Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran Dosen Pengampu : Dr. Ibnu Widiyanto, MA
Disusun oleh : Restika Firdayanti 12010113420158
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014 2
BAB I PENDAHULUAN
I. Pendahuluan Pada era globalisasi saat ini, peranan pengusaha sangatlah penting bagi perkembangan dan kemajuan perekonomian suatu negara. Kita dapat melihat pada negara-negara yang perekonomiannya maju, kebanyakan memiliki para pengusaha yang kreatif dan bisa membuat usahanya maju dan berkembang dengan baik. Berdasarkan data dari BPS pada tahun 2012 Pertumbuhan sektor jasa di dalam negeri masih relatif kecil sekitar 5% dan masih jauh di bawah pertumbuhan sektor transportasi yang mencapai 13% atau perdagangan 9%. Sehingga potensinya untuk terus dikembangkan cukup besar. Peningkatan sektor jasa juga terus meningkat dalam tiap triwulanya, hal tersebut di tunjukkan oleh bagan di bawah ini:
Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha (dalam persen)
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012 3
Perkembangan global saat ini menunjukkan negara-negara di kawasan regional justru menjadikan sektor jasa sebagai pendorong pembangunan perekonomian. Misalnya perekonomian Malaysia, Singapura dan Thailand, secara struktural kini mulai bertumpu di sektor jasa. Bagi Indonesia, sektor jasa dapat menjadi pendorong perekonomian daerah. Sebagai kota yang tengah berkembang Semarang merupakan kota yang menyediakan peluang bisnis yang luas. Saat ini industri jasa di Semarang pun tengah merebak, terutama di bidang jasa. Banyak tempat hiburan seperti karaoke, kafe, restoran dan hotel mulai marak di Semarang. Semua sarana hiburan tersebut memiliki konsep-konsep beragam untuk menarik minat pengunjung dan pelanggan. Peluang pasar untuk penjualan dan persewaan buku masih terbuka lebar dimana dapat dilihat dari masih sedikitnya jumlah toko buku baik yang berskala besar maupun kecil, sedangkan keperluan masyarakat terhadap buku cukup tinggi, selain itu saat ini sangat diupayakan masyarakat untuk membaca berbagai buku untuk meningkatkan wawasan. Peluang usaha ini cukup luas karena di kota Semarang belum ada toko buku dengan konsep kafe, dimana BOOK CAF ini tidak hanya menawarkan hiburan namun juga edukasi. Dengan demikian, usaha ini sangat menjanjikan bila dibuka di kota Semarang Saat ini persaingan bisnis dalam berbagai industri berlangsung secara dinamis sejalan dengan perubahan lingkungan eksternal. Tingkat persaingan yang semakin ketat, selera konsumen, kemajuan teknologi, serta perubahan sosial ekonomi memunculkan tantangan bagi perusahaan di era-global. Perubahan-perubahan tersebut memaksa perusahaan untuk melaksanakan pengembangan strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang dimiliki perusahaan hendaknya tidak mudah ditiru oleh pesaing dan menopang tercapainya keunggulan bersaing yang berkelanjutan. Lebih lanjut penulis akan membahas tentang Keunggulan Besaing (Competitive Advantage) pada Usaha BOOK CAF di kota Semarang.
4
II. Competitive Advantage Porter (1990) menjelaskan bahwa keunggulan bersaing (competitive advantage) adalah jantung kinerja pemasaran untuk menghadapi persaingan. Keunggulan bersaing diartikan sebagai strategi benefit dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk menciptakan keunggulan bersaing yang lebih efektif dalam pasarnya. Strategi ini harus didesain untuk mewujudkan keunggulan bersaing yang terus menerus sehingga perusahaan dapat mendominasi baik di pasar lama maupun pasar baru. Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai-nilai atau manfaat yang diciptakan oleh perusahaan bagi para pembelinya. Pelanggan umumnya lebih memilih membeli produk yang memiliki nilai lebih dari yang diinginkan atau diharapkannya. Namun demikian nilai tersebut juga akan dibandingkan dengan harga yang ditawarkan. Pembelian produk akan terjadi jika pelanggan menganggap harga produk sesuai dengan nilai yang ditawarkannya. Hal ini didukung oleh pendapat Styagraha (1994) yang menyatakan bahwa keunggulan bersaing adalah kemampuan suatu badan usaha (perusahaan) untuk memberikan nilai lebih terhadap produknya dibandingkan para pesaingnya dan nilai tersebut memang mendatangkan manfaat bagi pelanggan. Day & Wensley (1988) menyatakan bahwa keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan bentuk-bentuk strategi untuk membantu peusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Pendapat tersebut didukung oleh Ferdinand (2003) yang menyatakan bahwa pada pasar yang bersaing, kemampuan perusahaan menghasilkan kinerja, terutama kinerja keuangan, sangat bergantung pada derajad keunggulan kompetitifnya. Untuk melanggengkan keberadaannya, keunggulan bersaing perusahaan tersebut juga harus berkelanjutan (sustainable) karena pada dasarnya perusahaan ingin melanggengkan keberadaannya. Keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan strategi perusahaan untuk mencapai tujuan akhirnya, yaitu kinerja yang menghasilkan keuntungan (profit) tinggi. Artinya, keunggulan bersaing berkelanjutan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana untuk mencapai tujuan akhir peusahaan, yaitu kinerja tinggi. Berdasarkan teori berbasis sumber daya (resource based theory), Barney (1991) dalam Hoffman (2000) mengajukan definisi formal yang lebih dekat dengan pengertian keunggulan bersaing berkelanjutan yang sering dipakai saat ini, yaitu keunggulan yang dicapai secara terus 5
menerus dengan mengimplementasikan strategi pencapaian nilai-nilai unik yang tidak dimiliki pesaing. Lebih lanjut dikatakan bahwa perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing berkelanjutan jika perusahaan tersebut mampu menciptakan nilai yang pada saat tersebut tidak sedang dilakukan baik oleh kompetitor maupun calon kompetitor dan perusahaan-perusahaan lain tidak mampu meniru kelebihan strategi ini. Sumber daya perusahaan memiliki potensi keunggulan bersaing jika memliki empat atribut, yaitu: 1. Kelangkaan 2. Nilai 3. Tidak dapat ditiru 4. Tidak dapat diganti. Day & Wensley dalam Hoffman (2000) berpendapat bahwa terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi upaya perusahaan dalam rangka menciptakan keunggulan bersaing mereka, yaitu: 1. Kapabilitas yang unggul. 2. Sumber Daya yang Unggul. Pendapat di atas didukung oleh Ferdinand (2003) yang menyatakan bahwa berdasarkan teori berbasis sumber daya, esensi keunggulan bersaing adalah kombinasi unik dari sumber daya dan kapabilitas. Sedangkan untuk melanggengkan keunggulan bersaing tersebut, perusahaan seharusnya memiliki sumber daya dan kapabilitas yang khas (company specific). Dengan mendasarkan pada seluruh pendapat di atas, maka keunggulan bersaing berkelanjutan didefinisikan sebagai keunggulan yang dicapai secara terus menerus dengan mengimplementasikan strategi pencapaian nilai-nilai unik yang tidak sedang diimplementasikan baik oleh pesaing maupun calon pesaing karena ketidakmampuan mereka dalam meniru strategi tesebut. Untuk menjaga dan memelihara kelangsungan keunggulan daya saing, maka perlu selalu dijaga kontak dan koordinasi dengan pemasok (supplier), terutama dalam menjaga dan memelihara value chain. Strategi perusahaan, struktur organisasi dan modal perusahaan, serta kondisi persaingan di dalam negeri merupakan faktor - faktor yang akan menentukan dan mempengaruhi competitive advantage perusahaan. Rival yang berat di dalam negeri biasanya justru akan lebih mendorong perusahaan untuk 6
melakukan pengembangan produk dan teknologi, peningkatan produktivitas, efesiensi dan efektivitas, serta peningkatan kualitas produk dan layanan. Untuk memperoleh keunggulan bersaing yang berkelanjutan maka perlulah disusun strategi-strategi. Setidaknya, terdapat dua aliran besar yang dijadikan landasan pembahasan strategi perusahaan, yaitu kajian tentang strategi-strategi utama (grand strategies) dan strategi-strategi generik (generic strategies). Strategi utama merupakan seperangkat alternatif strategi perusahaan yang secara umum dijadikan patokan dalam menentukan strategi yang akan diambil oleh suatu perusahaan. Sedangkan strategi generik ada dua, yaitu: Porters generic strategies dan Gluecks generic strategies, nama penulis yang mengintrodusir masing-masing. STRATEGI GENERIK PORTER Dalam analisanya tentang strategi bersaing (competitive strategy atau disebut juga Porters Five Forces) suatu perusahaan, Michael A. Porter mengintrodusir 3 jenis strategi generik, yaitu: Keunggulan Biaya (Cost Leadership), Pembedaan Produk (Differentiation), dan Focus. (Lihat Gambar 1).
Porter Generic Strategies
1. Strategi Biaya Rendah (cost leadership) Strategi Biaya Rendah (cost leadership) menekankan pada upaya memproduksi produk standar (sama dalam segala aspek) dengan biaya per unit yang sangat rendah. Produk ini (barang maupun jasa) biasanya ditujukan kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan harga 7
sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low- involvement, ketika konsumen tidak (terlalu) peduli terhadap perbedaan merek, (relatif) tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan. Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap persaingan harga yang terjadi tetapi juga dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya. Sumber dari keefektifan biaya (cost effectiveness) ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi (economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam internal organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama pelaksanaan strategi integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping (horizontal integration) adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985). Untuk dapat menjalankan strategi biaya rendah, sebuah perusahaan harus mampu memenuhi persyaratan di dua bidang, yaitu: sumber daya (resources) dan organisasi. Strategi ini hanya mungkin dijalankan jika dimiliki beberapa keunggulan di bidang sumber daya perusahaan, yaitu: kuat akan modal, trampil pada rekayasa proses (process engineering), pengawasan yang ketat, mudah diproduksi, serta biaya distribusi dan promosi rendah. Sedangkan dari bidang organisasi, perusahaan harus memiliki: kemampuan mengendalikan biaya dengan ketat, informasi pengendalian yang baik, insentif berdasarkan target (alokasi insentif berbasis hasil). (Umar, 1999). 2. Strategi Pembedaan Produk (differentiation) Strategi Pembedaan Produk (differentiation), mendorong perusahaan untuk sanggup menemukan keunikan tersendiri dalam pasar yang jadi sasarannya. Keunikan produk (barang atau jasa) yang dikedepankan ini memungkinkan suatu perusahaan 8
untuk menarik minat sebesar-besarnya dari konsumen potensialnya. Cara pembedaan produk bervariasi dari pasar ke pasar, tetapi berkaitan dengan sifat dan atribut fisik suatu produk atau pengalaman kepuasan (secara nyata maupun psikologis) yang didapat oleh konsumen dari produk tersebut. Berbagai kemudahan pemeliharaan, features tambahan, fleksibilitas, kenyamanan dan berbagai hal lainnya yang sulit ditiru lawan merupakan sedikit contoh dari diferensiasi. Strategi jenis ini biasa ditujukan kepada para konsumen potensial yang relatif tidak mengutamakan harga dalam pengambilan keputusannya (price insensitive). Perlu diperhatikan bahwa terdapat berbagai tingkatan diferensiasi. Diferensiasi tidak memberikan jaminan terhadap keunggulan kompetitif, terutama jika produk- produk standar yang beredar telah (relatif) memenuhi kebutuhan konsumen atau jika kompetitor/pesaing dapat melakukan peniruan dengan cepat. Contoh penggunaan strategi ini secara tepat adalah pada produk barang yang bersifat tahan lama (durable) dan sulit ditiru oleh pesaing. Resiko lainnya dari strategi ini adalah jika perbedaan atau keunikan yang ditawarkan produk tersebut ternyata tidak dihargai (dianggap biasa) oleh konsumen. Jika hal ini terjadi, maka pesaing yang menawarkan produk standar dengan strategi biaya rendah akan sangat mudah merebut pasar. Oleh karenanya, dalam strategi jenis ini, kekuatan departemen Penelitian dan Pengembangan sangatlah berperan. Pada umumnya strategi biaya rendah dan pembedaan produk diterapkan perusahaan dalam rangka mencapai keunggulan bersaing (competitive advantage) terhadap para pesaingnya pada semua pasar. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985). Secara umum, terdapat dua bidang syarat yang harus dipenuhi ketika perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan strategi ini, yaitu: bidang sumber daya (resources) dan bidang organisasi. Dari sisi sumber daya perusahaan, maka untuk menerapkan strategi ini dibutuhkan kekuatan-kekuatan yang tinggi dalam hal: pemasaran produk, kreativitas dan bakat, perekayasaan produk (product engineering), riset pasar, reputasi perusahaan, distribusi, dan ketrampilan kerja. Sedangkan dari sisi organisasi, perusahaan harus kuat dan mampu untuk melakukan: koordinasi antar fungsi manajemen yang terkait, merekrut tenaga yang berkemampuan tinggi, dan mengukur insentif yang subyektif di samping yang obyektif. (Umar, 1999) 9
3. Strategi Fokus (focus) Strategi fokus digunakan untuk membangun keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Strategi jenis ini ditujukan untuk melayani kebutuhan konsumen yang jumlahnya relatif kecil dan dalam pengambilan keputusannya untuk membeli relatif tidak dipengaruhi oleh harga. Dalam pelaksanaannya terutama pada perusahaan skala menengah dan besar , strategi fokus diintegrasikan dengan salah satu dari dua strategi generik lainnya: strategi biaya rendah atau strategi pembedaan karakteristik produk. Strategi ini biasa digunakan oleh pemasok niche market (segmen khusus/khas dalam suatu pasar tertentu; disebut pula sebagai ceruk pasar) untuk memenuhi kebutuhan suatu produk barang dan jasa khusus. Syarat bagi penerapan strategi ini adalah adanya besaran pasar yang cukup (market size), terdapat potensi pertumbuhan yang baik, dan tidak terlalu diperhatikan oleh pesaing dalam rangka mencapai keberhasilannya (pesaing tidak tertarik untuk bergerak pada ceruk tersebut). Strategi ini akan menjadi lebih efektif jika konsumen membutuhkan suatu kekhasan tertentu yang tidak diminati oleh perusahaan pesaing. Biasanya perusahaan yang bergerak dengan strategi ini lebih berkonsentrasi pada suatu kelompok pasar tertentu (niche market), wilayah geografis tertentu, atau produk barang atau jasa tertentu dengan kemampuan memenuhi kebutuhan konsumen secara baik, excellent delivery. (Lihat David, 1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).
STRATEGI GENERIK GLUECK Glueck meyakini bahwa strategi perusahaan pada dasarnya dapat dikategorikan ke dalam empat strategi generik, yaitu: strategi stabilitas (stability), ekspansi (expansion), penciutan (retrenchment), dan kombinasi (combination) dari ketiganya. (Umar, 1999). 1. Strategi Stabilitas (stability) Pada prinsipnya, strategi ini menekankan pada tidak bertambahnya produk, pasar dan fungsi-fungsi perusahaan karena berusaha untuk meningkatkan efisiensi di segala bidang dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan. Strategi ini relatif rendah resiko dan biasanya dilakukan untuk produk yang tengah berada pada posisi matang/dewasa (maturity). 10
2. Strategi Ekspansi (expansion) Strategi ekspansi menekankan pada penambahan atau perluasan produk, pasar dan fungsi dalam perusahaan sehingga aktivitas perusahaan meningkat. Tetapi selain keuntungan yang ingin diraih lebih besar, strategi ini juga mengandung resiko kegagalan yang tidak kecil. 3. Strategi Penciutan (retrenchment) Strategi penciutan dimaksudkan untuk melakukan pengurangan atas pasar maupun fungsi-fungsi dalam perusahaan yang memiliki aliran keuangan (cash-flow) negatif. Biasanya strategi ini diterapkan pada perusahaan yang berada pada tahap menurun (decline). 4. Strategi Kombinasi (combination) Oleh karena berbagai perubahan eksternal seringkali hadir secara tidak seragam (dan bahkan terkadang sulit diduga) terhadap berbagai lini produk (product line) yang dihasilkan suatu perusahaan seperti daur hidup produk (product life cycle) yang tidak seragam, maka perusahaan tersebut dapat saja melakukan kombinasi atas ketiga jenis strategi di atas secara bersama.
STRATEGI UTAMA Secara garis besar, terdapat 4 kelompok strategi utama dengan 14 tipe turunannya. Keempatbelas tipe strategi tersebut adalah sebagai berikut (David, 1998; Porter 1980 dan 1985): 1. Integration Strategies Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward, dan horizontal seringkali disebut sebagai strategi-strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan integrasi vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja. 2. Intensive Strategies Kelompok strategi ini disebut sebagai intensive strategies, karena mensyaratkan berbagai upaya yang intensif untuk meningkatkan posisi kompetitif perusahaan dengan produk yang ada. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu: a. Market Penetration b. Market Development c. Product Development 11
3. Diversification Strategies Dari waktu ke waktu semakin sedikit perusahaan yang melakukan diversifikasi usaha, justru karena kompleksitas persoalan yang dimunculkan oleh strategi ini. Suatu kelompok usaha yang bergerak pada sektor yang beragam tentunya sangatlah sulit dikelola. Pada dekade 1960-an dan 1970-an, strategi diversifikasi menjadi populer karena setiap perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar tidak tergantung hanya pada satu jenis usaha saja. Tetapi konsep pemikiran tersebut mulai surut sejak dekade 1980-an. Pada prinsipnya kecenderungan baru tersebut dimotori oleh keinginan untuk menjadi lebih baik dan tidak bergerak terlalu jauh dari basis kompetensi utama (core competence) setiap perusahaan. Kelompok strategi ini meliputi tiga strategi, yaitu: a. Concentric Diversification b. Horizontal Diversification c. Conglomerate Diversification 4. Defensive Strategies Pada prinsipnya, strategi defensif ditujukan untuk mempertahankan eksistensi perusahaan dari semakin ketatnya persaingan bisnis dan berbagai ketidakpastian eksternal yang sulit (terkadang tidak mungkin) dikontrol dan diprediksi. Strategi defensif seringpula dikenal sebagai survival strategy, yang cenderung terjadi dalam suasana krisis ekonomi, yaitu: a. Joint Venture b. Retrenchment c. Divestiture d. Liquidation e. Combination
EFEKTIVITAS INDUSTRI vs POSISI KOMPETITIF Begitu banyak aktivitas dilakukan untuk membuat, memproduksi, menjual, dan menyampaikan (delivery) sebuah produk atau layanan merupakan unit dasar dari keunggulan kompetitif. Efektivitas operasional (operational effectiveness) berarti menjalankan berbagai aktivitas tersebut dengan lebih baik yaitu lebih cepat atau dengan input atau kerusakan yang lebih redah daripada perusahaan pesaing. 12
Perusahaan dapat meraih beragam keunggulan dari efektivitas operasional, sebagaimaan ditunjukkan oleh perusahaan-perusahaan Jepang pada dekade 1970an dan 1980-an melalui cara-cara TQM dan perbaikan terus-menerus. Tetapi, dari sudut pandang kompetitif, persoalan yang dihadapi oleh efektivitas operasional adalah kebiasaan-kebiasan baik sangatlah mudah disamai dan bahkan diungguli. Sebagaimana setiap kompetitor dalam industri tersebut mengadopsinya, tapal batas produktivitas (productivity frontier) yaitu nilai maksimum yang bisa disampaikan oleh perusahaan pada suatu biaya tertentu, dengan teknologi, ketrampilan, dan teknik manajemen terbaik yang tersedia bergeser ke luar menurunkan biaya dan meningkatkan nilai pada saat yang sama. Kompetisi seperti itu menghasilkan perbaikan yang absolut dalam efektivitas operasional, tetapi relatif tidak memberikan peningkatan kepada siapa pun. Dan semakin banyak benchmark yang dilakukan perusahaan, maka semakin banyak titik temu kompetitif (competitive convergence) yang terjadi. Artinya, semakin sulit membedakan antara satu perusahaan dengan yang lainnya. Pemposisian strategik (strategic positioning) berusaha untuk mencapai keunggulan kompetitif yang berkelanjutan dengan cara mempertahankan apa yang khas dari perusahaan tersebut. Artinya, menjalankan aktivitas yang berbeda dibanding para pesaing atau menjalankan aktivitas yang sama melalui cara-cara yang berbeda. Posisi strategik dapat berbasis pada kebutuhan kastemer, aksesibilitas kastemer, atau keragaman produk atau layanan perusahaan. Michael A. Porter (Porter, 1996) mengidentifikasi adanya tiga prinsip dasar yang melandasi strategic positioning, yaitu: 1. Strategi merupakan sebuah karya dari suatu posisi yang unik dan berharga serta melibatkan seperangkat aktivitas yang berbeda. Pada prinsipnya, posisi strategik muncul dari tiga sumber daya yang membedakan, yaitu: a. Melayani sedikit kebutuhan dari banyak kastemer. b. Melayani banyak kebutuhan dari sedikit kastemer. c. Melayani banyak kebutuhan dari banyak kastemer dalam suatu pasar yang sempit. 2. Strategi mensyaratkan terjadinya pertukaran (trade-off) dalam berkompetisi, yaitu untuk memilih apa yang tidak akan dilakukan. Beberapa bentuk kegiatan kompetitif tidak dapat dipadukan dengan lainnya (incompatible), sehingga keberhasilan di suatu wilayah hanya dapat dicapai jika 13
terjadi pengorbanan/pengeluaran di wilayah yang lain. Trade-offs adalah sangat penting bagi strategi, karena menciptakan kebutuhan untuk memilih (memutuskan) dan secara sengaja membatasi apa yang dapat ditawarkan oleh perusahaan. Sebagai contoh, sabun Neutrogena diposisikan sebagai produk kesehatan dari pada sebagai sabun cuci tangan. Perusahaan mengatakan tidak pada penjualan berbasis zat pewangi, melepas volume (penjualan) besar, dan mengorbankan efisiensi produksi. Sebaliknya, keputusan Maytag untuk memperluas lini produknya dan membeli merek lain menunjukkan contoh kegagalan untuk melakukan pertukaran (trade-offs). Akibatnya keberhasilan di bidang pemasukan hanyalah hasil dari pengorbanan return on sales. 3. Strategi melibatkan penciptaan kesesuaian (fit) di tengah berbagai aktivitas perusahaan. Fit merupakan sesuatu yang berkaitan dengan cara aktivitas-aktivitas perusahaan berinteraksi dan saling memperkuat satu dengan lainnya. Misalnya, Vanguard Group mengkaitkan seluruh aktivitasnya dengan strategi biaya rendah; perusahaan ini mendistribusikan dana langsung kepada para konsumen dan meminimalkan turnover portfolio. Fit mendorong keduanya, baik keunggulan kompetitif maupun keberlanjutan. Artinya, ketika berbagai aktivitas secara mutualisme saling memperkokoh satu dengan lainnya, para pesaing tidak secara mudah bisa menirunya. Jika pun meniru maka harus ditiru secara keseluruhan sistem. Ketika Continental Lite mencoba untuk memadukan aktivitasnya dengan beberapa (tetapi tidak seluruh sistem yang saling mengunci) aktivitas Southwest Airlines, hasil yang diperoleh adalah kehancuran.
14
III. Profil Usaha Usaha Book Caf ini menggunakan simple structure organization yang merupakan stuktur organisasi yang sederhana dan dipilih karena pengawasan usaha ini adalah langsung dilakukan oleh pemilik dari usaha itu sendiri. Pada struktur organisasi ini, semua keputusan baik yang bersifat strategis maupun operasional akan diambil sendirian oleh pemilik usaha. Struktur perusahaan yang dimaksud adalah sebagai berikut: Pimpinan Dish Service Pemegang Saham Karyawan Toko Buku Chef Cafe
Gambar 3.1. Struktur Organisasi Usaha Book Cafe 1. Nama Usaha : Book Caf 2. Bidang Usaha : Produk dan Jasa 3. Jenis Produk/Jasa : Penyedia buku dan makanan dan minuman 4. Alamat Perusahaan : JL Borobudur, RT 01 Rw 12, Semarang Barat. 5. Alamat E mail : rererarariri@gmail.com 1. Lokasi Usaha Usaha BOOK CAF ini didirikan di lokasi yang ramai dengan aliran transportasi yang lancar sesuai dengan strategi Place. Lokasi usaha ini sangat cocok didirikan di Jl Borobudur, dimana berdekatan dengan beberapa sekolahan seperti SMP dan SMU Nusa Bakti, SD Kembangarum, dan tidak jauh juga dari Kampus STEKOM, lokasinya juga berdekatan dengan arus keluar masuk perkampungan. Dimana, banyak terdapat mahasiswa, pelajar, dan warga yang memiliki kebutuhan tinggi akan hiburan, tempat berkumpul bersama teman dan keluarga dan menyalurkan hobi membaca. Dengan demikian, lokasi ini sangat strategis untuk menarik pelanggan untuk datang ke BOOK CAF ini. 2. Konsep Usaha Dimasa kini banyak usaha dengan memadukan lebih dari satu konsep sebagai salah satu difersifikasi produk. Produk yang di jual oleh BOOK CAF ini adalah tempat yang menyewakan buku hiburan seperti komik dan novel serta menyediakan area baca yang nyaman dan menyenangkan. 15
3. Visi, Misi, dan Tujuan Bisnis Adapun visi dari bisnis ini yaitu: Dapat menjadi toko buku dan caf yang diminati oleh masyarakat kota Semarang dan dapat membuka cabang di kota lain. Meningkatkan wawasan masyarakat dengan menyediakan berbagai jenis buku.
Sedangkan, misi yang harus dijalankan agar visi dapat dicapai sebagai berikut: Menyediakan tempat bersantai bersama keluarga dan teman yang nyaman dengan fasilitas yang komplit dengan hiburan dan penuh edukasi bersama buku. Mengembangkan kreativitas dan inovasi dalam menghasilkan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan buku.
Adapun beberapa tujuan bisnis ini dibuka antara lain, adalah: 1. Untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di lingkungan sekitar dengan kondisi yang lebih nyaman dan relax. 2. untuk memberikan penduduk sekitar melihat peluang usaha lain misalnya membuka usaha jajanan disekitar book caf, tempat mangkal tukang becak yang mempunyai prospek bagus, dan menambah lapangan pekerjaan lainya (karyawan book caf dan penjaga parkir).
IV. Penerapan Teori Peluang pasar untuk penjualan buku masih terbuka lebar dimana dapat dilihat dari masih sedikitnya jumlah toko buku baik yang berskala besar maupun kecil, sedangkan keperluan masyarakat terhadap buku cukup tinggi, selain itu saat ini sangat diupayakan masyarakat untuk membaca berbagai buku untuk meningkatkan wawasan. Peluang usaha ini cukup luas karena di kota Medan belum ada toko buku dengan konsep kafe, dimana BOOK CAF ini tidak hanya menawarkan hiburan namun juga edukasi. Dengan demikian, usaha ini sangat menjanjikan bila dibuka di kota Semarang. Rencana produk/ layanan yang ditawarkan berupa penjualan berbagai jenis buku, antara lain filsafat, sastra, sosial, politik, humaniora, agama, hingga buku-buku ilmiah lainnya, serta buku-buku novel maupun komik, dimana buku-buku tersebut juga dapat disewa, selain itu, juga terdapat penjualan dan penyewaan film. Produk lainnya 16
yaitu makanan dan minuman baik berupa makanan utama atapun ringan yang dapat dibeli pada BOOK CAF ini. Layanan lain yang disediakan yaitu berupa keanggotaan (membership), serta kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan buku seperti diskusi buku, peluncuran buku, lomba menggambar, lomba baca puisi, dan sebagainya. Target penjualan baik buku/film, makanan dan minuman ataupun penyewaan buku/film dapat dilihat dari jumlah pengunjung, dimana ditargetkan jumlah pengunjung sebanyak 80-100 orang per hari. Untuk menbuat strategi cara mencapai visi dan misi, perlu dilakukan analisis SWOT terlebih dahulu. 1. Analisis SWOT dari sudut pandang bisnis a. Strength Adapun yang menjadi kekuatan pada usaha ini, yaitu: 1. Pemaduan konsep penjualan/persewaan buku dan caf merupakan hal yang baru di kota Semarang. 2. BOOK CAF ini tidak hanya menawarkan hiburan namun juga edukasi 3. Lokasi usaha dan desain interior yang bagus akan menarik banyak pelanggan. b. Weakness Adapun kelemahan yang terlihat dari usaha ini, yaitu: 1. Kurangnya modal untuk membuat usaha. 2. Masih usaha baru sehingga belum banyak dikenal masyarakat. c. Opportunity Adapun kesempatan yang dilihat dari usaha ini yaitu: 1. Adanya kebutuhan masyarakat yang besar terhadap buku maupun tempat makan yang memberi suasana berbeda. 2. Banyaknya distributor buku dan ketersediaan berbagai jenis buku. d. Threat Adapun ancaman yang terlihat datang, yaitu: 1. Terdapat toko-toko buku umum yang sudah lebih banyak dikenal masyarakat.
17
Dari analisis SWOT yang dilakukan pada diri sendiri, maka kelemahan dijadikan sebagai peluang dalam hal ini menjadi strategi yang dilakukan utnuk mencapainya: 1. Mencari informasi dalam bidang yang akan dikembangkan baik dari internet, buku- buku, tinjauan lapangan atau sumber lainnya. 2. Kurangnya modal diatasi dengan mengawali karir di perusahaan untuk mengumpulkan modal serta membentuk rekan bisnis sebagai sumber modal atau meminjam modal dengan landasan kejujuran dan keuletan. 3. Meningkatkan rasa percaya diri dengan basic pengetahuan yang ada. 4. Melakukan inovasi dan kreasi secara berkesinambungan untuk menghindari ancaman. Ancaman yang dirasakan diatasi dengan kekuatan yang dimiliki yaitu keinginan dan rasa kerja keras sehingga menjadi peluang yang baik ke depannya. Dalam mengelola sebuah usaha, terutama di bidang jasa diperlukan SDM yang berkulaitas, Dalam Competitive advantage tenaga penjual ataupun pemberi jasa memberikan aspek yang penting. Setiap individu dalam Book Cafe memiliki tugas dan tanggung jawab yang perlu di laksanakan sebaik-baiknya. Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing pihak manajemen pada book cafe ini yaitu : a. Pimpinan/ Kasir Pemilik usaha book cafe ini memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1. Menangani dan menyediakan segala keperluan yang diperlukan pada usaha book cafe. 2. Mengawasi jalannya usaha book cafe. 3. Menangani dan mengatur keuangan pada usaha book cafe. 4. Memberi upah kepada karyawan yang bekerja pada book cafe. b. Karyawan Toko Buku Karyawan toko buku yang ada pada usaha book cafe ini memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1. Merawat/ menjaga buku-buku dan film yang akan di jual. 2. Membersihkan toko buku secara berkala. 3. Memasarkan dan mempromosikan buku /film yang dipasarkan. 4. Melapor perkembangan penjualan buku kepada pimpinan secara berkala. c. Chef Cafe 18
Chef Cafe yang ada pada usaha book cafe ini memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1. Menyiapkan makanan/minuman pesanan pelanggan. 2. Membersihkan kitchen secara berkala. 3. Membuat inovasi variasi makanan/minuman secara berkala. 4. Melapor perkembangan penjualan dalam cafe kepada pimpinan secara berkala. d. Dish Service Dish Service yang ada pada usaha book cafe ini memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : 1. Melayani tamu yang datang ke cafe. 2. Membersihkan cafe secara berkala. Selain tugas dan tanggung jawab, terdapat juga wewenang dari masing-masing pihak manajemen yaitu : a. Pimpinan/ Kasir Pimpinan/ Kasir usaha book cafe ini memiliki wewenang sebagai berikut : 1. Mendapat laporan mengenai perkembangan book cafe dari karyawan. 2. Mengatur sistem kerja pada usaha book cafe ini. 3. Merekut dan memberhentikan karyawan yang bekerja di book cafe. b. Karyawan (Karyawan Toko Buku, Chef Cafe, Dish Service) Karyawan yang ada pada usaha book cafe ini memiliki wewenang sebagai berikut : 1. Mendapat upah kerja yang layak dari pemilik usaha book cafe. 2. Melapor dan memberitahukan segala keperluan yang diperlukan pada usaha book cafe. 3. Mendapat jaminan dan keselamatan kerja. Proses Pemasaran Dalam memasarkan produk, ada beberapa strategi pemasaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan competitive advantage, yaitu: 1. Product Produk yang ditawarkan berupa layanan penjualan dan penyewaan buku, serta film. Selain itu juga terdapat makanan dan minuman yang dapat dibeli oleh pelanggan. Layanan lain yaitu berupa keanggotaan dimana terdapat perlakuan 19
khusus terhadap anggota diantaranya mendapat diskon khusus dalam membeli buku dan makanan serta minuman dan free WiFi. 2. Price Strategi harga yang digunakan pada usaha ini yaitu penetapan harga untuk memperoleh keuntungan dimana ditentukan margin dari harga yang telah ditetapkan distributor/penerbit buku/film. Sedangkan untuk makanan dan minuman ditentukan dari harga bahan dan biaya proses, selain itu terdapat diskon-diskon khusus bagi anggota BOOK CAF untuk pembelian ataupun penyewaan buku, makanan/minuman serta film. 3. Place Pendirian lokasi usaha BOOK CAF adalah berada di Jl. Borobudur Semarang. Lokasi ini sangat cocok sebab sangat strategis dimana banyak pengunjung, baik mahasiswa, pelajar, ataupun masyarakat umum sehingga diharapkan mampu menguasai pasar, selain itu jalur transportasi di daerah ini cukup baik. . 4. Promotion Promosi yang dilakukan oleh usaha ini dalam memasarkan produknya adalah melalui media massa yaitu brosur dan juga melalui komunikasi berdasarkan relasi yang menjadi salah satu kekuatan utama promosi usaha ini. 5. Segmentation Dalam hal ini, usaha ini mengidentifikasi dan menyusun kelompok yang berbeda untuk pelanggan dalam hal pilihan dan keperluannya. Segmentasi yang dominan dilakukan adalah segmentasi geografis yakni mengelompokkan berdasarkan daerah, serta segmentasi psikografik yaitu mengelompokkan pasar beredarakan tingkah laku masyarakat dan gaya hidup yang dianut. Penentuan segmentasi pasar didasarkan pada Undifferentiated marketing, yaitu usaha ini mengembangkan berbagai jenis layanan/fasilitas untuk memenuhi semua keinginan konsumen. 6. Targetting Dalam penentuan target pemasaran, usaha BOOK CAF menargetkan produknya dikonsumsi masyarakat dari berbagai kalangan, khususnya dari kalangan mahasiswa, pelajar, pendidik, maupun keluarga. 7. Positioning 20
Dalam melakukan positioning terhadap konsumen, terutama pemberian brand, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Menawarkan fasilitas yang berbeda. b. Mudah untuk dikenali dan diingat, dalam hal ini konsep toko buku dan kafe sangat ditekankan kepada masyarakat. Tujuan positioning adalah memperkenalkan dan menanamkan dalam benak konsumen layanan yang disediakan oleh BOOK CAF tidak hanya buku- buku/film dengan harga kompetitif, namun juga terdapat makanan dan minuman dengan rasa yang nikmat dengan harga yang terjangkau, dimana membaca dan menikmati makanan/ minuman dapat dilakukan secara bersamaan. Porter menyatakan bahwa terdapat lima kekuatan bersaing yang dapat mengembangkan strategi persaingan dengan mempengaruhi atau mengubah kekuatan tersebut agar dapat memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan. Ruang lingkup kelima kekuatan bersaing tersebut, antara lain: 1. Ancaman pendatang baru, yang dapat ditentukan dengan hambatan masuk ke dalam industri, antara lain, hambatan harga, respon incumbent, biaya yang tinggi, pengalaman incumbent dalam industri, keunggulan biaya, differensiasi produk, akses distribusi, kebijakan pemerintah dan switching cost. 2. Kekuatan tawar-menawar pemasok, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain tingkat konsentrasi pasar, diversifikasi, switching cost, organisasi pemasok dan pemerintah. 3. Kekuatan tawar-menawar pembeli, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain differensiasi, konsentrasi, kepentingan pembeli, tingkat pendapatan, pilihan kualitas produk, akses informasi, dan switching cost. 4. Ancaman produk subtitusi, yang ditentukan oleh harga produk subtitusi, switching cost, dan kualitas produk. 5. Persaingan di dalam industri, yang ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu pertumbuhan pasar, struktur biaya, hambatan keluar industri, switching cost, pengalaman dalam industri, dan perbedaan strategi yang diterapkan.
21
Analis Teori Michael Porter pada BOOK CAF: Semarang - Saat ini cafe-cafe udah menjamur di seantero Semarang. Mulai dari cafe yang highclass sampai cafe yang bisa dibilang cocok untuk kantong mahasiswa. Banyaknya produk cafe yang menawarkan banyak keunggulan,misalnya dengan suasana yang lebih menarik. Toko Buku besar seperti Gramedia yang sudah memiliki nama. Strategi manajemen perusahaan : a. Memberikan konsep berbeda bagi penikmat cafe atau tempat nongkrong dengan menjual suasana berbeda yaitu suasana seperti di rumah dengan dekorasi dan berbagai hiburan didalamnya, mulai dari musik, film dan buku. b. Menjangkau pasar yang berbeda yaitu bagi para penikmat buku yaitu menyediakan tempat baca yang nyaman, memberi harga buku yang bersaing, ataupun memberikan alternatif dengan menyewa buku. c. Memberikan promosi dengan memberi diskon atau mengadakan progam- progam yang dapat menarik pelanggan, seperti progam member get member. d. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang berkompeten di bidang pelayanan. e. Memadukan konsep toko buku/ persewaan dan cafe sehingga menjadi satu- satunya di Semarang. f. Dalam hal pasokan koleksi buku untuk persewaan ataupun toko buku pengusaha berhubungan langsung dengan agensi penerbit sehingga harga pokok yang diperoleh lebih murah sehingga dalam penjualan dapat bersaing dengan toko buku yang lebih dulu ada. g. Dalam hal pasokan barang kebutuhan kafe pengusaha dapat bekerjasama dengan UKM kecil dalam memasok kebutuhan bahan mentah, ataupun dalam barang jadi yang akan di jual. h. Menggunakan berbagai fitur TI untuk menginventaris buku dalam persewaan buku ataupun dalam pencatatan stok barang keluar atau masuk, serta pencatatan pengeluaran dan pemasukan. 22
Kesimpulan Customer atau pelanggan Book Cafe terdiri dari berbagai lapisan masyarakat, anak-anak, remaja, dan Orang tua, juga dari berbagai kalangan, pelajar, mahasiswa, pekerja ataupun ibu rumah tangga. Banyak pelanggan yang hanya untuk menyewa buku, ataupun hanya duduk menikmati suasana cafe, untuk membangun dua usaha dalam satu wadah yaitu book cafe diperlukan aturan yang jelas sehingga usaha yang satu tidak merugikan yang lainya. Segala bisnis usaha yang dijalankan oleh siapapaun bisa terjadi sebuah atau banyak hambatan yang bisa terjadi, tidak terlepas juga Book Cafe, mungkin ada beberapa hambatan yang kemungkinan bisa terjadi diantaranya yaitu : Stok atau koleksi komik yang masih sedikit atau minim bisa menjadi hal yang bisa mengganggu konsumen ketika datang akan menyewa komik, mereka bisa kecewa dong kok koleksi yang mereka cari tidak ada. Jika ada pembaca yang mencari komik tertentu dan stok belum ada, bilang kepada mereka akan segera dicarikan dan mohon untuk kembali di lain hari. Sampaiakan kepada mereka bahwa masukan mereka sangat penting sehingga membuat pembaca akan balik lagi walau koleksi mereka saat itu tidak ada. Keterlambatan pengembalian komik oleh peminjam bisa saja terjadi, untuk itu aturan juga harus ada denda didalamnya walau tidak seberapa karena untuk membuat pembaca juga disiplin dalam meminjam komik-komik anda. Sistem membership yang baik dengan data lengkap dan photokopi KTP bahkan meninggalkan KTP asli ketika menyewa komik adalah salah satu aturan yang bisa meminimalisir kemungkinan tidak dikembalikannya komik yang dipinjam pembaca. Konsumen yang cafe yang tidak sengaja merusak buku tersebut saat makan ataupun minum. Untuk itu diperlukan pula aturan tegas tentang tatacara peminjaman buku saat berada di cafe.
23
Daftar Pustaka David, Fred R. Strategic Management, Philippines: Prentice Hall, 1998. Davidson, Kenneth. Do megamergers make sense?, Journal of Business Strategy, 7, no. 3, Winter 1987, p. 45. Fournier, Susan dan John Deighton. Consumer Behavior Exercise A F, Harvard Business School, 8 May 1997. Kotler, Phillip, 2000, Marketing Management, New Jersey: Prentice Hall International, Inc.
Kotler Keller. Marketing Management, Terj. Bob Sabran, Jakarta: Erlangga, 2009 Pass, Christopher dan Bryan Lowes. Kamus Lengkap Bisnis, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1997. Porter, Michael A. What is strategy?, Harvard Business Review, November- December 1996, pp. 61-78. Porter, Michael A. Competitive Advantage: Creating and sustaining superior performance, New York: The Free Press, 1985. Porter, Michael A. Competitive Strategy: Techniques for analyzing industries and competitors, New York: The Free Press, 1980. Prasetijo, R., Ihalauw, J.J.O.I. 2005. Perilaku Konsumen. Yogyakarta: ANDI Offset. Umar, Husein. Riset Strategi Perusahaan, Jakarta: Gramedia, 1999.