You are on page 1of 38

Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm


150 2012 0092

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kanker atau karsinoma adalah pembentukan jaringan baru yang
abnormal dan bersifat ganas (malignal). Suatu kelompok sel
mendadak menjadi liar dan memperbanyak diri dengan pesat sekali
dan hampir semua organ dihinggapi penyakit ganas ini, termasuk
limfe, darah, sumsum dan otak. Saat ini telah banyak dilakukan
pengujian tentang kandungan kimia dari suatu bahan alam. Selain
bertujuan untuk menentukan zat yang berkhasiat pengujian tersebut
juga dimaksudkan untuk menentukan efek toksisitas senyawa tersebut.
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) merupakan salah satu metode
untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan
larva udang (Artemia salina Leach). Penelitian ini merupakan
penelitian pendahuluan dalam rangka menemukan senyawa sitotoksik
yang diharapkan dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi obat
anti kanker.
Pada praktikum ini digunakan air rebusan daun srikaya (Annona
squamosa Linn). Daun srikaya dikenal dapat mengobati penyakit
kanker, dimana penggunaannya dalam masyarakat secara turun
temurun yaitu dengan merebus daun srikaya tersebut kemudian
diminum air rebusan tersebut. Pada praktikum, rebusan daun srikaya


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

diujikan pada larva udang (Artemia salina Leach), dengan parameter
jumlah letalitas larva udang. Angka kematian larva udang dihitung
sebagai Median lethal concentration. Larva udang dianalogikan
sebagai sel kanker yang pertumbuhannya pesat.
Senyawa antikanker adalah sitotoksik. Hal ini berdasarkan
pemikiran bahwa efek farmakologi adalah toksikologi sederhana pada
dosis yang rendah dan besar, untuk itu Brine shrimp lethality test
dapat digunakan sebagai uji pendahuluan senyawa antikanker.
I.2 Maksud Praktikum
Maksud dari percobaan ini adalah untuk menganalisis efek toksik
dari infus daun srikaya (Annona squamosa Linn) terhadap larva udang
dengan metode BSLT (Brine shrimp lethality test).
I.3 Tujuan Percobaan
Untuk menentukan efek toksik dari infus daun srikaya (Annona
squamosa Linn ) terhadap larva udang dengan metode BSLT (Brine
shrimp lethality test).

I.4 Prinsip Percobaan
Penentuan toksisitas berdasarkan konsentrasi efektif pada
rebusan daun srikaya yang ditandai dengan adanya kematian pada
larva udang ( Artemia salina Leach ) selama 1 x 24 jam.




Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Kebanyakan obat dapat diukur aktivitasnya secara cepat dan
teliti dengan metode kimiawi atau fisika, dengan mnggunakan alat
modern, misalnya dengan spektrofotometer ultraviolet/infrared. Dan
polarograf. (Tjay, 2002, hal : 16)
Untuk obat yang struktur kimianya belum diketahui dan untuk
sediaan tak murni atau campuran dari beberapa zat aktif, metode ini
tidak dapat dilakukan. Obat-obat ini diukur dengan metode biologis,
yaitu dengan bio-assay, dimana aktivitas ditentukan oleh organisme
hidup (hewan, kuman) dengan membandingkan efek obat tersebut
dengan efek suatu standar internasional. (Tjay, 2002, hal : 16)
Bio-assay dan penggunaan satuan biologis umumnya
ditinggalkan segera setelah terwujud suatu metode fisiko-kimiawi;
selanjutnya kadar dinyatakan dalam gram atau mg. Cara inilah yang
dilakukan pada tubokurarin (1955), kloramfenikol (1956) dan penisilin
(1960). Obat-obatan yang dewasa ini masih distandarisasi secara
biologis adalah ACTH, antibiotika polimiksin dan basitrasin, vitamin A,
faktor pembeku darah, sediaan antigen dan antibodi, digitalis, pirogen
dan insulin (meskipun struktur kimia dan pemurniannya sudah
dikenal). (Tjay, 2002, Hal : 16)Uji toksisitas dilakukan untuk


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

mengetahui tingkat keamanan dan kebahayaan zat yang diuji. Adapun
sumber zat toksik berasal dari alam maupun bahan sintetik( Anonim,
2007, hal.9 ).
Ada beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi
diantaranya : (Mustchler, 1991. hal : 723)
1. Efek toksis akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan
zat toksik.
2. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit
diterima tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan
terakumulasi mencapai konsentrasi toksik dan dengan demikian
menyebabkan terjadinya gejala keracunan.
Efek toksik yang terjadi sangat bervariasi dalam sifat, organ
sasaran maupun mekanisme kejanya. Efek toksik dapat bersifat
(Anonim, 2007, hal.9 ) :
1. Lokal ; yaitu hanya terjadi pada tempat bahan toksik besentuhan
dengan tubuh, misalnya pada saluran pencernaan, iritasi gas, atau
uap saluan nafas
2. Sistemik ; terjadi hanya setelah toksikan tersekap dan tersebar
kebagian tubuh yang lain. Umumnya toksikan hanya
mempengaruhi satu atau baberapa organ saja.
3. Reversible ; bila efek yang ditimbulkan dapat hilang dengan
sendirinya atau dapat hilang beberapa waktu setelah pemaparan
toksikan tertentu.


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

4. Irreversible ; yaitu efek yang menetap atau justru bertambah parah
setelah pemaparan toksikan berhenti.
Kanker berasal dari bahasa Yunani yaitu kartunus : kepiting,
artinya pembentukan jaringan baru yang abnormal dan bersifat ganas,
suatu kelompok sel dengan mendadak menjadi liar dan
memperbanyak diri secara pesat dan terus-menerus( Ganiswarna,
1995 : 564 )
Adapun sifat Umum Kanker yaitu (Ganiswarna, 1995: 565 )
1. Pertumbuhan berlebihan umumnya berbentuk tumor
2. Gangguan deferensiasi dari sel dan jaringan sehingga mirip jaringan
mudigah
3. Bersifat invasif,mampu tumbuh dijaringan sekitar
4. Bersifat metastatik,menyebar ke tempat lain
5. Memiliki hereditas bawaan,turunan sel kanker juga dapat
menyebabkan kanker
6. Adanya pergeseran metabolisme
Belakangan ini telah banyak pengujian tentang toksisitas yang
dikembangkan untuk pencarian produk alam potensial sebagai bahan
antineoplastik, metode pengujian tersebut antara lain simple brench-top
bioassay (terdiri dari brine shrimp lethality test, lemna minor bioassay
dan grown-gall potato disc bioassay) dan pengujian pada sel telur bulu
babi ( Mclaughlin, 1991 , hal. 34 )


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

1. Dengan berdasarkan pemikiran bahwa efek farmakologi adaolah
toksikologi sederhanan pada dosis yang rendah dan sebagian besar
senyawa antitumor. Senyawa yang mempunyai kemampuan
membunuih sel kanker dalam dalam kultur sel. Pengujian ini adalah
pengujian letalitas yang sederhana dan tidak spesifik untuk aktufitas
tumor, tetapi merupakan andikator toksisitas yang baik dan
menunjukan korelasi yang kuat dengan pengujian anti tumor lainnya
seperti uji sitotoksitas dan uji leukemia tikus. Karena kesederhanaan
prosedur pengerjaan, biaya yang rendah serta kolerasinya terhadap
pengujian toksisitas dan pengujian antitumor menjadikan brine shrimp
lethality test sebagai uji hayati pendahuluan untuk aktifitas anti tumor
yang sesuai dan dapat dilakukan secara rutin.
2. Lemmna minor bioassay terutama digunakan sebagai uji pendahuluan
terhadap bahan yang dapat menghambat dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman. Dengan pengujian ini dapat diamati bahwa
senyawa anti tumor alami juga dapat menghambat pertumbuhan
lemmna, walaupun kolerasinya dengan pengujian anti tumor lanilla
kurang baik. Oleh karena itu, pengujian ini lebih diarahkan untuk
mencari herbisida dan stimulan pertumbuhan tanaman baru.
3. Grown-gall potato bioassay merupakan metode pengujian toksisitas
yang relatif cepat pengerjaannya, tidak mal, tidak memerlukan hewan
percobaan serta menunjukan korelasi yang Sangay baik dengan uji
antitumor lanilla. Disebabkan bakteri gram negatif agrobakterium


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

tumefaciens yang selanjutnya menyebabkan pertumbuhan jeringan
tumor secara otonom dan tidak dipengerahui oleh mekanisme control
normal tumbuhan. Pengujian dilakukan tumor grwon-gall pada urbi
kentang yang infeksikan dengan bakteri agrobakterim tumefaciens.
Suatu metode yang menggunakan udang laut artemiasalina leach
diajukan sebagai suatu bioassay sederhana untuk penelitian produk
alamiah hdala brine shrimp lethality test metode ini mangunakan hewan
uji artemia salina leach yang merupakan udang-udangan primitif
sederhana dan efektif dalam ilmu biologi dan toksikologi. Prosedur
penentuan LC
50
dalam mg/ml dari ekstrak dilakukan dalam mdium air
asin. Besarnya aktifitas adari ekstrak ditjukan sebagai toksisitas terhadap
larva udang( Anonim, 2007, hal.10 ).
Brine shrimp lethality test dalah uji pendahuluan suatu
senyawa yang memiliki keuntungan yaitu hasil yang diperoleh lebih cepat
(24 jam), tidak mahal, mudah pengerjaannya dari pengujian lainnya
karena tidak membutuhkan peralatan dan latihan khusus/ sampel yang
digunakan relatif sedikit. Efek toksik dapat diketahui atau diukur dari
kematian larva karena pengaruh bahan uji ( Anonim, 2007, hal.10 ).
Pengertian tentang LC
50
adalah konsentrasi dari statu senyawa
kimia diudara atau dalam air yang dapat menyebabkan 50% kematian
pada statu populasi hewan uji atau makhluk hidup tertentu.
Sedengkan LD
50
adalah dosis dari statu senyawa kimia yang dapat
menyebabkan 50% kematian hewan uji yang diberikan pada setiap


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

individu yang telah ditentukan atau yang lebih tepat dalah dosis
tunggal yang diperoleh secara statistik dari suatu bahan yang dapat
menyebabkan 50% kematian hewan uji ( Mayer , 1982, hal. 31-34 )
Penggunaan LC
50
dimaksudkan untuk pengujian ketoksikan
dengan perlakuan terhadap hewan uji secara berkelompok yaitu pada
saat hewan uji dipaparkan suatu bahan kimia melaluui udara maka
hewan uji tersebut akan menghirupnya atau percobaan toksisitas
dengan media air. Sedangkan LD
50
digunakan untuk menguji
ketoksikan suatu bahan kimia dengan rute pemberian secara oral atau
intraperitonial pada hewan uji ( Mayer , 1982, hal. 31-34 ).
Nilai LC
50
dapat digunakan untuk menentukan tingkat efek
toksik suatu senyawa sehingga dapat juga untuk mempediksi
potensinya sebagai anti kanker( Anonim, 2007, hal.9 ).
Siklus hidup Artemia silina bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau
telur. Setalah 15-20 jam pada suhu 25C kista akan menetasa menjadi embrio.
Dalam waktu bebrapa jam embrio ini masih akan menempel pada kulit kista. Pada
fase ini embrio akan menyelesaikan perkembangannya kemudiaan berubah
menjadi naupli yang sudah akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan
berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia
yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan dan anusnya belum
terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan akan
memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan
pakan mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainny. Pada dasarnya mereka


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

tidak akan pedulih (tidak pemilih) jenis pakan yang dikomsumsinya selama
bahan tersebut diair dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit
selama 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam waktu 8 hari. Artemia dewasa
rata-rata berukuran sekitar 8 mm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat
mereka dapat mencapai ukuran sampai 20 mm. Pada kondisi demikian biomasnya
mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.

Gambar siklus hidup Artemia silina
Dalam tingkat salinitas rendah dan dengan pakan yang optimal, betina
Artemia bisa mengahasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa
hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10
-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan
dan memproduksi nauplii atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

akan terbentuk apabila lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan
pakana sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan
malam hari (Http://www.o-fish.com/pakanikan/artemia.php)
Artemia dewasa toleran terhadap selang suhu 18 hingga
40C. Sedangkan tempertur optimal untuk penetasan kista dan pertubuhan adalah
25-30C. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-
masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30 - 35 ppt, dan mereka
dapat hidup dalam air tawar salama 5 jam sebelum akhirnya mati (Http://www.o-
fish.com/pakanikan/artemia.php)
Variabel lain yang penting adalah pH, cahaya dan oksigen. pH dengan
selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5
atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan
dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan
mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup
Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan
Artemia. Dengan suplai oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning
atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka
banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia
akan tumbuh dan beranak-pinak dengan cepat. Sehingga suplai Artemia untuk
ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen
dalam air rendah, dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabila salintas
meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir
(yeast). Pada kondisi demikian mereka akan memproduksi hemoglobin sehingga


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

tampak berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka
akan mulai memproduksi kista (Http://www.o-
fish.com/pakanikan/artemia.php)
Dekapsulisasi dapat meningkatkan peresentase keberhasilan sampai
dengan 10%. Penetasan dapat dilakukan pada semua jenis wadah.. Untuk
mempermudah "pemanenan" penetasan bisa dilakukan dalam akuarium berbentuk
prisma terbalik, atau berdasarkan prinsip "kamar gelap dan terang". Pemanenan
paling mudah dilakukan dengan cara di siphon (Http://www.o-
fish.com/pakanikan/artemia.php)
Dekapsulisasi merupakan suatu proses untuk menghilangkan lapisan
terluar dari kista artemia yang "keras" (korion). Proses ini setidaknya akan
mempermudah "bayi" artemia untuk keluar dari "sarang"nya. Dan kalaupun tidak
berhasil "menetas", kista yang telah didekapsulisasi masih bisa diberikan kepada
ikan/burayak dengan aman, karena korionnya sudah hilang, sehingga akan dapat
dicerna dengan mudah. Disamping itu proses ini juga sekaligus merupakan proses
disinfeksi terhadap kontaminan seperti bakteri, jamur, dan lain-lain
(Http://www.o-fish.com/pakanikan/artemia.php)
Ad(a beberapa kemungkinan untuk menggolongkan toksikologi
diantaranya : Mustchler, 1991)
3. Efek toksis akut, yang langsung berhubungan dengan pengambilan zat toksik.
4. Efek toksik kronik, yang pada umumnya zat dalam jumlah sedikit diterima
tubuh dalam jangka waktu yang lama sehingga akan terakumulasi mencapai


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

konsentrasi toksik dan dengan demikian menyebabkan terjadinya gejala
keracunan.
Efek samping toksik bergantung pada dosis dan spesifik bagi obat.
Sepanjang diberikan dosis yang cukup tinggi, efek samping toksik terjadi pada
setiap orang (Mustchler, 1991).
Kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 setelah penyakit
kardiovaskular. Kuran dari dapat disembuhkan hanya dengan pembedahan atau
radiasi lokal, sisanya memerlukan kemoterapi sistemik selama sakitnya. Sebagian
kecil (kira-kira 10%) menderita neoplasma khusus, kemoterapi dapat
menyembuhkan atau memberikan remisi yang lama (Mycek, 2001).
Kemoterapi kanker merusak dan mematikan sel sehingga
menghentikan perkembangan tumor. Umumnya, serangan bersifat langsung
terhadap tempat-tempat terjadinya metabolisme sel dalam replikasi sel, misalnya
tersedianya prekursor urine dan pirimidin untuk proses sintesis RNA dan DNA
(Mycek, 2001).
Toksikologi sangat luas cakupannya. Ia menangani penelitian
toksisitas bahan-bahan kimia yang digunakan antara lain (Lu, 1995)
1. Di bidang kedokteran untuk tujuan diagnostik, pencegahan dan terapeutik.
2. Dalam industri makanan sebagai zat tambahan langsung maupun tidak
langsung.
3. Dalam pertanian sebagai peptisida, zat pengatur pertumbuhan, penyerbuk
buatan dan zat tambahan makanan hewan.
II.2 Uraian Bahan


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

1. Air laut (http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com)
Komposisi :
Air 96,5 %
Garam 3,5 %
Dalam 3,5 garam mengandung :
a. Senyawa klorida 55 % wt
b. Senyawa sulfat 7,7 % wt
c. Sodium 30,6 % wt
d. Calsium 1,2 % wt
e. Potassium 1,1 % wt
f. Magnesium 3,7 % wt
g. Lain-lain 0,7 % wt
2. Air Suling (Ditjen POM,1979)
Nama resmi : Aqua destillata
Sinonim : Air suling, aquadest
RM/BM : H
2
O / 18,02
Rumus bangun : H-O-H
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna; tidak
berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Ragi (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : Ekstrak ragi


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Sinonim : Sari ragi
Pemerian : Kuning kemerahan sampai coklat, bau
khas tidak busuk
Kelarutan : Larut dalam air, membentuk larutan
kuning sampai coklat, bereaksi asam
lemah
Penyimpanan : Dalam wadah tertrutup baik.
Kegunaan : Sebagai sumber makanan Artemia salina
Leach
II.3 Uraian Hewan Coba
II.3.1. Klasifikasi (Mudjiman, 1998)
Filum : Arthopoda
Divisio : Crustaceae
Subdivisio : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Famili : Artemiidae
Genus : Artemia
Species : Artemia salina Leach
II.3.2. Morfologi (Mudjiman, 1998)
Udang (Artemia salina) mengalami beberapa fase hidup,
tetapi secara jelas dapat dilihat dalam tiga bentuk yang sangat
berlainan, yaitu bentuk telur, larva (nauplii) dan artemia
dewasa. Telur yang baru dipanen dari alam berbentuk bulat


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

dengan ukuran 0,2-0,3 mm. Telur yang menetas akan berubah
menjadi larva. Telur yang baru menetas ini berukuran kurang
lebih 300 . Dalam pertumbuhannya larva mengalami 15 kali
perubahan bentuk yang merupakan satu tingkatan hidup,
setelah itu berubah menjadi artemia dewasa.
Waktu yang diperlukan sampai menjadi artemia dewasa
umumnya sekitar 2 minggu. Berbentuk silinder dengan panjang
12-15 mm. Tubuh terbagi atasl bagian kepala, dada dan perut.
Pada bagian kepala terdapat 2 tangkai mata, 2 antena dan dua
antenula. Dada terbagi atas 12 segmen yang masing-masing
mempunyai sepasang kaki renang. Perut ternagi atas 8
segmen. Dapat hidup dalam air dengan suhu 25
o
-30
o
C dan pH
sekitar 8-9.

II.3. 3. Uraian Tentang Larva (Mudjiman, 1998)
Telur-telur yang kering direndam dalam air laut yang
bersuhu 25
o
C akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Dari
dalam cangkangnya keluarlah burayak (larva) yang juga dikenal
dengan istilah nauplius. Dalam perkembangan selanjutnya,
burayak akan mengalami 15 kali perubahan bentuk
(metamorfosis). Burayak tingkat I dinamakan instar, tingkat II
instar II, tingkat III Instar III, demikian seterusnya sampai Instar
XV. Setelah itu berubahlah mereka menjadi artemia dewasa.


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Burayak yang baru saja menetas masih dalam tingkat
Instar I bentuknya bulat lonjong dengan panjang sekitar 400
mikron (0,4 mm) dan beratnya 15 mikrogram. Warnanya
kemerah-merahan karena masih banyak mengandung
makanan cadangan. Oleh karena itu, mereka masih belum
perlu makanan.
Anggota badannya terdiri dari sungut kecil (antenula atau
antena I dan sepasang sungut besar (antenna II). Dibagian
depan diantara kedua sungut kecilnya terdapat bintik merah
yang tidak lain adalah mata naupliusnya (oselus). Dibelakang
sungut besar terdapat sepasang mandibula (rahang) dan
rudimenter kecil. Sedangkan dibagian perur (ventral) sebelah
depan terdapatlah labrum.
Pada pangkal sungut besar (antena II) terdapat bangunan
seperti duri yang menghadap ke belakang (gnotobasen seta)
bangunan ini merupakan cirri khusus untuk membedakan
burayak instar I, instar II dan instar III. Pada burayak instar I
(baru menetas) gnotobasen setanya masih belum berbulu dan
juga belum bercabang.
Sekitar 24 jam setelah menetas, burayak akan berubah
menjadi instar II. Lebih lama lagi akan berubah menjadi instar
III.Pada tingkatan II, gnotobasen setanya sudah berbulu tapi


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

masih belum bercabang. Sedangkan pada instar III, selain
berbulu gnotobasen seta tersebut sudah bercabang II.
Pada tingkatan instar II, burayak mulai mempunyai mulut,
saluran pencernaan dan dubur. Oleh karena itu, mereka mulai
mencari makan, bersamaan dengan itu, cadangan makanannya
juga sudah mulai habis. Pengumpulan makanannya dengan
cara menggerak-gerakkan antena II-nya. Selain itu untuk
mengumpulkan makanan antena II juga berfungsi untuk
bergerak. Tubuh instar II dan instar III sudah lebih panjang dari
instar I.
Pada tingkatan selanjutnya, disebelah kanan dan kiri mata
nauplius mulai terbentuk sepasang mata majemuk. Mula-mula
masih belum bertangkai. Kemudian secara berangsur-angsur
berubah menjadi bertangkai. Selain itu, dibagian samping
badannya (kanan dan kiri) juga berangsur-angsur tumbuh tunas
kakinya (torakopada). Mula-mula tumbuh dibagian depan
kemudian berturut-turut disusul oleh bagian-bagian yang lebih
ke belakang. Setelah menjadi instar XV, kakinya sudah lengkap
sebanyak 11 pasang, maka berakhirlah masa burayak, dan
berubah menjadi artemia dewasa.
II.4 Uraian Sampel
II.4.1 Klasifikasi Srikaya(Syamsuhidayat, 1991)
Divisi : Spermatophyta


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Ranunculales
Suku : Annonaceae
Marga : Annona
Spesies : Annona squamosa Linn
II.4.2. Morfologi Srikaya(Syamsuhidayat, 1991).
Kulit pohon tipis berwarna keabu-abuan, getah kulitnya
beracun. Batangnya (pada dahan) coklat muda, bagian
dalamnya berwarna kuning muda dan agak pahit. Pada bagian
ranting berwarna coklat dengan bintik coklat muda, lenti sel kecil,
oval, berupa bercak bulat pada batang.
Daun tunggal, bertangkai, kaku, letaknya berseling. Helai
daun berbentuk lonjong hingga jorong menyempit, ujung dan
pangkal runcing, dasar lengkung, tepi rata, panjang 5-17 cm,
lebar 2-7,5 cm, permukaan daun berwarna hijau, bagian bawah
hijau kebiruan, sedikit berambut atau gundul. Rasanya pahit,
sedikit dingin. Tangkai daun 0.4-2,2 cm panjangnya.
Bunganya bergerombol pendek menyamping dengan
panjang sekitar 2.5 cm, sebanyak 2-4 kuntum bunga kuning
kehijauan (berhadapan) pada tangkai kecil panjang berambut
dengan panjang 2 cm, tumbuh pada ujung tangkai atau ketiak
daun. Daun bunga bagian luar berwarna hijau, ungu pada bagian


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

bawah, membujur, panjangnya 1.6-2.5 cm, lebar 0,6-0,75 cm.
Daun bunga bagian dalam sedikit kebih kecil atau sama
besarnya. Terdapat banyak serbuk sari, bererombol, putih,
panjang kurang dari 1.6 cm, putik berwarna hijau muda. Tiap
putik membentuk semacam kutil, panjang 1.3-1.9 cm, lebar 0,6-
1,3 cm yang tumbuh menjadi kelompok-kelompok buah.
Berbunga dengan bantuan kumbang nitidula.
Buahnya buah semu, berbentuk bola atau kerucut atau
menyerupai jantung, permukaan berbenjol-benjol, warna hijau
berbintik (serbuk bunga) putih, penampang 5-10 cm,
menggantung pada tangkai yang cukup tebal. Jika masak, anak
buah akan memisahkan diri satu dengan yang lain, berwarna
hijau kebiruan. Daging buah berwarna putih semikuning, berasa
manis. Biji membujur di setiap karpel, halus, coklat tua hingga
hitam, panjang 1,3-1,6 cm. Biji masak berwarna hitam
mengkilap.
II.4.3. Kandungan Kimia
Secara umum, tanaman srikaya mengandung skuamosin,
asimicin (Taylor and Francis, 1999), atherospermidine (Petasai,
1986), lanuginosin, alkaloid tipe asporfin (anonain) dan
bisbenziltetrahidroisokinolin (retikulin). Pada organorgan
tumbuhan ditemukan senyawa sianogen. Pulpa buah yang telah
masak ditemukan mengandung sitrulin, asam aminobutirat,


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

ornitin, dan arginin. Biji mengandung senyawa poliketida dan
suatu senyawa turunan bistetrahidrofuran; asetogenin
(skuamostatin C, D, anonain, anonasin A, anonin 1, IV, VI, VIII,
IX, XVI, skuamostatin A, bulatasin, bulatasinon, skuamon,
ncoanonin B, neo desasetilurarisin, neo retikulasin A,
skuamosten A, asmisin, skuamosin, sanonasin, anonastatin,
neoanonin). Juga ditemukan skuamosisnin A, skuamosin B, C,
D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N; skuamostatin B, asam lemak,
asam amino dan protein. Komposisi asam lemak penyusun
minyak lemak biji srikaya terdiri dari metil palmitat, metil stearat,
metil linoleat. Daun mengandung alkaloid tetrahidro isokuinolin,
p-hidroksibenzil-6,7-dihidroksi-1,2,3,4-tetrahidroisokinolin
(demetilkoklaurin=higenamin). Bunga mengandung asam kaur-
1,6-ene-1,9-oat diinformasikan sebagai kornponen aktif bunga
srikaya. Akarnya mengandung flavonoid, borneol, kamfer,
terpen, alkaloid anonain, saponin, tanin, dan polifenol. Kulit kayu
mengandung flavonoid, borneol, kamfer, terpen, dan alkaloid
anonain. Buah muda mengandung tanin.
II.4.4 Penelitian Antikanker
Senyawa-senyawa asetogenin (skuamostanin A, B, C,
dan D) serta annotemoyin-1 dan -2, dan glukopiranosid kolesteril
pada srikaya memiliki efek sitotoksik (Yang et al., 2009, Rahman
et al., 2005), inhibitor agregasi platelet (Yang et al., 2002),


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

inhibitor replikasi HIV (Wu et al., 1996), agen antidiabetes
(antihiperglikemik) dan antioksidan (Kaleem et al., 2006, Panda
and Kar, 2007), pestisida (Jaswanth, 2002), serta dapat
digunakan dalam terapi Neisseria gonorrhea (Shokeen, 2005).
Kandungan skuamosinnya berfungsi sebagai insektisida,
sementara kandungan ascimicinnya memiliki efek antileukemia
(Taylor and Francais, 1999). Caryophyllene oxide pada kulit
batang memiliki aktivitas analgesik dan antiinflamasi (Chavan,
2009), serta cyclosquamosin D pada biji terbukti menunjukkan
inhibisi sitokin proinflammatory pada makrofag J774A.1
terinduksi Pam3Cys (Yang, et al., 2008).
Ekstrak air dan organik Annona squamosa menginduksi
apoptosis sel BC-8, dengan menginduksi fragmentasi DNA dan
aktivasi caspase-3. Pengamatan dengan flowcytometry
menunjukkan terbentuknya badan apoptosis setelah inkubasi sel
setelah diterapi dengan ekstrak selama 24 jam. Selain aktivasi
caspase-3, kedua ekstrak juga meregulasi ekspresi gen Bcl dan
Bcl
XL
yang berperan dalam induksi apoptosis (Pardharasardhi et
al., 2004)
II.5. Prosedur Kerja (Anonim,2013)
II.5.1. Penyiapan Larva
Sebanyak 50 mg telur Artemia Salina Leach,
direndam dalam 200 ml air laut pada konndisi pH 7-8 di


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

bawah cahaya lampu dan suhu 25
o
C dan dilengkapi dengan
aerator. Telur udang akan akan menetas setelah 24 jam dan
menjadi larva. Larva yang telah berumur 2 hari (48 jam)
digunakan sebagai hewan uji aktivitas ketoksikan.
II.5.2 Pelaksanaan Pengujian
Sampel uji yang telah ditimbang dilarutkan dengan
metanol hingga diperoleh konsentrasi 2 mg/ml sebagai
larutan persediaan. Dari persediaan tersebut dipipet ke
dalam vial masing-masing 1, 10, 100, 1000, dan 10.000 l
dengan menggunakan mikropipet. Kemudian pelarutnya
diuapkan lalu ditambahkan 5 ml air laut. Untuk ekstrak yang
tidak larut dalam air laut sebelumnya dilarutkan dengan
metanol 1%. Kontrol dibuat dengan menggunakan metanol
1% dibuat dengan perlakuan yang sama dengan sampel.










Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092









BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat Yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah aerator,
batang pengaduk,corong, gelas kimia, keranjang, karet gelang, kertas
perkamen, kompor, lampu 5 watt dan perangkatnya, mikropipet,
neraca analitik, pipet tetes, selang infus, sendok tanduk, spoit 5 ml,
toples,vial dan zak plastik.
III.2 Bahan Yang Digunakan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah air laut,
air suling, ragi, aluminium foil dan rebusan daun srikaya.
III.3 Cara Kerja
III.3.1 Penyiapan Hewan Coba


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Kemudian zak plastik di pasangkan di toples dengan
membentuk kerucut dibagian dalam yang diikat dengan
karet gelang
3. Kemudian diisi dengan air laut dan dimasukkan larva udang
(Artemia salina) dan sisi terbuka disinari dengan cahaya
lampu 5 watt setelah 48 jam nauplii tersebut sudah dapat
digunakan sebagai hewan uji.


III.3.2 Pembuatan Bahan
1. Rebusan Daun Srikaya
Disiapkan Alat dan bahan, kemudian dipanaskan air
dan daun srikaya sampai mendidih dan dipisahkan air
rebusan dan daunnya kemudian disimpan rebusan daun
srikaya tersebut dalam gelas kimia dan siap digunakan
2. Pembuatan suspensi ragi
Disiapkan alat dan bahan, kemudian ditimbang ragi
100 mg ditambahkan dengan 10 ml air laut lalu diaduk lagi
hingga homogen, kemudian disimpan ragi tersebut dalam
gelas kimia dan siap digunakan.
III.3.3 Perlakuan Hewan Coba


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Dipipet
rebusan daun srikaya dengan menggunakan mikropipet
kedalam masing-masing 3 vial yang berisi sesuai konsentrasi
yang telah ditetapkan yaitu 1 g/ml, 10 g/ml dan 100 g/ml
dan 1000 g/ml lalu dicukupkan volumenya hingga 5 ml
kemudian kedalam tiap vial ditambahkan dimasukkan 10 ekor
larva udang (Artemia salina Linn) dan ditambahkan dengan 3
tetes ragi dan dicukupkan 10 ml air laut dan ditutup
menggunakan aluminium foil dan diberi beberapa lubang lalu
diinkubasi selama 1x24 jam kemudian diamati jumlah larva
yang mati setelah 24 jam dan diamati LC
50
dan LC
80
.
Dilakukan 3 kali replikasi.










Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092







BAB IV
HASIL PENGAMATAN
Konsentrasi N R P y
1 30 7 23,33 % 4,29
10 30 7 23,33 % 4,29
100 30 19 63,33 % 5,33
1000 30 27 90 % 6,25
Control 30 5 16,67 % 4,05

Keterangan
n = jumlah total larva udang yang digunakan
r = jumlah total respon kematian larva ua\dang
P = persentase total kematian larva udang
Y = nilai probit




Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092








BAB V
PEMBAHASAN
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau
kegagalan mekanisme pengatur multipikasi dan fungsi homeostatis
lainnya pada organisme multiseluler.
BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) merupakan salah satu metode
untuk skrining terhadap senyawa sitotoksik dengan menggunakan
larva udang (Artemia salina Leach). Pengujian ini merupakan
pengujian pendahuluan dalam rangka menemukan senyawa sitotoksik
yang diharapkan dalam perkembangan selanjutnya dapat menjadi obat
anti kanker. Larva udang (Artemia salina Leach) dianalogikan sebagai
sel tubuh yang tumbuh dengan cepat. Parameter dalam percobaan ini
adalah melihat jumlah kematian dari larva udang (Artemia


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

salina Leach) dengan sampel air rebusan daun srikaya (Annona
squamosa Linn). Dimana daun srikaya (Annona squamosa Linn) ini
dipercaya secara turun-temurun dapat mengobati penyakit kanker.
Langkah awal dari metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test)
adalah penetasan telur udang. Faktor yang mempengaruhi penetasan
telur udang antara lain : cahaya, oksigen dari aerator, dan pH 6-7
(netral). Larva yang digunakan berusia 48 jam ( 2 hari ), karena pada
usia tersebut larva sudah mampu mencari makanan sendiri. Kemudian
sampel air rebusan daun srikaya (Annona squamosa Linn) diujikan
pada larva udang (Artemia salina Leach) dengan variasi konsentrasi
yaitu 1 g/ml, 10 g/ml, 100 g/ml, 1000 g/ml, dan control negatif.
Variasi konsentrasi dimaksudkan untuk melihat konsentrasi yang
memberi efek toksisitas yang tinggi. Sedangkan control negatif yang
menggunakan air laut tanpa sampel dimaksudkan untuk melihat
perbandingan jumlah kematian pada larutan sampel dengan larutan
control. Sumber makanan bagi larva selama pengujian digunakan
larutan ragi.
Pada percobaan, diperoleh jumlah kematian pada konsentrasi
1g/ml sebanyak 23,33%, 10 g/ml sebanyak 23,33%, 100 g/ml
sebanyak 63,33%, 1000 g/ml sebanyak 90%, dan pada larutan
control sebanyak 16,67. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi dari sampel air rebusan daun srikaya (Annona
squamosa Linn) maka semakin tinggi pula efek toksisitasnya.


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Pengujian terhadap rebusan daun srikaya (Annona
squamosa Linn) disimpulkan bahwa Lc
50
larva udang (Artemia salina
Leach) adalah 50,59197481 g/ml - 17,81853181 g/ml dan Lc
80
adalah 128,2374206g/ml sehingga dapat dikatakan rebusan daun
srikaya (Annona squamosa Linn) pada percobaan ini memiliki potensi
toksisitas menurut metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test).


BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa LC
50
dari Larva
udang (Artemia salina Leach) adalah 17,81853181 g/ml -
50,59197481 g/ml, dan LC
80
larva udang (Artemia salina Leach)
adalah 0,152931288 g/ml -128,2374206 g/ml. Sampel air rebusan
daun srikaya (Annona squamosa Linn) memiliki sifat toksik terhadap
larva udang (Artemia salina Leach).
VI.2 Saran


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Praktikan diberi kesempatan untuk memperbaiki laporan ketika
ada kesalahan dalam penyusunan.







DAFTAR PUSTAKA
Calleja, M.C. and Persoone, G.: 1992, 'Cyst-Based Toxicity Tests', ATLA
20, 396405.

Carballo JL, Hernandez-Inda ZL, Perez P, Garcia-Gravaloz MD.
Comparison between two brine shrimp assays to detect in vitro
cytotoxicity in marine natural
Harborne, 1999, Phytochemical Dictionary Second Edition, Taylor and
Francis.
Jaswanth, A., 2002, Evaluation of mosquitocidal activity of Annona
squamosa leaves against filarial vector mosquito, Culex
quinquefasciatus Say., Department of Pharmacology, Periyar
College of Pharmaceutical Sciences for Girls, Tiruchirappalli, 620
021, India.
M., Kaleem, 2006. Antidiabetic and antioxidant activity of Annona
squamosa extract in streptozotocin-induced diabetic rats,
Department of Biochemistry, Faculty of Life Sciences, Aligarh Muslim
University, Aligarh 202002, India.


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Mudjiman, A. 1998. Udang Renik Air Asin. Bhrata Karya Aksara:Jakarta.
Mukhlesur Rahman M., Parvin S., Ekramul Haque M., Ekramul Islam M.,
and Mosaddik M.A., 2005, Antimicrobial and cytotoxic constituents
from the seeds of Annona squamosa, Fitoterapia.76(5):484-9.
P. Shookeen, 2005. Preliminary studies on activity of Ocimum sanctum,
Drynaria quercifolia, and Annona squamosa against Neisseria
gonorrhoeae, Ambedkar Center for Biomedical Research, University
of Delhi, Delhi, India.
Petasai, M.S., 1986, Thesis, Fac.Pharm.Sci., Chulalongkorn Univ.,
Bangkok.products. BMC Biotechnology. 2002;2:1472-6570.
S., Panda, 2007, Antidiabetic and antioxidative effects of Annona
squamosa leaves are possibly mediated through quercetin-3-O-
glucoside, School of Life Sciences, Devi Ahilya University, Takhshila
Campus, Indore-452017, Madhya Pradesh, India.
Syamsuhidayat, Sri Sugati, and Johnny Ria Hutapea, 1991, Inventaris
Tanaman Obat Indonesia (I), Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Y.C., Wu, 1996, Identification of ent-16 beta, 17-dihydroxykauran-19-oic
acid as an anti-HIV principle and isolation of the new diterpenoids
annosquamosins A and B from Annona squamosa, Graduate
Institute of Natural Products, Kaohsiung Medical College, Taiwan,
Republic of China.
Y.L., Yang, 2002, New ent-kaurane diterpenoids with anti-platelet
aggregation activity from Annona squamosa, Graduate Institute of
Natural Products, Kaohsiung Medical University, Taiwan, Republic of
China.
Yang H., Zhang N., Li X., He L., and Chen J., 2009, New nonadjacent bis-
THF ring acetogenins from the seeds of Annona squamosa.,
Fitoterapia.
Yang H.J., Li X., Zhang N., Chen J.W., Wang M.Y., 2009, Two new
cytotoxic acetogenins from Annona squamosa., J Asian Nat Prod
Res. 11(3):250-6.
Http://www.o-fish.com/pakanikan/artemia.php



Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092









LAMPIRAN
1. Skema Kerja
Sampel Rebusan Daun Srikaya
0,1, 1, 10, dan 100 g/ml

Dimasukkan dalam vial dan dicukupkan 5 ml air laut

Masukkan 10 ekor larva udang (Artemia salina Leach)

Dicukupkan 10 ml air laut

Diinkubasi 1x24 jam



Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Dihitung LC
50








PERHITUNGAN
Konsentrasi N R p y
1 30 7 23,33 % 4,29
10 30 7 23,33 % 4,29
100 30 19 63,33 % 5,33
1000 30 27 90 % 6,25
Control 30 5 16,67 % 4,05

Keterangan
n = jumlah total larva udang yang digunakan
r = jumlah total respon kematian larva ua\dang
P = persentase total kematian larva udang
Y = nilai probit

Konsentrasi
Sampel
Kematian Larva % Kematian


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

1g/ml 7 23,33 %
10g/ml 7 23,33 %
100g/ml 19 63,33 %
1000g/ml 27 90 %
Control 5 16,67 %

y = a + bx
x = log [ ]
y = probit


X x
2
Y y
2
x.y
1 1 4,29 18,4041 4,29
2 4 5,33 28,4089 10,66
3 9 6,25 39,0625 18,75
= 6 = 14 = 15,87 = 85,8755 = 33,7

a =

2

(
2
)
2

=
14 1587 6 337
3 146
2
=
222182022
4236
= 3,33
b =

(
2
)
2

=
3 3376 1587
3 146
2
=
101 9522
4236
= 0,98
y = 3,33 + 0,98 x


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

Untuk Lc
50

y = a + bx
probit 50 = a + b [log Lc]
5 = 3,33 + 0,98 [log Lc]
Log Lc
50
=
5333
098
= 1,70408163265306g/ml
Lc
50
= anti log 1,70408163265306g/ml
= 50,59197481g/ml

Untuk Lc
80

y = a + bx
probit 50 = a + b [log Lc]
5,84 = 3,33 + 0,98 [log Lc]
Log Lc
80
=
584333
098
= 2,56122449g/ml
Lc
80
= anti log 2,56122449 g/ml
= 364,1031949g/ml
Standar Defiasi
X N Y w n.w
1 30 4,29 0,532 15,96


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092

2 30 5,33 0,616 18,48
3 30 6,25 0,336 10,08
44,52
y = a + bx
= 3,33 + 0,98 (1)
= 4,31
=
1

=
1
098
= 1, 020408163
SE log Lc
50
=


=
148163
4452
= 0,152931288
SE Lc
50
=Lc
50
x 2,303 x SE log Lc
50

= 50,59197488g/ml x 2,303 x 0,152931288
= 17,81853181 g/ml
SE log Lc
80
=


=
148163
4452
= 0,152931288
SE Lc
80
=Lc
80
x 2,303 x SE log Lc
80

= 364,1031949 g/ml x 2,303 x 0,152931288
= 128,2374206g/ml



Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092










Daur Hidup Larva :


Antikanker

Husnul Khatimah Ulfa SUKRIANI KURSIA,S.Farm
150 2012 0092


Alat Penetasan Larva :

You might also like