You are on page 1of 3

IX.

Pembahasan
Titrasi merupakan penambahan pereaksi dari buret sekaligus mengukur volume
larutan yang keluar dari buret. Titrasi asam basa merupakan cara penerapan kadar suatu zat
(asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa. Bila sebagai titran digunakan larutan baku
asam maka titrasi tersebut dinamakan asidimetri, dan sebaliknya bila larutan basa yang
digunakan sebagai titran maka titrasi ini dinamakan titrasi alkalimetri.
Larutan baku atau disebut juga larutan standar yang digunakan dalam titrasi harus
bereaksi secara kuantitatif dengan cara zat yang akan dititrasi. Larutan standar sendiri terdiri
dari dua macam yaitu larutan standar primer dan juga larutan standar sekunder. Larutan
standar primer merupakan larutan yang sudah diketahui konsentrasinya sehingga tidak perlu
distandarisasi lagi. Contoh dari larutan standar primer yaitu HCl, NaCl, H
2
C
2
O
4,
AgNO
3
,
K
2
Cr
2
O
7
, dan masih banyak lagi. Sedangkan larutan standar sekunder merupakan larutan
yang belum diketahui konsentrasinya sehingga perlu untuk dilakukan standarisasi
terhadapnya terlebih dahulu. Contoh larutan standar sekunder adalah NaOH, KOH, KMnO
4
,
Na
2
S
2
O
3,
dan masih banyak lagi.
Perubahan pada titik ekivalen dalam titrasi netralisasi dapat ditandai dengan adanya
perubahan warna, perubahan warna ini terjadi karena adanya indikator yang digunakan yang
dalam titrasi. Indikator yang digunakan dalam titrasi netralisasi haruslah sesuai dengan range
pH pada titik ekivalen agar perubahan dapat jelas teramati.
Pada praktikum kali ini kita melakukan analisis kuantitatif untuk menentukan kadar
asam asetat dalam asam cuka komersial, yang beredar dipasaran (. Dimana pada percobaan
ini digunakan asam cuka botol. Analisis yang dilakukan adalah analisis tirimetri karena kadar
komposisi ditetapkan berdasarkan volum pereaksi (konsentrasi diketahui). Penggunaan
analisi tirimetri ini menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standarnya. Karena
NaOH merupakan larutan standar sekunder , maka sebelum digunakan terlebih dahulu larutan
NaOH tersebut distandarisasi dengan larutan asam oksalat yang merupakan suatu standar
primer. Pada penentuan Konsentrasi asam asetat terjadi reaksi antara asam lemah
(CH
3
COOH) dengan basa kuat (NaOH). Pada percobaan ini, dilakukan analisis kuantitatif
untuk menentukan kadar asam cuka komersial. Analisis yang dilakukan adalah analisis
tirtimetri dengan menggunakan larutan NaOH 0,1 N sebagai larutan standarnya. Akan tetapi,
sebelum NaOH digunakan, terlebih dahulu larutan NaOH tersebut distandarisasikan dengan
menggunakan larutan asam oksalat yang merupakan larutan standar primer. Hal ini perlu
dilakukan karena larutan NaOH adalah larutan standar sekunder. Untuk menentukan
konsentrasi dari larutan NaOH, maka dilakukan titrasi antara NaOH dengan asam oksalat
sebagai titran. Titrasi ini dilakukan dengan menambahkan 2-3 tetes indikator fenofhtalein ke
dalam larutan NaOH, indikator fenofhtalein digunakan pada titrasi ini karena terjadi antara
asam kuat dan basa kuat, sehingga akan mudah melihat perubahan warna dari larutan yang
dititrasi. Titrasi NaOH ini baru dihentikan setelah terjadi perubahan warna konstan pada
larutan NaOH, yang sebelumnya berwarna ungu dan setelah dititrasi dengan menggunakan
indikator fenofhtalein menjadi bening. Perubahan warna tersebut menunjukkan telah
tercapainya titik ekuivalen. Titrasi pertama dilakukan sebanyak 3 kali, kemudian dihitung
volume rata-ratanya. Pada titrasi pertama volume asam oksalat yang diperlukan adalah
sebanyak 8,7 mL, pada titrasi kedua sebanyak 15,8 mL dan yang ketiga 8.9 mL. Maka dari
hasil kedua titrasi tersebut didapatkan volume rata-rata asam oksalat yang diperlukan yaitu
sebesar 11, 13 mL sehingga dari volume rata-rata tersebut dapat menentukan konsentrasi
NaOH sebesar 0,0853 N.
Konsentrasi NaOH (sampel) yaitu :
V as.oksalat x N as.oksalat
V NaOH
2NaOH + H
2
C
2
O
4
Na
2
C
2
O
4
+ 2H
2
O
Pada titrasi berikutnya yaitu larutan asam cuka yang ada dalam erlenmeyer
setelah ditetesi 2-3 tetes indikator fenofhtalein warna larutan yang mualnya bening menjadi
merah muda. Hal tersebut terjadi karena pada titrasi pertama adalah NaOH sebagai basa kuat
dan pada titrasi yang kedua yang dititrasi adalah asam cuka sebagai basa lemah. Titrasi kedua
ini juga dilakukan sebanyak 3 kali, kemudian dihitung volume rata-ratanya, dan dapat
diketahui volume asam asetet yaitu 16,6 mL, 18,8 mL, dan 18,0 mL, dan di dapat rata-rata
17.8. Sehingga dapat di hitung dengan rumus :
% = V NaOH x N NaOH x BE Cuka x Pengenceran
ml (sampel)
NaOH + CH
3
COOH CH
3
COONa + H
2
O
Dari konsentrasi asam asetat yang diperoleh dapat kita ketahui hasil konsentrasi asam asetat
dalam jumlah presentasnya sebesar 9,110 %.
X. Kesimpulan
1. Titrasi merupakan penambahan pereaksi dari buret sekaligus mengukur volume
larutan yang keluar dari buret. Titrasi asam basa merupakan cara penerapan kadar
suatu zat (asam atau basa) berdasarkan reaksi asam basa.
2. Hasil NaOH dengan asam oksalat didapat hasil 0,0853 N.
3. Dalam hasil perhitungan di dapat nilai kadar asam asetat (%CH
3
COOH) dalam air
yaitu sebesar 9.110 %.

XI. DAFTAR PUSTAKA
Day, R.A, JR dan A.L Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta :
Penerbit Erlangga.
Khopkar. 2010. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.
Herman, J.Roth. 1985 . Analisis Farmasi. Yogyakarta ; Universitas Gajah Mada Pers

You might also like