sejarah, mutazilah timbul berkaitan dengan peristiwa Washil bin Atha
(80-131) dan temannya, amr bin ubaid dan Hasan al-basri, sekitar tahun 700 M. Washil termasuk orang-orang yang aktif mengikuti kuliah-kuliah yang diberikan al-Hasan al-Basri di msjid Basrah. suatu hari, salah seorang dari pengikut kuliah (kajian) bertanya kepada Al-Hasan tentang kedudukan orang yang berbuat dosa besar (murtakib al-kabair). mengenai pelaku dosa besar khawarij menyatakan kafir, sedangkan murjiah menyatakan mukmin. ketika Al-hasan sedang berfikir, tiba-tiba Washil tidak setuju dengan kedua pendapat itu, menurutnya pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan pula kafir, tetapi berada diantara posisi keduanya (al manzilah baina al- manzilataini). setelah itu dia berdiri dan meninggalkan al-hasan karena tidak setuju dengan sang guru dan membentuk pengajian baru. atas peristiwa ini al-Hasan berkata, itazalna (Washil menjauhkan dari kita). dan dari sinilah nama mutazilah dikenakan kepada mereka.
Ciri-Ciri Faham Mutazilah
Ciriciri faham Mutazilah antara lain: 1. Orang yang berbuat dosa besar dan meninggal sebelum bertaubat, maka hukumnya tidak mukmin dan tidak kafir , namun diantara keduanya dan di akhirat kelak ia berada dintara surga dan neraka. ( Al Manzilah Baina Al Manzilahtain ) 2. Akal merupakan hukum tertinggi, baik dan buruk ditentukan oleh akal. 3. Bila terjadi perbedaan antara akal dan Al-Quran serta Hadist maka yang diambil adalah ketentuan akal. 4. Al- quran adalah Makhluk dan bukan firman Allah. 5. Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penghuninya di akhirat kelak. 6. Isra dan Miraj Nabi Muhammad saw, bukan dengan jasad dan ruh namun hanya melalui mimpi sebab mustahil menurut akal dalam waktu yang relatif singkat manusia dapat menempuh jarak yang luar biasa jauhnya dan penuh rintangan dan resiko. 7. Perbuatan manusia ditentukan oleh manusia itu sendirinya baik atau buruknya dan bukan ditentukan oleh Allah. 8. Bahwa Arsy itu tidak ada. 9. Surga dan neraka itu tidak ada, sebab yang kekal hanyalah Allah semata. 10.Shirat, yaitu jembatan yang melintang diatas neraka jahanam itu tidak ada. 11.Mizan, yaitu timbangan amal manusia di akhirat itu tidak benar adanya, sebab amal manusia itu bukan singkong maka tidak dapat ditimbang dan tidak perlu timbangan. 12. Haudl atau sungai atau telaga yang diceritakan ada di dalam surga itu tidak ada. Bahwa siksa dan nikmat kubur tidak ada , sebab manusia setelah dikubur sudah menyatu kembali dengan tanah . 13. Manusia setelah meninggal dunia itu sudah tidak mendapat manfaat apapun dari yang hidup, maka tidak perlu di doakan, dimintakan ampunan atas dosa- dosanya atau diberi hadiah pahala. Hadiah pahala tidak sampai kepada orang yang mati, karena mereka sudah menjadi tanah. 14. Bahwa Allah wajib membuat yang baik dan yang lebih baik untuk manusia. 15. Allah tidak mempunyai sifatsifat dan namanama, maka haram membaca atau mengkaji sifatsifat Allah, sebab Allah mendengar dengan Dzat - Nya, melihat dengan Dzat Nya dan segala sesuatu yang dilakukan oleh Allah dengan dzat nya. 16. Tidak mempercayai adanya Mujizat bagi nabi Muhammad Saw, selain Al Quran. 17. Halal hukumnya mencaci maki sahabat yang salah. 18. Surga dan neraka itu saat ini belum ada, dan baru akan dibuat oleh allah nanti bila kiamat sudah tiba.
1. Wasil bin Atha.
2. Abu Huzail al-Allaf.
3. Al-Jubbai.
4. An-Nazzam
5. Al- jahiz
6. Muammar bin Abbad
7. Bisyr al-Mutamir
8. Abu Musa al-Mudrar
9. Hisyam bin Amr al-Fuwati
Ada beberapa ajaran yang di ajarkan oleh golongan Mutazilah yaitu misalnya: Al adl (Keadilan). Yang mereka maksud dengan keadilan adalah keyakinan bahwasanya kebaikan itu datang dari Allah, sedangkan. Dalilnya kejelekan datang dari makhluk dan di luar kehendak (masyiah) Allah adalah firman Allah : Dan Allah tidak suka terhadap kerusakan. (Al-Baqarah: 205) Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya. (Az-Zumar:7) Menurut mereka kesukaan dan keinginan merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Sehingga mustahil bila Allah tidak suka terhadap kejelekan, kemudian menghendaki atau menginginkan untuk terjadi (mentaqdirkannya) oleh karena itu mereka menamakan diri mereka dengan nama Ahlul Adl atau Al Adliyyah. Al-Wadu Wal-Waid. Yang mereka maksud dengan landasan ini adalah bahwa wajib bagi Allah untuk memenuhi janji-Nya (al-wad) bagi pelaku kebaikan agar dimasukkan ke dalam Al-Jannah, dan melaksanakan ancaman-Nya (al-waid) bagi pelaku dosa besar (walaupun di bawah syirik) agar dimasukkan ke dalam An-Naar, kekal abadi di dalamnya, dan tidak boleh bagi Allah untuk menyelisihinya. Karena inilah mereka disebut dengan Waidiyyah. Kaum mutazilah adalah golongan yang membawa persoalan-persoalan teologi yang lebih mendalam dan bersifat filosofis daripada persoalan-persoalan yang dibawa kaum khawarij dan murjiah. dalam pembahasan , mereka banyak memakai akal sehingga mereka mendapat nama kaum rasionalis Islam. Aliran mutazilah merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua, aliran ini telah memainkan peranan penting dalam sejarah pemikiran dunia Islam. Orang yang ingin mempelajari filsafat Islam sesungguhnya dan yang berhubungan dengan agama dan sejarah Islam, haruslah menggali buku-buku yang dikarang oleh orang- orang mutazilah, bukan oleh mereka yang lazim disebut filosof-filosof Islam. Aliran Mutazilah lahir kurang lebih pada permulaan abad pertama hijrah di kota Basrah (Irak), pusat ilmu dan peradaan dikala itu, tempat peraduaan aneka kebudayaan asing dan pertemuan bermacam-macam agama. Pada waktu itu banyak orang-orang yang menghancurkan Islam dari segi aqidah, baik mereka yang menamakan dirinya Islam maupun tidak. DAN SEKARANG WAKTU NYA UNTUK KESIMPULAN OKE.......?????????? LANJUTKAN......!! Secara harfiah Mutazilah adalah berasal dari Itazala yang berarti berpisah. Aliran Mutaziliyah (memisahkan diri) muncul di basra, irak pada abad 2 H. Kelahirannya bermula dari tindakan Wasil bin Atha (700-750 M) berpisah dari gurunya Imam Hasan al-Bashri karena perbedaan pendapat. Wasil bin Atha berpendapat bahwa muslim berdosa besar bukan mukmin bukan kafir yang berarti ia fasik Imam Hasan al-Bashri berpendapat mukmin berdosa besar aliran Mutazilah yang menolak pandangan-pandangan aliran di atas. Bagi Mutazilah orang yang berdosa besar tidaklah kafir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka menyebut orang demikian dengan istilah al-manzilah bain al-manzilatain (posisi di antara dua posisi). Aliran ini lebih bersifat rasional bahkan liberal dalam beragama. Aliran Mutazilah yang bercorak rasional dan cenderung liberal ini mendapat tantangan keras dari kelompok tradisonal Islam, terutama golongan Hambali, pengikut mazhab Ibn Hambal. Sepeninggal al-Mamun pada masa Dinasti Abbasiyah tahun 833 M., syiar Mutazilah berkurang, bahkan berujung pada dibatalkannya sebagai mazhab resmi negara oleh Khalifah al-Mutawwakil pada tahun 856 M. Perlawanan terhadap Mutazilah pun tetap berlangsung. Mereka (yang menentang) kemudian membentuk aliran teologi tradisional yang digagas oleh Abu al-Hasan al- Asyari (935 M) yang semula seorang Mutazilah. Aliran ini lebih dikenal dengan al- Asyariah. Di Samarkand muncul pula penentang Mutazilah yang dimotori oleh Abu Mansyur Muhammad al-Maturidi (w.944 M). aliran ini dikenal dengan teologi al-Maturidiah. Aliran ini tidak setradisional al-Asyariah tetapi juga tidak seliberal Mutazilah.