You are on page 1of 8

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal

1
GEJOLAK JIWA TOKOH DALAM NASKAH DRAMA PESTA PENCURI KARYA JEAN
ANOUILH:
KAJIAN STRUKTURALISME MURNI
Debbing Kumalasari (11020074035)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Surabaya
Debbing.kumalasari29@gmail.com
Nilla Tuwindasari (1102007040), Rian Dwi Mulyo (1102007050)
S1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya
nillatuwinda@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini berusaha menemukan penilaian terhadap karya sastra pada naskah drama Pesta Pencuri.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana gejolak jiwa yang dialamai tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri. Tujuan penelitian ini adalah mendiskripsikan gejolak jiwa tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme
murni, yaitu mengetahui psikologi tokoh melalui penokohan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penggambaran tokoh pada naskah drama ini memiliki karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri terletak pada penggambaran tokoh yang memunculkan
kejutan-kejutan bagi para pembaca. Kejutan Jadi penggambaran karakter tokoh dan gejala jiwanya sangat
mengasyikkan. Untuk dapat menikma ti karya ini perlu pemahaman yang cukup sehingga drama ini tepat
dijadikan bahan diskusi atau bacaan mahasiswa. Terdapat hal yang menimbulkan pertanyaan besar
mengenai penokohan Lady Hurf, yaitu mengenai tujuannya membuat permainan dengan Hector,
Peterbone, dan Gustave. Di akhir cerita pun hal ini tidak dijelaskan. Inilah menjadikan naskah drama ini
menjadi ada sesuatu yang mengganjal dalam penggambaran penokohannya.
Kata Kunci: psikologi tokoh, penokohan, strukturalisme


NDAHULUAN
Bagi sastra barat kebanyakan teks drama dan cerita
mengandung unsur fiksionalitas, dan teks-teks rekaan ini
disebut sastra. Dalam sastra bahannya diolah secara
istimewa. Sebuah karya sastra dapat dibaca menurut
tahap-tahap arti yang berbeda-beda. Juga karya-karya
yang bersifat nonfiksi dan yang juga tidak dapat
digolongkan pada puisi. Terdapat karya-karya yang
semula tidak dianggap suatu karya sastra tetapi kemudian
dimasukkan dalam kategori sastra. Menurut Luxemburg
dan kawan-kawan, sastra tidak secara langsung
mengatakan suatu mengenai kenyataan dan juga tidak
menggugah untuk langsung bertindak. Sambil membaca
karya sastra kita dapat mengadakan identifikasi dengan
seorang tokoh, dengan orang-orang lain. Bahasa sastra
dan pengolahan bahan lewat sastra dapat membuka batin
kita bagi pengalaman-pengalaman baru. Bahasa dan
saran-sarana sastra masih mempunyai suatu nilai sendiri.
Dan ketika kita tidak perlu mencari jauh-jauh untuk
menetapkan, bahwa dalam lingkungan kebudayaan kita,
sastra merupakan sarana yang sering digunakan untuk
mencetuskan pendapat-pendapat yang hidup di dalam
masyarakat.
Drama merupakan genre sastra yang ciri
pembendanya adalah berbentuk dialog. Samahalnya
dengan karya sastra lain, dalam drama juga
menggambarkan konflik-konflik kehidupan manusia
yang dalam drama tergambarkan bagaimana manusia
menghadapi suatu permasalahan yang ada. Dalam naskah
darama yang berjudul Pesta Pencuri ini, digambarkan
sekelompok orang yang dihadapkan pada suatu masalah.
Drama yang absurd ini menceritakan permaianan tokoh-
tokoh yang saling mengelabuhi.
Analisis yang dilakukan, mengangkat sebuah
konteks yang ada dalam analisis strutural. Objek naskah
drama ini adalah tentang tokoh dan penokohan kajian
strukturalisme murni.
2. Rumusan Masalah
Bagaimanakah gejolak jiwa tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri karya John Anouilh?
3. Tujuan
Mendeskripsikan gejolak jiwa tokoh-tokoh dalam
naskah drama Pesta Pencuri karya John Anouilh.
Kajian Teori
Unsur-unsur drama pada dasarnya tidak jauh
berbeda dengan unsur-unsur dalam prosa fiksi. Unsur-
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
2
unsur tersebut adalah plot atau alur, tokoh atau karakter,
dialog, latar atau setting. Apabila drama dipentaskan
maka dilengkapi dengan unsur gerak, tata busana, dan
tata rias, tata panggung, tata bunyi, tata suara, dan tata
lampu atau sinar.
Dalam sebuah modul analisis drama, tiga aspek
yang hendak ditinjau: situasi bahasa, penyajian dan
alurnya. 1) menurut situasi bahasa dialog atau teks pokok
menjadi paling penting 2) penyajian unsur-unsur alur 3)
segi alur tidak dibicarakan. Pada pokoknya sebuah teks
drama tediri atas teks-teks para aktor, dan tak ada seorang
juru cerita yang langsung menyapa para penonton. Antara
dialog dan perbuatan terjalin suatu hubungan yang
majemuk dan intensif. Dalam sebuah teks, cerita berita
dan komentar menonjol, tetapi dalam teks drama
dialoglah yang menduduki tempat utama. Bila kita
menganilis sebuah teks drama menurut tindak tanduk
bahasa, maka kita memperoleh suatu gambaran
bagaimana ada bagia teks yang lebih bersifat dramatik
dan bagian teks yang lebih bersifat naratif. Dalam
kerangka fiksi dapat diberikan keterangan kepada para
penonoton tanpa merusak suasana fiksi atau
mempersoalkannya. Teks yang diucapkan oleh para
pelaku dibungkus dalam, atau dicangkokkan pada teks
samping. Bagi pembaca teks samping itu lebih penting
dari pada untuk para penonton. Dari beberapa segi drama
terikat oleh konvensi, yaitu kata sepakat implisit antara
pengarang drama serta para penonton. Adegan-adegan
memperlihatkan suatu konsentrasi, atau pemadatan,
bukan alur yang dipadatkan melainkan penampilannya.
Jumlah peristiwa dibatasi oleh daya tampung penonton.
Bila jaringan peristiwa terlalu padat, kita tidak lagi dapat
mengikuti jalurnya. Dalam dunia drama, pada umumnya
deretan peristiwa harus dipentaskan secara kronologik.
Namun, pada umumnya boleh dikatakan bahwa
pementasan simultan memerlukan akal-akal pementasan
yang lihay. Dalam bidang penokohan pun sebuah pentas
dibatasi karena tiadanya seorang komentator yang
bercerita. Pelukisan implisit terjadi lewat perbuatan dan
ucapan, dan sebetulnya lebih penting dari pada pelukisan
eksplisit. Dalam teks samping, diberi petunjuk-petunjuk
mengenai watak para tokoh. Pada zaman modern raktik
drama memperlihatkan ketidakadaan pembatasan. Ciri-
ciri situasi dramatik tidak bersifat mutlak dan tidak pula
dibatasi.
Penokohan ialah bagai mana cara pengarang
menggambarkan dan mengembangkan watak tokoh-
tokoh dalam sebuah cerita rekaan. Cara penggambaran
tokoh: secara analitik dan secara dramatik. Pusat
pengisahan maksudnya adalah sebagai siapa pengarang
dalam cerita. Istilah tokoh menunjuk pada orangnya,
pelaku cerita. Sedangkan penokohandan karakterisasi
menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu dengan
watak tertentu dalam sebuah cerita. Character dapat
berarti tokoh dan dapat pula perwatakan. Tokoh
dibedakan menjadi tokoh rekaan yaitu tokoh yang tak
pernah adadi dunia nyata, dan tokoh nyata sebaliknya
dari tokoh rekaan. Penokohan dan pemplotan merupakan
dua fakta cerita yang saling mempengaruhi. Plot adalah
apa yang dilakukan atau menimpa tokoh. Tokoh-tokoh
cerita sebagai pelaku tema secara terselubung atau
terang-terangan. Salah satu bentuk relevansi tokoh sering
dihubungkan dengan kesepertihidupan, lifelikeness.
Seorang tokoh cerita dianggap relevan bagi pembaca,
kita, jika ia seperti kita, atau orang lain yang kita ketahui.
Relevansi tokoh dan penokohan harus dilihat dalam
kaitannya dengan berbagai unsur lain dan perannya
dalam cerita secara keseluruhan.
Teknik pelukisan tokoh dibedakan menjadi dua
cara, teknik uraian dan ragaan. Atau secara langsung dan
tidak langsung. Pelukisan tokoh dilakukan dengan
memberikan deskripsi uraian atau penjelasan secara
langsung.teknik ini bersifat sederhana dan cenderung
ekonomis. Kelemahannya ialah penuturannya yang
bersifata mekanis dan kurang alami. Selain itu ada pula
teknik dramatik, cakapan, Penampilan tokoh dalam
teknik dramatik artinya mirip dengan yang ditampilkan
pada drama, dilakukan secara tak langsung. Kelemahan
dari teknik ini adalah sifatnya yang lebih sesuai dengan
kehidupan nyata, sifatnya tidak ekonomis, pelukisan
memerlukan banyak kata. Teknik Cakapan: Menafsirkan
sifat kedirian tokoh dapat pula dilakukan dengan melihat
percakan tokoh dalam cerita. Untuk mengenal secara
lebih lengkap kita harus menafsirkannya dari keseluruhan
wacana cerita,khususnya melalui teknik pelukisan
karakter kedirian tokoh yang lain. Teknik Tingkah Laku:
Teknik tingkah laku menyaran pada tindakan yang
bersifat nonverbal, fisik, dapat dipandang sebagai
menunjukkan reaksi, tanggapan, sifat dan sikap, yang
mencerminkan sifat-sifat kediriannya. Teknik Pikiran dan
Perasaan:Teknik pikiran dan perasaan dapat ditemukan
dalam teknik cakapan dan tingkah laku. Artinya
penuturan itu sekalius untuk menggambarkan pikiran dan
perasaan tokoh. Teknik pikiran dan perasaan dapat juga
sesuatu yang tidak pernah dilakukan secara konkret
dalam bentuk tindakan dan kata-kata.Teknik Arus
Kesadaran: Aliran kesadaran berusaha menangkap proses
kehidupan batin, baik yang berada diambang kesadaran
maupun ketaksadaran termasuk kehidupan bawah sadar.
Teknik ini banyak menganggap dan memberikan
informasi tentang kedirian tokoh.Teknik Reaksi Tokoh:
Teknik reaksi tokoh dimaksudkan sebagai reaksi tokoh
terhadap suatu kejadian, masalah, keadaan, kata, sikap-
tingkah laku orang lain yang berupa rangsang dari luar
diri tokoh yang bersangkutan. Teknik Reaksi Tokoh
Lain: Reaksi tokoh(-tokohlain dimaksudkan sebagai
reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh
utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya yang
berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lain-
lain.
Drama yang termasuk cipta sastra adalah naskah
ceritanya. Beberapa kaidah yang dianut Aristoteles dalam
drama yaitu: kesatuan gerak, kesatuan waktu, dan
kesatuan tempat. Ketiganya dianggap sebagai syarat
sebuah drama. Alur drama hampir sama dengan alur
cerita rekaan, yaitu: pembaruan mula, penggawatan,
klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian

Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
3
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kritik
Sebagian besar penggambaran penokohan pada
naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri ini memiliki
karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Penggambaran peristiwa dan penokohammya pun
dikemas atau digambarkan sedikit absurd sehingga drama
ini dapat dikatakan drama yang absurd.
Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri karya
Jean Anouilh, yang diversikan ke Indonesia oleh Asrul
Sani ini terletak pada penggambaran tokoh yang
memunculkan kejutan-kejutan bagi para pembaca.
Kejutan tersebut misalnya pada karakter Lady Hurf yang
diakhir cerita sengaja membuat sebuah permainan namun
setelah itu kecemasan Lady Hurf muncul ketika teringat
Juliette tidak ada karena dia takut keponakannya jatuh
cinta oleh pencuri. Jadi penggambaran karakter tokoh dan
gejala jiwanya sangat mengasyikkan. Untuk dapat
menikma ti karya ini perlu pemahaman yang cukup
sehingga drama ini tepat dijadikan bahan diskusi atau
bacaan mahasiswa.
Terdapat hal yang menimbulkan pertanyaan besar
mengenai penokohan Lady Hurf, yaitu mengenai
tujuannya membuat permainan dengan Hector,
Peterbone, dan Gustave. Di akhir cerita pun hal ini tidak
dijelaskan. Inilah menjadikan naskah drama ini menjadi
ada sesuatu yang mengganjal dalam penggambaran
penokohannya.

Gejolak Jiwa Tokoh
a. Latar (setting)
1) Tempat : rumah Lady Hurf di kamar, taman,
dapur, ruang tamu,
vila
2) Waktu : siang dan malam.
3) Suasana : intim, menegangkan, mengharukan
b. Alur : maju pembaruan mula, penggawatan,
klimaks, antiklimaks, dan penyelesaian
c. Tokoh
1) Peterbone
2) Hector
3) Gustave
4) Eva
5) Julliete
6) Lord Edgard
7) Lady Hurf
8) Dupont-Dufort Tua
9) Dupont-Dufort Muda
10) Tukang Canang
11) Polisi-Polisi
12) Anak Kecil

d. Penokohan
Peterbono
Peterbono adalah sosok pencuri yang penuh tipu
muslihat dan pengumpat. Ia tak segan-segan
mengeluarkan umpatan terutama ketika Peterbono
geram kepada Gustave. Gustave sebagai anggota baru
dianggap tidak memiliki kinerja sesuai yang
diharapkannya. Ia hanya berhasil mencopet satu
dompet. Dompet tersebut ternyata milik Peterbono. Hal
tersebut disebabkan oleh Gustave tidak dapat
mengenali Peterbono ketika sedang menyamar menjadi
seorang yang tua berjanggut panjang berwarna putih.
Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai berikut.

32. PETERBONO: (dengan marah)
...celana kotak-kotak, jas hijau, betul kan? Otak
udang?
34. PETERBONO: (duduk pada sebuah kursi) Itu
kan aku, bodoh, itu kan aku... Kalau begini
keadaannya, kita untung kalau masih bisa
menutup pengeluaran kita.
Jiwa penguasanya muncul karena faktor usianya.
Usianya yang paling tua diantara Hector dan Gustave
membuatnya memosisikan diri sebagai pengontrol kerja
pencurian mereka. Hal ini membuat Gustave dan
Hector menjadi takut dan tunduk kepada Peterbone.
Karena Gustave dan Hector juga menghormati
Peterbone hal ini yang membuat Peterbone menjadi
berjiwa seperti orang tua sekaligus pemimpin kelompok
kecil pencuri. Perasaan yang demikian ini membuat ia
meremehkan dan menganggap kerja yang lain tidak
akan berhasil tanpa campur tangannya. Hal ini terbukti
ketika mereka akan memasuki keluarga Ladyu untuk
mencuri dengan jalan mendekati kedua sepupunya
Peterbone melarang Gustave yang melakukannya
bahkan sempat mereka sempat bertengkar. Dari sini
terlihat bahwa Peterbone memosisikan dirinya sebagai
pemimpin dan penguasa.

Hector
Sama seperti Peterbono, Hector juga merupakan
sosok pencuri yang penuh tipu muslihat. Dibalik
keinginannya mengambil harta kekayaan Lady,
sesungguhnya di dalam hati Hector tersimpan perasaan
cinta teradap Eva. Berawal dari keinginan mendapatkan
cincin yang digunakan Eva, lalu perasaan itu benar-
benar menjadi terjadi pada Hector. Gejolak jiwa antara
cinta, takut kehilangan, dan keinginannya untuk
menjadi pencuri profesional membuatnya menjadi sulit
terkontrol. Sikapnya terhadap Eva dikuasasi oleh
perasaan cintanya terhadap gadis tersebut. hal tersebut
terlihat dari usahanya yang terus meyakinkan Eva
ketikaEva sedang marah padanya.
Sikap manisnya tak mungkin tanpa ada maksud
dan tujuan tertentu. Ketakutan Hector kehilangan cinta
Eva membuatnya rela melakukan apapun. Hal tersebut
ia lakukan untuk mendapatkan harta Eva. Satu-satunya
cara agar membuat dirinya disenangi Eva yaitu menjadi
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
4
Hector yang dulu, Hector saat berjumpa Eva untuk
pertama kalinya. Tentu saja Hector bingung karena ia
sendiri tidak tahu Hector dengan wajah seperti apa
ketika pertama kali berjumpa dengan Eva. Ia terus
mencoba. Hal tersebut tampak dalam kutipan sebagai
berikut.
294. HECTOR: (Berpaling untuk mengganti
riasnya lalu berbalik dengan wajah yang baru
sama sekali.) Apa bukan seperti ini?
295. EVA: (Tertawa terbahak-bahak) Bukan,
bukan sama sekali.

Gustave
Karakter pencuri Gustave sangat kuat. Hal ini
terlihat dari langkah yang dipilihnya pada malam ketika
pesta pencuri. Ia memilih melakukan pencurian sendiri
dengan mengabaikan rasa cintanya terhadap Juliette. Ia
memilih melakukan pekerjaan lalu pergi meninggalkan
cintanya. Terlihat pula ketika dia mengikat Julliette
pada sebuah kursi dan ingin melanjutkan aksi
mencurinya, dia tidak memedulikan cintanya terhadap
Julliete. Bagaimanapun juga, ia tetap tidak bisa lepas
dari perasaan-perasaan cintanya pada Juliette. Rasa
takut dan cemas tentu mengiringinya ketika ia sedang
malakukan aksi pencuriannya. Terlihat dari sikapnya
ketia ia didapati oleh D.D Muda dan D.D Tua ketika
menjalani aksinya.
458.GUSTAVE: Demi Tuhan, apa yang terjadi?
(Ia mencabut sebuah pistol) Angkat tangan!
459.D.D TUA: (Yang tadinya bayang-bayang)
Hahaha bagus sekali! Dari mana kau
peroleh pistol itu? Bagus-bagus.
460.GUSTAVE: Jangan bergerak, kalau tidak
kutembak.
461.D.D TUA: Ke mari dengan tenang, permainan
selesai.
462.GUSTAVE: Jangan bergerak, setan. (Ia
menembak)
Dari kutipan dimuka terlihat jelas rasa takut
Gustave terhadap dua orang yang menemuinya, apa lagi
diawal dikatakan bahwa Mereke berdua adalah bandit.
Ketakutan tersebut terlihat dari sikapnya yang seketika
mengeluarkan pistol. Aksi mengeluarkan pistol dan
melepaskan pelurunya tersebut merupakan wujud dari
ketakutannya. Namun ketika dia mulai mencium bau-
bau ketololon dan ketidaktahuan D.D. Muda dan D.D.
Tua muncul karakter Gustave yang berikutnya, yaitu
cerdik kecerdikannya tersebut terlihat dari
kemampuannya memanfaatkan kesempatan yang ada
untuk menyelamatkan dirinya. Tetap saja keadaan yang
demikian menciptakan kecemasan pada diri Gustave.
467.D.D TUA: Didier, apa kau tidak bisa lebih
hati-hati?
468.D.D MUDA: Bukan aku . . .
469.D.D TUA: Kalau begitu siapa yang
memecahkan jambangan itu?
470.LORD EDGARD: (Masuk lalu menghidupkna
lampu. Ia berpakaian seperti polisi) Apa ini rebut-
ribut? Bagaimana topiku?
471.D.D TUA: (Ia dan ANAKNYA menyamar
sebagai orang Indian) Bagus, Tuan, bagus.
(LORD EDGAR keluar, D.D TUA mendekati
GUSTAVE) Bajumu tidak bagus, tidak berhasil.
Terlalu bersahaja, yang terpenting ciri-ciri kecil
itu. Lihat, misalnya parut ini.
472.D.D MUDA: Dan katup mata hitam.
473.GUSTAVE: Kenapa kalian berpakaian seperti
ini?
474.D.D TUA: Kami mau ke kasino.
475.D.D MUDA: Ke karnaval Pencuri. Kau juga
kan?
476.GUSTAVE:Oh. Ya, ya, tentu, aku juga.
477.D.D TUA: Sebaiknya riasmu kau perbaiki
sedikit. Agak terlalu bersahaja. Kau sama sekali
tidak mirip seorang pencuri.
478..GUSTAVE: Betul..betul, nanti kuperbaiki.
(ia berjalan ke pintu) Apa semua ikut ke karnaval
pencuri itu?
479.D.D TUA: Tentu, semua.
480.GUSTAVE:Bagus sampai nanti. (Dia pergi)
Kecemasan pada Gustave lebih terlihat pada
kutipan naskah dialog ke 476 dan 478. Cara berbicara
yang tidak lancar terlihat dari intonasi yang dibuat
sedikit panjang dan pengulangan pada kata tertentu,
misalnya kata betul dan kata ya. Setelah itu muncul
senang ketika dia mengetahui bahwa semua orang pergi
ke pesta pencuri. Hal ini membuatnya leluasa untuk
kembali meneruskan aksinya.
Karakter Gustave selanjutnya adalah tidak
tegaan. Ini terlihat ketika dia sedang melakukan aksi
pencuriannya lalu dipergoki Julliet. Tindakan yang
dipilihnya adalah mengikat Julliet dan membungkam
mulutnya. Namun akhirnya pun ia melepas ikatan yang
menyiksa Julliete tersebut. Sikapnya yang demikian
dimotori oleh rasa sayangnya terhadap Julliete serta
ketidak tegaannya terhadap gadis yang dicintainya
tersakiti. Tidak hanya itu, hal yang membuatnya mau
melepas ikatan Julliete adalah keyakinannya atau
kepercayaannya teradap Julliete. Kelimat-kalimat yang
keluar dari mulut Julliete mampu meluluhkan hati
Gustave, juga percaya terhadapnya.
Sifat ketegasan Gustave pada awalnya diawali
dengan keraguan Gustave terhadap keputusan yang
diambil Julliete. Hal ini menimbulkan dilema baginya.
Ia dihadapkan pada suatu pilihan yang membuat dirinya
bingung dan sulit menentukan pilihan. Namun pada
akhirnya ia dapat memutuskan memperjuangkan cinta
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
5
bersama. Hal ini karena terdapat dorongan dari luar,
yaitu dari Julliete yang terus meyakinkannya. Berikut
bukti kutipannya.
628.GUSTAVE: Apa yang mau kau katakana?
629.JULIETTE: Apa kau mengira aku datang
kemari mencari kau dengan mengenakan pakaian
perjalanan hanya untuk duduk dan diikatkan pada
sebuah kursi dan mulutku disumbat seperti seekor
kepompong? Tentu saja aku tahu kau seorang pencuri.
Kalau kau bukan pencuri betul, aku tidak akan pernah
mengira kau akan berangkat tengah malam buta. Ya
kan? Apalagi kau tamu bibiku.
630.GUSTAVE: Apa yang kau bicarakan?
631.JULIETTE: Selama satu jam terakhir, aku
sudah berulang kali mengatakan padamu. Aku
cinta pada kau. Aku melihat kau mengeluarkan
mobil dari garasi. Aku menerka kau tentu betul-
betul telah mencuri dan bahwa malam ini adalah
malam yang ditunggu-tunggu dan akan mengira
begitu pekerjaanmu selesai, kau tentu segera
berangkat, lalu aku berpakaian dan siap
berpakaian dan siap berangkat dengan kau. Kau
tidak bermaksud tinggal di sini kan?
632.GUSTAVE: Pertanyaan itu tidak pantas
diajukan pada seorang pencuri.
633.JULIETTE: Kalau begitu bawalah aku.
634.GUSTAVE: Tapi aku seorang pencuri.
635.JULIETTE: Kan sudah kukatakan, aku tahu
kau seorang pencuri. Buat apa diulang-ulangi lagi?
Kau rupanya tidak punya perhatian pada dirimu
sendiri. Ayuh, buka tanganku!
636.GUSTAVE: Tapi Juiette
642.GUSTAVE: Mau mengapa kau?
643.JULIETTE: Betul, aku mulai bertanya-tanya,
apa kalian segera ka nada di sana. Apa aku
menarik hatimu, ya atau tidak?
644.GUSTAVE: Ya, tapi
645.JULIETTE: Bagus, itu yang pokok. Sekarang
begini. Gustave . . . kalau kau senang padaku, aku
cinta padamu dan aku ingin jadi istrimu jangan
khawatir, kalau kau takut pada pertanyaan-
pertanyaan yang tidak enak di kantor catatan sipil,
kita tidak perlu kawin seperti biasa. Nah sekarang
(Ia mengangkat salah satu dari karung-karung
itu) Apa Cuma ini yang kita bawa?
646.GUSTAVE: (Merenggutkan karung itu dari
padanya) Juliette, jangan. Kau tidak tahu apa yang
kau perbuat. Jangan ikut aku, apa akan jadinya
kau
647.JULIETTE: Aku akan membantumu. Aku
akan lihat-lihat, dan kalau kulihat ada orang yang
datang, aku akan bersiul. Aku pandai sekali
bersiul. Coba dengarkan (Ia memperdengarkan
bunyi siul yang melengking)
648.GUSTAVE: Sssttt . . . jangan!

Gustave jatuh cinta pada Juliette. Juliette pun juga
mencintai Gustave. Hal tersebut membuat Gustave
dihadapkan pada posisi yang sangat sulit. Hidup
berdampingan dengan Juliette dengan penuh
kebohongan ataukah menjauhi Juliette dan
merelakannya karena merasa tidak layak untuknya
merupakan masalah dilematik bagi Gustave. Disinilah
pilihan tersulit Gustave. Segenap cinta ingin
menahannya disini namun pikirannya menyuruhnya
segera pergi. Ini karena dia memiliki kesadaran akan
kekurangan dirinya. Rasa takut tidak bisa
membahagiakan Julliete membuatnya mengembil
pilihan mencuri lalu merelakan cintanya. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut.
652.GUSTAVE: Tapi apa kau tahu bahaya
kehidupan seperti ini?
653..JULIETTE: Ya, cium aku.
654.GUSTAVE: Juliette, iini berarti selamat
tinggal pada kesenanganmu.
655.JULIETTE: Kesenanganmu sudah siap untuk
membunuh aku. Cium aku . . .
656.GUSTAVE: Tapi kau bahagia di sini, Juliette.
Kau tidak tahu apa artinya dikejar-kejar rasa takut,
kau sudah biasa dengan kemewahan.
657.JULIETTE: Tapi kita kaya. Lihat ini. Jika kau
khawatir, kita tidak usah mencuri dulu selama
polisi mencari-cari aku.
658.GUSTAVE: Pencuri bukanlah orang kaya.
Hasil dari barang-barang yang kita jual sedikit
sekali.

Eva
Sifat penyayang dan peduli Eva terlihat pada saat
dia berusaha meyakinkan Julliete bahwa dia tidak
mengganggu atau memiliki perasaan terhadap Gustave.
Cara yang dilakukan Eva adalah dengan mebesarkan
hati Julliet, meyakinkan Julliete bahwa dai harus
memperjuangkan cintanya. Hal ini terlihat pada kutipan
berikut.
513.EVA: Tidak. Aku sayang sekali padamu,
duduklah.
517.EVA: Oh, seandainya akundapat membuat
diriku menginginkan seseorang . . .
518.JULIETTE: Jadi kau tidak menginginkan dia?
519.EVA: Tidak, anak bodoh.
520.JULIETTE: Apa kau tidak pernah bicara
dengannya kalau aku lagi tdak ada?
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
6
521.EVA: Oh, Seandainya aku ingin, bagiku
rasanya akan susah sekali. Ia hanya secara
kebetulan berada di dekatku dan kau selalu
memperhatikan kami.
......
530.JULIETTE: Tentang hari itu aku tidak begitu
yakin. Malam itu di matanya terbayang satu
pandangan yang aneh.
531.EVA: Karena ia bertanya padaku, apa aku
mengira kau cinta padanya. Lalu aku mengatakan,
kau seorang gadis kecil yang tidak bisa diterka
keinginannya dan bahwa kita tidak bisa tahu apa
yang terjadi dalam hatimu.
532.JULIETTE: Apa betul itu sebabnya? (diam
sebentar). Aku mengira, kau barangkali telah
menceritakan sesuatu yang lain padanya.
533.EVA: Apa sekarang kau puas?
............
Karakter mulia Eva tersurat pada dialog ke 541.
Kemuliaannya terdapat pada sikapnya yang mengalah
demi Julliete. Sebenarnya Eva telah menahan rasa
gejolak cinta dan ingin berpacaran dengan Gustave,
namun mengingat bahwa Julliet sangat mencintai
Gustave maka ia menahan diri dan memilih untuk
mundur. Keinginan yang tak dapat dipenuhinya demi
adiknya adalah perasaan sakit dan sesak yang ia
sembunyikan dari orang lain. Eva memilih untuk
mengalah demi Julliete karena beberapa faktor yang
membegroninya. Rasa sayang Eva terhadap Julliete
terbukti di sini, pada sifatnya yang mulia, mengalah,
dan berusaha menguatkan hati Juliette. Usaha yang ia
lakukan adalah merubah pola pikir Julliete bahwa Eva
adalah saudaranya, bukan musuhnya.

541.EVA: Apa kau kira aku tidak dapat menahan
diri hendak berpacaran dengannya, sedang aku
tahu kau begitu cinta padanya?
542.JULIETTE: Sikapmu itu mulia sekali.
543.EVA: Tidak. Sebetulnya aku menghendaki
diriku menginginkannya begitu rupa hingga aku
mengorbankan kau tanpa menenggang
perasaanmu sedikit jua pun.
.........................
Sifat bijaksana Eva juga terlihat pada kutipan
berikut.
557.EVA: Kau belum pernah seperti aku
menerima seorang laki-laki tanpa rasa cinta di
ranjangmu. Kau bahkan tidak memakai sebentuk
perhiasan pun di lehermu, tidak sebentuk cincin
pun di jarimu. Kau tidak pakai apa-apa kecuali
baju yang bersahaja ini. Umur dua puluh tahun
dan kau sedang bercinta. Julitte, kenapa kau tidak
memakai pakaian pencuri seperti kami?
Dari ungkapan Eva terhadap Julliete yang
demikian merupakan sikap yang dilakukannya agar
Julliete tidak mengalami hal yang sama terjadi pada
Eva. Sikap ini didorong oleh keinginannya akan
kebahagiaan Julliete. Dalam ungkapan Eva tersebut
tersirat usaha ingin menguatkan dan membangun
kekuatan Julliete, tentunya kekuatan batinnya.
Eva terlalu mudah tertarik kepada seorang pria
(Hector) bahkan ketika pertemuan pertamanya.
Awalnya, ia tidak ingin seorang pun tahu tentang hal
itu, tak terkecuali bibinya (Lady Hurf) dan kekasih
bibinya (Lord Edgard). Itulah yang membuatnya
gelisah ketika bertemu dengan Hector. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut. Disaat seperti
inilah kecemasan dan gejolak batin Eva

2. EVA: (Tertawa) Bukan. Tepuk tangan itu untuk
orkes. Kau betul-betul menarik hatiku.
6. EVA: Hati-hati. Kawan lama bibiku Lord
Edgard ada di sana, dekat tempat musik, lagi baca
koran. (Dia mengulurkan tangan sambil berpaling
untuk memperhatikan LORD EDGARD.)

Juliette
Sifat Julliete yang curiga terwujud dari sikap yang
ditunjukkannya terhadap Eva. Ia mencurigai Eva
mencintai dan mendekati Gustave. Perilaku dan sifat
yang demikian didorong oleh perasaan cintanya yang
begitu besar terhadap Gustave. Dari cinta yang besar
tersebut membuatnya muncul rasa takut akan
kehilangan Gustave karena direbut oleh Eva. Hal ini
dapat dibuktikan pada kutipan drama berikut.
511.EVA: Juilette, kenapa kau memandang aku
seolah-olah aku musuhmu?
512.JULIETTE: Kau musuhku.
513.EVA: Tidak. Aku sayang sekali padamu,
duduklah.
514.JULIETTE: Kau juga cinta padanya, bukan?
Kau mau menjauhkan dia dari aku dan sebelum itu
kau mau memperingatkan aku supaya aku jangan
sedih. Barangkali kalian berdua sudah sepakat
tentang ini , yakan? Bicaralah, kenapa kau
tersenyum?
515.EVA: Alangkah bahagianya kau, cintamu
begitu dalam.
516.JULIETTE: Kau lebih cantik dari aku. Kau
dapat memperoleh setiap laki-laki yang kau
inginkan.
Berdasarkan bukti tersebut, terlihat jelas bahwa
sikap dan pola pikir Julliete dikuasai oleh cintanya yang
besar terhadap Gustave dan perasaan takut
kehilangannya. Perasaan yang merasa bahwa dirinya
tidak lebih cantik daripada Eva ikut menjadi pendorong
sikapnya yang demikian. Sehingga muncul kecurigaan-
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
7
kecurigaan terhadap Eva ketika ia sedang dekat dengan
Gustave. Selain itu cinta Julliete terhadap Gustave yang
berapi-apai juga terlihat pada percakapan dengan Eva
ketika malam pesta pencuri. Cinta yang besar tersebut
diikuti dengan usaha untuk memperjuangkannya.
Gejolak yang ada dalam diri Julliete mendorongnya
untuk berusaha mendapatkan apa yang diinginkannya,
yaitu mendapatkan cinta Gustave.
Kegilaan Julliete terhadap Gustave terbukti
bahawa dia bisa menerima Gustave apa adanya tanpa
memandang siapa dia. Kegilaan selanjutnya adalah dia
justru mendukung dan membantu Gustave mengambil
barang-barang di rumah Lady Hurf. Kecintaannya
terhadap Gustave yang besar tersebut melhairkan
keputusannya untuk mengajak lari Gustave dengan
membawa beberapa barang yang ada di rumah sebagai
modal hidupnya bersama Gustave demi memenuhi
kebutuhan jiwanya, cinta. Kayakinan Julliete tersebut
pada akhirnya mampu meluluhkan hati Gustave dan
menguatkannya sehingga Gustave pun juga ikut
berjuang bersama dihadapan yang lain.

Lord Edgard
Lord Edgard memiliki karakter pesimistis. Hal
tersebut tampak ketika ia diminta mengambil andil
untuk mengatasi atau menghilangkan kecemasan Lady
Hurf terhadap Juliette dan Eva. Saat itu seolah nasib
Juliette dan Eva bergantung kepadanya sehingga Lord
Edgard mengalami konflik batin. Hal tersebut tampak
dalam kutipan sebagai berikut.
125. LORD EDGARD: (Memandangke tangannya
dengan penuh pikiran.) Aku tidak yakin aku
sanggup

Lady Hurf
Karakter lady Hurf yang penyayang terlihat dari
sikapnya yang perhatian dan kepeduliannya terhadapa
Julliete dan Eva. Sikapnya yang menghibur ketika Eva
sedang sedih, menasihati Julliete dan Eva, dan menjaga
keduanya dengan baik merupakan wujud penyayangnya.
Dalam hal menjaga keduanya, kecemasan Lady Hurf
terhadap Juliette dan Eva amat besar. Ia takut kalau kedua
orang yang dikasihinya tersebut mendapatkan pengaruh
negatif dari para pencuri. Selain itu juga kecemasan Lady
Hurf dari pengaruh Dupont-Dufort tua dan Dupont-
Dufort muda yang mengincar uang mereka. Hal tersebut
tampak dalam kutipan sebagai berikut.

110. LADY HURF: Begini. Kita harus
bertanggung jawa atas dua orang makhluk rawan.
Hasutan berkobar di mana-mana perkawinan
sedang digodok. Secara pribadi, aku sudah tidak
dapat mengikutinya lagi aku pusing. Siapa
yang dapat mengungkapkan, Edgard? Siapa yang
dapat mengawasi mereka?
Selain kecemasan, gejolak psikologis yang
muncul pada tokoh Lady Hurf yaitu kegilaannya.
Kegilaan Lady Hurf dalam membuat sebuah
permainan sebagai penghibur dan penghilang
bosannya. Permainan yang tak terduga dan
melibatkan para pencuri.

803. LADY HURF: Duc itu mati dalam
pangkuanku, atau boleh dikatakan hampir dalam
pangkuanku. Jadi aku tahu betul dengan siapa kita
berhadapan. Cuma saja, Edgard yang baik, aku
lagi merasa bosan tak terkira.

Dupont-Dufort tua
Karakter licik terlihat pula pada D. D. Tua. Hal ini
didasari oleh tujuannya mengincar harta lady. Dari tujuan
tersebut akhirnya muncul keinginan-keinginan licik yang
menghasilkan ide-ide licik pula. inilah yang kemudian
menghasilkan sikap-sikap yang mendukung demi
terwujudnya keingainan awalnya. Dari keinginan awal
tersebut membentuk pola pikir D.D Tua agar anaknya
mamapu menarik perhatian sepupu Lady Hurf. Dai akan
memunculkan banyak cara agar anaknya terlihat menarik
dihadapan sepupu Laxdy Hurf. Gejala-gejala tersebut
akan membentuk sikap baru, yaitu berusaha menarik
perhatian sepupu Lady Hurf melalui anaknya.
499.D.D TUA: Tentu, tentu. (pada ANAKNYA)
Kita harus bersikap semanis mungkin.
Kebodohan dan ketololannya juga terlihat dari
perilakunya yang ia lakukan terhadap Gustave ketika
menemukan Gustave akan mencuri di rumah Lady
Hurf. Keridaktahuannya terhadap maksud dan tujuan
Gustave, ketidaktahuan terhadap ancaman Gustave, dan
tembakan keatas oleh Gustave dapat berarti bahwa D.D
Tua bodoh dan tolol. Namun ketidaktahuannya ini
justru menguntungkannya, ia tetap tenang dan santai
walaupun bahaya menghampirinya. Rasa takut tidak
muncul sedikitpun karena ketidaktahuannya tersebut.

Dupont-Dufort muda
Kebodohan D.D MUDA terlihat ketika dia
menemukan Gustave di rumah sendirian dengan
pakaian yang dikenakan tidak sesuai dengan tema pesta
pencuri pada saat itu. Kebodohannya itu justru
membuatnya untung karena ia tidak merasa bahwa
dirinya sedang dalam bahaya. Ia tetap teerlihat santai
saat peluru meleset keluar dari pistol yang dikenakan.
Keadaan dirinya yang tenang akibat karakternya yang
bodoh tadi menjauhkannya dari rasa takut. Inilah yang
kemudian membuatnya berani dan santai ketika
menghadapi Gustave. Terlebih lagi, ia mengnanggap
pertemuannya dengan Gustave adalah suatu permainan
yang diciptakannya dengan D.D TUA dan Gustave.
Hali ini terbukti dari percakapan mereka pada naskah.
457.BAYANG-BAYANG II: Bandit-bandit baru
458.GUSTAVE: Demi Tuhan, apa yang terjadi?
(Ia mencabut sebuah pistol) Angkat tangan!
Header halaman gasal: Penggalan Judul Artikel Jurnal
8
459.D.D TUA: (Yang tadinya bayang-bayang)
Hahaha bagus sekali! Dari mana kau
peroleh pistol itu? Bagus-bagus.
460.GUSTAVE: Jangan bergerak, kalau tidak
kutembak.
461.D.D TUA: Ke mari dengan tenang, permainan
selesai.
462.GUSTAVE: Jangan bergerak, setan. (Ia
menembak)
463.D.D TUA: (Yang tidak sadar bahwa ia dalam
bahaya).
Oh bagus, sabas
466.GUSTAVE: Untuk terakhir kali jangan
bergerak. (ia menembak lagi, lalu memecahkan
sebuah jambangan)
469.D.D TUA: Kalau begitu siapa yang
memecahkan jambangan itu?

D.D Muda justru menganggap permainan, apa yang
dia aktakan dan ia lakukan ketika bertemu Gustave di
sebuah ruangan adalah sebagian dari aktingnya. Ini
terlihat ketika D.D Muda membaut mainan perasaan
gustave dengan mengatakan merekea adalah bandit-
bandit.
457.BAYANG-BAYANG II: Bandit-bandit baru
Karakter bodoh dan tolol juga terdapat pada tokoh
D.D. Tua. Ia memiliki persepsi dan perasaan yang
sama dengan D.D Muda terhadap sifat bodohnya.
D.D. Muda juga tidak menyadarai bahawa yang
menimpa dirinya. Tentunya ketidaksadaran ini
mapu memberikannya ketenangan. Situasi ketikan
bersama Gustave pada malam pesta, ia anggap
sebagai permainannya untuk ngerjain Gustave.
Hal ini lebih didukung lagi dengan sikapnya yang
diakhir percakapan dengan Gustave ia menyuruh
Gustave pergi untuk berganti pakaian.
477.D.D TUA: Sebaiknya riasmu kau perbaiki
sedikit. Agak terlalu bersahaja. Kau sama sekali
tidak mirip seorang pencuri.

Tukang Canang
Tukang canang digambarkan sebagai tokoh yang
tidak waspada. Akibat ketidak-waspadaannya ia
kehilangan alroji dan dompet. Kecemasan tukang
canang terhadap pencuri atau pencopet tampak pada
saat ia kesulitan mengucapkan kata pencopet ketika
menyampaikan di depan public atau masyarakat.

Anak Kecil
Anak kecil digambarkan sebagai tokoh perhatian.
Wujud perhatiannya ia tunjukkan dengan cara selalu
memetikkan bunga untuk Juliette. Kebahagiaan baginya
adalah melihat orang lain bahagia. Dengan kata lain,
dari kebiasaannya memetikkan bunga untuk Juliette
menimbulkan kebahagiaan tersendiri baginya karena
ketulusannya melakukan hal itu.

Polisi-Polisi
Polisi-polisi digambarkan sebagai tokoh yang mudah
terhasut. Hal tersebut tampak ketika ia menangkap D.D
tua dan D.D muda yang menjadi kiambing hitam.

PENUTUP
Simpulan
Sebagian besar penggambaran penokohan pada
naskah drama yang berjudul Pesta Pencuri ini memiliki
karakter yang kuat pada masing-masing tokohnya.
Penggambaran peristiwa dan penokohammya pun
dikemas atau digambarkan sedikit absurd sehingga drama
ini dapat dikatakan drama yang absurd.
Kemenarikan naskah drama Pesta Pencuri karya
Jean Anouilh terletak pada penggambaran tokoh yang
memunculkan kejutan-kejutan bagi para pembaca. Jadi
penggambaran karakter tokoh dan gejala jiwanya sangat
mengasyikkan. Untuk dapat menikmati karya ini perlu
pemahaman yang cukup sehingga drama ini tepat
dijadikan bahan diskusi atau bacaan mahasiswa. Terdapat
hal yang menimbulkan pertanyaan besar mengenai
penokohan Lady Hurf, yaitu mengenai tujuannya
membuat permainan dengan Hector, Peterbone, dan
Gustave. Di akhir cerita pun hal ini tidak dijelaskan.
Inilah menjadikan naskah drama ini menjadi ada sesuatu
yang mengganjal dalam penggambaran penokohannya.

DAFTAR PUSTAKA
Esten, Mursal. 1990. Kesusastraan Pengantar Teori dan
Sejarah. Bandung: Angkasa.
Luxemburg, dkk. 1989. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka Utama.

You might also like