You are on page 1of 16

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA

INDONESIA
MELAWAN BELANDA
Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang tidak terputus-putus
dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu belum ada pelabuhan-pelabuhan
yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan tempat singgah dalam jalur niaga yang
panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul kota pelabuhan yang disebut dengan emporium,
yaitu suatu kota pelabuhan dengan fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk
memperbaiki kapal-kapalnya sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap
emporium biasanya terdapat pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu
menyediakan fasilitas kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal
untuk ekspedisi dagang.

Lahirnya sistememporia telah memudahkan pelayaran niaga. Para pedagang tidak lagi
dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk memasarkan barang
dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja, maka komoditi dagangnya akan
dibawa para pedagang lain menyebar ke emporium-emporium di wilayah lain. Dengan demikian
sistem emporia telah menyebabkan jalur perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium
yang muncul pada abad itu adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas dan
Hormuz di Teluk Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk Benggala; Zaiton
dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka. Pada abad ke-15, Malaka mulai
menggeser kedudukan Samudra Pasai dalam dunia perdagangan internasional. Secara geografis,
letak Malaka cukup strategis dan lebih menguntungkan dibandingkan Pasai.

Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara yang terletak pada jalan silang antara
wilayah timur dan wilayah barat Asia. Sebagaimana Sriwijaya, Malaka dapat dikatakan tidak
memproduksi sendiri bahan-bahan hasil bumi atau pertambangannya, tetapi mendatangkan dari
wilayah lain. Namun dengan kekuatan hubungan diplomatiknya dengan berbagai negara kuat
seperti Cina, Siam dan Majapahit, kerajaan Malaka berkembang menjadi emporium terbesar di
kawasan Asia. Terlebih lagi setelah penguasa Malaka menjadi penganut Islam pada 1414,
mendorong semakin banyak pedagang Islam dari Arab dan India melakukan kegiatan
perdagangan di Malaka.

Pesatnya perkembangan Malaka juga didukung oleh kebijakan yang ditempuh para
penguasanya. Mereka berusaha menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat memenuhi tugasnya
dalam mengatur perekonomian Malaka. Salah satu jabatan yang penting dan berkaitan erat
dengan perdagangan di pelabuhan adalah Syahbandar. Di Malaka, terdapat empat syahbandar
yang dipilih secara langsung oleh para pedagang asing dari berbagai kelompok bangsa untuk
mengurusi kepentingan mereka masing-masing. Kedudukan strategis Malaka itu terdengar oleh
orang-orang Portugis yang telah berhasil mendirikan suatu kantor dagang di Goa, India. Untuk
itu Affonso dAlbuquerque, seorang panglima Portugis di Goa bermaksud mengadakan
hubungan dengan Malaka. Suatu utusan Portugis dipimpin oleh Lopez Squeira pada 1509 tiba di
Malaka untuk mengadakan hubungan dagang dengan Malaka. Namun penguasa Malaka enggan
untuk menerimanya, bahkan mereka menyerang orang-orang Portugis yang tiba di Malaka saat
itu. Hingga akhirnya, dengan dipimpin langsung oleh Panglima Portugis, Affonso
dAlbuquerque.

Portugis merebut Malaka pada 1511. Mereka berharap dengan menguasai Malaka akan
dapat merampas seluruh perdagangan merica di Asia. Namun harapan mereka tidak terpenuhi,
mengingat Malaka tidak memproduksi hasil-hasil perdagangan (ekspor) apa pun, termasuk
merica yang mereka cari-cari selama ini. Tetapi Malaka semata-mata emporium yang berfungsi
sebagai pelabuhan transit bagi para pedagang di wilayah Asia. Setelah menguasai Malaka, orang-
orang Portugis melanjutkan perjalanannya ke Maluku, tepatnya ke Banda yang merupakan
tempat pengumpulan rempah-rempah di Maluku. Di Banda Portugis mendapatkan pala, cengkeh
dan fuli. Rempah-rempah tersebut mereka tukar dengan bahan pakaian dari India. Dengan ini
suasana perdagangan yang ramai timbul di pulau Banda. Pada 1521 bangsa Spanyol datang
dengan dua kapal melalui Filipina dan Kalimantan Utara menuju kepulauan Maluku, yaitu
Tidore, Bacan dan Jailolo.

Kedatangan mereka diterima dengan baik, ketika mereka pulang beberapa pedagang
mereka menetap di Tidore, tetapi mereka mendapat serangan dari Portugis. Kedatangan bangsa
Spanyol ke Maluku tidak disukai oleh bangsa Portugis, karena mereka tidak menghendaki ada
bangsa Eropa lain yang menjadi pesaing monopoli perdagangan mereka di Maluku. Akan tetapi
karena sikap baik yang ditunjukakan oleh bangsa Spanyol, masyarakat Maluku lebih menyukai
mereka daripada bangsa Portugis. Oleh karena itu kapal-kapal mereka terus mengunjungi
Maluku hingga 1534. Namun karena adanya perjanjian dengan bangsa Portugis sejak tahun
1534, Spanyol meninggalkan Maluku dan Portugis mendapat kebebasan penuh untuk melakukan
monopoli rempah-rempah di Maluku. Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba giliran
bagi orang Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis datang ke wilayah Nusantara.

Secara khusus, kedatangan bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan
petualangan. Pada 1585 ketika Portugal masuk daerah kuasa Spanyol maka peranan bangsa
Belanda sebagai pengangkut dan penyebar rempah-rempah di wilayah Eropa terhenti. Karena
kehilangan mata pencaharian tersebut, bangsa Belanda memutuskan untuk mendapatkan rempah-
rempah secara langsung dari kepulauan Nusantara. Pada 1595 armada bangsa Belanda, yang
terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah
pimpinan Cournelis de Houtman. Armada tersebut sampai di Banten pada 1596. Karena
mengharapkan keuntungan yang berlimpah, permintaan Belanda kepada Banten atas sejumlah
besar lada diluar kemampuannya untuk membayar menimbulkan ketegangan antara mereka.
Kemudian Belanda meninggalkan pelabuhan Banten dengan menembaki kota Banten. Sikap
kasar tersebut menyebar ke seluruh pelabuhan di pesisir utara Jawa, sehingga Belanda
mengalami kesulitan untuk mengadakan hubungan dagang.

Armada pertama tersebut hanya berlayar hingga Bali dan pada 1597 mereka berhasil
kembali ke Belanda dengan membawa banyak rempah-rempah. Tahun berikutnya, 1598 armada
kedua Belanda yang terdiri dari Jacob van Neck, Waerwijck, Heemskerck di Banten, tiba di
banten dan diterima dengan baik oleh penguasa-penguasa di sana. Hal tersebut disebabkan
situasi Banten yang baru saja mengalami kerugian akibat tindakan orang Portugis dan sikap
bangsa Belanda yang sudah bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat Banten. Kedatangan
bangsa Belanda di pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan yang baik daripara
penguasa setempat. Hampir setiap pulau di Kepulauan Maluku mereka singgahi, bahkan mereka
juga menempatkan orang-orangnya untuk menampung hasil panen rempah-rempah. Kedatangan
Belanda di Ternate juga diterima dengan aik karena pada saat itu Sultan Ternate sedang
memusuhi Portugis dan Spanyol.

Dengan cara seperti itu, armada Belanda berhasil kembali ke negerinya dengan kapal-
kapal yang sarat muatan rempah-rempah dan keuntungan yang besar. Pada Maret 1602, setelah
perundingan yang alot antara Staten General(Dewan Perwakilan) dengan perseroan-perseroan di
negeri Belanda (Holland dan Zeeland) dibentuk Vereenidge Oost Indische Compagnie(VOC)
berdasarkan suatu oktroi parlemen yang memberi hak eksklusif kepada perseroan untuk
berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Harapan dan
Kepulauan Salomon. Dalam menjalankan misi dagangnya, VOC mempunyai hak khusus (oktroi)
dalam memperoleh wilayah di Timur, mengadakan perdamaian, perjanjian-perjanjian,
menyatakan perang, memiliki kapal perang, mempunyai tentara dan memiliki benteng
pertahanan sendiri. Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15
Januari 1602 adalah untuk menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air.
Musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 Desember 1640
bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi perdagangan di Asia.

Sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama
masyarakat Nusantara. Pada tahun-tahun setelah J.P. Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC,
arah politik bangsa Belanda semakin jelas bukan hanya terfokus pada perdagangan saja tetapi
juga melaksanakan monopoli perdagangan serta politik kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Lima tahun sebelum menjadi Gubernur Jenderal (1614) JP Coen berpendapat bahwa
perdagangan di Asia harus dilaksanakan dan dipertahankan dengan perlindungan serta bantuan
senjata yang diperoleh dari keuntungan perdaganga. Menurut Coen perdagangan tidak dapat
dipertahankan tanpa perang, seperti juga perang tidak dapat dipertahankan tanpa perdagangan.
Akhirnya pada Maret 1619 VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal J.P. Coen merebut
Jayakarta dari tangan Pangeran Wijayakrama dan mengukuhkan kedudukannya setelah
membumi hanguskan kota dengan membangun kota Batavia di atas puing-puing reruntuhan
Jayakarta. Setelah berhasil menguasai Batavia, J.P. Coen memindahkan kantor pusat dagang
VOC dari Ambon ke Batavia, sejak saat itu Batavia menjadi markas besar perdagangan VOC.

Hal itu merupakan langkah paling penting yang ditempuh oleh bangsa Belanda,
mengingat dari Batavia VOC mampu membangun pusat militer dan administrasi di tempat yang
relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang serta mudah mencapai jalur-jalur
perdagangan daerah timur Nusantara, Timur Jauh dan Eropa. Pada Desember 1650, VOC tercatat
mempunyai 74 kapal dagang di seluruh wilayah Asia. Jumlah tersebut lebih banyak
dibandingkan jumlah armada para pesaingnya, Inggris, Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal
dagang VOC dipersenjatai relatif lebih lengkap daripada kapal milik bangsa lain. Oleh karena itu
kapal-kapal Belanda lebih memungkinkan untuk melakukan berbagai manuver dengan lebih
hebat.

Mulai abad ke15 dapat dikatakan bahwa hampir semua transaksi perdagangan di Jawa
menggunakan mata uang cashmilik Cina. Barangkali armada besar Ming dibawah Cheng Ho
itulah yang membuat mata uang Cina begitu terkenal di bandar-bandar kepulauan yang lain
seperti Malaka dan Pasai pada awal abad ke-15. Kemudian penghapusan larangan Kaisar atas
perdagangan Cina ke Selatan pada tahun 1567 tampaknya mengakibatkan arus masuk secara
besar-besaran mata uang tembaga Cina. Akibatnya banyaknya uang yang beredar membuat
khawatir Pejabat Cina, sehingga pada 1590 di Guangdong dan Fujian dibuat mata uang tembaga
baru campuran dengan timah yang murah untuk selanjutnya di edarkan. Pada 1596, armada
pertama Belanda, picisbermutu rendah ini beredar jauh ke pedalaman Jawa. Karena bermutu
rendah, Mata uang picis dari timah campuran tersebut mutunya dapat dipalsukan dengan mudah.
Pada 1633, ketika Belanda (VOC) mulai merasa bahwa uang picisdapat diperoleh dari orang
Cina di Batavia, mereka menjadi mengetahui bahwa sudah ada industri pembuatan picis Cina di
Jawa, khususnya di Banten, Cirebon dan Jepara.

Belanda mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut dengan memberikan timah atas
dasar monopoli kepada orang Cina terkemuka di daerah pendudukan Belanda. Usaha ambil
untung VOC tersebut, terhenti ketika Inggris berhasil memberikan timah dengan harga yang
lebih murah. Setelah itu VOC beralih ke mata uang tembaga sebagai sarana dasarnya untuk
memasuki perekonomian di Asia. Untuk menandingi uang kepeng Cina pada 1727 (atau rentang
waktu 17281751) VOC mengedarkan pecahan logam Duit sebagai alat pembayaran sah
menggantikan picis/cash. Namun demikian menurut beberapa catatan periode penggunaan mata
uang picis yang mereka sponsori sangatlah penting guna membangun Batavia sebagai bandar
yang menarik bagi pelaut Nusantara yang berkeinginan untuk memegang picis dan barang
dagangan dari Cina.

Selain itu kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 turut memperbanyak jenis mata uang
yang beredar di wilayah kepulauan Nusantara. Hal tersebut menyebabkan peranan mata uang
lokal semakin terdesak karena beredar tanpa tatanan dan kontrol yang jelas dan teratur. Salah
satu mata uang barat yang paling digemari secara luas adalah Real Spanyol(Spaanse Matten).
Pada abad ke-17 tidak ada mata uang lokal yang dapat bersaing dengan mata uang Real Spanyol
sebagai uang internasional. Uang itu segera menjadi uang dan satuan hitungan untuk transaksi
internasional. Dalam sepucuk surat dari Gubernur Jenderal dan Dewan VOC di Batavia kepada
negeri Belanda tertanggal 12 Pebruari 1685, mereka minta dikirimi senilai 350.000 sampai
400.000 Gulden uang yang tersedia, lebih disukai dalam bentuk real delapan Meksiko/Real
Spanyol, karena orang-orang Jawa, Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya lebih menyukai mata
uang tersebut karena sudah selama bertahun-tahun terbiasa menggunakannya. VOC yang
berupaya memonopoli perdagangan di Kepulauan Nusantara meminta ijin Raja Belanda untuk
mencetak mata uang real baru dengan ukuran, berat serta kadar yang sama untuk menandingi
popularitas Real Spanyol.
Sekitar awal abad ke-18 mata uang Real Spanyolmulai langka, oleh karena itu
kedudukannya mulai tergeser. Keadaan itu digunakan VOC untuk menjadikan mata uang
Belanda (logam perak) Rijksdaaldersebagai alat pembayaran yang standar di wilayah Nusantara.
Sesungguhnya VOC di Batavia tidak mempunyai mata uang sendiri, membuat uang merupakan
hak kedaulatan VOC yang pelaksanaannya secara ketat berada dalam pengawasan Staten
Generaal. Ketika dalam tahun 1644 1645 dibuat sejumlah mata uang darurat dari bahan
tembaga dan perak, Heeren XVII langsung memerintahkan penarikannya dengan sangat. Dengan
pengecualian ini, dan selain medali-medali, VOC tidak membuat uang di Hindia Timur sampai
1744, ketika akhirnya didirikan sebuah percetakan uang di Batavia. Akibatnya terjadi kekacauan
yang besar dalam peredaran uang di seluruh lingkungan kegiatan VOC. Berbagai macam mata
uang (termasuk Real Spanyol ) yang tiada terbilang jumlahnya dicetak dalam nilai masing-
masing. Hingga sering terjadi perbedaan pendapat antara Heeren XVII dan Gubernur Jenderal
dengan Dewannya di Batavia mengenai penilaian yang berbeda-beda yang ditetpakan oleh suatu
badan.

Pada akhir abad ke-18,VOC telah mengalami kemunduran, beberapa monopolinya di
daerah telah tumbang. Pemerintah Belanda kemudian memulai penyeledikannya terhadap
kondisi VOC dan mengungkap kebangkrutan, skandal dan salah urus dalam segala bidang. Pada
Desember 1794Januari 1795 Perancis menyerbu negeri Belanda dan berhasil membentuk
pemerintahan boneka Perancis. Berikutnya pada 1 Januari 1800 VOC dibubarkan, kemudian
menyusul pembubaran dewan majelis (Heeren XVII) VOC di Amsterdam. Maka seluruh wilayah
kekuasaan VOC beralih menjadi wilayah kekuasaan pemerintah Belanda.
Pada 1807 Herman William Daendels dikirim ke Batavia untuk menjadi Gubernur
Jenderal di Hindia Timur dengan mengemban tugas reorganisasi pemerintahan, memperbaiki
ekonomi dan mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels mengalami kesulitan akibat
kas pemerintah yang ditinggalkan VOC dalam keadaan kritis. Ia berusaha meminjam uang
sebesar 736.000 Rijksdaalderuntuk memperbaiki kondisi ekonomi di wilayah Hindia Timur,
tetapi usaha tersebut tidak berhasil karena hanya menambah semakin banyaknya mata uang
Rijksdaalder yang beredar, sementara kas pemerintah yang seharusnya ikut menjamin nilai mata
uangitu justru kosong. Daendels dianggap kurang berhasil dalam menjalankan tugasnya, hingga
akhirnya ia diganti oleh Janssen yang kemudian menyerahkan Hindia Timur kepada Inggris.

Setelah itu pada 1811 Ratu Inggris mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles sebagai
Letnan Gubernur Hindia Timur. Pada periode Raffles, ia menarik mata uang
Rijksdaaldersejumlah 8,5 juta (uang kertas) dari peredaran dan dianggap sebagai hutang
pemerintah yang akan dijamin dengan perak. Kemudian mata uang Real Spanyoldihidupkan
kembali sebagai standar mata uang perak. Pada 1813 mata uang tersebut diganti dengan mata
uang Ropij Jawa yang dicetak di Surabaya. Namun Raffles tidak lama bertahan di Hindia Timur
(18111815), karena setelah usainya perang melawan Perancis (Napoleon), Inggris, dan Belanda
membuat kesepakatan bahwa semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada Belanda.
Hal itu menyebabkan upaya Raffles belum sempat memperlihatkan hasilnya ketika
kekuasaannya telah berakhir. Sejak peralihan kekuasaan tersebut, Hindia Timur disebut sebagai
Hindia Belanda (Nederland Indie) dan diperintah oleh Komisaris Jenderal (18151819) yang
terdiri dari Elout, Buyskes dan van der Capellen. Diantara periode tersebut tepatnya pada 1817
pemerintah menerbitkan mata uang baru sebagai ganti Ropij Jawa, yaitu Gulden Hindia
Belandadengan simbol f berarti florin atau gulden.

Pada periode itu pemerintah merasakan beratnya beban kegiatan perekonomian Hindia
Belanda tanpa adanya fasilitas perbankan yang memadai. Dalam hubungan ekspor-impor antara
Hindia Belanda dan Belanda dibutuhkan emas dan perak guna menutupi nilai defisit dalam
Neraca perdagangan. Pemerintah Hindia Belanda harus selalu mendatangkan emas-perak dari
Belanda untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dengan mudah
melalui fasilitas perbankan.

Komisaris Jenderal Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de Gisignies dalam
Kolonisatie Rapport-nya mengatakan bahwa nilai ekspor Jawa sangat rendah jika dibandingkan
dengan daerah koloni Belanda yang lain. Karena itu nilai ekspor Jawa tidak dapat mengimbangi
nilai impornya, terlebih lagi tingkat pendapatan rakyat yang sangat rendah tidak dapat membayar
barang-barang impor secara tunai. Untuk itu Du Bus menempuh dua kebijakan yaitu
menggantikan sistem pemilikan komunal menjadi individual guna mendorong rakyat untuk
bekerja mencari uang dan mempergunakan lebih banyak modal daripada manusia dengan
konsekwensi mengundang modal asing dari Eropa Barat. Kebijakan lebih banyak modal
daripada manusia Du Bus tersebut akhirnya melahirkan gagasan ekonomi liberal yaitu
kolonisasi Hindia Belanda dengan modal. Akibat dari kebijakan tersebut akhirnya
menimbulkan kebutuhan akan akan hadirnya lembaga perbankan modern di Hindia Belanda.

Perlawanan Bangsa Indonesia melawan Penjajah Belanda
A. Perlawanan Saparua 1817
Berdasarkan Traktat London I tahun 1814 (antara Belanda danInggris), maka semua
jajahan Belanda (kecuali Kaapkoloni dan SriLanka) dikembalikan kepada Belanda. Ini berarti
jajahan Inggris diIndonesia, yang dulu direbut dari Belanda, harus dikembalikan kepadaBelanda.
Bertolak dari keputusan tersebut, maka Indonesia akan dijajahkembali oleh Belanda. Dengan
demikian penindasan yang pernahdilakukan terhadap rakyat Indonesia juga akan dilakukan
kembali, danmemang demikian. Itulah sebabnya, rakyat Indonesia lalu melakukan perlawanan-
perlawanan, yang diawali dengan perlawanan rakyatSaparua dari Maluku.Maluku sangat penting
bagi Belanda karena daerah inimerupakan penghasil rempah-rempah. Hal itu sudah dilakukan
ratusantahun oleh Belanda sampai jatuhnya VOC tahun 1799 yang kemudiandikuasai oleh
Inggris yang liberal. Ketika rakyat Maluku mendengarbahwa Belanda akan berkuasa kembali di
Maluku, masyarakat Malukutrauma akan kembalinya sistem monopoli VOC dan Pelayaran
Hongi.Dengan adanya monopoli itu, maka harga rempah-rempahditentukan oleh Belanda, yang
biasanya sangat murah.
Belandamelakukan pengawasan ketat terhadap penduduk dan tidak jarangmenggunakan
kekerasan. Perdagangan yang dilakukan oleh pendudukMaluku dengan pedagang Jawa, Melayu
dan lain-lain dianggapperdagangan gelap. Karena itu kembalinya Belanda ke Maluku tahun1816
dicurigai bahwa mereka akan mengembalikan sistem monopoliyang menakutkan itu.Di samping
monopoli rempah-rempah, rakyat Maluku jugatrauma akan kembalinya Pelayaran Hongi. Untuk
mencegah jangansampai harga cengkeh di pasaran menurun karena kebanyakanproduksi, maka
Belanda memaksa rakyat untuk menebang pohoncengkehnya. Untuk itu, maka dilakukan
Pelayaran Hongi yaitupelayaran bersenjata untuk membasmi pohon rempah-rempah
yangdianggap berlebih sekaligus untuk mencegah perdagangan gelap.Karena tindakan yang
kejam itu rakyat kehilangan mata pencahariannyadan tenggelam ke dalam kesengsaraan dan
kelaparan.Pada masa pemerintahan Inggris di Maluku timbul harapan bagirakyat. Untuk menarik
hati rakyat, penguasa Inggris mengeluarkanperaturan yang meringankan beban-beban rakyat,
penyerahan paksadihapus, dan pekerjaan rodi dikurangi. Pemasukan barang-barangdagangan
dilakukan. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Setelahdaerah ini benar-benar kembali ke
tangan Belanda, praktek-praktek lamadijalankan kembali.
Pemerintah Belanda lalu melakukan tekanan-tekanan yang berat,sehingga kembali
membebani kehidupan rakyat. Selain sistem menyerahan paksa, masih terdapat beban kewajiban
lain yang berat,antara lain kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba,penyerahan
ikan asin, dendeng dan kopi.Akibat dari penderitaan rakyat itu maka rakyat Maluku padatahun
1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.Perlawanan rakyat Maluku
berkobar di Pulau Saparua. Tidak sedikitpenduduk dari daerah pulau sekitarnya yang ikut serta
dalamperlawanan itu, baik yang beragama Kristen maupun Islam bersatupadu melawan penjajah.
Hal ini menunjukkan bahwa Perang SaparuaPerlawanan Indonesia Terhadap Belanda. (A.
Kardiyat Wiharyanto)mempunyai nada religius, karena Belanda mempersulitkehidupan
beragama di daerah itu.
Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matualessi diawalidengan penyerahan daftar
keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar ituditandatangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih,
raja dari Saparuadan Nusa Laut. Beberapa pemimpin lain dalam perlawanan itu ialahAnthony
Rhebok, Philip Latumahina, dan raja dari Siri Sori Sayat. Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas
Matualessi yangkemudian termasyur dengan sebutan Pattimura. Saat itu bentengDurstede di
pulau Saparua berhasil dihancurkan oleh pasukan Maluku.Residen Belanda yang bernama van
den Berg, terbunuh dalam peristiwaitu. Pasukan Belanda tambahan kemudian didatangkan dari
Ambontetapi berhasil dikalahkan.Perlawanan rakyat Saparua menjalar ke Ambon, Seram,
danpulau-pulau lainnya. Untuk memadamkan perlawanan rakyat Malukuini, Belanda
mendatangkan pasukan dari Jawa.
Maluku diblokade olehBelanda. Rakyat akhirnya menyerah karena kekurangan
makanan.Untuk menyelamatkan rakyat dari kelaparan, maka Pattimuramenyerahkan diri dan
dikumum mati di tiang gantungan sebagaipahlawan yang tertindas oleh penjajah.Pemimpin
perlawanan rakyat Maluku digantikan oleh KhristinaMartha Tiahahu, seorang pejuang wanita.
Namun akhirnya ia ditangkappula. Sewaktu akan diasingkan ke Pulau Jawa, ia meninggal
diperjalanan. Akibat perlawanan rakyat Maluku ini, pemerintah HindiaBelanda menerapkan
kebijakan ketat. Rakyat Maluku, terutama rakyatSaparua dihukum berat. Monopoli rempah-
rempah diberlakukankembali oleh pemerintah Belanda.

B. Perlawanan Palembang 1811-1822.
Pada tahun 1804 Sultan Mohamad Bahaudin meninggal duniasetelah memerintah selama
kurang lebih 27 tahun, lalu digantikan olehputranya, Sultan Mahmud Badaruddin. Sultan baru
memerintah secaradepotis, punya kepribadian yang kuat dan berbakat sekali.Dalam menghadapi
lawannya, ia sangat trampil berdiplomasidan mahir dalam strategi perang, organisator yang
ulung, lagi pulamempunyai perhatian luas dalam pelbagai bidang, antara lain kepadasastra. Dia
mengubah pantun dan menulis Syair Sinyaor Kista dan Syair
Singor Nuri. Ia memiliki banyak buku sastra dalam perpustakaannya.Akibat jatuhnya VOC,
monopoli Belanda di Palembang tidakdapat dipertahankan, bahkan factorinya di tempat itu
hampir lenyap.
Krisis ekonomi yang dihadapi pemerintah Hindia Belanda diPalembang, mempercepat
peralihan kekuasaan ke tangan Inggris.Sebelum Jawa jatuh ke tangan Inggris sudah ada kontak
antaramereka dengan Palembang. Raffles menulis surat kepada SultanMahmud Badaruddin agar
menyingkirkan Belanda dan untuk keperluanitu Inggris akan memberi bantuan militernya.Tanpa
memberikan tanggapan terhadap tawaran itu, loji Belandadiserang oleh pasukan Sultan, dan
orang-orang Belanda dibawa ke hiliruntuk dibunuh (14 September 1811). Kemudian loji
diratakan dengantanah untuk menghilangkan bekas-bekasnya. Untuk menghadapi
segalakemungkinan di tempat-tempat strategis didirikan bangunanpertahanan, yang paling
diperkuat adalah benteng Palembang yangdipasang ratusan meriam. Walaupun pertahanan
diperkuat sedemikian hebatnya,Palembang dengan tidak banyak perlawanan jatuh ke tangan
ekspedisiInggris di bawah pimpinan Gillespie pada tanggal 24 April 1812. Sultansempat
mengungsi ke pedalaman. Sedangkan pimpinan pertahanankerajaan berada di tangan Pangeran
Adipati Ahmad Najamudin, seorangsaudara Sultan yang ternyata tidak menunjukkan
loyalitasnya kepadakakaknya, bahkan kemudian bersedia berunding dengan Inggris.
Pada tanggal 17 Mei 1812 Pangeran Najamudinmengadakanperjanjian dengan Inggris
yang menentukan bahwa Pangeran AdipatiAhmad Najamudin diangkat menjadi Sultan
Palembang, sedang Inggrismemperoleh Bangka dan Belitung sebagai daerah
kekuasaannya.Sementara itu Sultan Badaruddin membangun pertahanan kuatdi hulu Sungai
Musi, yaitu mula-mula di Buaya Langu. Setelah seranganekspedisi Inggris terhadap kubu itu
gagal, pertahanan dipindah lebih kehulu lagi, yaitu di Muara Rawas. Oleh karena aksi militer
tidak berdayauntuk menundukkan Sultan Badaruddin, kemudian Inggris menempuhjalan
diplomasi dan mengirim Robinson untuk berunding.
Pada tanggal 29 Juni 1812 ditandatangani perjanjian yangmenetapkan bahwa Sultan
Badaruddin diakui sebagai SultanPalembang, sedang Pangeran Adipati Ahmad Najamudin
diturunkandari tahta. Di samping itu diperkuat pengakuan kekuasaan Inggris atasBangka dan
Belitung; Sultan harus menanggung ongkos ekspedisisebesar empat ratus ribu real Spanyol;
mengganti kerusakan bentengBelanda sebesar dua puluh ribu real Spanyol, dan putra Sultan
perludiamankan di Jawa.Setelah perjanjian ditandatangani, pada tanggal 13 Juli 1812Sultan
Badaruddin tiba di Palembang dan bersemayam di kraton besar,sedang Najamudin pindah ke
kraton lama. Dengan campur tanganInggris, pertentangan menjadi-jadi dan situasi politik tetap
tegang.Keunggulan masing-masing pihak mengalami pasang-surut,pendudukan singgasana silih
berganti.
Pada tanggal 4 Agustus 1813 Raffles mengeluarkan proklamasiyang berisi tentang
restorasi kedudukan Ahmad Najamudin sebagaiSultan. Meskipun Badaruddin tidak menduduki
tahta lagi tetapi tetapberwibawa serta besar pengaruhnya di kalangan rakyat.Kembalinya
kekuasaan Belanda di Indonesia tahun tahun 1816,politiknya langsung membalik situasi seperti
yang diciptakan olehInggris. Sultan Ahmad Najamudin adalah penguasa yang lemah,sedangkan
Sultan Badaruddin menguasai keadaan politik. Eksploitasifeodalistis di kalangan keluarga Sultan
merajalela, banyak terjadiperampokan dalam kekosongan kekuasaan di daerah, akhirnya
situasimirip dengan anarki.Pada saat itu tokoh yang dipercaya Belanda untuk
mengaturPalembang adalah Muntinghe. Ia bertekad menanamkan kekuasaanyang kuat di
Palembang. Untuk itu, ia menyodorkan kontrak denganBadaruddin maupun Najamudin pada 20-
24 Juni 1818. Meskipunkesultanan tidak dihapus, namun maksud Muntinghe lambat
launmengurangi kekuasaan Sultan.Berdasarkan kontrak tersebut, Sultan Badaruddin
direstorasisebagai Sultan Palembang, sedang Najamudin diturunkan dari tahta.Walaupun
demikian, masing-masing mempunyai daerah kekuasaanyang dapat dipungut hasilnya sebagai
sarana penghidupannya,sedangkan sebagian besar daerah Palembang jatuh ke tangan
Belanda.Pangeran Najamudin yang disingkirkan oleh pemerintahBelanda, berusaha memperoleh
bantuan Inggris. Usaha Raffles untukmemberi bantuan yang diharapkan itu gagal, sehingga
akhirnyaNajamudin sebagai faktor yang membahayakan pemerintah Belandadiamankan di
Batavia.Karena adanya kevakuman kekuasaan di daerah pedalaman,maka terus terjadi
pergolakan. Orang-orang Minangkabau dan Melayuyang menjadi pengikut Badaruddin sewaktu
dia mengungsi ke huluSungai Musi melakukan perlawanan terhadap ekspedisi Belanda,sehingga
ekspedisi tersebut gagal.

Mengingat kaum perlawanan itu adalah pengikut Badaruddin,Belanda mencurigai
Badaruddin berada di belakang perlawanantersebut. Karena itu Sultan Badaruddin dtuntut untuk
memadamkangerakan tersebut, dan segera menyerahkan putranya untuk dipindah
keBatavia.Karena tuntutan tersebut sebagai paksaan, maka Sultan menolak,sehingga
perundingan mengalami jalan buntu. Kapal-kapal Belandayang ada di Palembang ditembaki oleh
pasukan sultan. Setelah terjadipertempuran tiga hari, Muntinghe beserta kapal-kapalnya
terpaksameninggalkan Palembang mengundurkan diri ke Bangka.Kemennangan Sultan
Badaruddin tersebut menggugah daerah-daerahlain untuk melawan Belanda, sehingga
pertempuran menjalar keBangka, Lingga, dan Riau. Untuk menghadapi serangan Belanda,
SultanBadaruddin membangun pertahanan yang kuat di sepanjang SungaiMusi.Sebelum
mengirim tentara ke Palembang, Belanda mengangkatPangeran Prabu Anom (putra Najamudin)
sebagai Sultan Palembang.Dengan dukungan Sultan baru itu, Belanda mulai
menyerangpertahanan di Plaju, tetapi dipukul mundur oleh pasukan Badaruddin.Dalam serangan
yang kedua, Plaju direbut sehingga jalan ke Palembangterbuka bagi angkatan perang
Belanda.Dalam menghadapi situasi ini, Sultan Badaruddin mencobaberunding dan tidak lagi
melakukan perlawanan. Pada tanggal 1 Juli1821 kraton diduduki oleh Belanda. Sultan
Badaruddin mengungsi kehulu Sungai Musi untuk melanjutkan perlawanan. Setelah
bertahanselama delapan bulan, ia ditangkap dan diasingkan ke Menado,sehingga pada tahun
1822 berakhirlah perlawanan Palembang.

C. Perang Padri 1821-1837
Meskipun masyarakat Minangkabau sudah lama memelukagama Islam tetapi sebagian
besar dari mereka masih memegang teguhadat dan menjalankan kebiasaan lama. Kebiasaan
seperti minumminuman keras, berjudi dan menyabung ayam masih banyak yangmelakukannya,
sekalipun dalam ajaran Islam termasuk perbuatan yangterlarang.Keadaan semacam itu terutama
terjadi di lingkungan golonganmasyarakat yang memang kepercayaan Islamnya masih belum
tebal.Sampai beberapa lamanya tata hidup menurut Islam dan kebiasaanmenurut adat masih
dapat hidup berdampingan dalam masyarakatMinangkabau.Pada permulaan abad ke-19
kembalilah tiga orang haji, yaitu HajiMiskin, Haji Piabang dan Haji Sumanik dari Mekah ke
Minangkabau.Mereka menganut aliran Wahabi, suatu aliran di dalam agama Islamyang
menjalankan dengan keras ajaran-ajaran agama.

Mereka sangatkecewa melihat di Minangkabau merajalela perbuatan-perbuatan
yangterlarang oleh agama. Mereka kurang menaati ajaran agama dan lebihdipentingkannya adat
dari aturan-aturan agama, terutama di kalangankaum bangsawan dan raja-raja (kaum
adat).Bertolak dari kondisi tersebut, orang-orang yang baru pulangdari Mekah itu membulatkan
tekad membersihkan agama Islam dariperbuatan-perbuatan yang melanggar ajaran agama dan
dari adat yangmasih dipegang teguh. Barang siapa melanggar ajaran agama dihukumdengan
berat sekali. Kewajiban agama harus ditepati betul-betul.Orang-orang yang ikut gerakan tiga
orang ulama itu jugaberpakaian putih-putih sehingga disebut Orang Putih atau Orang
Padri.Nama Padri mungkin juga asalnya dari nama Pedir, suatu daerah diAceh. Pada waktu itu
Pedir menjadi pusat orang-orang yang pergi naikhaji. Namun ada juga yang mengatakan bahwa
nama Padri berasal darikata Portugis padri yang berarti pastor (ulama) agama Katolik,
karenakaum Padri memakai jubah seperti pastor.

Gerakan Padri makin besar pengaruhnya di Minangkabau. Mula-muladipimpin oleh
Tuanku Nan Renceh, kemudian oleh DatukBendaharo, Tuanku Pasaman dan Malim Basa. Di
antara pemimpin ituyang sangat terkenal adalah Malim Basa yang kemudian dikenal
sebagaiTuanku Imam Bonjol.Kedudukan raja-raja dan kaum bangsawan menjadi genting.
Dibawah pimpinan Suraaso, kaum adat melakukan perlawanan. Namunmereka kehilangan
kekuasaan dan pengaruh mereka, bahkanperlawanan mereka dipatahkan oleh kaum Padri, dan
banyak di antaramereka diusir dari Minangkabau.Karena para raja dan bangsawan itu
kedudukannya makinterdesak, maka mereka minta bantuan kepada Raffles (1818)
yangberkedudukan di Bangkahulu (Bengkulen). Mula-mula ia menyanggupibantuan itu, tetapi
atas protes pemerintah Belanda yang kembali lagi diPadang, ia mendapat peringatan dari
pemerintah pusat Inggris, sehinggaia mengurungkan pemberian bantuan itu. Karena itu kaum
adat mintabantuan Belanda.

Pada tahun 1821 datanglah tentara Belanda dibawah pimpinanKolonel Raaff, yang dapat
memukul mundur kaum Padri, lalumendirikan benteng Fort van der Capellen di Batusangkar
tahun 1822.Kemudian Jenderal de Kock mendirikan benteng Fort de Kock diBukittinggi.
Walaupun kota-kota besar dikuasai Belanda, tetapi denganmenjalankan siasat perang gerilya
kaum Padri tetap berkuasa. Dalamkonflik itu kaum adat cenderung kepada pihak Belanda, dan
memangkaum adat meminta pihak Belanda untuk melawan kaum Padri.Pada tahun 1825 di Jawa
mulai berkobar perang Diponegoro.Belanda menilai bahwa perang Diponegoro lebih berbahaya
dari padaPerang Padri. Karena itu, pasukan Belanda yang bertugas di SumateraBarat harus
dikurangi untuk dikerahkan ke Jawa. Karena kondisitersebut Belanda menggunakan taktik
berdamai dengan pihak Padri.

Perdamaian itu diadakan pada tahun 1825.Pada saat terjadi gencatan senjata tersebut,
ternyata Belandamelakukan tekanan-tekanan kepada penduduk setempat, sehinggaakhirnya
meletuslah perlawanan kembali dari pihak kaum Padri diikutioleh rakyat setempat. Perlawanan
segera menjalar kembali ke berbagaitempat. Tuanku Imam Bonjol mendapat dukungan Tuanku
nan Gapuk,Tuanku nan Cerdik, dan Tuanku Hitam, sehingga mulai tahun 1826volume
pertempuran semakin meningkat.Setelah Perang Diponegoro selesai (1830), pasukan Belanda
yangberada di Jawa dikerahkan kembali ke Sumatera Barat untukmenghadapi kaum Padri. Salah
satu markas kaum Padri yang berada diTanjung Alam diserang oleh pasukan Belanda (1833).
Akibatpertempuran tersebut, pasukan Padri melemah karena beberapapemimpin Padri menyerah,
misalnya Tuanku nan Cerdik. Sejak ituperlawanan-perlawan terhadap Belanda dipimpin sendiri
oleh TuankuImam Bonjol.Sejak tahun 1830 kaum Padri mendapat bantuan dari kaum
adat.Mereka mau bersatu dengan kaum Padri karena ingin mempertahankankemerdekaan mereka
dari penjajah Belanda. Mereka sadar, bahwapemerintahan Belanda bagi mereka adalah rodi,
menyediakan keperluanBelanda, pemerasan dan ekspedisi-ekspedisi yang kejam.Walaupun telah
mendapat bantuan dari kaum adat, tetapikekuatan kaum Padri semakin merosot. Sebaliknya,
kekuatan Belandasemakin bertambah kuat.

Pasukan Diponegoro yang menyerah kepadaBelanda dikerahkan untuk menumpas kaum
Padri, termasuk BasahSentot Prawiradirja (walaupun akhirnya ia dicurigai mengadakanhubungan
dengan kaum Padri sehingga ditangkap lagi).Untuk mempercepat penyelesaian Perang Padri,
GubernurJenderal van den Bosch datang ke Sumatera Barat untuk menyaksikansendiri keadaan
di medan pertempuran. Ia mengeluarkan pernyataangubernemen yang terkenal dengan nama
Pelakat Panjang. Pernyataanitu memberi hak-hak istimewa kepada mereka yang memihak
Belanda.Dalam kondisi terjepit, pihak Belanda mengajak Imam Bonjoluntuk berunding. Tetapi
perundingan perdamaian itu oleh Belandahanyalah dipakai untuk mengetahui kekuatan yang
terakhir di pihakPadri, yang ada di benteng Bonjol, sementara mengharapkan ImamBonjol mau
menyerahkan diri.Perundingan gagal karena pihak Belanda memang telahmelakukan persiapan
untuk mengepung benteng tersebut.

JenderalMichiels memimpin sendiri pengepungan kota Bonjol. Dengan susahpayah kaum
Padri menghadapi kekuatan musuh yang jauh lebih kuat.Pada akhirnya benteng kaum Padri jatuh
ke tangan Belanda. TuankuImam Bonjol beserta sisa-sisa pasukannya tertawan pada tanggal
25Oktober 1837. Imam Bonjol lalu dibuang ke Cianjur, lalu dipindah keAmbon dan akhirnya
dibuang ke Minahasa.Tertangkapnya Imam Bonjol memang tidak berarti
berhentinyaperlawanan-perlawanan, tetapi penyerahan itu cukup melumpuhkankegiatan kaum
Padri. Secara kecil-kecilan pertempuran masih dilakukanoleh pimpinan kaum Padri yang lain,
yaitu Tuanku Tambose. Namunsetelah itu akhirnya patahlah perlawanan kaum Padri. Semenjak
ituMinangkabau diperintah langsung oleh Belanda.

D. Perang Diponegoro 1825-1830
Sejak Daendels berkuasa, maka wilayah kekuasaan raja-raja Jawa,terutama Yogyakarta
dan Surakarta, makin dipersempit. Hal inidisebabkan karena banyak daerah yang diberikan
kepada Belandasebagai imbalan atas bantuannya. Adapun daerah yang diinginkanBelanda adalah
daerah pantai utara Jawa. Karena itu daerah-daerahtersebut berangsur-angsur diambil-alih oleh
Belanda. Daerah Kerawangdan Semarang dikuasai oleh Belanda pada tahun 1677, dan pada
tahun1743 daerah Cirebon, Rembang, Jepara, Surabaya, Pasuruan danMadura. Dengan hilangnya
daerah-daerah pesisir, kerajaan Matarammakin melepaskan kegiatan pelayaran dan
perdagangannya, danmemusatkan kegiatannya pada bidang pertanian.Di samping makin
sempitnya wilayah kerajaan yang bisamemperkecil kekuasaan raja, juga dapat menyebabkan
kecilnyapenghasilan kerajaan. Raja makin lama makin tergantung kepadaBelanda. Untuk
membiayai pemerintahan kerajaan saja ia semakintergantung pada uang pengganti dari Belanda
di samping dari hasilpajak penghasilan dari daerah yang masih dikuasainya.Untuk menambah
penghasilan, banyak dilakukan penarikancukai sebagai sumber penghasilan tertentu yang
diborongkan kepadaorang Cina.

Pemborongan itu misalnya terjadi pada cukai jalan,jembatan dan sarang burung. Akibat
dari sistem pemborongan ini bebanrakyat makin berat. Pemborong banyak melakukan
penyalahgunaankekuasaan, sehingga pemungutan pajak sering dilakukan secarasewenang-
wenang.Jembatan-jembatan, pasar dan sebagainya terdapat gerbangcukai. Orang-orang yang
melalui gerbang itu harus membayar cukai.Hal ini sangat menyusahkan lalu lintas, meninggikan
harga barang danmenyusahkan kehidupan rakyat. Juga gerbang-gerbang ini disewakankepada
orang Cina dengan akibat-akibatnya yang tak menyenangkan.Pemerintah Belanda tidak mau
menghapuskan gerbang-gerbang itu,lantaran gerbang-gerbang mendatangkan penghasilan yang
bukansedikit bagi pemerintah.

Pada tahun 1823 Gubernur Jenderal van der Capellenmemerintahkan agar tanah-tanah
yang disewa dari kaum bangsawandikembalikan lagi kepada yang empunya, dengan perjanjian,
bahwauang sewa dan biaya lainnya harus dibayar kembali kepada si penyewa.Dengan demikian
beban para bangsawan juga sangat berat karena uangsewa itu sudah dibelanjakan.Perpecahan di
kalangan keluarga kerajaan di Mataram tidak sajamelemahkan kerajaan, tetapi juga
menyebabkan pengaruh Belandamakin menjadi kuat. Setiap pertentangan antar keluarga
bangsawan dikraton akan mengundang campur tangan pihak Belanda, yang padaakhirnya
merugikan kerajaan itu sendiri sebagai keseluruhan.Pada masa Daendels terdapat usaha
mencampuri urusan tatacaradi istana. Misalnya, Daendels menghendaki persamaan derajat
denganSultan pada waktu upacara kunjungan resmi diadakan di kraton.

Dalamupacara tersebut pembesar Belanda supaya diijinkan duduk sejajardengan raja, dan
sajian sirih supaya dihapuskan. Raffles jugameneruskan usaha yang sama terhadap kehidupan
kraton.Kondisi seperti itu menimbulkan rasa kekecewaan dan ketidaksenangandi antara beberapa
golongan bangsawan. Mereka menganggapbahwa martabat kerajaan menjadi merosot akibat
tindakan Belandatersebut. Tambahan lagi setelah kebiasaan minim-minuman kerasberedar di
kalangan kaum bangsawan atau rakyat umum, kekhawatirandan kekecewaan di kalangan
golongan agama di istana makinmeningkat.Kekecewaan di kalangan kraton dan semakin
beratnya bebanrakyat menyebabkan sebagian besar rakyat merasa tertekan hidupnya.Ibarat api
dalam sekam, kebencian rakyat sewaktu-waktu dapatmeledak, bila sumbu letupnya sudah
terbakar. Suasana pada umumnyagelisah dan jika ada seseorang saja yang dapat menyusun
tenaga rakyat,niscaya akan meletus api pemberontakan yang besar.Pada saat segenting itu
muncullah seorang pemimpin besar, yangdapat membimbing rakyat, yaitu Pangeran Diponegoro.
Ia adalah putrasulung Sultan Hamengku Buwono (HB) III dari garwa ampeyan.
Dilahirkan pada tanggal 11 November 1785 dengan nama kecil RadenMas Ontowiryo.
Sejak kecil beliau dididik oleh neneknya, Kanjeng RatuAgeng di Tegalrejo, terkenal sebagai
orang yang amat saleh. Buahusahanya ternyata sekali pada diri Diponegoro. Beliau selalu
berusahamemperdalam soal agama.Untuk memperkuat imannya, beliau seringmengasingkan diri
ditempat-tempat yang jauh, bertapa dan mengembara, sehingga dengansendirinya banyak orang
tertarik oleh kepribadiannya. Sebagai orangyang sangat saleh, beliau tidak mementingkan
keduniawian, dan selalumengingat kepentingan umum. Terdesak oleh keadaan maka
beliaubertindak untuk mempertahankan kedudukan para bangsawan danmembela nasib rakyat
kecil.Sewaktu Inggris masih berkuasa, Sultan Hamengku Buwono IIIdan Raffles pernah
menjanjikan kepada Pangeran Diponegoro akan naiktahta sebagai pengganti ayahnya. Namun
setelah Sultan HamengkuBuwono III wafat tahun 1814, yang menggantikan bukan
Diponegorotetapi adiknya yakni Mas Jarot dengan gelar Sultan Hamengku BuwonoIV (HB IV),
sedang Pangeran Diponegoro diangkat sebagaipenasehatnya.Pengaruh Pangeran Diponegoro
terhadap Sultan HB IV besarsekali. Atas desakan Pangeran Diponegoro, Sultan HB IV
pernahmencabut keputusannya yang telah disampaikannya kepada residenBelanda. Karena
kehidupan HB IV yang kebarat-baratan, maka wafatnyayang tiba-tiba tahun 1822, dianggap oleh
Diponegoro sebagai kutukan.

Sepeninggal HB IV, yang diangkat sebagai Sultan bukanPangeran Diponegoro tetapi
Raden Mas Menol dengan gelar Sultan HBV. Karena raja tersebut baru berusia tiga tahun, maka
pemerintahBelanda mengangkat beberapa orang wali yaitu Pangeran Diponegoro,Pangeran
Mangkubumi, Ibu dan Nenek Sultan. Dengan kedudukannyaitu, pengaruh Pangeran Diponegoro
semakin bertambah besar.Melihat pengaruh Diponegoro yang sebesar itu, baik di kalanganistana
maupun di segala lapisan masyarakat, sebetulnya pemerintahBelanda menyesal memilih beliau
sebagai wali Sultan. Dari sebab itudiaturnya supaya wali-wali tersebut jangan sampai ikut
campur dalampemerintahan.Melihat kondisi Kesultanan dinilai mengancam kekuasaanBelanda,
maka Belanda menetapkan bahwa pemerintahan diserahkankepada Patih Danurejo dan di bawah
pengawasan residen. PangeranDiponegoro yang menyadari maksud dan tujuan siasat Belanda
itumenganggap bahwa kedudukannya sebagai wali Sultan bertentangandengan aturan-aturan
agama sehingga ia menolak pengangkatantersebut. Lebih-lebih karena Pangeran Diponegoro
melihat sendiritindakan-tindakan pegawai pemerintah Belanda yang benar-benarmenyakitkan
hati, misalnya:
1. Residen Nahuys memasukkan adat-istiadat dan pakaian Eropa dikraton.
2. Makin banyak tanah disewakan kepada orang-orang Eropa, bahkanNahuys sendiri membuka
kebun yang luas.
3. Tindakan-tindakan pegawai pemerintah Belanda yang bersikapmengejek terhadap Pangeran
Diponegoro.
Kebijaksanaan lain yang dianggap melecehkan Diponegoroadalah perbuatan residen dan
patih yang selalu mengambil keputusankeputusandengan tidak dirundingkan terlebih dahulu
denganDiponegoro dan Pangeran Mangkubumi. Misalnya, mengangkat seorangpenghulu itu
adalah hak Sultan. Tetapi waktu penghulu Rachmanudinberhenti lantaran berbeda pendapat
dengan patih, maka residen danpatih mengangkat penggantinya tidak dengan persetujuan para
wali.Pangeran Diponegoro menganggap pengangkatan itu tidak sah.
Sekali peristiwa Pangeran Diponegoro diperlakukan tidak pantasoleh dua orang pegawai
Belanda, dalam pesta di rumah patih. Beliauterus meninggalkan perayaan tersebut, lalu
mengasingkan diri diTegalrejo.Pada waktu residen dan patih menyuruh menyambung jalan
darikota ke Tegalrejo (Jalan Notoyudan) yang akan melalui tempat yangdianggap keramat oleh
Diponegoro, maka Diponegoro menentangnya.Di samping akan melalui tempat yang keramat
dan tidak dirundingkanlebih dahulu, Pangeran Diponegoro menilai bahwa jalan tersebut
akandigunakan untuk memperlancar serangan Belanda ke Tegalrejo.

Peristiwa tersebut menyebabkan Pangeran Diponegoro tidakdapat menahan kesabarannya
lagi. Beliau meminta agar patih dipecat,tetapi ditolak oleh residen. Karena itu Pangeran
Diponegoro menyuruhmengganti tonggak-tonggak pemancang jalan yang akan dibuat
dicabutdiganti dengan bambu runcing.Pemerintah Belanda mengutus Pangeran Mangkubumi
keTegalrejo untuk memanggil Diponegoro mempertanyakan tindakantindakanDiponegoro itu.
Beliau tahu bahwa beliau akan ditangkap jikabeliau mengabulkan panggilan itu. Pangeran
Mangkubumi sendiriakhirnya tidak mau pulang ke kota. Akibatnya pasukan Belandamenyerbu
ke Tegalrejo sehingga akhirnya pada tanggal 25 Juli 1825berkobarlah perlawanan Diponegoro.
Dalam pertempuran tersebut,Pangeran Diponegoro bersama keluarganya berhasil melepaskan
diridari serbuan Belanda itu.

Setelah pertempuran di Tegalrejo ini, Diponegoro denganpasukannya menyingkir ke Gua
Selarong, sekitar 15 km sebelah baratdaya kota Yogyakarta, guna mengatur siasat perang
selanjutnya.Keluarga Pangeran Diponegoro diungsikan ke Dekso (Kulon Progo).Kabar mengenai
meletusnya perlawanan Diponegoro terhadapBelanda meluas ke berbagai daerah. Rakyat petani
yang telah lamamenderita dalam kehidupannya, banyak yang segera datang untuk ikutserta
dalam perlawanan. Demikian pula para ulama dan bangsawanyang kecewa terhadap Belanda
bergabung dengan Diponegoro. Daerah-daerahlain juga menyambut perlawanan Diponegoro
denganmelakukan perlawanan terhadap Belanda.

Kyai Mojo, seorang ulama dari daerah Surakarta, datang untukbergabung dengan
Diponegoro. Bersama dengan Kyai ini dibentuklahkelompok pasukan. Semboyan Perang Sabil
dikumandangkan kesegenap pengikutnya, baik yang ada di daerah Selarong maupun yangada di
daerah lain. Malahan seorang Kyai yang bernama Hasan Besaridiutus Diponegoro untuk
menyebarkan Perang Sabil di daerah Kedu.Di samping para tokoh ulama, Diponegoro juga
mendapatdukungan para bupati Monconegoro. Di antaranya yang terkenal adalahAlibasya Sentot
Prawirodirjo dari Madiun yang kemudian menjadiPanglima Perang Diponegoro. Itulah sebabnya
pada tahun-tahunpertama pertempuran dengan cepat meluas sampai ke daerah
Pacitan,Purwodadi, Banyumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, Kertosonodan Madiun.

Sementara itu tokoh-tokoh yang memihak Belanda untukmenentang
perlawananDiponegoro antara lain Patih Danurejo, SunanSurakarta, raja-raja dari Madura.
Dalam pertempuran di Kertosono, rakyat dipimpin langsungoleh Bupati Kertosono, pertempuran
di Banyumas, rakyat dipimpin olehPangeran Suriatmojo, perlawanan di Madiun dipimpin oleh
BupatiKertodirjo dan Pangeran Serang, sedang perlawanan di Plered dipimpinoleh
Kertopengalasan. Dalam pertempuran di daerah Lengkong (1826),Belanda dipukul mundur,
seorang letnan Belanda tewas dan dua orangbangsawan gugur.Dalam pertempuran-pertempuran
dari tahun 1825 sampai 1826kemenangan ada di pihak Diponegoro. Hal ini disebabkan (1)
semangatperang pasukan Diponegoro masih tinggi, (2) siasat gerilya yangdilakukan Diponegoro
belum tertandingi, dan (3) sebagian pasukanBelanda masih berada di Sumatera Barat dalam
rangka Perang Padri.Karena itu tawaran Belanda untuk melakukan perdamaian selalu ditolakoleh
Diponegoro.

Melihat semakin kuatnya Diponegoro dan semakin meluasnyamedan pertempuran, maka
Belanda menilai bahwa perlawananDiponegoro sangat membahayakan kedudukan Belanda di
Indonesia.Itulah sebabnya Belanda lalu menggelar berbagai siasat untukmenumpas atau
menghentikan perlawanan Diponegoro itu.Dalam rangka untuk menghadapi perlawanan
Diponegoro itu,Belanda melakukan siasat-siasat sebagai berkut:
1. Sultan HB II (Sultan Sepuh) yang dibuang Raffles ke PulauPenang, dikembalikan ke
Yogyakarta dengan tujuanmendatangkan perdamaian sehingga para bangsawan yangmemihak
Diponegoro diharapkan kembali ke kraton. Usahatersebut gagal karena Sultan Sepuh kurang
berwibawa lagibahkan tidak lama kemudian terus wafat sehingga parabangsawan tetap
melakukan perlawanan.
2. Jenderal de Kock berusaha memecah belah pengikutDiponegoro. Para bangsawan dibujuknya
supaya pulang keibu kota. Mereka tidak akan dituntut. Juga kedudukan, uangdan sebagainya
kerapkali dipergunakan sebagai pemikat hati.Usaha de Kock ini rupanyaberhasil juga, sebab
Kyai Mojo,Pangeran Kusumonegoro, Sentot dan lain-lain meninggalkanDiponegoro,
sehingga akhirnya beliau tinggal seorang diri.Kyai Mojo diasingkan ke Minahasa, sedang
Sentot dikirim keSumatera untuk memerangi kaum Padri, namun akhirnyaditangkap lagi dan
dibuang ke Bangkahulu.
3. Untuk mempersempit ruang-gerak Diponegoro, Jenderal deKock menggunakan taktik
bentengstelsel (perbentengan),yaitu mendirikan benteng-genteng di tiap daerah yang
direbutdan kemudian dijaga oleh sepasukan prajurit, dan benteng itusaling berhubungan.
Penduduk daerah itu tetap tenang dantidak ikut bertempur. Benteng-benteng tersebut
dibangun diGombong, Purworejo, Magelang, Ambarawa dan Salatiga.
4. Sesudah Diponegoro semakin terjepit, Belanda melakukanpendekatan agar Diponegoro mau
diajak untuk melakukanperundingan perdamaian.
Perundingan semacam itu pernahdi Klaten tahun 1827, tetapi gagal.Karena bala bantuan
Belanda terus berdatangan, maka posisitentara Pangeran Diponegoro semakin terjepit sehingga
sering terjadipertempuran terbuka. Akibatnya pengikut-pengikut setianya semakinkecil sebab
Pangeran Suryomataram dan Prangwadono tertangkap,sedangkan Pangeran Serang dan Pangeran
Notoprojo menyerah.Pangeran Ario Papak dan Sosrodilogo (Rembang) juga menyerah.

Pada tahun 1829 Pangeran Mangkubumi dan Alibasya SentotPrawirodirjo mengambil
keputusan menyerahkan diri sebelumdikalahkan. Sampai tahun 1829 tersebut kira-kira 200 ribu
pasukanDiponegoro telah gugur. Oleh karena kondisinya yang semakin terdesakdan melihat
kedudukannya yang sudah tidak ada harapan lagi, makaDiponegoro bersedia untuk melakukan
perundingan.Melalui Kolonel Kleerens, pada tanggal 16 Pebruari 1830Diponegoro mau
melakukan pertemuan di desa Romo Kamal. Dalampertemuan itu dibuat syarat-syarat
perundingan sebagai berikut:
a. Bilamana dasar perundingan tidak dapat disetujui olehDiponegoro, beliau boleh kembali
secara bebas.
b. Dalam perundingan itu Diponegoro harus jauh dari tentaranya,sedang tentaranya tidak boleh
membawa senjata.
Rencana perundingan perdamaian itu dilakukan di kotaMagelang. Karena pada saat itu
kebetulan bulan Puasa, makaperundingan itu ditunda. Dalam pada itu bertambah
pengikutDiponegoro yang masuk kota Magelang. Sehabis Puasa Jenderal de Kockmengajak
melakukan perundingan. Namun Diponegoro belum bersediakarena masih dalam suasana
Lebaran.Setelah berunding, Jenderal de Kock mendesak Diponegoromengemukakan tuntutan-
tuntutannya.
Pada saat itu Diponegoromenghendaki menjadi kepala agama Islam (Panatagama) di
Jawa agarsupaya dapat memelihara kerohanian rakyat. Tuntutan itu ditolak olehpemerintah
Belanda.De Kock takut kalau-kalau Diponegoro akan menyerang lantaranpengikutnya kian hari
kian banyak yang masuk kota Magelang.Sementara pemerintah Negeri Belanda mendesak de
Kock agar segeramenghentikan perlawanan dengan cara apapun agar melapangkan jalanbagi
pelaksanaan Culturstelsel. Di samping itu, de Kock juga terancamdipecat jika Diponegoro
sampai lepas kembali.Dengan berbagai alasan tersebut, Pangeran Diponegoroditangkap di
tempat perundingan tersebut.
Diponegoro kemudiandibawa ke Menado dan pada tahun 1834 dipindahkan ke Makasar
dan disana beliau wafat pada tanggal 8 Januari 1855. Makam beliau hingga kinimenjadi tempat
ziarah bangsa Indonesia.Perlawanan Pangeran Diponegoro membawa akibat yang cukupberat.
Korban di pihak Belanda sebanyak 15000 tentara, terdiri dari 8000ribu orang Eropa, dan 7000
orang serdadu pribumi. Biaya yang harusdikeluarkan untuk membiayai perang itu tidak kurang
dari 20 jutagulden. Di samping itu, tidak sedikit perkebunan-perkebunan swastaasing yang rusak.
Kemakmuran rakyat lenyap sama sekali.Akibat perlawanan Diponegoro, maka batas-batas
Surakarta danYogyakarta diubah, daerahnya diperkecil. Berhubungan dengantindakan ini, maka
Sunan Paku Buwono VI merasa kecewa sekali, lalumeninggalkan ibu kota. Pemerintah Belanda
menaruh curiga, lalu Sunanditangkap dan dibuang ke Ambon (1849). Dengan demikian
makaberakhirlah perlawanan penghabisan dari raja-raja Jawa.

You might also like