You are on page 1of 17

1

BAB I
STATUS PASIEN


IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SH
Umur : 32
Pekerjaan : IRT
Tgl MRS : 22 September 2014
No. RM : 195502

ANAMNESIS
Keluhan Utama
Os mengatakan ingin kuret lagi karena masih ada sisa mola

Riwayat Penyakit Sekarang
Os mengatakan ingin kuret lagi karena masih ada sisa mola, keluhan ini disertai
dengan masih keluar bercak-bercak darah dari jalan lahir, sebelumnya os pernah
melakukan kuretase pada tanggal 9 september 2014. Selain itu os juga mengeluhkan
nyeri perut bagian bawah nyeri terus-menerus.

Riwayat Penyakit Dahulu
Os menyangkal memiliki riwayat hipertensi pada masa kehamilan ini dan ibu juga
menyangkal memiliki riwayat diabetes militus, penyakit jantung dan asma.

Riwayat Penyakit Keluarga:
Os menyangkal penyakit asma, diabetes militus dan hipertensi dalam keluarga.

Riwayat Pengobatan:
Tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu.


2



Riwayat Perkawinan:
- Pernikahan pertama
- Masih menikah
- Lama menikah 12 tahun

Riwayat Haid:
- Haid pertama : 14 tahun
- Haid
Lama : 5 hari
Siklus : 28 hari
Teratur, sakit saat haid
HPHT : Os lupa HPHT

Riwayat Persalinan:
Gravida (3), Aterm (2), Premature (-), Abortus (-), Anak Hidup (-), SC (-)
No Tempat
bersalin
Penolong Thn Aterm Jenis
persalinan
Penyulit JK BB/PB Keadaan
1 BPM Bidan 2002 Aterm Spontan L 3500gr Hidup
2 Puskesm
as
Bidan 2012 Aterm Spontan 2900 gr Hidup
3 Curet
mola


Riwayat Operasi
Kuretase tanggal 9 september 2014
Riwayat Alergi
- Alergi makanan : disangkal
- Alergi obat-obatan :disangkal


3

- Alergi cuaca : disangkal
Riwayat Psikososial
Tidak merokok, tidak minum alkohol, makan teratur.

PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital :
TD : 110/80mmHg
Nadi : 84 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Suhu : 36,6C
BB : 43 kg
TB : 150 cm

Status generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Cekung (-/-), conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Hidung : Secret (-/-)
Mulut : Sianosis (-), mukosa bibir lembab, faring hiperemis(-), gigi
geligi lengkap
Telinga : Serumen (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Inspeksi Pergerakan dinding dada simetris, ictus cordis tidak terlihat
Palpasi vocal fremitus normal, ictus cordis teraba di ICS 5 sinistra
Perkusi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi Pulmo : vesicular +/+, wheezing-/- , ronki -/-
Cor : Bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : NTE (+) BU (+)


4

Ekstremitas : Atas Bawah
Akral hangat +/+ +/+
Sianosis -/- -/-
Edem -/- -/-
RCT < 2 detik +/+ +/+

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
USG : tampak gambaran snow strom
Tanggal : 22/09/2014
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Pembekuan
- Masa Perdarahan
- Masa Pembekuan

200
400

Menit
Menit

1-3
2-6
Hematologi
- Hemoglobin
- Leukosit
- Hematokrit
- Trombosit

10,8
10,200
30,7
426,000

g/dl
/ul
%
Ribu/mm
3


11,3-15,5
4,3-10,4
36,0-46,0
132,000



ASSESSMENT
Mola Hidatinosa
PROGNOSIS:
Dubia ad bonam
RENCANA TINDAKAN
IVFD RL 20 tpm
Dilatasi dan Kuretase




5

LAPORAN PEMBEDAHAN
- Nama : Ny. SH
- Usia : 32 tahun
- Jenis Kelamin : Perempuan
- No. RM : 195502
- Tanggal Pembedahan : 23 September 2014
- Diagnosa Prabedah : Mola Hidatinosa
- Diagnosa Pascabedah : Mola Hidatinosa

URAIAN PEMBEDAHAN
1. Anestesi umum
2. Dilakukan asepsis dan antisepsis dengan iodine pada vulva dan sekitarnya
3. Masukkan speculum dan pasang tenakulum pada arah jam 11 untuk memfiksasi portio.
4. Melakukan sonde uterus 12 cm
5. Mulai mengeluarkan jaringan dengan cunam abortus, lakukan kuret tajam dan tumpul
hingga bersih
6. Lepas tenakulum, kontrol perdarahan
7. Lepaskan speculum
8. Masukkan pronalges suppositoria
9. Selesai














6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit,
koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah
neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi
janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola
secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas
dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, tetapi
kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi,
yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-
negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi pada negara-negara
barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian
kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari
600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika
Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000
kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih
tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.

DEFINISI
Mola Hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dimana seluruh villi korialisnya mengalami
perubahan hidrofobik. Mola hidatidosa juga dihubungkan dengan edema vesikular dari vili
khorialis plasenta dan biasanya tidak disertai fetus yang intak. Secara histologist, ditemukan
proliferasi trofoblast dengan berbagai tingkatan hiperplasia dan displasia. Vili khorialis terisi
cairan, membengkak, dan hanya terdapat sedikit pembuluh darah.
Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain mola hidatidosa komplit
dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa komplit tidak berisi jaringan fetus, di mana 90%
biasanya terdiri dari kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua kromosomnya


7

berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus akan mengalami fertilisasi oleh sperma
haploid yang kemudian berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola
yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat hiperplasia
tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial, terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan
pembuluh darah di vili khorialis masih sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai
ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan berkelok-kelok .

EPIDEMIOLOGI
Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin jika
dibandingkan dengan negara-negara barat. Di negara-negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000
kehamilan, sedangkan di negara-negara berkembang sebesar 1:100 atau 600 kehamilan. Insidensi
di Indonesia dilaporkan mencapai 1:85 kehamilan (Soejonoes) dan di RS Dr. Cipto
Mangunkusumo, Jakarta sebesar 1:31 persalinan dan 1:49 kehamilan.
Pada pasien dengan mola hidatidosa, 20% kasus berkembang menjadi keganasan
trophoblastik. Setelah mola sempurna berkembang, invasi uterus terjadi pada 15% pasien dan
metastasis terjadi pada 4% kasus. Tidak ada kasus koriokarsinoma yang dilaporkan berasal dari
mola parsial, walaupun pada 4% pasien, mola parsial dapat berkembang menjadi penyakit
trofoblastik gestasional persisten nonmetastatik yang membutuhkan kemoterapi.
Insiden kehamilan mola beragam diantara kelompok-kelompok etnis dan biasanya
tertinggi pada negara-negara Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia Timur. Mola hidatidosa
biasanya lebih sering dijumpai pada wanita usia reproduksi, yakni usia 15 hingga 45 tahun, di
mana wanita pada umur remaja muda atau premenopausal yang paling beresiko. Wanita dengan
umur 35 tahun keatas memiliki peningkatan resiko 3 kali lipat. Wanita dengan usia lebih dari 40
tahun mengalami peningkatan sebanyak 7 kali lipat jika dibandingkan dengan wanita yang lebih
muda. Peran graviditas, paritas, faktor reproduksi lain, status estrogen, kontrasepsi oral, dan
faktor makanan dalam resiko penyakit trofoblastik gestasional masih belum jelas. Kekambuhan
mola hidatidosa dijumpai pada sekitar 1 2% kasus. Dalam suatu kajian terhadap 12 penelitian
yang total mencakup hampir 5.000 persalinan, frekuensi mola rekuren adalah 1,3% (Lorret de
mola dan Goldfarb).




8

ETIOLOGI
Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-faktor yang mungkin dapat
menyebabkan dan mendukung terjadinya mola, antara lain:
1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi
terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

PATOFISIOLOGI
Untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah
keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal
terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu,
uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar
sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.
Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalam
kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan.
Demikian pula dengan penyakit trofoblast, yang merupakan kegagalan reproduksi. Di sini
kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi
keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi
hidrofik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa.
Sebagian dari villi berubah menjadi gelembung gelembung berisi cairan jernih merupakan kista
kista kecil seperti anggur dan dapat mengisi seluruh cavum uteri. Secara histopatologik
kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi
kehamilan ganda mola, yaitu satu jenis tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa.
Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai yang berdiameter lebih dari 1
cm 5. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada
diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.


9

Teori terjadinya penyakit trofoblas ada 2, yaitu teori missed abortion dan teori
neoplasma. Teori missed abortion menyatakan bahwa mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu
(missed abortion) karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi penimbunan
cairan dalam jaringan mesenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.
Teori neoplasma menyatakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas dan juga fungsinya
dimana terjadi resorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehingga timbul gelembung. Hal ini
menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.

KLASIFIKASI
MOLA HIDATIDOSA SEMPURNA
Villi korionik berubah menjadi suatu massa vesikel vesikel jernih. Ukuran vesikel
bervariasi dari yang sulit dilihat, berdiameter sampai beberapa sentimeter dan sering
berkelompok-kelompok menggantung pada tangkai kecil. Temuan Histologik ditandai oleh
adanya, antara lain:
Degenerasi hidrofobik dan pembengkakan stroma vilus
Tidak adanya pembuluh darah di vilus yang membengkak
Proliferasi epitel tropoblas dengan derajat bervariasi
Tidak adanya janin dan amnion
Mola sempurna tidak memiliki jaringan fetus. 90% merupakan genotip 46XX dan sisanya
46XY. Vili korionik berubah menjadi suatu massa vesikel-vesikel jernih. Mola sempurna dapat
dibagi atas 2 jenis, yaitu :
Mola Sempurna Androgenetic
Homozygous
Merupakan 80% dari kejadian mola sempurna. Dua komplemen kromosom paternal
identik, didapatkan dari duplikasi kromosom haploid seluruhnya dari ayah. Selalu perempuan;
46,YY tidak pernah ditemukan

Heterozygous
Merupakan 20% dari kejadian mola sempurna. Dapat laki-laki atau perempuan. Semua
kromosom berasal dari kedua orang tua, kemungkinan besar terjadi karena pembuahan dua
sperma.


10


Mola Sempurna Biparental
Genotip ayah dan ibu terlihat, tetapi gen maternal gagal mempengaruhi janin sehingga
hanya gen paternal yang terekspresi. Mola sempurna biparental jarang ditemukan. Bentuk
rekuren mola biparental (yang merupakan familial dan sepertinya diturunkan sebagai autosomal
resesif) pernah ditemukan. Telah ditemukan daerah kromosom yang menjadi calon yaitu 19q13.
Presentasi klinis yang tipikal pada kehamilan mola sempurna dapat didiagnosis pada trimester
pertama sebelum onset gejala dan tanda muncul. Gejala yang paling sering terjadi pada mola
sempurna yaitu perdarahan vagina. Jaringan mola terpisah dari desidua dan menyebabkan
perdarahan. Uterus dapat menjadi membesar akibat darah yang jumlahnya besar dan cairan
merah gelap dapat keluar dari vagina. Gejala ini terjadi pada 97% kasus mola hidatidosa. Pasien
juga melaporkan mual dan muntah yang hebat. Ini diakibatkan peningkatan kadar human
chorionic gonadotropin (HCG). Sekitar 7% pasien juga datang dengan takikardia, tremor, dan
kulit hangat.

MOLA HIDATIDOSA PARSIAL
Apabila perubahan hidatidosa bersifat fokal dan kurang berkembang, dan mungkin
tampak sebagai jaringan janin. Terjadi perkembangan hidatidosa yang berlangsung lambat pada
sebagian villi yang biasanya avaskular, sementara villi-villi berpembuluh lainnya dengan
sirkulasi janin plasenta yang masih berfungsi tidak terkena. Pasien dengan mola parsial tidak
memiliki manifestasi klinis yang sama pada mola sempurna. Pasien ini biasanya datang dengan
tanda dan gejala yang mirip dengan aborsi inkomplit atau missed abortion yakni Perdarahan
vagina dan hilangnya denyut jantung janin, Pada mola parsial, jaringan fetus biasanya
didapatkan, eritrosit dan pembuluh darah fetus pada villi merupakan penemuan yang seringkali
ada. Komplemen kromosomnya yaitu 69,XXX atau 69,XXY. Ini diakibatkan dari fertilisasi
ovum haploid dan duplikasi kromosom haploid paternal atau akibat pembuahan dua sperma.
Tetraploidi juga biasa didapatkan. Seperti pada mola sempurna, ditemukan jaringan trofoblastik
hyperplasia dan pembengkakan villi chorionic.





11

MANIFESTASI KLINIS
a. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.
b. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat. merupakan
gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa intermiten selama
berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga dapat menyebabkan
anemia defisiensi besi.
c. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan usia
kehamilan.
d. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun ballottement.
e. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
f. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
g. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa pasti
h. Gejala Tirotoksikosis

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang seperti
laboratorium, USG dan histologis. Pada mola hidatidosa yang komplet terdapat tanda dan gejala
klasik yakni:
a. Perdarahan vaginal. Gejala klasik yang paling sering pada mola komplet adalah
perdarahan vaginal. Jaringan mola terpisah dari desidua, menyebabkan perdarahan.
Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah darah yang banyak, dan cairan gelap bisa
mengalir melalui vagina. Gejala ini terdapat dalam 97% kasus.
b. Hiperemesis. Penderita juga mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal ini
merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormon -HCG.
c. Hipertiroid. Setidaknya 7% penderita memiliki gejala seperti takikardi, tremor dan kulit
yang hangat.
Kebanyakan mola sudah dapat dideteksi lebih awal pada trimester awal sebelum terjadi
onset gejala klasik tersebut, akibat terdapatnya alat penunjang USG yang beresolusi tinggi.
Gejala mola parsial tidak sama seperti komplet mola. Penderita biasanya hanya mengeluhkan
gejala seperti terjadinya abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan


12

vaginal dan tidak adanya denyut jantung janin. Dari pemeriksaan fisik pada kehamilan mola
komplet didapatkan umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tinggi fundus
uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik
yang eksesif dan tertahannya darah dalam uterus. Didapatkan pula adanya gejala preeklamsia
yang terjadi pada 27% kasus dengan karakteristik hipertensi ( TD > 140/90 mmHg), protenuria
(> 300 mg.dl), dan edema dengan hiperefleksia. Kejadian kejang jarang didapatkan. Kista theca
lutein, yakni kista ovarii yang diameternya berukuran > 6 cm yang diikuti oleh pembesaran
ovarium. Kista ini tidak selalu dapat teraba pada pemeriksaan bimanual melainkan hanya dapat
diidentifikasi dengan USG. Kista ini berkembang sebagai respon terhadap tingginya kadar beta
HCG dan akan langsung regresi bila mola telah dievakuasi.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain kadar beta HCG yang normal. Bila
didapatkan > 100.000 mIU/mL merupakan indikasi dari pertumbuhan trofoblastik yang banyak
sekali dan kecurigaan terhadap kehamilan mola harus disingkirkan. Anemia merupakan
komplikasi yang sering terjadi disertai dengan kecenderungan terjadinya koagulopati.sehingga
pemeriksaan darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan. Dilakukan juga pemeriksaan tes fungsi
hati, BUN dan kreatinin serta thyroxin dan serum inhibin A dan activin.
Pemeriksaan ultrasonografi merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamilan mola. Dari gambaran USG tampak gambaran badai salju (snowstorm) yang
mengindikasikan vili khoriales yang hidropik. Dengan resolusi yang tinggi didapatkan massa
intra uterin yang kompleks dengan banyak kista yang kecil-kecil. Bila telah ditegakkan diagnosis
mola hidatidosa, maka pemeriksaan rontgen pulmo harus dilakukan karena paru - paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG.
Pemeriksaan histologis memperlihatkan pada mola komplet tidak terdapat jaringan fetus,
terdapat proliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46,XX atau 46,XY. Sebagai
tambahan pada mola komplet memperlihatkan peningkatan faktor pertumbuhan, termasuk c-
myc, epidermal growth factor, dan c-erb B-2, dibandingkan pada plasenta yang normal. Pada
mola parsial terdapat jaringan fetus beserta amnion dan eritrosit fetus.








13

KLINIS
Anamnesis
Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yang
berlebiha, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklat
dan kadang bergelembung seperti busa.

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan kekuningan yang disebut muka mola
(mola face)
Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek Tidak
teraba bagian-bagian janin dan ballotement dan gerakan janin.
Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.
Pemeriksaam Dalam : memastikan besarnya uterus, uterus terasa lembek, terdapat
perdarahan dalam kanalis servikalis

Hasil Penemuan Fisik
Mola Sempurna
Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran uterus lebih besar daripada
biasanya pada usia gestasi tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna.
Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh pertumbuhan trofoblastik berlebih dan
darah yang tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran sesuai dengan umur
kehamilan bahkan lebih kecil tidak jarang ditemukan.
Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna mengalami toxemia ditandai
oleh adanya hipertensi (BP >140/90 mm Hg), proteinuria (> 300 mg/d), dan edema
dengan hiperreflexia. Kejang jarang terjadi.
Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter lebih besar dari 6cm dan
diikuti dengan pembesaran ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada
pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan USG. Pasien biasanya
mengeluhkan nyeri pelvis. Karena adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko
torsi. Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang tinggi dan kadarnya
biasanya menurun setelah mola.


14


Mola Parsial
Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering ditemukan dengan USG.
Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi hanya pada 3% kasus
Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang terjadi.

Mola Kembar
Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan plasenta normal telah
dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini
juga pernah dilaporkan.
Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk menjadi persisten dan cenderung
dapat bermetastasis. Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang direkomendasikan.
Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil, tanpa perdarahan,
thyrotoxikosis, atau hipertensi berat. Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari
morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar.
Diagnosis genetik prenatal melalui sampling chorionic villus atau amniosentesis
direkomendasikan untuk mengevaluasi kariotype fetus.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pengukuran kadar Hormon Karionik Ganadotropin (HCG) yang tinggi maka uji biologik
dan imunologik (Galli Mainini dan Plano test) akan positif setelah titrasi (pengeceran) : Galli
Mainini 1/300 (+) maka suspek molahidatidosa.

Radiologik
Plain foto abdomen-pelvis : tidak ditemukan tulang janin
USG : ditemukan gambaran snow strom atau gambaran seperti badai salju.

Uji Sonde
Tidak rutin dikerjakan, biasanya dilakukan sebagai tindakan awal kuretase

Histopatologik
Dari gelembung-gelembung yang keluar, dikirim ke laboratorium PA.



15

TATA LAKSANA
Evakuasi
1. Perbaiki keadaan umum.
2. Bila mola sudah keluar spontan dilakukan kuret atau kuret isap. Bila Kanalis servikalis
belum terbuka dipasang laminaria dan 12 jam kemudian dilakukan kuret.
3. Memberikan obat-obatan antibiotik, uterotonika dan perbaiki keadaan umum penderita.
4. 7 10 hari setelah kerokan pertama, dilakukan kerokan ke dua untuk membersihkan sisa-
sisa jaringan.
5. Histerektomi total dilakukan pada mola resiko tinggi usia lebih dari 30 tahun, paritas 4
atau lebih, dan uterus yang sangat besar yaitu setinggi pusat atau lebih.

Pengawasan Lanjutan
1. Ibu dianjurkan untuk tidak hamil dan dianjurkan memakai kontrasepsi oral pil.
2. Mematuhi jadwal periksa ulang selama 2-3 tahun, yaitu setiap minggu pada Triwulan
pertama, setiap 2 minggu pada Triwulan kedua, setiap bulan pada 6 bulan berikutnya,
setiap 2 bulan pada tahun berikutnya, dan selanjutnya setiap 3 bulan.
3. Setiap pemeriksaan ulang perlu diperhatikan :
a. Gejala klinis : keadaan umum, perdarahan
b. Pemeriksaan dalam : keadaan serviks, uterus bertambah kecil atau tidak
c. Laboratorium : Reaksi biologis dan imunologis : 1x seminggu sampai hasil
negatif, 1x per 2 minggu selama Triwulan selanjutnya, 1x sebulan dalam 6 bulan
selanjutnya, 1x per 3 bulan selama tahun berikutnya. Kalau hasil reaksi titer masih
(+) maka harus dicurigai adanya keganasan
4. Sitostatika Profilaksis : Metoreksat 3x 5mg selama 5 hari

KESIMPULAN
Mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas gestasional (PTG), yang
meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dan komplit,
koriokarsinoma, mola invasif, dan placental site trophoblastic tumors. Mola hidatidosa adalah
neoplasma jinak dari sel trofoblast. Pada mola hidatidosa kehamilan tidak berkembang menjadi


16

janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik. Kehamilan mola
secara histologis ditandai dengan kelainan vili khorionik yang terdiri dari proliferasi trofoblas
dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus. Mola biasanya terletak di rongga uterus, tetapi
kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan bahkan ovarium.
Mola hidatidosa merupakan penyakit yang terjadi pada wanita dalam masa reproduksi,
yakni antara umur 15 tahun sampai 45 tahun. Insidensinya lebih banyak ditemukan di negara-
negara Asia, Afrika, dan Amerika latin jika dibandingkan dengan insidensi pada negara-negara
barat. Angka kejadian mola hidatidosa pada bagian barat Amerika Serikat ialah terjadi 1 kejadian
kehamilan mola dari 1.000 1.500 kehamilan. Mola hidatidosa ditemukan kurang lebih 1 dari
600 kasus abortus medisinalis. Di Asia, insidensi mola 15 kali lebih tinggi daripada di Amerika
Serikat, dengan Jepang yang melaporkan bahwa terjadi 2 kejadian kehamilan mola dari 1000
kehamilan. Di negara-negara Timur Jauh beberapa sumber memperkirakan insidensi mola lebih
tinggi lagi, yakni 1:120 kehamilan.
Penanganan mola hidatidosa tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi
juga membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis
penyakit tersebut.
















17

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah. M.N. dkk. Mola Hidatidosa. Pedoman diagnosis dan terapi lab/upf. Kebidanan
dan penyakit kandungan. Rsud dokter soetomo surabaya. 1994. Hal 25-28.
2. Ayurai, 2009. Mola Hidatidosa. Download at 22 september 2009 from :
http://ayurai.wordpress.com/2009/06/26/mola-hidatidosa/
3. Cuninngham. F.G. dkk. Mola Hidatidosa Penyakit Trofoblastik Gestasional Obstetri
Williams. Edisi 21. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGG Jakarta. 2006. Hal 930-938.
4. Diyah Metta Ningrum dan Ova Emilia, 2008. Diagnosis Dan Manajemen Mola
Hidatidosa. Download tanggal 14 september 2009 dari :
http://theeyebrow.blogspot.com/2008/01/mola-hidatidosa.html
5. Harnawatiaj, 2008. Askep Mola Hidatidosa. Download at 20 september 2009, available
from: http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/
6. Lisa E Moore, 2008. Hydatidiform Mole. Download at 15 september 2009 available
from: www.e-medicine.com
7. Mansjoer, A. dkk. Mola Hidatidosa. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta.2001. Hal 265-267
8. Martaadisoebrata. D, & Sumapraja, S. Penyakit Serta Kelainan Plasenta & Selaput Janin.
Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina pustaka SARWONO PRAWIROHARDJO. Jakarta.2002
Hal 341-348.
9. Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi2. Penerbit Buku
Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.
10. Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H. Mola Hidatidosa. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina
Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal . 262-264
11. Ross S. Berkowitz, M.D., and Donald P. Goldstein, M.D, 2009. Molar Pregnancy.
Downloaded from www.nejm.org on September 16, 2009
12. Sastrawinata, S.R. Mola Hidatidosa. Obsetetri Patologik. Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. Elstar Offset. Bandung. 1981. Hal38-42

You might also like