You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEGAWATAN KONTUSIO PULMONAL DAN

KARDIAL




DISUSUN OLEH :







KONTUSIO PARU
A. PENGERTIAN
Kontusio paru adalah memar atau peradangan pada paru yang dapat terjadi
pada cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda
berat. Kontusio pulmonal adalah kerusakan jaringan paru yang terjadi pada
hemoragi dan edema setempat. Kontusio paru berhubungan dengan trauma
dada ketika terjadi kompresi dan dekompresi cepat pada dinding dada, (trauma
tumpul).

B. ETIOLOGI
Trauma thorax, trauma tumpul thorax, pada trauma tajam dengan mekanisme
perdarahan dan edema perenkim
Kecelakaan lalu lintas

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi kontusio paru antara lain :
Takipneu
Takikardi yang hebat,
Nyeri dada pleuritik,
Hipoksmia dan sekresi semu darah sampai takipneu,
Krekels,
Perdarahan jlas
Hipoksemia berat
Asidosis respirasi
Perubahan kesadaran akibat hipoksia
Rongsen dada dapat menunjukan infiltrasi paru. Rongsen dada awal
dapat menunjuknan tidak ada perubahan dan pada kenyataannya
perubahan mungkin tidak tampak satu atau dua hari setelah serangan
awal.


D. PENGKAJIAN
AIRWAYS :
o Kelancaran jalan nafas,
o Jika penderita dapat bicara, mengindikasikan airwaysnya baik,
o Identifikasi kemungkinan obstruksi airways (oleh benda asing,
fraktur wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau
trachea, frakturservikal)
BREATHING
o Melibatkan paru, dinding dada dan diafragma harus dievaluasi
secara cepat
o Dada pasien dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan
o Auskultasi untuk memastikan udara masuk kedalam paru
o Perkusi untuk menilai adanya udara atau darah masuk pada
rongga pleura
o Inspeksi dan palpasi dapat menilai kelainan dinding dada

CIRCULATION
o Penilaian volume darah dan CO
Tingkat kesadaran : akibat penurunan darah ke otak,
Warna kulit (dapat membantu diagnosis hipovolemik) : wajah
yang pucat keabuab, kulit ekstremitas pucat menandakan
hipovoilemik
Nadi, periksa nadi yang besar (femoralis , karotis) untuk
kekuatan, kecepatan dan irama:
- Tidak cepat, kuat , teratur = normovolemi
- Cepat, kecil : hipovolemi
- Tidak teratus = biasanya gg jantung
- Tidak ditemukan = peril resusitasi segera
Penilaian perdarahan : ada tidak perdarahan luar , perdarahan
juga bias terjadi di dalam / internal/ tidak terlihat

D
o Tingkat kesadaran, ukuran pupil dan reaksi pupil, tanda laterasi ,
tingkat / level cedera spinal
o Tingkat kesadaran dapat dinilai dengan GCS
o Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh penurunan
oksigenasi (hipoksi) atau hipoperfusi (hipovolemi) ke otak

E. PENATALAKSANAAN
A :
o Usaha untuk membebaskan airways harus melindungi vertebra
servikal
o Dapat dengan chin lift atau jaw thrust, naso-pharingeal airway atau
oropharingeal airway
o Selama memeriksa dan memperbaiki airway tidak boleh dilakukan
ekstensi, fleksi atau rotasi leher
o Pertimbangan bantuan airway definitive (krikotirotomi, ETT, dll)
B:
o Kontrol airways pada penderita yang airwaysnya terganggu kerena
factor mekanik, gangguan ventilasi atau gangguan kesadaran, bias
dengan intubasi ETT (oral/nasal), jika ETT tidal bias maka lakukan
krikotiroidotomi
o Setiap penderita trauma, beri oksigen, jika tidak intubasi bias pakai
sungkup
C :
o Jika ada perdarahan arteri luar, harus segera dihentikan, bias
dengan balut tekan atau dengan spalk udara. Jangan pakai
tourniquet karena dapat merusak jaringan dan menyebabkan
iskemia distal
o Jika ada gangguan sirkulasi pasang iv line
o Infuse RL / kristaloid lain
o Jangan beri vasopresor, steroid, bicarbonate natricus
Tambahan :
o Monitor EKG
o Pasang DC, NGT
o Rontgen
Tujuan :
- Mempertahankan oksigenasi
- Mencegah / mengurangi edema
- Tindakan bronchial toilet, batasi pemberian cairan (iso/hipotonik),
oksigenasi, control nyeri, diuretika, bila perlu ventilator dengan
tekanan positif (PEEP >5)
- Intubasi ET untuk dapat melakukan penyedotan dan memasang
ventilasi mekanik dengan PEEP


F. DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak
maksimal karena akumulasi udara/cairan.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.

G. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekspansi paru yang tidak
maksimal karena trauma.
Tujuan : Pola pernapasan efektive.
Kriteria hasil :
- Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektive.
- Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
- Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Intervensi :
a. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dnegan peninggian kepala
tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk
sebanyak mungkin.
R/ Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru
dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.
b. Obsservasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan,
dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
R/ Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat
terjadi sebgai akibat stress fifiologi dan nyeri atau dapat
menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.
c. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk
menjamin keamanan.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas
dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana
teraupetik.
d. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak
atau kolaps paru-paru.
R/ Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan
kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
e. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri
dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
R/ Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat
dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.
f. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian antibiotika.
Pemberian analgetika.
Fisioterapi dada.
Konsul photo toraks.
R/Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan
parunya.
2. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
Tujuan : Jalan napas lancar/normal
Kriteria hasil :
- Menunjukkan batuk yang efektif.
- Tidak ada lagi penumpukan sekret di sal. pernapasan.
- Klien nyaman.

Intervensi :
a. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa
terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
R/ Pengetahuan yang diharapkan akan membantu
mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.
b. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
R/ Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif,
menyebabkan frustasi.
c. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
R/ Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.
d. Lakukan pernapasan diafragma.
R/ Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan
meningkatkan ventilasi alveolar.
e. Tahan napas selama 3 - 5 detik kemudian secara perlahan-lahan,
keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
f. Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan
melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
R/ Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah
pengeluaran sekresi sekret.
g. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
R/ Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya
batuk klien.
h. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi :
mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan
cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
R/ Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan
sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.


i. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
R/ Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan
mencegah bau mulut.
j. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi dan fisioterapi.
Pemberian expectoran.
Pemberian antibiotika.
Fisioterapi dada.
Konsul photo toraks.
R/ Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan
menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
3. Perubahan kenyamanan : Nyeri akut b/d trauma jaringan dan reflek
spasme otot sekunder.
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang.
Kriteria hasil :
Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi.
Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan/menurunkan
nyeri.
Pasien tidak gelisah.
Intervensi :
a. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non invasif.
R/ Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
b. Ajarkan Relaksasi : Tehnik-tehnik untuk menurunkan ketegangan
otot rangka, yang dapat menurunkan intensitas nyeri dan juga
tingkatkan relaksasi masase.
R/ Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan O2
oleh jaringan akan terpenuhi, sehingga akan mengurangi nyerinya.
c. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut.
R/ Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan.
d. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan
posisi yang nyaman ; misal waktu tidur, belakangnya dipasang
bantal kecil.
R/ Istirahat akan merelaksasi semua jaringan sehingga akan
meningkatkan kenyamanan.
e. Tingkatkan pengetahuan tentang : sebab-sebab nyeri, dan
menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.
R/ Pengetahuan yang akan dirasakan membantu mengurangi
nyerinya. Dan dapat membantu mengembangkan kepatuhan klien
terhadap rencana teraupetik.
f. Kolaborasi denmgan dokter, pemberian analgetik.
R/ Analgetik memblok lintasan nyeri, sehingga nyeri akan
berkurang.
g. Observasi tingkat nyeri, dan respon motorik klien, 30 menit setelah
pemberian obat analgetik untuk mengkaji efektivitasnya. Serta
setiap 1 - 2 jam setelah tindakan perawatan selama 1 - 2 hari.
R/ Pengkajian yang optimal akan memberikan perawat data yang
obyektif untuk mencegah kemungkinan komplikasi dan melakukan
intervensi yang tepat.



A. KONTUSIO JANTUNG
Pukulan langsung pada sternum denhan diikuti memar jantung.

B. ETIOLOGI
Trauma dada
Pembedahan jantung
Ruptur miokardium

C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi cedera jantung mungkin berfariasi dari petekie epikardial superficial
sampai kerusakan transmural. Disritmia merupakan temuan yang tersering
timbul, walaupun disfungsi ventrikel kanan dancurah jantung yang berkurang
mungkin terjadi.

D. PENGKAJIAN
Keluhan umum : Tidak spesifik, mulai asimptomatik hingga keluhan yang
berat; kecemasan, tachypnea, dyspnea ringan hingga distress pernapasan,
nyeri kepala; fatigue; nyeri dada; pucat pada perifer dan sianosis, tachicardi;
nadi perifer lemah atau tidak ada.
Tekanan arteri : Penurunan tekanan darah sistolik, Pulsus paradoxus
meningkat diatas 10 mmHg; melemah atau hilang pada saat inspirasi.
Tekanan vena : Tekanan vena meningkat; distensi vena leher pada saat
inspirasi
Tekanan jantung : Penurunan tekanan atrium kiri
Cardiac output : menurun.


E. PENATALAKSANAAN
Aktifitas fisik : Bedrest dengan bagian kepala tempat tidur ditinggikan
Nutrisi : NPO, antisipasi pericardiocentesis
Monitoring EKG dan hemodinamik
Pericardiocentesis

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Penurunan cardiac output s.d. restriksi pengisian ventriel
o S : SOB, fatigue
o O : adanya tamponade ringan, pucat, hipotensi, tachicardia, oligouria,
stupor.

Kecemasan s.d. ancaman terhadap integritas biologi
o S : Mengeluh kecemasan, ketakutan yang berkembang kepanikan
o O : Kelelahan, tachicardia, tachipnea, diaporesis.

G. Intervensi :
Penurunan cardiac output s.d. restriksi pengisian ventriel
o Kaji dan monitor tingkat pulsus paradoxus
o Monitor tekanan arteri, tekanan nadi,tingkat kesadaran
o Bantu pericardiocentesis
o Kelola inotropik, sesuai indikasi
o Kelola koloid atau kristaloid sesuai indikasi

Kecemasan s.d. ancaman terhadap integritas biologi
o Kaji tingkat kecemasan, baik verbal maupun non verbal
o Bantu klien mengekspresikan kecemasan
o Gunakan penjelasan yang simple

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (1997). Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Depkes. RI. (1989). Perawatan Pasien Yang Merupakan Kasus-Kasus Bedah.
Jakarta : Pusdiknakes.

Doegoes, L.M. (1999). Perencanaan Keperawatan dan Dokumentasian
keperawatan. Jakarta : EGC.

Hudak, C.M. (1999) Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.

Pusponegoro, A.D.(1995). Ilmu Bedah. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

You might also like