You are on page 1of 98

I

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemikiran tentang ayat-ayat yang muhkan dan yang mutasyabihat dalam al-Quran masih
sering diperdebatkan oleh para pakar baik dari kalangan sarjana Islam maupun sarjana Barat,
khususnya mereka yang mempunyai perhatian serius terhadap ilmu-ilmu al-Quran (ulumul
Quran). Term muhkam dan mutasyabih dalam al-Quran sering kita temukan. alau kita
mengamati se!ara sepintas terhadap beberapa term tersebut dan berusaha untuk memahami
maknanya, maka seolah-olah antara ayat yang satu dengan yang lainnya saling kontradikti".
#alam surat al-$ud (%%& %) menyatakan bah'a semua ayat dalam al-Quran adalah
muhkam, dalam surat ()-*umar (+,& -+) menyatakan semua ayat dalam al-Quran adalah
mutasyabih. .edangkan dalam surat (li Imron (+&/) menyatakan bah'a ayat-ayat dalam al-
Quran adalah muhkam dan sebagian yang lain adalah mutasyabih.
#ari ketiga ayat tersebut, maka yang menjadi pokok pembahasan dalam kajian ini adalah
ayat yang disebutkan terakhir, yaitu ayat-ayat al-Quran itu ada yang muhkam dan ada yang
mutasyabih.
Pembatasan masalah
0ntuk lebih lanjut terarahnya penulisan makalah ini, maka penulis membatasi sebagai berikut &
%. Pengertian (l-1uhkam 'al 1utasyabih.
-. .ikap 0lama terhadap ayat-ayat 1uhkam 'al 1utasyabih.
3. Dasar-dasar pengetahuan Al-Muhkam wal Mutasyabih.
4. Faktor-faktor adanya Al-Muhkam wal Mutasyabih.
5. Fawatill Al-Suwar..
Tujuan Pembahasan
. !ntuk menambah ilmu pengetahuan kita" dalam memahami tentang ilmu Muhkam wal
Mutasyabih
#. Mengetahui tentang Sikap !lama terhadap ayat-ayat Muhkam wal Mutasyabih
3. Mengetahui tentang Dasar-dasar pengetahuan dan Faktor-faktor adanya Al-Muhkam
wal Mutasyabih.
2. Mengetahui tentang Fawatill Al-Suwar
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH
1. Al-Muham
Muhkam berasal dari kata $hkam yang bearti kekukuhan" kesempurnaan"
keseksamaan" dan pen%egahan. Sedangkan se%ara terminology muhkam berarti ayat-ayat
yang &elas maknanya" dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain.
'ontoh surat Al- (a)arah ayat *3 +
,-./ 0123
4
5
4
67
8
9: ;/ <
2
67
=
>?2 ,-?
/
-1
/
5
4
@
2
0A2 69
4
.
4
?
:
,5
4
BC
4
6D404?
:
,5
4
BE4F: G
/
?
:
, HI25
4
6J
8
69
4
;: K
2
@
2
L:M4?2,-
4
?
:
6E
2
5
4
N
= 4
, OK
2
P4 5M/Q/R: S4 O T
4
0U2,F
4
V: K
2
W72E4 X4 6Y
4
0C2 6J4Z
:
[4 3
4
I
:
K
2
5
4
P-\/ F
2
R: C/ ]: D
/
J
:
3
4
5
4
]: ^
/
7
:
C2 _0>21
4
OK
2
]: D
/
0:?
=
-
4
S4 ]=`
/
a46A
4
b= ?, ,-S
/
c5
4
a4_d= ?,
Artinya +
eDan ketika kami mengambil &an&i dari anak-anak $srael + tidak akan menyembah
selain Allah" dan berbuat kebaikan kepada $bu" (apak dan kerabat dekat dan anak-anak-
piatu dan orang- oarng miskin" dan u%apkanlah kata yang baik kepada manusia" dan
ker&akanlah sembahyang dan bayarlah fakat" kemudian itu kamu berpaling ke%uali
sebagian ke%il dari padamu dan kamu tidak mengambil perdulig
hi
!. Al-Mutas"ab#h
jata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang se%ara bahasa berarti keserupaan
dan kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. kasyahabad
$sttabaha berarti dua hal yang masing-masing menyerupai yang lainnya. Sedangkan se%ara
terminology Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum &elasmaksudnya" dan mempunyai
banyak kemungkinan takwilnya" atau maknanya yang tersembunyi" dan memerlukan
keterangan tertentu" atau Allah yang mengetahuinya. 'ontoh surat khoha ayat 5 +
l-
4
D4V
:
, m
2
F: R
4
?
:
, B>
4
n4 @/ .
4
;: F= ?,
Artinya +
eo Allah p yang maha pemurah" yang bersemayam diatas qArasyg.
Se%ara istilah" para !lama berbeda pendapat dalam merumuskan Muhkam dan
Mutasyabih. Al- Suyuti telah mengemukakan * definisi atau tempat yang diberikan !lama.
Al-rar)ani mengemukakan definisi yang sebagian dikuip dari Al-Suyuti.
Diantara defenisi yang dikemukakan Al-rak)arni adalah +
[1]
. sendapat Al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mafhab tanafi.
Muhkam ialah ayat yang &elas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan
nasakh.
Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi o maknanya p" tidak diketahui maknanya baik se%ra
akil maupun na)li" dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetauhinya " seperti
datangnya kiamat " huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
#. sendapat dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih dikalangan
mereka.
Muhkam ialah ayat yang diketahui maksudnya" baik se%ara nyata maupun kakwil.
Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya" seperti
datangnya hari kiamat" kelurnya Da&&al" huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
3. sendapat dibangsakan kepada $bnu Abbas dan kebanyakan ahli fikih mengikutinya.
Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung ke%uali satu kemungkinan makna kakwil.
Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak kakwil.
4. sendapat ini di%eritakan dari $mam Ahmad ra.
Muhkam ialah ayat yang tidak berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan.
Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri tetapi memerlukan keterangan.
5. sendapat ini dibangsakan kepada $mam Al-taramain.
Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya.
Mutasyabih ialah ayat yang seharusnya tidak ter&angkau dari segi bahasa ke%uali bila ada
bersamanya indikasi u melalui konteksi.
v. sendapat Al-khibi.
Muhkam ialah ayat yang &elas maknya dan tidak masuk kepadanya isykal o kepelikan p.
Mutasyabih ialah lawannya.
w. sendapat dibangsakan kepada $mam Al-xafi dan banyak peneliti yang memilih
Muhkam ialah ayat yang ditu&ukan makna kuat" yaitu lafal Al-yurzan nas dan lafal fahir
sunah.
Mutasyabih ialah ayat yang ditun&ukkan maknanya tidak kuat yaitu lafal mu&mal" muawwal"
dan musykil.
h#i
[2]
1uhkam dan 1utasyabih terjadi banyak perbedaan pendapat. 3ang terpenting di antaranya
sebagai berikut &
. 1uhkam adalah ayat yang mudah diketahui maksudnya, sedangkan mutasyabih hanya
(llah-lah yang mengetahui akan maksudnya.
#. 1uhkam adalah ayat yang dapat diketahui se!ara langsung, sedangkan mutashabih baru
dapat diketahui dengan memerlukan penjelasan ayat-ayat lain.
Para ulama memberikan !ontoh ayat-ayat 1uhkam dalam al-Quran dengan ayat-ayat yang
berkaitan dengan hukum. .eperti halal dan haram, ke'ajiban dan larangan, janji dan an!aman.
.ementara ayat-ayat 1utasyabih, mereka men!ontohkan dengan nama-nama (llah dan si"at-
4ya, seperti&
:)

! "# ! $% &
'
() *+,# -) . ,# ! /00 1 )
5ursi-4ya meliputi langit dan bumi6.
:(2) 34 5

6
#
7

89

: ;) % < '

0 1 )
53ang 1aha Pengasih, yang bersemanyam di atas 7(rsy6.
:%) =# -) > $- ; % # ?@ A B $C

C#*): D

E
#
3
#
F G

HI 1 )
5(bahteranya nabi 4uh as) berlayar dengan pantauan mata ami. (seperti itulah musibah yang
ami turunkan) sebagai balasan bagi orang yang ingkar6.
:J5=) K

L
#
M N#M O

P 4 Q

R# N)M SR > 4 7) M
#
$M)$% T
'
U
#
V

4 7) M
#
$M) ; M W#
'
>' U
#
HX 1 )
5.esungguhnya orang-orang yang membaiat-mu ya 8asul, mereka-lah yang berikrar menerima
(bah'a Tuhan mereka) adalah (llah. Tangan (llah diatas tangan-tangan mereka6. 9:; <
=
>
?
@ ? A B
=
C
=
DE FG H=I
=
J
=
&KLM<A) NE :
=
OG J
=
I
P
>
?
Q
R
<?9S= T
U
VGW
=
X
Y
Z
E
[
=
SE I
P
>
?
N= <
=
>
?
I
=
\
=
]= A^
=
__ (
5#an jangan (pula) engkau sembah tuhan yang lain selain (llah. Tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain #ia. .egala sesuatu pasti binasa ke!uali ('ajah) (llah6.
1uhkam ialah la"al yang artinya dapat diketahui dengan jelas dan kuat se!ara berdiri
sendiri tanpa ditak'ilkan karena susunan tertibnya tepat, dan tidak musykil, karena
pengertiannya masuk akal, sehingga dapat diamalkan karena tidak dinasakh. .edangkan
pengertian mutasyabih ialah la"al-(l-Quran yang artinya samar, sehingga tidak dapat dijangkau
oleh akal manusia karena bisa ditak'ilkan ma!am-ma!am sehingga tidak dapat berdiri sendiri
karena susunan tertibnya kurang tepat sehingga menimbulkan kesulitan !ukup diyakini adanya
saja dan tidak perlu amalkan, karena merupakan ilmu yang hanya dimonopoli (llah .`T.
a+b
B. SIKAP ULAMA TERHA$AP AYAT-AYAT MUTASYABIH $AN AYAT- AYAT MUHKAM
Menurut Al-rar)ani" ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 o tiga p ma%am +
. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya" seperti
pengetahuan tentang fat Allah dan hari kiamat" hal-hal gaib" hakikat dan sifat-sifat fat Allah.
Sebagian mana firman Allah dalam surat Al-Anzam ayat 5{ +
Artinya + edan pada sisi Allah kun%i-kun%i semua yang gaib" tak ada yang
mengetahui ke%uali Dia sendiri.
#. Ayat-ayat yang setiap orang bias mengetahui maksudnya melalui penelitian dan
pengka&ian" seperti ayat-ayat + tutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas"
pan&ang" urutannya" dan seumpamanya.
'ontoh surat An-|isaz ayat 3 +
Artinya + edan &ika kamu takut tidak adakn dapat berlaku adil terhadap o hak-hak p
perempuan yang yatim" maka kawinilah wanita-wanitag.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para !lama tertentu dan
bukan semua !lama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang
memenuhi hati seseorang yang &ernih &iwanya dan mu&ahid. Sebagai mana diisyaratkan
oleh |abi dengan dozanya bagi $bnu Abbas +
Artinya +e }a kuhanku" &adikanlah seseorang yang paham dalam agama"dan a&arkanlah
kepada takwilg.
h4i
Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah" pendapat !lama terbagi
kepada dua mafhab +
h5i
[3]
[4]
[5]
. Mafhab salaf.
}aitu mafhab yang mempunyai dan mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih" dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah.
#. Mafhab jhakaf.
}aitu !lama yang menakwilkan lafal yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna
yang baik bagi fat Allah" %ontohnya mafhab ini mengartikan mata dengan pengawasan
Allah" tangan diartikan kekuasaan Allah" dan lain-lain.
sada hakikatnya tidak ada pertentangan antara pendapat !lama tersebut"
permasalahannya hanya berkisar pada perbedaan dalam menakwilkannya. Se%ara teoritis
pendapat !lama dapat di kompromikan" dan se%ara praktis penerapan mafhab khalaf lebih
dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang
dan kritis. Dengan melihat kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin
berpikirkritis dewasa" maka mafhab khalaf atau mafhab takwil ini yang lebih tepat
diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat dengan mengikuti ketentuan takwil
yang dikenal dengan ilmu tafsir.
%. $ALIL A$ANYA MUHKAM $AN MUTASYABIH
Dalam al-yurzan surat Ali-$mron ayat w menyatakan adanya ayat-ayat yang muhkam
dan mutasyabih
]
:
~
2
E
2
->
/
1
/
W2 @4 LZ2?
=
, 6C
=

6~
4
E
2
6
4
D4C
/
F/ [4 3
/
5
4

2
6D4^2 ?
:
,

3
/
@= /

6.
4
^
4
: C
/

6L
4
c / 7
:
C2
4
6D4^2 ?
:
,
4
0:>
4
n
4

4
b4 J
:
3
4
HZ2?
=
, -
4
/
]
2
>
:
R2 ?
:
, W2 P4 -
/
V2 ,F= ?,5
4
N
= /
, OK
2
/ >
4
L5
2

:
S4 ]
/
>
4
R: L
4
6C
4
5
4
2 >2L5
2

:
S4
4
64 D2E:,5
4
2 74D
:
2?
:
,
4
64 D2E:, / 7
:
C2 4 E
4
6
4
S4 6C
4
P4 -R/ Q
2
D
=
0
4

L:4

2
6Q
4
?
:
, -?
/
53
/
OK
2
F/ A
=
Z
=
L
4
6C
4
5
4
674E
4
M27
:
n2 @: C2 T

A
/
2 E
2
67
=
C
4
c P4 -?
/
-G
/
L
4
Artinya+
eDialah yang menurunkan Al-jitab oal-yurzanp kepada kamu" diantara oisipnya ada
ayat-ayat yang muhkamat. $tulah pokok-pokok isi al-yurzan dan yang lain oayat-ayatp
mutasyabihat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya %ondong kepada kesesatan" maka
mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan
untuk men%ari-%ari takwilnya" padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya ke%uali Allah.
Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata+ ekami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyabihat" semuanya itu dari sisi kuhan kami.g Dan tidak dapat mengambil pela&aran
odari padanyap melainkan orang-orang yang berakal.g
Dari ayat di atas se%ara eksplisit menyebutkan bahwa ayat al-yurzan dapat dibagi
men&adi dua bagian. op Ayat Muhkamat" yang merupakan pokok-pokok isi al-yurzan dan
men&adi landasannya serta men&adi bagian terbesar darinya. o#p Ayat Mutasyabihat. (aik
ayat yang muhkamat maupun mutasyabihat" keduanya saling berhadap-hadapan. Artinya
bahwa ayat yang muhkam sebagai imbangan terhadap ayat yang mutasyabih. tal ini
sebagaimana kebenaran berhadapan dengan kebatilan" orang-orang yang berilmu
berhadapan dengan orang-orang yang di dalam hatinyat terdapat ke%enderungan sesat.
hvi
$. &AKT'R-&AKT'R A$ANYA MUHKAM $AN MUTASYABIH
Disebabkan tersembunyinya apa yang dimaksud oleh syarz$ oAllah Skp dalam
kalimah ayat tersebut.
a. jadang-kadang ia terdapat dalam lafadf atau kata
@
2
0.2 04?
:
6E
2
6E8F: \4 ]
:
~
2
0:>
4
n4
4
,F
4

4

ealu dihadapinya berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannyag osurat Shaffat+
{3p.
jata alyamiin mengandung 3 pengertian" yaitu+
. Menggunakan tangan kanan" tidak tangan kiri
#. Memukul dengan keras" karena yang kanan ialah yang terkuat dari kedua anggota
badan
3. (erarti sumpah
b. jadang-kadang ia kembali kepada pengertian atau makna" seperti apa yang dikhususkan
Allah dengan-|ya terhadap diri-|ya disebabkan ilmu-|ya. 'ontoh+ huru-hara hari kiamat"
tanda-tanda kiamat besar. Atau Assazah" Syurga dan |eraka antara lain+ oyS. Al-yiyamah+
v-3p.
hwi
[6]
[7]
E. &A(ATIH AS SU(ARI
Sebelum kita membahas tentang Fawatih As Suwar" adakala baiknya terlebih dahulu
kita bersama-sama mengetahui apa yang dimaksud dengan Fawatih As Suwar itu sendiri.
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat" ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mu&mal oglobalp" muzawwal
omemerlukan takwilp" dan musykil osukar dipahamip. Didalam Al yurzan terdapat huruf-huruf
awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang berbeda-beda. tal ini merupakan
salah satu %iri kebesaran Allah dan ke Mahatahuan|ya" sehingga kita terpanggil untuk
menggali ayat-ayat tersebut. Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dika&i ayat Al
yurzan itu" maka semakin luas pengetahuan kita. tal ini dapat dibuktikan dengan
perkembangan ilmu tafsir yang kita lihat hingga sekarang ini.
h*i
Adapun untuk memper&elas lagi apa itu ayat Fawatih As Suwar" maka dengan ini
kami tampilkan ayat-ayatnya sebagai berikut.
h{i
Awalan surah yang terdiri dari satu huruf" ini terdapat pada tiga surah.
Surah Shad+ FAZ?, lI PcFG?, 5 .
Surah yaaf+ M0.?, PcFG?, 5 X .
Surah Al yolam+ P5FD9L 6C 5 ]>G?, 5 .P
Awalan surah yang terdiri dari dua huruf" ini terdapat pada sepuluh surah +
Surah Al Mukmin ];
Surah Fushilat ];
Surah Asy-Syura ];
Surah Af rukhruf. ];
Surah Ad Dukhan. ];
Surah Al asyiah. ];
Surah Al Ah)af. ];
Surah khaha.
[8]
[9]
Surah An-|aml.
Surah }asin. L
ku&uh dari sepuluh surah diatas" ini dinamakan tawwaamiim.
hi
Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf" ini terdapat pada tiga belas surah" yaitu +
nam surah diawali Alif am Mim o]?,p
Surah Al (a)oroh
Surah Ali $mran
Surah Al Ankabut
Surah Ar xum
Surah u)man
Surah As-Sa&ada
ima surah diawali dengan Alif am xo oF?,p
Surah }unus
Surah tud
Surah }usuf
Surah $brahim
Surah Al ti&r
Dua surah yang diawali dengan kha Sin Mim o]9p
Surah Asy Syuzara
Surah Al yoshosh
Awalan surah yang terdiri dari empat huruf" ini terdapat pada dua tempat" yaitu +
Surah Al Azaraf. .?,
Surah Ar xazdu. F.?,
Awalan surah yang terdiri dari lima huruf" ini hanya terdapat pada surah Maryam"
yaitu + R0~A .
Dari ketiga belas ayat-ayat Fawatih As Suwar yang tersebut di atas" dengan ini kami
selaku pemakalah oberpendapatp akan mengambil satu ayat sebagai pen&elasan" yaitu Alif
am Mim o]?,p. Didalam tafsir alalin mengenai ayat-ayat Fawatih As Suwar ini sudah
[10]
di&elaskan tidak bisa ditafsirkan omenurut golongan madfhab salafp" hanya Allahlah yang
Maha Mengetahui.
}aitu Alif am Mim ditafsirkan dengan 22F
4
./ E
2
]/>
4
n: ,
4
N
/
,5
4

Artinya
eDan Allah Maha ebih Mengetahui dengan maksud|yag.
Dan ada lagi didalam tafsir Marohi syara%h $mam |awawi" Alif am Mim beliau
tafsirkan mengambil pendapat $mam Syuzbi dan amazah" yaitu +
@/ C2 : J
/
@/ : 74
4
P
2
3
4
F: G
/
?, F V2 B
4
2 5
4
2 .2 >
:
R2 E
2
N
/
, 4F
4

4
J
:
, 2 lZ2?
=
, 2 E
2
6
4
D4./ ?, @4 C2
2
-= 9 ?, T
2
U2,5
4
,
4
B2 2 6
4
~
2
?, 2 5: F/ ;/ F/ U26V
4
5
4
]?,

n4 6.
4

4
5
4
BQ
2
R:

?,
4
61
4
6~4 E
2
P
2
6.
4
L:O
2
, / >
4

4
64 F
2
A
:
I2 a
/
M4U26
4
5
4
.B?
4
6R
4
S4 N 2 , B?
4
, 2 6~4 0:2 ]
4
>
:
R2 ?, / -:
/
J45
4
64 F
2
2 6
4
E
2
.
Artinya+
e Alif am Mim itu adalah men&adi rahasia pada seluruh huruf hi&aiyah pada awal
surah dari ayat mutasyabih yang telah disatukan oleh Allah dengan ilmu|ya" yaitu men&adi
rahasia Al yurzan. Maka kami beriman dengan fhohirnya dan kami menuntut ilmu padanya
hingga kepada Allah kazala. e
kafsiran ini" menurut kami sudah &elas bahwa $mam Syuzbi termasuk golongan
madfhab salaf. (eliau tidak mau menafsirkan lafadf Alif am Mim ini karena beliau takut
tersesat sehingga beliau mengatakan biarlah ini men&adi rahasia Al yurzan. Akan tetapi"
beliau tetap beriman dengan fhohirnya dan beliau tetap menuntut dan memohon diberikan
ilmu lebih dari Allah Swt.
Dan dipenghu&ung tafsir Abu (akar r.a. berkata+

2
-
4
9 ?, T
/
U2,5
4
3
4
P
2
3
4
F: G
/
?, B2 N 2 , F V2 5
4
F V2

6D4A2 T

A
/
B2.
e Didalam seluruh kitab mempunyai rahasia" dan rahasia Allah didalam Al yurzan itu
ada pada awal surah e.
tal ini bertolak belakang dengan $bnu Abbas r.a. beliau mampu untuk
menafsirkannya" yaitu kata beliau
l
4
,
4
N
/
,
4
6J43
4
+
4
61
4
oF?,p 2 ?2-: 1
4
B25
4
.T
/
d
4
,
/
N
/
,
4
6J4,
4
+
4
61
4
o
4
.
4
?
4
,p 2 ?2-: 1
4
B25
4
.]/>
4
n: ,
4
N
/
,
4
6J4,
4
+
4
61
4
o]?,p 2 ?2-: 1
4
B2.
e kentang firman Allah Alif am Mim adalah Aku Allah Maha Mengetahui" tentang Alif am
Mim Shodh adalah Aku Allah akan memperin%i" dan Alif am xo adalah Aku Allah Maha
Melihatg. oDikeluarkan oleh $bnu Abi tatim dari &alan Abu Al-Dhuhap
Dan ada lagi dari $bnu Abbas r.a. dengan tafsirannya sebagai berikut +

8
1
4
F=
4
C/ @
2
.
4
;: F= ?,
/
5: F/ ;/ P 5
4
]; 5
4
F?, +
4
61
4
.
e kentang o firman Allahp pada ayat Alif am xo" ta Mim" dan |un adalah huruf-huruf Ar
xahman yang dipisahkan e. oDikeluarkan oleh $bnu Abi tatim dari alan $krimahp
Dan masih banyak lagi pendapat dari ulama yang menafsirkan ayat Fawatih As
Suwar" seperti Salim $bnu Abdillah" Al Saddiy" Al (aidhawi dan lain-lain. Akan tetapi disini"
kami hanya menampilkan pendapat $bnu Abbas r.a. karena menurut kami $bnu Abbas r.a.
memang patut mendapatkan anugerah yang luar biasa. jarena ia bisa mentakwilkan ayat
mutasyabihat" berkat atas doza xosulullah S.a.w. yang sudah kami &elaskan sebelumnya.
hi
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih diatas" dapat dipahami sebagai
berikut + Muhkam adalah ayat yang sudah &elas maksudnya ketika kita memba%anya.
Sedangkan ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan" dan setelah
ditakwilkan barulah kita dapat memahami tentang maksud ayat.
Ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu ka&ian dalam ilmu Al yurzan yang
para ulama menilainya dengan alasan masing-masing" seperti !lama kafsir" Madfhab
Salaf" Madfhab jhalaf dan !lamaz Ahlulbait.
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat" ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mu&mal oglobalp" muzawwal
omemerlukan takwilp" dan musykil osukar dipahamip.
sada penafsiran ayat Fawatih As Suwar ter&adi perselisihan dua golongan ulama"
yaitu golongan pertama mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu tidak bisa
ditakwilkan" mereka ini adalah $mam Syuzbi dan amazah" serta tafsir alalin. Sedangkan
golongan yang kedua ini mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu bisa ditakwilkan"
mereka ini adalah $bnu Abbas r.a." Salim $bnu Abdillah" Al Saddiy" Al (aidhawi dan lain
[11]
BAB II
AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH
A. PENGERTIAN AL-MUHKAM AL-MUTASYABIH)
1. Al-Muham)
Muhkam berasal dari kata $hkam yang bearti kekukuhan" kesempurnaan" keseksamaan" dan
pen%egahan. Sedangkan se%ara terminology muhkam berarti ayat-ayat yang &elas maknanya"
dan tidak memerlukan keterangan dari ayat-ayat lain. 'ontoh surat Al- (a)arah ayat *3 +
Artimya + edan ketika kami mengambil &an&i dari anak-anak $srael + tidak akan menyembah selain
Allah" dan berbuat kebaikankepada
$bu"(apak dan kerabat dekat dan anak-anak-piatu dan orang- oarng miskin" dan u%apkanlah
kata yang baik kepada manusia" dan ker&akanlah sembahyang dan bayarlah fakat" kemudian
itu kamu berpaling ke%uali sebagian ke%il dari padamu dan kamu tidak mengambil perdulig
!. Al-Mutas"ab#h
kata mutasyabih berasal dari kata tasyabuh yang se%ara bahasa berarti keserupaan dan
kesamaan yang biasanya membawa kepada kesamaran antara dua hal. kasyahabad $sttabaha
berarti dua hal yang masing-masing menyerupai yang lainnya. Sedangkan se%ara terminology
Al Mutasyabih berarti ayat-ayat yang belum &elasmaksudnya" dan mempunyai banyak
kemungkinan takwilnya" atau maknanya yang tersembunyi" dan memerlukan keterangan
tertentu" atau Allah yang mengetahuinya. 'ontoh surat khoha ayat 5 +
Artinya + eo Allah p yang maha pemurah" yang bersemayam diatas qArasyg.
Se%ara istilah" para !lama berbeda pendapat dalam merumuskanMuhkam dan Mutasyabih. Al-
Suyuti telah mengemukakan * definisi atau tempat yang diberikan !lama. Al-rar)ani
mengemukakan definisi yang sebagian dikuip dari Al-Suyuti.
Diantara defenisi yang dikemukakan Al-rak)arni adalah +
. sendapat Al-Alusi kepada pemimpin-pemimpin mafhab tanafi.
Muhkam ialah ayat yang &elas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan
nasakh.
Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi o maknanya p" tidak diketahui maknanya baik se%ra
akil maupun na)li" dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetauhinya " seperti
datangnya kiamat " huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
#. sendapat dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih dikalangan
mereka.
Muhkam ialah ayta yang diketahui maksudnya" baik se%ara nyata maupun kakwil.
Mutasyabih ialah ayat yang hanya Allah lah yang mengetahui maksudnya" seperti datangnya
hari kiamat" kelurnya Da&&al" huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat.
3. sendapat dibangsakan kepada $bnu Abbas dan kebanyakan ahli fikih mengikutinya.
Muhkam ialah ayat yang tidak mengandung ke%uali satu kemungkinan makna kakwil.
Mutasyabih ialah ayat yang mengandung banyak kakwil.
4. sendapatini di%eritakan dari $mam Ahmad ra.
Muhkam ialah ayat yang tidak berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan.
Mutasyabih ialah ayat yang tidak berdiri sendiri tetapi memerlukan keterangan.
5. sendapat ini dibangsakan kepada $mam Al-taramain.
Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya.
Mutasyabih ialah ayat yang seharusnya tidak ter&angkau dari segi bahasa ke%uali bila ada
bersamanya indikasi u melalui konteksi.
v. sendapat Al-khibi.
Muhkam ialah ayat yang &elas maknya dan tidak masuk kepadanya isykal o kepelikan p.
Mutasyabih ialah lawannya.
w. sendapat dibangsakan kepada $mam Al-xafi dan banyak peneliti yang memilih.
Muhkam ialah ayat yang ditu&ukan makna kuat" yaitu lafal Al-yurzan nas dan lafal fahir sunah.
Mutasyabih ialah ayat yang ditun&ukkan maknanya tidak kuat yaitu lafal mu&mal" muawwal"
dan musykil.
B. SIKAP ULAMA TERHA$AP AYAT-AYAT MUTASYABIH $AN AYAT-AYAT MUHKAM
Menurut Al-rar)ani" ayat-ayat Mutasyabih dapat dibagi 3 o tiga p ma%am +
. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat mengetahui maksudnya" seperti pengetahuan
tentang fat Allah dan hari kiamat" hal-hal gaib" hakikat dan sifat-sifat fat Allah. Sebagian mana
firman Allah dalam surat Al-Anzam ayat 5{ +
Artinya + edan pada sisi Allah kun%i-kun%i semua yang gaib" tak ada yang
mengetahui ke%uali Dia sendiri.
#. Ayat-ayat yang setiap orang bias mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengka&ian"
seperti ayat-ayat + tutasyabihat yang kesamarannya timbul akibat ringkas" pan&ang" urutannya"
dan seumpamanya.
'ontoh surat An-|isaz ayat 3 +
Artinya + edan &ika kamu takut tidak adakn dapat berlaku adil terhadap o hak-hak p perempuan
yang yatim" maka kawinilah wanita-wanitag.
3. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para !lama tertentu dan
bukan semua !lama. Maksud yang demikian adalah makna-makna yang tinggi yang memenuhi
hati seseorang yang &ernih &iwanya dan mu&ahid. Sebagai mana diisyaratkan oleh |abi dengan
dozanya bagi $bnu Abbas +
Artinya +e }a kuhanku" &adikanlah seseorang yang paham dalam agama"dan a&arkanlah kepada
takwilg.
Mengenal ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah" pendapat !lama terbagi kepada
dua mafhab +
. Mafhab salaf.
}aitu mafhab yang mempunyai dan mengimani sifat-sifat Allah yang Mutasyabih" dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah.
#. Mafhab jhakaf.
}aitu !lama yang menakwilkan lafal yang maknanya lahirnya musthahil kepada makna yang
baik bagi fat Allah" %ontohnya mafhab ini mengartikan mata dengan pengawasan Allah" tangan
diartikan kekuasaan Allah" dan lain-lain.
sada hakikatnya tidak ada pertentangan antara pendapat !lama tersebut" permasalahannya
hanya berkisar pada perbedaan dalam menakwilkannya. Se%ara teoritis pendapat !lama dapat
di kompromikan" dan se%ara praktis penerapan mafhab khalaf lebih dapat memenuhi tuntutan
kebutuhan intelektual yang semakin hari semakin berkembang dan kritis. Dengan melihat
kondisi obyektif intelektual masyarakat modern yang semakin berpikirkritis dewasa" maka
mafhab khalaf atau mafhab takwil ini yang lebih tepat diterapkan dalam menafsirkan ayat-ayat
mutasyabihat dengan mengikuti ketentuan takwil yang dikenal dengan ilmu tafsir.
%. &A(ATIB AL-SU(AR.
&a*at#b Al-Su*a+ yaitu pembukaan-pembukuan surat yang dimulai dengan potongan-
potongan huruf" yang ada umumnya terdapat pada pembukuan ayat atau surat makkiah u huruf-
huruf hi&aiyah. sembukuan surat ini ada yang terdiri dari dua huruf" enam huruf" lima huruf dan
lain-lain. Seperti + Dalam hal ini ada beberapa pendapat !lama diantaranya yaitu +
. !lama memahami Fatwatil Al-Suwar ini sebagai rahasia hanya Allah yang mengetahuinya.
#. !lama ini mengatakan bahawa huruf-huruf awal surat sebagai huruf-huruf yang mengandung
pengertian dapat dipahami oleh menusia" karena pengnut pendapat ini memberi pengertian
kepada ayat ini +
'ontoh +
}ang berarti eAku Allah yang Melihatg.
Sedangkan sebagian !lama memnadang huruf ini sebagai peringatan o tanbih p kepada agar
!lama waktu kesibukannya dengan urusan manusia berpaling kepada ibril untuk mendengar
ayat-ayat yang akan disampaikan kepadanya. Sebagian yang lain memandang sebagai
peringatn kepada orang Arab agar mereka tertarik mendengarnya.
sendapat !lama tentanghuruf hi&aiyah pembuka surat.
a. Af ramakhsari berkata dalam tafsirnya eAl- yasysyafg hururf-huruf ini ada beberapa
pendapat" yaitu +
. Merupakan nama surat.
#. Sumpah Allah
3. Supaya menarik hati orang yang mendengarnya.
b. As Suyuti menakwilkan pendapat $bnu Abbas tentang huruf tersebut sebagai berikut +
Dikatakan bahwapendapat itu hanya "erupakan anggapan belaka" kemudian As-SSuyuti
menerangkan bahwa hal itu suatu rahasia yang hanya Allah lah yang mengetahuinya.
%. Al- yuwabi mengatakan bahwasannya kalimat itu merupakan tambih bagi |abi" maka Allah
menyuruh ibril untuk memberikan perhatian terhadapa apa yang disampaikan kepadanya.
d. As-Sayid xasyid xidha tidak membenarkan Al-yuwabi karena |abi senantiasa menunggu
kedatangan wahyu" $a erpendapat sesuai dengan Ar-xasi" bahwa tambih sebenarnya
dihadapkan kepada orang-orang kafir apabila nabi memba%a Al-yurzan mereka mengan&urkan
satu sama lain untuk tidak mendengarkannya.
e. !lama salaf berpendapat bahwa fawati Al-Suwar telah disusun se&ak faman afali sedemikian
rupa supaya melengkapi segala yang melemahkan manusia dari yang didatangkan seperti Al-
yurzan.
leh karena itu $zkikad bahwa huruf-huruf ini telah sedemikian dari afalinya" maka banyaklah
orang tidak berani mengeluarkan pendapat tentang huruf-huruf itu" orang menganggap huruf itu
termasuk golongan mutasyabihat yang hanya Allah lah yang mengetahuinya.
$. HIKMAH A$ANYA AYAT-AYAT MUTASYABIHAT $AN AL- MUHKAM
. Ayat-ayat Mutasyabihat ini mengharuskan upayayang lebih banyak untuk mengungkap
maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengka&inya.
#. ika ayat-ayat Al-yurzan mengandung ayat Mutasyabihat maka untuk memehami diperlukan %ara penafsiran dan
tar&ih antara satu dengan yang lainnya" hal ini memerlukan berbagai ilmu" seperti (ahasa" -ramatika" Mazni" $lmu
(ayan" !shul Fi)ih" dan sebagainya.
3. Ayat-ayat Mutasyabihat merupakan rahmat bagi manusia yang lemah yang tidak mengetahui segala sesuatu.
4. Ayat ini &uga merupakam %obaan bagi manusia apakah mereka per%aya atau tidak tentang hal yang gaib.
5. Ayat ini men&adi dalil atas kebodohan dan kelemahan manusia.
v. Ayat ini dalam Al-yurzan menguatkan kemuk&&ifatannya.
%. PENUTUP
Demikianlah makalah ini yang bisa kami sampaikan dan sa&ikan. Segala kritik dan saran kami tunggu untuk
melengkapi segala kekuranga. Semoga dengan adanya makalah ini para pemba%a maupun para pendengar mampu
memahami" mengka&i dengan seksama" sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan semoga
dengan adanya makalah ini dapat men&adi khasanah dan men&adikan motiasi dalam membuat makalah yang lebih
sempurna.
$A&TAR KEPUSTAKAAN
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shaleh, Dasar-dasar Penafsiran al-Quran, Semarang, Dina Utama, 1989.
!h"an, M#hammad $#r, Memahami %ahasa al-Quran, &#gya'arta, Pusta'a Pela(ar, )**).
Al-Qaththan, Manna, Studi lmu-ilmu Quran, +a'arta, Pusta'a ,itera Antar $usa, 19-..
Mansyur, /ahar, 0. Drs, P#'#'-1#'#' Ulumul Quran, +a'arta, 2eni'a 3i1ta, 199).
Syadali, Ahmad, 0.Drs, 2#fi, Ahmad 0. Drs. Ulumul Quran , %andung, Pusta'a Setia, )**4.
Su1iana, M.Ag. /arman, Muhammad, M.Ag. Ulumul Quran dan Pengenalan Met#d#l#gi 5afsir, %andung, Pusta'a
slami'a, )**).
Mana Muhkam ,an Mutasyabih
. Mana se-a+a Lugawi.bahasa/
Muhkam se%ara lugawi berasal dari kata hakama. jata hukm berarti memutuskan antara dua
hal atau lebih perkara" maka hakimadalah orang yang men%egah yang falim dan memisahkan dua
pihak yang sedang bertikai. Sedangkan muhkam adalah sesuatu yang dikokohkan" &elas" fasih dan
membedakan antara yang hak dan batil.
Mutasyabih se%ara lugawi berasal dari kata syabaha, yakni bila salah satu dari dua hal serupa
dengan yang lain. Syubhah ialah keadaan di mana satu dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari
yang lain karena adanya kemiripan di antara keduanya se%ara konkrit atau abstrak
Mana se-a+a Ist#lah
(anyak sekali pendapat para ulama tentang pengertian muhkamdan mutasyabih, salah satunya
al-rar)ani. Diantara definisi yang diberikan rar)ani adalah sebagai berikut+
p. Muhkamialah ayat-ayat yang &elas maksudnya lagi nyata yang tidak mengandung kemungkinan
nasa'h. Mutasyabih ialah ayat yang tersembunyi omaknanyap" tidak diketahui maknanya baik
se%ara a6li maupun na6li" dan inilah ayat-ayat yang hanya Allah mengetahuinya" seperti datangnya
hari kiamat" huruf-huruf yang terputus-putus di awal surat (fawatihal-suwar7. sendapat ini
dibangsakan al-usi kepada pemimpin-pemimpin mafhab tanafi.
#p.Muhkam ialah ayat-ayat yang diketahui maksudnya" baik se%ara nyata maupun melalui takwil.
Mutasyabih ialah ayat-ayat yang hanya Allah yang mengetahui maksudnya" seperti datang hari
kiamat" keluarnya da&&al" huruf-huruf yang terputus-putus di awal-awal surat (fawatih al-suwar)
pendapat ini dibangsakan kepada ahli sunah sebagai pendapat yang terpilih di kalangan mereka.
3p. Muhkamialah ayat-ayat yang tidak mengandung ke%uali satu kemungkinan makna takwil.
Mutasyabih ialah ayat-ayat yang mengandung banyak kemungkinan makna takwil. sendapat ini
dinisbatkan kepada $bnu Abbas dan kebanyakan ahli ushul fikih mengikutinya.
4p. Muhkam ialah ayat yang berdiri sendiri dan tidak memerlukan keterangan. Mutasyabih ialah ayat
yang tidak berdiri sendiri" tetapi memerlukan keterangan tertentu dan kali yang lain diterangkan
dengan ayat atau keterangan yang lain pula karena ter&adinya perbedaan dalam menakwilnya.
sendapat ini di%eritakan dari $mam Ahmad.r.a.
5p. Muhkam ialah ayat yang seksama susunan dan urutannya yang membawa kepada kebangkitan
makna yang tepat tanpa pertentangan. Mutasyabih ialah ayat yang makna seharusnya tidak
ter&angkau dari segi bahasa ke%uali bila ada bersamanya indikasi atau melalui konteksnya. afal
musytara' masuk ke dalam mutasyabih menurut pengertian ini. sendapat ini dibangsakan kepada
$mam Al-taramain.
vp. Muhkamialah ayat yang &elas maknanya dan tidak masuk kepadanya isy'al okepelikanp.
Mutasyabihialah lawannya muhkamatas ism-ism okata-kata bendap musytara' dan lafal-lafalnya
mubhamah osamar-samarp. $ni adalah pendapat al-khibi.
wp. Muhkam ialah ayat yang ditun&ukkan makna kuat" yaitu lafal nash dan lafal zahir.Mutasyabih
ialah ayat yang ditun&ukkan maknanya tidak kuat" yaitu lafal mu(mal, mua""al, dan musy'il.
sendapat ini dinisbatkan kepada $mam Al-xafi dan banyak peneliti yang memilihnya.
Subhi As-Shalih merangkum pendapat ulama dan menyimpulkan bahwa muhkamadalah ayat-ayat
yang bermakna &elas. Sedangkan mutasyabih adalah ayat yang maknanya tidak &elas" dan untuk
memastikan pengertiannya tidak ditemukan dalil yang kuat.
K+#te+#a A"at-a"at Muhkamat ,an Mutasyabihat
serbedaan pengertian muhkamdan mutasyabih yang telah disampaikan para ulama di atas"
nampak tidak ada kesepakatan yang &elas antara pendapat mereka tentang muhkamdan
mutasyabih" sehingga hal ini terasa menyulitkan untuk membuat sebuah kriteria ayat yang
termasuk muhkamdan mutasyabih.
.M.S (al&on" mengutip pendapat ramakhsari yang berpendapat bahwa termasuk kriteria ayat-ayat
muhkamat adalah apabila ayat-ayat tersebut berhubungan dengan hakikat okenyataanp"
sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang menuntut penelitian otah6i6at7.
Ali $bnu Abi khalhah memberikan kriteria ayat-ayat muhkamatsebagai berikut" yakni ayat-ayat yang
membatalkan ayat-ayat lain" ayat-ayat yang menghalalkan" ayat-ayat yang mengharamkan" ayat-
ayat yang mengandung kewa&iban" ayat-ayat yang harus diimani dan diamalkan. Sedangkan ayat-
ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang telah dibatalkan" ayat-ayat yang dipertukarkan antara
yang dahulu dan yang kemudian" ayat-ayat yang berisi beberapa ariabel" ayat-ayat yang
mengandung sumpah" ayat-ayat yang boleh diimani dan tidak boleh diamalkan.
Ar-xaghib al-Ashfihani memberikan kreteria ayat-ayat mutasyabihat sebagai ayat atau lafal yang
tidak diketahui hakikat maknanya" seperti tibanya hari kiamat" ayat-ayat Al-yurzan yang hanya bisa
diketahui maknanya dengan sarana bantu" baik dengan ayat-ayat muh}kamat" hadis-hadis sahih
maupun ilmu penegtahuan" seperti ayat-ayat yang lafalnya terlihat aneh dan hukum-hukumnya
tertutup" ayat-ayat yang maknanya hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang dalam ilmunya.
Sebagaimana diisyaratkan dalam doa xasulullah untuk $bnu Abbas" &a Allah, 'aruniailah ia ilmu
yang mendalam mengenai agama dan lim1ahan'anlah 1engetahuan tentang ta"il 'e1adanya.
Muhkam menyangkut soal hukum-hukum (faraid), &an&i" dan an%aman" sedangkan mutasyabih
mengenai kisah-kisah dan perumpamaan.
Ahmad As-Syadali dan Ahmad Ar-xofizi meringkas ada 3 sebab ter&adinya tasyabuh dalam Al-
yurzan.
a. $#sebaban 0leh ete+sembun"#an 1a,a la2al
'ontoh+ y.S. Abasa h*i+ 3

A+t#n"a+ Dan buah-buahan serta rum1ut-rum1utan.


afal
!

di sini mutasyabihkarena gan&ilnya dan &arangnya digunakan. kata


!

diartikan
rum1ut-rum1utan berdasarkan pemahaman dari ayat berikutnya +
y.S. Abasa h*i+ 3# yang berbunyi+
"
#
$
%
&

'

(
#
)

"
#
$
%
*

+ ,

&

A+t#n"a+ Untu' 'esenanganmu dan untu' binatang-binatang terna'mu.


Ar-xaghib al-Asfhani membagi mutasyabihat dari segi lafal men&adi dua" yaitu mufrad dan
mura''ab. Mutasyabihlafal mufrad adalah tin&auan dari segi kegaribannya" seperti kata yazifun,
al-abu8 $sytirak" seperti kata al-yadu, al-yamin.
kin&auan lafal mura''ab berfaedah untuk meringkas kalam" seperti+ wa in khiftum al-tuqsitu fl
yatama fankhihu ma taba lakum....,untuk meluruskan kalam" seperti+ laisa kamislihi syaiun,
untuk mengatur kalam" seperti+ anzala ala abdihilkitaba walam yajal lahu iwaja..
b. $#sebaban 0leh ete+sembun"#an 1a,a mana
kerdapat pada ayat-ayat mutasyabihat tentang sifat-sifat Allah swt. dan berita gaib.
'ontoh+ -... a/01a23 h4*i+ .
... 4
%
5

"
#

5
#
4

5
#
6

7 8
#

:*6 .
A+t#n"a3 ...tangan Allah di atas tangan mere'a....
-. $#sebaban 0leh ete+sembun"#an 1a,a mana ,an la2al
Ditin&au dari segi kalimat" seperti umum dan khusus" misalnya uqtulul musyrikina, dari segi %ara"
seperti "u(ub dan nadb" misalnya, fankhihu ma taba lakum minan nisa, dari segi waktu" seperti
nasi'h dan mansu'h" misalnya" ittaqullah haqqa tuqatihi, dari segi tempat dan hal-hal lain yang
turun di sana" atau dengan kata lain" hal-hal yang berkaitan dengan adat-istiadat &ahiliyah" dan yang
dahulu dilakukan bangsa Arab. Seperti" laisal birru bian tatul buyuta min zuhuriha, segi
syarat-syarat yang mengesahkan dan membatalkan suatu perbuatan" seperti syarat-syarat salat dan
nikah.
Pemba4#an a"at-a"at Mutasyabihat ,alam Al-5u+6an
Al-rar)ani membagi ayat-ayat mutasyabihatmen&adi tiga ma%am+
a. Ayat-ayat yang seluruh manusia tidak dapat sampai kepada maksudnya" seperti pengetahuan
tentang fat Allah dan hakikat sifat-sifat-|ya" pengetahuan tentang waktu kiamat dan hal-hal gaib
lainnya. Allah berfirman y.S. al-Anzam hvi+ 5{
...8

; % <
=
6
%
>?
%
:

'
#
5

<

A
#
B *
#
6 C
%
D >E&

F4

G
#
+

.
A+t#n"a 3Dan 1ada sisi Allah-lah 'un!i-'un!i semua yang gaib8 tida' ada yang mengetahuinya
'e!uali Dia sendiri....
b. Ayat-ayat yang setiap orang bisa mengetahui maksudnya melalui penelitian dan pengka&ian" seperti
ayat-ayat mutasyabihatyang kesamarannya timbul akibat ringkas" pan&ang" urutan" dan
seumpamanya. Allah berfirman y.S. an-|isazh4i+ 3
H

>>&

"
#
>>$
%
*

>>I

&

68
#
J
%
$

(
#
>>

K>>?,A

*
#
6 K>>

68
#
L
%
>>M

N# D
%
<
=
6

"
#
,
%
>>>E# O P
#
6

....QM

G
R
*6
A+t#n"a3Dan (i'a 'amu ta'ut tida' a'an da1at berla'u adil terhada1 9ha'-ha'7 1erem1uan yang
yatim, Ma'a 'a"inilah "anita-"anita 9lain7 yang 'amu senangi....
Maksud ayat ini tidak &elas dan ketidak &elasanya timbul karena lafalnya yang ringkas. jalimat asal
berbunyi +
K?,A

*6 K

68
#
L
%
M

N# D
%
<

P
#
6

"
#
,
%
>E# O P
#
6

H
=
>>

"
#
,
%
>>>S
#

=
T

>D

6U 6 68
#
J
%
$

(
#
>>

&

....QM

G
R
*6 H

&

"
#
$
%
*

A+t#n"a3Dan (i'a 'amu ta'ut tida' a'an da1at berla'u adil terhada1 9ha'-ha'7 1erem1uan yang
yatim se'iranya 'amu 'a"ini mere'a, ma'a 'a"inilah "anita-"anita selain mere'a.
%. Ayat-ayat mutasyabihat yang maksudnya dapat diketahui oleh para ulama tertentu dan
bukan semua ulama.
$nilah yang diisyaratkan |abi dengan doanya bagi $bnu Abbas+
V 5
#

W
#
,
=
*6 9
%
?
#
:
R
+

5
#
4
R
*6 K

9
%
>
#
NR

"
=

%
:
=
*6

A+t#n"a3&a 5uhan'u, (adi'anlah dia se#rang yang 1aham dalam Agama, dan a(ar'anlah 'e1adanya
ta'"il.
S#a1 Ulama Men4ha,a1# A"at-a"at Mutasyabihat
Dalam Al-yurzan sering kita temui ayat-ayat mutasyabihatyang men&elaskan tentang sifat-sifat
Allah. 'ontohnya Surah ar-xahmanh55i+ #w+
KNX
#
5

9
%
S
#

6Z

#
)

*
#
6 U % ^

R
_


A+t#n"a3Dan 'e'allah "a(ah 5uhanmu yang mem1unyai 'ebesaran dan 'emuliaan.
Atau dalam -... `a3a h#i+ 5 Allah berfirman +
K:

+ H
%
?a
#
Z
=
*6 b8,

>c
#
6 d

Z
#
'

*
#
6
A+t#n"a39yaitu7 5uhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas :Arsy.
Dalam hal ini" Subhi al-Shalih membedakan pendapat ulama ke dalam dua mafhab.
a. Ma;hab Salaf" yaitu orang-orang yang memper%ayai dan mengimani sifat-sifat mutasyabih itu dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah sendiri. Mereka mensu%ikan Allah dari pengertian-pengertian
lahir yang mustahil ini bagi Allah dan mengimaninya sebagaimana yang diterangkan Al-yurzan serta
menyerahkan urusan mengetahui hakikatnya kepada Allah sendiri. jarena mereka menyerahkan
urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada Allah" mereka disebut pula mafhab
Mufa""idah atau 5af"id. jetika $mam Malik ditanya tentang makna isti"a<, dia berkata+
Q%68

, c
#
<

6 ^

>>>G
e
>f
%
6

g >>+ 4
#

9
%
>>>G
#
+ [% 6h >>M
e
*6

[g 8
#

%
]
#
&

i% A
#
$

*
#
6

Y
g
8
#
:
%
'
#
&


Q8
#
M
e
*6 V S
%
_

.j
#
G
R
+ F
%
8
#
S
%
Z

O# 6

A+t#n"a3sti"a< itu ma'lum, !aranya tida' di'etahui 9ma(hul7, mem1ertanya'annya bidah 9mengada-
ada7, saya duga eng'au ini #rang (ahat. /eluar'an #lehmu #rang ini dari ma(lis saya.
Maksudnya" makna lahir dari kata isti"a &elas diketahui oleh setiap orang. akan tetapi" pengertian
yang demikian se%ara pasti bukan dimaksudkan oleh ayat. sebab" pengertian yang demikian
membawa kepada asyabih openyerupaan kuhan dengan sesuatup yang mustahil bagi Allah. karena
itu" bagaimana %ara isti"a di sini Allah tidak di ketahui. selan&utnya" mempertanyakannya untuk
mengetahui maksud yang sebenarnya menurut syarizat dipandang bidah omengada-adap.
jesahihan mafhab ini &uga didukung oleh riwayat tentang 6iraat $bnu Abbas.
9

G
=
>&

6 "

:
#
' *
#
6 K

8
#
k% c

6Z
=
*6 [% 8
#
N%5
%

l9:*6 <
=
6 9
%
>:

5
#

W
#
D

"
%
:

'
#
5

&

A+t#n"a3Dan tida' mengetahui ta'"ilnya 'e!uali Allah dan ber'ata #rang-#rang yang mendalam
ilmunya, ='ami mem1er!ayai=. 9di'eluar'an #leh Abd. al-2a;;a6 dalam tafsirnya dari al-0a'im
dalam mustadra'nya7.
b. Ma;hab /halaf, yaitu ulama yang menkwilkan lafal yang makna lahirnya mustahil kepada makna
yang laik dengan fat Allah" karena itu mereka disebut pula Mua""ilah atau Ma;hab 5a'"il. Mereka
memaknai isti"a<dengan 'etinggian yang abstra'" berupa pengendalian Allah terhadap alam ini
tanpa merasa kepayahan. jedatangan Allah diartikan dengan kedatangan perintahnya" Allah berada
di atas hamba-|ya dengan Allah Maha kinggi" bukan berada di suatu tempat" esisig Allah dengan
hak Allah" ewa&ahg dengan fat ematag dengan pengawasan" etangang dengan kekuasaan" dan edirig
dengan siksa. Demikian sistem penafsiran ayat-ayat mutasyabihatyang ditempuh oleh ulama
jhalaf.
Alasan mereka berani menafsirkan ayat-ayat mutasyabihat, menurut mereka" suatu hal yang
harus dilakukan adalah memalingkan lafal dari keadaan kehampaan yang mengakibatkan
kebingungan manusia karena membiarkan lafal terlantar tak bermakna. Selama mungkin mentakwil
kalam Allah dengan makna yang benar" maka nalar mengharuskan untuk melakukannya.
jelompok ini" selain didukung oleh argumen a6li oakalp" mereka &uga mengemukakan dalil na6li
berupa atsar sahabat" salah satunya adalah hadis riwayat $bnu al-Mundfir yang berbunyi+
P

8
#
k% >>c

6Z
=
*6

9
%
>>:*6 <
=
6 9
%
:

5
#

W
#
>>D

"
%
>>:

'
#
5

&

mn 9

* 8
#
o

p
q
X
=
+ H

#
6 H

+
>(

n[ o

("

:
#
' *
#
6 K

(_rG?*6 H6 F6_m.9
%
:

>5
#

W
#
>D

8
#
?
%
:

'
#
A

G
#
?
=
&

A+t#n"a3 >dari bnu Abbas tentang firman Allah? ? Dan tida' mengetahui ta'"ilnya 'e!uali Allah dan
#rang-#rang yang mendalam ilmunya=. %er'ata bnu Abbas?=saya adalah di antara #rang yang
mengetahui ta'"ilnya.ot.x. $bnu al-Mundfirp
Disamping dua mafhab di atas" ternyata menurut as-Suyutibahwa $bnu Da)i) al-$d mengemukakan
pendapat yang menengahi kedua mafhab di atas. $bnu Da)i)i al-$d berpendapat bahwa &ika takwil
itu &auh maka kita ta"a66uf otidak memutuskanp. jita menyakini maknanya menurut %ara yang
dimaksudkan serta mensu%ikan kuhan dari semua yang tidak laik bagi-|ya.
Adapun penulis makalah ini sendiri lebih sepakat dengan mafhab kedua" ma;hab 'halaf. jarena
pendapat ma;hab 'halaf lebih dapat memenuhi tuntutan kebutuhan intelektual yang semakin hari
semakin berkembang" dengan syarat penakwilan harus di lakukan oleh orang-orang yang benar-
benar tahu isi Al-yurzan" atau dalam bahasa Al-yurzan adalah ar-rasikhuna fl ilmi dan dikuatkan
oleh doa nabi kepada $bnu Abbas.
Se&alan dengan ini" para ulama menyebutkan bahwa ma;hab salaf dikatakan lebih aman karena
tidak dikhawatirkan &atuh ke dalam penafsiran dan penakwilan yang menurut kuhan salah. Ma;hab
'halaf dikatakan lebih selamat karena dapat mempertahankan pendapatnya dengan argumen a6li.
H#mah ,an N#la#-n#la# Pen,#,#an ,alam a"at-a"at Muhkam,an Mutasyabih
Ada pepatah yang mengatakan, khudilhikmata min ayyi wiain kharajat, ambillah hi'mah dari
mana1un 'eluar. (egitu pun dalam masalah muh'am dan mutasyabih. Muhammad 'hirfin
menyimpulkan setidaknya ada tiga hikmah yang dapat kita ambil dari persoalan muhkamdan
mutasyabih tersebut" hikmah-hikmah itu adalah+
a. Andaiakata seluruh ayat Al-yurzan terdiri dari ayat-ayat muhkamat, nis%aya akan sirnalah u&ian
keimanan dan amal lantaran pengertian ayat yang &elas.
b. Seandainya seluruh ayat Al-yurzan mutasyabihat, nis%aya akan lenyaplah kedudukannya sebagai
pen&elas dan petun&uk bagi manusia orang yang benar keimanannya yakin bahwa Al-yurzan
seluruhnya dari sis Allah" segala yang datang dari sisi Allah pasti hak dan tidak mungkin ber%ampur
dengan kebatilan.
4
q
A
#
?

"
q
A
#
$

H
#
&

Vg 5
#
T

G
#
D

:
#
O H
#
&

<

5
#
4

A
#

H
#
&

V% I

*
#
6 9

A
#
D W
#
5

<

A+t#n"a3 5ida' a'an datang 'e1adanya 9Al-Quran7 'ebatilan, bai' dari de1an mau1un dari
bela'ang, yang diturun'an dari 5uhan yang Maha %i(a'sana lagi Maha %i(a'sana lagi Maha 5er1u(i.
oy.S. 1sttu/a2 h4i+4#p
%. Al-yurzan yang berisi ayat-ayat mukamat dan ayat-ayat mutasyabihat, men&adi motiasi bagi
umat $slam untuk teus menerus menggali berbagai kandungannya sehingga mereka akan terhindar
dari taklid" bersedia memba%a Al-yurzan dengan khusyuz sambil merenung dan berpikir.
Menurut }usuf yardhawi" adanya muhkam dan mutasyabihsebenarnya merupakan ke-
mahabi&aksanaan-|ya Allah" bahwa Al-yurzan ditu&ukan kepada semua kalangan" karena bagi orang
yang mengetahui berbagai tabiat manusia" di antara mereka ada yang senang terhadap bentuk
lahiriyah dan telah merasa %ukup dengan bentuk literal suatu nash. Ada yang memberikan perhatian
kepada spritualitas suatu nash" dan tidak merasa %ukup dengan bentuk lahiriyahnya sa&a" sehingga
ada orang yang menyerahkan diri kepada Allah dan ada orang yang melakukan penta'"ilan" ada
manusia intelek dan manusia spiritual.
jalau hikmah ini kita kaitkan dengan dunia pendidikan" setidaknya Allah telah menga&arkan ga&arang
muhkamdan mutasyabih kepada manusia agar kita mengakui adanya perbedaan karakter pada
setiap indiidu" sehingga kita harus menghargainya. jalau kita sebagai guru" sudah sepatutnya
meneladani-|ya untuk kita aplikasikan dalam menyampaikan pela&aran yang dapat diterima oleh
peserta didik yang berbeda-beda dalam ke%erdasan dan karakter.
Pendahuluan
.ebagaimana sedia tahu baha'a acidah as-.ala" dan acidah al-hala" masing-masing ada
jalannya, dan 0mat Islam terbahagi kepada dua golongan. .atu golongan menyokong jalan as-
.ala", manakala yang satu lagi menyokong jalan al-hala". #engan ini, marilah kita sama-sama
!uba membuat satu penilaian terhadap kedua jalan tersebut iaitu& jalan as-.ala" dan al-hala".
`alau bagaimanapun, di sana kita dapati ada kata-kata yang masyur, iaitu&
defg hij<A kMl\mJ ding hio<A kMl\m
prtinya& 5qalan as-.ala" lebih selamat, manakala jalan al-hala" adalah lebih tahur lebih alim.6
((da setengah ibarat mengatakan sdefgs lebih bijak dan ibarat lain pula mengatakan sdefgJ ditgs
atau lebih alim dan lebih bijak.)
Berkata as-.ayyid 1urtadha a)-*ubaidi u8ahimahullah- &
v9w vx ydVMzo{| }V< N~g u d:| t \f | 9<A XM~ u defg hij<A kMl\mJ ding hio<A kMl\m 9 C [&
Q< NM \V C lF<AJ v\M<A 9<| v9{lA \C hio<A kMl\m v>.
kJ\L{<A [L<A ~9C A\jznA S hij<A kMl\m v>J.
A9{<A DA[~| 9:M9Mf t&
V| u X9M<A AS B{&
- hio<A kMl\| X:<A.
- w 9{Z \CxA }V<J hij<A kMl\m [tF<AJ.
prtinya&
Perkataan mereka yang berkata& 5qalan as-.ala" lebih selamat dan jalan al-hala" lebih bijak.6
sebenarnya al-$a"i) Ibn $ajar u8ahimahullah- telah menacalkan dari setengah ulama
mengatakan baha'a perkataan tersebut tidak betul dan tidak lurus. Ini kerana al-hala"
menyangka baha'a&
qalan as-.ala" adalah hanya semata-mata beriman dengan la"a)-la"a) al-Quran al-arim dan al-
$adith as-.yari" sahaja, tanpa perlu memahami pengertiannya.
qalan al-hala" adalah usaha mengeluarkan atau memahamkan makna pengertian la"a)-la"a)
itu dengan berbagai-bagai jenis kata 51aja)6 yang mana makna dan pengertian tersebut adalah
sengaja dipalingkan daripada makna atau pengertian asalnya atau hakikatnya.
rang-orang yang berpendapat demikian adalah jelas berada di antara&
- qahil dengan jalan as-.ala" semata-mata dak'aan kepada jalan al-hala". Tetapi setiap
dak'aan perlukan dalil. #i sini tidak ada yang membuktikannya.
- antaran demikian, maka perkataan dan pendapat tersebut bukanlah seperti yang disangka dan
ianya memanglah tidak betul.
YaZa[an ke[a\a \akZaan al]^_ala`
0ntuk menja'ab sangkaan-sangkaan al-hala", marilah kita membuat penilaian kepada
beberapa masalah yang menjadi perbin!angan antara jalan as-.ala" dengan al-hala", antara lain
ialah&
aAbALAH PEcdAaA& irman (llah ..`.T pada ayat ketujuh surah (li Imran
...
?
9=<
G
x
G =
A [<
E
Jg
E
I
P
>
?
\E Z
P

P
l= 9C
=
J
=
9=|
=
F?
G
t? G C? X

Z
E
N? |
?
9
P
C
=

=
v= [<
E
[M
E
l= d
?
i
G
? <
G
A ? v= [jE n? A\P <AJ
=
@
P E
A I
P
>
?
NE i
=
lJ
?

G
H= d
E
i
=
G l= 9C
=
J
=
.
Bermaksud& 5#an tidak mengetahui tak'ilnya (yang kesamaran) melainkan (llah, dan orang-
orang yang pakar dalam bidang keilmuan mereka berkata& telah kami beriman terhadapnya (yang
kesamaran) kerana kesemua itu (muhkamr jelas dan mutasyabihr kesamaran) adalah dari sisi
Tuhan kami, tidak dapat pengajaran melainkan orang-orang yang mempunyai hatir menggunakan
"ikiran.6 u.urah (li Imran ayat /-
Berkata Imam Ibn atsir (8ahimahullah)& 5Terdapat berselisihan cura (para cari) tentang 'aca"
ditengah-tengah ayat yang mulia ini.
%. #i antara ulama ada yang mengatakan pada la"a) al-qalalah, iaitu mereka memba!a d
E
i
=
G l= 9C
=
J
=
@
P E
A I
P
>
?
NE i
=
lJ
?

G
H= 5'a'6 pada v= [jE n? A\P <AJ
=
adalah istikna", maknanya& Ni 9{t D[MC Z iaitu perkataan yang
terhenti apa sebelumnya. Ini adalah pendapat Ibn mar, Ibn (bbas, 7(isyah, 0r'ah Ibn a)-
*ubair, mar Ibn (bdul ()i), (bu (syakthak, (bu 4ahik dan lain-lain lagi.a%b
Berkata Imam (sy-.yaukani& 5Ia merupakan ma)hab al-isai, al-arrak, al-(kh"asy, (bu 0baid,
dan lain-lain lagi. Ibn qarir at-Tabari meri'ayatkan daripada Imam 1alik baha'a ia menjadikan
pendapat pilihannya (al-1uktar). (l-hattabi menghikayatkan daripada Ibn 1asud dan 0bai
Ibn aab. Imam .yaukani menegaskan& 5Inilah pendapat kebanyakan 0lama.a-b
-. (da yang me'aca"kan pada 5di
G
? <
G
A ? v= [jE n? A\P <AJ
=
@
P E
A I
P
>
?
6 5'a'6 adalah 7ata" maknanya& Z
Ni 9C it [C iaitu ayat bersambung dengan apa yang sebelumnya. Ini diri'ayatkan daripada
Ibn (bbas 8adhiallahu 7anhum, 8abie Ibn (bbas dan 1uhammad Ibn qa"ar Ibn *ubir dan ramai
daripada golongan 1utakallimin. #iri'ayatkan daripada 1ujahid baha'a beliau berkata& 5
N? |
?
9
P
C
=

=
v= [<
E
[M
E
l= d
?
i
G
? <
G
A ? v= [jE n? A\P <AJ
=
6 ahli bahasa (rab !uba memberi alasan baha'a s v= [<
E
[M
E
l=s di tempat
nasab dan ia menjadi 5hal6 takdirnya sVi9s (apabila huru" 'a' dianggap 7ata").
Tetapi keseluruhan ahli bahasa (rab tidak setuju dan mengingkari alasan tersebut kerana orang
(rab tidak mengidhmarkan (menyembunyikan) 5X6 dan 5[C6 dalam satu masa. #an mereka
tidak menyebut 59f6 dalam per!akapan mereka ke!uali ada )ahirnya 5X6. 1aka apabila tidak
)ahir 5X6 sudah tentu bukannya 59f6 (hal) a+b. qikalau dibolehkan seperti itu, maka bolehlah
dikatakan 59ZA @A Ft6 dengan makna 59ZA @A Ft XA6. Tetapi tidak boleh dibuat begitu.
.etelah mengetahui kedua-dua pendapat yang tersebut di atas, kita lihat pula pendapat ulama
dalam mentarjih (memilih) pendapat-pendapat itu. (s-.ala" berpegang dengan pendapat pertama,
manakala al-hala" berpegang dengan pendapat yang kedua, kenapa
(s-.ala" mengikuti jumhur al-Quraa dan ulamak, dan ri'ayatnya sahihah. 1anakala pendapat
yang kedua adalah ri'ayat yang #hai"ah (lemah) dan ciraah sya) (ganjil).
Berkata Imam Ibn atsir u8ahimahullah- & Tak'il di dalam al-Quran al-arim ada dua makna&
Pp8T(1(& #engan makna sNV<> \Cg J-l 9CJ ^<A kMVMfs
prtinya& $akikat sesuatu dan apa yang kembali urusannya kepadanya.
p#0(& #engan makna s^<A t \Vz<AJ v9V<AJ \Voz<As
prtinya& Penjelasan, penerangan dan kenyataan terhadap sesuatu.a2b
.epertimana yang telah diketahui, baha'a as-sala" berpendapat baha'a kai"iat nama-nama (llah
dan si"at-si"at baginya adalah daripada *at-4ya, yang mana tidak mengetahuinya melainkan
(llah.
#i atas asas ini, maka kedua-dua erti tak'il adalah lebih tepat 'aca"nya pada la"a) al-qalalah.
#alam hal ini al-hala" mentarjihkan 'aca" pada d
?
i
G
? <
G
A ? v= [jE n? A\P <AJ
=
serta mereka menjadikan
tak'il kepada makna kedua, yang mana bukanlah erti yang sedia tahu oleh pada 0lamak, tetapi
dalam erti yang bukan kebiasaan ertinya. Inilah tujuan tarjih mereka.
1isalnya, irman (llah&
[
=
z=nG A
?
\G
=
<
G
A i
=
t= E {
=
fG \P <A
prtinya& Tuhan (8-8($1(4 di atas (8(.3 #ia Isti'a. a.urah Thaha& bab
Isti'a yang segera "aham mengikut ibarat ulamak adalah dengan makna t atau
seumpamanya, yang mana ertinya tertinggi atau maha Tinggi.
Tetapi golongan al-hala" tidak setuju kepada ta"sir itu, serta menukarkan maknanya kepada
makna yang tidak pernah diketahui dalam bahasa (rab iaitu dengan makna <[znA ertinya
menguasairmenjajah.
aAbALAH ^EDUA& Perkataan [:C hVe<AJ y[iC ^A[znA
Pernah ditanya Imam 1alik (rahimahullah) tentang maksud Isti'a lalu menja'ab&
ktF| Nt A-o<AJ yOAJ N| v9{lAJ ([iC \V) [:C hVe<AJ ([:C \V) [iC ^A[znA
Bermaksud& Isti'a adalah maklum atau tidak majhul, kai"iat (!aranya) adalah majhul atau tidak
macul, beriman dengannya adalah 'ajib dan menyoal tentangnya adalah bidah.ab
olongan al-hala" berkata baha'a& Imam 1alik dan Imam-imam yang lain mengatakan
Isti'a itu maklum adalah dalam erti kata maklum datangnya daripada al-Quran al-arim.
1anakala kai"iat Isti'a itu majhul adalah menjadi dalil mereka tidak mengetahui hakikatnya.
#engan itu mereka (as-.ala") me'ajibkan beriman dengannya se!ara buta tuli sahaja. .erta
janganlah sama sekali bertanya tentangnya.
Tetapi manakala kita mengkaji kepada jalan as-.ala", kita dapati baha'a yang dimaksudkan
dengan maklum adalah maklum ertinya. uma yang majhulnya ialah kai"iatnya. leh itu,
hendaklah kita beriman dengannya. #engan demikian itu, tidak perlulah untuk kita bertanya
tentang kai"iat kerana bertanya demikian tidak pernah dibuat oleh para sahabat di )aman pertama
dahulu. #alam ertikata yang lain mereka tidak jahil tentang erti si"at, uma yang mereka jahil
ialah kai"iat si"at tersebut.
.ekiranya mereka hanya beriman dengan )ahir la"a)nya sahaja serta tidak mengerti maknanya,
maka timbullah pertanyaan bagaimana mereka berkata Isti'a adalah tidak majhul dan kai"iat
adalah tidak makcul erana pengertian itu akan menjadikan la"a) Isti'a adalah tidak
maklum, bahkan majhul. 1aka ini akan menepati a'atih al-.uur ([o<A HA[) seperti d<A y}l dan
sebagainya.
#engan kata lain& qalan as-.ala" & Isti'a maklum ertinya majhul kai"iat. 1aka bukanlah seperti
yang didak'a iaitu jalan at-Ta"'idh. 1anakala jalan al-hala" Isti'a majhul ertinya. leh itu,
hendaklah tak'ilkan maknanya mengikut pengertian al-hala" pada T(`I, bukanlah
T(`I yang dimaksudkan oleh 0lamak muktabir.
Penutup
vwtuxys/ann
(a) #ak'aan yang menyatakan&
defg Jg ditg hij<A kMl\mJ ding hio<A kMl\m
(dalah kurang betul kerana sebenarnya ialah&
defgJ ditgJ ding hio<A kMl\m
(b) (s-sala" bukan ta"'idh atau mu"a''idhah, malahan jalannya !ukup mengetahui akan erti al-
Quran al-arim dan al-$adis al-.yari". uma yang menjadi persoalan ialah berkenaan kai"iat
nama-nama (llah dan si"at-si"atnya dimana tidak perlu kita mengetahui akan kai"iatnya.
(!) #ak'aan baha'a jalan al-hala" boleh memberi erti yang betul pada setengah nama-nama
dan si"at-si"at (llah Taala, sebenarnya erti yang diberikan itu tidak betul mengikut bahasa (rab
yang biasa dipakai oleh orang (rab, malahan yang lebih tepat ertinya adalah mengikuti jalan as-
.ala".
Insya(llah perbahasan seumpama ini akan dibuat kajian seterusnya. Ini hanya sebagai anak
kun!i dan pembuka jalan untuk membuat satu penilaian terhadap jalan as-sala" dan jalan al-
hala" kerana mahu tak mahu kita sedang berada di tengah-tengah gelombang laut samudera
kedua-duanya.
(#inukil dari kertas kerja Prosiding .eminar (I#($ ($I .044($ `( (-q(1(($, -
#isember %,,, #i #e'an uliah %, akulti ejuruteraan plektrik 0niersiti Teknologi
1alaysia, qalan .emarak, uala umpur, (njuran Badan Perkhidmatan Penerangan Islam,
.elangor dan `ilayah Persekutuan, 1alaysia dan Persatuan 0lama Pulau Pinang .eberang
Perai)

[1] zu3a2 `a{tu| }~n va2tu| 1346, 2ax~a3ann }~n xa| dan }~n ~~at da|uyada `a{tu| 1a23 a/0-adu| 1315.
[2] zu3a2 `a{tu| 1a23 a/0-adu| 1315.
[3] zu3a2 `a{tu| }~n va2tu| 1347 dan `a{tu| 1a23 a/0-adu| 1315.
[4] zu3a2 `a{tu| }~n va2tu| 1347.
[5] /u3a2 san a/0|a{n 54, a/0adn 2, snstn 3, a/01s|ann 59, a/0.ada3n 4, dan a/0aduudn 4
[6] uaa2 a/0a|uxu da/ax 1u a/0add a/a a/0a3xua3 x.t 55056, a/0za/uau da/ax .a|a3 a/0.snna3
3398, }xax a/0.~snu da/ax uda3 a/0.a/a{ nn 25 dan 26, a/0au3au da/ax a/0txa a a/0.u{a2 x.t
408 ada 2 tanad. /0a }~n aa| xwna2aan aud yada ta2s tanadna |ss 1a23 a/0a|u 134060407,
}~n ~du/ a||, a/0`ax3ud 7138, 151, ~s aux, a/0a/ua3 63250326, tw~aauxana |uaa2 a/0za/uau 3398
dan a/0au3au x.t 4080409 da|uyada s|s ~au }xax xa/u uau2s }xax a~ua3 a/0au. wu2s sa da|uyada
xxs/ .a/axa3. wnd3au{an 3adut xxs/ .a/axa3 /w3 }~n `auxua3 a/01a2aa 5365, dan a/0a3a~u
tw|2a ~w|a2a adut a3{s ua/a3 da|uyada }xax a/u, }xax a~ua3 a|0au dan ~w~w|aya |an /axa
a/0/s x.t. 65.
PENDAHULUAN
Al Quran adalah sebuah kitab suci yang menjadi landasan dasar hukum dan tuntunan hidup
bagi orang muslim. Adakalanya orang muslim mendapati suatu masalah, maka mereka akan
lari mencari jawabannya didalam Al Quran. Perlu kita ketahui, bahwa ayat-ayat yang
terkandung dalam Al Quran adakalanya berbentuk lafadz, ungkapan, dan uslub yang berbeda
tetapi artinya tetap satu, sudah jelas maksudnya sehingga tidak menimbulkan kekeliruan bagi
orang yang membacanya. Disamping ayat yang sudah jelas tersebut, ada lagi ayat-ayat Al
Quran yang bersifat umum dan samar-samar yang menimbulkan keraguan bagi yang
membacanya sehingga ayat yang seperti ini menimbulkan ijtihad bagi para mujtahid untuk
dapat mengembalikan kepada makna yang jelas dan tegas[34].
Dari kedua pernyataan diatas dapat kita simpulkan, bahwa pada kelompok ayat yang pertama,
yang maksudnya sudah jelas itulah yang disebut dengan Muhkam. Sedangkan pada kelompok
ayat yang kedua yang masih samar-samar maksudnya inilah yang disebut dengan Mutasyabih.
Kedua macam ayat inilah yang akan kami bahas pada makalah kami pada kesempatan kali ini.
Mudah-mudahan makalah yang telah kami susun ini, dapat menarik minat baca serta
menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi para pembaca yang budiman. Kami sadar selaku
menusia, pasti ada kesalahan dan kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu dengan
tangan terbuka kami siap menerima kritikan dan saran dari Dosen Pembimbing pada khususnya
dan para pembaca pada umumnya.
Demikian makalah ini kami ketengahkan, atas perhatian dan minat bacanya, kami haturkan
terima kasih.
PEMBAHASAN
AL MUHKAM DAN AL MUTASYABIH
A. Pengertian Muhkam dan Mutasyabih
Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh ulama tafsir mengenai muhkam dan
mutasyabih, yaitu :
Menurut As Suyuthi, Muhkam adalah sesuatu yang telah jelas artinya. Sedangkan Mutasyabih
adalah sebaliknya[35].
Menurut Imam Ar Razi, Muhkam adalah ayat-ayat yang dalalahnya kuat baik maksud maupun
lafadznya. Sedangkan Mutasyabih adalah ayat-ayat yang dalalahnya lemah, masih bersifat
mujmal, memerlukan takwil, dan sulit dipahami[36].
Menurut Manna Al Qaththan, Muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara
langsung tanpa memerlukan keterangan lain. Sedangkan Mutasyabih tidak seperti itu, ia
memerlukan penjelasan dengan menunjuk kepada ayat lain[37].
Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa yang dimaksud dengan Muhkam
adalah ayat yang sudah jelas baik lafadz maupun maksudnya, sehingga tidak menimbulkan
keraguan dan kekeliruan bagi orang yang memahaminya. Sedangkan Mutasyabih adalah
merupakan kumpulan ayat-ayat yang terdapat dalam Al Quran yang masih belum jelas
maksudnya, hal itu dikarenakan ayat mutasyabih bersifat mujmal (global) dia membutuhkan
rincian lebih dalam dan pentakwilan[38].
Didalam masalah ayat muhkam ini, kami rasa sudah jelas tidak perlu kami terangkan lebih
lanjut. Cuma disini kami akan singgung sedikit isi dari ayat muhkam itu. Menurut Abdul Munim
QoiI dalam bukunya Al Ashlan f Ulum Al Quran, bahwa isi dari ayat al muhkam adalah tentang
kewajiban-kewajiban (fardhu, janji dan ancaman, halal dan haram, dan hukum-hukumnya Allah)
[39]. Salah satu contoh kami ambil adalah fardhu puasa, frman Allah didalam surat Al Baqoroh
ayat 183 yang berbunyi :
Y
%
A

R
*6 "
%
$
%
A
#
:

+ @

,
%
68
#
G %&

5
#
r *
=
6

5
e
6

..!
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu sekalian untuk berpuasa .
Pada ayat ini sudah jelas pengertiannya, bahwa yang diwajibkan untuk berpuasa adalah orang-
orang yang beriman, selain orang yang beriman maka mereka tidak diwajibkan berpuasa. Jadi,
barangsiapa beriman kepada Allah bersegeralah berpuasa, kalau tidak jangan sampai anda
dicap sebagai orang yang lemah imannya.
Demikianlah sekelumit penjelasan dari kami tentang ayat-ayat Al Muhkam, mudah-mudahan
dapat anda pahami secara bijaksana.
Setelah kita bersama-sama telah mengetahui apa yang dimaksud dengan Al Muhkam dan isi-isi
ayat Al Muhkam. Kami akan lanjutkan kepembahasan isi daripada ayat-ayat Al Mutasyabih,
masih menurut Abdul Munim Qoii dalam bukunya Al Ashlan f Ulum Al Quran, bahwa isi dari
ayat Mutasyabih adalah tentang kisah-kisah dan perempuan[40]. Dan ayat-ayat mutasyabih
dapat dikategorikan kepada tiga bagian, yaitu pertama dari segi lafadznya; kedua, dari segi
maknanya; dan yang ketiga, merupakan kombinasi antara lafadz dan maknanya[41]. Adapun
ketiga hal ini dapat kami uraikan sebagai berikut :
Mutasyabih dari Segi Lafadz
Mutasyabih dari segi lafadz ini dapat pula dibagi dua macam, yaitu :
yang dikembalikan kepada lafadz yang tunggal (awal) yang sulit diartikan/pemaknaannya,
disebabkan oleh :
Sifatnya yang asing, seperti

, lafadz
!
6

disini mutasyabih karena ganjil dan jarangnya


digunakan. Lafadz ini diartikan rumput-rumputan berdasarkan pemahaman dari ayat
berikutnya :
n X+m "
#
$
%
? '

( #<

"
#
$
%
*

'

, &

32 (
Untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu . (QS. Abasa : 32)[42]
Mengandung makna yang ganda, seperti 4
%
A

*
#
6

yang berarti hanya telapak tangan saja, atau


mencakup satu hasta, kekuasaan, atau juga meliputi sampai ke pangkal bahu.
kembali kepada susunan kata dalam bentuk perkataan. Perihal ini terbagi kedalam tiga bagian,
yaitu :
Untuk meringkaskan perkataan, seperti :
nZNX*6m.9 :*6 K*

6 F
%
Z
%
&
#

i :

&

9
%
:

, ( # 9
R
_

H
#
& g

+ 8
#
&

F
%
W

H
#
?

275 (
Maka orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengamalkan riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang
larangan) dan urusannya terserah kepada Allah .
Semestinya dilanjutkan dengan ungkapan :
q G M

9 D A
R
c


%
*
#
4
=

F
%
5

O
%
Z
#
E .
Telah Ku-ampuni segala kesalahannya, dan Saya gantikan keburukannya dengan kebaikan .
Inilah merupakan takwilan para ulama tentang menyikapi masalah makna yang terkandung
didalam ayat diatas. Secara sekilas pengertian harfahnya kita tidak mengerti apa maksud
tujuan ayat tersebut. Setelah diadakan pentakwilan secara mendalam, maka bisa diartikan
secara ringkas tentang pengertian dan maksudnya.
Untuk lebih menyederhanakan perkataaan, seperti :
nb_8*6m g A
#
9 : #?

A
#
*

11 (
Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya
Karena pendapat itu dapat diungkapkan dengan lebih panjang, misalnya tentu akan lebih jelas
artinya :
A
#
9
%
:
%
#&

A
#
*

Untuk mengikuti keserasian bunyi perkataan, seperti :


ni$*6 _8cm .S

+ 9
%
*

V# '

]
#
5

"
#
*

, $ *6 F 4 X
#
+ K:

+ [ T

( #6

1 (
Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Quran) dan Dia tidak mengadakan
kebengkokan didalamnya
Maksud dari tidak ada kebengkokan didalamnya adalah tidak ada didalam Al Quran itu makna
yang berlawanan dan tidak ada penyimpangan dari kebenaran.
Pada ayat diatas, sebenarnya dapat diperjelas dengan ungkapan :
S

+ 9
%
*

V# '

]
#
5

"
#
*

A
R
o

, $ *6 F 4 X
#
+ K:

+ [ T

( #

Yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al Quran) sebagai bimbingan yang
lurus, dan tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya
Mutasyabih dari segi maknanya
Mutasyabih ini adalah menyangkut sifat-sifat Allah, sifat hari kiamat, bagaimana dan kapan
terjadinya. Semua sifat yang demikian tidak dapat digambarkan secara konkret karena
kejadiannya belum pernah dialami oleh siapapun[43] . Untuk sebagai pemahaman lebih lanjut,
ini kami tampilkan beberapa contoh ayat Mutasyabih didalam Al Quran yang menerangkan
akan perihal diatas :
nY'(<6m .8

; % <
=
6

?
%
:

'
#
5

<

A
#
B *6 C
%
D E&

F
%
4

G #+

59 (
Dan pada sisi Allahlah kunci-kunci semua ghaib; tak ada yang mengetahuinya, kecuali Dia
sendiri ..
b_

4
#
D &

64

@
%
M $
#
D 6U &


g
E# ( b_

4
#
D &

,Y

_
#
<

6 K &

"
%
:

'
#
5

A
#
B *6 [% T
R
G 5
%

+ M
=
*6 "
%
:
#
+ F
%
4

G #+ 9

:*6 P
=
6
nP?N*m .Z
g
A
#
X

O "
g
A
#
: + 9

:*6 P
=
6 ,
%
8
#
?
%
D
q
_
#
6

b
R


g
E# ( 34 (
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan
tiada seorangpun yang dapat mengetahui dibumi mana ia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Mutasyabih dari Segi Lafadz dan Maknanya
Mutasyabih dari segi ini, menurut As-Suyuthi ada lima macam[44], yaitu :
Mutasyabih dari segi kadarnya, seperti lafadz yang umum dan khusus :
H

A
#
Z

# ?
%
*6 68
#
:
%
, o #6 .
Bunuhlah oleh kamu akan orang-orang musyrik
Pada ayat ini, jika kita salah kaprah dalam memahaminya. Maka akan berdampak negatif dan
merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Ayat ini dilaksanakan, jika orang musyrik memerangi
dan memusuhi kita, maka kita wajib membela diri. Hal ini sebagaimana frman Allah QS. Al
Baqoroh ayat 191, yang berbunyi :
H

5
#
Z

*6 Q%6T

* r

"
#
; % 8
#
:
%
, %o # "
#

%
8
#
:
%
, o P
#
.
Maka jika mereka memerangi kamu (ditempat itu Masjidil Haram), maka bunuhlah mereka.
Demikianlah balasan bagi orang-orang yang kafr
Namun sebaliknya, jika mereka tidak memerangi kita sehingga mereka disebut dengan kafr
zhimmi, maka kita wajib tidak boleh memerangi mereka bahkan darah mereka diharamkan oleh
agama.
Mutasyabih dari segi caranya, seperti perintah wajib dan sunnah :
nQMG*6m . 4

a 68

68
#
*
%
4 '
#
D <
=
6

"
#
, %E# O P
#
,

_
%

KG #&

QM

G R*6 H

& "
#
$
%
*

&

68
#
J
%
$ ( # 3 (
Maka nikahilah wanita-wanita yang kamu senangi, yaitu dua, tiga, empat. Kemudian jika kamu
takut tidak akan dapat berlaku adil, maka nikahilah seorang saja .
Mutasyabih dari segi waktu, seperti nasakh dan mansukh :
nP6Z?+ [m 9 D ND %
=
a

:*6 68
#
N%D =6 68
#
G %&

5
#
r *
=
6

5
e
6

102 (
Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa
kemudian ayat yang lain :
"
#
, %'
#
L

, c
#
6&

:*6 68
#
N%D =
Bertaqwalah kepada Allah menurut semampumu
Namun dengan diketahui waktu turun masing-masing ayat, maka lenyaplah yang menyebabkan
mutasyabih tersebut. Umpamanya dengan mengkompromikan keduanya, ayat pertama
berkenaan dengan Aqidah dan ayat yang kedua berkenaan kegiatan anggota badan. Atau
dengan menggunakan Al Nasakh, ayat pertama dinasakhkan oleh ayat yang kedua.
Mutasyabih dari segi tempat, misalnya frman Allah Taala:
Z

E# $
%
*6 K g

% M G =*6?

( =6 .
Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafran
Maka bagi orang yang telah mengetahui adat istiadat orang Arab dizaman jahiliah pastilah tidak
akan mengerti tentang makna % M G =*6 , mereka biasanya menjadikan suatu tempat bagi suatu
bulan tertentu dari bulan-bulan haram di tempat bulan yang lain, umpamanya bulan Rajab
digantikan di tempat bulan Syaban, dan bulan Syaban di tempat bulan Rajab dan
seterusnya[45].
Mutasyabih dari segi syarat-syarat, sehingga suatu amalan itu tergantung dengan ada atau
tidaknya syarat yang dibutuhkan, misalnya ibadah sholat dan nikah tidak dapat dilaksanakan
jika tidak cukup syaratnya.
B. Sikap Para Ulama terhadap ayat-ayat Mutasyabih
Menyingkapi pandangan dan pendapat para ulama mengenai ayat-ayat mutasyabih ini, kami
ketengahkan beberapa pendapat dari kalangan ulama yaitu Ulama Tafsir, Para Imam Ahlulbait,
dan Ulama Salaf dan Khalaf.
@ Pendapat Ulama Tafsir (Mufasirin)
Dikalangan ulama tafsir terdapat perbedaan pendapat mengenai ayat-ayat mutasyabih ini.
Apakah ayat itu dapat diketahui artinya atau takwilnya atau tidak, kemudian mengenai
perbedaan apakah manusia berhak mengetahui maksud yang tersembunyi itu atau hanya Allah
yang tahu. Perbedaan pendapat dikalangan para ulama ini pada intinya berawal dari
pemahaman ayat 7 surat Ali Imron[46]:

g
5
#

"
#

8
#
:
%
o % K H

5
#
r *
=
6&
=

.
g

, &
%
Z
%
O 6
%

, $ *6 Y
e
6
%
H
=
; %
g
?

J
#
&
%

g
5

9
%
G #&

, $ *6 ^

A
#
:

+ [ T

( #6

br *
=
6 8

; %
9

G =&

8
#
*
%
8
#
N%5

"

:
#
' *6 K P

8
#
k% c 6Z
=
*6

9
%
:*6 <
=
6 9
%
:

5
#

W
#
D "
%
:

'
#
5

&

9 : 5
#

W
#
D QB ,
#
6

G , #E*6 QB ,
#
6 9
%
G #& 9

D &

8
#
'
%
X

, =A

*
#
<

6 68
#
*
%

#
6
%
<
=
6 Z
%

=
r = 5

&

G
R
_

4 G #+ H
#
& V!
%
.
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepada kamu. Diantara( isi)-nya ada ayat-ayat
yang Muhkamat itulah pokok-pokok isi Al Quran, dan yang lain (ayat-ayat) Mutasyabihat.
Adapun orang-orang yangdalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebagian ayat-ayat mutasyabihat untuk menimbulkan ftnah dan untuk mencari-cari takwilnya,
padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang
mendalam ilmunya berkata : Kami beriman kepada ayat-ayat mutasyabihat, semuanya itu dari
sisi Tuhan kami. Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang
yang berakal .
Dari ayat di atas, para ulama berbeda pendapat yang berawal dari lafadz "

:
#
' *6 K P

8
#
k% c 6Z
=
*6

.
Permasalahannya apakah lafadz itu di-athof-kan dengan lafadz 9
%
:*6 <
=
6 , atau lafadz P

8
#
k% c 6Z
=
*6

"

:
#
' *6 K itu merupakan mubtada (
#
4

, X
#
&
%
).
Berangkat dari sinilah muncul silang pendapat dikalangan ulama. Menurut Ibnu Abbas dan
Mujahid (dari kalangan sahabat) berpendapat bahwa manusia dapat mengetahui arti dan takwil
ayat-ayat mutasyabihat. Mereka ini beralasan lafadz "

:
#
' *6 K P

8
#
k% c 6Z
=
*6

di-athofkan kepada
lafadz 9
%
:*6 <
=
6 . Menurut mereka jika hanya Allah yang mengetahui dan tidak dilimpahkan kepada
manusia khususnya ulama yang mendalami ilmunya tentang ayat-ayat mutasyabihat baik
tentang pengertian maupun takwil, berarti mereka sama saja dengan orang awam. Pendapat ini
didukung pula oleh Hasan Al Asyari[47] . Hal ini pemakalah berpendapat, bahwa memang
sebagian atau bahkan seluruh ayat Al Quran mengandung pengertian ayat mutasyabihat. Akan
tetapi tidak tertutup kemungkinan sebagian besar ayat-ayat mutasyabihat bisa ditakwilkan
pengertiannya oleh para ulama yang mendalami ilmunya (P

8
#
k% c 6Z
=
*6

) , seperti halnya contoh


QS. Al-Isro ayat 85, yang berbunyi :
\

A
#
: o <
=
6 "

:
#
' *6 H

& "
#
, %A
#
D
#
6
%
&

K
R
_

&
#
6

H
#
&
%

#
Z
e
*6 V

o % ,

#
Z
e
*6 H

+ ^

( 8
#
:
%
M
#
5

.
Dan mereka bertanya kepadamu (hai Muhammad) tentang ruh. Katakanlah : Ruh itu termasuk
urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi ilmu, melainkan sedikit (QS. Al-Isro : 85)
Dari ayat ini, sudah dapat kita pahami secara bersama. Didalam ayat tersebut ada ayat Muhkam
dan ayat Mutasyabih, letak dari ayat muhkam adalah pengertian mengenai masalah ruh.
Sesungguhnya ruh itu adalah urusan Allah, kita tidak diberi suatu ilmu melainkan hanya sedikit.
Nah, ilmu yang sedikit inilah adalah termasuk ayat mutasyabih. Maka dengan pengertian ini,
kita bisa menarik suatu kesimpulan bahwa para ulama tidak tertutup kemungkinan mereka bisa
mengetahui tentang masalah ruh dengan melalui ilmu yang diberikan Allah hanya dengan
sedikit ini. Bagi Allah ilmu ini sedikit, tetapi bagi ulama mungkin sangat luas sekali dalam
mendalami dan mempelajarinya. Untuk itu, sama seperti halnya dengan ayat mutasyabih, Allah
bukannya tidak memberitahukan tentang makna ayat tersebut, melainkan hanya sedikit dan
keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh kita manusia sehingga kita tidak bisa mengetahui takwilnya.
Pendapat kami ini pula, diperkuat dengan pendapat Drs. Abu Anwar, M.Ag. Ia mengatakan :
Bahwa jika Allah yang mengetahui maksud ayat-ayat mutasyabih dalam Al Quran, tentu saja Al
Quran itu akan kering maknanya serta tidak menjadi rahmat bagi alam semesta. Hal ini
disebabkan karena banyaknya ayat-ayat mutasyabih yang diungkapkan dalam Al Quran[48].
Disamping pendapat kami dan pendapat ulama lainnya yang mengatakan, bahwa ayat
mutasyabih itu bisa ditakwilkan. Ada juga pendapat sebagian ulama yang mengatakan bahwa
ayat-ayat mutasyabih itu tidak dapat diketahui oleh seorang pun kecuali Allah. Menurut ulama ini
kita sebagai ciptaan Allah tidak perlu mencari-cari takwil tentang ayat-ayat mutasyabih, tetapi
kita harus menyerahkan persoalannya kepada Allah semata[49].
Dari dua pendapat ini, sudah kelihatan kontradiksinya. Dalam hal ini Ar-Raghib Al-Asfahani, dia
mengambil jalan tengah dari dua pendapat diatas. Ar-Raghib membagi ayat-ayat mutasyabih
menjadi tiga bagian[50], yaitu :
Ayat yang sama sekali tidak diketahui hakikatnya oleh manusia, seperti waktu tibanya hari
kiamat.
Ayat mutasyabih yang dapat diketahui oleh manusia (orang awam) dengan menggunakan
berbagai sarana terutama kemampuan akal pikiran.
Ayat-ayat mutasyabih yang khusus hanya dapat diketahui maknanya oleh orang-orang yang
mendalami ilmunya dan tidak dapat diketahui oleh orang-orang selain mereka.
Demikianlah pokok-pokok yang merupakan pembahasan mufassirin di dalam menafsirkan ayat-
ayat Al Quran yang mutasyabih.
@ Pendapat Ulama Salaf dan Khalaf
Dalam bagian ini, pembahasan khusus tentang ayat-ayat mutasyabih yang menyangkut sifat-
sifat Tuhan, yang dalam istilah Al-Suyuthi adalah ayat Al-Shifat. Sedangkan dalam menurut
istilah Shubi Al-Shalih adalah Mutasyabih Al Shifat. Adapun ayat-ayat Mutasyabih menurut sifat-
sifat Tuhan adalah sebagai berikut[51] :
Pada QS. Thaha : 5, adalah sebagai berikut :
b8

, c
#
6 d

Z
#
'

*6 K:

+ H
%
?

a
#
Z
=
*6

.
Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam diatas Arsy .
Dari ayat diatas ini, muncul sebuah kisah di mana pada suatu hari Imam Malik ditanya tentang
makna Istawa (bersemayam), lalu Imam Malik menjawab :
KG R+ F

8
#
S
%
Z

S
#
6

,Qq8
#
c
%
V S
%
_

G ef
%
6

,g + 4
#

9
%
G #+ [% 6h M
e
*6

,[g 8
#

%
]
#
&

i% A
#
$

*
#
6

Y
g
8
#
:
%
'
#
&

Q%68

, c
#
< 6

.
Istawa itu maklum, caranya tidak diketahui, mempertanyakannya adalah bidah. Saya duga
engkau ini orang jahat, keluarkanlah orang ini dari majlis saya
Dari penjelasan Imam Malik diatas dapat kita ambil suatu kesimpulan, bahwa lafadz Istawa
dapat dimengerti, tetapi tentang bagaimananya tidaklah dapat diketahui oleh seorang pun selain
Allah. Bahkan Imam Malik mengatakan bahwa pertanyaan seperti itu adalah Bidah[52].
Pada QS. Al Fajr : 22, adalah sebagai berikut :
E

^
%
:

*6

e
_

QS

.
Dan datanglah Tuhanmu; sedangkan malaikat berbaris-baris
Pada QS. Al-Anam : 61, adalah sebagai berikut :
F X

+ 7 8
#
Z
%
; N*6 8

; %

.
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi diatas semua hambanya
Pada QS. Al Zumar : 56, adalah sebagai berikut :
9 :*6 @

G #S

I
#
Z

&

K:

+ KD Z

M
#
J

.
Amat besar penyesalanku atas kelalaianku disisi Allah
Pada QS. Ar-Rahman : 27, adalah sebagai berikut :
Y

6Z

#
< 6

*
#
6
#
U % ^

R
_

9
%
S
#

KNX
#
5

Dan tetap kekallah wajah Tuhanmu


Pada QS. Thaha : 39, adalah sebagai berikut :
KG A
#
+ K:

G
#
, %*

dan supaya kamu diasuh atas mataku


Pada QS. Al-Fath : 10, adalah sebagai berikut :
"
#

5
#
4 5
#
6

7 8
#
9 :*6 4
%
5

Tangan Allah di atas tangan mereka


Pada ayat ini, kalau kita lihat kembali dalam istilah ilmu fqih, ayat ini termasuk dalam Manthuq
Zihar, yaitu suatu lafadz yang memungkinkan untuk ditakwilkan kepada arti lain, selain arti
harfyahnya[53]. Menurut zahirnya kata 4
g
5

berarti tangan, tetapi mustahil Allah mempunyai


tangan. Maka tangan ini bisa ditakwilkan dengan arti kekuasaan.
Pada QS. Ali-Imran : 28, adalah sebagai berikut :
9
%
M

E# ( 9
%
:*6 "
%

%
_
%
r R J

5
%

..Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri-Nya


Dalam ayat-ayat ini terdapat kata-kata bersemayam, datang, di atas, sisi, wajah, mata, tangan
dan diri yang dibangsakan atau dijadikan sifat bagi Allah. Kata-kata ini menunjukkan keadaan,
tempat, dan anggota yang layak bagi makhluk yang baharu, misalnya manusia. Karena dalam
ayat-ayat tersebut kata-kata ini dibangsakan kepada Allah yang qodim (absolut), maka sulit
dipahami maksud yang sebenarnya. Karena itu pula, ayat-ayat tersebut dinamakan
mutasyabihat shifat[54]. Maka dalam hal ini timbul suatu pertanyaan, apakah maksud ayat-ayat
ini dapat diketahui oleh manusia atau tidak ?
Untuk menjawab pertanyaan ini, Shubhi Sholih mengemukakan pendapat dua kelompok
madzhab, yaitu Salaf dan Khalaf.
Madzhab Salaf
Kelompok ini mempercayai dan mengimani ayat-ayat (tentang sifat-sifat) mutasyabih itu dan
menyerahkan hakikatnya kepada Allah. Mereka tetap mensucikan Allah dari makna-makna lahir
yang mustahil atau tidak mungkin bagi Allah[55]. Sebagaimana frman Allah dalam Surat Asy-
Syura ayat : 11;
g A
#
9 : #?

A
#
*

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia


Karena Madzhab Salaf menyerahkan urusan mengetahui hakikat maksud ayat-ayat ini kepada
Allah, mereka disebut pula Madzhab Mufawwidhah atau Tafwidh[56]. Inilah sistem penafsiran
yang diterapkan oleh Madzhab Salaf pada umumnya terdapat ayat-ayat mutasyabihat. Dalam
penerapan sistem ini, mereka mempunyai dua argumen, yaitu argumen Aqli dan Naqli.
Argumen Aqli adalah bahwa menentukan maksud dari ayat-ayat mutasyabihat hanyalah
berdasarkan kaidah-kaidah kebahasaan dan penggunaannya di kalangan bangsa Arab.
Penentuan seperti ini, hanya dapat menghasilkan ketentuan yang bersifat zanni (tidak pasti).
Sedangkan sifat-sifat Allah termasuk masalah aqidah yang dasarnya tidak cukup dengan
argumen yang zanni. Lantaran dasar yang qathi (pasti) tidak diperoleh, maka madzhab Salaf
berkesimpulan untuk Tawaqquf (tidak memutuskan) dan menyerahkan ketentuan maksudnya
kepada Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengenal[57].
Adapun dalam argumen naqli, mereka mengemukakan beberapa hadits dan Atsar
shahabat[58]. Akan tetapi disini kami hanya akan mengambil dua hadits saja untuk
menerangkan argumen naqli ini. Adapun haditsnya adalah sebagai berikut :
(

*
#
<

6 68
#
*
%

#
6
%
<
=
6 09*8o K*6

, $ *6 ^

A
#
:

+ [ T

( #6

br *
=
6 8

; % m 5

<

6 F r ; .Y.- 9 :*6 [% 8
#
c
%
_

D n
#
*

o + H
#
+
."
#
; % _
#
r a
#
9
%
:*6 K?
=
c

5
#
r *
=
6 ^

%
9
%
G #& 9

D &

8
#
'
%
X

, =5

5
#
r *
=
6

5
#
6

6U n .Y.- 9 :*6 [% 8
#
c
%
_

[ o n
#
*

o
(?;ZA ":M& b_kX*6 F6_m
Dari Aisyah r.a. ia berkata : Rosulullah S.a.w. membaca ayat : K*6

, $ *6 ^

A
#
:

+ [ T

( #6

br *
=
6 8

; %

*
#
<

6 68
#
*
%

#
6
%
<
=
6 09*8o (QS. Ali Imron : 7). Rosulullah S.a.w. bersabda : Jika engkau melihat orang-
orang yang mengikuti ayat-ayat yang mutasyabihat, daripadanya maka itulah mereka orang-
orang yang disebutkan Allah (yaitu sesat). Maka berhati-hatilah terhadap mereka . (HR. Imam
Al Bukhori, Muslim dan lain keduanya)

r R $

A
%
* [# T

G #5

"
#
*

Z
#
N%*6 P
=
6 n [ o .Y.- 9 :*6 [

8
#
c
%
_

H
#
+ F 4
R
S

H
#
+ 9 A
#

H
#
+ @
q
A
#
'

% H

#
6

?
#
+ 5
#
4 a

H
#
&
(956Z& F6_m .9

68
#
G %& W

D &

68
#
:
%
?

+ # 9
%
G #& "
#
, % #Z

+ ?

'
#

9
%

%
'
#

Dari Amr Ibnu Syuaib, dari ayahnya dari kakeknya dari Rosulullah S.a.w. ia bersabda :
Sesungguhnya Al Quran tidak diturunkan agar sebagiannya mendustakan sebagian yang
lainnya; apa yang kamu ketahui daripadanya, maka amalkanlah. Dan apa yang mutasyabihat,
maka hendaklah kamu meyakininya . (HR. Mirdawaih).
Madzhab Khalaf
Kelompok ini adalah kelompok ulama yang mentakwilkan lafadz yang makna lahirnya itu
mustahil kepada makna yang lain yang sesuai dengan zat Allah. Kelompok ini lebih dikenal
dengan nama Muawwilah atau Madzhab Takwil[59]. Mereka mentakwilkan semua sifat-sifat
yang terdapat pada ayat-ayat mutasyabihat di atas dengan takwilan yang bersifat rasional,
seperti contoh : Istiwa mereka takwilkan dengan pengendalian Allah terhadap alam semesta ini
tanpa merasa kesulitan. Kedatangan Allah mereka takwilkan dengan kedatangan perintah-
perintah Allah. Allah berada di atas hamba-Nya mereka takwilkan dengan Allah Maha Tinggi,
bukan berada pada suatu tempat. Kata sisi mereka mereka takwilkan dengan hak Allah. Wajah
mereka, mereka takwilkan dengan zat Allah. Mata mereka, mereka takwilkan dengan
penglihatan/pandangan. Tangan mereka takwilkan dengan kekuasaan Allah. Dan diri, mereka
takwilkan dengan siksaan Allah[60].
Madzhab Khalaf ini, pada umumnya adalah dari kalangan ulama mutaakhirin. Imam Al-
Haramain (w. 478 H)[61] pada mulanya termasuk madzhab ini, tetapi kemudian beliau menarik
diri darinya. Dalam sebuah Risalah An-Nizhamiyyah, ia menuturkan bahwa prinsip yang
dipegang dalam beragama adalah mengikuti madzhab salaf sebab mereka memperoleh derajat
dengan cara tidak menyinggung ayat-ayat mutasyabih[62].
Menurut kami sebagai pemakalah, kenapa Imam Haramain menarik diri dari madzhab khalaf
adalah karena beliau takut dan ada rasa keragu-raguan dalam hati beliau didalam mentakwilkan
ayat-ayat mutasyabih. Beliau takut keliru dan terjerumus kedalam kelompok orang-orang yang
mengikuti ayat-ayat mutasyabihat sehingga dicap dalam Al Quran sebagai orang-orang yang
sesat.
Ibnu Qutaibah (w. 276 H) menentukan dua syarat bagi absahnya sebuah penakwilan, yaitu :
makna yang dipilih sesuai dengan hakikat kebenaran yang diakui oleh mereka yang memiliki
otoritas.
arti yang dipilih sudah dikenal oleh bahasa Arab Klasik.
Syarat yang dikemukakan ini lebih longgar daripada syarat kelompok Az-Zhahiriyyah yang
menyatakan bahwa arti yang dipilih tersebut harus dikenal secara populer oleh masyarakat Arab
pada masa awal[63].
Madzhab Khalaf mengatakan ayat-ayat mutasyabihat itu sebagian bisa ditakwilkan, mereka
berpegang kepada kata para sahabat-sahabat, dan para tabiin. Seperti halnya kami
kemukakan pendapat dibawah ini :
9
%
:

5
#

W
#
D P

8
#
?
%
:

'
#
5

H
#
?
=
&( 6

n [ o ("

:
#
' *6 K P

8
#
k% c 6Z
=
*6

9
%
:*6 <
=
6 9
%
:

5
#

W
#
D "
%
:

'
#
5

&

m 9 * 8
#
o K p
q
X
=
+ H

#
6 H

+ .
Dari Ibnu Abbas r.a. tentang frman Allah : Dan tidak mengetahui takwilnya kecuali Allah dan
orang-orang yang mendalami ilmunya. Berkata Ibnu Abbas r.a. : Saya adalah diantara orang
yang mengetahui takwilnya . (Diriyawatkan oleh Ibnu Al-Munzir)
Menurut kami selaku pemakalah, pada perkataan Ibnu Abbas r.a. diatas sudah jelas sekali,
bahwa beliau mengartikan P

8
#
k% c 6Z
=
*6

adalah di-athofkan kepada lafadz 9


%
:*6 <
=
6 . ini berarti yang
hanya bisa mengetahui takwil ayat-ayat mutasyabihat adalah Allah dan orang-orang yang
mendalami ilmunya, termasuk kedalamnya adalah Ibnu Abbas r.a. sendiri. Pada dasarnya Ibnu
Abbas r.a. sendiri pernah meminta didoakan oleh Rosulullah S.a.w. supaya dia bisa memahami
ilmu agama dan serta takwilannya. Adapun bunyi doa Rosulullah S.a.w. itu adalah sebagai
berikut :
V 5
#

W
#
, =*6 9
%
?
#
:
R
+

5
#
4
R
*6 K 9
%

#
NR "
=

%
:
=
*6

.
Ya Allah, berilah pemahaman kepadanya dalam bidang agama dan ajarkanlah takwil
kepadanya .
Dan selanjutnya ada pendapat dari Al-Dhahhak r.a. ia berkata :
9 & 6Z

H
#
& 9
%
*

<

9 O 8
#
M
%
G #&

H
#
& 9
%
k c ( 68
#
?
%
:

'
#
5

"
#
*

9
%
:

5
#

W
#
D 68
#
?
%
:

'
#
5

"
#
*

8
#
*

9
%
:

5
#

W
#
D P

8
#
?
%
:

'
#
5

"

:
#
' *6 K P

8
#
k% c 6Z
=
*6
9

, &
%
H
#
& 9
%
?

J
#
&
%
<

.
Orang-orang yang mendalami ilmunya mengetahui takwilnya. Sekiranya mereka tidak
mengetahuinya, niscaya mereka tidak mengetahui nasakh dan mansukhnya, halalnya dari
haramnya, dan ayat muhkam dan ayat mutasyabih . (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim).
@ Pendapat Para Imam Ahlulbait
Yang kami pahami (kata Sayyid Muhammad Husain Thabathabai) dari Imam Ahlulbait adalah
bahwa tidak ada ayat mutasyabih yang tidak mungkin diketahui maksudnya secara hakiki.
Bahkan ayat-ayat yang tidak mandiri makna-makna hakikinya, dapat diketahui dengan
perantara ayat-ayat lain[64]. Inilah yang dimaksud dengan mengembalikan ayat muhkam
kepada ayat mutasyabih, seperti lahir frman Allah Taala sebagai berikut :
pada QS. Thaha : 5, adalah sebagai berikut :
b8

, c
#
6 d

Z
#
'

*6 K:

+ H
%
?

a
#
Z
=
*6

.
Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah, yang bersemayam diatas Arsy .
pada QS. Al-Fath : 10, adalah sebagai berikut :
"
#

5
#
4 5
#
6

7 8
#
9 :*6 4
%
5

Tangan Allah di atas tangan mereka


Pada kedua ayat ini menunjukkan arti Jismiyyah (jisim-jisim), yaitu seolah-olah Allah itu benda
dan makhluk. Maka kita kembalikan kepada frman Allah dalam Surat Asy-Syura ayat 11, yaitu
g A
#
9 : #?

A
#
*

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia


Dan juga pendapat Ulama Ahlulbait, diperkuat dengan kata Imam Shadiq as sebagai berikut[65]
:
9 : ; S

K:

+ 9

, # 6&

9
%

, ?
%
*
#
6

V% ?

'
#
5
%
&

"
%
$

J
#
?
%
*
#
6

.
Muhkam adalah ayat yang dapat diamalkan, sedangkan mutasyabih adalah ayat yang dapat
menimbulkan kesalahpahaman bagi orang yang tidak mengetahuinya .
Dan Imam Ridha as berkata :
"
q
A
#
N, M
#
&
%
q 6Z

K*

6 b

4 ; % 9 ? $

J
#
&
%
K*

6 P

Z
#
N%*6 9

, &
%

=
_

H
#
&

.
Barangsiapa merujukkan ayat-ayat mutasyabih kepada ayat-ayat muhkam, maka dia telah
ditunjukkan kepada jalan yang lurus .
Dengan adanya dalil-dalil yang telah diutarakan oleh para ulama diatas, maka sudah jelaslah
bahwa ayat-ayat mutasyabih itu tidak tertutup kemungkinan bisa ditakwilkan. Menurut hemat
kami selaku pemakalah, bahwa Ulama Ahlulbait ini termasuk mendukung daripada pendapat
Ulama Khalaf. Akan tetapi perlu kita ketahui secara bersama, bahwa tidak semua ayat-ayat
mutasyabih mereka bisa takwilkan, melainkan hanya sebagian saja yang bisa mereka takwilkan.
Sesungguhnya mereka sendiri mengakui bahwa ayat-ayat didalam Al Quran itu banyak sekali
kata-kata yang penuh dengan tanda tanya, yang masih ghoib dan tak jelas. Mereka masih
memerlukan petunjuk dari Allah Swt.
C. Fawatih As Suwari
Sebelum kita membahas tentang Fawatih As Suwar, adakala baiknya terlebih dahulu kita
bersama-sama mengetahui apa yang dimaksud dengan Fawatih As Suwar itu sendiri ?
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global), muawwal
(memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami). Didalam Al Quran terdapat huruf-huruf
awalan dalam pembukaan surah dalam bentuk yang berbeda-beda. Hal ini merupakan salah
satu ciri kebesaran Allah dan ke MahatahuanNya, sehingga kita terpanggil untuk menggali ayat-
ayat tersebut. Dengan adanya suatu keyakinan bahwa semakin dikaji ayat Al Quran itu, maka
semakin luas pengetahuan kita. Hal ini dapat dibuktikan dengan perkembangan ilmu tafsir yang
kita lihat hingga sekarang ini[66].
Adapun untuk memperjelas lagi apa itu ayat Fawatih As Suwar, maka dengan ini kami tampilkan
ayat-ayatnya sebagai berikut[67] :
Awalan surah yang terdiri dari satu huruf, ini terdapat pada tiga surah.
Surah Shad. Z

#
r R *6 bU P
%

Z
#
N%*
#
6

.-

.
Surah Qaaf. 4
%
A
#
]

*
#
6 P
%

Z
#
N%*
#
6

.7 .
Surah Al Qolam. P

#
Z
%
L
%
M
#
5

&

"
%
:

N*6

.P

.
Awalan surah yang terdiri dari dua huruf, ini terdapat pada sepuluh surah :
Surah Al Mukmin. "a
Surah Fushilat. "a
Surah Asy-Syura. "a
Surah Az Zukhruf. "a
Surah Ad Dukhan. "a
Surah Al Jasyiah. "a
Surah Al Ahqaf. "a
Surah Thaha. 9I
Surah An-Naml. I
Surah Yasin. 5
Tujuh dari sepuluh surah diatas, ini dinamakan Hawwaamiim[68].
Awalan surah yang terdiri dari tiga huruf, ini terdapat pada tiga belas surah, yaitu :
F Enam surah diawali Alif Lam Mim ("*6)
Surah Al Baqoroh
Surah Ali Imran
Surah Al Ankabut
Surah Ar Rum
Surah Luqman
Surah As-Sajadah
F Lima surah diawali dengan Alif Lam Ro (Z*6)
Surah Yunus
Surah Hud
Surah Yusuf
Surah Ibrahim
Surah Al Hijr
F Dua surah yang diawali dengan Tha Sin Mim ("MI)
Surah Asy Syuara
Surah Al Qoshosh
Awalan surah yang terdiri dari empat huruf, ini terdapat pada dua tempat, yaitu :
Surah Al Aaraf. ?*6
Surah Ar Radu. Z?*6
Awalan surah yang terdiri dari lima huruf, ini hanya terdapat pada surah Maryam, yaitu : 'A .
Dari ketiga belas ayat-ayat Fawatih As Suwar yang tersebut di atas, dengan ini kami selaku
pemakalah (berpendapat) akan mengambil satu ayat sebagai penjelasan, yaitu Alif Lam Mim (
"*6). Didalam tafsir Jalalin mengenai ayat-ayat Fawatih As Suwar ini sudah dijelaskan tidak bisa
ditafsirkan (menurut golongan madzhab salaf), hanya Allahlah yang Maha Mengetahui. Yaitu Alif
Lam Mim ditafsirkan dengan F Z

?
%

"
%
:

+ # 6

9
%
:*6

artinya Dan Allah Maha Lebih Mengetahui dengan


maksudNya. Dan ada lagi didalam tafsir Marohi syarach Imam Nawawi, Alif Lam Mim beliau
tafsirkan mengambil pendapat Imam Syubi dan Jamaah, yaitu :
K

9 ? :
#
'

9
%
:*6

E( #6 br *
=
6 9

, ?
%
*6 H

& _

8
=
M
e
*6 V

K Q]

*6

#
Z
%
a
%
Z
%
c

"*6 g + ?

KX

'
#
e *6 [ o

5
#
< 6 @
%
:

; Z

#
U % 4

.K*

'

D 9 :*6 K*

A
#
"

:
#
' *6
%
8
#
E%(

; Z

H
%
& h # ( % H
%
J
#
G P

Z
#
N%*6 Z
e
c .
Alif Lam Mim itu adalah menjadi rahasia pada seluruh huruf hijaiyah pada awal surah dari ayat
mutasyabih yang telah disatukan oleh Allah dengan ilmuNya, yaitu menjadi rahasia Al Quran.
Maka kami beriman dengan zhohirnya dan kami menuntut ilmu padanya hingga kepada Allah
Taala.
Tafsiran ini, menurut kami sudah jelas bahwa Imam Syubi termasuk golongan madzhab salaf.
Beliau tidak mau menafsirkan lafadz Alif Lam Mim ini karena beliau takut tersesat sehingga
beliau mengatakan biarlah ini menjadi rahasia Al Quran. Akan tetapi, beliau tetap beriman
dengan zhohirnya dan beliau tetap menuntut dan memohon diberikan ilmu lebih dari Allah Swt.
Dan dipenghujung tafsir Abu Bakar r.a. berkata :
_

M
e
*6 V% 6

Z
#
N%*6 K 9 :*6 Z
e
c

Z
!
c
q
, VR
%
K .
Didalam seluruh kitab mempunyai rahasia, dan rahasia Allah didalam Al Quran itu ada pada
awal surah .
Hal ini bertolak belakang dengan Ibnu Abbas r.a. beliau mampu untuk menafsirkannya, yaitu
kata beliau :
9
%
:*6

n [ o (Z*6m 9 * 8
#
o K

.V%
R
6
%
9
%
:*6

( 6

n [ o (

6m 9 * 8
#
o K

."
%
:

+ # 6

9
%
:*6

( 6

n [ o ("*6m 9 * 8
#
o K
b_

.
Tentang frman Allah Alif Lam Mim adalah Aku Allah Maha Mengetahui, tentang Alif Lam Mim
Shodh adalah Aku Allah akan memperinci, dan Alif Lam Ro adalah Aku Allah Maha Melihat.
(Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari jalan Abu Al-Dhuha)
Dan ada lagi dari Ibnu Abbas r.a. dengan tafsirannya sebagai berikut :
o Z
=
E&
%
H

a
#
Z
=
*6 %
#
Z
%
a
%
P

"a

Z*6 n [ o .
Tentang ( frman Allah) pada ayat Alif Lam Ro, Ha Mim, dan Nun adalah huruf-huruf Ar
Rahman yang dipisahkan . (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Jalan Ikrimah)
Dan masih banyak lagi pendapat dari ulama yang menafsirkan ayat Fawatih As Suwar, seperti
Salim Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan lain-lain. Akan tetapi disini, kami hanya
menampilkan pendapat Ibnu Abbas r.a. karena menurut kami Ibnu Abbas r.a. memang patut
mendapatkan anugerah yang luar biasa. Karena ia bisa mentakwilkan ayat mutasyabihat, berkat
atas doa Rosulullah S.a.w. yang sudah kami jelaskan sebelumnya.
D. Hikmahnya ada ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabih.
Adapun hikmah yang terkandung didalam ayat-ayat Al Muhkam dan Al Mutasyabih adalah
sebagai berikut :
Hikmah adanya ayat Al Muhkam adalah tidak adanya perselisihan pendapat mengenai cara
pentakwilannya, adanya kesepakatan paham, tidak membuat orang menjadi syubhat, ragu-
ragu, dan sesat. Dan serta menjadi suatu alat untuk bisa mentakwilkan ayat-ayat Mutasyabihat.
Hikmah pada ayat Al Mutasyabih menurut As Suyuthi didalam kitab Al Itqan-nya beliau berkata :
Ayat-ayat mutasyabihat ini mengharuskan upaya yang lebih banyak untuk mengungkapkan
maksudnya sehingga menambah pahala bagi orang yang mengkajinya.
Ayat-ayat mutasyabihat ini, untuk memahaminya diperlukan cara penafsiran dan tarjih antara
satu dengan yang lainnya dengan memerlukan berbagai ilmu, seperti ilmu bahasa, grametika,
maani, ilmu bayan, ushul fqh dan lain sebagainya.
Memperlihatkan kelemahan akal manusia
Teguran bagi orang-orang yang mengotak-atik ayat mutasyabih
Dan memberikan pemahaman abstrak-ilahiah kepada manusia melalui pengalaman inderawi
yang biasa disaksikan dan dirasakan.
Hikmah pada ayat mutasyabih menurut Drs. Rosihan Anwar, M.Ag dalam bukunya Ulumul
Quran, beliau katakan sebagai berikut :
E. Kesimpulan
Dari uraian ayat-ayat muhkam dan mutasyabih diatas, dapat dipahami sebagai berikut :
Muhkam adalah ayat yang sudah jelas maksudnya ketika kita membacanya. Sedangkan ayat
mutasyabihat adalah ayat-ayat yang perlu ditakwilkan, dan setelah ditakwilkan barulah kita
dapat memahami tentang maksud ayat.
Ayat mutasyabih adalah merupakan salah satu kajian dalam ilmu Al Quran yang para ulama
menilainya dengan alasan masing-masing, seperti Ulama Tafsir, Madzhab Salaf, Madzhab
Khalaf dan Ulama Ahlulbait.
Fawatih As Suwar itu adalah kalimat-kalimat yang dipakai untuk pembukaan surat, ia
merupakan bagian dari ayat Mutasyabih karena ia bersifat mujmal (global), muawwal
(memerlukan takwil), dan musykil (sukar dipahami).
Pada penafsiran ayat Fawatih As Suwar terjadi perselisihan dua golongan ulama, yaitu
golongan pertama mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu tidak bisa ditakwilkan, mereka
ini adalah Imam Syubi dan Jamaah, serta tafsir Jalalin. Sedangkan golongan yang kedua ini
mengatakan bahwa ayat Fawatih As Suwar itu bisa ditakwilkan, mereka ini adalah Ibnu Abbas
r.a., Salim Ibnu Abdillah, Al Saddiy, Al Baidhawi dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Husni, Muhammad bin Alawi Al-Maliki. 1999. Mutiara Ilmu-ilmu Quran. Bandung : Pustaka
Setia. terj. Rosihan Anwar.
Al Qaththan, Manna. 1975/1393. Mabahits f Ulum Al Quran. Riyadh: Mansyurat Al Ashri Al
Hadits.
Al-Zarqani, Muhammad Abd al-Azim. 1988. Manahil al-Irfan f Ulum al-Quran. Beirut: Dar al-
Fikr.
Anshori M, Kusnadi. 2003. Ulumul Quran. Palembang : Pusat Penerbitan dan Percetakan IAIN
Raden Fatah.
Anwar, Abu. 2005. Ulumul Quran; Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Amzah.
As Suyuthi. Al Itqan f Ulumul Quran. juz II, Dar Al Fikr.
Bakr Ismail, Muhammad Al-. 1991. Dirasat f Ulum Al Quran. Dar Al Manar.
Departemen Agama RI. 1989. Al Quran dan Terjemahannya. Semarang : Toha Putra.
Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan Al Quran. Bandung : Mizan.
Shiddieqy, Hasbi Ash-. 1995. Ilmu-Ilmu Al Quran. Jakarta : Bulan Bintang.
Subhi Soleh, Dar Al-. 1993. Mabahits f Ulumul Quran. Jakarta : Pustaka Firdaus. Terjemahan
Pustaka Firdaus.
Thabathabai, Sayyid Muhammad Husain. 2000. Memahami Esensi Al Quran. Jakarta :
Lentera.
Wahid, Ramli Abdul. 1993. Ulumul Quran. Jakarta : Rajawali.
[34] Abu Anwar, Ulumul Quran; Sebuah Pengantar. (Pekanbaru: Amzah, 2005), cet. II, hlm. 77
[35] As Suyuthi, Al Itqan f Ulumul Quran, juz II, Dar Al Fikr, h
Al-Qur'an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai sumber ajaran agama Islam yang
utama.
1
Semua isi kandungannya merupakan pedoman kuat serta hujjah yang ampuh. Kitab suci yang menakjubkan
ini merupakan pegangan umat manusia sekaligus pelita dalam hidup dan kehidupan agar dapat meraih kebahagiaan
dunia dan akhirat.
!
"i dalamnya terkandung ayat atau makna yang antar satu dengan lainnya saling
menyempurnakan dan membenarkan tidak ada pertentangan. Seluruh ayatnya bersi#at Qot'i al-Wurud yang jelas
diyakini eksistensinya sebagai $ahyu Allah.
%
"iperlukan persyaratan yang sangat berat dan penguasaan beberapa disiplin keilmuan agar seseorang dapat dan
mampu menterjemahkan serta mena#sirkan al-Qur'an dengan baik dan benar. Ia setelah benar-benar mahir dalam
ilmu bahasa arab ilmu kalam dan ilmu usul juga dituntut harus menguasai pula ilmu-ilmu pokok al-Qur'an yang
meliputi ilmu tentang&
Mawatin al-Nuzul 'tempat-tempat turunnya ayat(
Tawarikh al-Nuzul 'masa turunnya ayat(
Asbab al-Nuzul 'sebab-sebab turunnya ayat(
Qira'at 'bacaan-bacaan al-Qur'an(
Tajwid 'cara membaca al-Qur'an dengan baik dan benar(
Gharib al-Qur'an 'kata-kata yang ganjil dalam al-Qur'an(
I'rab al-Qur'an 'struktur kalimat(
al-Wujuh wa al-Naza'ir 'kata-kata al-Qur'an yang multi makna(
al-Muhkam wa al-Mutashabihat
al-Nasikh wa al-Mansukh 'ayat yang menghapuskan atau dihapuskan ayat lain(
Bada'i al-Qur'an 'keindahan nilai sastra al-Qur'an(
I'jaz al-Qur'an 'kemukji)atan al-Qur'an(
Tanasub al-Qur'an 'keserasian antara ayat-ayat al-Qur'an(
Aqsam al-Qur'an 'sumpah-sumpah al-Qur'an(
Amthal al-Qur'an 'perumpaan-perumpaan dalam al-Qur'an(
Jidal al-Qur'an 'bentuk dan cara argumantasi dalam al-Qur'an( dan
Adab Tilawah al-Qur'an 'adab dalam membaca al-Qur'an(.
*

Ilmu al-Muhkam wa al-Mutashabihat termasuk didalam ilmu-ilmu pokok al-Qur'an karena di dalam al-Qur'an
memuat ayat-ayat mutashabihat 'yang mengandung ambiguitas( di samping ayat-ayat yang tergolong muhkamat
'yang pengertiannya telah tegas dan jelas(.
+
Ambiguitas ini disebabkan banyak terjadinya kemiripan dalam segi
balahah-nya i'jaz-nya atau sulitnya memilah bagian-bagian manakah yang lebih utama.
,
Sehingga menimbulkan
pengertian yang tidak tegas atau samar-samar 'timbul beberapa pengertian( dikarenakan ketidakjelasan dalam segi
la#adnya rancu maknanya atau rancu dalam hal kedua-duanya 'la#ad dan maknanya(.
Ayat-ayat yang bersi#at mutasyabihat ini terutama dapat kita temukan dalam pembahasan yang tergolong !uru'
'cabang( agama yang bukan termasuk dalam masalah pokok agama. Sehingga memungkinkan bagi seorang mujtahid
yang handal ilmunya untuk dapat mengembalikan ayat-ayat mutasyabihat tersebut kepada maksud dan arti yang
bersi#at jelas "muhkam# dengan cara mengembalikannya 'masalah !uru'( kepada masalah pokok.
-

Pengertian Ayat Mutashabihat dan Pandangan Ulama
Secara bahasa 'etimologi( kata mutashabihat berasal dari kata tashabuh yang berarti .keserupaan. dan .kemiripan..
Tashabaha dan ishtabaha berarti saling menyerupai satu dengan lainnya hingga tampak mirip sehingga perbedaan
yang ada diantara keduanya menjadi samar. Sehingga ungkapan orang-orang bani Israil kepada nabi Musa yang
berbunyi $inna al-baqara tashabaha 'ala%na$
/
berarti $s&sunuhn%a sa'i itu sanat miri' di mata kami$.
0
1adi
makna mutashabih adalah ungkapan yang memperlihatkan bah$a sesuatu itu sama dengan sesuatu yang lain dalam
satu atau beberapa sisi atau si#at atau yang membuat sesuatu yang tidak dapat dijangkau akal dengan mudah dapat
dipahami.
12
3im penerjemah4pena#sir al-Qur'an "epartemen Agama memberikan catatan terhadap ayat mutas%abihat sebagai
ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang di maksud kecuali
sesudah diselidiki secara mendalam5 atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-
ayat yang berhubungan dengan hal yang ghaib seperti ayat mengenai hari kiamat surga neraka dan lain-lain.
11

3erdapat tiga ayat yang sering muncul dipermukaan dan menjadi perdebatan apabila kita membicarakan ayat-ayat
muhkam dan mutashabihat al-Qur'an. 6ertama bah$a semua ayat al-Qur'an adalah bersi#at muhkam berdasarkan
Q.S 7ud&1
"
q
A$

P
#
4
%
*

H
#
&


#
:

%
"
=

%
9
%
D
%
5

6Q
#
?

a
#

%

g
,

Z*6
ZAX

O
$Ali! (am )a* "Inilah# kitab %an a%at-a%atn%a disusun d&nan s&m'urna dan dij&laskan s&+ara t&r'&rin+i %an
diturunkan dari sisi Allah %an Maha Bijaksana lai Maha M&n&tahui$,
-.
Kedua bah$a semua ayat al-Qur'an adalah mutashabihat berdasarkan Q.S al-8umar& !%
j

>>

&

>> ,

&
%
>>

54

>>J

*
#
6 H

>>M

a
#

T
=
>>(

9
%
:
=
*6
H
%
>>A:

"
=
>>
%
"
#
>>
%

=
_

8
#
>> k# 5

5r

>>*
=
6
%
8:
%
S
%
9
%
G
#
&

Z
e
'

N# D

>>:
=
*6 b4

>>;
%
^

>>*

U 9

>>:
=
*6 Z

>>
#
U

K*

"
#

%
8:
%
o
%

"
#
;
%

%
8:
%
S
%
H
#
>>&

9
%
>>*

>>?

9
%
>>:
=
*6 V

>>
#
5
%
H
#
&

Q% 5

H
#
&

#
5


q
;

$Allah t&lah m&nurunkan '&rkataan %an 'alin baik* "%aitu# al-Qur'an %an "kualitas a%at-a%atn%a# s&ru'a dan
b&rulan-ulan* &m&tar kar&nan%a kulit oran-oran %an takut k&'ada Tuhann%a* k&mudian m&njadi t&nan
kulit dan hati m&r&ka di waktu m&ninat Allah, Itulah '&tunjuk Allah d&nan kitab itu , /ia m&nunjukkan k&'ada
sia'a %an dik&h&ndaki-N%a, /an baran sia'a %an dis&satkan Allah* nis+a%a tak ada bain%a s&oran
'&mim'in 'un,$
-0
Ketiga bah$a sebagian ayat-ayat al-Qur'an terdiri dari ayat yang tergolong muhkamat dan sebagian lainnya
tergolong mutashabihat. Sebagaimana #irman Allah dalam Q.S Al-Imron&-

g
>>?

J
#
&
%

g
5

6Q 9
%
G
#
&

*
#
6 ^

A
#
:

+ [

(
#

*
=
6 8

;
%
j>>

5r

>>*
=
6 >>&
=
W

>> ,

&
%
Z
%
O
%

*
#
6 Y
e

%
H
=
;
%

>>G

,
#
E

*
#
6 Q>>B ,

#
6 9
%
>>G
#
&

>> D

&

8'
%
X

,
=
A

g 5
#

"
#

8:
%
o
%
P

8k% c

6Z
=
*6

9
%
:
=
*6 <
=

9
%
:

W
#
D

"
%
:

'
#
5

&

W
#
D

QB ,

#
6

>>&

>>G

R
_

>>G
#
+

H
#
&

V
!

%
9

G
=
&

6Q P

8*
%
8N%5

"

:
#
'

*
#
6 j

*
#
)
#

6 8*
%

%
<
=

Z
%

=
r = 5

$/ialah "Allah# %an m&nurunkan al-1itab k&'adamu, /iantara isin%a t&rda'at a%at-a%at muhkamat %aitu
'okok-'okok al-1itab "2mm al-1itab#* dan %an lain a%at-a%at# mutashabihat, Ada'un oran-oran %an dalam
hatin%a +ondon k&'ada k&s&satan* maka m&r&ka m&nikuti s&baian a%at-a%at %an mutashabihat untuk
m&nimbulkan !itnah untuk m&n+ari-+ari takwiln%a* 'adahal tidak ada %an m&n&tahui takwiln%a m&lainkan
Allah, /an oran-oran %an m&ndalam ilmun%a b&rkata3 $1ami b&riman k&'ada a%at-a%at %an mutashabihat
4&muan%aitu b&rasal dari sisi Tuhan kami$, /an tidak ada %an da'at m&nambil '&lajaran "dari 'adan%a#
m&lainkan oran-oran %an b&rakal$,
-5
Sebenarnya ketiga pendapat diatas tidak ada yang kontro9ersi. :ang dimaksudkan dalam ayat pertama adalah
seluruh ayat-ayat al-Qur'an mengandung kesempurnaan susunan dan tidak ada pertentangan diantara ayat-ayatnya.
Ia laksana bangunan besar yang sangat kokoh sepanjang jaman. 6engertian ayat kedua adalah seluruh ayat al-Qur'an
mengandung segi kesamaan dalam hal kesempurnaan kebenarannya kebaikan dan kemukji)atannya baik aspek
la#ad atau isinya. Sehingga tidak ada kemungkinan sebagian ayat al-Qur'an melebih-lebihkan atas ayat lainnya. Ayat
ketiga mempunyai pengertian bah$a didalam al-Qur'an terdapat ayat-ayat yang makna "dalalah#-nya disebutkan
secara jelas4eksplisit "muhkam# dan ada yang makna "dalalah#-nya disebutkan secara samar4 implisit
"mutashabihat#.
1+

Al-8ar;ani dalam mengartikan ayat-ayat mutashabihat mengatakan bah$a ia merupakan perbandingan dari ayat-
ayat muhkamat. Selanjutnya beliau menjelaskan keduanya bah$a&
Menurut ulama 7ana#iah
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang dalalahnya jelas terang dan tidak mengandung adanya naskh. Sedangkan
ayat-ayat mutashabihat adalah ayat-ayat yang samar dan tidak dapat diketahui pengertiannya baik secara na;li
maupun a;li sesuatu yang ketentuannya dirahasiakan oleh Allah seperti terjadinya kiamat makna al-ahru! al-
muqatta'ah 'huru#-huru# hijaiyyah yang terputus-putus( pada beberapa permulaan surat.
Menurut ulama Ahl al-Sunnah
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang pengertiaanya dapat diketahui baik secara lahiriah ataupun dengan
takwil. Sedang ayat mutashabihat adalah ayat yang ketentuannya hanya diketahui Allah.
Menurut Ibn 'Abbas dan ulama <shul
Ayat-ayat muhkamat adalah ayat yang hanya mengandung satu pengertian. Sedang ayat-ayat mutashabihat
mengandung beberapa pengertian.
Menurut Imam Ahmad
Ayat muhkamat adalah ayat yang bisa berdiri sendiri dan tidak membutuhkan penjelasan. Sedang mutashabihat
tidak dapat berdiri sendiri dan masih butuh penjelasan. Karena adanya perbedaan dalam pengertiannya.
Menurut ulama muta'akhirin
Ayat muhkamat adalah ayat yang jelas dan tidak rancu. Sedang ayat mutashabihat adalah kebalikannya.
1,

<lama-ulama berbeda pendapat dalam mende#inisikan ayat-ayat mutashabihat sebagaimana di atas dikarenakan
adanya perbedaan dalam memahami kedudukan dan status la#ad j P8kc6Z*6 ":'*6 pada surah al-Imran&-.
Mereka memperdebatkan apakah la#ad tersebut merupakan kalimat lanjutan dari kalimat sebelumnya yaitu dengan
menganggap huru# '$a4dan( sebagai har! 'at!i 'kata penghubung( sehingga pengertiannya&
$6adahal tidak ada %an m&n&tahui takwiln%a k&+uali Allah dan oran-oran %an m&ndalam ilmun%a,,,$*
ataukah sebagai kalimat baru yaitu dengan menganggap huru# '$a( tersebut sebagai huru# ibtida' 'ber#ungsi
sebagai permulaan pokok kalimat( sehingga pengertiannya menjadi
$6adahal tidak ada %an m&n&tahui takwiln%a k&+uali Allah, /an oran-oran %an m&ndalam ilmun%a,,,$
=agi kelompok pertama ayat-ayat mutashabihat itu dapat dipahami karena menurut mereka al-Qur'an justru
diturunkan pada umat manusia untuk dipahami termasuk di dalamnya ayat-ayat mutashabihat. Akan tetapi bagi
kelompok kedua ayat-ayat mutashabihat tidak dapat dipahami oleh manusia karena menurut mereka ayat-ayat
tersebut diturunkan untuk menguji iman manusia.
Klasifikasi Ayat Mutashabihat dan Kontroversinya
Secara garis besar para ulama mengklasi#ikasikan ayat-ayat mutashabihat ke dalam dua kategori&
1. =erdasarkan aspek la#ad makna dan kedua-duanya 'la#ad dan maknanya(
a. Secara la#ad
Ayat-ayat mutashabihat yang ambiguitasnya bera$al dari ketidakjelasan bentuk la#ad ayat seperti pada kata $al-
%ad$ 'tangan( dan kata $al-ain$ 'mata( yang mempunyai banyak pengertian. Sebagaimana tercantum dalam surat al-
Shaad&-+
termasuk didalamnya karena la#ad yang terkandung tidak dapat diketahui secara pasti.
1-

b. Secara makna
Ayat yang mengandung ambiguitas karena rancu dalam kandungan maknanya. 7al ini ditunjukkan pada ayat-ayat
yang menjelaskan tentang si#at-si#at Allah 'mutashabih al-si#at4antromor#isme( hari kiamat nikmat surga dan siksa
neraka. Seperti ayat + surat 3aha&
-nya Allah di atas 'arsh.
c. Secara la#ad dan makna
Ayat yang merngandung ambiguitas karena rancu dalam segi la!ad dan sekaligus kandungan maknanya.
Sebagaimana yang tercantum dalam Qur'an surat at-3aubah&+
H

>># ?
%
*
#
6 68:
%
,
%
o
#
>>

Y
%
Z
%
>>J
%
*
#
6 Z
%

%
>># )
#

6 :

>>M

(
#
6 6U

>>

64
%
>>'
%
o
#
6

"
#
;
%
Z
%
>>
%
a
#
6

"
#
;
%
r % >>O%

"
#
;
%
8?
%
D
%
4
#
>>S


%
A
#
a

68
%
>>D

6Q

>>
=
*6 68&
%
>>o

68
%
>>D

P
#

4
q

Z
#
&

V
=

%
"
#

%
*

"
g
Aa

_
g
8E%

:
=
*6 P
=

"
#

%
:

AX

68:
e
k

T
=
*6
Kata dan makna al-mus%rikin 'jamak dari kata al-musyrik( dapat berarti seluruh kaum mus%rikin sebagian atau
orang-orang tertentu saja.
!. Klasi#ikasi berdasarkan bisa tidaknya ayat mutashabihat diketahui manusia
a. Ayat yang sama sekali tidak bisa diketahui manusia hanya Allah saja yang mengetahuinya secara
pasti. Sebagaimana ayat-ayat tentang hakikat si#at-si#at Allah tentang kiamat dan hal-hal yang ketentuannya di
tangan Allah 'seperti munculnya $dabbah$ binatang yang keluar pada saat terjadi kiamat munculnya $dajjal$ dll.(.
b. Ayat yang setiap orang bisa mengetahuinya dengan mencermati dan mempelajarinya secara
mendalam. Sebagaimana ayat-ayat yang susunannya masih global ringkas dan mengandung kata-kata .asing..
c. Ayat yang hanya bisa diketahui oleh orang-orang tertentu 'ulama khusus( dan mempunyai
pengetahuan yang mendalam.
1/

Metode Penafsiran Ulama terhadap Ayat-Ayat Mutashabihat
Sebagaimana dijelaskan di atas bah$a perbedaan pemahaman ulama atas ayat-ayat mutashabihat berpangkal pada
perbedaan mereka dalam memahami surat Ali 'Imran ayat -. 6erbedaan inilah yang menyebabkan mereka berbeda
pula dalam metode pena#siran ayat-ayat mutashabihat.
Al-Suyuti mengatakan bah$a hanya sedikit dari ulama yang meyakini bah$a la#ad ":'*6 j P8kc6Z*6 adalah
kelanjutan dari la#ad sebelumnya 'ber#ungsi sebagai har! ath!(. Sedangkan kebanyakan para tokoh ahli ta#sir di
kalangan sahabat tabi'in dan selanjutnya terutama pengikut Ahl al-4unnah meyakini bah$a la#ad tersebut adalah
berdiri sendiri adalah har! ibtida' dan terpisah dari kalimat sebelumnya.
=erkaitan dengan ini terdapat dua golongan yang berbeda didalam metode pena#siran ayat-ayat mutashabihat
mereka adalah golongan sala# dan golongan khala#.
10
>olongan sala# 'ada yang menyebut sebagai madhhab al-mu!awwidah aliran yang menyerahkan permasalahan
kepada Allah( berpendapat bah$a menentukan maksud dari ayat-ayat mutashabihat yang hanya berdasarkan
kaidah-kaidah kebahasaan dan penggunaannya di kalangan bangsa Arab hanyalah akan menghasilkan kesimpulan
yang bersi#at zanni 'tidak pasti(. 6adahal sebagian dari ayat-ayat mutashabihat termasuk persoalan akidah yang
dasar pijakannya tidak cukup hanya dengan argumen yang bersi#at zanni tetapi harus bersi#at qat'i 'pasti(. Karena
untuk mendapatkan dasar yang bersi#at qat'i tidak ada jalannya maka mereka bersikap tawaqqu! 'tidak mengambil
keputusan dan menyerahkannya kepada Allah(.
!2

Mereka berpegangan pada sebuah hadis yang berarti&
Al-/arimi m&riwa%atkan hadith dari 4ula%man bin 7asar bahwa s&oran laki-laki %an b&rnama Ibn 4uba%h
datan k& Madinah* k&mudian b&rtan%a t&ntan mutas%abih dalam al-Qur'an maka 2mar datan s&ra%a
m&n%&diakan s&batan '&l&'ah kurma untuk "m&mukul# oran t&rs&but,
2mar b&rtan%a3
$4ia'akah anda8$
Ia m&njawab3
$4a%a adalah 'Abd Allah b, 4uba%h$,
1&mudian '2mar m&nambil '&l&'ah kurma dan m&mukulkann%a hina k&'alan%a b&rdarah,
"alam ri$ayat lain dikatakan&
1&mudian '2mar m&mukuln%a d&nan '&l&'ah kurma hina m&nakibatkan 'ununn%a t&rluka, 1&mudian
'2mar m&ninalkann%a hina s&mbuh, 1&mudian '2mar m&ndatanin%a k&mbali dan m&ninalkann%a lai
hina s&mbuh, 1&mudian '2mar m&maniln%a su'a%a k&mbali, Maka oran itu b&rkata kalau anda h&ndak
m&mbunuhku* maka bunuhlah aku d&nan +ara %an baik$, Maka '2mar m&mbol&hkann%a untuk 'ulan k&
n&&rin%a, /an '2mar m&nulis surat k&'ada Abu Musa al-Ash'ari aar tidak s&oran'un dari kalanan muslimin
b&raul d&nan oran itu$,
.-
>olongan khala# 'biasa disebut juga dengan madhhab al-Mu'awwilah golongan yang melakukan pentak$ilan
terhadap ayat-ayat mutashabihat( beranggapan bah$a sikap yang harus diambil dalam hal ini adalah menghilangkan
dari keadaan .kegelapan. yang apabila dibiarkan ayat-ayat mutashabihat tidak bermakna akan menimbulkan
kebingungan manusia. Sehingga selama dimungkinkan untuk diadakannya penak$ilan terhadapnya maka akalpun
mengharuskan untuk melakukannya. Mereka menyandarkan pada hadis yang diri$ayatkan Ibn 'Abbas.
!!
>olongan al-Mutawassitin kemudian muncul dan mengambil posisi ditengah dua golongan ini 'sala# dan khala#(.
"iantara yang termasuk didalamnya adalah Ibn al-"a;i; al-'Id. Ia berpendapat apabila penak$ilan ayat-ayat
mutashabihat itu berada .dekat. dengan $ilayah ilmu bahasa Arab maka penak$ilan tersebut bisa diterima. 3etapi
bila berada .jauh. darinya maka kita bersikap tawaqqu!.
!%
"engan melihat kondisi di atas maka dapat dipahami bah$a hanya sebagian kecil dari golongan ulama yang
memandang bah$a ayat-ayat mutashabihat bisa diketahui maksudnya secara pasti.
!*
Sedang sebagian besar dari
para ulama tetap meyakini bah$a yang mengetahui secara pasti tentang ayat-ayat mutashabihat adalah Allah sendiri
sementara orang-orang yang mendalam ilmunya dengan mantap mengimaninya.
Tinjauan Kritis Ayat-Ayat Mutashabihat
Membicarakan masalah pro dan kontra pendapat para ulama terhadap ayat-ayat mutashabihat adalah merupakan
persoalan yang rumit. "iperlukan pendekatan tak$il dan ta#sir dan penguasaan semua ilmu pokok al-Qur'an untuk
menilai pandangan dan pendapat para ulama berkaitan dengan ayat-ayat ini. ?amun membiarkannya le$at begitu
saja bukan merupakan solusi terbaik.
6enulis meyakini bah$a bentuk-bentuk tashbih memang sengaja digunakan Allah dalam sebagian kecil kalam-?ya.
"engan pola ini Allah menjelaskan sesuatu yang konsepsional kepada kehidupan yang aktual. =entuk semacam ini
pula dipergunakan dalam al-Qur'an sebagai upaya mendekatkan penjelasan ajaran-ajarannya melalui ilustrasi yang
mampu ditangkap akal dan indra manusia. 6ola seperti ini sekaligus membuat susunan redaksi al-Qur'an jauh lebih
indah sehingga nikmat untuk dibaca disimak dan dihayati sekaligus menjadi bukti bah$a al-Qur'an adalah bener-
benar kalamullah. Sebagimana sikap yang telah ditunjukkan oleh golongan al-Mutawassitin terhadap ayat-ayat
mutashabihat di atas.
Keyakinan bah$a segala sesuatu yang berasal dari Allah pastilah tidak mungkin tidak mengandung sebuah nilai dan
hanya bersi#at sia-sia. Ketersia-siaan ini justru akan menjadikan kita terjerumus dalam pandangan yang bersi#at
apatis dan acuh tak acuh. "alam beberapa kesempatan Allah malah .sengaja. memberikan ruang dan kesempatan
pada manusia untuk berusaha sekuat mungkin menyingkap tabir-tabir rahasia yang memang sengaja ditutupi oleh-
?ya. 3erlebih-lebih dalam menyingkap dan mengungkap ayat-ayat yang tidak bersentuhan oleh akidah yang hanya
didasarkan oleh adanya rasa ketakutan akan berbuat dosa karena menyalahi dari makna dan maksud sebenarnya.
7anya saja penggunaan akal yang berlebih-lebihan dengan tanpa didasari oleh kemampuan yang mencukupi tentu
bukanlah perbuatan yang dianjurkan. Ijtihad tetap diperlukan dengan segala ilmu syarat dan batasan-batasannya.
=ukankah mengambil man#aat dan pelajaran dari segala yang masih bersi#at .setengah terbuka. bukan dengan cara
menduga-duganya@ Keberagaman pendapat terhadap ayat-ayat mutashabihat justru malah memberikan kha)anah
dan peluang yang semakin lebar pada manusia untuk selalu berusaha dan memacu dalam membuka rahasia-rahasia
ayat-ayat mutashabihat.
Hikmah Ayat-Ayat Mutashabihat
6erbedaan dan perdebatan dalam memahami ayat-ayat mutashabihat tetaplah memberikan keyakinan bah$a ayat-
ayat mutashabihat ini memberikan banyak man#aat kepada manusia. "iantaranya&
1. Ayat-ayat mutashabihat menjadi dalil betapa lemah dan terbatasnya kemampuan manusia. =etapa luas dan
mahirnya manusia tetaplah 3uhan sendirilah yang mengetahui hakekat sebuah kebenaran.
!. Keberadaannya menjadi cobaan dan ujian bagi manusia 'khususnya ayat mengenai hari kiamat siksa
neraka nikmat surga datangnya dajjal* dabbah(. Mereka mau percaya atau tidak terhadap hal-hal yang gaib sebagai
pembuktian atas kualitas iman mereka.
%. Menambah $a$asan karena dengan sendirinya seorang peneliti didorong untuk membandingkan
pandangannya atau pandangan madhhab-nya mengenai maksud ayat-ayat mutashabihat tersebut dengan
pandangan orang lain atau madhhab lain sehingga ia akan menyimpulkan atau sampai pada pendapat yang dekat
dengan kebenaran.
*. Sebagai isyarat bah$a secara umum kandungan al-Qur'an mencakup kalangan 1hawas 'orang-orang
tertentu( dan a$am. Si#at orang a$am adalah sulit untuk memahami esensi sesuatu. Misalnya mereka sulit
memahami suatu $ujud yang tidak mempunyai materi atau dimensi. "alam hal ini bahasa yang digunakan adalah
bahasa yang sederhana yang sesuai dengan kemampuan mereka agar mereka dapat mencernanya akan tetapi di balik
itu terkandung makna yang sebenarnya.
+. Sebagai rahmat bagi manusia yang lemah dan tidak tahu segala-galanya agar meraka tidak malas dan dan
berusaha untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Sebagaimana ayat-ayat tentang kematian dan hari kiamat.
,. "engan terkandungnya muhkam dan mutashabih dalam al-Qur'an maka memaksa orang untuk meneliti
dan menggunakan argumen-argumen akal. "engan dekian ia akan terbebas dari kegelapan taqlid. 7al ini merupakan
indikasi atas kedudukan akal dan keabsahan untuk memeganginya. Sekiranya seluruh ayat al-Qur'an adalah
muhkam maka tentu tidak memerlukan argumen akal dan tetaplah akal akan terabaikan.
Kesimpulan
"ari pembahasan diatas terdapat beberapa kesimpulan berkaitan dengan ayat-ayat mutashabihat yang dapat
dijadikan pelajaran&
1. =ah$a ayat-ayat mutashabihat adalah ayat-ayat yang dapat menimbulkan ambiguitas dalam makna dan
maksudnya dan masih memerlukan penjelasan-penjelasan. 6ara ulama mempunyai pandangan yang berbeda
terhadap ayat-ayat mutashabihat ini karena perbedaan ulama dalam mena#sirkan Qur'an Ali 'Imran ayat -.
!. "alam menyikapi dan mena#sirkannya hanya sebagian kecil ulama yang mentak$ilkannya. Sedang sebagian
besar lainnya menggunakan cara dengan menyerahkan sepenuhnya maksud dari ayat-ayat tersebut kepada Allah.
%. "alam memahami dan menyikapi ayat-ayat mutashabihat diperlukan keahlian dan kemahiran dalam segala
ilmu pokok al-Qur'an agar tidak terjebak dalam pemahaman yang salah.
*. =agaimanapun hebatnya kontro9ersi yang terjadi terhadap ayat-ayat mutashabihat ia tetap memberikan
man#aat yang sangat besar bagi manusia.
Bibliografi
Ash-ashiddie;y 3. M. 7asbi
4&jarah dan 6&nantar Ilmu Al-Qur'an* Jakarta3 Bulan Bintan* -9:;,
"en##er Ahmad Aon
'2lum al-Qur'an An Introdu+tion to 4+i&n+&s o! th& Qur'an* (i&+&st&r3 Th& Islami+ <oundation* -9:9,
al-Kirmani Mahmud b. 7am)ah b. ?asr
Al-Burhan !i Tawjih Mutashabih al-Qur'an* B&irut3 /ar al-1utub al 'Ilmi%%ah* -9:=,
al-Qattan Manna' Khalil
Mabahith !i '2lum al-Qur'an* t&rj,* Jakarta3 (it&ra Antar Nusa, .>>-,
al-Sabbagh Muhammad b. But#i
(amahat !i '2lum wa Ittijahat al-Ta!sir* B&irut3 Al-Maktab al-Islami* -99>,
al-Salih Subhi
Mabahith !i '2lum al-Qur'an* B&irut3 /ar al-'Ilm !i al-Mala%in* -9::
al-Suyuti 1alal al-"in
Al-Itqan !i '2lum al-Qur'an* ?ol, II* B&irut3 Muassasat al-1utub al-Thaqa!i%%ah* -99=,
Shalthut Mahmud
Al-Islam Aqidah wa 4%ari'at* M&sir3 /ar al-Qalam* -9:=,
Shihab Quraish M. dan tim
4&jarah dan '2lum al-Qur'an* Jakarta3 6ustaka <irdaus* .>>>,
3im 6enerjemah "epag CI
al-Qur'an dan T&rj&mahann%a* 4uraba%a3 Ja%a 4akti* -99;,
<shama 3hameem
M&thodoloi&s o! th& Qur'ani+ @A&&sis* 1uala (um'ur* 6ustaka Ba%athi* -99C,
Datt D. Montgomery =ell Cichard
6&nantar al-Qur'an* T&rj, (ilian /, T&djasudhana* Jakarta3 INI4* -99:,
al-8ar;ani Muhammad 'Abd al-'A)im
Manahil al-'2r!an !i '2lum al-Qur'an* ?ol II* B&irut3 /ar al-<ikr* -9::,
1
Muhammad abd al-A)him al-8ar;ani Manahil al-Ir!an !i 2lum al-Qur'an Aol II '=airut& "ar al-Eikr 100,( 10.
!
3hamem <shama M&thodoloi&s o! Th& Qur'ani+ @A&isis 'Kuala Bumpur5 6ustaka 7ayathi 100+(1.
%
Mahmud Shalthut al-Islam Aqidah wa 4%ari'at 'Mesir& "ar al-Qalam 10/,( +2-.
*
3.M. 7asbi Ash-Shiddie;y 4&jarah dan 6&nantar Ilmu Al-Qur'an '1akarta& =ulan =intang 10/-( 12!-12-.
+
Al-Kirmani menjelaskan terdapat +0* ayat '0+F( mutashabihat dari ,!%, ayat dalam al-Qur'an. "an al-Shan;iti
mengatakan terdapat +!+ ayat muhkamat yang membahas tentang tauhid ibadah dan mu'amalah. =aca Mahmud b.
7am)ah b. ?asr al-Kirmani al-Burhan !i Tawjih Mutashabih al-Qur'an '=airut& "ar al-Kutub al-'Ilmiyyah 10/,(.
,
Subhi al-Salih Mabahith !i '2lum al-Qur'an '=airut& "ar al-'Ilm 10//( !/1.
-
Manna' Khalil al-Qattan Mabahith !i '2lum al-Qur'an terj. '1akarta& 6ustaka Bitera Antar ?usa !221( %2%.
/
Qur'an surah al-=a;arah& -2.
0
Al-8ar;ani Manahil !-2.
12
M. Quraish Shihab dan tim 4&jarah dan '2lum al-Qur'an '1akarta& 6ustaka Eirdaus !222( 1!2.
11
"epag CI. Al-Qur'an dan T&rj&mahn%a '1akarta& =umi Cestu 10-,( -,.
1!
"epag CI. Al Qur'an dan T&rj&mahn%a 'Semarang 3oha 6utra 10/0( %!,.
1%
Ibid -*0.
1*
Ibid -,.
1+
Al-8ar;ani Manahil !-1.
1,
Ibid !-+-!-,.
1-
Ahmad Aon "en##er '2lum al-Qur'an An Introdu+tion to th& 4+i&n+&s o! th& Qur'an 'Biecester& the Islamic
Eoundation 10/2( /1. Mengenai al-ahru! al-muqatta'ah para sarjana barat menggambarkannya sebagai huru#-
huru# misterius meskipun banyak diantara mereka yang berusaha untuk meraba-raba makna yang terkandung.
Mereka memandang huru#-huru# tersebut sebagai singkatan dari nama-nama para pengumpul al-Qur'an sebelum
8ayd Ibn 3habit. Kelompok surat yang dia$ali dengan .7a-Mim. diduga bersal dari orang-orang yang singkatan
namanya menjadi .7a-Mim.. 7irsch#eld misalnya mencoba memandang huru# .Sad. sebagai kependekan dari nama
7a#sah .Ka#. sebagai Abu =akr dan .Mim. sebagai '<thman sedang .Ali#-Bam-Mim. kependekan dari nama al-
Mughirah. Sedang Gduard >ussens menduga bah$a huru#-huru# tersebut merupakan judul dari surat-surat yang
tidak digunakan. Meski demikian pada akhirnya tetaplah huru#-huru# tersebut menjadi misteri. 3idak ada argumen
yang cukup 9alid dari mereka untuk mendukung hipotesa mereka. Bihat D. Montgomery Datt Cichard =ell&
6&nantar al-Qur'an terj. Bilian ". 3edjasudhana '1akarta& I?IS 100/( ++-+,.
1/
Al-8ar;ani Manahil ,,, !/2-!/1. <lama berpeda pendapat dalam memandang pengklasi#ikasian golongan ke-dua
ini. Al-Sabbagh memandang bah$a hanya jenis pertama 'dalam klasi#ikasi ke-!( yang termasuk mutashabihat.
Sedang lainnya termasuk muhkamat sebab muhkamat terbagi menjadi ! yaitu ayat yang bisa diketahui oleh siapa
saja dan yang diketahui oleh orang-orang tertentu. Bihat Muhammad b. But#i al-Sabbagh (amahat !i $2lum al-
Qur'an wa Ittijahat al-Ta!sir '=airut& Al-Maktab al-Islami 1002( 1+--1+/.
10
Al-Salih Mabahith !1/.
!2
Al-8ar;ani Manahil !/-.
!1
Mushta#a 8ayd /irasat !i al-Ta!sir 'Kairo& "ar al-Eikr al-'Arabi 10-2( ,%.
!!
Ketika membaca ayat - surat Ali 'Imran ini Ibn 'Abbas mengatakan $4a%a t&rmasuk oran %an m&n&tahui
ta'wiln%a,,,$. Ini adalah sebagai bukti dari do'a nabi kepadanya. Bihat al-Suyuti al-It;an #i '<lum al-Qur'an. Aol. II
'=airut& Muassasah al-Kutub al-3ha;a#iyah 100,( -.
!%
Al-8ar;ani Manahil !/0. !% "iantara golongan ini adalah golongan Mu'ta)ilah Syiah dan beberapa tokoh
Pen\a_elean: bkf[ Perga_ahan [a\a bera_ Ali Ijran akat ^etele_

(llah s.'.t. ber"irman yang bermaksud&

5Dia-lah yang menurunkan Al kitab (Al Quran) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat
yang muhkamaat, Itulah isi utama Al-Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti
sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah dan untuk
mencari-cari ta'wilnya. adahal, tidak ada yang mengetahui ta'wilnya melainkan Allah. dan
orang-orang yang mendalam ilmunya berkata! "#ami beriman kepada ayat-ayat yang
mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi $uhan kami." dan tidak dapat mengambil pela%aran
(daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal6 a.urah (li Imran& /b

Perbin!angan kita adalah berkenaan berbahasan ayat (l-Quran .urah (li Imran ayat ketujuh ini
di mana (llah s.'.t. membahagikan ayat-ayat (l-Quran kepada dua jenis yang utama iaitu
mutasyabihat dan muhkamat. okus kita dalam perbahasan ini adalah kepada memahami
pendirian salafus-soleh dan majoriti ulama Islam terhadap ayat-ayat mutasyabihat dengan
makna yang dimaksudkan daripada surah (li Imran ayat ketujuh ini.

(dapun mengenai ayat pertama daripada .urah $ud dan surah ()-*umar ayat ke--+, maka la"a)
muhkam dan mutasyabih dalam kedua-dua ayat tersebut berbe)a makna dan penggunaannya
berbanding ayat ke-/ surah (li Imran ini. leh sebab itulah, kita "okus kepada .urah (li Imran
ayat ke-/ ini kerana ta"siran-ta"sirannya di sisi para ulama ta"sir berbe)a jika dibandingkan
perbahasan mereka dalam surah ()-*umar (ayat -+) dan surah $ud (ayat pertama).


&uhkamat dalam surah (li Imran (ayat ketujuh) berbe)a dengan maksud &uhkam dalam surah
$ud (ayat pertama) kerana &uhkam dalam .urah (li Imran bermaksud& sesuatu ayat yang tidak
mempunyai kesamaran maknanya yang bertentangan dengan mutasyabih. (dapun &uhkam
dalam surah $ud maknanya suatu ayat itu putus dan tetap daripada (llah s'.t. yang tidak
mengandungi kebatilan. Ia bukan kata la'an bagi mutasyabih.

Begitu juga &utasyabih dalam surah (li Imran berbe)a maknanya daripada &utasyabih dalam
surah ()-*umar kerana &utasyabih dalam surah (li Imran bermaksud, ianya mengandungi
kesamaran sedangkan &utasyabih dalam surah ()-*umar bermaksud, saling menyamai antara
sesuatu la"a) dengan la"a) yang lain. 1aka, mutasyabih dalam surah ()-*umar bukan kata
la'an bagi muhkam sedangkan &utasyabih dalam surah (li Imran adalah kata la'an bagi
&uhkam dalam surah yang sama.

Imam (l-Qurtubi misalnya, ketika membahaskan perkataan &uhkam dalam surah $ud ayat
pertama, beliau berkata&

.Xm9| IJ 9:V Xi
=
]= I 9:i

Z k{eC iO g 9z=
=
[ )) NE H
E
9l=
G
{
=
e? fG g
E
(( C XV 9C ofgJ

1aksudnya& 5.ebaik-baik perkataan yang menjelaskan makna 5putus ayat-ayatnya6 adalah
perkataan Qatadah iaitu& 5#ijadikan ayat-ayat (l-Quran muhkamah semuanya kerana ianya
(ayat-ayat (l-Quran) tiada ke!elaan dan tiada kebatilan padanya6 aAl-'ami(e li Ahkam Al-
Qur(an pada surah $ud ayat pertamab

4amun, ketika Imam (l-Qurtubi menta"sirkan perkataan &uhkamat dalam surah (li Imran ayat
ketujuh, beliau berkata&

n>>?;ZA _8>>*6 PAE>>c jX'>>*6 [8>>o K>>,N& 8>>; 9>>:*6 4>>X+ H>> ZS [N
PZN*6 H& ?$J?*6 !
"
# 9>>,?*6 .
.9N:O P 9?:' K*'D 9:*6 ZW,c ?& VAXc 9?:+ K* 4a) H$5 "* &

1aksudnya& 5qabir bin (bdullah berkata, berdasarkan perkataan (s-.yibi, .u"ian (t-Thauri dan
sebagainya& 5&uhkamat dalam mana-mana (l-Quran adalah a[a kang \iketa_ei tamZilnka
\an a[a kang \i`a_aji jaknanka \an ta`hirnka sedangkan &utasyabih adalah apa yang tidak
ada jalan bagi seseorangpun untuk mengetahuinya kerana ianya disembunyikan oleh (llah pada
ilmu4ya tanpa (pengetahuan) makhluk4ya6 aAl-'ami(e )i Ahkam Al-Qur(an pada surah (li
Imran ayat ketujuhb

Ini jelas menunjukkan perbahasan muhkam dan mutasyabih dalam dua ayat berbe)a (surah $ud
dan surah ()-*umar) berbe)a dengan perbahasan muhkam dan mutasyabih dalam satu ayat yang
disertakan kedua-dua perkataan tersebut ((li Imran ayat ketujuh).

Begitu juga kalau kita lihat dalam tafsir Al-'alalain ada menyebut tentang membe)akan kedua-
dua penggunaan la"a) muhkam dan mutasyabih dalam surah (li Imran dengan la"a) muhkam dan
mutasyabih dalam surah $ud dan surah ()-*umar. Ianya berbunyi&

F{z{<A Nig
?
e? <
G

Y
g
E
P SE k<IF<A 9AJ
R
e
=
G CY
R
A^
=
NE
G
C? = e? <
G
Q
=
VGi
=
t=
=
= ~g
=
?<
P
[
=
SE ,

[o<A XAJZ 9:V~9C d:H I


R

?
z=CE \E ]= g
E
J
=
9efxA NVit


N<[ 9
;
{eC NiZ NiOJ NH9l
G
{
=
e? fG g
E
b %&%% 9
;
|=9z=Z? ((N<[ 9
;
:|9zCJ Vt NV }V< N~g {| a
9
;
:|
?
9
=
z=CP b -+&+, FL<AJ o<A 9
;
| N| Nl N~g {| a

1aksudnya& 5((Dia yang menurunkan kepadamu Al-#itab yang mana antaranya ada ayat-ayat
muhkamat)) iaitu yang lelah [etenlek 1jaknanka), ((ia adalah ummul kitab)) iaitu yang
mana ianya suatu asas yang dipegang dalam panduan hukum-hakam, ((*dan yang lain adalah
mutasyabihat)) iaitu ti\ak \iketa_ei jaknanka he[erti aZal]aZal bera_n

5(llah juga menyebutkan baha'a (l-Quran seluruhnya sebagai muhkam pada "irman4ya&
5putus+%elas ayat-ayatnya*6 (.urah $ud ayat pertama) dengan makna baha'asanya tia\a
keaigan [a\anka 1kehelere_an Al]oerman). Begitu juga (llah s.'.t. menyebut (l-Quran
(keseluruhannya) sebagai mutasyabih pada "irman4ya& ((suatu kitab yang mutasyabih)) a.urah
()-*umar& -+b dengan makna& haling jenkajai antara hehetenga_ akat \engan akat kang
lain \ari he\et kein\a_an \an kegenarannkan6 a$afsir 'alalain& (li Imran ayat ke-/b

Ini menunjukkan se!ara jelas, perbe)aan antara muhkam dan mutasyabih dalam ayat ketujuh
surah (li Imran dengan muhkam dan mutasyabih dalam surah $ud dan surah ()-*umar. leh
kerana itulah, apa yang menjadi "okus perbahasan dalam risalah ini adalah !ara berinteraksi para
ulama sala" dan sebahagian ulama khala" terhadap nas-nas mutasyabihat berdasarkan surah (li
Imran ayat ketujuh. Pendirian ini dan "okus ini perlu dijelaskan supaya tidak membin!angkan
sesuatu yang tidak tepat pada konteksnya.

1aka, kita berikan tumpuan kepada menta"sirkan surah (li Imran ayat ketujuh ini kerana pada
ayat ini kerana daripadanyalah beredarnya kebanyakkan perbahasan-perbahasan berkenaan nas-
nas mutasyabihat yang melibatkan la"a)-la"a) yang dinisbahkan kepada (llah s.'.t..

Perga_ahan Pertaja: A[a Ite Mutasyabihat 1Ber\aharkan hera_ Ali Ijran akat ketele_)p

8amai ulama meri'ayatkan banyak perkataan-perkataan ulama sala" dan khala" tentang makna
mutasyabihat tersebut. Itu tidak perlu dibahaskan se!ara terperin!i di sini. Ini kerana, semua
perkataan-perkataan tersebut adalah perbe)aan tana,,u( (kepelbagaian) yg mana satu sama lain
tidak saling bertentangan. okusnya adalah& mutasyabihat itu mempunyai kemungkinan makna-
makna lain selain makna )ahir. Ini berdasarkan sebahagian pendapat ulama antaranya&

Imam (t-Tabari, seorang ulama ta"sir sala" berkata (+% $) dalam ta"sir beliau&

{<A 9izjC yJz<A 9:|9zC &9C v
R
9:
=
|
?
9
=
z=CE &N<[ 9CgJ

(dapun "irman (llah s.'.t. ((1utasyabihat)) maka maknanya& kehampiran dari sudut ba!aan
tetapi berbe)a dari sudut makna6 a'amie( Al--ayan pada ta"sir surah (li Imran ayat ketujuhb

Imam (s-.amarcandi (+/ $) juga berkata&

hizjC {<AJ i<A Nl i<A v[el <A &N|9z{<AJ XlJz<A X{zl I 9
;
AJ v9Z 9C de{<A &9MlJ


1aksudnya& 5#ikatakan& Al-&uhkam itu apa yang jelas maknanya dan tidak memba'a ta'il.
#an mutasyabih adalah apa yang la"a)nya menyamai la"a) lain sedangkan jaknanka gergeqa.
ata"sir -ahr Al-.lum& (li Imran ayat ketujuhb

Imam (l-ha)in (/- $) juga meri'ayatkan makna tersebut&

.9C h<9jl 9CJ \V < Nl N< vg l ))9:|9zC ((

1aksudnya& 5((&utasyabihat)) iaitu la"a)nya sama dengan la"a) lain tetapi maknanya berbe)a
dengan maknanya pada la"a) lain tersebut6 a)ubab At-$a(,il& (li Imran ayat ketujuhb


a"a) yang hampir sama antara satu sama lain namun mempunyai makna yang berbe)a adalah
seperti la"a) yadd yang mana jika nisbahnya kepada manusia, maknanya suatu keanggotaan
(tangan) namun jika dinisbahkan kepada (llah, maka maknanya berbe)a, kerana (llah s.'.t.
tidak bersi"at dengan keanggotaan. Ini kita akan buktikan kemudian.



Imam (t-Tabrani (+ $) juga berkata&



.9
;
S[OE J
E
X
=
{
=
z=fG A 9C
=
NE |9
=
z={E <
G
AJ
=
yA
;
Ff? AJ
=
9
;
:OG J
=
I

> X
?
lJz<A C X
E
{zl I <A [S d
E
e
=
G {E <
G
A &d:E | 9J


1aksudnya& 5.ebahagian ulama berkata& 5Al-&uhkam itu adalah apa yang tidak memba'a
kepada ta'il melainkan dengan satu sudut makna. (dapun mutasyabih adalah apa yang
mengandungi banyak sudut (makna). aAt-$afsir Al-#abir pada (li Imran&/b

Imam Ibn (l-qau)i berkata dalam kitab ta"sirnya&

.FS9C N<9 yNV~9C :zWA 9C N~g &B|A\<AJ

5Pendapat 1aksud (mutasyabihat) eempat& (pa yang kehajaran jaknanka. Ini pendapat
Imam 1ujahid.6

Imam (l-Bagha'i berkata dalam ta"sirnya&

.9
;
:OJg X{zfA 9C N|9z{<AJ yFfAJ NOJ \V XlJz<A C X{zl I 9C de{<A &\V|<A | \O | F{C 9J

1uhammad bin qa"ar bin ()-*ubair berkata& 51uhkam adalah apa yang tidak mengandungi
kemungkinan ta'il melainkan hanya satu sudut makna. 1utasyabih adalah apa yang
mengandungi banyak sudut kemungkinan (maknanya). ata"sir Al--agha,i& surah (li Imran ayat
/b

Perga_ahan ^e\ea: A\aka_ nah]nah he[erti ka\\S ihtiZam \an hegagainka a\ala_ nah]nah
jetahkagi_atp

.ebahagian ulama, bahkan majoriti ulama (hlus-.unnah menegaskan, nas-nas seperti yadd
(llah, ,a%h (llah, isti'a, nu)ul dan sebagainya adalah nah]nah jetahkagi_at.

(ntara bukti-buktinya adalah&

- Berdasarkan itab-kitab Ta"sir

Imam (bu $ayyan berkata dalam ta"sirnya pada surah (li Imran ayat ketujuh&

.^A[znIAJ yFV<AJ ylFV<AJ yNO[<A kLZ yNz\C <> XVn I 9C 9:|9z{<A &XVJ


1aksudnya& 5#ikatakan& 51utasyabihat (juga adalah) apa yang tidak ada jalan untuk
mengetahuinya (makna dan hakikatnya) seperti si"at 'ajh ((llah), Al-/adain (jika nisbah kepada
(llah), Al-/add (jika nisbah kpd (llah) dan isti'a. aAl--ahr Al-&uhith& .urah (li Imran ayat
ketujuhb



Ini menunjukkan di sisi Imam (bu $ayyan r.a., nas-nas seperti yadd dan isti,a adalah
sebahagian daripada nas-nas mutasyabihat yang mengandungi pelbagai kemungkinan maknanya
sebagaimana yang disebutkan sebelum ini.



Imam (bu $ayyan (/2 $) berkata lagi&-


))NC N|9H 9C v[zV ((


> ko{{<9Z &N|9z{<A \SA[w [<9m 9C>J y\l\eHJ 9HJ QVeH [<9m 9C> N|9z{<A [zC &m\M<A 9
.BgJ XOJ OJ FlJ VtJ yNOJ A [J ydoO N~g A[zg


1aksudnya&


5((mereka yang mengikuti kesamaran daripadanya))&


5Imam (l-Qurthubi berkata& 1ereka adalah yang mengikut mutasyabihat samada menginginkan
utk meragukan, atau mendak'a pertentangan dalam (l-Quran atau pengulangan. Atae[enS
jereka kang jeninginkan qa_ir]qa_ir jetahkagi_ he[erti gflfngan jelahhija_ kang
jeneta[kan ga_aZahanka Alla_ ite lihijS jeneta[kan re[a gentek gagi qat ite a\ala_
Zala_S jeneta[kan jataS tanganS ga_eS kaki \an lejari gagiNkan6


qelas di sisi Imam (bu $ayyan, nas-nas seperti yadd dan sebagainya adalah nas-nas
mutasyabihat dan menjelaskan baha'asanya, mujassimah menetapkan makna-makna )ahir bagi
nas-nas mutasyabihat tersebut dengan menukilkan perkataan Imam (l-Qurthubi r.a..


Imam (t-Tabrani (+ $) yang merupakan seorang ulama ta"sir turut meletakkan nas-nas seperti
yadd, isti'a dan sebagainya sebagai nas-nas mutasyabihat dengan menukilkan perkataan ulama
sala". Beliau berkata dalam ta"sirnya&-



((N? <?[
G

=
[
E
G ~= NE |9
=
z={E <
G
AJ
=
y
G
M
=

=
FEVGf? [
G
z
P
<A I
P
> 9:
=
VG? }
=
VG<
=
NE ~
P
x
?

=
]
G
A
E

=
[n
E
[
=
SE ) &X
?
<A | FE{C 9J E {
=
fG \P < >
[
=
z=n
G

?
\G
=
<
G
i
=
t= b

&Nm( ((N? <?[


G

=
[
E
G ~=J
=
) &b ))P F=V=|
?

E
M
G
i
=
]= / 9:
=
i?lGJ
=
H= <
=
> E 9z=G l= 9{P C? Q
=
<? [
E
G ~=J
=
ya
.))9:
=

G
t= k? ~=9|=A ?


1uhammad bin (l-adhl berkata& ia (muhkam) adalah .urah (l-Ikhlas kerana tiada di
dalamnya melainkan tauhid semata-mata. (dapun mutasyabih seperti "irman (llah& ((89

: ;) % < '
4 5

r 6
#
7

)) dan "irman (llah (s' N*E


#
t)

)) dan sebagainya yang memerlukan kepada ta'il


bagi menjelaskannya.

qelas menurut Imam 1uhammad bin (l-adhl, ayat-ayat seperti isti,a dan yadd (llah adalah
nas-nas mutasyabihat yang mempunyai kesamaran dari sudut maknanya.

Imam (n-4asa"i (/% $) dalam ta"sirnya juga berkata&-

Q< 9C .{zC 9:zC R :
=

=
z=CE \]g 9lJ \E ]P g
E
J
=
11 )) 4 5

vv,

r 6
#
7

r 89

: ;) % < ' r

&Nm ^A[znI9 a
N<[ [SJ de{<A XV<F| <9H @A it JxA [l IJ y^VznIAJ FM<A {|J [i<A {| v[el w ?x

vy

(# v9#z

%# - { v*

|
&[<A %%

1aksudnya& ((Dan yang lainnya)) ayat-ayat lain ((mutasyabihat)) memba'a pelbagai
kemungkinan (dari sudut maknanya). ontohnya& ((Ar-0ahman atas Al-Arsy berista,a)) (.urah
Toha& )

Isti'a boleh bermakna duduk dan boleh bermakna kekuasaan dan penguasaan. Tidak boleh
dengan makna pertama (iaitu makna duduk) bagi (llah berdasarkan dalil ((tiada yang
menyerupai4ya sesuatupun)) (.urah (s-.yura& %%)6 a&adarik At-$an1il& surah (li Imran& /b

#i sisi Imam (n-4asa"i r.a. juga, nas-nas seperti isti'a dan sebagainya adalah nas-nas
mutasyabihat yang kesamaran maknanya.


Ini jelas menunjukkan ramai ulama berpegang baha'asanya nas-nas seperti yadd, isti,a( dan
sebagainya adalah nas-nas mutasyabihat. Ini berbe)a dengan pendirian 1ujassimah yang
menetapkan makna )ahir bagi nas-nas mutasyabihat kerana menganggap ianya sebagai
muhkamat (di"ahami maknanya iaitu dengan makna )ahirnya).


- Berdasarkan kitab-kitab .yarah $adith

(pa yang terlalu jelas juga adalah, majoriti ulama hadith seperti imam (n-4a'a'i, Imam Ibn
$ajar (l-(scollani, Imam (s-.uyuti, Imam (l-Qurthubi, Imam (l-7(ini Imam (l-0bbi dan
sebagainya berpegang kepada baha'asanya nas-nas seperti yadd, 'ajh, isti'a dan nu)ul adalah
nas-nas mutasyabihat. Tidak perlu memperin!ikannya kerana sudah jelas acidah mereka yang
tidak memahami nas-nas mutasyabihat ini dengan makna )ahir.

ontohnya&-

Imam (l-$a"i) (l-armani (/_ $) berkata&

v9e{<A [i<A t C @A > y A\C \V \S9w ) ^9{o<A ) N<[

1aksudnya& serkataan Allah "fis sama'" maka makna zahirnya bukanlah yang dimaksudkan
oleh Allah s.w.t. kerana Allah s.w.t. tidak bertempat pada sebarang tempat, a2ath Al--ari&
%+r2%-b.

Ini merujuk kepada pendirian Imam (l-armani dan Imam Ibn $ajar (l-(scollani yang
menukilkannya dalam 2ath Al--ari. Ini menunjukkan pendirian ulama-ulama hadith muktabar
baha'asanya nas-nas tersebut adalah nas-nas mutasyabihat. Begitu juga pendirian Imam 1uslim
dan Imam (l-Qurtubi r.a..



- Berdasarkan kitab-kitab (cidah

(dapun dalam kitab-kitab acidah dan tauhid ulama (hlus-sunnah 'al jamaah, maka kita dapati
banyak nas-nas menunjukkan baha'asanya ayat-ayat seperti yadd, isti'a dan sebagainya adalah
nas-nas mutasyabihat.

qika kita rujuk Al-2i3h Al-Akbar dan syarahnya oleh Imam 1ulla (li (l-Qari, kita dapati Imam
(bu $ani"ah r.a. dan Imam 1ulla berpegang baha'asanya nas-nas seperti yadd dan sebagainya
adalah nas-nas mutasyabihat. Begitu juga dalam kitab-kitab seperti Al-)uma( dan &a3alat
Islamiyyin oleh Imam (l-(syari (antara ulama sala"), kitab 4yarh bad(ie Al-Amali oleh Imam
(bu Bakr (r-8a)i, kitab 0isalah 5i1homiyyah oleh Imam (l-$aramain (l-qu'aini, Al-Asma( ,a
As-4ifat oleh Imam (l-Baihaci, Il%amul A,am oleh Imam (l-ha)ali r.a. dan sebagainya.

#alam sejumlah sekian kitab-kitab tersebut dan kitab-kitab lain yang tidak ada kesempatan untuk
menyebutnya di sisi, kesemuanya menukilkan pendapat-pendapat sala" dan khala" yang
menegaskan baha'asanya nas-nas seperti yadd, 'ajh, isti'a dan sebagainya adalah nas-nas
mutasyabihat.

.ebagai !ontoh&-

Imam (l-Baihaci r.a. meri'ayatkan se!ara bersanad&

S t Fn | Vi<AJ [<A v9VnJ Q<9CJ tAJxA Xn "?$vvB x5vv }M~$vv< (*vv5 xvvQ A[<9M
kVVZ | ^9O 9{Z 9SJ\Cg

1aksudnya& 5Imam (l-(u)aie, Imam 1alik, Imam .u"iyan (t-Thauri dan Imam aith bin
.aad ketika ditanya tentang hadith-hadith yang diri'ayatkan yang jengan\engi tahkgi_ 1\ari
he\et jakna qa_irnka)S maka mereka berkata& 5lalui ba!aannya terhadapnya sebagaimana ia
diri'ayatkan tanpa kai"iyyat6 a4unan Al--aiha3i +r+ dengan sanad yang kuatb

Ini jelas menunjukkan di sisi ulama sala" baha'asanya ada hadith-hadith yang mempunyai
kesamaran aau makna )ahirnya memba'a kepada tasybih sebagaimana diri'ayatkan oleh Imam
(l-Baihaci dengan sanad yang kuat pada perkataan ini. Ini menunjukkan pendirian sala"us-soleh
baha'asanya nas-nas seperti yadd dan sebagainya adalah nas-nas mutasyabihat.

- Berdasarkan itab-kitab .lum (l-Quran

Imam (s-.uyuti meletakkan nas-nas seperti yadd, 'ajh, isti'a sebagai nas-nas mutasyabihat
dalam kitab Al-It3an fi .lum Al-Qur(an. Begitu juga Imam ()-*arkasyi, meletakkan nas-nas
seperti isti'a, 'ajh, yad dan sebagainya sebagai nas-nas mutasyabihat dalam kitab Al--urhan fi
.lum Al-Qur(an a+/+r+/-+_-b. Bolehlah rujuk kitab-kitab tersebut.

Imam ()-*arkasyi berkata&

9L<A A[<A 9:|9z{<A 9lA def &v[<AJ B|9o<A D[<A

1aksudnya& 5qenis etigapuluh Tujuh& $ukum (yat-ayat 1uasyabihat pada bab si"at-si"at6.

#alam bab ini, Imam ()-*arkasyi meletakkan nas-nas seperti yadd, isti'a dan sebagainya
sebagai nas-nas mutasyabihat. aibidb

Begitu juga dalam &ufradat Al-Qur(an pada bab 4yabaha di mana Imam (l-8aghib (l-(s"ahani
meletakkan isti,a(, yadd Allah dan sebagainya sebagai nas-nas mutasyabihat. Begitu juga dalam
kitab &anahil Al-6Irfan fi .lum Al-Qur(an a-r%_-%__b karangan Imam ()-*arconi.

- Berdasarkan kitab-kitab 0lama 1utakhir

Imam $asan (l-Banna juga turut berpegang baha'asanya nas-nas seperti isti'a dan sebagainya
sebagai nas-nas mutasyabihat. #r. 3usu" (l-Qaradha'i bersetuju dengan Imam $asan (l-Banna
malah mengakui ianya sebagai pendirian majoriti ulama, sala" dan khala", yang mana Ibn
Taimiyyah terke!uali dalam hal ini. arujuk bahagian a'al fusulun fi Al-A3idahb

#r. 3usu" (l-Qaradha'i berkata&

50ealitinya, bagi sesiapa yang membaca karangan para ulama' salafus soleh berkenaan ayat-
ayat mutasyabihat tersebut, maka dia akan dapati baha,a, kebanyakkan daripada mereka
meninggalkan usaha untuk mendalami makna ayat-ayat mutasyabihat tersebut, tidak
bersusah-payah untuk mentafsirkannya dengan sebarang ungkapan. (Ini manha% taf,idh
menurut salafus soleh).

"erkara ini %elas bahkan, hampir kepada tahap muttafa3un alaih (disepakati oleh ulama')
sebelum kelahiran 4heikhul Islam Ibn $aimiyah dan madrasahnya (pemikiran dan manha%nya
yang tersendiri)*6 a2usulun fil A3idah 2-2%b. 8ujuk juga kata-kata aluan beliau dalam buku
Al-Qaul At-$amam karangan 0sta) .heikh .ai" (l-7(shri.

qelas di sisi #r. 3usu" (l-Qaradha'i, nas-nas seperti yadd, isti'a dan sebagainya adalah nas-nas
mutasyabihat yang tidak di"ahami oleh ulama sala" dengan makna )ahirnya. Ini juga pendirian
Imam $asan (l-Banna. Begitu juga pendirian .heikh #r. (l-Buti dalam buku (s-.ala"iyyah.

1alah, #r. .uhaib (s-.accar dalam tesis Ph#-nya bertajuk At-$a%sim fi Al-2ikr Al-Islami juga
menukilkan sejumlah dalil dan bukti baha'asanya di sisi sala"us-soleh, nas-nas seperti yadd dan
sebagainya adalah ayat mutasyabihat. Bolehlah rujuk tesis tersebut. Begitu juga buku-buku lain
seperti Ibn $aimiyyah )aisa 4alafiyyan oleh .heikh 1anshur 1uhammad, &au3if As-4alaf min
Al-&utasyabihat oleh #r. 1uhammad (bdul adhil dan sebagainya.

Perga_ahan ^etiga: Nah]nah aetahkagi_at ti\ak \i`a_aji \engan jakna qa_irp

1emang benar. Nah]nah jetahkagi_at ti\ak \i`a_aji \engan jaknanka dari sudut bahasa
(makna )ahir) kerana ianya tidak sesuai berdasarkan petunjuk-petunjuknya. hususnya, pada
nas-nas mutasyabihat yang melibatkan la"a)-la"a) yang kesamaran maknanya tatkala
dinisbahkan kepada (llah s.'.t. kerana (llah s.'.t. 1aha .u!i daripada makna )ahir bagi la"a)-
la"a) tersebut.

(ntara nas-nas mutasyabihat tersebut adalah seperti yad (llah, isti,a( (llah, nu1ul, 6ain dan
sebagainya yang merupakan nas-nas mutasyabihat yangmana makna )ahirnya (maknanya dari
sudut bahasa) memba'a kesamaran dan tidak layak bagi keagungan (llah s.'.t..

ita kemukakan sebahagian buktinya dengan bantuan (llah s.'.t. berdasarkan perkataan sala"us-
soleh khususnya dan ulama-ulama muktabar yang lain.

Imam (l-Baihaci (ulama hadith yang agung) meri'ayatkan&

5Imam (hmad bin $anbal jengingkari jereka kang jenki`atkan de_an \engan kelihijan
Beliau (Imam (hmad) berkata& .esungguhnya, nama-nama diambil daripada syariat dan bahasa.
(dapun a_li ga_aha jeletakkan naja terheget ]naja]naja kang gfle_ jejgaZa ke[a\a
jakhe\ lihij] \engan jakhe\S heheate kang a\a ekeran ketinggianS ekeran legarS
terhehen \engan gegera[a anggftaS jej[enkai gentek dan sebagainya, he\angkan aa_a
bei Alla_ hZt \ari[a\a hegarang hi`at kelihijan terheget (1aha .u!i (llah s.'.t. daripada
makna-makna la"a) mutasyabihat tersebut dari sudut bahasa)6 a&ana3ib Imam Ahmad oleh
Imam (l-Baihacib

Ini jelas baha'asanya di sisi Imam (hmad bin $anbal r.a., la"a)-la"a) seperti yadd dan
sebagainya dari sudut bahasanya mengandungi maksud kejisiman yang tidak layak bagi (llah
s.'.t.. 1aknanya, nas-nas tersebut tidak perlu di"ahami dengan maknanya dari sudut bahasa.
Inilah pendirian sala"us-soleh.

Imam (l-Qadhi Iyad meri'ayatkan pendirian Imam 1alik r.a. dengan berkata&

l9fxA S X{| lFz<A \Z FMi 9
;
e<9C 9CA @A df 8C7% 9%! (*59 %4%

1aksudnya& 5.emoga (llah merahmati Imam 1alik r.a.. Beliau sangat memben!i berbi!ara
tentang hadith-hadith yang jejgaZa kehajaran tahkgi_ \an kekelirean jaknanka6 aAs-
4yifa( -r2-b

qelaslah menurut Imam (l-Qadhi Iyad baha'asanya, ada hadith-hadith yang memba'a 'aham
tasybih dan maknanya sukar di"ahami. (pa sebabnya Ini kerana, berdasarkan makna la"a)-la"a)
tersebut dari sudut bahasa, ianya memba'a makna kejisiman yang tidak layak bagi (llah s.'.t..
alau la"a)-la"a) tersebut perlu di"ahami dengan makna )ahir, maka tidak timbul kekeliruan dan
tidak timbul juga prasangka baha'asanya ianya tasybih. Timbul prasangka begitu kerana makna
)ahir bagi nas-nas mutasyabihat tersebut tidak layak bagi (llah s.'.t..

.heikh 1ahmud hitab (s-.ubki berkata&

5leh kerana itu, telah sepakat .ala" dan hala" akan ta'il dengan ta(,il i%mali iaitu
jejalingkan la`aq \ari[a\a jakna qa_irnka kang jehta_il gagi Alla_6 aIttihaf Al-
#a(inat& %/b

Imam (l-Qurthubi berkata&

d: BC 9:ilJz< \z<A \H hio<A SC $4 $5,$E

1aksudnya& 51a)hab .ala" adalah, meninggalkan usaha ta'ilnya beserta ketegasan mereka
baha'asanya )ahir-)ahir (mutasyabihat) itu mustahil6 a4yarh 'auharah At-$auhid& %/b

Imam (l-$a"i) (l-armani, seorang ulama hadith yang agung (/_ $), menjelaskan tentang
acidah ini&

) ^9{o<A ) N<[ ~ * $ v9e{<A [i<A t C @A > y

1aksudnya& serkataan Allah "fis sama'" maka makna 1ahirnya bukanlah yang dimaksudkan
oleh Allah s.,.t. kerana Allah s.,.t. tidak bertempat pada sebarang tempat, a2ath Al--ari&
%+r2%-b

Imam Ibn $ajar (l-(scollani berkata tentang nas-nas mutasyabihat&

5...sedangkan qa_irnka gekan \ijakhe\kan (oleh (llah)...6 a2athul -ari %r-/-b

Imam (n-4a'a'i juga berkata&

vgJ <9H @9| Vil 9C it f 9:~| C-l N~g yV{iez{<A |J hio<A [:{O SC [SJ $vv$
~ * $C< xQ $75%

1aksudnya& 5Iaitu ma)hab jumhur .ala" dan sebahagian mutakallimin baha'sanya seseorang itu
beriman baha'asanya ia (nas mutasyabihat) benar daripada (llah s.'.t. dengan makna yang
bersesuaian dengan (llah serta 1jakna) qa_ir kang \iketa_ei \i hihi kita gekanla_ kang
\ijakhe\kan6 a4yarah &uslim r+b

Imam Badruddin Ibn qamaah berkata dalam menjelaskan la"a) isti,a&

...AFztIAJ [M<9Z yA\C \V <9H \<A | Q< C Vil I 9C vg it XlJz<A XSgJ hio<A HAJ ...

1aksudnya& 5Telah bersepakat sala" dan ahli ta'il baha'asanya apa sahaja makna yang tidak
sesuai bagi (llah (termasuklah makna )ahir) ti\ak \ijakhe\kan fle_ Alla_ hZt. seperti
(makna )ahir isti,a sebagai) duduk...6 aIdhah Ad-Dalil fi Qat(ie 7u%a% Ahl At-$a(thil mrs %+b

Imam akhruddin (l-8a)i (ulama acidah) juga menjelaskan baha'asanya, nas-nas mutasyabihat
tidak boleh dipegang dengan makna )ahirnya dalam kitab Asas At-$a3dis. Begitu juga jika kita
merujuk Il%am Al-6A,am oleh Imam (l-ha)ali r.a..

Imam Ibn haldun (ulama ahli sejarah Islam) berkata&

@A Z C 9lA v| A[J NVz<A k<9znA A[{itJ 9:z<I [JJ 9:H\e< Nlz<A k<g A[i hio<A 9Cg
| 9S9{< A[\zl d<J 9:| A[C

1aksudnya& 5(dapun sala", maka dalil-dalil tan1ih telah banyak dan jelas petunjuknya, jaka
jereka 1hala`) jengeta_ei kejehta_ilan tasybih \an jeneta[kan ga_aZahanka akat]akat
\ari[a\a kalaj Alla_ maka mereka beriman dengannya namun tidak berusaha untuk
membahaskan tentang makna-maknanya a&u3oddimah Ibn #haldun& +,b

.heikh .ulaiman bin 0mar (l-qamal (s-.ya"ie berkata dalam 7asyiyah $afsir Al-'alalain mrs
%2,&

51anhaj .ala" menyerahkan ilmu tentang makna mutasyabihat kepada (llah s.'.t. hetela_
jejalingkannka \ari[a\a qa_irnka6

Imam (l-0bbi (ulama hadith) berkata&

vg Q< BV{O <A XSg SCJ $% $ ;: =9 M

1aksudnya& 51a)hab (hli (l-$ac pada setiapnya (nas-nas mutasyabihat) ialah, jejalingkan
la`aq \ari[a\a jakna qa_irnka kang jeta_il 1gagi Alla_)6 a4yarah 4ahih &uslim -r+_b

Imam 1ulla (li (l-Qari berkata&

dS\VJ 9z{g C dS\VJ <A<AJ VC\<A 9C>J A\V<A 9n> |g ~9|\<A V<A e|J NCe|J
\SA[<A QiH \ it v9MzC VS{<A vg dil

(dapun dengan perkataannya (Imam (n-4a'a'i) dan perkataan Imam (bu Ishac (s-.yira)i,
Imam (l-$aramain, Imam (l-ha)ali dan sebagainya dari kalangan para imam kita dan
sebagainya diketahui baha'asanya kedua-dua ma)hab (taf,idh dan ta(,il) bersepakat untuk
memalingkan la"a) daripada (makna) )ahirnya6 a&ir3at Al-&afatih -r%+b

Imam ()-*arkasyi (ulama ta"sir yang besar dalam Islam) berkata&

k<9znA it k<xA 9VM< NzMVMf C [:{<A ] it e<A X{f [OJ XlJz<A it d:i{f 9{~>J &i
<9H 9<A f kV{o<AJ N|9z{<A

1aksudnya& 5.aya katakan& 1ereka menta'ilkan nas-nas mutasyabihat kerana Zalig
jejgaZa kalaj 1jetahkagi_at) gerlainan \engan ja`_ejnka 1\ari he\et ga_aha) [a\a
_akikatnka 1qa_irnka) kerana adanya dalil-dalil yang menunjukkan kemustahilan tasybih dan
kejisiman daripada hak (llah s.'.t.. aAl--urhan pada bab &utasyabihatb

leh kerana itulah, Imam Ibn (l-qau)i mengkritik mujassimah di )amannya dengan berkata&

9C 9
;
tA[ y9S\SA[w it 9:i{~ &A[<9 d .<9H @A I> N{il I <A N|9z{<A C l9fxA S v> &A[<9
9Mz~IA I> J<A \S9wJ [M<A I> ^A[znIA \S9w X: N< \S9w g @A I> N{il I

1aksudnya& 51ereka (mujassimah) berkata& .esungguhnya hadith-hadith mutasyabihat ini tidak
ada yang mengetahuinya ke!uali (llah. emudian mereka berkata& 5ita tetapkannya
(maknanya) dengan (makna) )ahirnya6. (langkah peliknya. (pa yang tidak diketahui ke!uali
(llah itu adalah (makna) )ahirnya Bukankah makna )ahir isti,a itu tiada lain melainkan
duduk Bukankah tiada makna )ahir bagi nu1ul melainkan berpindah-pindah (yang makna
kesemua makna tersebut tidak layak bagi (llah)6 aDaf 4yubah At-$asybih mrs +2b

#i sisi Imam Ibn (l-qau)i sendiri, nas-nas seperti yadd dan sebagainya adalah nas-nas
mutasyabihat. #i sisi beliau juga, makna )ahir bagi nas-nas tersebut tidak layak bagi (llah s.'.t..

leh kerana itu juga, Imam (bu $ayyan ketika menjelaskan makna antara mereka yang
mengikut mutasyabihat dalam surah (li Imran ayat tujuh adalah mereka yang berpegang dengan
makna )ahir bagi nas-nas mutasyabihat.


y\l\eHJ 9HJ QVeH [<9m 9C> N|9z{<A [zC &m\M<A 9 ))NC N|9H 9C v[zV(( 4$vv2 $vvU!
K&B (TO 45O U &%F%$- :(E$5% 4 .BgJ XOJ OJ FlJ VtJ yNOJ A [J


1aksudnya& 5((mereka yang mengikuti kesamaran daripadanya)) Imam (l-Qurthubi berkata&
1ereka adalah yang mengikut mutasyabihat samada menginginkan utk meragukan, atau
mendak'a pertentangan dalam (l-Quran atau pengulangan. Atae[enS jereka kang
jeninginkan qa_ir]qa_ir jetahkagi_ he[erti gflfngan jelahhija_ kang jeneta[kan
ga_aZahanka Alla_ ite lihijS jeneta[kan re[a gentek gagi qat ite a\ala_ Zala_S
jeneta[kan jataS tanganS ga_eS kaki \an lejari gagiNkan6 aAl--ahr Al-&uhith pada ayat
tersebutb


Beliau meri'ayatkan perkataan Imam (l-Qurthubi ini tanda bersetuju dengan pendirian Imam
(l-Qurthubi r.a. baha'asanya, mujassimah adalah mereka yang menetapkan makna )ahir bagi
nas-nas mutasyabihat iaitu dengan makna kejisiman.


Imam (l-Qurthubi berkata dalam ta"sirnya&-


k{f 9<A [|g 9jVW 9 N? i?lJ
?

G
H= ^
=
9= z?|GJ
=
k? =z
G
?<
G
^
=
9= z?|G NE
G
C? N= |=9
=
H= 9C
=
v= [E
?
z
P
V=
=
&<9H N<[ &kn9o<A
Nzi 9{Z y

A[<A
?
>J v\M<A QVezi< 9
;
im [{lJ [zl vg [ijl I N|9z{<A [
?
zC &NVit @A
A[{O l?<A k{o

{<A Nzi 9{Z yN|9z{<A \SA[w 9MztI 9


;
im Jg v\M<A v[t9<A kC? A\M<AJ k9~<A
A [

LC [J doC doO <9H ^9<A vg AJFMzt zf kV{o


?
<A \S9w 9{C ko<AJ 9ze<A 9C
< t @A <9H yBgJ XOJ OJ FlJ VtJ NOJ ^



1aksudnya& 5eenam& irman (llah ((mereka mengikut apa ytang kesamaran daripadanya untuk
mengkehendaki "itnah dan mengkehendaki ta'ilnya)). uru kami (bu (l-(bbas berkata&
51ereka yang ikut mutasyabihat tidak sunyi daripada samada mengikut mutasyabihat dan
menghimpunkannya (menghimpunkan ayat-ayat mutasyabihat untuk menetapkan makna )ahir
atau menetapkan pertembungan antara ayat-ayat (l-Quran) untuk membuat keraguan dalam (l-
Quran dan menyesatkan orang a'am sebagaimana yang dilakukan oleh *indic, Qaramithoh
yang mentohmah (l-Quran, ataupun jengke_en\aki [erakager[egang \engan qa_ir]qa_ir
1jakna qa_ir) jetahkagi_ hegagaijana kang \ilakekan fle_ jelahhija_ kang
jeng_ij[en a[a kang terkan\eng \alaj Al]oerman \an Ah]benna_ kang jana jakna
qa_irnka jengan\engi jakna kelihijanS lale jej[erakai Alla ite heate lihij kang
gerlihijS suatu rupa yang mempunyai rupa bentuk, yang mempunyai 'ajah, mata, tangan, sisi,
kaki dan jemari yang mana maha su!i (llah daripadanya (si"at-si"at tersebut).6


Begitu juga Imam (l-(lusi dalam 0uh Al-&a(ani menjelaskan ayat tersebut dengan berkata&

[SJ NV<> J\lJ de{<A C NM|9l 9C <> AJ\l I v| FfJ Q<| v[Mizl g ))NE
G
C? N= =
=
H= 9C
=
v= [E
?
z
P
V=
=
(( >
kim9<A N~[| Ffg ]g Jg <9H N< A\{<A \V<A \S9w ]| 9C>

1aksudnya& 5((mereka mengikut apa yang kesamaran daripadanya)) iaitu mereka bergantung
kepadanya (mutasyabihat) semata-mata dan tidak melihat kepada apa yang bersesuaian
dengannya dalam ayat muhkam untuk dibandingkan (dikembalikannya) kepadanya. Iaitu,
haja\a jengajgil qa_ir 1jengiket jakna qa_ir jetahkagi_at) kang ti\ak \ijakhe\kan
fle_ Alla_ atau mengambil suatu makna batin yang batil. a0uh Al-&a(ani dalam ta"sir surah (li
Imran& /b

qelas di sini pendirian Imam (l-(lusi yang menjelaskan baha'asanya makna )ahir bagi
mutasyabihat tidak dimaksudkan oleh (llah s.'.t.. 1ereka yang menetapkan maknanya dari
sudut bahasa adalah mereka yang mengikut apa yang kesamaran dalam (l-Quran yang di!ela
oleh (llah s.'.t.. Ini jelas berdasarkan ta"siran empat ulama besar iaitu Imam (l-Qurtubi,
gurunya (bu (l-(bbas, Imam (bu $ayyan dan Imam (l-(lusi r.a..

1alah, se!ara jelas Imam (l-Qurthubi menisbahkan pegangan ini kepada sala"us-soleh dengan
berkata&

BC 9:ilJz< \ z<A \H hio<A SC v g \t FJ $vv4 $5vv,rE KvvL7 9{Z 9SJ\ C? g v[<[MV y
.^9O

1aksudnya& Telah diketahui baha'asanya ma)hab sala" adalah meninggalkan usaha untuk
men!ari ta'il (makna) bagi nas-nas mutasyabihat dengan ketege_an [egangan jereka
tentang kejehta_ilan jakna]jakna qa_ir terheget 1gagi Alla_). 1ereka berkata& 5biarkan
(lalui) ia sebagaimana didatangkan6 aAl-'amie )i Ahkam Al-Qur(an surah (li Imran& /b

Imam ()-*arcani juga berkata&

5.ala" dan hala" bersepakat baha'asanya makna )ahir bagi nas-nas mutasyabihat tidak
dimaksudkan oleh (llah s.'.t. se!ara putus6 a&anahil Al-6Irfan fi .lum Al-Qur(an& -r%_b

1aka, sekadar keterbatasan ini, kita dapat simpulkan baha'asanya Imam (hmad r.a., Imam
1alik r.a. (berdasarkan ri'ayat Qadhi Iyad), Imam (bu $ani"ah (dalam "ich (l-(kbar), Imam
(l-Baihaci r.a., Imam (l-Qurthubi r.a., Imam (bu (l-(bbas, Imam (bu (l-$ayyan, Imam Ibn
(l-qau)i, Imam (l-armani, Imam Ibn $ajar (l-(scollani (yang menukilkan perkataan Imam
(l-armani) dan sebagainya, menjelaskan baha'asanya, nas-nas mutasyabihat tidak di"ahami
dengan maknanya dari sudut bahasa (makna )ahir). 1alah, pendirian ini adalah pendirian
sala"us-soleh menurut Imam (l-Qurthubi dan sebagainya.

0lama-ulama mutakhir turut membuktikan pendirian salafus-soleh ini seperti Imam (l-
authari dalam &a3alat Al-#authari dan talicatnya, Imam (t-Tabbani dalam -ara(ah Al-
Asy(ariyyin, Imam $asan (l-Banna dalam risalah acidahnya, .heikh #r. 1uhammad .aid
8amadhan (l-Buti dalam buku As-4alafiyyahnya, .heikh #r. 3usu" (l-Qaradha'i dalam
2usulun 2i Al-A3idahnya, .heikh #r. .huhaib (s-.accar dalam tesis At-$a%sim fi Al-2ikr Al-
Islami, #r. 1uhamamd (bdul adhil dalam buku &au3if As-4alaf, .heikh 1anshur 1uhammad
dalam Ibn $aimiyyah )aisa 4alafiyyan, .heikh .aid udah dalam 4acd 8isalah (t-
Tadamuriyyah dan sebagainya.

Perga_ahan ^eej[at: A\aka_ Nah]nah aetahkagi_at di\ak Diketa_ei jaknankap

Benar. Inilah juga pendirian sala"us-soleh iaitu, nas-nas mutasyabihat seperti huru"-huru" di a'al
surah, la"a)-la"a) seperti yadd dan sebagainya, tidak diketahui maknanya ke!uali (llah s.'.t..
Bahkan, ia antara bukti keagungan dan mukji)at (l-Quran yang tidak boleh dipertikaikan lagi.
4as-nas mutasyabihat yang tidak di"ahami maknanya tidak memba'a kepada (l-Quran itu
mengandungi la"a)-la"a) yang sia-sia tetapi ianya menunjukkan keagungan (l-Quran itu sendiri
yang mana (llah s.'.t. menunjukkan baha'asanya hanya (llah s.'.t. sahaja mengetahui seluruh
makna (l-Quran.

ihatlah perkataan para ulama yang menjelaskan baha'asanya, nas-nas mutasyabihat se!ara
jelas tidak diketahui maknanya. .esetengah pendapat yang mengatakan, apa yang tidak diketahui
daripada nas-nas mutasyabihat adalah kai"iyyatnya, sedangkan maknanya diketahui berdasarkan
sudut bahasa, maka apa makna bagi huru"-huru" di a'al surah seperti Alif )aam &im dan
sebagainya yang se!ara jelas perlu diserahkan (taf,idh) makna kepada (llah s.'.t., bukan
sekadar taf,idh kai"iyyat kerana Alif )aam &im tidak punyai kaifiyyat malah tidak diketahui
maknanya itu sendiri.

Imam (t-Tabari (+% $) yang merupakan ulama yang hidup di akhir )aman sala" berkata&

J yNilJH ^9{i<A \t 9C &v\M<A C de{<A X| &vJ\] 9J *vv&=G! $C7 4%LQ 9C &N|9z{<AJ
<> Ffx el d< (%v9: yNMi] vJ N{i| @A \znA 9{C XVn

1aksudnya& 5.ebahagian ulama berkata& 5Bahkan &uhkam dalam mana-mana ayat (l-Quran&
(pa yang diketahui ulama akan ta'ilnya, dan mereka "aham makna dan ta"sirannya. (dapun
mutasyabih adalah apa yang tidak ada jalan bagi seseorang untuk mengetahui (makna)-nya yang
mana ianya apa yang disembunyikan oleh (llah s.'.t. dengan ilmu4ya tanpa makhluk lain6
arujuk kitab ta"sir At-$abarib

ihat menurut Imam (t-Tabari, &uhkam itu diketahui jakna \an ta`hirnka sedangkan
&utasyabih adalah berbe)a dengan &uhkam iaitu tidak diketahui jakna \an hi`atnka Itulah
yang dimaksudkan oleh Imam (t-Tabari.

Imam (t-Tabrani (+ $) berkata&


9{C X
R
Vn N? {it <> FUfx }
=
V< 9C NE |9
=
z={E <
G
AJ
=
yNV~9C A[{:J Ni
=
lJH ^
E
9{i<A = \t 9C d
E
e
=
G {E <
G
A &d:E | 9J
N{i| @A \
=
znA


.ebahagian ulama berkata& Al-Muhkam itu apa yg diketahui oleh ulama akan ta'ilnya dan
jeja_aji jaknanka. (l-1utasyabih adalah apa yang tidak ada jalan bagi seseorang untuk
mengetahuinya yang mana ia disembunyikan oleh (llah s.'.t. dalam ilmunya6

Ini jelas menunjukkan di sisi Imam (t-Tabari dan Imam (t-Tabrani, be)a antara &uhkam dan
&utasyabih menurut sebahagian ulama adalah, &uhkam \iketa_ei jaknanka sedangkan
&utasyabih ti\ak \iketa_ei jaknanka.

$al ini dikuatkan lagi dalam ta"sir Al-'alalain yang menyebut&

NVit F{z{<A Nig
?
e? <
G

Y
g
E
P SE k<IF<A 9AJ
R
e
=
G CY
R
A^
=
NE
G
C? = e? <
G
Q
=
VGi
=
t=
=
= ~g
=
?<
P
[
=
SE ,

[o<A XAJZ 9:V~9C d:H I


R

?
z=CE \E ]= g
E
J
=
9efxA



1aksudnya& ((#ia yang menurunkan kepadamu (hai 1uhammad) (l-itab dalamnya ayat-ayat
muhkamat)) iaitu jelas [etenleknka 1jaknanka) ((ianya adalah 0mmul itab)) asasnya
dipegang dalam berhukum ((dan selainnya adalah mutasyabihat)) ti\ak \i`a_aji jaknanka
seperti a'al-a'al surah (huru" hi%a(iyah)6. aTa"sir .urah (li-Imran ayat ketujuhb


.eterusnya disebutkan juga&


@A Ft C N~g N|9z{<9| g N? |
?
9
P
C
=
A^ v= [<
E
[M
E
l= $C7 K97T !


1aksudnya& 5((1ereka berkata kami beriman dengannya)) iaitu dengan mutasyabihat
baha'asanya ianya dari (llah dan kami ti\ak jengeta_ei jaknanka arujuk ta"sir (l-
qalalainb


Imam (bu (l-$ayyan juga berkata dalam Al--ahr Al-&uhith&


@A vA 9CJ y@A I> &N<[ Ft e<A dH )) N| 9C v[<[Ml di<A v[jnA\<AJ @A I
P
> NilJH dil 9CJ((
\{tJ yJ\tJ yo<AJ yk9tJ y9t |AJ y|gJ y[oC |A [ [SJ yN|9z{<A XlJH N{i| \znA
.FVt |gJ y]xAJ y9<AJ y^A\<AJ y9oe<AJ y}~g | Q<9CJ yFnxA QV:~ |gJ yl<A Ft |
.A\<A \j<AJ |9j<A &9z]AJ


1aksudnya& 5(($iada yang mengetahui ta(,ilnya melainkan Allah sedangkan orang yang
mendalam ilmunya berkata kami beriman dengannya)) kalam sudah sempurna pada perkataan
((ke!uali (llah)). 1aknanya& (llah s.'.t. menyembunyikan dengan iljeNka akan tamZil
jetahkagi_. Inilah perkataan Ibn 1asud, 0bay, Ibn (bbas, 7(isyah, (l-$asan, 0r'ah, 0mar
bin (bdil ()i), (bi 4ahyak () (l-(sadi, 1alik bin (nas, (l-isaie, (l-arra, (l-qubbaie, (l-
(kh"asy dan (bi 0baid. Imam (l-hattabi dan akhruddin (l-8a)i juga memilih pendapat ini.


Ini jelas menunjukkan baha'asanya, hatta se!ara umum, nas-nas mutasyabihat itu hanya
diketahui maknanya oleh (llah s.'.t.. Ini sudah jelas sejelas matahari di siang hari. 1atahari
jelas bersinar, tetapi mereka yang buta terus mengingkarinya.


(dapun se!ara khusus, bagi nas-nas mutasyabihat berbentuk yadd (llah, 'ajh (llah, isti'a dan
sebagainya, se!ara jelas juga sala"us-soleh menegaskan baha'asanya mereka tidak mengetahui
maknanya. Ini sebahagian buktinya&-


&9<A t $$C7 *< 4%97M K! [{il d< 9{t A[zeo

#iri'ayatkan oleh Imam (s-.ya"ie r.a. berkata& 5tetapi jereka ti\ak jengeta_ei _akikat
jaknanka 1ti\ak ta_e jakna hegenar la`aq]la`aq jetahkagi_at terheget) le_ kang
\ejikianS jereka jen\iajkan \iri \ari[a\a jejgiarakannkan a&a%mu( 2ata,a /r%-2
dan I%tima( Al-'u,usy oleh Ibn Qayyim (l-qau)iyyah %+/-%+,b

Imam (s-.ya"ie r.a. berkata&

s.aya beriman (dengan nas-nas mutasyabihat) tanpa tasybih. .aya per!aya tanpa tamsil. baka
jenega_ \irike \ari ega jeja_ajinka .aya menahan diriku dari mendalaminya dengan
seboleh-bolehnyas aDaf' 4yubah man 4yabbaha oleh Imam Taciyuddi (d-#imasyci (l-$isni
(_-, $) mrs %2/b


Ini se!ara jelas menunjukkan Imam (s-.ya"ie tidak menetapkan sebarang makna bagi nas-nas
mutasyabihat seperti yadd dan sebagainya malah menegah dirinya daripada memahaminya atau
!uba memahami maknanya. Inilah pendirian sala"us-soleh. 1aka, ianya juga menunjukkan nas-
nas mutasyabihat tidak diketahui jaknanka jelainkan Alla_ hZt


Imam Ibn Qudamah meri'ayatkan juga perkataan Imam (hmad bin $anbal r.a. yang berkata&

hVZ I 9:| FL~J 9:| C-~ 8C7 ! y


1aksudnya& 5ita beriman dengannya (ayat nu1ul dan sebagainya) dan membenarkannya tanpa
kaif dan tan[a jakna...6 a)am(atul I(ti3ad mrs ,b


Ini se!ara jelas menunjukkan Imam (hmad dan Imam (s-.ya"ie tidak memahami nas-nas
mutasyabihat seperti yadd dan sebagainya dengan sebarang makna. 1aknanya, mereka tidak
menetapkan maknanya dari sudut bahasa pun (makna )ahir).


Imam Ibn 8ajab berkata&


C ^9O 9{Z 9:l9fgJ 9L<A 9l A\C> C <9L<A hio<A NVit 9C A[L<AJ $vvL *vv&=G vv*
F{fg 9CA 9[L] $L*T$7 xQ 4u ! .


1aksudnya& 5(pa yang betul adalah, apa yang dipegang oleh 4alaf 4oleh yang melalukan
(biarkan) ayat-ayat si"at dan hadith-hadithnya sebagaimana ia disebutkan tan[a
ta`hirk_ehehnka Ijaj A_ja\ kang ti\ak jen\alaji langheng akan jakna]jaknanka
1jetahkagi_at) a2adhl Ilm As-4alaf 6ala Al-#halaf& +b


.aya bersetuju dengan pendirian Imam Ibn (l-qau)i dalam menolak mujassimah seraya berkata&


s1ereka (mu%assimah yang berselindung dalam kelompok hanabilah) berkata& ^ita ger[egang
\engan qa_irnka 1jakna qa_ir nah jetahkagi_at terheget)S he\angkan jakna qa_irnka
jengan\engi iri]iri janehia 1kelihijan \an hegagainka). .eolah-olah, sesuatu itu perlu
ditetapkan dengan hakikatnya (makna )ahirnya) seboleh mungkin. 4amun, dalam masa yang
sama, mereka !uba keluar daripada tasybih, dan mendak'a sebagai ahlus-sunnah, padahal apa
yang mereka lakukan adalah tasybih pada hakikatnya. Ba_kanS `a_ajan jereka teret \ianeti
fle_ hega_agian frang aZajs aDaf' 4yubah At-$asybih& +b.

leh yang demikian, suatu hal yang membe)akan antara nas-nas mutasyabihat daripada nas-nas
muhkamat adalah dari sudut maknanya, kerana muhkamat adalah jenis ayat yang di"ahami
maknanya sedangkan jenis mutasyabihat adalah yang tidak diketahui maknanya. qadi, tidak
boleh seseorang mendak'a mengetahui makna-makna nas mutasyabihat berdasarkan maknanya
dari sudut bahasa kerana ianya seolah-olah menyamakan jenis mutasyabihat dengan jenis
muhkamat yang di!ela dalam (l-Quran.

(ntara petunjuk lain menunjukkan para ulama termasuk sala" menegah seseorang memahami
nas-nas mutasyabihat dengan makna )ahirnya adalah \engan ti\ak jenta`hirkan la"a)-la"a)
mutasyabihat tersebut. qika sesuatu la"a) itu boleh di"ahami dengan maknanya dari sudut bahasa,
maka tidak timbul larangan terhadap jena`hirkan nas-nas mutasyabihat.

Imam (bu $ani"ah berkata&

^9O z<A l9fxAJ v\M<9| v9{lA it y \{<A <> \{<A C yd:iZ ^9:M<A HAs &[Ml u kVf |g
\o { yNVH IJ yhJ IJ y\VoH \V C XOJt \<A k () @A [n t 9M<A 9:|
y kt9{<A 9J () <A NVit v9Z 9{t \] FM Q< C 9
;
VW [V<A !&=M K! 4=M K KLTQ X| y
sA[zen d yko<AJ 9ze<A 9{| A[zg

1aksudnya& 5Telah bersepakat "ucaha seluruhnya dari timur sampai barat baha'asanya 'ajib
beriman dengan (l-Quran dan $adith yang diri'ayatkan dengan ri'ayat yang terper!aya
daripada 8asulullah s.a.'. tentang si"at Tuhan tan[a ta`hiranS tan[a [enki`atan dan tanpa
penyerupaan. behia[a kang jena`hirkannka bererti telah meninggalkan apa yang dipegang
oleh 4abi s.a.'. dan telah keluar daripada jemaah. Ini keranaS jereka 1[ara hala`) ti\ak
jenki`ati \an ti\ak jenta`hirkan 1nah]nah jetahkagi_at) bahkan mereka ber"at'a dengan
apa yang tersebut dalam (l-Quran dan (s-.unnah kemudian berdiam diri (dari menyebut
makna mutasyabihat). aAl-.lu, oleh Imam ()-*ahabi& mrs ,b

Imam Ibn 8ajab berkata&


C ^9O 9{Z 9:l9fgJ 9L<A 9l A\C> C <9L<A hio<A NVit 9C A[L<AJ $L *&=G *


1aksudnya& 5(pa yang betul adalah, apa yang dipegang oleh 4alaf 4oleh yang melalukan ayat-
ayat si"at dan hadith-hadithnya sebagaimana ia disebutkan tan[a ta`hir a2adhl Ilm As-4alaf
6ala Al-#halaf& +b

Imam (l-Baihaci berkata&

d:~ kCxA S C v[CFMz{<A 9Cg !&=M K 9<A AS 9]xAJ 9lA C 9zZ 9C

1aksudnya& 5olongan terdahulu (sala") dalam umat ini, mereka tidak mena"sirkan apa yang
kita tuliskan (ri'ayatkan) dari ayat (l-Quran dan hadith pada bab ini (mutasyabihat)6. aAl-
Asma( ,a As-4ifat& 2/b

Imam ()-*ahabi turut meri'ayatkan dengan berkata&


^9O 9{Z 9S\Cg &9M y9L<A l9fg t N<n N~g dioC | FV<[<A klAJ @A N{f Q<9C t [{<AJ
*&=G E


1aksudnya& 5#iri'ayatkan se!ara terpelihara (sanadnya) daripada Imam 1alik dengan ri'ayat
(l-`alid bin 1uslim baha'asanya beliau bertanya kepadanya (1alik) tentang hadith-hadith
si"at maka beliau berkata& 5aluinya sebagaimana ia tan[a ta`hir... a4iyar A(laam An-5ubala(
_r%b


Imam (t-Tirmi)i pula berkata&


BVZJJ kVVt |AJ 9{<A |AJ }~g | Q<9CJ [<A v9Vn XC k{IA C di<A XSg Ft AS S{<AJ
9z]A <A ASJ y hVZ 9Ml IJ y 9:| C-~J l9fIA S J\H& A[<9 d ^9VWIA S AJJ d:~g dS\VJ
9:| C-lJ ^9O 9{Z ^9VWIA S J\H vg lF<A XSg &=G ! hVZ 9Ml IJ dS[zH IJ


1aksudnya& 51a)hab pada perbahasan ini (mutasyabihat) di sisi ahli Ilmu dari kalangan Imam
.u"yan (t-Thauri, 1alik bin (nas, Ibn (l-1ubarak, Ibn 0yainah, `acie dan sebagainya
baha'asanya mereka meri'ayatkan si"at-si"at tersebut kemudian mereka berkata& 5#iri'ayatkan
hadith-hadith tersebut (mutasyabihat) dan kami beriman dengannya serta tidak berkata kaif
(bagaimana). Inilah pegangan yang dipegang oleh ahli hadith baha'asanya nas-nas tersebut
diri'ayatkan sebagaimana ia diri'ayatkan, lalu dia beriman dengannya dan tidak \ita`hirkanS
ti\ak \ik_akalkan \an ti\ak \ikatakan kaif 1gagaijana ia)n a4unan At-$irmi1i& 2r,-b

Imam .u"ian bin 70yainah berkata&

A* FZAMED 9DQ6Zo 9, j 9ME( 9 K*'D _XD 9:*6 i & $% &'(
)*+,- . )-,-

1aksudnya& 5(pa yang (llah si"atkan tentang diri4ya dalam kitab4ya maka gaaannkala_
ta`hirnka 1_anka la`aq ha_ala) dia\a hehia[a gfle_ jenta`hirkannka \alaj ga_aha Arag
atae[en \alaj ga_aha arhi6. aAl-Asma( ,a As-4ifat& +%2b

(pa yang dimaksudkan dengan&

5Ba!aannya adalah ta"sirannya6& maknanya, !ukup menetapkan la"a)nya tanpa perlu
memahami maknanya dari sudut bahasa. Ia berdasarkan perkataan seterusnya&-

5Tiada sesiapa boleh mena"sirkannya dalam bahasa (rab6& 1aknanya, tidak boleh
memahaminya dengan maknanya dari sudut bahasa (rab itu sendiri kerana boleh memba'a
kepada tasybih dan prasangka.

Perkataan beliau lagi& 5tidak boleh mena"sirkannya dalam bahasa arsi6& maknanya, tidak
boleh menterjemahkannya ke dalam bahasa lain berdasarkan maknanya dari sudut bahasa seperti
menterjemahkan yadd (llah kepada tangan (llah dan sebagainya.

Imam (bu 70baid (l-Qasim berkata&

~J y 9
;
VW 9:C \ol A
;
Ffg 9Zg 9C &=T eo~J 9:| FL~ y 9
;
VW 9:C

1aksudnya& 5ami tidak mendapati dalam kalangan kami seorangpun yang mena"sirkan satupun
daripadanya (nas-nas mutasyabihat melibatkan si"at (llah). ^aji ti\ak jena`hirkan hate[en
\ari[a\anka \an kaji gerijan \engannka lale kaji jen\iajkan \iri 1\ari[a\a
jejga_ahkan jengenai jaknanka). a4yarah As-4unnah oleh (l-alkaie& +r-b

Imam 1uhammad bin (l-$asan berkata&

A[Ll d< d:~ !&=M K!

1aksudnya& 51aka mereka (sala") tidak menyi"atkan dan tidak mena"sirkannya6 aibid& +r2+-b

Imam Ibn Batthah berkata&

9:| di<A vg AJgJ 9S\VoH t k<o{<A A[Z\HJ xQ G $L*T$7

1aksudnya& 51ereka (sala") meninggalkan masalah (mutasyabihat) daripada mena"sirkannya
dan mereka meri'ayatkan baha'asanya ahli ilmu mengenainya meninggalkan gerkata tentang
jakna]jaknankan6 aAs-4yarh ,a Al-Ibanah fi .sul As-4unnah ,a Ad-Diyanahb

Inilah yang membe)akan antara mukhamat dengan mutasyabihat. &uhkamat adalah apa yang
diketahui maknanya sedangkan mutasyabihat adalah apa yang tidak diketahui maknanya. 1aka,
sesiapa yang !uba menetapkan makna )ahir bagi nas-nas mutasyabihat seolah-olah sudah
menyamakan antara muhkamat dengan mutasyabihat.

Imam (t-Tabari berkata&

9C v= [E

zV=
=
&9t |A t ,it t ,klJ9C &9 ,<9 | @A Ft 9Ff &9 ,{<A Ff
v[oilJ ,de{<A it N|9z{<AJ ,N|9z{<A it de{<A v[i{V NE
G
C? N= |=9H=

1aksudnya& (l-1atha meri'ayatkan baha'asanya (bdullah bin .haleh berkata baha'asanya
1ua'iyyah meri'ayatkan daripada (li daripada Ibn (bbas r.a. yang berkata& 5&ereka
mengikuti apa yang mutasyabih daripadanya*6 iaitu mereka yang berinteraksi \engan
je_kaj he[ertijana jetahkagi_ \an gerinterakhi \engan jetahkagi_ hegagaijana
je_kaj lale jereka jenaj[er a\ekkan 1antara je_kajat \an jetahkagi_at)6
a$afsir At-$abari pada ayat tersebutb

Perga_ahan ^elija: A\aka_ Para Ulajam A_leh benna_ Zal Yajaa_ 1k_ehehnka jalfriti
bala` \an hega_agian ^_ala`) aenkera_kan aakna Nah]nah aetahkagi_at ke[a\a Alla_p

$al ini sememangnya benar. 1ereka menyerahkan makna bagi nas-nas mutasyabihat seperti
yadd, ain, isti'a dan sebagainya kepada (llah s.'.t.. Ini dinamakan sebagai manhaj tafwidh
makna kang jenla\i `fkeh etaja [erginangan ini

#alilnya adalah berdasarkan hadith 4abi s.a.'. yang diri'ayatkan oleh Imam (l-Bukhari r.a.,
baha'asanya 8asulullah s.a.'. bersabda&

N{<9t <> [ie I 9CJ A[<[M NC dz{it 9C

1aksudnya& 5Apa yang kamu ketahui daripadanya (ayat-ayat Al-Qur(an) maka kamu
katakanlah mengenainya tetapi apa yang kamu tidak tahu, maka serahkanlah ia (ilmu atau
maknanya) kepada Tuhan yang Maha Mengetahuinya6 a#hal3 Af(al Al-Ibad& mrs 2 dan
dalam &usnad Imam Ahmad -r%_b

Begitu juga dalam suatu ri'ayat&

yN| X{t9 NC v9znA 9C @A 9zZ &9 |g t hL{<A kVW |g |A \]gJ (vvE ;Q V*9: (5y $!
(%$: 8U () 9

-# ! .

#iri'ayatkan oleh Ibn (bi .yaibah dalam Al-&usonnaf daripada 0bai baha'asanya dia berkata&
5 (#alam kitab) (llah, apa yang jelas maknanya maka amalkanlah sedangkan apa yang
kesamaran, maka !ukup sekadar beriman dengannya dan serahkan (pengetahuan tentang
maknanya) kepada 3ang 1aha 1engetahuinya6

Imam Ibn Qudamah berkata dalam buku )um'ah Al-I'ti3od&

sqika ada kesamaran pada ayat-ayat dan hadith-hadith tersebut (mutasyabihat), maka 'ajib kita
menetapkan la`aqnya dan jeninggalkan eha_a entek jengeta_ei jaknanka ^ita hera_kan
ilje 1tentang jaknanka) ke[a\a kang ger`irjan 1Alla_ hZt)n

Beliau berkata lagi&

diez{<A N{il ki{<A C 9:< vg 9{it F e<J No| \VoH IJ NV| C \V C 9S\VoH 9:H
E
^A\ X|
N{itg I [Ml [SJ C t ol hVZ Q<Z v9Z CJ y{<A Q<| 9:| C-~ 9:|

1aksudnya& 5Bahkan ba!aannyalah ta"sirannya (iaitu hanya tetapkan la"a)) tanpa (menetapkan)
sebarang makna tertentu dan tanpa ta"siran yang tertentu. Tetapi, kita ketahui baha'asanya
baginya (nas-nas mutasyabihat) tersebut ada jakna berdasarkan apa yang diketahui oleh yang
ber"irman dengannya (iaitulah di sisi (llah). 1aka, kita gerijan \engan jakna terheget
1kang _anka \iketa_ei fle_ Alla_). alau begitu perihal seseorang, bagaimana ditanya tentang
makna sesuatu yang dia sendiri kata& 5saya tidak tahu6 a$ahrim An-5a1hor& , dan 8am At-
$a(,il %%b

Imam ()-*ahabi berkata&

J y A\CAJ y A\A & N|9|J Q< 9<[Ms $C7 M4=G s [L{<A 9L<A Ni9 <>

1aksudnya& 5(dapun perkataan kami pada bab ini (nas-nas mutasyabihat)& I3rar (mengakui),
Imrar (melaluinya atau menyebutnya sahaja) dan jenkera_kan jaknanka ke[a\a kang
gerkata tentangnka iaitela_ Ah]b_f\i Al]aamh_ej 1cahelella_ haZ)6 a4iyar A(lam An-
5ubala& _r%b

Imam (t-Toha'i r.a. seorang ulama sala" berkata tentang nas-nas mutasyabihat&

6_ & K:+

1aksudnya& 5*dan dengan maknanya yang bersesuaian dengan kehendak (llah6 aA3idah
$oha,iyyahb

Imam (bu 0baid berkata&

l9fxA S J\~ ~ $L MT ! xT$7%

1aksudnya& 5ami meri'ayatkan hadith-hadith ini (si"at) tan[a jenari jakna]
jaknanka6 aAl-Asma( ,a As-4ifat& -r%,-b

Imam Ibn (l-qau)i juga berkata&

hio<A S xT$7% W K9: M4=G <A \HJ

1aksudnya& 5olongan .ala"& $af,idh pengetahuan tentang makna-makna (mutasyabihat) lalu
meninggalkan perbahasan mengenainya6 aDaf 4yubah At-$asybihb

Imam (s-.hahrastani berkata&
J yNm9| 9FJ y\S9| 9

C (9| Ft C X

Z) &di<A v[jnA\<A 9 9{Z [M~ X| vvR

8vvU (%9: $C9-!


8$7G Q< k\{| Vi

eC 9o<J y

1aksudnya& 5Bahkan kita berpegang dengan perkataan 0asikhun (orang yang mendalam ilmu
mereka)& 5.emua daripada Tuhan kami6, iaitu kami beriman dengan )ahirnya (la"a)nya) dan
beriman dengan batinnya (maknanya) lalu jenkera_kan ilje 1jakna)nka ke[a\a Alla_ dan
kita tidak dibebankan untuk mengetahuinya6 aAl-&ilal ,a An-5ihal mrs %2-%b

Imam (s-.hanani juga berkata&

J J 9{| v9{lA [fxA R 8U $C7 >$*E M4=G

1aksudnya& 5yang berhati-hati adalah, beriman dengan apa yang diri'ayatkan lalu
jenkera_kan [enlelahan jaknanka ke[a\a Alla_6 aI%abah As-4a(il 4yarh -ughyah Al-
Amil mrs %%2b

Imam ()-*arconi berkata dalam &anahil Al-6Irfan&

5(dapun ma)hab 4alaf adalah, mereka mufa,,idhah, iaitu jenkera_kan ilje tentang jakna
mutasyabihat ke[a\a Alla_ setelah memalingkannya daripada )ahirnya mustahil bagi (llah
s.'.t..6 a&anahil Al-6Irfan fi .lum Al-Qur(an& %_b

.heikh .ulaiman bin 0mar (l-qamal (s-.ya"ie berkata dalam 7asyiyah $afsir Al-'alalain mrs
%2,&

51anhaj .ala" jenkera_kan ilje tentang makna mutasyabihat kepada (llah s.'.t. setelah
memalingkannya daripada )ahirnya6

Imam Ibn $isyam (l-(nshori berkata&

d:| <> 9C v[ielJ

1aksudnya& 51ereka menyerahkan maknanya kepada Tuhan mereka6 a&ughni Al-)abib _%b

Inilah juga pendirian sala"us-soleh sebagaimana yang diri'ayatkan oleh Imam (n-4a'a'i
dalam .yarah .ahih 1uslim, Imam Ibn $ajar (l-(scollani dalam ath (l-Bari, Imam (l-
Qurthubi dalam Al-'ami(e li Ahkam Al-Qur(an, Imam ()-*arkasyi, Imam (s-.uyuti dan
sebagainya dalam kitab-kitab ulum (l-Quran mereka dan ribuan kitab acidah, ta"sir, hadith,
ca'aid dan sebagainya yang lain.

Inilah manhaj yang dikenali sebagai $af,idh &akna di sisi sala"us-soleh yang !uba dina"ikan
oleh Ibn Taimiyyah dan pengikut-pengikutnya, yang mana tidak timbul pengingkaran terhadap
$af,idh &akna ini sebelum Ibn Taimiyyah melainkan di sisi 7asya,iyyah (,allahu a(lam).
8ujuklah buku-buku para ulama yang menukilkannya, pasti dia akan dapati sala"us-soleh
sememangnya berta"'idh dengan ta"'idh makna dan sebahagiannya juga ada memberi ta'ilan
kepada nas-nas mutasyabihat.

alaulah ayat (l-Quran boleh di"ahami keseluruhannya, maka semua orang boleh memahami
dengan makna )ahir dari ilmu bahasa (rab, akan maksud Alif )aam &im dan sebagainya.
4amun, di sisi majoriti ulama ta"sir, ianya tidak diketahui maknanya melainkan (llah s.'.t..
1aka, sebagaimana bolehnya ayat (l-Quran seperti Alif )aam &im tidak diketahui maknanya
melainkan (llah, begitu juga dengan nas-nas mutasyabihat yang melibatkan si"at-si"at yang
dinisbahkan kepada (llah s.'.t. seperti yadd dan sebagainya.

ahal: Tafwidh Kaifiyyat: ^fnhe[ aeneta[kan Kaifiyyat \an aenkera_kan Iljenka ke[a\a
Alla_

(dapun pendirian Ibn Taimiyyah dan para pengikutnya yang berpendirian menetapkan kaifiyat
bagi (llah s.'.t. lalu menyerahkan ilmu tentang kaifiyat kepada (llah s.'.t. adalah suatu kaedah
yang tertolak berdasarkan beberapa hujah yang kuat namun tidak dapat dimuatkan di sini kerana
keterbatasan skop kita yang mengkhususnya tentang perbahasan nas-nas mutasyabihat.

4amun, !ukuplah sebahagian perkataan ulama yang menetapkan $af,idh &akna sebagai asa
ulama sala" dan sebahagian khala" berinteraksi dengan nas-nas mutasyabihat, menjadi antara
hujah menolak taf,idh kaifiyyat. .uatu hakikat yang perlu di"ahami adalah& daripada
menetapkan kaifiyyat bagi si"at-si"at (llah, bererti telah menetapkan kadar dan ukuran bagi )at
dan si"at (llah s.'.t.. Ini sendiri yang terpaksa diakui oleh Ibn Taimiyyah ketika menetapkan
kaifiyyat bagi (llah namun tidak mena"ikan kemustahilan kadar dan batasan bagi (llah s.'.t.
arujuk At-$a(sis dan sebagainyab.

Ibn Taimiyyah berkata&

9C N~g v[t9{<A \Zl <A [: kV{ei< 9
;
CizoC AS v9Z A>JsXe<AJ kV{e<A zMH kVVe<As N<[ 9CgJ
@A N{f F{fg 9CA 9g C ko<AJ lF<A XSg \ZgJ yNLjl FG N<J I> kL| [[C C
kVVe<A di~ I v[<[Ml X| \CxA }~ kVVe<A [ v[l I dS\VJ

1aksudnya& 5Perkataannya baha'asanya #aifiyyah memba'a makna kammiyyah (bilangan) dan
bentuk6 maka jika ia mela)imkan kammiyyah (kuantiti) maka itulah yang disebutkan oleh
golongan yang menentang (golongan mutakallimun) baha'asanya hetia[ kang \ihi`ati \engan
hi`at tertenteS jaka gaginka a\a ka\ar 1gatah) k_eheh 1tertente) ebanyakkan ahli hadith
dan .unnah dari kalangan pengikut Imam (hmad dan sebagainya ti\ak jena`ikan Zele\nka
kai`ika_ 1tataara) ite hen\iri teta[i jereka gerkata: kaji ti\ak ta_e kaifiyyah6 a-ayan
$albis Al-'ahmiyyah& %r+2/b

#alam perbahasan selanjutnya dalam buku tersebut dalam dalam buku At-$a(sis, Ibn Taimiyyah
tidak mena"ikan had dan batas bagi (llah s.'.t. kerana ianya seiring dengan tidak mena"ikan
kai`ikkat daripada (llah s.'.t..

4amun, Imam (l-Qara"i mensyarahkan maksud perkataan Imam 1alik yang menyebut& 5Al-#aif
tidak masuk akal6 dengan berkata&

yhVZ < \<A N< J 9{| h[H I @A A vg 9C s[MC \V hVe<AJs vv9C5% 4vv< 4vv!
*%&F "$*L! kV|[|\<A k:O Nz<9znI NMf Q< XMl

1aksudnya& 5#aif tidak masuk akal6 maknanya, )at (llah tidak \ihi`ati \engan a[a kang
\iletakkan fle_ kae\a_ ga_aha Arag \engan la`aq Kaif iaite 1jakhe\ kaif ite) heate
kea\aan]kea\aan kang ger[in\a_][in\a_ 1ter[iha_][iha_) \an heate kea\aan 1hi`at)
kelihijan1aka tidak masuk akal (mustahil) ianya (#aif) dinisbahkan kepada (llah kerana
ianya (kejisiman dan sebagainya) mustahil bagi si"at ketuhanan ((llah s.'.t)..6 aA1-8akhirah
%+r-2-b

1aka, di sisi bahasanya, menetapkan kaifiyyat bagi (llah bererti menetapkan ukuran dan kadar
batas bagi (llah s.'.t.. Ini bukan pegangan sala"us-soleh. Tiada dalam kalangan sala" pernah
mendak'a baha'asanya (llah s.'.t. mempunyai kadar dan kaifiyyat tetapi kita tidak
mengetahuinya. 1alah, mereka mena"ikan asal bagi kaifiyyat itu sendiri daripada nisbah kepada
(llah s.'.t. berdasarkan perkataan Imam (l-Qara"i r.a..

Imam (hmad bin $anbal r.a. juga berkata&

kl9 IJ Ff | No~ N| hJ 9{C \Z| @A h[l IJ 9 FV~9n| ~9Z A>

1aksudnya& 5qika ri'ayat-ri'ayat (mutasyabihat) dengan sanad yang sahih, maka kita tidak
menyi"ati (llah lebih daripada apa yang (llah s.'.t. si"atkan tentang diri4ya tan[a _a\ \an
tan[a gatah6 a4yi(ab Al-Iman %r%b

1alah, Ibn Taimiyyah sendiri tidak pernah meri'ayatkan perkataan sala" yang mengatakan& 5ada
kai"iyat bagi (llah tetapi kita sahaja yang tidak tahu6 (berdasarkan kajian saya yang serba
terbatas dan kejahilan saya). 1alah, terlalu banyak nas-nas daripada sala" yang mena"ikan
se!ara mutlak nisbah kaifiyyat kepada (llah s.'.t..

(dapun perkataan yang dinisbahkan kepada Imam 1alik yang berkata& 5#aif &a%hul6, maka
menurut sebahagian besar ulama, ianya tidak jelas menunjukkan Imam 1alik menetapkan
kaifiyyat bagi (llah s.'.t. di samping ri'ayat tersebut lemah (jika dikaji dari sudut sanadnya)
berbanding ri'ayat yang menyebut& 5#aif ghair ma(3ul* (maksudnya kaif tidak masuk akal6.

#engan banyaknya ri'ayat daripada sala" yang mena"ikan kaif dan batas bagi si"at (llah s.'.t.,
maka ini menunjukkan baha'asanya mereka tidak berpegang kepada taf,idh kaifiyyat kerana
mereka sendiri menolak adanya kai"iyyat bagi (llah s.'.t. se!ara asalnya. a#r. .uhaib (s-.acar&
At-$a%sim fi Al-2ikr Al-Islami& 2%b

(ntara !ontoh perkataan sala" yang mena"ikan asal bagi kaifiyyat juga adalah perkataan Imam
(l-(syari yang berkata& ((hVZ |)) maksudnya& 5tanpa kaif6 a&a3alat Al-Islamiyyin& -%/b

4amun, bukan di sini untuk membahaskan se!ara terperin!i tentang menetapkan kaifiyyat dan
menyatakan pembatalanya kerana ianya memerlukan ruang perbahasan yang lebih luas. 4amun,
dalam risalah ini, tujuan dan "okus perbahasan hanyalah tentang !ara berinteraksi dengan nas-nas
mutasyabihat di sisi majoriti sala" dan ulama khala".

(pa yang sangat dikesalkan adalah, tuduhan sesetengah pihak yang menuduh manha% taf,idh
makna sebagai suatu bidah dan kesesatan yang nyata sedangkan manhaj inilah yang dijelaskan
sebagai pendirian sala"us-soleh khususnya sebelum lahirnya Ibn Taimiyyah lalu mena"ikannya.
0ngkapan-ungkapan seperti $af,idh &akna adalah ma)hab $a%hil (kebodohan) atau bidah
adalah antara !elaan sesetengah pihak yang tidak bertanggungja'ab dalam melihat masalah ini
se!ara lebih meluas dan adil.

4amun, tohmahan tersebut sudah banyak dija'ab oleh banyak para ulama dari dahulu sehingga
hari ini seperti dalam kitab As-4aif As-4a3il oleh Imam (l-.ubki, Daf 4yubah &an 4yabbaha
oleh Imam (l-$ishni, At-$a%sim fi Al-2ikr Al-Islami oleh #r. .huhaib (s-.accar, Al-&i1an
Al-6Adil oleh .heikh (bdul Qadir Isa (d-#ayyab, Al-#asyif As-4haghir oleh .heikh .aid
udah, 2usulun fi Al-A3idah oleh .heikh #r. (l-Qaradha'i, As-4alafiyyah oleh .heikh #r.
1uhammad .aid 8amadhan (l-Buti, &au3if As-4alaf min Al-&utasyabihat oleh #r.
1uhammad (bdul adhil, Ahlus 4unnah Al-Asya(irah oleh .heikh $amad (s-.inan dan .heikh
au)i, Al-Qaul At-$amam oleh .heikh .ai" (l-(shri dan sebagainya.

1aka, !ukuplah dengan ja'apan-ja'apan mereka, menjelaskan tentang hakikat dan kebenaran
&anha% $af,idh &akna di sisi .ala"us-.oleh. .emoga (llah s.'.t. menjaga hati kita dari
sebarang ketaksuban dalam membuat penilaian.

^ehij[elan Perga_ahan

(pakah itu nas-nas mutasyabihat .ebagaimana sudah dijelaskan antara maknanya,
mutasyabihat adalah sesuatu yang kesamaran maknanya kerana ada banyak 'ajah (sudut) untuk
memahaminya, bukan tertakluk kepada satu makna sahaja. ita sudah nukilkan perkataan-
perkataan ulama dalam menjelaskannya.

(dakah nas-nas yang menyebut la"a)-la"a) seperti /add Allah, Isti,a dan sebagainya adalah
antara nas-nas mutasyabihat Benar. ita sudah buktikan sebahagian perkataan-perkataan
sebahagian ulama mengenainya.

(dakah nas-nas mutasyabihat tidak di"ahami dengan maknanya dari sudut bahasa (makna )ahir)
Benar. Inilah pendirian salafus-soleh dan ulama muktabar khala" sebagaimana telah kita
nukilkan sebahagian perkataan-perkataan mereka seperti perkataan Imam (s-.ya"ie, Imam
(hmad bin $anbal, ulama-ulama ta"sir, ulama-ulama hadith dan sebagainya.

(dakah nas-nas mutasyabihat tidak diketahui maknanya Benar. Ia berdasarkan surah (li Imran
ayat ketujuh sebagaimana yang dita"sirkan oleh sebahagian ulama se!ara umum. Begitu juga
sebahagian perkataan salafus-soleh seperti Imam (s-.ya"iie yang khusus menjelaskan salafus-
soleh tidak mengetahui makna bagi nas-nas mutasyabihat terutamanya yang berkaitan la"a) yadd,
isti'a dan sebagainya yang dinisbahkan kepada (llah s.'.t..

alau begitu, apa acidah mereka 1ereka menyerahkan makna nas-nas mutasyabihat kepada
(llah s.'.t. berdasarkan saranan .urah (li Imran ayat ketujuh dan seberapa hadith serta athar
yang menggalakkannya. 1anhaj ini merupakan manhaj $af,idh &akna. Ia tidak sekali-kali
mena"ikan tujuan (l-Quran sebagai suatu penjelasan, tetapi menunjukkan keagungan (l-Quran
yang mempunyai pelbagai rahsia yang membuktikan ianya daripada (llah s.'.t., Tuhan yang
1aha 1engetahui.

ukuplah sekadar membuktikan beberapa "okus utama tentang taf,idh makna di sisi sala" yang
lahir daripada pendirian mereka baha'asanya nas-nas seperti yadd dan sebagainya adalah nas-
nas mutasyabihat yang tidak diketahui maknanya melainkan (llah s.'.t..

(pa yang jelas, inila_ [en\irian [ara elajam hala` \alaj Tafwidh Makna gagi nah]nah
jetahkagi_at sepertimana yang diri'ayatkan daripada Imam (bu $ani"ah, Imam (s-.ya"ie,
Imam 1alik, Imam (hmad bin $anbal, Imam (t-Toha'i dan sebagainya. Begitu juga
sebagaimana yang diri'ayatkan oleh ramai ulama besar seperti Imam (t-Tabari, Imam (s-
.amarcandi (+/ $), Imam (bu (l-$asan (l-(syari, Imam (l-Baihaci, Imam (t-Tabrani (+
$), Imam (l-ha)ali, Imam akhrduddin (l-8a)i, Imam Ibn (l-qau)i, Imam (l-ha)in (/- $),
Imam (bu $ayyan, Imam (l-(lusi, Imam (s-.uyuti, Imam ()-*arkasyi, Imam ()-*arcani,
Imam Ibn $ajar (l-(scollani, Imam (n-4a'a'i, Imam (l-0bbi, Imam 1ulla (li (l-Qari,
Imam (l-alkaie, Imam (s-.hahrastani, Imam (s-.ubki, Imam Badruddin Ibn qamaah, Imam
Taciyuddi (d-#imasyci (l-$isni (_-, $), Imam ()-*ahabi, Imam Qadhi Iyad, .heikh Ibn
haldun, Imam Ibn 8ajab (l-$anbali, Imam (l-I)) bin (bd (s-.alam dan sebagainya.

Begitu juga diri'ayatkan oleh beberapa ulama mutakhir seperti Imam (l-authari, Imam 3usu"
(n-4abhani, Imam (t-Tabbani, .heikh (bdullah (s-.iddic (l-humari, #r. .huhaib (s-.accar,
.heikh 1anshur 1uhammad, #r. 1uhammad (bdul adhil, Imam $asan (l-Banna, .heikh #r.
3usu" (l-Qaradha'i, .heikh #r. 1uhammad .aid 8amadhan (l-Buti, .heikh .aid udah,
.heikh #r. 0mar (bdullah amil, .heikh $amad (s-.inan dan .heikh au)i (l-7(njari, 0sta)
.heikh .ai" (l-7(shri dan sebagainya.

(dapun bagi mereka yang menolak konsep taf,idh makna ini lalu menetapkan taf,idh kai"iyyat,
maka risalah ini bukanlah menjadi tempat untuk menolak dan membatalkan pendirian mereka. Ia
memerlukan kepada ruang yang lebih luas untuk membahaskannya dari pelbagai sudut. 8isalah
ini !uma bertujuan untuk menunjukkan sebahagian petunjuk baha'asanya sala" dan khala" (yang
merupakan ahlus-sunnah) sepakat tentang konsep tawil !"mali dan tafwidh jakna (khususnya
di sisi sala") dalam berinteraksi dengan nas-nas mutasyabihat.

(pa yang !uba saya susunkan -dengan bantuan (llah s.'.t.- hanyalah antara usaha untuk
menjelaskan sedikit pendirian 4alafus-4oleh dan khala" yang merupakan As-4a,ad Al-A(1hom
dalam berinteraksi dengan nas-nas mutasyabihat berdasarkan pendirian dan perkataan para
ulama Islam yang sememangnya diakui keagungan mereka dalam bidang masing-masing.

.emoga (llah s.'.t. memberi kita peluang untuk mendengar kebaikan lalu mengikuti kebenaran.
$idayah hanyalah milik (llah s.'.t., yang mana (llah s.'.t. memberi hidayah kepada mereka
yang dikehendaki4ya dan tidak memberinya kepada mereka yang tidak dikehendaki4ya.
.emoga (llah s.'.t. memberi hidayah kepada kita semua. (min

9allahu a(lam

#isusun dengan bantuan (llah oleh&
Al-2a3ir ila 0abbihi Al-'alil
8aja (hmad 1ukhlis bin 8aja qamaludin (l-()hari
6Amalahu)lahu bi )utfi7i Al-#hafiy
-% qun -,, Putrajaya




celekan:

^itag Al]oermanS da`hir \an #lum Al-$uran
Al-Qur(an Al-#arim
Al-'ami(e li Ahkam Al-Qur(an
$afsir 'alalain
'amie( Al--ayan oleh Imam (t-Tabari
ta"sir -ahr Al-.lum oleh Imam (s-.amarcandi (+/ $)
At-$afsir Al-#abir oleh Imam (t-Tabrani (+ $)
)ubab At-$a(,il oleh Imam (l-ha)in (/- $)
$afsir Ibn Al-'au1i
$afsir Al--agha,i
Al--ahr Al-&uhith oleh Imam (bu $ayyan
&adarik At-$an1il oleh Imam (n-4asa"i
0uh Al-&a(ani oleh Imam (l-(lusi
7asyiyah $afsir Al-'alalain oleh .heikh .ulaiman bin 0mar (l-qamal (s-.ya"ie
Al-It3an 2i .lum Al-Qur(an oleh Imam (s-.uyuti
Al--urhan fi .lum Al-Qur(an oleh Imam ()-*arkasyi
&anahil Al-6Irfan fi .lum Al-Qur(an oleh Imam ()-*arcani
&ufradat Al-Qur(an oleh Imam (l-8aghib (l-(s"ahani

^itag Ha\it_ \an #lum Al-%adith
4ahih Al--ukhari
4ahih &uslim
&usnad Imam Ahmad oleh Imam (hmad
4unan At-$irmi1i oleh Imam (t-Tirmi)i
4unan Al--aiha3i oleh Imam (l-Baihaci
4yi(ab Al-Iman
2ath Al--ari oleh Imam Ibn $ajar (l-(scollani
4yarah 4ahih &uslim oleh Imam (n-4a'a'i
4yarah 4ahih &uslim oleh Imam (l-0bbi
&ir3ah Al-&afatih oleh Imam 1ulla (li (l-Qari
4yarah As-4unnah oleh (l-alkaie

^itag]kitag Ai\a_
Al-2i3h Al-Akbar dan syarahnya oleh Imam 1ulla (li (l-Qari
0isalah At-$aha,iyyah oleh Imam (t-Toha'i
Al-)uma( oleh Imam (l-(syari
&a3alat Islamiyyin oleh Imam (l-(syari
4yarh -ad(ie Al-Amali oleh Imam (bu Bakr (r-8a)i
0isalah 5i1homiyyah oleh Imam (l-$aramain (l-qu'aini
Al-Asma( ,a As-4ifat oleh Imam (l-Baihaci
Il%amul A,am oleh Imam (l-ha)ali r.a.
Asas At-$a3dis oleh Imam akhruddin (l-8a)i
Al-&ilal ,a An-5ihal oleh Imam (s-.hahrastani
Daf( 4yubah At-$asybih oleh Imam Ibn (l-qau)i
As-4aif As-4a3il oleh Imam (s-.ubki
Ittihaf Al-#a(inat oleh .heikh 1ahmud hitab (s-.ubki
4yarh 'auharah At-$auhid
7asyiyah Al--a%uri 6ala 'auharah At-$auhid oleh Imam (l-Bajuri
Idhah Ad-Dalil fi Qat(ie 7u%a% Ahl At-$a(thil oleh Imam Badruddin Ibn qamaah
Daf' 4yubah man 4yabbaha oleh Imam Taciyuddi (d-#imasyci (l-$isni (_-, $)

At-$a%sim fi Al-2ikr Al-Islami (tesis Ph#) #r. .huhaib (s-.accar
Ibn $aimiyyah )aisa 4alafiyyan oleh .heikh 1anshur
&au3if As-4alaf min Al-&utasyabihat oleh #r. 1uhammad (bdul adhil
2usulun fi Al-A3idah oleh #r. 3usu" (l-Qaradha'i
As-4alafiyyah oleh .heikh #r. 1uhammad .aid 8amadhan (l-Buti
&a3alat Al-#authari dan talicat oleh Imam (l-authari
-ara(ah Al-Asy(ariyyin oleh Imam (t-Tabbani
8isalah (l-7(caid oleh Imam $asan (l-Banna
5a3d 0isalah At-$adammuriyyah oleh .heikh .aid udah
Ahl 4unnah Al-Asya(irah oleh .heikh $amad (s-.inan dan .heikh au)i (l-7(njari
Al-Qaul At-$amam karangan 0sta) .heikh .ai" (l-7(shri
)um(ah Al-6Iti3ad oleh .heikh Ibn Qudamah
8amm At-$a(,il oleh .heikh Ibn Qudamah
Al-.lu, oleh Imam ()-*ahabi
As-4yarh ,a Al-Ibanah fi .sul As-4unnah ,a Ad-Diyanah oleh Ibn Batthah

^itag]kitag bira_ \an lain]lain:
As-4yifa( oleh (l-Qadhi Iyad
4iyar A(laam An-5ubala( oleh Imam ()-*ahabi
&u3oddimah Ibn #haldun oleh .heikh Ibn haldun
2adhl Ilm As-4alaf 6ala Al-#halaf oleh Imam Ibn 8ajab (l-$anbali
&ughni Al-)abib oleh .heikh Ibn $isyam (l-(nshari

^itag]kitag b_eik_ Ign daijikka_ \an b_eik_ Ign oakkij Al]Yaeqikka_
&a%mu( 2ata,a oleh .heikh Ibn Taimiyyah
0isalah At-$adammuriyyah oleh .heikh Ibn Taimiyyah
At-$a(sis oleh .heikh Ibn Taimiyyah
-ayan $albis Al-'ahmiyyah oleh .heikh Ibn Taimiyyah
I%tima( Al-'u,usy Al-Islamiyyah oleh .heikh Ibn Qayyim (l-qau)iyyah

You might also like