You are on page 1of 52

asuhan keperawatan pasien diare

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diare merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat baikk di
negara berkembang maupun di negara berkembang. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
Diare yang akut gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang
diare yang kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infek;si. Dari penyebab diare yang banyak
adalahdiare infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Diare infeksi
juga dapat menyebabkan kematian.
Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa
yang datang berobat ke rumah sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar
0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA
dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada
dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare
pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2006 jumlah
kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di
Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli. (Anonym. Wikipedia, The Free Encyclopedia.




B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami cara pengkajian sampai dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan pasien Diare.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan definisi diare
b. Menjelaskan penyebab diare
c. Menjelaskan gejala diare
d. Menjelaskan cara pencegahan diare
e. Melakukan pengkajian pada pasien diare
f. Melakukan analisa data pada pasien diare
g. Melakukan diagnosa pada pasien diare
h. Merumuskan intervensi keperawatan
i. Melakukan implementasi keperawatan
j. Melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan
k. Pendokumentasian proses keperawatan

C. Manfaat
1. Manfaat bagi pasien dan keluarga
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tentang penyakit diare yang diderita dan
mengetahui cara perawatan diare dengan benar.
2. Manfaat bagi institusi
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan di masa yang datang.









BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Diare menurut mansjoer (2000) adalah frekuensi encer lebih dari 3x sehari dengan
atau tanpa darah ateu tinja yang terjadi secara mendadak yang berlangsung kurang
dari tujuh hari yang sebelumnya sehat.
Sedangkan menurut Suruadi (2001) Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih BAB dengan
bentuk tinja yang encer atau cair. Dan menurut Ngastiyah (2005) Diare adalah BAB
dengan jumlah tinja yang banyak dari biasanya, dengan tinja yang berbentuk cairan
atau setengah cair dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat.
Jadi kesimpulannya adalah Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja
berbentuk cair atau setengan cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak
dari biasanya dari 200 g atau 200 ml/24 jam.

B. Etiologi
Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005) adalah:
1. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare.
Infeksi Bakteria : Vibrio, E.coli, Salomella campilo baster.
Infeksi Virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi Parasit : Cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoeba histolica,giardia
lambia), jamur (candida aibicans).

2. Infeksi Parenteral :Infeksi diluar alat penceranaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Encefalitis,meliputi:
Faktor Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor Makanan : basi, racun, alergi
Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas


C. Manifestasi Klinis
Beberapa tanda dan gejala tentang diare menurut Suriadi (2001) antara lain:
1. Sering BAB dengan konsistensi tinja cair atau encer.
2. Terdapat lika tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek ( elastisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
3. Kram abdomenal.
4. Demam.
5. Mual dan muntah.
6. Anoreksia.
7. Lemah.
8. Pucat.
9. Perubahan TTV, nadi dan pernafasan cepat.
10. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.

D. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2001), patofisiologi dari Gastroenteritis adalah meningkatnya
mutilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari
gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan, cairan
sodium, potasium, dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja,
sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit dan dapat terjadi asidosis
metalbolik.
Diare yang terjadi nerupakan proses dari transpor aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel dalam mukosa, intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme
yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga mengurangi fungsi
permukaan intestinal. Perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi
cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk
mengabsorbsikan cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan ini terjadi pada
sindrom malabsorbsi. Peningkatan motilitas intestinal dapat mengakibatkan
gangguan absorbsi.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ada tiga macam :
1. Gangguan Osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan dalam rongga yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu ( misalnya toksin ) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperteristaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare.Sebaliknya bila peristaltik usus menurun
akan mengakibatkan kambuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.

Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan:
a. Kehilangan air dan eliktrolit (terjadi dehidrasi) yang mengakibat gangguan
keseombangan asam basa (asidosis metabolik hipokalemia)
b. Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
c. Hipoglikemia
d. Gangguan sirkulasi darah



















E. Pathway



F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang diare menurut Suriadi (2001 ) adalah :
a. Riwayat alergi pada obat-obatan atau makanan.
b. Pemeriksaan intubasi duodenum.
c. Pemeriksaan elektrolit dan creatinin.
d. Pemeriksaan tinja, PH, Leukosit, glukosa, dan adanya darah.




Adapun Pemeriksaan penunjang yang lain menurut Mansjoer (2000 ) adalah :
a. Pemeriksaan tinja : Makroskopis dan mikroskopis PH dan kadar gula juga ada
intoleransi gula biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji retensi
terhadap berbagai antibiotik.
b. Pemeriksaan darah : perifer lengkap, Analisa Gas Darah (AGD), elektrolit (
terutama Na, K, Ca, P Serum pada diare yang disertai kejang ).
c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin darah untuk mengetahui faal ginjal.
d. 4. Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan
kualitatif terutama pada diare kronik.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis menurut Biddulp and Stace (1999) adalah pengobatan
dengan cara pengeluaran diet dan pemberian cairan.
a. Diare tanpa dehidrasi memerlukan cairan tambahan berupa apapun misalnya air
gula, sari buah segar, air teh segar, kuah sup, air tajin, ASI. Jangan memberikan air
kembang gula, sari buah air dalam botol karena cairan yang terlalu banyak
mengandung gula akan memperburuk diare.
b. Diare dengan dehidrasi sedang memerlukan cairan khusus yang mengandung
campuran gula dan garam yang disebut larutan dehidrasi oral ( LRO ). LRO ini
dibuat dengan mencampurkan sebungkus garam rehidrasi kedalam 1 liter air bersih.
c. Diare dengan dehidrasi berat memerlukan cairan intravena disamping LRO.

Penatalaksanaan keperawatan menurut Nelson (1999) antara lain :
a. Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan
pencegahan enterik termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
penderita
b. Jas panjang bila ada kemungkinan pencernaan dan sarung tangan bila
menyentuh barang terinfeksi.
c. Penderita dan keluarganya dididik mengenal cara perolehan entero patogen dan
cara mengurangi penularan.




BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus Terkait
An. N umur 7 th diantar oleh keluarganya ke RS Sejahtera Medika karena sudah 4
hari buang air besar terus menerus, dalam sehari bisa lebih dari 6x, bahkan kemarin
dalam sehari BAB sebanyak 9x, BAB cair dan berbusa serta bau yang sangat
menyengat. An. N juga mengatakan perut seperti diremas-remas dan sangat sakit
sehingga c Orang tua An. N sudah berusaha membelikan obat di warung tetapi tetap
saja tidak ada perubahan justru semakin hari demamnya semakin meningkat, An. N
juga terlihat semakin lemas dan tidak mau lagi melakukan aktivitas yang biasa An. N
lakukan, An. N hanya rebahan di kamar tidur dan menangis.
Ibu An. N mengatakan semenjak sakit An. N tidak bisa tidur nyenyak dan tidak
pernah tidur siang seperti biasanya, selain itu An. N juga rewel serta menangis terus
menerus dan tidak mau makan karena takut jika makan perutnya akan bertambah
sakit. Kedua orang tua An. N juga mengatakan cemas dan takut dengan keadaan
anaknya tersebut.
Saat dilakukan pengkajian didapat hasil bibir kering, kulit bersisik, mata bengkak dan
merah, terlihat lemah serta raut wajah terlihat meringis menahan sakit. Setelah
dilakukan pemeriksaan fisik TTV di dapat hasil S= 400 C, N= 82X/menit, RR=
22X/menit.

B. Pengkajian Keperawatan
1. Biodata :
Pasien
Nama : An. N
Usia : 7 th
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Pelajar
Status pernikahan : Belum Menikah
Alamat : Jalan Kledokan blok B41 CT Depok, Sleman, Yogyakarta
Diagnosa Medis : Diare
Tanggal Masuk RS : 08.00 WIB/ 22 April 2012
Tanggal pengkajian : 08.00 WIB/ 23 April 2012
Penanggung Jawab
Nama : Tn.MT
Usia : 35 th
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Alamat : Jalan Kledokan blok B41 CT Depok, Sleman, Yogyakarta
Hubungan dengan klien : Ayah Kandung

2. Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sakit perut seperti diremas-remas dan sangat sakit.
Riwayat Kesehatan :
Riwayat penyakit sekarang, pasien masuk ke Rumah Sakit Sejahtera Medika karena
sudah 4 hari BAB terus menerus, dalam sehari bisa lebih dari 6x sehari, bahkan
kemarin dalam sehari BAB sebanyak 9x, BAB cair dan berbusa serta bau yang
menyengat.
Riwayat penyakit dahulu, klien pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian
antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari
saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
Riwayat penyakit keluarga, ibu klien mengatakan kakek klien mengalami penyakit
diabetes mellitus dan ibu klien pernah menderita asma saat SMA.

GENOGRAM












Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Klien

: Tinggal satu rumah

3. Pengkajian Kebutuhan Dasar Klien
1. Aktivitas dan latihan
NO AKTIVITAS SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
1 Makan 2 2
2 Mandi 2 2
3 Berpakian 2 2
4 Toileting 2 3
5 Tingkat mobilitas di tempat tidur 0 2
6 Berpindah 0 2
7 Kemampuan ROM 0 2
8 Berjalan 0 3
9 Kekuatan otot 0 4

Keterangan :
0 bisa melakukan aktivitas dengan mandiri
1 memerlukan bantuan alat
2 memerlukan bantuan orang lain
3 memerlukan bantuan orang lain dan alat
4 ketergantungan sepenuhnya


2. Tidur dan istirahat
Data sujektif : orang tua klien mengatakan klien biasanya tidur selama 9-10 jam,
klien biasanya tidur siang. Saat di Rumah Sakit klien hanya tidur selam 3-4 jam,
klien mengalami kesulitan tidur selama di Rumah Sakit, sering terbangun saat tidur
dengan alasan klien mengeluh perutnya sangat sakit seperti di remas-remas.
Data objektif : klien terlihat lemas.

3. Kenyaman dan nyeri
Nyeri :
Palliative/Profokatif : paliatif saat tidur, profokatif saat tidak tidur
Quality : Nyeri seperti dirremas-remas
Region : Di bagian perut
Scale : 6
Time : 7 kali

4. Nutrisi
Data subjektif : Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, klien sulit makan.
Ayah klien mengatakan BB sebelum sakit adalah 18 kg, TB : 75,6 cm. Saat di
Rumah Sakit BB klien menurun menjadi 15 kg, klien takut makan karena jika makan
perutnya akan bertambah sakit. Klien mengkonsumsi jenis makanan kabohidrat dan
protein, makanan yang disukai klien adalah soup. Klien tidak mempunyai makanan
pantang. Sebelum sakit, klien tidak mengalami kesulitan makan, klien tidak
mengeluh mual dan muntah. Sebelumnya, klien tidak pernah mengalami operasi. Di
Rumah Sakit, klien mendapatkan diet bubur dan hanya bisa menghabiskan
setengah porsi, klien makan tanpa dibantu oleh orang lain.
Data objektif : mukosa mulut klien kering, tidak terdapat lesi pada bibir, kelembaban
bibir klien kering, tidak ada perdarahan pada gusi.

5. Cairan, elektrolit dan asam basa
No Intake Output Balance cairan
1 Minum= 800cc Bab 9x x 300cc= 2700cc BC= intake output
2 Infuse= 2500cc (5 fabot infuse) Kencing 600cc
Mual muntah= 100cc = 3300 3429.4= -129.4 cc
3 Makan= 100cc Iwl (insisble water loss) 30-7= 23cc x 15 (bb)= 345 x 37.5% (12.5%
x 3o peningkatan suhu tubuh dari nilai normal) = 129.4 cc/kg bb
Total= 3300cc Total= 3529.4 cc
Data subjektif : ayah klien mengatakan klien minum 800 cc/24 jam (4 gelas 200 cc),
jenis minuman yang di konsumsi klien adalah air mineral yang mengandung
elektrolit.
Data objektif : turgor kulit klien tidak elastis dan bersisik, membran mukosa kering,
tidak terdapat lesi pada bibir.

6. Oksigenasi
Data subjektif : orang tua klien mengatakan klien tidak sesak nafas, batuk tidak
produktif, tidak ada sakit dada.
Data objektif : suara nafas vesikuler, batuk kering (non produktif), tidak ada batuk
darah, tidak ada sputum, tidak ada sianosis, tidak ada pernafasan cuping hidung.

7. Eliminasi fekal/bowel
Data subjektif : sebelum sakit An.N BAB 1-2x sehari, warna feses coklat, bau khas,
konsistensi padat berbentuk silinder, tanpa disertai darah. Setelah sakit An.N BAB
7x dalam sehari, berwarna kuning, berbau menyengat dan berbusa. Kebutuan
pemenuhan eliminasi fekal An.N dibantu oleh orang tuanya.
Data objektif : warna feses kuning, bau sangat menyengat, konsistensi cair, berlendir
Setelah diberikan obat diare warna feses kuning kecoklatan dengan konsistensi
agak padat

8. Eliminasi Urin
Data subjektif : orang tua klien mengatakan tidak ada kelainan pada saat klien
buang air kecil, klien tidak sering buang air kecil pada malam hari.
Data objektif : urin klien tidak pekat, warna kuning jernih, bau khas, tidak
menggunakan kateter, frekuensi 4x/hari, jumlah 600 cc/24 jam. Kebutuhan
pemenuhan eliminasi urin klien dibantu orang tua.

9. Sensori, persepsi, dan kognitif
Data sujektif : orang tua klien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan
penglihatan, pendengaran, penciuman, sensasi taktil, dan pengecapan.
Data objektif : reaksi terhadap rangsangan baik, orientasi baik, reaksi kedua pupil
terhadap cahaya positif, pendengaran baik, penciuman terhadap bau-bauan baik.

4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan kesadaran Composmentis, keadaan umum
lemas, untuk tanda-tanda vital, suhu = 400 C, nadi = 82X/menit irama reguler,
kekuatan sedang, pernafasan = 22X/menit irama reguler.
b. Kepala
Bentuk kepala mecochephal, rambut hitam pendek, tidak ada ketombe. Muka tidak
ada lesi. Mata, konjungtiva anemis, sklera ikteris, pupil isokor, palpebra normal,
lensa normal, visus normal. Hidung normal, bersih tidak ada sekret, dapat
membedakan aroma makanan. Mulut, membran mukosa kering, bibir kering. Bentuk
telinga simetris, tidak ada serumen,bersih, bila ditanya dapat menjawab.
c. Leher
Leher normal, tidak ada pembesaran tiroid. Tenggoroka normal, tidak ada nyeri saat
menelan.
d. Dada
Dada, paru-paru inspeksi : Pengembangan dada kanan dan kiri sama, palpasi : tidak
ada nyeri tekan, perkusi : sonor, auskultasi: vesikuler.
Jantung inpeksi : ictus codis tidak tampak, palpasi : ictus cordis tidak teraba, perkusi
: pekak, auskultasi : reguler, bunyi jantung 1 dan 2 terdengar.
e. Abdomen
Abdomen inspeksi : simetris kanan dan kiri, auskultasi : terdengar peristatik usus 26
x/menit, palpasi : suara tympani, perkusi : ada nyeri tekan.
f. Genetalia
Genetalia : bersih, tidak terpasang kateter.
g. Rektum
Anus : normal, tidak ada benjolan.
h. Ekstremitas

5. Psiko sosio budaya dan spiritual
Psikologis:
Klien hanya mempunyai sedikit pengetahuan mengenai penyakit yang ada, karena
klien juga baru berusia 7 tahun. Saat sakit, klien sangat rewel, klien ingin cepat
pulang, klien menangis terus-terusan.
Orang tua klien memiliki koping yang adaptif terhadap penyakit klien karena orang
tua klien menerima kenyataan penyakit anaknya dan orang tua klien percaya bahwa
penyakit klien dapat disembuhkan.

Sosial :
Klien beraktivitas layaknya anak-anak lainnya. Setiap sore klien bermain bersama
teman-teman lingkungan tempat tinggalnya. Klien dikenal sebagai anak yang sopan
di lingkungannya.
Budaya :
Suku bangsa klien adalah Indonesia, budaya yang diikuti klien adalah budaya dari
Jawa. Tidak ada kebudayaan klien yang merugikan kesehatan.
Spiritual :
Klien selalu menjalankan salat didampingi orang tuanya. Saat sakit, klien tidak
pernah beribadah. Klien selalu mengikuti pengajian. Dalam keluarga klien, tidak ada
keyakinan bahwa sakit ditimbulkan karena dosa atau kutukan dari Tuhan.

6. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 22 April 2012 pukul 14.00 WIB :
Leukosit : 11000 (5000-10000 /ul)
Trombosit : 156.000 ( 150.000-400.000 /ul)
Hemoglobin : 12,8 gr/dl (N=L=13 16, P=12 -14 gr/dl)
Hematokrit : 52 % (N=L=40 48, P=37 - 43%)
Pemeriksaan feses : terdapat bakteri E. coli.


7. Terapi Medis
Terapi cairan infuse RL 500 ml (40 tpm)
Fuazolidone 5ml 4 kali perhari
Parasetamol 250mg/hr
Tomit 5mg 3x/hari





























C. Analisa Data

Nama klien : An. N No. Register :11130107
Umur : 7 th Diagnosa Medis :
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jln.Kledokan blok b41 CT, Depok, Yogyakarta.

No. Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Problem
1 22-04-2012/
08.30 wib DS:
Ibu klien mengatakan anak An. N BAB 7x sehari, dengan feses berwarna kuning,
berbau menyengat dan berbusa.
DO:
Saat dilakukan pengkajian didapat hasil bibir kering, kulit bersisik, mata bengkak
dan merah
BC -129.4 cc
Turgor kulit tidak elastic
Suhu = 400 C.
Klien terlihat lemah
Hematokrit : 52 % (N=L=40 48, P=37 - 43%) Kehilangan cairan aktif Kekurangan
volume cairan
2. 22-04-2012/
08.30 wib DS:
Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, klien sulit makan.
Ayah klien mengatakan BB sebelum sakit adalah 18 kg, TB : 75,6 cm. Saat di
Rumah Sakit BB klien menurun menjadi 15 kg,
Ibu An.N mengatakan anaknya sudah 4 hari BAB terus menerus,dalam sehari bisa
lebih dari 6x, bahkan kemarin dalam sehari bab sebanyak 9x,BAB cair dan berbusa
serta bau yang sangat menyengat.
Ibu klien mengatakan An. N mual dan muntah
DO:
Klien tampak lemah
Bibir kering
Klien menghabiskan bubur setengah porsi
Hemoglobin : 12,8 gr/dl Hilangnya nafsu makan Nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
3. DS:
Ibu klien mengatakan anak An. N BAB 7x sehari, dengan feses berwarna kuning,
berbau menyengat dan berbusa.
An. N juga mengatakan perut seperti diremas-remas dan sangat sakit sehingga
DO :
An. N terlihat selalu memegangi perutnya
Leukosit : 11000 (5000-10000 /ul)
Pemeriksaan feses : terdapat bakteri E. coli.

Parasit Diarea
4 DS:
Ibu klien mengatakan An. N mual dan muntah Orang tua An. N sudah berusaha
membelikan obat di warung tetapi tetap saja tidak ada perubahan justru semakin
hari demamnya semakin meningkat
DO:
S= 40o C dehidrasi hipertermia
5 DS :
An. N juga mengatakan perut seperti diremas-remas dan sangat sakit
Ibu An. N mengatakan semenjak sakit An. N tidak bisa tidur nyenyak dan tidak
pernah tidur siang seperti biasanya, selain itu An. N juga rewel serta menangis terus
menerus
Skala nyeri 6
DO :
Raut wajah terlihat meringis menahan sakit
Agen cidera biologis Nyeri akut

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan Ibu klien mengatakan anak An. N BAB 7x sehari, dengan feses berwarna
kuning, berbau menyengat dan berbusa., Saat dilakukan pengkajian didapat hasil
bibir kering, kulit bersisik, mata bengkak dan merah, BC -129.4 cc, Turgor kulit tidak
elastic, TTV di dapat hasil S= 400 C, Klien terlihat lemah, Hematokrit : 52 %
(N=L=40 48, P=37 - 43%).
2. Diare berhubungan dengan parasit ditandai dengan Ibu klien mengatakan anak
An. N BAB 7x sehari, dengan feses berwarna kuning, berbau menyengat dan
berbusa, An. N juga mengatakan perut seperti diremas-remas dan sangat sakit
sehingga , An. N terlihat selalu memegangi perutnya, Leukosit : 11000 (5000-10000
/ul), Pemeriksaan feses : terdapat bakteri E. coli.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
ditandai dengan Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, klien sulit makan,
Ayah klien mengatakan BB sebelum sakit adalah 18 kg, TB : 75,6 cm. Saat di
Rumah Sakit BB klien menurun menjadi 15 kg, Ibu An.N mengatakan anaknya
sudah 4 hari BAB terus menerus,dalam sehari bisa lebih dari 6x, bahkan kemarin
dalam sehari bab sebanyak 9x,BAB cair dan berbusa serta bau yang sangat
menyengat., Ibu klien mengatakan An. N mual dan muntah, Klien tampak lemah,
Bibir kering, Klien menghabiskan bubur setengah porsi, Hemoglobin : 12,8 gr/dl
E. Rencana Tindakan
Nama klien : An. N No. Register :11130107
Umur : 7 th Diagnosa Medis :
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jln. Kledokan Blok B41 CT, Depok, Yogyakarta.

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasionalisasi
Nama/TTD
1. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka klien akan
mendemostrasikan kekurangan volume cairan teratasi dengan kriteria hasil :
Turgor kulit elastis
Membran mukosa serta kulit lembab
BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi padat, berwarna kuning, berbau khas dan
tidak berbusa
BC dalam rentang normal
Suhu dalam rentang normal (36-370C)
Hematokrit dalam rentang normal (40 48%)

1. Pantau TTV
2. Pantau status hidrasi
3. Monitor intakeoutput
4. Pantau hasil labortorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV 1. Mengetahui keadaan
umum klien
2. Dapat menentukan kehilangan cairan berlebihan
3. Pemantauan intake-otput klien dapat mengetahui keseimbangan cairan tubu klien.
4. Hasil laboratorium dapat menunjang adanya kehilangan cairan yang berlebihan
5. memenuhi caian tubuh klien
2 Diare berhubungan dengan parasit Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam maka diare pasien teratasi dengan kriteria hasil :
BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi padat, berwarna kuning, berbau khas dan
tidak berbusa
Leukosit dalam rentang normal (5000-10000 /ul)
Tidak terdapat bakteri E.coli dalam feses 1. Pantau a adanya iritasi dan ulcerasi
kulit di area perineal
2. Pantau nilai laboratorium (leuokosit)
3. Anjurkan keluarga untuk mencatat warna, frekuensi, dan konsistensi feses
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antidiare. 1. Pemantauan awal
dapat mencegah terjadinya kerusakan integritas kulit
2. Dapat mengetahui keparahan adanya infeksi yang disebabkan oleh bakteri E.coli
3. Mengetahui perkembangan status diare klien
4. Mengatasi diare klien
3 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka klien akan
mendemonstrasikan nutrisi terpenuhi. dengan kriteria hasil :
Nafsu makan meningkat
Porsi makan yang diberikan habis
Tidak mual dan muntah
BB dipertahankan atau naik
Klien tampak segar
BAB 1-2 x sehari dengan konsistensi padat, berwarna kuning, berbau khas dan
tidak berbusa
Bibir lembab
Hemoglobin dalam rentang normal (13 16 gr/dl) 1. Pantau nilai laboratorium
2. Timbang BB klien dengan interval yang tepat
3. Catat asupan nutrisi
4. Kolaborasi dengan tim medis dlam pemberian
- makanan TKTP
- obat anti mual dan muntah
1. Dengan pemantauan nilai laboratorium dapat mengetahui keseimbangan nutrisi
dalam tubuh
2. Mengetahui perkembangan BB klien
3. Mengetahui masukan nutrisi klien
4. Makanan TKTP dapat memenuhi kebutuhan nutrisi dan obat antimual dan muntah
dapt mengurangi mual dn muntah yang dialami klen

F. Implementasi

Catatan Perkembangan I
Nama klien : An. N No. Register :11130107
Umur : 7 th Diagnosa Medis : Diare
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jln. Kledokan blok b41 CT, Depok, Yogyakarta.

Hari Pertama : 23 April 2012
Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 23/04/2012
08.00




08.10

1. Memantau TTV
2. Memantau status hidrasi
3. Memonitor intakeoutput
4. Memantau hasil labortorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
5. Menberikan cairan IV RL 40tpm Jam :13.00
S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 5X, warna kuning, bau msih menyengat dan masih
berbusa
O :
Bibir kering,,kulit bersisik, mata bengkak dan merah
BC :-129,4
Turgor kulit tidak elastic
Suhu 390C
Klien masih terlihat lemah
Hematokrit 51%
A: Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan semua intervensi



Diare berhubungan dengan parasit
23-04-2012 08.30 1. Memantau a adanya iritasi dan ulcerasi kulit di area perineal
2. Memantau nilai laboratorium (leuokosit)
3. Menganjurkan keluarga untuk mencatat warna, frekuensi, dan konsistensi feses
4. Memberikan obat antidiare sesuai indikasi (Fuazolidone 5ml 4 kali perhari)






S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 5X, warna kuning, bau msih menyengat dan masih
berbusa
Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit
O :
Klien masih terlihat memegangi perutnya
Leukosit 11000/u
Masih terdapat bakteri E.coli
A: tujuan belum tercapai
P : lanjutkan semua intervensi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
23/04/2012 08.10 1. Memantau nilai laboratorium
2. Menimbang BB klien dengan interval yang tepat
3. Menatat asupan nutrisi
4. Memberikan makanan TKTP dan obat anti mual dan muntah (Tomit 5mg 3x/hari)

Jam :13.00
S :
Klien mengatakan nafsu makannya masih menurun,
Ibu klien mengatakan An.A BAB 5X, warna kuning, bau msih menyengat dan masih
berbusa,
O:
BB klien 15 kg
Klien masih tampak lemah, bibir masih terhat kering,
klien masih menghabiskan makanan setengah porsi
HB : 12,8 gr/dl
A : tujuan belum teratasi
P : lanjutkan semua intervensi





Catatan Perkembangan II

Nama klien : An. N No. Register :11130107
Umur : 7 th Diagnosa Medis : Diare
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jln. Kledokan blok b41 CT, Depok, Yogyakarta.

Hari Kedua : 24 April 2012
Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 24/04/2012
08.00




08.10

1. Memantau TTV
2. Memantau status hidrasi
3. Memonitor intakeoutput
4. Memantau hasil labortorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
5. Menberikan cairan IV RL 40tpm Jam :14.00
S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 4X, warna kuning, bau sedikit menyengat dan
berbusa
O :
Bibir dan kulit mulai lembab
BC :-50 cc
Turgor kulit elastis
Suhu 380C
Klien masih terlihat lemah
Hematokrit 50%
A: Tujuan belum tercapai
P : lanjutkan semua intervensi



Diare berhubungan dengan parasit
24-04-2012 08.30 1. Memantau a adanya iritasi dan ulcerasi kulit di area perineal
2. Memantau nilai laboratorium (leuokosit)
3. Menganjurkan keluarga untuk mencatat warna, frekuensi, dan konsistensi feses
4. Memberikan obat antidiare sesuai indikasi (Fuazolidone 5ml 4 kali perhari)






S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 4X, warna kuning, bau sedikit menyengat dan
berbusa
Klien mengatakan perutnya masih terasa sakit
O :
Klien masih terlihat memegangi perutnya
Leukosit 11000/u
Masih terdapat bakteri E.coli
A: tujuan belum tercapai
P : lanjutkan semua intervensi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
24/04/2012 08.10 1. Memantau nilai laboratorium
2. Menimbang BB klien dengan interval yang tepat
3. Mencatat asupan nutrisi
4. Memberikan makanan TKTP dan obat anti mual dan muntah (Tomit 5mg 3x/hari)

Jam :14.00
S :
Klien mengatakan nafsu makannya masih menurun,
Ibu klien mengatakan An.A BAB 4X, warna kuning, bau sedikit menyengat dan
berbusa
O:
BB klien 15 kg
Klien masih tampak lemah, bibir mulai lembab,
klien masih menghabiskan makanan setengah porsi
HB : 12,9 gr/dl
A : tujuan belum teratasi
P : lanjutkan semua intervensi







Catatan Perkembangan III

Nama klien : An. N No. Register :11130107
Umur : 7 th Diagnosa Medis : Diare
Ruang Rawat : Melati Alamat : Jln. Kledokan blok b41 CT, Depok, Yogyakarta.

Hari Ketiga : 25 April 2012
Dx Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Nama/TTD
Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 25/04/2012
08.00




08.10

1. Memantau TTV
2. Memantau status hidrasi
3. Memonitor intakeoutput
4. Memantau hasil labortorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
5. Menberikan cairan IV RL 40tpm Jam :
S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 3X, warna kuning, bau khas dan tiak berbusa
O :
Bibir dan kulitlembab
BC : 0 cc
Turgor kulit elastis
Suhu 370C
Klien tampak segr
Hematokrit 48%
A: Tujuan tercapai
P : pertahankan intevensi



Diare berhubungan dengan parasit
22-04-2012 08.30 1. Memantau a adanya iritasi dan ulcerasi kulit di area perineal
2. Memantau nilai laboratorium (leuokosit)
3. Menganjurkan keluarga untuk mencatat warna, frekuensi, dan konsistensi feses
4. Memberikan obat antidiare sesuai indikasi (Fuazolidone 5ml 4 kali perhari)






S :
Ibu klien mengatakan An.A BAB 3X, warna kuning, bau khas dan tidak berbusa
Klien mengatakan tidak sakit perut
O :
Leukosit 10000/ul
Masih terdapat bakteri E.coli
A: tujuan tercapai
P : pertahankan intervensi
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan
25/04/2012 08.10 1. Memantau nilai laboratorium
2. Menimbang BB klien dengan interval yang tepat
3. Menatat asupan nutrisi
4. Memberikan makanan TKTP dan obat anti mual dan muntah (Tomit 5mg 3x/hari)

Jam :14.00
S :
Klien mengatakan nafsu makannya meningkat,
Ibu klien mengatakan An.A BAB 3X, warna kuning, bau khas dan tidak berbusa
O:
BB klien 15 kg
Klien tampak segar , bibir lembab,
klien menghabiskan pors yang diberikan
HB : 13gr/dl
A : tujuan teratasi
P : pertahankan intervensi







BAB IV
PEMBAHASAN
A. TEORI

Diare merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat baikk di
negara berkembang maupun di negara berkembang. Penyakit diare masih sering
menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam
waktu yang singkat.
Diare yang akut gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari, sedang
diare yang kronik yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat
disebabkan infeksi maupun non infeksi. Dari penyebab diare yang banyak
adalahdiare infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri dan parasit. Diare infeksi
juga dapat menyebabkan kematian.
Diare merupakan masalah umum ditemukan diseluruh dunia. Di Amerika Serikat
keluhan diare menempati peringkat ketiga dari daftar keluhan pasien pada ruang
praktek dokter, sementara di beberapa rumah sakit di Indonesia data menunjukkan
diare akut karena infeksi terdapat peringkat pertama s/d ke empat pasien dewasa
yang datang berobat ke rumah sakit. Di negara maju diperkirakan insiden sekitar
0,5-2 episode/orang/tahun sedangkan di negara berkembang lebih dari itu. Di USA
dengan penduduk sekitar 200 juta diperkirakan 99 juta episode diare akut pada
dewasa terjadi setiap tahunnya. WHO memperkirakan ada sekitar 4 miliar kasus
diare akut setiap tahun dengan mortalitas 3-4 juta pertahun.
Bila angka itu diterapkan di Indonesia, setiap tahun sekitar 100 juta episode diare
pada orang dewasa per tahun. Dari laporan surveilan terpadu tahun 2006 jumlah
kasus diare didapatkan 13,3 % di Puskesmas, di rumah sakit didapat 0,45% pada
penderita rawat inap dan 0,05 % pasien rawat jalan. Penyebab utama disentri di
Indonesia adalah Shigella, Salmonela, Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan
Entamoeba histolytica. Disentri berat umumnya disebabkan oleh Shigella dysentery,
kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh Shigella flexneri, Salmonella dan
Enteroinvasive E.coli. (Anonym. Wikipedia, The Free Encyclopedia.


B. PENGKAJIAN
Proses pengkajian yang dilakukan pada klien An. N dengan Diarea di RS Sejahtera
Medika dilakukan perawat dengan melakukan wawancara dengan ibu klien,
observasi dan pemeriksaan fisik langsung kepada klien. Pelaksanaan pengkajian
mengacu pada teori, akan tetapi disesuaikan dengan kondisi klien saat di kaji. Pada
saat dilakukan pengkajian ibu klien cukup terbuka sehingga mempermudah perawat
dalam mengkaji pasien dan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Hal ini
dibuktikan dengan ibu klien mau menjawab pertanyaan dari perawat. Data yang di
dapat pada saat pengkajian pada An. N dengan Ibu klien mengatakan anak An. N
BAB 7x sehari, dengan feses berwarna kuning, berbau menyengat dan berbusa.Dari
hasil pengkajian An. N terlihat selalu memegangi perutnya Leukosit: 11000 (5000-
10000 /ul) Pemeriksaan feses : terdapat bakteri E. coli. Raut wajah terlihat meringis
menahan sakit Klien tampak lemah Bibir kering Klien menghabiskan bubur setengah
porsi
Hemoglobin: 12,8 gr/dl Saat dilakukan pengkajian didapat hasil bibir kering, kulit
bersisik, mata bengkak dan merah BC -129.4 cc Turgor kulit tidak elastic Suhu = 400
C. Klien terlihat lemah Hematokrit: 52 % (N=L=40 48, P=37 - 43%)
Dari hasil pengkajian tersebut menunjukkan tanda-tanda dan gejala yang ada pada
klien tidak jauh berbeda dengan konsep teori yang ada.
Dari data yang terkumpul kemudian dilakukan analisa dan identifikasi masalah yang
dihadapi oleh klien yang merupakan data fokus dan selanjutnya dirumuskan
diagnosa atau masalah keperawatan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan tinjauan teoritis pada BAB II, pada klien An. N dengan diarea adalah
ada 3 diagnosa yang diangkat, meliputi :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
2. Diare berhubungan dengan parasit
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan
Alasan kelompok mengambil diagnose yang pertama Kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan Ibu klien mengatakan
anak An. N BAB 7x sehari, dengan feses berwarna kuning, berbau menyengat dan
berbusa., Saat dilakukan pengkajian didapat hasil bibir kering, kulit bersisik, mata
bengkak dan merah, BC -129.4 cc, Turgor kulit tidak elastic, TTV di dapat hasil S=
400 C, Klien terlihat lemah, Hematokrit : 52 % (N=L=40 48, P=37 - 43%).
Kemudian kelompok mengambil diagnosa kedua yaitu Diare berhubungan dengan
parasit ditandai dengan Ibu klien mengatakan anak An. N BAB 7x sehari, dengan
feses berwarna kuning, berbau menyengat dan berbusa, An. N juga mengatakan
perut seperti diremas-remas dan sangat sakit sehingga , An. N terlihat selalu
memegangi perutnya, Leukosit: 11000 (5000-10000 /ul), Pemeriksaan feses :
terdapat bakteri E. coli. Dan kelompok mengambil diagnosa ketiga yaitu Nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan ditandai
dengan Klien mengatakan nafsu makannya berkurang, klien sulit makan, Ibu klien
mengatakan BB sebelum sakit adalah 18 kg, TB : 75,6 cm. Saat di Rumah Sakit BB
klien menurun menjadi 15 kg, Ibu An.N mengatakan anaknya sudah 4 hari BAB
terus menerus,dalam sehari bisa lebih dari 6x, bahkan kemarin dalam sehari bab
sebanyak 9x,BAB cair dan berbusa serta bau yang sangat menyengat., Ibu klien
mengatakan An. N mual dan muntah, Klien tampak lemah, Bibir kering, Klien
menghabiskan bubur setengah porsi, Hemoglobin: 12,8 gr/dl.
Setelah diagnosa atau masalah keperawatan ditegakan selanjutnya dilakukan
pembuatan rencana tindakan dan kriteria hasil untuk mengatasi masalah
keperawatan yang ada pada klien.
D. PERENCANAAN
Perencanaan dalam proses keperawatan dimulai setelah data terkumpul,
dikelompkkan, dianalisa dan ditetapkan masalah keperawatan. Perencanaan
disusun berdasarkan prioritas masalah yang disesuaikan dengan kondisi klien.
Setelah masalah ditentukan berdasarkan prioritas, tujuan pelayanan keperawatan
ditetapkan. Tujuan bisa ditetapkan dalam jangka panjang atau jangka pendek, harus
jelas, dapat diukur dan realistis. Ditegaskan dalam bentuk perubahan, kriteria hasil
sebagai alat ukur pencapaian tujuan yang mengacu pada tujuan yang disusun pada
rencana keperawatan, pada penyusunan kriteria hasil perawat menyesuaikan
dengan waktu pemberian perawatan yang dilakukan oleh perawat yaitu selama 3x24
jam.
Perencanaan yang dibuat pada An. N dengan masalah utama Setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam maka klien akan mendemostrasikan
kekurangan volume cairan teratasi.

E. PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Setelah rencana keperawatan dibuat, kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan.
Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan merupakan kegiatan atau tindakan yang
diberikan pada An. N dengan menerapkan pengetahuan dan kemampuan klinik yang
dimilki oleh klien berdasarkan ilmu ilmu keperawatan dan ilmu ilmu lainnya yang
terkait. Seluruh perencanaan tindakan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan
baik.
Klien diberikan obat-obatan berupa : Terapi cairan infuse RL 500 ml (40 tpm),
Fuazolidone 5ml 4 kali perhari, Parasetamol 250mg/hr,Tomit 5mg 3x/hari, yang
bertujuan untuk mengatasi kekurangan volume cairan dan diarea.

F. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan. Tahap evaluasi dalam
proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subjektif dan data objektif yang
akan menunjukkan apakah tujuan asuhan keperawatan sudah tercapai sepenuhnya,
sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah apa yang perlu di kaji,
direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.
Tujuan tahap evaluasi adalah untuk memberikan umpan balik rencana keperawatan,
menilai, meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui perbandingan asuhan
keperawatan yang diberikan serta hasilnya dengan standar yang telah di tetapkan
lebih dulu.
Pada tahap evaluasi yang perawat lakukan pada An. N adalah melihat apakah
masalah yang telah diatasi sesuai dengan kriteria waktu yang telah ditetapkan. Dari
ketiga diagnosa, diagnosa kekurangan volume cairan, diarea dan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh





BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengan cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya dari
200 g atau 200 ml/24 jam.
2. Faktor infeksi diare menurut Ngastiyah (2005) adalah:
1. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare.
Infeksi Bakteria : Vibrio, E.coli, Salomella campilo baster.
Infeksi Virus : Rotavirus, calcivilus, Enterovirus, Adenovirus, Astrovirus.
Infeksi Parasit : Cacing (ascaris, oxyuris), protozoa (entamoeba histolica,giardia
lambia), jamur (candida aibicans).
2. Infeksi Parenteral :Infeksi diluar alat penceranaan makanan seperti Tonsilitis,
broncopneumonia, Encefalitis,meliputi:
Faktor Malabsorbsi : karbohidrat, lemak, protein
Faktor Makanan : basi, racun, alergi
Faktor Psikologi : rasa takut dan cemas
3. Beberapa tanda dan gejala tentang diarea: Sering BAB dengan konsistensi tinja
cair atau encer.Terdapat lika tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelek ( elastisitas
kulit menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering. Kram
abdomenal. Demam. Mual dan muntah. Anoreksia. Lemah. Pucat. Perubahan TTV,
nadi dan pernafasan cepat. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
4. Pemeriksaan penunjang hasil pemeriksaan lab, Leukosit, Trombosit, hemoglobin,
hematokrit, pemeriksaan feses.
5. Diagonasa Keperawatan yang muncul :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
b. Diare berhubungan dengan parasit
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu
makan
B. `Saran
Harapan penulis, bagi mahasiswa/I keperawatan dengan adanya makalah ini dapat
membantu dalam pembuatan asuhan keperawatan dan memperluas wawasan serta
pengetahuan mengenai masalah kesehatan yang biasa di temui di dunia kesehatan
khususnya Diarea.








KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DIARE
(AKUT DAN KRONIS)
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI / PENGERTIAN
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari 3 kali sehari
(WHO, 1985 dalam Kapita Selekta Kedokteran FKUI 2001).
Diare akut adalah diare awalnya mendadak dan berlangsung
singkat,dalam beberapa jam sampai 7 atau 14 hari. Diare kronis adalah
diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu pada orang dewasa dan
dua minggu pada bayi anak-anak (Kapita selekta kedokteran, FKUI
2001).
2. PENYEBAB DIARE
Penyebab diare yang utama adalah infeksi parasit, virus maupun
bakteri. Penyebab lain diare antara lain : efek samping obat-obatan
tertentu, pemberian makan per selang, gangguan metabolik dan
endokrin, gangguan nutrisi dan malabsorpsi, paralitik ileus dan obstruksi
usus. Ditinjau dari sudut patofisiologinya, diare dibadakan menjadi diare
sekresi dan diare osmotik.
Diare sekresi disebabkan oleh :
a. Infeksi (virus,bakteri dan parasit).
b. Hiperperistaltik usus (akibat bahan-bahan kimia, makanan, gangguan
psikis, gangguan saraf, hawa dingin alergi dan sebagainya).
c. Defisiensi imun terutama SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang
mengakibatkan berlipatgandanya bakteri/flora usus dan jamur terutama
candida.
Diare osmotik disebabkan oleh :
a. Malabsorpsi makanan (karbohidrat,lemak,protein,vitamin dan mineral).
b. Kekurangan kalori protein (KKP).
3. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT
Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan atau
minuman yang tercemar. Di negara berkembang tingginya prevalensi
penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar,
kekurangan protein dan kalori yang menyebabkan turunnya daya tahan
tubuh.
Dalam penelitian di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta Timur 1993
1994) terhadap 123 pasien diare dewasa yang di rawat di bangsal
diare akut didapatkan hasil isolasi dengan E. coli (38,29%), V cholerae
(18,29%), Aeromonas sp (14,29%) sebagai tiga penyebab terbanyak.
4. PATOFISIOLOGI
Diare sekresi merupakan diare dengan volume banyak yang
disebabkan oleh peningkatan produksi dan sekresi air serta elektrolit
oleh mukosa usus ke dalam lumen usus. Diare osmotik terjadi bila air
terdorong ke dalam lumen usus oleh tekanan osmotik dari partikel yang
tidak dapat diabsorpsi, sehingga reabsorpsi air menjadi lambat.
Sebagai akibat dari diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
a.Kehilangan air (dehidrasi). Dehidrasi terjadi akibat pengeluaran air lebih
banyak dari pemasukan air, merupakan penyebab kematian pada diare.
b.Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), terjadi
karena kehilangan natrium bikarbonat bersama tinja, penimbunan asam
laktat karena anoksia jaringan, produk metabolism yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan ginjal (oligouria/anuria),
pemindahan ion natrium dari ekstrasel kedalam intrasel. Secara klinis
asidosis dapat dilihat dari pernapasan Kussmaul.
c.Gangguan sirkulasi. Sebagai akibat diare dengan atau tanpa muntah,
dapat terjadi gangguan sirkulasi berupa renjatan (shock) hipovolemik.
Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis
bertambah berat dan dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran
menurun dan bila tidak ditangani segera akan terjadi kematian.
Skema patofisiologi penyakit dikaitkan dengan munculnya masalah
keperawatan dapat dilihat pada lampiran.
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Frekuensi defekasi meningkat dengan konsistensi cair.
b. Pasien mengeluh nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut,
distensi, gemuruh usus (borborigimus), dan demam.
c. Kekurangan cairan dapat menyebabkan rasa haus, lidah kering, tulang
pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak.
d. Pernapasan Kussmaul sebagai tanda asidosis metabolic.
e. Kontraksi spasmodik yang nyeri dan peregangan yang tidak efektif
pada anus (tenesmus) dapat terjadi setiap defekasi.
f. Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (>120
kali per menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur, pasien
gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang
sianosis.
g. Kekurangan kalium dapat menyebabkan aritmia jantung.
h. Perfusi ginjal yang menurun dapat terjadi anuria.
Gejala klinis pasien tergantung pada derajat dehidrasi yang
dialami :
Gejala Klinis
Derajat Dehidrasi
Ringan Sedang Berat
Keadaan Umum
Kesadaran
Rasa haus
Sirkulasi
Nadi
Respirasi
Pernapasan
Kulit
Mata
Turgor & Tonus
Diuresis
Selaput lendir
Baik ( CM )
+
Normal (80x/mnt)
Biasa
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal
Gelisah
++
Cepat
Agak cepat
Cekung
Agak kurang
Oligouria
Agak kering
Apatis koma
+++
Cepat sekali
Kuszmaull
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuria
Kering/Asidosis
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan biasanya adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium sangat penting
artinya dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat sehingga
pengobatan yang tepat dapat diberikan. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan :
1) Pemeriksaan tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
Biakan kuman untuk mencari kuman penyebab.
Tes resistensi untuk mencari berbagai kuman penyebab.
pH dan kadar gula jika dicurigai ada intoleransi glukosa.
2) Pemeriksaan darah.
Darah lengkap.
pH, cadangan alkali, dan elektrolit untuk menentukan ganguan
keseimbangan asam basa.
Kadar ureum untuk mengetahui faal ginjal.
3)Duodenal intubation.
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
7. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama. Hal penting yang perlu
diperhatikan :
1) Dehidrasi ringan diberikan oralit. Diberikan cairan Ringer Laktat, bila
tak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonikditambah 1 ampul
natrium bikarbonat 7, 5 % 50 ml.
2) Jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah yang
dikeluarkan. Dapat dihitung dengan cara (Metoda Pierce), dimana
kebutuhan cairan dari masing-masing derajat dehidrasi adalah :
dehidrasi ringan (5% X BB), sedang (8% X BB), berat (10% X BB).
3) Cara pemberian dapat dipilih oral atau IV.
b. Identifikasi penyebab infeksi untuk pemberian antibiotic.
c. Terapi simtomatik seperti obat antidiare diberikan dengan sangat hati-
hati dengan pertimbangan yang rasional. Anti motilitas dan sekresi usus
seperti loperamid sebaiknya jangan dipakai pada infeksi salmonella,
shigela, dan colitis pseudomembran kare akan memperburuk diare. Bila
pasien amat kesakitan dapat diberikan antimotilitas usus dalam jangka
pendek selama 1 2 hari saja. Pemberian antiemetik pada anak dan
remaja dapat menimbulkan kejang akibat rangsangan
ekstrapiramidal.
2. KONSEP DASAR ASKEP
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat kesehatan untuk mengetahui awitan dan pola diare serta pola
eliminasi pasien sebelumnya, terapi obat-obatan saat ini, riwayat medis
dan bedah terdahulu, asupan diet harian.
Ditanyakan tentang kram abdomen dan nyeri, frekuensi dan dorongan
mengeluarkan feses, adanya feses cair atau berminyak, mukus, pus dan
darah dalam feses.
Pengkajian obyektif mencakup penimbangan BB, mengkaji adanya
hipotensi postural, takikardia, dan inspeksi feses dalam hal konsistensi
bau dan warna.
Auskultasi abdomen menunjukkan bising usus dan karakternya.
Distensi abdomen dan nyeri tekan perlu dikaji, membran mukosa dan
kulit perlu diinspeksi untuk menentukan status hidrasi.
Kulit perianal diinspeksi terhadap adanya iritasi.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN/POTENSIAL KOMPLIKASI
1) Diare b.d infeksi, ingesti makanan pengiritasi, atau gangguan
usus.
2) Kurang volume cairan b.d kehilangan cairan aktif akibat diare
dan muntah.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d asupan nutrisi tak
adekuat akibat mual dan anoreksia.
4) Risiko terhadap kurang volume cairan b.d pasase feses yang sering dan
kurangnya asupan cairan.
5) Ansietas b.d eliminasi yang sering dan tidak terkontrol.
6) Risiko kerusakan integritas kulit b.d pasase feses yang sering dan
encer.
7) Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d efek dehidrasi akibat diare.
8) Kurang pengetahuan tentang pencegahan penularan b.d informasi yang
tak adekuat.
9) Nyeri akut b.d terangsangnya reseptor nyeri akibat peningkatan
peristaltik.
10) PK : Asidosis Metabolik.
3.RENCANA INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Diare (mengontrol diare)
Pantau konsistensi dan frekuensi defekasi.
Dorong pasien beristirahat di tempat tidur selama periode akut.
Anjurkan minum cairan dan makan makanan rendah serat selama
periode akut.
Anjurkan diet saring dari semi padat hingga padat jika asupan makanan
ditoleransi.
Batasi minuman yang mengandung kafein dan karbonat.
Anjurkan pasien menghindari makanan terlalu panas atau terlalu dingin.
Batasi pemberian susu, lemak, buah segar dan sayuran selama
beberapa hari.
Kolaborasi pemberian anti diare.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan.
Kaji tanda-tanda dehidrasi (penurunan turgor kulit, takikardi, nadi lemah,
penurunan natrium serum dan haus).
Pantau intake dan output cairan.
Pantau berat jenis urine
Timbang BB setiap hari.
Anjurkan asupan cairan oral (air, jus, kaldu, atau jenis minuman lain
yang dijual).
Kolaborasi pemberian cairan parenteral.
3) Meningkatkan keseimbangan nutrisi.
Kaji faktor-faktor yang menurunkan nafsu makan.
Pantau jumlah asupan nutriasi.
Jelaskan pentingnya asupan nutrisi yang adekuat untuk mempecepat
penyembuhan.
Diskusikan diet yang diperbolehkan.
Dorong pasien makan secara bertahap sesuai batasan diet.
Kolaborasi pemberian vitamin.
4) Mengurangi ansietas.
Berikan kesempatan pasien untuk mengekspresikan rasa takut dan
kekhawatirannya akibat kurang terkontrolnya eliminasi usus.
Bantu pasien mengidentifikasi makanan pengiritasi dan stressor yang
mencetuskan diare.
Dukung pasien untuk menggunakan mekanisme koping.
5) Perawatan kulit.
Pantau tanda-tanda iritasi kulit perianal.
Instruksikan pasien untuk melakukan perawatan kulit perianal seperti
mengelap atau mengeringkan area setelah defikasi.
Berikan pelindung kulit dan barier pelembab sesuai kebutuhan.
6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh.
Pantau tanda-tanda peningkatan suhu tubuh.
Diskusikan kemungkinan penyebab kenaikan suhu tubuh seperti infeksi,
dehidrasi.
Pertahankan hidrasi yang adekuat.
Kolaborasi pemberian anti piretika.
7) Meningkatkan pengetahuan tentang cara penularan.
Kaji tingkat pemahaman pasien/keluarga tentang cara penularan diare.
Jelaskan cara penularan diare.
Anjurkan pasien/keluarga meningkatkan kewaspadaan umum (universal
precaution) untuk mencegah penyebaran penyakit seperti mencuci
tangan dengan sabun, membersihkan pakaian dan linen terkontaminasi
dengan deterjen.
8) Mengatasi nyeri
Kaji toleransi pasien terhadap nyeri (PQRST).
Jelaskan penyebab nyeri abdomen.
Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.
Kolaborasi pemberian analgetika.
9) Pemantauan dan penanganan komplikasi : asidosis metabolik.
Pantau kadar elektrolit serum setiap hari.
Pantau tanda vital terutama adanya pernapasan kussmaul.
Kolaborasi pemberian elektrolit sesuai program.
4. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi hasil yang diharapkan dari tindakan diatas adalah ;
1) Melaporkan pola defikasi normal.
2) Mempertahankan keseimbangan cairan :
Mengkonsumsi cairan peroral dengan adekuat.
Melaporkan tidak adanya keletihan dan kelemahan otot.
Memperlihatkan membran mukosa lembab dan turgor normal.
Mengalami keseimbangan masukan dan haluaran.
Mengalami berat jenis urine normal.
3) Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat.
4) Mengalami penurunan tingkat ansietas.
5) Mempertahan integritas kulit :
Mempertahankan kulit tetap bersih setelah defikasi.
Menggunakan pelembab atau salep sebagai barier kulit.
6) Mempertahankan keseimbangan suhu tubuh (tidak terjadi
hipertermia)
7) Melaporkan nyeri yang terkontrol
8) Menunjukkan tindakan yang mendukung pencegahan penularan.
9) Tidak mengalami komplikasi :
Elektolit tetap dalam batas normal.
Tanda vital stabil.
Tidak ada pernapasan kussmaul.






BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Diare seringkali dianggap penyakit yang biasa dan sering dianggap sepele
penanganannya. Pada kenyataanya diare dapat menyebabkan gangguan sistem ataupun
komplikasi yang sangat membahayakan bagi penderita. Beberapa di antaranya adalah
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, shock hipovolemia, gangguan berbagai organ
tubuh, dan bila tidak tertangani dengan baik dapat menyebabkan kematian. Dengan demikian
menjadi penting bagi perawat untuk mengetahui lebih lanjut tentang diare, dampak negative
yang ditibulkan, serta upaya penanganan dan pencegahan komplikasinya.

Pada kasus pemenuhan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, sebenarnya
masih ada diagnosa keperawatan yang mungkin muncul. Tetapi pada kasus ini difokuskan
pada kasus diare, sehingga tindakan keperawatan lebih banyak diarahkan pada rehidrasi
pasien, dan ternyata banyak sekali yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah :
1) Meningkatkan pemahaman tentang diare
2) Mengidentifikasi masalah keperawatan yang berhubungan dengan adanya gangguan cairan
dan elektrolit pada klien diare
3) Mengidentifikasi tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pada
klien diare.






BAB II
LANDASAN TEORI

1. Fisiologi Usus Besar
Kolon atau usus besar terdiri dari kolon asenden, transversum, desenden dan sigmoid
yang bermuara di rektum dan anus. Arteri yang memperdarahi usus besar meliputi eteri
mesenterika superior (untuk kolon bagian kanan), arteri mesenterika inferior (untuk kolon
bagian kiri), serta arteri hemoroidales. Sistem saraf yang mempengaruhi kerja usus besar
adalah sisten saraf otonom kecuali spingter eksterna oleh sistem saraf volunter.
Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorpsi air dan elektrolit yang sebagian
besar berlangsung di usus besar bagian kanan, fungsi sigmoid sebagai reservoir untuk
dehidrasi massa feses sampai defekasi berlangsung. Sekresi kolon merupakan mukus dan
HCO3, mukus bekerja sebagai pelumas dan melindungi mukosa kolon sedangkan
HCO3 berperan dalam kestabilan jumlah bakteri dalam kolon dan menjaga tingkat keasaman
dalam kolon, pada peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin
bertanggung jawab akan kehilang protein dalam feses, juga menyebabkan kehilangan
HCO3 yang bertanggung jawab terhadap sebagian gangguan keseimbangan asam basa.
Bakteri dalam kolon melakukan banyak fungsi yaitu mensintesis vitamin K dan
beberapa vitamin B, serta melakukan pembusukan sisa makanan yang tidak bisa diabsorpsi
usus halus. Selama proses pembusukan dihasilkan berbagai peptida, indol, skatol, fenol dan
asam lemak serta beberapa gas (amonia, H2, H2S, dan CH4). Sebagian zat-zat ini dibuang
bersama feses dan yang lainnya diabsorpsi dan ditransfor ke hati untuk diubah menjadi
senyawa yang kurang toksik dan diekskresi melalui urin.

2. DIARE
Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja, dan P.O Asdil (1998), diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Menurut C.L Betz, dan L.A
Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau
usus. Menurut Suradi, dan Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Enteritis adalah infeksi yang disebabkan virus maupun bakteri pada traktus intestinal
(misalnya kholera, disentri amuba). Diare psikogenik adalah diare yang menyertai masa
ketegangan saraf / stress.

A. Etiologi Diare
a. Faktor infeksi : Bakteri, virus, parasit, kandida
b. Faktor parenteral : infeksi di bagian tubuh alin (OMA sering terjadi pada anak-anak)
c. Faktor malbabsorpsi : karbohidrat, lemak, protein
d. Faktor makanan : makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran yang dimasak
kurang matang, kebiasaan cuci tangan
e. Faktor psikologis : rasa takut, cemas.

B. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus
enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli,
Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme
patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin
dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah adanya peningkatan bising usus
dan sekresi isi usus sebagai upaya tubuh untuk mengeluarkan agen iritasi atau agen infeksi.
Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air
dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare dan absorpsi air serta elektrolit terganggu.
Sebagai homeostasis tubuh, sebagai akibat dari masuknya agen pengiritasi pada kolon, maka
ada upaya untuk segera mengeluarkan agen tersebut. Sehingga kolon memproduksi mukus
dan HCO3 yang berlebihan yang berefek pada gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan
elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa, gangguan gizi, dan gangguan
sirkulasi darah.

C. Manifestasi klinis
a. Bising usus meningkat, sakit perut atau mules
b. Diare, vomitus, tanda dehidrasi (+)
c. Asidosis, hipokalemia, hipotensi, oliguri, syok, koma
d. Pemeriksaan mikro organisme (+) ( misalnya amoeba)
e. Bisa ada darah dan mukus (lendir) dalam feses (misalnya pada disentri amuba)

D. Komplikasi pada diare
Menurut Bongard (2002), ada 5 komplikasi utama yang muncul pada kasus diare, yaitu:
a. Dehidrasi
Dehidrasi Ringan; Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Dehidrasi Sedang; Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Dehidrasi Berat; Kehilangan cairan 8 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-
otot kaku sampai sianosis.
b. Renjatan hipovolemik
Ringan (kehilangan cairan < 20% volume darah); pasien mengeluhkan perasaan dingin,
perubahan tekanan darah dan nadi, kulit pucat, dingin, lembab, flat neck veins, urin pekat
Sedang (defisit 20-40 % dari volume darah); pasien mengaluh haus, tekanan darah turun pada
posisi supine, oliguria.
Berat (defisit cairan >40 % volume darah); pasien tampak gelisah, lemah, bingung,
obtune,tekanan darah rendah dan nadi tak teraba, takhipnea, jika progres berlanjut terjadi
cardiac arrest.
c. Kejang
d. Bakteriemia
e. Malnutrisi
f. Intoleran sekunder akibat kerusakan mukosa usus (perforasi)


E. Penatalaksanaan
a. Banyak minum
b. Rehidrasi perinfus
c. Antibiotika yang sesuai
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain)
g. Transfusi bila terjadi perdarahan
h. Pembedahan bila terjadi perforasi
i. Observasi keseimbangan cairan
j. Cegah komplikasi

F. Terapi cairan (intra vena)
a. Pungsi vena (pemasangan infuse)
Pemilihan dan pengkajian vena yang hati-hati adalah penting untuk prosedur yang berhasil.
Pemilihan tersebut adalah
Gunakan vena-vena distal terlebih dulu
Gunakan lengan pasien yang tidak dominan jika mungkin
Pilih vena-vena diatas area fleksi
Pilih vena yang cukup besar untuk memungkinkan aliran darah yang adekuat
Pastikan bahwa lokasi yang dipilih tidak akan mengganggu aktifitas pasiensehari-hari.
Pilih lokasi yang tidak akan mempengaruhi pembedahan atau prosedur-prosedur yang
direncanakan
Prosedur pemasangan kateter IV (infuse)
Persiapan alat ; kateter IV (ukuran disesuaikan), infuset, tiang infus, transparant dressing,
sarung tangan, torniquet, kapas alkohol (povidon iodin), baki dan alas tindakan, bak steril,
cairan infus yang dibutuhkan.
Cuci tangan
Pilih vena yang paling baik
Pasang alas tindakan
Pakai sarung tangan
Pasang tourniquet
Fiksasi vena; letakan ibu jari anda diatas vena untuk mencegah pergerakan dan untuk
meregangkan kulit melawan arah penusukan
Tusuk vena
Rendahkan jarum sampai hampir sejajar dengan kulit
Dorong kateter ke depan vena kira-kira sampai inci sebelum melepas stylet; lepaskan
regangan kulit, pegang stylet, dan dorong kateter
Lepaskan torniquet dan tarik stylet
Pasang ujung selang infus atau tutup injek intermiten
Pasang transparant dressing dan fiksasi dengan plester
Beri label pada tempat pemasangan
Bereskan alat
Cuci tangan

b. Cairan Intravena (IV)
Cairan IV diklasifikasikan sebagai larutan isotonik, hipotonik, atau hipertonik yang
tergantung pada efek cairan dan komponen cairan intra sel (CIS) dan cairan ekstra sel (CES).
1) Larutan isotonik
Larutan isotonik digunakan untuk menambah volume CES. Larutan ini mengandung
konsentrasi larutan yang sama dengan cairan tubuh dan menghasilkan tekanan osmotik yang
sama dengan CES dalam keadaan normal atau stabil.
Larutan NaCl 0,9%, RL, dan dextrose 5% semua berfungsi sebagai larutan isotonik. Jika
larutan isotonik diinfuskan kedalam sistem intravaskuler, volume cairan meningkat. Satu liter
larutan isotonik menambah CES dengan satu liter, tiga liter cairan isotonik diperlikan untuk
mengganti 1 liter darah yang hilang.
Berdasarkan konsentrasinya, larutan isotonik dibedakan menjadi larutan kristaloid (untuk
dehidrasi) dan larutan koloid (untuk hipovolemia. Larutan koloid bisa bertahan didalam
sistem vaskuler > 20 jam.
2) Larutan hipotonik
Larutan hipotonik menghasilkan tekanan osmotikyang lebih randah daripada CES. Infus
cairan hipotonik yang berlebihan dapat menyebabkan deplesi cairan intravaskuler, hipotensi,
edema seluler dan kerusakan sel.
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi yang serius, pasien dan infus harus
dipantau dengan teliti. NaCl 0,45% dan 0,3% memberikan air, natrium dan klorida bebas
untuk membantu ginjal dalam mengekskresi solut.
Jangan memberikan aquabidest secara intravena kecuali bila digunakan sebagai pengencer
obat karena akan memberikan efek sangat hipotonik pada sel darah dan dapat mengebabkan
lisis sel darah merah.
3) Larutan hipertonik
Larutan hipertonik menghasilkan tekanan osmotik yang lebih besar daripada CES, digunakan
untuk menggeser CES ke dalam plasma darah dengan melakukan difusi cairan dari jaringan
untuk menyamakan solut dalam plasma. Kelebihan cairan hipertonik yang cepat dapat
menuebabkan kelebihan (overload) sirkulasi dan dehidrasi. Cairan IV hipertonik adalah
Dextrose 5% dalam NaCl 0,9%, dekstrose 5% dalam RL, dextrose 10% dan yang lebih besar
lagi.


c. Cara penghitungan cairan, dosis obat dan koreksi elektrolit
Perhitungan kecepatan aliran perlu untuk melengkapi pemberian cairan dan obat-obat IV
yang aman.
1. Perhitungan kecepatan aliran infus (Brunner dan Suddarth, 2007)
Hal yang perlu diperhatikan; voluke cairan yang diinfuskan, waktu infus total, kalibrasi set
pemberian yang digunakan (jumlah tetesan/ml dalam paket infuset), menggunakan rumus
sebagai berikut
Gtt/mnt dari set x volume total per jam = gtt/mnt
60 mnt
2. perhitungan obat inotropik/norepineprin (Terapi Intravena, 1998)
Dosis(g) x KgBB x mnt = ......cc/jam K= terlarut (g)
K pelarut (ml)

Obat yang menggunakan rumus tersebut biasanya adalah dopamine (200mg/amp), dobutamin
(250 mg/amp), norepineprin (2, 4, 8 mg/ml)
3. Perhitungan koreksi elektrolit (Terapi Cairan, 2005)
Koreksi kalium dan bicarbonat
x BB x (N H) N; nilai normal
H; hasil pemeriksaan laboratorium

Koreksi natrium
Na (N H) x BB x total body water (persamaam I)
N ; Na normal (135) H ; Na hasil pemeriksaan
total body water ; 60%

Atau dengan perhitungan; ditentukan kenaikan Na yang diinginkan ()
Laki-laki: x 0,6 x BB = ......liter
513
Untuk perempuan : x 0,5 x BB = ......liter
513
Catatan : natrium mulai dikoreksi jika hasil < 125 mEq/L
Maksimal pemberian titrasi 12 mEq/24 jam

3. Proses Keperawatan
A. Pengkajian
Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan penentuan masalah.
Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi, pemeriksaan fisik.
a. Data demografi klien
b. riwayat kesehatan
gaya hidup, kebiasaan makan, kepercayaan, perubahan berat badan, perubahan frekuensi
BAK, mual, muntah, frekuensi BAB
c. pemeriksaan fisik
secara umum fokus pengkajian pada pasien dengan gangguan cairan pada diare meliputi;
berat badan turun dari biasanya
tanda-tanda vital, pada kondisi diare TD turun, HR naik, RR naik, S bisa naik bisa turun
intake output cairan. Oliguria atau anuria
edema, pada diare akut jarang terjadi edema, namun pada diare kronis kadang ditemukan
edema ekstrimitas karena kehilangan perotein
turgor, keelastisan kulit berkurang pada pasien dengan diare
mulut kering, saliva berkurang, konjunktiva kering
kolaps vaskuler, nadi lemah
kejang, perubahan kesadaran; apatis sampai dengan koma
keluhan; diare lebih dari 3x dalam sehari, mual, muntah
pada pemeriksaan lab; hematokrit meningkat, ureum dan kreatinin serum meningkat, Na dan
K meningkat, perubahan nilai AGD, pemeriksaan feses (darah mungkin +, lendir mungkin +,
kultur MO +)
d. kemungkinan daftar masalah keperawatan yang muncul pada klien diare :
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan.
Nausea
Resiko gangguan integritas kulit
Tidak efektifnya perfusi jaringan
Defisit pengetahuan
e. tujuan yang ingin dicapai
1. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan
a. keseimbangan elektrolit dan asam basa ; HR reguler normal, respirasi reguler normal,
elektrolit normal, ureum kreatinin serum normal, AGD normal
b. keseimbangan cairan; TD normal, MAP normal, nadi teraba, tidak haus, intake output dalam
24 jam seimbang, turgor baik.
c. Rehidrasi
d. status respirasi; pertukaran gas ; RR dan irama respirasi dalam batas normal
e. status tanda-tanda vital; tanda-tanda vital dalam batas normal
2. nausea
a. level kenyamanan; keluhan nyeri perut / mules berkurang/hilang, frekuensi BAB berkurang,
ekspresi wajah tenang dan senang
b. hidrasi; turgor baik, membran mukosa tampak lembab, level hematokrit normal, urin out put
0,5 1 cc/kgBB/jam
c. status nutrisi; intake nutrisi dan cairan sesuai(prosi habis), BB kembali ke semula
d. resiko gangguan integritas kulit; resiko terkontrol, tidak terjadi terjadi lecet di sekitar anus
3. tidak efektifnya ferpusi jaringan; capillary refill time < 3, akral tidak dingin, nadi perifer
kuat, sadar, tidak gelisah
4. defisit pengetahuan

B. Perencanaan dan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
cek dan koreksi nilai elektrolit bila perlu, EKG
pasang infus isotonis kristaloid, berikan cairan sesuai kebutuhan, awasi dan catat
keseimbangan I-O, pasang kateter urine, anjurkan banyak minum yang mengandung elektrolit
Observasi fungsi renal (level ureum dan krearinin)
Observasi turgor dan integritas kulit disekitar anus
Observasi frekuensi dan jumlah BAB (diare)
Modifikasi perilaku dan jenis makanan (rendah serat tinggi kalori tinggi protein)
Evaluasi dan observasi intake nutrisi dan cairan
Transfusi bila perlu
manajemen shock: volume dan pencegahan, observasi tanda-tanda vital
kaji faktor resiko dan penyebab
berikan penjelasan tentang proses penyakit, efek dan proses penularan
kolaborasi untuk pemberian terapi anti diare, anti emetik, antibiotic
berikan O2 sesuai kebutuhan



C. Evaluasi
Evaluasi secara terus menerus proses tentang cairan, elektrolit, keseimbangan asam-basa.
a. Komplikasi yang terjadi adalah gangguan fungsi ginjal
Klasifikasi akut kidney injury (gangguan fungsi ginjal akut)
Stage Kreatinin Output urine
risk 1,5 x < 0,5 cc/KgBB/jam (selama 6 jam)
injuri 2 x < 0,5 cc/KgBB/jam (selama 12 jam)
fail 3 x < 0,3 0,5 cc/KgBB/jam (selama 24 jam)
loss

endstage

b. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
c. Kadar elektrolit; Na (135 145 mEq/L), K (3,5 5 mEq/L)
d. Keadaan insersi infus harus dalam keadaan baik
Hal yang harus dipertimbangkan selama periodik dari keseluruhan sistem infus :
IV adalah pemberian infus pada kecepatan yang telah ditetapkan
Semua sambungan utuh
Cairan yang benar diinfuskan pada pasien
Selang IV ditempatkan dengan benar
Tabung tetesan infus berisi cairan dengan batas yang benar
Selang diperiksa dan penggantiannya dipertimbangkan















BAB III
CONTOH KASUS

Klien datang ke UGD dengan keluahan BAB mencret > 6 x dalam sehari, mual, sakit perut,
badannya terasa lemes, keluhannya sudah berlangsung 2 hari. Menurut istrinya, sehari
sebelum kejadian klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di dekat rumahnya. Pada
saat dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya lemes, tubuhnya teraba dingin. Pada
saat diukur tekanan darahnya 80/50 mmHg, klien tampak sesak, RR 35 x/mnt, nadi 130
x/mnt, turgor 6, pada saat dipasang kateter urine, didapat urin 100 cc.

A. Pengkajian
1) Data demografi klien
2) Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Klien mengeluh BAB mencret > 6 x dalam satu hari, perut terasa mules
Riwayat kesehatan
Pada saat pengkajian klien tampak lemes, gelisah, menurut istrinya dua hari yang lalu klien
mengeluh BAB mencret sampai >6x/hr dan mual, tapi klien tetap ingin berpuasa. Sehari
sebelumnya klien berbuka puasa dengan es buah yang dibeli di dekat rumahnya.pada saat
dibawa ke RS klien klien tampak pucat, badannya lemes, bicara ngelantur, tubuhnya teraba
dingin.

3) .Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis
TD : 80/50 mmHg
RR : 35 x/mnt
Nadi : 130 x/mnt reguler, nadi radialis lemah
Suhu : 35,4 c
b. Fokus data pada pemeriksaan fisik
Kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4M6V5), gelisah, mulut tampak kering, kulir tampak
kering, turgor menurun 6, nadi radialis lemah, vena kecil dan keras, terpasang dower
kateter, diuresis 5 cc/jam (BB 55kg), terpasang infus di vena sefallika kanan RL 104 cc/jam,
dobutamin 5ug/kgbb/mnt, dopamin 3ug/kgbb/mnt,HR 130 x/mnt reguler, RR 35 x/mnt cepat
dangkal, akral teraba dingin.
4) Data Penunjang
Tanggal 27 Agustus 2011
Hb : 14 /dl
Leukosit : 12000 /dl
Trombosit : 325000 /dl
Hematokrit : 50 %
GDS : 150 mg/dl
Ureum : 123 mg/dl
Kreatinin : 3,9 mg/dl
Na : 130 mEq/lt
Kalium : 3,0 mEq/lt
5) Analisa Data
Data Etiologi Masalah keperawatan
DS : - riwayat diare >6 x/hr
- Riwayat mual
- Mules / sakit perut
DO : mulut dan kulit tampak kering
- Turgor (6)
- Nadi radialis teraba lemah
- Vena kecil dan keras
- Diuresis 5 cc/jam
Hematokrit 50 %
- GDS 150 mg/dl
- Ureum 123 mg/dl
- Kreatinin 3,9 mg/dl
- Na 130 mEq/lt
- K 3,0 mEq/lt
Defisit volume cairan
- TD 80/50 mmHg
- HR 130 x/mnt, regular
- kesadaran delirium
- GCS 15
- Gelisah
- TD 80/50 mmHg
- HR 130 x/mnt
- RR 35 x/mnt, cepat dan dangkal

6) Data Obat-obatan
Metronidazole infus 3 x 500mg
Ceftriaxon injek 2 x 1gr
Ranitidin injek 3 x 1 ampul
Ondancentron 3 x 1 ampul
Infus RL 104 cc/jam
Lacto AD sachet 3 x 1 sachet
Carbo adsorben 3 x 3 tablet
Aspar k 2 x 1 tablet

B. Diagnosa Perawatan Berdasarkan Prioritas
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan.

C. Perencanaan
DP Tujuan intervensi
I Dalam 2 hr defisit volume terpenuhi;
- TD >100/60
- RR reguler, 12-20 x/mnt
- HR 60-80 x/
- S 36-37c
- Tugor < 3
- Diuresis 0,5-1 cc/kgbb/j
- Bibir lembab
- Na 135-145 mEq/L
- K 3,5-5 mEq/L
- Ureum < 45 /dl
- Kreatinin < 1.1/dl

Ak akral hangat
- Tidak sianosis
- AGD normal
- Ob Observasi TTV
- - Observasi dan catat I-O
- - Pasang infus RL 2 lt/hr
- - Anjurkan banyak minum cairan
yang mengandung elektrolit (oralit, larutan gula
garam).
Di - Diet rendah serat, tinggi protein tinggi kalori
- - Periksa Na, K
- - Periksa ureum, kreatinin
- -Kolaborasi pemberian antibiotik, antiemetik, tablet
Kalium, anti diare
Oo - bsservasi respirasi
- - Oksigen sesuai hasil AGD
- - Cek AGD
- - Posisi supine
- -Kolaborasi pemberian inotropik (awasi
kesesuaian dosis)
- - Observasi kesadaran
- GCS 15
- Tidak gelisah







D. Pelaksanaan
1) Memasang infuse dan merawat dressing (balutan) infuse
2) Mengobservasi adanya komplikasi pemasangan infus dan mengganti selang infus secara
berkala.
3) Memberikan cairan infuse RL (ringers laktat)
Intake cairan normal pada orang dewasa (Fundamental of Nursing , ); air dari minum 1500
cc, air dari makanan 700 cc, air yang terhirup dengan oksigen 200 cc. Kehilangan cairan dari
tubuh; dari kulit 300 400 cc, paru-paru 300 400 cc, saluran cerna 200 cc, ginjal 1200
1500 cc.

Pada kasus diare, terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan penurunan fungsi absorpsi
elektrolit seperti Na, K, HCO3, Ca, dan sejumlah nutrisi sehingga membutuhkan jenis cairan
isotonis untuk mengganti kehilangan tersebut. Berikut adalah komposisi cairan infuse
isotonis.


Jenis infus Komposisi (mEq)
Dextrose 2,5% in 0,45% saline 77 Na+ , 77 Cl
Dextrose 5% in 0,2% saline 38 Na+ , 38 Cl
Dextrose 5% in water
Ringers lactat (RL) 130 Na+ , 4 K+, Ca++ ,109 Cl, 28 lactat
Normal saline 0,9% 154 Na+ , 154 Cl
Dextran 40 10% in NS 0,9% or D5W
Dextran 70% in NS

Dextran 40 10% in NS adalah larutan koloid yang diindikasikan untuk meningkatkan
volume plasma pada pasien shock, tapi kontra indikasi pada pasien dehidrasi. Dextran 70%
bisa bertahan selama 20 jam di dalam plasma dan diindikasikan untuk shock hemoragik,
operasi, luka bakar.
Pada kasus diare terjadi kehilangan cairan ekstra sel dan beberapa elektrolit sehingga
dipilih RL untuk menggantikan kehilangan tersebut. RL mengandung Na+ 130 mEq, K+ 4
mEq, Ca++, 109 Ci , dan 28 lactat. Selain mengandung elektrolit juga mengandung laktat.
Laktat bisa dirubah menjadi virupat oleh hati dan menghasilkan ATP, sehingga bisa
memenuhi kebutuhan energi.
Tujuan terapi intravena adalah memberikan cairan dalam jumlah besar secara cepat
kepada pasien untuk mengatasi kehilangan cairan yang serius dan disebabkan oleh dehidrasi
berat. Menurut WHO (1992) bagian pertama cairan intravena (30 ml/kgBB) diberikan dengan
cepat (dalam waktu 60 menit untuk bayi < 12 bulan, 30 menit untuk anak dan dewasa). Sisa
dari cairan 70ml/kgBB diberikan dengan lebih lambat untuk melengkapi rehidrasi dalam
waktu 3 jam (6 jam untuk bayi).
A. Rencana pengobatan A (untuk mengobati diara di rumah)
1) Berikan cairan yang lebih banyak daripada biasanya kepada anak untuk mencegah terjadinya
dehidrasi; oralit, cairan rumah tangga (sop, air beras, yoghurt), air putih. Teruskan sampai
diare berhenti.
2) berikan makanan yang banyak kepada anak untuk mencegah malnutrisi; ASI, PASI, atau
makanan padat
3) bawalah anak kepada petugas kesehatan bila tidak mengalami perbaikan dalam waktu 3 hari
atau mengalami hal-hal berikut; diare beberapa kali, mntah berulang, rasa haus yang nyata,
tidak mau makan atau minum seperti biasa, demam, adanya darah dalam feses.


umur Jumlah oralit yang diberikan tiap habis
BAB
Jumlah oralit yg ditetapkan untuk
dogunalan dirumah
< 24 bulan 50 100 ml 500 ml/hr
2-10 tahun 100 200 ml 1000 ml/hr
10 th / > Sebanyak yang diinginkan 2000 ml/hr

B. Rencana pengobatan B (untuk mengobai dehidrasi)
Jumlah larutan oralit yang harus diberikan dalam 4 jam pertama

umur < 4 bln 4-11 bln 12 23 bln 2 4thn 5 14 thn 15 thn / >
Berat < 5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg 30 kg / >
Dalam ml 200 - 400 400 600 600 - 800 800 - 1200 1200 - 2200 2200 - 4000
Dlm takaran
lokal


Gunakan umur pasien bila tidak mengetahui berat badan. Jumlah oralit yang dibutuhkan
dapat dihitung dengan : BB (kg) x 75.










Bagan penatalaksanaan diare

Periksa A B C
Keadaan umum Sehat aktif Tampak sehat mengantuk Letargi atau tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung dan
kering
Air mata Ada Tidak ada Tidak Ada
Mulut dan Lidah Basah kering Sangat kering
Rasa haus Normal tidak haus Haus minum dengan
tidak tidak sabar
Minum sedikit atau tidak
mampu minum
Turgor Kembali dengan cepat Kembali dengan lambat Kembali dengan sangat
lambat
Tetapkan Pasien tidak ada tanda -
tanda dehidrasi
Bila pasien mempunyai
dua atau lebih tanda-
tanda tersebut, termasuk
paling sedikit satu dari
tanda yang ditulis miring,
maka terdapat dehidrasi
Bila pasien memiliki dua
atau lebih tanda-tanda
tersebut, termasuk paling
sedikit satu tanda yang
ditulis miring, maka
sedang terdapat dehidrasi berat
tindakan Gunakan rencana
pengobatan A
Timbang pasien, jika
memungkinkan, dan
gunakan rencana
pengibatan B
Timbang pasien dan
gunakan rencana
pengobatan C
DENGAN SEGERA

4. Melakukan kolaborasi pemberian terapi dopamin, dobutamin, antibiotik, antiemetik,
anti diare

E. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah mengacu pada tujuan yang ditetapkan
1. Tanda-tanda vital; tekanan darah > 100/60 mmHg, HR 60 80 x/mnt, respirasi 12 20
x/mnt
2. Nadi perifer teraba kuat, suhu tubuh 36 -37C
3. Kesadaran compos mentis dan tidak gelisah
4. Level fungsi ginjal; diuresis 0,5 1 cc/kgBB/jam, ureum < 43, kreatinin <1
5. Level elektrolit; Na+ 135 145 mEq/L, K+ 3,5 5 mEq/L, Ca++ 4,7 9 mEq/L
6. Hematokrit normal 35 48%
7. Mual tidak ada, porsi makan meningkat
8. Turgor < 3, membran mukosa lembab
9. Keluhan nyeri perut/ mules tidak ada
10. Frekuensi BAB berkurang (< 3 x/mnt)


Diagnosa keperawatan lainnya :
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien dan
peningkatan peristaltik usus.
b) Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
c) Kecemasan keluarga b.d perubahan status kesehatan anaknya.
d) Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b.d pemaparan
informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif
e) Kecemasan anak b.d perpisahan dengan orang tua, lingkungan yang baru
Rencana Keperawatan
Dx.1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan bera badan
Intervensi Rasional
Pertahankan tirah baring dan pembatasan
aktivitas selama fase akut.
Menurunkan kebutuhan metabolik
Pertahankan status puasa selama fase akut
(sesuai program terapi) dan segera mulai
pemberian makanan per oral setelah kondisi
klien mengizinkan
Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian
makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien
memungkinkan.
Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai
dengan program diet
Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai
indikasi
Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah
kekurangan nutrisi lebih lanjut
Dx.2 : Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirektal
Intervensi Rasional
Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan
lutut fleksi.
Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi
nyeri
Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa
nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat
abdomen
Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian
kliendan meningkatkan kemampuan koping
Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan
airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi
Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau
antikolinergik sesuai indikasi
Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai
indikasi klinis
Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-
5), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non
verbal
Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan
intervensi selanjutnya

Dx.3 : Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Tujuan : Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang.
Intervensi Rasional
Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan
dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang
tepat.
Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan
alternatif pemecahan masalah
Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum
terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami
masalah yang sama
Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa
klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah
yang demikian
Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah
tamah dan tulus dalam membantu klien.
Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu
peningkatan kecemasan

Dx.4 : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan
kognitif.
Tujuan : Keluarga akan mengerti tentang penyakit dan pengobatan anaknya, serta mampu
mendemonstrasikan perawatan anak di rumah.

Intervensi Rasional
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran,
termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan
anaknya.
Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik
dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan
akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari aktivitas sehari-hari.
Pemahaman tentang masalah ini penting untuk
meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga
dalam proses perawatan klien
Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan
cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul
Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien
dalam pengobatan.
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah
defekasi
Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien
terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya

Dx. 6 : Kecemasan anak b.d Perpisahan dengan orang tua, lingkugan yang baru
Tujuan : Kecemasan anak berkurang dengan kriteria memperlihatkan tanda-tanda
kenyamanan
Intervensi Rasional
Anjurkan pada keluarga untuk selalu mengunjungi klien dan
berpartisipasi dalam perawatn yang dilakukan
Mencegah stres yang berhubungan
dengan perpisahan
Berikan sentuhan dan berbicara pada anak sesering mungkin
Memberikan rasa nyaman dan
mengurangi stress
Lakukan stimulasi sensory atau terapi bermain sesuai dengan Meningkatkan pertumbuhan dan
ingkat perkembangan klien perkembangan secara optimun


BAB IV
KESIMPULAN

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau
lendir dalam tinja akibat imflamasi mukosa lambung atau usus sehingga terjadi kehilangan
cairan dan elektrolit secara berlebihan.
Sebagai akibat dari berkurangnya absorpsi cairan dan elektrolit di usus besar, maka
muncul beberapa masalah keperawatan dari diare ini, diantaranya adalah adanya gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit; kurang daru kebutuhan dan nausea.
Dari masalah keperawatan tersebut, dipilih beberapa tindakan keperawatan,
diantaranya :
a. Banyak minum (oralit)
b. Rehidrasi perinfus (jenis isotonis kristaloid)
c. Antibiotika yang sesuai (misal ciprofloxacin dan metronidazole)
d. Diit tinggi protein dan rendah residu
e. Obat anti kolinergik untuk menghilangkan kejang abdomen
f. Tintura opium dan paregorik untuk mengatasi diare (atau obat lain), misal carboadsorben
g. Observasi keseimbangan cairan dan level elektrolit
h. Cegah komplikasi

You might also like