You are on page 1of 29

Definisi Asfiksia

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan
teratur setelah melahirkan. (Rahman.2000)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga
dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan
lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
teratur dalam satu menit setelah lahir. (Hidayat, Aziz Alimul.2005)
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung
terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi
fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia
(peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH). (FKUI.2007)


C. Klasifikasi Asfisia
Menurut M. Rahman (2000), Asfiksia dapat di klasifikasikan berdasarkan skor APGAR, yaitu
:
Klinis 0 1 2
Detak jantung Tidak ada < 100 x/menit >100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tak teratur Tangis kuat
Refleks saat jalan
nafas dibersihkan
Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstrimitas
(lemah)
Fleksi kuat
gerak aktif
Warna kulit Biru pucat Tubuh merah
ekstrimitas biru
Merah seluruh
tubuh

Nilai 0-3 : Asfiksia berat
Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Normal
A=Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.
P=Pulse(denyut) Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung
dengan jari.
G=Grimace(seringai) gosok berulang-ulang dasar tumit kedua tumit kaki bayi dengan
jari.perhatikan reaksi pada mukanya.Atau perhatikan reaksi ketika lender pada mukanya.Atau
perhatikan reaksi ketika lender dari mulut dan tenggorokan di hisap.
A=Activity. Perhatikan cara bayi baru lahir menggerakan kaki dan tanganya atau tarik salah satu
tangan/kakinya.Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi
terhadap rangsangan tersebut.
R=Respiratori.(Pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi.Perhatikan pernapasannya.
Dilakukan pemantauan pada nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7.Nilai apgar
berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,bukan
untuk memulai resusitasi karena resusitasinya di mulai 30 detiksetelah lahir bila bayi tidak
menangis.( bukan 1 menit seperti penilaian skor apgar). ( FKUI, 2007)
Atas dasar pengalaman klinis, Asfikia Neonaiorum dapat dibagi dalam :
a. Asfiksia Ringan (Vigorous baby') skor apgar 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerkikan istimewa.
b. Asfiksia Sedang (Mild-moderate asphyxia) skor apgar 4-6 pada pemeriksaan fisis akan terlihat
frekuensi jantung lebih dari lOOx/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek
iritabilitas tidak ada
c. Asfiksia berat: skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisis ditemukan frekuensi jantung kurang dari
l00x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak
ada Asfiksia berat dengan henti jantung yaitu keadaan :
1. Bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap.
2. Bunyi jantung bayi menghilang post partum.

D. Etiologi Asfiksia
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidupyang sempurna tanpa gejala sisa.
Menurut M. Rachman (2000), pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu. Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia
dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
b. Gangguan aliran darah uterus. Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada
:Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau
obat.
c. Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
d. Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.asfiksia janin
akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan
plasenta, plasenta previa dan lain-lain.
3. Faktor featus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pcmbuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar
janin dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya pendarahan intrakranial. Kelainan konginental
pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain-
lain.

E. Patofisiologi Asfiksia
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan terhadap nervus vagus
sehingga denyut jantung janin (DJJ) menjadi lambat. Jika kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi, timbullah kini rangsangan dari nervus simpatikus, sehingga
DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan
intra uterin dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru.
Bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang (FKUI.2007)
Apabila asfiksia berlajut, gerakan pernapasan akan ganti, denyut jantung akan menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur, dan bayi memasuki periode apnea
primer. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam denyut jantung terus menurun.
Tekanan darah bayi juga menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah
sampai bayi memasuki periode apnea skunder. (Towwel.2006)

F. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada bayi setelah lahir menurut Nelson (1997) adalah sebagai berikut :
1. Bayi pucat dan kebiru-biruan
2. Usaha bernafas minimal atau tidak ada
3. Hipoksia
4. Asidosis metabolik atau respiratori
5. Perubahan fungsi jantung
6. Kegagalan sistem multiorgan
7. Kalau sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala neurologik : kejang, nistagmus, dan
menangis kurang baik/ tidak menangis.

G. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain:
a. Edema otak dan perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga
terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan pendarahan otak. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
b. Anuria dan Oliguria
Disfungsi jaringan jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal
dengan istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan
sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir keorgan seperti
mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan
transport O2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak
efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.

H. Penatalaksanaan Medis
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut dengan Resusitasi Bayi Baru Lahir.
Tindakan Resusitasi mengikuti tahapan yang dikenal dengan ABC-resusitasi :
a. Memastikan saluran napas terbuka :
1. Meletakan bayi dalam posisi yang benar
2. Menghisap mulut, hidung, kalu perlu trakea
3. Bila perlu masukan Et untuk memastikan napas terbuka
b. Memulai pernapasan :
1. Lakukan rangsangan taktil
2. Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3. Mempertahankann sirkulasi darah
4. Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan.
(FKUI.2007)

I. Pemeriksaan Diagnostik
a. Analisa gas darah (PH kurang dari 7.20)
b. Penilaian APGAR score meliputi warna kulit, frekuensi jantung, usaha nafas, tonus otot dan
reflek
c. Pemeriksaan EEG dan CT-Scan jika sudah tumbuh komplikasi
d. Pengkajian spesifik
e. Elektrolit garam
f. USG
g. gula darah.
h. PH tali pusat : tingkat 7,20 sampai 7,24 menunjukkan status parasidosis, tingkat rendah
menunjukkan asfiksia bermakna.
i. Hemoglobin/ hematokrit (HB/ Ht) : kadar Hb 15-20 gr dan Ht 43%-61%.
j. Tes combs langsung pada daerah tali pusat. Menentukan adanya kompleks antigen-antibodi
pada membran sel darah merah.
(Septia Sari,2010)

J. Pencegahan
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini
mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses
persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu
dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan
taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk
mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan
mencegah hipotermia. (Hidayat, Aziz Alimul.(2005)
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya, terbukti dapat mencegah atau
mengurangi komplikasi yang sering terjadi. Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu
upaya penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia
terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat keterampilan petugas dan
sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan
pada tingkat tersebut. Jika semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya
pencegahan atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin terjadi,
memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan upaya rujukan segera
dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua upaya tersebut dapat secara bermakna
menurunkan jumlah kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.

K. Asuhan Keperawatan Klien dengan Asfiksia Secara Teoritis
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap klien adalah sebagai berikut:
a. Identitas klien/bayi dan keluarga.
b. Diagnosa medik yang ditegakkan saat klien masuk rumah sakit.
c. Alasan klien/bayi masuk ruang perinatologi.
d. Riwayat kesehatan klien/bayi saat ini.
e. Riwayat kehamilan ibu dan persalinan ibu.
f. Riwayat kelahiran klien/bayi.
g. Pengukuran nilai apgar score, Bila nilainya 0-3 asfiksia berat, bila nilainya 4-6 asfiksia sedang.
h. Pengkajian dasar data neonatus:
1. Sirkulasi
a. Nadi apikal dapat berfluktuasi dari 110 sampai 180 x/mnt. Tekanan darah 60 sampai 80 mmHg
(sistolik), 40 sampai 45 mmHg (diastolik).
b. Bunyi jantung, lokasi di mediasternum dengan titik intensitas maksimal tepat di kiri dari mediastinum
pada ruang intercosta III/ IV.
c. Murmur biasa terjadi di selama beberapa jam pertama kehidupan.
d. Tali pusat putih dan bergelatin, mengandung 2 arteri dan 1 vena.
2. Eliminasi
Dapat berkemih saat lahir.
3. Makanan/ cairan
a. Berat badan : 2500-4000 gram
b. Panjang badan : 44-45 cm
c. Turgor kulit elastis (bervariasi sesuai gestasi)
4. Neurosensori
a. Tonus otot : fleksi hipertonik dari semua ekstremitas.
b. Sadar dan aktif mendemonstrasikan refleks menghisap selama 30 menit pertama setelah kelahiran
(periode pertama reaktivitas). Penampilan asimetris (molding, edema, hematoma).
c. Menangis kuat, sehat, nada sedang (nada menangis tinggi menunjukkan abnormalitas genetik,
hipoglikemi atau efek narkotik yang memanjang).
5. Pernafasan
a. Skor APGAR : 1 menit......5 menit....... skor optimal harus antara 7-10.
b. Rentang dari 30-60 permenit, pola periodik dapat terlihat.
c. Bunyi nafas bilateral, kadang-kadang krekels umum pada awalnya silindrik thorak : kartilago xifoid
menonjol, umum terjadi.
6. Keamanan
a. Suhu rentang dari 36,5 C sampai 37,5 C. Ada verniks (jumlah dan distribusi tergantung pada
usia gestasi).
b. Kulit : lembut, fleksibel, pengelupasan tangan/ kaki dapat terlihat, warna merah muda atau
kemerahan, mungkin belang-belang menunjukkan memar minor (misal : kelahiran dengan forseps),
atau perubahan warna herlequin, petekie pada kepala/ wajah (dapat menunjukkan peningkatan
tekanan berkenaan dengan kelahiran atau tanda nukhal), bercak portwine, nevi telengiektasis (kelopak
mata, antara alis mata, atau pada nukhal) atau bercak mongolia (terutama punggung bawah dan
bokong) dapat terlihat. Abrasi kulit kepala mungkin ada (penempatan elektroda internal).

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
b. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
c. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
d. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
e. Asietas b/d ancaman kematian
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

N
O
DIAGNOSA PERENCANA
AN
PARA
F
KPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALIS
ASI

1.



















2.
Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan
denganpenumpukanmukus l
endir.














Gangguan pemenuhan
kebutuhan O
2
b/d

ekspansi
yang kurang adekuat
TJ : Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
proses
keperawatan
diharapkan
jalan nafas
lancar
Kriteria
Hasil:
1. Rata-rata
repirasi
dalam batas
normal (30-
40x/menit)
2. Pengeluaran
sputum
melalui jalan
nafas.
3. Tidak ada
suara nafas
tambahan
(ronchi/whee
zeng)



TJ:
pernafasan
kembali
normal

Kriteria
Hasil:
1. Klien tidak
mengalami
1. Mengauskultas
i suara nafas
sebelum dan
sesudah suction.
2. Memberitahu
keluarga
tentang suction
3. Mengobservasi
adanya tanda-
tanda distres
pernafasan
4. Memposisikan
bayi miring
kekanan setelah
memberikan
makan
Kolaborasi
1. Melakukan
hisap mulut dan
nasopharing
dengan spuit
sesuai
kebutuhan





Mandiri
1. Kaji frekuensi,
kedalaman
pernapasan dan
ekspansi dada
2. Auskultasi
bunyi napas
3. Posisikan bayi
pada abdomen
atau posisi
1. Obstruksi jalan
napas dapat
dimanefestasika
n dengan adanya
bunyi napas
tambahan
seperti krekels,
ronki,wheezing.
2. Sebelum
melakukan
tindakan berikan
penkes kepada
keluarga agar
tidak terjadi
kepanikan/
kesalhpahaman.
Dan agar ada
kerjasama dari
keluarga pasien.
3. Untuk
membersihkan
sisa sisa air
ketubn
4. Untuk
mencegah
terjadinya
aspirasi








1. Kecepatan
napas biasanya
meningkat

sesak napas
2. RR klien
normal (30-
40x/menit)
3. Kulit klien
tidak pucat

telentang
dengan
gulungan popok
dibawah bahu
untuk
menghasilkan
sedikit
hiperektensi
4. Berikan
rangsang taktil
yang segera (
mis, gosokkan
punggung bayi )
bila terjadi
apnea.
5. Mengobservasi
warna kulit.
Kolaborasi :
6. Berikan
oksigen
tambahan


2. Bunyi napas
menurun atau
tidak ada bila
jalan napas
obstruksi
3. Posisi ini dapat
memudahkan
pernapasan dan
menurunkan
episode asfiksia
4. Merangsang
SSP untuk
meningkatkan
gerakan tubuh
dan kembalinya
pernapasan yang
spontan
5. Memaksimalka
n bernapas dan
menurunkan
kerja napas














NO DIAGNOSA PERENCANAAN PARAF
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
3.






Ansietas b/d
ancaman kematian





Tujuan : keluarga tidak
cemas
KH :
1. Keluarga klien tetap
tenang
2. Keluarga mengerti dengan
apa yang dianjurkan
1. mengevaluasi tingkat
pemahaman keluarga
klien tentang diagnose.
2. Memberikan kesempatan
untuk bertanya dan
jawab dengan jujur
antara keluarga dan
1. Agar keluarga tahu tentang
penyebab sesak yang dialami oleh
bayinya

2. Agar dapat mengurangi rasa
cemas











perawat.
3. Melibatkan orang
terdekat dalam
perencanaan
keperawatan.

4. Memberikan
kenyamanan fisik



3. Agar keluarga tahu apa yang
perawat lakukan



4. Agar keluarga merasa nyaman

4.

Kerusakan
pertukaran gas b/d
gangguan suplai
oksigen dan
ketidakseimbangan
ventilasi



TJ: pertukaran gas
kembali normal

Kriteria Hasil:
5. Mempertahankan kadar
PO2 / PCO2 dalam batas
normal ( pO2 : 80-
100mmHg, pCO2 : 35-
45mmHg)
6. Klien tidak mengalami
sesak napas
7. Suhu tubuh dalam
keadaan normal ( S 36-
37C

Mandiri
1. Kaji status
pernafasan,perhatikan
tanda-tanda distres
pernafasan(mis, takipnea,
pernafsan cuping hdung,
mengorok, retraksi,ronki,
atau krekels).
2. Gunakan pemantauan
oksigen transkutan atau
oksimeter nadi. Catat
kadar setiap jam. Ubah
sisi alat setiap 3-4 jam.
3. Hisap hidung dan
orofaring dengan hati-
hati,sesuai kebutuhan.



4. Pertahankan kenetralan
suhu tubuh

Mandiri
1. Takipnea menandakan distress
pernafasan,khususnya bila pernfasan
lebih dari 60 x/i setelah 5 jam
pertama kehidupan.



2. Memberikan pemantauan noninvasif
konstan terhadap kadar oksigen.



3. Mungkin perlu untuk
mempertahankan kepatenan jalan
nafas, khususnya pada bayi yang
menerima ventilasi terkontrol.


4. Stres dingin meningkatkan
konsumsi oksigen bayi,dapat
meningkatkan asidosis, dan
selanjutnya kerusakan produksi
surfaktan.



BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus Pemicu Asfiksia
By C, usia 2 jam, jenis kelamin laki-laki, agama islam, suku bangsa melayu, alamat kota baru
jambi, masuk RS pada tanggal 03/10/2012. By C merupakan anak pertama dari Ny.M dan Tn.N.
By C masuk RSUD Raden Mattaher Jambi di ruang PRT. Bayi diantar oleh Bidan T dengan
alasan setelah di lahirkan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis, bidan T
mengatakan pernafasannya tidak teratur nilai Apgar score lima menit pertama adalah 5. Bidan T
mengatakan bahwa sebelumnya By. C terdapat penumpukan sekret pada mulut bayi. Menurut
keterangan dari bidan hal ini terjadi dikarenakan ibu bayi partus selama 12 jam, warna air
ketuban hijau kental, usia kehamilan saat melahirkan adalah 42 minggu, selama kelahiran ibu
mengalami preeclampsia dengan TD 140/100 mmHg. Saat dilakukan pemeriksaan fisik
didapatkan bayi terlihat sianosis, bibir terlihat pucat dan hidung teraba dingin, tonus otot lemah,
akral teraba dingin, denyut nadi bayi 90 x/I, RR 15x/i, bayi terpasang O2 2 liter, IVFD Dx 5% 4
tetes/i. Saat ini bayi masih dalam perawatan menurut diagnose dokter bayi mengalami afiksia
sedang dan harus di lakukan tindakan resusitasi. Keluarga klien mengatakan bahwa dirinya
cemas terhadap anaknya.











B. Asuhan Keperawatan
Ruang : PRT Tgl masuk RS : 3 Oktober 2012
Kelas : II Tgl Pengkajian : 3 Oktober 2012

1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : By. C
Jenis Kelamin : laki-laki
TTL / Usia : 2 Jam
Agama : islam
Alamat :Kota Baru Jambi
Anak ke : 1 (satu)
Suku Bangsa : Melayu

Nama orang tua
a. Ibu
Nama : Ny. M
Umur : 23 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Alamat : Kota Bau Jambi
b. Ayah
Nama : Tn. N
Umur : 25 Tahun
Suku Bangsa : Melayu
Pendidikan : S-1
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Kota Baru Jambi

b. Data Medik
Diagnosa medik
a) Saat masuk : asfiksia
b) Saat pengkajian : asfiksia sedang

d. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit Raden Mattaher Jambi pada tanggal 03 Agustus 2011 dengan alasan bidan T
mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan setelah dilahirkan.

e. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Bidan T mengatakan bayi tidak bisa bernafas secara spontan dan tidak menangis setelah
dilahirkan dengan usaha bernapas lemah,

f. Riwayat Kehamilan Ibu
a. Umur kehamilan : 42minggu
b. Periksa ANC : pada bidan
c. Frekuensi ANC : 4x selama kehamilan
d. Penyakit ibu selama hamil: hipertensi

g. Riwayat Persalinan Ibu
1. Jenis persalinan
Pervaginam.
2. partus ditolong oleh bidan.
3. lama partus selama 12 jam.
4. Warna air ketuban hijau dan kental
5. Selama kehamilan ibu mengalami preeklamsia dengan TD :140/100 mmHg

h. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda vital klien/bayi
a) Denyut Nadi : 90 x/i
b) RR : 15x/i
c) Suhu :37 C
d) BB/PB : 3000gr/43cm

2) Head to Toe
Kepala : Bentuk : Normal
ChepalHematom : Tidak Ada

Mata : Bentuk : Simetris
Sekret : Tidak ada
Conjungtiva : Ananemis
Sklera : Anikterik

Mulut : Bibir : Normal
Gigi : Belum Tumbuh

Hidung : Simetris, Teraba dingin

Telinga : Bentuk : Simetris

Thorax & Abdomen : Bentuk : Normal
Nafas :Megap-megap
Denyut Jantung :Bradi Cardia
Tali Pusat :Tidak ada Perdarahan
Ekstremitas : Tonus Otot Lemah
Teraba dingin

3) Nilai APGAR skor bayi lima menit pertama adalah 4.
- Detak jantung = 1
- RR = 1
- Refleks saat jalan nafas = 1
- Tonus otot = 1
- Warna kulit = 0
i. Terapi
IVFD dx 5% 4 tts/i menggunakan infus set mikro.
O2 2 Liter/menit




























2. Analisa Data

NO DATA ETIOL
OGI
MASA
LAH
1.

















2.

















3.
DS :
bidan T
mengata
kan
bahwa
sebelum
nya By.
C
terdapat
penump
ukan
sekret
pada
mulut
bayi
DO :
Tonus
otot
bayi C
fleksi
ektremit
asnya
tampak
lemah
RR: 15
x/i
N: 90x/i
Dalam
mulut
bayi





DS :
Bidan T
mengata
kan By.
C
setelah
dilahirk
an tidak
segera
Espansi
yang
kurang
adekuat














Penump
ukan
cairan
ketuban














Ancama
n
kematia
n




Ganggu
an
pertukar
an gas.














Bersiha
n jalan
nafas
tida
efektip














Ansieta
s





menang
is
Bidan T
mengata
kan
pernafas
annya
tidak
teratur


DO :
Bayi
tampak
sulit
bernapa
s
RR
: 15x/i
N
: 90x/i
Klien
tampak
terpasan
g O
2
2
liter.

DS :
Ayah
klien
mengata
kan
cemas
dengan
keadaan
anaknya
.

DO :
Keluarg
a klien
tampak
cemas
Keluarg











a klien
tampak
gelisah
melihat
anaknya
masih
belum
menang
is.
Keluarg
a klien
tampak
cemas
melihat
anaknya
terpasan
g alat
pemban
tu
pernapa
san
(oksige
n 2
liter),
dan
terpasan
g infus.











3. Diagnosa Keperawatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : By. C
Usia : 2 Jam
NO TANGGAL
DITEGAKKAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
1. 03 Agustus 2012
2011
Gangguan pertukaran gasb/d

ekspansi
yang kurang adekuat d.d Bidan T
mengatakan By. C setelah dilahirkan
tidak segera menangis, bidan T
mengatakan pernafasannya tidak teratur,
bayi tampak sulit bernapas, RR : 15x/I, N
:90x/I, klien tampak terpasang O
2
2 liter.


2.

05 0Oktober 2011

Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d
penumpukan cairan ketuban d.d bidan T
mengatakan bahwa sebelumnya By. C
terdapat penumpukan sekret pada mulut
bayi, tonus otot bayi C fleksi
ektremitasnya tampak
lemah, RR: 15x/I, N:90x/i



3.













03 Oktober 2012











Asietas b/d ancaman kematian d.d ayah
klien mengatakan cemas dengan keadaan
anaknya, keluarga klien tampak cemas,
keluarga klien tampak gelisah melihat
anaknya masih belum menangis, keluarga
klien tampak cemas melihat anaknya
terpasang alat pembantu pernapasan
(oksigen 2 liter), dan terpasang infus.




RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
Nama : Bayi C
Umur : 2 Jam
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan pemenuhan
kebutuhan
O
2
b/d

ekspansi yang
kurang adekuat
d.d Bidan T
mengatakan By. C
setelah dilahirkan tidak
segera menangis, bidan
T mengatakan
pernafasannya tidak
teratur, bayi tampak
sulit bernapas, RR
:15x/I, N : 90x/I, klien
tampak terpasang O
2
2
liter,

TJ: pernafasan
kembali normal

Kriteria Hasil:
1. Klien tidak
mengalami sesak
napas
2. RR klien normal
(30-40x/menit)
3. Kulit klien tidak
pucat

Mandiri
1. Kaji frekuensi,
kedalaman
pernapasan dan
ekspansi dada
2. Auskultasi bunyi
napas



3. Posisikan bayi pada
abdomen atau posisi
telentang dengan
gulungan popok
dibawah bahu untuk
menghasilkan
sedikit hiperektensi
4. Berikan rangsang
taktil yang segera (
mis, gosokkan
punggung bayi )
bila terjadi apnea.


Kolaborasi
5. Berikan oksigen
tambahan

Mandiri
1. Kecepatan napas
biasanya meningkat

2. Bunyi napas
menurun atau tidak
ada bila jalan napas
obstruksi

3. Posisi ini dapat
memudahkan
pernapasan dan
menurunkan
episode asfiksia


4. Merangsang SSP
untuk
meningkatkan
gerakan tubuh dan
kembalinya
pernapasan yang
spontan



5. Memaksimalkan
bernapas dan
menurunkan kerja
napas












NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA HASIL
INTERVENSI RASIONAL
3 Asietas b/d ancaman
kematian d.d ayah
klien mengatakan
cemas dengan keadaan
anaknya, keluarga
klien tampak cemas,
keluarga klien tampak
gelisah melihat
anaknya masih belum
menangis, keluarga
klien tampak cemas
melihat anaknya
Mendemostrasikan
hilangnya ansietas dan
memberikan informasi
tentang proses
penyakit.
KH:

1. Menunjukan rentang
perawatan yang tepat
dan penampilan wajah
tampak rileks atau
istirahat.
1. Evaluasi tingkat
pemahaman
keluarga klien
tentang diagnose.



2. Berikan
kesempatan untuk
bertanya dan jawab
dengan jujur antara
keluarga dan
1. Orang terdekat
mendengar dan
mengasimilasi
informasi baru
yang meliputi
perubahan ada
gambaran diri.
2. membuat
kepercayaan dan
menurunkan
kesalahan
persepsi
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN &
KRITERIA
HASIL
INTERVENSI RASIONAL
2 Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d penumpukan
cairan ketuban d.d bidan T
mengatakan bahwa
sebelumnya By. C terdapat
penumpukan sekret pada
mulut bayi, tonus otot bayi
C fleksi ektremitasnya
tampak
lemah, RR: 15x/I, N:90x/i

Tujuan
Pola napas
kembali efektif

KH :
Bayi tidak sesak
napas
TTV normal (
RR 30-0x/menit
N 45x/menit S
36-37C)

Mandiri
1. Auskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suction.

2. Beritahu keluarga
tentang suction
3. Observasi adanya
tanda-tanda distres
pernafasan

4. Posisikan bayi
miring kekanan
setelah memberikan
makan

Kolaborasi
5. Hisap mulut dan
nasopharing dengan
spuit sesuai
kebutuhan

Mandiri
1. Pernapasan ronki
dan mengi
menunjukkan
obstruksi jalan
napas.
2.Megurangi rasa
kecemasan
3.distres pernapasan
sering terjadi
pada bayi
4. agar makanan
yang sudah
masuk tidak
keluar kembali


5.untuk
mengeluarkan
cairan yng di
mulut

terpasang alat
pembantu pernapasan
(oksigen 2 liter), dan
terpasang infus.

2. Mengakui dan
mendiskusikan takut
atau masalah.
perawat.

3. Libatkan orang
terdekat dalam
perencanaan
keperawatan.


4. Berikan
kenyamanan fisik

terhadap
informasi.
3. dapat
membantu
dalam
memperbaiki
beberapa
perasaan cemas.

4. sulit menerima
dengan isu
emosi bila tidak
kenyamanan
fisik menetap.



















CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 Jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Pertama

N
o

TG
L

DIAGNOSA
KEPERAWATA
N

IMPLEMENTAS
I

EVALUASI
1 4-
10-
2012
Gangguan
pemenuhan
kebutuhan
Jam 10.00
1. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
Jam 12.00

S : Klien masih tampak kesulitan bernafas
O
2
b/d

ekspansi
yang kurang
adekuat d.dBidan T
mengatakan By. C
setelah dilahirkan
tidak segera
menangis, bidan T
mengatakan
pernafasannya
tidak teratur, bayi
tampak sulit
bernapas, RR
: 15x/I, N : 90x/I,
klien tampak
terpasang O
2
2
liter,

kemudahan
bernapas.
H : Frekuensi
napas dapat
terpantau
2. Mengauskultasi
bunyi napas
3. Memposisikan
bayi pada posisi
telentang dengan
gulungan popok
dibawah bahu
untuk
menghasilkan
sedikit hiperektensi
4. Mengobservasi
warna kulit.
H : Warna kulit
klien pucat

Kolaborasi :
5. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang
O2 2liter

O :
-
Ekstremitas klien masihtampak sian
osis
- Klien tampak pucat
RR : 27x/i
- Napas ronchi

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan (1, 2, 3, 5 )


















NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
2 4-10-2012 Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d penumpukan
cairan ketuban d.d Bidan T
mengatakan Ny.M partus
lama selama 12 jam, bidan
T mengatakan warna
ketuban hijau dan kental,
tonus otot bayi C fleksi
ektremitasnya tampak
lemah, RR: 15x/I, N:90x/

Jam 10.00
1. Mengauskultasi suara
nafas sebelum dan
sesudah suction.
H: Sebelum : Kreckles
Setelah : Vesikuler
2. Memberitahu keluarga
tentang suction
H: supaya keluarga
mengetahui bahwa
anaknya akan dilakukan
suction
3. Mengobservasi adanya
tanda-tanda distres
pernafasan
H: Pernapasan klien dapat
terpantau
4. Memposisikan bayi
miring kekanan setelah
memberikan makan
H: Bayi mau diposisikan
Kolaborasi
5. Melakukan hisap mulut
dan nasopharing dengan
spuit sesuai kebutuhan
H: Jalan napas kembali
normalJam 10.00
6. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas dapat
terpantau

Jam 12.00

S : Orangtua klien
mengatakan
anaknya masih
sesak napas

O : RR 20x/i
N 102x/i

A : Masalah
bersihan jalan
napas teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan (3, 4, 5
)


















NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
3 4-10-2012 Asietas b/d ancaman
kematian d.d ayah klien
mengatakan cemas
dengan keadaan
anaknya, keluarga klien
tampak cemas, keluarga
klien tampak gelisah
melihat anaknya masih
belum menangis,
keluarga klien tampak
cemas melihat anaknya
terpasang alat pembantu
pernapasan (oksigen 2
liter), dan terpasang
infus.


Jam 11.00wib
3. mengevaluasi tingkat
pemahaman keluarga
klien tentang diagnose.
4. Memberikan kesempatan
untuk bertanya dan jawab
dengan jujur antara
keluarga dan perawat.
5. Melibatkan orang
terdekat dalam
perencanaan
keperawatan.
6. Memberikan
kenyamanan fisik

Jam 12.00 wib

S :
- Keluarga klien
mengatakan
mengerti dengan
apa yang dijelaskan
- Keluarga klien
mengatakan cemas
sedikit berkurang
O : Keluarga klien
tampak mengerti
dan paham dengan
penjelasan yang
diberikan
- Keluarga klien
masih sering
bertanya tentang
keadaan anaknya
A : masalah teratasi
sebagian
P : intervensi
dilanjutkan ( 2 )






CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Kedua
NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
1 5-10-2012 Gangguan pemenuhan
kebutuhan O
2
b/d

ekspansi
yang kurang adekuat
d.d Bidan T mengatakan
By. C setelah dilahirkan
Jam 14.30
1. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas
Jam 17.00

S : Klien masih tampak
kesulitan bernafas

tidak segera menangis,
bidan T mengatakan
pernafasannya tidak teratur,
bayi tampak sulit
bernapas, RR : 15x/I,N
: 90x/I, klien tampak
terpasang O
2
2 liter,
dapat terpantau
2. Mengauskultasi bunyi
napas
3. Memposisikan bayi
pada posisi telentang
dengan gulungan
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
4. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang
O2 2liter

O :
RR : 28x/i
Napas Vesikuler

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan (1, 3, 4 )










NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
2 5-10-2012 Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d penumpukan
cairan ketuban d.d Bidan T
mengatakan Ny.M partus
lama selama 12 jam, bidan
T mengatakan warna
ketuban hijau dan kental,
tonus otot bayi C fleksi
ektremitasnya tampak
lemah, RR: 15x/I, N: 90x/i

Jam 14.15 wib
1. Mengobservasi
adanya tanda-tanda
distres pernafasan
H: Pernapasan klien
dapat terpantau.
2. Memposisikan bayi
miring kekanan
setelah memberikan
makan
H: Bayi mau
diposisikan
Kolaborasi
3. Melakukan hisap
mulut dan nasopharing
dengan spuit sesuai
kebutuhan
H: Jalan napas
kembali normal
Jam 17.00 wib
S : Klien masih tampak
kesulitan bernafas

O :
- Tidak terdapat
penumpukan cairan
- RR : 27x/i

A : Masalah teratasi
sebagian

P : Intervensi
dilanjutkan (1, 2)




NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
3 5-10-2012 Asietas b/d ancaman
kematian d.d ayah
klien mengatakan
cemas dengan
keadaan anaknya,
keluarga klien
tampak cemas,
keluarga klien
tampak gelisah
melihat anaknya
masih belum
menangis, keluarga
klien tampak cemas
melihat anaknya
terpasang alat
pembantu pernapasan
(oksigen 2 liter), dan
terpasang infus.


Jam 14.15wib

1. Memberikan
kesempatan untuk
bertanya dan jawab
dengan jujur antara
keluarga dan perawat.

Jam 17.00

S : keluarga klien
mengatakan paham dan
menyerahkan sepenuhnya
kepada perawat
O : keluarga klien tampak
paham dan mengerti
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.







CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : By. C
Usia : 2 jam
Tanggal : 3 Oktober 2012
Hari : Ketiga
NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
1 6-10-2012 Gangguan pemenuhan
kebutuhan
O
2
b/d

ekspansi yang
kurang adekuat
d.dBidan T
mengatakan By. C
setelah dilahirkan
tidak segera
menangis, bidan T
mengatakan
pernafasannya tidak
teratur, bayi tampak
sulit bernapas, RR
: 15x/I,N : 90x/I, klien
tampak terpasang O
2
2
liter,
Jam 09.00
1. Mengkaji frekuensi
kedalaman dan
kemudahan bernapas.
H : Frekuensi napas
dapat terpantau
2. Memposisikan bayi
pada posisi telentang
dengan gulungan
popok dibawah bahu
untuk menghasilkan
sedikit hiperektensi

Kolaborasi :
3. Memberikan terapi
oksigen.
H : Klien terpasang O2
2liter
Jam 12.00

S : Klien tampak bernafas
normal

O :
RR : 33x/i
Napas Vesikuler

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan



NO TANGGAL DIAGNOSA
KEPERAWATAN
IMPLEMENTASI EVALUASI
2 6-10-2012 Bersihan jalan nafas tidak
efektif b/d penumpukan
cairan ketuban d.d Bidan
T mengatakan Ny.M
partus lama selama 12
jam, bidan T mengatakan
warna ketuban hijau dan
kental, tonus otot bayi C
fleksi ektremitasnya
tampak
lemah, RR: 15x/I,N: 90x/i

Jam 09.00wib
1. Mengobservasi
adanya tanda-tanda
distres pernafasan
H: Pernapasan klien
dapat terpantau.
2. Memposisikan bayi
miring kekanan
setelah memberikan
makan
H: Bayi mau
diposisikan

Jam 12.00

S : Klien tampak bernafas
normal

O :
RR : 33x/i
Tidak terdapat distress
pernapasan
Tidak terdapat
penumpukan sekret

A : Masalah teratasi

P
: Intervensi dilanjutkan
oleh keluarga (2)



BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat
mempengaruhi fungsi organ vital lainnya.Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2),
hiperkarbia (peningkatan PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
Asfiksia di bagi menjadi 3 jenis, yaitu Nilai 0-3 : Asfiksia berat Nilai 4-
6 : Asfiksia sedang Nilai 7-10 : Normal
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. karena itu penilaian janin selama kehamilan dan persalinan. memegang peran
penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang sempurna tanpa gejala sisa.
Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan
sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses
persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan
sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu
dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat,
menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan
taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu).
Diagnosa keperawatan yang dapat diangakat secara teoritis adalah :
f. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d penumpukan mukus.
g. Pola napas tidak efektif b/d hipoventilasi.
h. Gangguan pemenuhan O2 b/d ekspansi yang kurang adekuat.
i. Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen dan ketidakseimbangan ventilasi.
j. Asietas b/d ancaman kematian

B. SARAN
1. Mahasiswa
Mahasiswa keperawatan hendaknya dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah
didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan mampu memberikan
informasi kepada masyarakat mengenai penyakit asfiksia dengan mengadakan suatu penyuluhan atau
pendidikan kesehatan.
2. Institusi
Semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan informasi dan bahan
pustaka Seolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi (STIKES HI) mengenai asuhan
keperawatan dengan asfiksia.

Diposkan oleh parti amuet di 05.31
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

You might also like