You are on page 1of 14

Triage berasal dari kata bahasa Perancis, trier yang secara literatur berarti memisahkan,

memilah atau memilih.


Triage adalah tindakan untuk memilih/ mengelompokkan korban berdasarkan beratnya cidera,
kemungkinan untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasarkan sumber daya (SDM dan
sarana) yang tersedia.
SISTEM TRIAGE
Triase pasien tunggal
Triase korban multi sehari-hari
Triage dalam insiden dengan korban masa yang berlebihan (bencana)
Metode triage pasien tunggal
sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda, adapun klasifikasinya ;
Prioritas 1 (emergency / immediate)
Prioritas 2 (urgent)
Prioritas 3 (non urgent)
Prioritas 0 atau 4 kasus kematian

Prioritas 1
- pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi
segera
- pasien dibawa ke ruang resusitasi
- waktu tunggu nol (0)
- contoh kasus ; Trauma mayor, IMA, Gangguan saluran pernafasan, Shock,
Anaphylaxis, asfiksia, fraktur terbuka tulang panjang, luka bakar drajat II-III > 30 %
Metode Pengkajian Triage
S T A R T
(Simple Triage And Rapid Treatment)
Pendekatan yang digunakan pada kejadian bencana dengan korban yang banyak, sedangkan petugas
dan peralatan pertolongan serba terbatas.
Hasil akhir Triage adalah pengelompokan korban sesuai kegawat daruratannya dlm bentuk Labeling
Prosedur START
Langkah 0
Panggil korban yang masih bisa berjalan untuk mendekat ke arah petugas yang berada dilokasi
aman (collecting area). Korban yang bisa berjalan mendekat diberikan label HIJAU
Langkah 1 (Airway Breathing)
- cek pernafasan, apabila tidak bernafas buka jalan nafasnya, jika tetap tidak
bernafas berikan label HITAM
- pernafasan < 10 30 x/mnt atau > 30 kali/mnt berikan label MERAH
- pernafasan 10 30 x/mnt kelangkah berikutnya
Langkah 2 (circulation)
- cek CRT (capilary refill time), tekan kuku tangan penderita kemudian lepas
apabila kembali merah lebih dari 2 detik berikan label MERAH
- jika CRT tdk bisa dilakukan, cek nadi radialis, apabila tidak teraba atau lemah berikan
label MERAH
- apabila nadi radialis teraba kuat kelangkah berikutnya.
Langkah 3 (Mental status)
- berikan perintah sederhana kepada penderita, apabila mengikuti perintah berikan
label KUNING
- Apabila tidak mengikuti perintah berikan label MERAH
Setelah melakukan langkah triase dan memberikan label pada penderita, segera untuk menuju
kependerita lain yang belum di triase
START memerlukan waktu tidak boleh lebih dari 60 detik per pasien
Kode international dalam triage
Warna MERAH : prioritas 1 --- segera (immediate)
Warna KUNING : prioritas 2 --- tunda (Delayed)
Warna HIJAU : prioritas 3 --- minimal
Warna HITAM : prioritas 4 --- expextant
Triage
Triage berasal dari bahasa Perancis yang berarti pemilahan. Dalam dunia medis istilah ini
dipergunakan untuk tindakan pemilahan korban berdasarkan prioritas pertolongan atau
transportasinya.

Prinsip utama dari triage adalah menolong para penderita yang mengalami cedera atau
keadaan yang berat namun memiliki harapan hidup.

Salah satu metode yang paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau
Simple Triage and Rapid Treatment. Metode ini membagi penderita menjadi 4 kategori :
1. Prioritas 1 Merah
Merupakan prioritas utama, diberikan kepada para penderita yang kritis keadaannya seperti
gangguan jalan napas, gangguan pernapasan, perdarahan berat atau perdarahan tidak
terkontrol, penurunan status mental
2. Prioritas 2 Kuning
Merupakan prioritas berikutnya diberikan kepada para penderita yang mengalami keadaan
seperti luka bakar tanpa gangguan saluran napas atau kerusakan alat gerak, patah tulang
tertutup yang tidak dapat berjalan, cedera punggung.
3. Prioritas 3 Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga sebagai Walking
Wounded atau orang cedera yang dapat berjalan sendiri.
4. Prioritas 0 Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera yang mematikan.

Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai dengan warna prioritas. Tanda
triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan
yang warnanya sesuai dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah
ditentukan. Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label lama
jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.

Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T

Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu pemeriksaan sebagai
berikut :

1. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke areal yang telah
ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
2. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
3. Pernapasan :
a. Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH.
b. Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas dan bersihkan
jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai maka beri label MERAH, bila
tidak beri HITAM.
c. Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian kapiler.
4. Waktu pengisian kapiler :
a. Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan perdarahan besar bila
ada.
b. Bila kurang dari 2 detik maka nilai status mentalnya.
c. Bila penerangan kurang maka periksa nadi radial penderita. Bila tidak ada maka ini
berarti bahwa tekanan darah penderita sudah rendah dan perfusi jaringan sudah
menurun.
5. Pemeriksaan status mental :
a. Pemeriksaan untuk mengikuti perintah-perintah sederhana
b. Bila penderita tidak mampu mengikuti suatu perintah sederhana maka beri MERAH.
c. Bila mampu beri KUNING.

Setelah memberikan label kepada penderita maka tugas anda berakhir segera
lanjutkan ke penderita berikut.


BAGAN PELAKSANAAN METODE START

























HIJAU
Penderita dapat
berjalan ?
Penderita
bernapas ?
Penderita
bernapas
setelah jalan
napas dibuka
HITAM MERAH
Frekuensi
pernapasan
Waktu
pengisian
kapiler
Status mental
perintah
sederhana ?
YA TIDAK
30 x TIDAK YA
< 30 x
2 detik
< 2 detik
TIDAK
YA
KUNING
YA
TIDAK
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage dan
diturunkan dalam bahasa Indonesia triase yang berarti sortir. Yaitu
proses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kini
istilah tersebut lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep
pengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta
fasilitas yang paling efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukan
perawatan di UGD setiap tahunnya. Sistem triase mulai dikembangkan
mulai pada akhir tahun 1950-an seiring jumlah kunjungan UGD yang
melampaui kemampuan sumber daya yang ada untuk melakukan
penanganan segera. (Oman, 2008). Tujuan dari triase dimanapun
dilakukan, bukan saja supaya bertindak dengan cepat dan waktu yang
tepat tetapi juga melakukan yang terbaik untuk pasien. Dimana triase
dilakukan berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah pasien
yang datang, sarana kesehatan yang tersdia serta kemungkinan hidup
pasien.( Pusponegoro, 2010)
Triase adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya
cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat
medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.
Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE. Prioritas I (prioritas
tertinggi) warna merah untuk berat dan biru untuk sangat berat.
Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan tindakan bedah
segera, mempunyai kesempatan hidup yang besar. Penanganan dan
pemindahan bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas, pernafasan
dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III > 25%. Prioritas II (medium) warna kuning.
Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak segera ditangani
dalam jangka waktu singkat. Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II
dan III < 25 %, trauma thorak/abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (rendah) warna hijau. Perlu penanganan seperti pelayanan
biasa, tidak perlu segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superficial, luka-luka ringan. Prioritas 0 warna Hitam.
Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat parah. Hanya perlu
terapi suportif. Contoh henti jantung kritis, trauma kepala berat. (Mosby,
2008).
Menurut Oman, 2008 penilaian triase terdiri dari :
a) Primary survey priorotas (ABC) untuk menghasilkan prioritas I
dan seterusnya.
b). Secondary survey pemeriksaan menyeluruh (Head to Toe) untuk
menghasilkan prioritas I, II, III,0 dan selanjutnya.
c). Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahanperubahan
pada (A,B,C) derajat kesadaran dan tanda vital
lainnya. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban.
Penanganan pasien UGD perawat dalam pelaksanaan triase harus
sesuai dengan protap pelayanan triase agar dalam penanganan
pasien tidak terlalu lama.
3. Protap dalam triase.
a) Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
b) Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan
cepat (selintas) untuk menentukan derajat kegawatannya. Oleh
perawat.
c) Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
d) Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode
warna:
1). Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera. Misalnya:Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
2). Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif
tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan
laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan
perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan
tubuh, dsb.
3). Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat
berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan.
Misalnya : Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar
superfisial. d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera
mematikan dan akan meninggal meski mendapat pertolongan.
Misalnya : Luka bakar derajat 3 hampir diseluruh tubuh,
kerusakan organ vital, dsb.
4). Penderita/korban mendapatkan prioritas pelayanan dengan
urutan warna : merah, kuning, hijau, hitam.
5). Penderita/korban kategori triase merah dapat langsung
diberikan pengobatan diruang tindakan UGD. Tetapi bila
memerlukan tindakan medis lebih lanjut, penderita/korban
dapat dipindahkan ke ruang operasi atau dirujuk ke rumah
sakit lain.
6). Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang
observasi dan menunggu giliran setelah pasien dengan
kategori triase merah selesai ditangani.
7). Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke
rawat jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk
dipulangkan, maka penderita/korban dapat diperbolehkan
untuk pulang.
8). Penderita kategori triase hitam dapat langsung dipindahkan ke
kamar jenazah. (Rowles, 2007)
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
a. Multiple Casualties

Penderita dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani lebih dahulu.
b. Mass Casualties

Penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar, serta membutuhkan waktu, perlengkapan
dan tenaga yang paling sedikit akan dilayani lebih dahulu.
Prioritas Pertama (Merah) :
Cedera berat yang perlukan tindakan dan transport segera.
1. gagal nafas,
2. cedera torako-abdominal,
3. cedera kepala / maksilo-fasial berat,
4. shok atau perdarahan berat,
5. luka bakar berat.







Klasifikasi Triage
Klasifikasi berdasarkan pada :
- pengetahuan
- data yang tersedia
- situasi yang berlangsung
Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi menggunakan nomor, huruf atau tanda. Adapun klasifikasinya sebagai berikut
:
Prioritas 1 atau Emergensi
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa, memerlukan evaluasi dan intervensi segera
Pasien dibawa ke ruang resusitasi
Waktu tunggu 0 (Nol)
Prioritas 2 atau Urgent
- Pasien dengan penyakit yang akut
Mungkin membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki
Waktu tunggu 30 menit
Area Critical care
Prioritas 3 atau Non Urgent
- pasien yang biasanya dapat berjalan dengan masalah medis yang minimal- luka lama
kondisi yang timbul sudah lama
area ambulatory / ruang P3
Prioritas 0 atau 4 Kasus kematian
- tidak ada respon pada segala rangsangan
tidak ada respirasi spontan
tidak ada bukti aktivitas jantung
hilangnya respon pupil terhadap cahaya
3 (tiga) Kategori Sistem Triage :
Format asli dari triage adalah :
Prioritas tertinggi
- Prioritas kedua
- Prioritas terendah
4 (empat) Kategori Sistem Triage :
- Prioritas tertinggi
Segera, klas 1, berat, emergency
Prioritas tinggi
Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
Prioritas rendah
Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
Meninggal
Mungkin meninggal, klas 4, klas 0
Kode Warna International Dalam Triage :
Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
Warna MERAH : Priority 1
Warna JINGGA : Priority 2
Warna HIJAU : Priority 3
> KLASIFIKASI TRIAGE DALAM GAMBARAN KASUS
Prioritas 1 Kasus Berat
- Perdarahan berat
- Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla
- Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat
- Fraktur terbuka dan fraktur compound
- Luka bakar > 30 % / Extensive Burn
- Shock tipe apapun
Prioritas 2 Kasus Sedang
- Trauma thorax non asfiksia
Fraktur tertutup pada tulang panjang
Luka bakar terbatas ( <>
Cedera pada bagian / jaringan lunak
Prioritas 3 Kasus Ringan
- Minor injuries
Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan
Prioritas 0 Kasus Meninggal
- Tidak ada respon pada semua rangsangan
Tidak ada respirasi spontan
Tidak ada bukti aktivitas jantung
Tidak ada respon pupil terhadap cahaya
Pada sistem START, pasien dievakuasi sebagai berikut :
pasien meninggal ditinggalkan di posisi dimana mereka ditemukan, sebaiknya ditutup.
Pada pemantauan START, seseorang dianggap meninggal bila tidak bernapas
setelah dilakukan pembersihan jalan napas dan percobaan napas buatan.
Immediate atau prioritas 1 (merah), dievakuasi dengan menggunakan ambulance
dimana mereka memerlukan penanganan medis dalam waktu kurang dari 1 jam.
Pasien ini dalam keadaan kritis dan akan meninggal bila tidak ditangani segera.
Delayed atau prioritas 2 (kuning), evakuasinya dapat ditunda hingga seluruh prioritas
1 sudah dievakuasi. Pasien ini dalam kondisi stabil namun memerlukan penanganan
medis lebih lanjut.
Minor atau prioritas 3 (hijau), tidak dievakuasi sampai prioritas 1 dan 2 seluruhnya
telah dievakuasi. Pasien ini biasanya tidak memerlukan penanganan medis lebih
lanjut setidaknya selama beberapa jam. Lanjutkan re-triage untuk mencegah
terlewatnya perburukan kondisi. Pasien ini dapat berjalan, dan umumnya hanya
memerlukan perawatan luka dan antiseptik.

Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu cara yang
memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas yang paling efisien
dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang memerlukan pertolongan
dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen dkk, 2008).
Triage adalah usaha pemilahan korban sebelum ditangani, berdasarkan tingkat kegawatdaruratan
trauma atau penyakit dengan mempertimbangkan prioritas penanganan dan sumber daya yang
ada.
Triage adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas klien berdasarkan berat ringannya
kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan tindakan segera. Dalam triage, perawat dan dokter
mempunyai batasan waktu (respon time) untuk mengkaji keadaan dan memberikan intervensi
secepatnya yaitu 10 menit.
Triase berasal dari bahasa prancis trier bahasa inggris triage danditurunkan dalam bahasa
Indonesia triase yang berarti sortir. Yaituproses khusus memilah pasien berdasar beratnya cedera
ataupenyakit untuk menentukan jenis perawatan gawat darurat. Kiniistilah tersebut lazim
digunakan untuk menggambarkan suatu konseppengkajian yang cepat dan berfokus dengan suatu
cara yangmemungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan sertafasilitas yang paling
efisien terhadap 100 juta orang yang memerlukanperawatan di UGD setiap
tahunnya.(Pusponegoro, 2010)


Prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul.Beberapa hal yang mendasari klasifikasi
pasien dalam sistem triage adalah kondisi klien yang meliputi :
a. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang memerlukan
penanganan dengan cepat dan tepat
b. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan penanganan
cepat dan tepat seperti kegawatan
c. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh gangguan ABC
(Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera
maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)
Berdasarkan prioritas perawatan dapat dibagi menjadi 4 klasifikasi :
Tabel 1. Klasifikasi Triage
KLASIFIKASI KETERANGAN
Gawat darurat (P1)

Keadaan yang mengancam nyawa / adanya
gangguan ABC dan perlu tindakan segera,
misalnya cardiac arrest, penurunan kesadaran,
trauma mayor dengan perdarahan hebat
Gawat tidak darurat (P2)

Keadaan mengancam nyawa tetapi tidak
memerlukan tindakan darurat. Setelah
dilakukan diresusitasi maka ditindaklanjuti
oleh dokter spesialis. Misalnya ; pasien kanker
tahap lanjut, fraktur, sickle cell dan lainnya
Darurat tidak gawat (P3)

Keadaan yang tidak mengancam nyawa tetapi
memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar,
tidak ada gangguan ABC dan dapat langsung
diberikan terapi definitive. Untuk tindak lanjut
dapat ke poliklinik, misalnya laserasi, fraktur
minor / tertutup, sistitis, otitis media dan
lainnya
Tidak gawat tidak darurat (P4)

Keadaan tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukan tindakan gawat. Gejala dan tanda
klinis ringan / asimptomatis. Misalnya
penyakit kulit, batuk, flu, dan sebagainya

Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I (merah) Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi
dan tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan
hidup yang besar. Penanganan dan pemindahan
bersifat segera yaitu gangguan pada jalan nafas,
pernafasan dan sirkulasi. Contohnya sumbatan jalan
nafas, tension pneumothorak, syok hemoragik, luka
terpotong pada tangan dan kaki, combutio (luka
bakar) tingkat II dan III > 25%
Prioritas II (kuning) Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila
tidak segera ditangani dalam jangka waktu singkat.
Penanganan dan pemindahan bersifat jangan
terlambat. Contoh: patah tulang besar, combutio
(luka bakar) tingkat II dan III < 25 %, trauma thorak /
abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III (hijau) Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
segera. Penanganan dan pemindahan bersifat
terakhir. Contoh luka superficial, luka-luka ringan
Prioritas 0 (hitam) Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti
jantung kritis, trauma kepala kritis.

Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan(Iyer, 2004).
TINGKAT KEAKUTAN
Kelas I Pemeriksaan fisik rutin (misalnya memar minor);
dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas II Nonurgen / tidak mendesak (misalnya ruam, gejala
flu); dapat menunggu lama tanpa bahaya
Kelas III Semi-urgen / semi mendesak (misalnya otitis media);
dapat menunggu sampai 2 jam sebelum pengobatan









Beberapa petunjuk tertentu harus diketahui oleh perawat triage yang mengindikasikan kebutuhan
untuk klasifikasi prioritas tinggi. Petunjuk tersebut meliputi :
Nyeri hebat
Perdarahan aktif
Stupor / mengantuk
Disorientasi
Gangguan emosi
Dispnea saat istirahat
Diaforesis yang ekstrem
Sianosis
Tanda vital di luar batas normal (Iyer, 2004).












Gambar 2.Pita warna yang dapat digunakanuntuk mengklasifikasikan pasien

Kelas IV Urgen / mendesak (misalnya fraktur panggul, laserasi
berat, asma); dapat menunggu selama 1 jam
Kelas V Gawat darurat (misalnya henti jantung, syok); tidak
boleh ada keterlambatan pengobatan ; situasi yang
mengancam hidup

You might also like