dengan cara berikatan hydrogen. - Presentase zat warna yang diserap oleh silika gel memiliki nilai negative, yaitu -61 diakibatkan oleh kesalahan faktor instrumental. - Agar tidak terjadi kesalahan dalam pengukuran alat harus dikalibrasi terlebih dahulu. - Modifikasi silika gel dapat dilakukan untuk meningkatkan adsorpsi dengan cara mengubah komposisi kimia permukaan silika gel.
VIII. DAFTAR PUSTAKA S.E., Dann, 2000, Reaction and Characterization of Solids, RSC, Cambridge Fessenden, 1982, Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2, Erlangga, Jakarta Arya, Fredicha, 2010, http://fredicha.blog.uns.ac.id/2010/10/17/spektrofotometer-ftir/ (diakses tanggal 7 Oktober 2011, pukul 21.35 WIB) Hart, dkk, 2003, KIMIA ORGANIK Suatu Kuliah Singkat, Erlangga, Jakarta Punkels, http://punkels.wordpress.com/2008/12/21/kegunaan-silica-gel/ (diakses tanggal 8 Oktober jam 14.43 WIB)