PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2014/2015
A. PENDAHULUAN Kurikulum merupakan plan of learning, program belajar bagi siswa sekaligus intended learning out comes, hasil belajar yang diniati. Kurikulum semestinya mencakup tujuan, materi, strategi pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. (Hamalik, 2007:16) Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak direncanakan. Hilda Taba mengatakan bahwa curriculum is a plan for learning, yaitu aktifitas dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi kurikulum, menurut Nasution (1993:11) kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan tetapi juga yang tidak direncanakan yang disebut dengan hidden curriculum seperti, cara anak menjawab, mencontek, sikap terhadap asatidz (guru), disiplin dalam belajar, membina mental diri, dan masih banyak hal lainnya. Dalam hal selanjutnya kurikulum dapat dipandang sebagai ideal / real curriculum, potential / actual, dan juga disebut hidden curriculum. Diantara macam-macam kurikulum pendidikan adalah kurikulum formal, informal, dan non formal. Kurikulum formal mencakup kegiatan di kelas dan bersifat terencana, Kurikulum non formal terdiri atas aktifitas-aktifitas yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan langsung dengan pelajaran akademis dikelas, dan keberadaan kurikulum ini dipandang sebagai pelengkap (suplemen) kurikulum formal. Disamping kurikulum-kurikulum tersebut, terdapat juga kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Kurikulum ini antara lain berupa aturan-aturan tak tertulis dikalangan siswa. Seddan (1983) dalam Print (1995:10) menyatakan bahwa : .the hidden curriculum refers to the outcomes, which are not explicitly intended by educators. These outcomes are generally not explicitly intended because they are not stated by teachers in their oral or written list of objectifies, nor are they included in educational statement of in intent such as syllabus, school policy documents or curriculum projects.. Hal ini menunjukkan bahwa hidden curriculum tidak direncanakan oleh sekolah dalam menjalankan berbagai programnya serta tidak ditulis dan dibicarakan oleh para pendidik (guru). Kurikulum ini murni usaha anak didik (murid) dalam mengembangkan potensi dalam dirinya baik itu berkonotasi positif maupun negative. Dalam hal ini murid berperan sebagai perencana dan pelaku yang berhak akan masa depan yang dia inginkan, dengan kata lain murid sebagai penentu keberhasilan dalam hidupnya.
B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Hidden Curicullum Oliver menyamakan kurikulum dengan program pendidikan dan membagi menjadi empat bagian utama, yaitu: (1) the program of studies; (2) the program of experience; (3) the program of services; and (4) the hidden curriculum. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat komponen pokok yaitu sebagai program pendidikan atau belajar, program pengalaman, program latihan, dan hidden curriculum. Menurut Oliver, program belajar pengalaman dan latihan dengan mudah, secara jelas dan nyata dapat kelihatan, sedangkan konsep tentang hidden curriculum mencakup pengembangan nilai-nilai di sekolah, perhatian, dan penekanan yang diberikan berbeda-beda pula terhadap bidang atau subyek yang sama, tingkat semangat guru-guru dan kondisi fisik dan iklim sosial dari sekolah. Hidden curriculum juga diartikan sebagai nilai-nilai siswa/mahasiswa yang sering diabaikan ketika kurikulum yang formal direncanakan. Namun demikian beberapa guru telah memfokuskan pada hidden curriculum, ruang kelas, dan sekolah yang informal, berubah dan dinamis yang mempengaruhi apa yang dipelajari. Bersama-sama dengan faktor yang lain (seperti kelas sosial, keluarga, kehidupan keluarga, kecerdasan, dan kepribadian), prestasi siswa dan tingkah lakunya, aturan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap siswa. Interaksi sosial, kegiatan ekstrakurikuler, budaya di sekolah, aturan dan pengaturannya merupakan beberapa tipe dari hidden curriculum. Pendapat lain mengenai hidden curriculum, bahwa konsep hidden curriculum ini diciptakan oleh Benson Snyder pada tahun 1971 dan digunakan oleh para pendidik, sosiolog, dan psikolog dalam melukiskan sistem informal dalam pendidikan. Hidden curriculum juga disebutkan terdiri atas tiga R yang sangat penting untuk dikembangkan yaitu rules (aturan), regulations (peraturan), dan routines (kontinyu). Di mana setiap sekolah yang menerapkan system ini harus beradaptasi. Sosialisasi nilai-nilai moral merupakan suplemen dari tiga R, pelajaran atau mata kuliah tersebut juga akan semakin jelas dan mudah dipahami bila disampaikan dengan jalan klasikal dalam ruang kelas yang teratur. Dari beberapa pendapat tentang hidden curriculum di atas dapat diambil suatu pengertian bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah harus mendapatkan perhatian bukan hanya kurikulum yang tertulis dan direncanakan saja, tetapi ada satu komponen yang sebenarnya sangat penting dan semestinya harus mulai diperhatikan demi keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan meskipun tidak tertulis seperti berbagai peraturan lainnya yang dikembangkan di sekolah.
2. Hakikat Hidden Curriculum Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya tidak tertulis dan hal ini sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri, hal-hal inilah yang disebut dengan hidden curriculum. Sejumlah pengalaman yang kenal dengan hidden curriculum merupakan pengalaman yang tidak direncanakan/diprogramkan seperti mematuhi peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, mematuhi peraturan- peraturan lainnya. (Razali, 2008 dalam Wahidmurni 2009:2) menyebut hidden curriculum kerena aktivitas yang terlibat di dalam kurikulum ini tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak dirancang. Kebanyakan aktivitas kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar. hidden curriculum ini dikenali sebagai soft skils atau kemahiran insaniah. Elemen-elemen di dalam kurikulum ini dilahirkan dan mempunyai suatu sistem dan struktur yang sistematis dan professional. Antara nilai atau kualitas yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di sini adalah kualitas kepemimpinan, kualitas pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah, kualitas daya pembelajaran, kualitas diri murni, dan kualitas berkerja sama. Ada dua aspek dalam hidden curriculum, yaitu: 1. Aspek Tetap Yang dimaksud dengan aspek tetap hidden curriculum adalah hal-hal yang dikategorikan ke dalam hidden curriculum yang relatif tidak akan pernah mengalami perubahan yang signifikan. Termasuk di dalam aspek ini adalah ideologi, keyakinan, dan nilai budaya masyarakat yang dapat memberikan pengaruh terhadap sekolah dalam arti nilai budaya masyarakat mana yang perlu diwariskan dan yang tidak boleh diwariskan kepada generasi selanjutnya. 2. Aspek Tidak Tetap Ada tiga variabel penting yang termasuk di dalam aspek tidak tetap dan relatif berubah. Ketiga variabel tersebut adalah: a. Variabel Organisasi Yang dimaksud dengan variabel organisasi di sini adalah kebijakan penugasan guru dan mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran. b. Variabel Sistem Sosial Variabel sistem sosial di sini yaitu suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola hubungan semua komponensekolah. Banyak faktor sistem sosial di sekolah yang dapat membentuk sikap dan perilaku siswa, yakni pola hubungan guru dengan tenaga administrasi, keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru dalam proses pengambilan keputusan, hubungan yang baik antarsesama guru, hubungan antara guru dan siswa, keterlibatan siswa dalam proses pengambilan keputusan, dan keterbukaan kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai aktivitas. c. Variabel Budaya Variabel budaya yaitu dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai- nilai, dan struktur kognitif. Dari uraian di atas, diketahui bahwa yang termasuk ke dalam kategori hidden curriculum tidak saja terbatas pada materi atau metode baru yang diberikan sekolah kepada siswa,akan tetapi setiap pengalaman dan pengetahuan yang diberikan dan diperoleh siswa secara terorganisir, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pengalaman dan pengetahuan dapat diperoleh siswa melalui proses adaptasi antar murid dengan murid, murid dengan guru, serta murid dengan lingkungannya, yang kemudian mampu mengubah pola pikir dan perilaku siswa.
Hidden Kurikulum sebaiknya dimasukkan juga dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan pengalaman empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden kurikulum ternyata lebih banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan nyata dibanding dengan yang lain. Pertama, hidden kurikulum adalah alat dan metode untuk menambah khasanah pengetahuan anak didik di luar materi yang tidak termasuk dalam pagar-pagar silabus seperti budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan menimbulkan sikap apresiatif terhadap kehidupan lingkungan. Kedua, hidden kurikulum berfungsi sebagai pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan terhadap guru jika disampaikan dengan gaya tutur, keanekaragaman pengetahuan guru. Guru yang disukai murid merupakan modal awal bagi lancarnya proses belajar mengajar, dan merangsang minat baca peserta didik. Hidden Kurikulum dapat disampaikan dan dipraktekkan oleh siapa saja. Dengan membaca, informasi, data pengetahuan yang ada di storage memory guru menjadi lebih banyak daripada isi memory peserta didik. Kemudian pengetahuan itu (tidak hanya materi pokok) akan mengisi dan menambah data di storage memory peserta didik melalui hidden kurikulum.
3. Kekuatan Kurikulum Tersembunyi Pelajaran tidak diartikulasikan oleh siswa dalam bentuk belajar dan pesan yang mereka terima sebagai hasil bersekolah tidak muncul dalam kurikulum akademis formal. namun mereka dampak kolektif telah dianggap begitu penting oleh pendidik bahwa mereka telah mengakuisisi sendiriNama: kurikulum tersembunyi (Jackson, 1968 dalam Pugach, 2006:135). Kurikulum tersembunyi dapat dianggap sebagai siswa semua belajar di sekolah yang tidak secara eksplisit tercantum dalam akademik kurikulum - apakah itu dimaksudkan atau tidak disengaja (Tanner & Tanner, 1980dalam Pugach, 2006:135). Meskipun kurikulum tersembunyi awalnya didefinisikan sebagai hasil yang tidak diinginkan sekolah, saat ini banyak yang berpendapat bahwa apa yang pada awalnya tampak hasil yang tidak diinginkan sering ditujukan yang hasil yang sistematis mungkin bermanfaat bagi berbagai kelompok siswa. Ini merupakan belajar yang nyata tetapibukan jenis yang mudah dapat mengaitkan dengan gagasan-gagasan konvensional tentang apa sekolah adalah untuk - yaitu, belajar akademis. Konsep kurikulum tersembunyi adalah cara yang ampuh pemahaman anak-anak pengalaman total dan pemuda telah di sekolah. Ini adalah konsep penting terutama karena sekali kita menyadari bahwa ini "kurikulum" juga ada, kita menerima bahwa dalam Selain hasil akademik, seorang resmi, tak terucap set hasil lainnya juga menyebabkan dari hasil di sekolah, yang guru dan administrator telah tanggung jawab. Namun demikian, patut diajukan refleksi bersama: sudahkah pendidik memiliki pemahaman dan perilaku yang demikian pada aktivitas proses pembelajaran? Memang perlu diakui bahwa hal ini dibutuhkan kemauan dan jiwa profesional pendidik dalam mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Oleh karena berkaitan dengan motivasi pendidik, maka sangat diperlukan kesadaran pendidik untuk mendobrak paradigma pendidik yang lebih dinamis, maju, dan bermakna dalam proses pembelajaran. Padahal jika kita cermati fungsi hidden curriculum sangat efektif dikembangtumbuhkan pada diri pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Diantanranya: (1) hidden curriculum sebagai alat dan metode untuk menmbah khasanah pengetahuan peserta didik dan (2) berfungsi sebagai pencair suasana pembelajaran, mempresentasikan model mengajar pendidik yang disegani dan menarik, sehingga dapat membangkitkan minat belajar peserta didik. Itu juga berarti bahwa pendidik dituntut terus untuk selalu menggali dan memahami segala informasi, ilmu, pengetahuan, dan wawasan kehidupan lainnya. Namun, di era saat ini seharusnya pendidik tidak lagi terkekang oleh alasan kesulitan mencari pengetahuan baru. Sebab, arus informasi dan komunikasi saat ini telah mendukung semuanya. Tinggal bagaimana pendidik tergerak jiwa dan sikap profesionalisme untuk berkembang. Berbagai aspek dari belajar berkonstribusi terhadap keberhasilan kurikulum tersembunyi seperti: praktek, prosedur, aturan, hubungan, dan struktur sekolah. Beberapa sumber spesifik sekolah dapat menguatkan elemen penting dari kurikulum tersembunyi. Sumber-sumber ini diantaranya: struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran disiplin, daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum. Sekolah sesungguhnya bukan hanya lembaga yang Sekolah sesungguhnya bukan hanya lembaga yang menawarkan mata-mata pelajaran yang ditandai oleh perolehan ijazah belaka. Namun banyak sekali hal yang bisa kita peroleh darisekolahyang secara alami terkemas dalam apa yang diistilahkan hidden curriculum. Pertama, etika. Kedua, kejujuran. Ketiga, kasih sayang. Keempat, mencintai belajar. Kelima, bertanggung jawab. Keenammenghormati hak orang lain Keenam, menghormati hak orang lain. Ketujuh, tepat waktu. Hidden curriculum adalah kurikulum yang tersembunyi, tetapi nyata dalam proses pembelajaran. Hidden curriculum konotasinya memiliki dua dimensi, yaitu dimensi yang berhubungan dengan perilaku guru, dan dimensi yang berhubungan dengan implementasi konsep guru tentang apa, siapa dan bagaimana peserta didik diberlakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi bukan bagaimana materi pembelajaran diajarkan.
4. Manfaat Kurikulum Tersembunyi Apa manfaat yang mungkin diperoleh bagi siswa sebagai hasil dari menghabiskan waktu di sekolah? Jelas, jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada sekolah tertentu dan sekolah dimana siswa itu bersekolah, tapi dapat di identifikasikan beberapa faktor umum yang sering dikatakan memiliki efek positif pada siswa. Sekolah memberikan kesempatan untuk belajar dan praktek keterampilan sosial yang terkait dengan menjadi bagian dari kelompok. Kesempatan ini muncul secara alami karena siswa pergi ke sekolah dengan banyak siswa lain dan berinteraksi langsung dengan mereka setiap sekolah hari. Pembelajaran sosial termasuk belajar mendengarkan, berbagi, bergiliran, dan bekerja dengan orang lain. Tergantung pada susunan demografis sekolah, pendidikan juga mencakup belajar untuk menjadi bagian dari komunitas kelas dengan siswa dari latar belakang yang berbeda dan pengalaman hidup. Dalam setiap kelas individu,proporsi interaksi kelompok, dan dengan demikian potensi untuk pembelajaran sosial, tergantung pada bagaimana guru memilih untuk mengorganisir pekerjaan. Berdasarkan pengalaman empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden curriculum ternyata lebih banyak digunakan dalam kehidupan nyata. Pertama, hideen curriculum adalah alat dan metode untuk menambah khazanah pengetahuan anak didik di luar materi silabus. Misalnya, budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan minimbulkan sikap apresiatif terhadap kehidupan lingkungan. Kedua, hidden curriculum berfungsi sebagai pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan terhadap guru. Guru yang disukai murid merupakan modal awal bagi lancaranya belajar mengajar dan merangsang minat baca anak didik.
5. Pendidikan nilai dalam pengembangan kurikulum tersembunyi Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Bagaimana strategi untuk pembentukan dan pengembangan nilai-nilai luhur? Menurut Krathwohl (1964:112), proses pembentukan (dan pengembangan) nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap. a. Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif, artinya anak telah memilih untuk kemudiaj menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru menerima saja. b. Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut (menurut), bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi. c. Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga tingkatan yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima. d. Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata dalam dirinya dalam konteks perilaku. e. Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya yang serba mapan, ajek, dan konsisten.
Dalam pendidikan nilai diharapkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebut adalah : amal saleh, amanah, antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati, beriman dan bertakwa, berinisiatif, berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja, bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggangrasa, bijaksana, cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria, komitmen, kooperatif, kospmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri, manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan, menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian, berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang, rasa keterikatan, rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, hormat, nalar, tertib, sopan santun, sportif, susila, taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan sejenisnya. Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko, boros, bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah, feodalistik, gila kekuasaan, iri, ingkar janji, jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan, kikir, kufur, konsumtif, kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas, menggampangkan, materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah terpengaruh, mudah tergoda, rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan, menggunjing, masa bodoh, otoriter, pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut, pencemooh, perusak, provokatif, putus asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur, tertutup, tergesa-gesa, tergantung, omong kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi, 2008:35)
C. PENUTUP Hidden curriculum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mendukung pencapaian tujuan pendidikan, di luar kurikulum yang tertulis yang menyangkut pembangunan kembali ikatan kebangsaan (rebulding thenation) dan problem rebuilding the humanities, society, and culture. Memang belum banyak yang menyoroti atau mengadakan kajian dan penelitian tentang kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) ini dalam kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan. Hidden curriculum yang menekankan pada rules, regulation, dan routine dalam implementasinya dapat berbentuk penanaman nilai, penciptaan iklim sosial yang kondusif, penyediaan sarana fisik ataupun pola interaksi yang dikembangkan oleh guru/dosen sangat diperlukan guna mewujudkan sikap nasionalisme di kalangan siswa. Bagi pendidik, terutama yang telah berlabel guru profesional apalagi telah mendapatkan kesejahteraan materiil, dituntut menjadi motor penggerak utama memajukan pendidikan. Sekali lagi, hidden curriculum hendaknya dipahami sebagai ruh proses pembelajaran yang berbentuk mata pelajaran. Karena pada dasarnya konsep hidden curriculum terekspresikan dalam gagasan bahwa sekolah melakukan lebih dari sekadar menyebarkan pengetahuan seperti yang tercantum dalam kurikulum resmi, tetapi juga mengandung pesan yang relevan dengan kenyataan hidup. Jangan sampai terulang, proses pembelajaran yang hanya mengedepankan otak, tekstual, dan pragmatisme belaka. Namun, hendaknya dilengkapi dengan aspek emosional, sosial, dan spiritual.