You are on page 1of 13

Matrikulasi

Landasan Pendidikan Kejuruan



MAKALAH
HIDDEN CURICULLUM










Rikanita, S. Pd
PTK D





PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014/2015

A. PENDAHULUAN
Kurikulum merupakan plan of learning, program belajar bagi siswa sekaligus intended
learning out comes, hasil belajar yang diniati. Kurikulum semestinya mencakup tujuan, materi,
strategi pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana
dapat dilihat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
menyatakan bahwa: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Istilah Kurikulum memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut
berbeda-beda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari pakar
yang bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahas latin, yakni Curriculae, artinya jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka
waktu pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah.
Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada
hakikatnya merupakan suatu bukti , bahwa siswa telah menempuh kurikulum yang berupa
rencana pelajaran, sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu
tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan
dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. (Hamalik, 2007:16)
Kurikulum tersembunyi (the hidden curriculum) adalah kurikulum yang tidak
direncanakan. Hilda Taba mengatakan bahwa curriculum is a plan for learning, yaitu aktifitas
dan pengalaman anak di sekolah harus direncanakan agar menjadi kurikulum, menurut Nasution
(1993:11) kurikulum sebenarnya mencakup pengalaman yang direncanakan tetapi juga yang
tidak direncanakan yang disebut dengan hidden curriculum seperti, cara anak menjawab,
mencontek, sikap terhadap asatidz (guru), disiplin dalam belajar, membina mental diri, dan
masih banyak hal lainnya. Dalam hal selanjutnya kurikulum dapat dipandang sebagai ideal /
real curriculum, potential / actual, dan juga disebut hidden curriculum.
Diantara macam-macam kurikulum pendidikan adalah kurikulum formal, informal, dan
non formal. Kurikulum formal mencakup kegiatan di kelas dan bersifat terencana, Kurikulum
non formal terdiri atas aktifitas-aktifitas yang juga direncanakan akan tetapi tidak berkaitan
langsung dengan pelajaran akademis dikelas, dan keberadaan kurikulum ini dipandang sebagai
pelengkap (suplemen) kurikulum formal. Disamping kurikulum-kurikulum tersebut, terdapat
juga kurikulum tersembunyi (hidden curriculum), sebagaimana yang telah disebutkan diatas.
Kurikulum ini antara lain berupa aturan-aturan tak tertulis dikalangan siswa. Seddan (1983)
dalam Print (1995:10) menyatakan bahwa :
.the hidden curriculum refers to the outcomes, which are not explicitly intended by
educators. These outcomes are generally not explicitly intended because they are not stated by
teachers in their oral or written list of objectifies, nor are they included in educational statement
of in intent such as syllabus, school policy documents or curriculum projects..
Hal ini menunjukkan bahwa hidden curriculum tidak direncanakan oleh sekolah dalam
menjalankan berbagai programnya serta tidak ditulis dan dibicarakan oleh para pendidik (guru).
Kurikulum ini murni usaha anak didik (murid) dalam mengembangkan potensi dalam dirinya
baik itu berkonotasi positif maupun negative. Dalam hal ini murid berperan sebagai perencana
dan pelaku yang berhak akan masa depan yang dia inginkan, dengan kata lain murid sebagai
penentu keberhasilan dalam hidupnya.

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Hidden Curicullum
Oliver menyamakan kurikulum dengan program pendidikan dan membagi menjadi
empat bagian utama, yaitu: (1) the program of studies; (2) the program of experience; (3)
the program of services; and (4) the hidden curriculum. Berdasarkan pendapat tersebut dapat
dipahami bahwa kurikulum pada dasarnya dapat dibagi menjadi empat komponen pokok
yaitu sebagai program pendidikan atau belajar, program pengalaman, program latihan,
dan hidden curriculum. Menurut Oliver, program belajar pengalaman dan latihan dengan
mudah, secara jelas dan nyata dapat kelihatan, sedangkan konsep tentang hidden curriculum
mencakup pengembangan nilai-nilai di sekolah, perhatian, dan penekanan yang diberikan
berbeda-beda pula terhadap bidang atau subyek yang sama, tingkat semangat guru-guru dan
kondisi fisik dan iklim sosial dari sekolah.
Hidden curriculum juga diartikan sebagai nilai-nilai siswa/mahasiswa yang sering
diabaikan ketika kurikulum yang formal direncanakan. Namun demikian beberapa guru telah
memfokuskan pada hidden curriculum, ruang kelas, dan sekolah yang informal, berubah dan
dinamis yang mempengaruhi apa yang dipelajari. Bersama-sama dengan faktor yang lain
(seperti kelas sosial, keluarga, kehidupan keluarga, kecerdasan, dan kepribadian), prestasi
siswa dan tingkah lakunya, aturan sekolah juga sangat berpengaruh terhadap siswa. Interaksi
sosial, kegiatan ekstrakurikuler, budaya di sekolah, aturan dan pengaturannya merupakan
beberapa tipe dari hidden curriculum.
Pendapat lain mengenai hidden curriculum, bahwa konsep hidden curriculum ini
diciptakan oleh Benson Snyder pada tahun 1971 dan digunakan oleh para pendidik, sosiolog,
dan psikolog dalam melukiskan sistem informal dalam pendidikan. Hidden curriculum juga
disebutkan terdiri atas tiga R yang sangat penting untuk dikembangkan yaitu rules (aturan),
regulations (peraturan), dan routines (kontinyu). Di mana setiap sekolah yang menerapkan
system ini harus beradaptasi. Sosialisasi nilai-nilai moral merupakan suplemen dari tiga R,
pelajaran atau mata kuliah tersebut juga akan semakin jelas dan mudah dipahami bila
disampaikan dengan jalan klasikal dalam ruang kelas yang teratur.
Dari beberapa pendapat tentang hidden curriculum di atas dapat diambil suatu
pengertian bahwa dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah harus mendapatkan perhatian
bukan hanya kurikulum yang tertulis dan direncanakan saja, tetapi ada satu komponen yang
sebenarnya sangat penting dan semestinya harus mulai diperhatikan demi keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan meskipun tidak tertulis seperti berbagai peraturan lainnya
yang dikembangkan di sekolah.

2. Hakikat Hidden Curriculum
Untuk pencapaian tujuan pendidikan terdapat hal-hal yang tidak
terdokumentasikan/direncanakan/diprogramkan atau sifatnya tidak tertulis dan hal ini sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan itu sendiri, hal-hal inilah yang disebut
dengan hidden curriculum. Sejumlah pengalaman yang kenal dengan hidden
curriculum merupakan pengalaman yang tidak direncanakan/diprogramkan seperti mematuhi
peraturan-peraturan sekolah, menjalankan ritual/acara keagamaan, mematuhi peraturan-
peraturan lainnya.
(Razali, 2008 dalam Wahidmurni 2009:2) menyebut hidden curriculum kerena
aktivitas yang terlibat di dalam kurikulum ini tidak berstruktur, atau dengan kata lain tidak
dirancang. Kebanyakan aktivitas kurikulum jenis ini berlaku di tempat pertemuan pelajar.
hidden curriculum ini dikenali sebagai soft skils atau kemahiran insaniah. Elemen-elemen di
dalam kurikulum ini dilahirkan dan mempunyai suatu sistem dan struktur yang sistematis dan
professional. Antara nilai atau kualitas yang dikategorikan sebagai kemahiran insaniah di sini
adalah kualitas kepemimpinan, kualitas pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,
kualitas daya pembelajaran, kualitas diri murni, dan kualitas berkerja sama.
Ada dua aspek dalam hidden curriculum, yaitu:
1. Aspek Tetap
Yang dimaksud dengan aspek tetap hidden curriculum adalah hal-hal yang
dikategorikan ke dalam hidden curriculum yang relatif tidak akan pernah mengalami
perubahan yang signifikan. Termasuk di dalam aspek ini adalah ideologi, keyakinan, dan
nilai budaya masyarakat yang dapat memberikan pengaruh terhadap sekolah dalam arti nilai
budaya masyarakat mana yang perlu diwariskan dan yang tidak boleh diwariskan kepada
generasi selanjutnya.
2. Aspek Tidak Tetap
Ada tiga variabel penting yang termasuk di dalam aspek tidak tetap dan relatif
berubah. Ketiga variabel tersebut adalah:
a. Variabel Organisasi
Yang dimaksud dengan variabel organisasi di sini adalah kebijakan penugasan guru
dan mengelompokkan siswa untuk proses pembelajaran.
b. Variabel Sistem Sosial
Variabel sistem sosial di sini yaitu suasana sekolah yang tergambar dari pola-pola
hubungan semua komponensekolah. Banyak faktor sistem sosial di sekolah yang
dapat membentuk sikap dan perilaku siswa, yakni pola hubungan guru dengan tenaga
administrasi, keterlibatan kepala sekolah dalam pembelajaran, keterlibatan guru
dalam proses pengambilan keputusan, hubungan yang baik antarsesama guru,
hubungan antara guru dan siswa, keterlibatan siswa dalam proses pengambilan
keputusan, dan keterbukaan kesempatan bagi siswa untuk melakukan berbagai
aktivitas.
c. Variabel Budaya
Variabel budaya yaitu dimensi sosial yang terkait dengan sistem kepercayaan, nilai-
nilai, dan struktur kognitif. Dari uraian di atas, diketahui bahwa yang termasuk ke
dalam kategori hidden curriculum tidak saja terbatas pada materi atau metode baru
yang diberikan sekolah kepada siswa,akan tetapi setiap pengalaman dan pengetahuan
yang diberikan dan diperoleh siswa secara terorganisir, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Pengalaman dan pengetahuan dapat diperoleh siswa melalui proses
adaptasi antar murid dengan murid, murid dengan guru, serta murid dengan
lingkungannya, yang kemudian mampu mengubah pola pikir dan perilaku siswa.

Hidden Kurikulum sebaiknya dimasukkan juga dalam proses belajar mengajar.
Berdasarkan pengalaman empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden
kurikulum ternyata lebih banyak digunakan dan diperlukan dalam kehidupan nyata
dibanding dengan yang lain. Pertama, hidden kurikulum adalah alat dan metode untuk
menambah khasanah pengetahuan anak didik di luar materi yang tidak termasuk dalam
pagar-pagar silabus seperti budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan menimbulkan sikap
apresiatif terhadap kehidupan lingkungan. Kedua, hidden kurikulum berfungsi sebagai
pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan terhadap guru jika disampaikan
dengan gaya tutur, keanekaragaman pengetahuan guru. Guru yang disukai murid merupakan
modal awal bagi lancarnya proses belajar mengajar, dan merangsang minat baca peserta
didik. Hidden Kurikulum dapat disampaikan dan dipraktekkan oleh siapa saja. Dengan
membaca, informasi, data pengetahuan yang ada di storage memory guru menjadi lebih
banyak daripada isi memory peserta didik. Kemudian pengetahuan itu (tidak hanya materi
pokok) akan mengisi dan menambah data di storage memory peserta didik melalui hidden
kurikulum.

3. Kekuatan Kurikulum Tersembunyi
Pelajaran tidak diartikulasikan oleh siswa dalam bentuk belajar dan pesan yang
mereka terima sebagai hasil bersekolah tidak muncul dalam kurikulum akademis formal.
namun mereka dampak kolektif telah dianggap begitu penting oleh pendidik bahwa mereka
telah mengakuisisi sendiriNama: kurikulum tersembunyi (Jackson, 1968 dalam Pugach,
2006:135). Kurikulum tersembunyi dapat dianggap sebagai siswa semua belajar di sekolah
yang tidak secara eksplisit tercantum dalam akademik kurikulum - apakah itu dimaksudkan
atau tidak disengaja (Tanner & Tanner, 1980dalam Pugach, 2006:135).
Meskipun kurikulum tersembunyi awalnya didefinisikan sebagai hasil yang tidak
diinginkan sekolah, saat ini banyak yang berpendapat bahwa apa yang pada awalnya tampak
hasil yang tidak diinginkan sering ditujukan yang hasil yang sistematis mungkin bermanfaat
bagi berbagai kelompok siswa. Ini merupakan belajar yang nyata tetapibukan jenis
yang mudah dapat mengaitkan dengan gagasan-gagasan konvensional tentang apa sekolah
adalah untuk - yaitu, belajar akademis. Konsep kurikulum tersembunyi adalah cara yang
ampuh pemahaman anak-anak pengalaman total dan pemuda telah di sekolah. Ini adalah
konsep penting terutama karena sekali kita menyadari bahwa ini "kurikulum" juga ada, kita
menerima bahwa dalam Selain hasil akademik, seorang resmi, tak terucap set hasil lainnya
juga menyebabkan dari hasil di sekolah, yang guru dan administrator telah tanggung jawab.
Namun demikian, patut diajukan refleksi bersama: sudahkah pendidik memiliki
pemahaman dan perilaku yang demikian pada aktivitas proses pembelajaran? Memang perlu
diakui bahwa hal ini dibutuhkan kemauan dan jiwa profesional pendidik dalam
mengimplementasikannya dalam pembelajaran. Oleh karena berkaitan dengan motivasi
pendidik, maka sangat diperlukan kesadaran pendidik untuk mendobrak paradigma pendidik
yang lebih dinamis, maju, dan bermakna dalam proses pembelajaran.
Padahal jika kita cermati fungsi hidden curriculum sangat efektif
dikembangtumbuhkan pada diri pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Diantanranya: (1) hidden curriculum sebagai alat dan metode untuk menmbah khasanah
pengetahuan peserta didik dan (2) berfungsi sebagai pencair suasana pembelajaran,
mempresentasikan model mengajar pendidik yang disegani dan menarik, sehingga dapat
membangkitkan minat belajar peserta didik. Itu juga berarti bahwa pendidik dituntut terus
untuk selalu menggali dan memahami segala informasi, ilmu, pengetahuan, dan wawasan
kehidupan lainnya. Namun, di era saat ini seharusnya pendidik tidak lagi terkekang oleh
alasan kesulitan mencari pengetahuan baru. Sebab, arus informasi dan komunikasi saat ini
telah mendukung semuanya. Tinggal bagaimana pendidik tergerak jiwa dan sikap
profesionalisme untuk berkembang.
Berbagai aspek dari belajar berkonstribusi terhadap keberhasilan kurikulum
tersembunyi seperti: praktek, prosedur, aturan, hubungan, dan struktur sekolah. Beberapa
sumber spesifik sekolah dapat menguatkan elemen penting dari kurikulum tersembunyi.
Sumber-sumber ini diantaranya: struktur sosial dari ruang kelas, latihan otoritas guru, aturan
yang mengatur hubungan antara guru dan siswa, aktivitas belajar standar, penggunaan
bahasa, buku teks, alat bantu audio-visual, berbagai perkakas, arsitektur, ukuran disiplin,
daftar pelajaran, sistem pelacakan, dan prioritas kurikulum.
Sekolah sesungguhnya bukan hanya lembaga yang Sekolah sesungguhnya bukan
hanya lembaga yang menawarkan mata-mata pelajaran yang ditandai oleh perolehan ijazah
belaka. Namun banyak sekali hal yang bisa kita peroleh darisekolahyang secara alami
terkemas dalam apa yang diistilahkan hidden curriculum.
Pertama, etika.
Kedua, kejujuran.
Ketiga, kasih sayang.
Keempat, mencintai belajar.
Kelima, bertanggung jawab.
Keenammenghormati hak orang lain
Keenam, menghormati hak orang lain.
Ketujuh, tepat waktu.
Hidden curriculum adalah kurikulum yang tersembunyi, tetapi nyata dalam proses
pembelajaran. Hidden curriculum konotasinya memiliki dua dimensi, yaitu dimensi yang
berhubungan dengan perilaku guru, dan dimensi yang berhubungan dengan implementasi
konsep guru tentang apa, siapa dan bagaimana peserta didik diberlakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran, tetapi bukan bagaimana materi pembelajaran diajarkan.

4. Manfaat Kurikulum Tersembunyi
Apa manfaat yang mungkin diperoleh bagi siswa sebagai hasil dari menghabiskan
waktu di sekolah? Jelas, jawaban atas pertanyaan ini tergantung pada sekolah tertentu dan
sekolah dimana siswa itu bersekolah, tapi dapat di identifikasikan beberapa faktor umum
yang sering dikatakan memiliki efek positif pada siswa.
Sekolah memberikan kesempatan untuk belajar dan praktek keterampilan sosial yang
terkait dengan menjadi bagian dari kelompok. Kesempatan ini muncul secara alami karena
siswa pergi ke sekolah dengan banyak siswa lain dan berinteraksi langsung dengan mereka
setiap sekolah hari. Pembelajaran sosial termasuk belajar mendengarkan, berbagi, bergiliran,
dan bekerja dengan orang lain. Tergantung pada susunan demografis sekolah, pendidikan
juga mencakup belajar untuk menjadi bagian dari komunitas kelas dengan siswa dari latar
belakang yang berbeda dan pengalaman hidup. Dalam setiap kelas individu,proporsi interaksi
kelompok, dan dengan demikian potensi untuk pembelajaran sosial, tergantung
pada bagaimana guru memilih untuk mengorganisir pekerjaan.
Berdasarkan pengalaman empiris, pengetahuan yang disampaikan melalui hidden
curriculum ternyata lebih banyak digunakan dalam kehidupan nyata. Pertama, hideen
curriculum adalah alat dan metode untuk menambah khazanah pengetahuan anak didik di
luar materi silabus. Misalnya, budi pekerti, sopan santun, menciptakan dan minimbulkan
sikap apresiatif terhadap kehidupan lingkungan. Kedua, hidden curriculum berfungsi sebagai
pencairan suasana, menciptakan minat, dan penghargaan terhadap guru. Guru yang disukai
murid merupakan modal awal bagi lancaranya belajar mengajar dan merangsang minat baca
anak didik.

5. Pendidikan nilai dalam pengembangan kurikulum tersembunyi
Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi merupakan kurikulum yang
berkembang secara alamiah atau tidak direncanakan secara khusus. Bagaimana strategi untuk
pembentukan dan pengembangan nilai-nilai luhur? Menurut Krathwohl (1964:112), proses
pembentukan (dan pengembangan) nilai-nilai pada anak didik itu ada lima tahap.
a. Receiving (menyimak dan menerima). Dalam hal ini anak menerima secara aktif, artinya
anak telah memilih untuk kemudiaj menerima nilai. Jadi pada tahap ini anak baru
menerima saja.
b. Responding (menanggapi). Pada tahap ini anak sudah mulai bersedia menerima dan
menanggapi secara aktif. Dalam hal ini ada tiga tahapan sendiri, yakni manut (menurut),
bersedia menaggapi, dan puas dalam menaggapi.
c. Valuing (memberi nilai), pada tahap ini anak sudah mulai mampu membangun persepsi
dan kepercayaan terkait dengan nilai yang diterima. Pada tahap ini ada tiga tingkatan
yakni : percaya terhadap nilai yang diterima, merasa terikat dengan nilai dipercayai, dan
memiliki keterkaitan batin dengan nilai yang diterima.
d. Organization, dimana anak mulai mengatur sistem nilai yang ia terima untuk ditata
dalam dirinya dalam konteks perilaku.
e. Characterization, atau karakterisasi nilai yang ditandai dengan ketidakpuasan
seseorang untuk mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidupnya yang
serba mapan, ajek, dan konsisten.

Dalam pendidikan nilai diharapkan munculnya kesadaran pelaksanaan nilai-nilai
positif dan menghindarkan nilai-nilai negatif. Nilai-nilai positif tersebut adalah : amal saleh,
amanah, antisipatif, baik sangka, kerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul
resiko, berdisiplin, lapang hati, berlembut hati, beriman dan bertakwa, berinisiatif,
berkemauan keras, berkepribadian, berpikiran jauh ke depan, bersahaja,
bersemangat, bersifat konstruktif, bersyukur, bertanggungjawab, bertenggangrasa, bijaksana,
cerdas, cermat, demokratis, dinamis, efisien, empati, gigih, hemat, ikhlas, jujur, kesatria,
komitmen, kooperatif, kospmopolitan (mendunia), kreatif, kukuh hati, lugas, mandiri,
manusiawi, mawas diri, mencintai ilmu, menghargai karya orang lain, menghargai kesehatan,
menghargai pendapat orang lain, menghargai waktu, patriotik, pemaaf, pemurah, pengabdian,
berpengendalian diri, produktif, rajin, ramah, rasa indah, rasa kasih sayang, rasa keterikatan,
rasa malu, rasa memiliki, rasa percaya diri, rela berkorban, rendah hati, sabar, semangat
kebersamaan, setia, siap mental, sikap adil, hormat, nalar, tertib, sopan santun, sportif, susila,
taat asas, takut bersalah, tangguh, tawakal, tegar, tegas, tekun, tepat janji, terbuka, ulet, dan
sejenisnya.
Adapun nilai-nilai negatif yang seharusnya dihindari adalah ; anti resiko, boros,
bohong, buruk sangka, biadab, curang, ceroboh, cengeng, dengki, egois, fitnah, feodalistik,
gila kekuasaan, iri, ingkar janji, jorok, keras kepala, khianat, kedaerahan, kikir, kufur,
konsumtif, kasar, kesukuan, licik, lupa diri, lalai, munafik, malas, menggampangkan,
materialistik, mudah percaya, mementingkan golongan, mudah terpengaruh, mudah tergoda,
rendah diri, meremehkan, melecehkan, menyalahkan, menggunjing, masa bodoh, otoriter,
pemarah, pendendam, pembenci, pesimis, pengecut, pencemooh, perusak, provokatif, putus
asa, ria, sombong, serakah, sekuler, takabur, tertutup, tergesa-gesa, tergantung, omong
kosong, picik, dan sejenisnya. (Sjarkawi, 2008:35)

C. PENUTUP
Hidden curriculum merupakan sesuatu yang sangat penting dalam mendukung
pencapaian tujuan pendidikan, di luar kurikulum yang tertulis yang menyangkut
pembangunan kembali ikatan kebangsaan (rebulding thenation) dan problem rebuilding the
humanities, society, and culture. Memang belum banyak yang menyoroti atau mengadakan
kajian dan penelitian tentang kurikulum tersembunyi (hidden curriculum) ini dalam
kontribusinya bagi pencapaian tujuan pendidikan. Hidden curriculum yang menekankan
pada rules, regulation, dan routine dalam implementasinya dapat berbentuk penanaman nilai,
penciptaan iklim sosial yang kondusif, penyediaan sarana fisik ataupun pola interaksi yang
dikembangkan oleh guru/dosen sangat diperlukan guna mewujudkan sikap nasionalisme di
kalangan siswa.
Bagi pendidik, terutama yang telah berlabel guru profesional apalagi telah
mendapatkan kesejahteraan materiil, dituntut menjadi motor penggerak utama memajukan
pendidikan. Sekali lagi, hidden curriculum hendaknya dipahami sebagai ruh proses
pembelajaran yang berbentuk mata pelajaran. Karena pada dasarnya konsep hidden
curriculum terekspresikan dalam gagasan bahwa sekolah melakukan lebih dari sekadar
menyebarkan pengetahuan seperti yang tercantum dalam kurikulum resmi, tetapi juga
mengandung pesan yang relevan dengan kenyataan hidup. Jangan sampai terulang, proses
pembelajaran yang hanya mengedepankan otak, tekstual, dan pragmatisme belaka. Namun,
hendaknya dilengkapi dengan aspek emosional, sosial, dan spiritual.

You might also like