You are on page 1of 7

Pendahuluan Praktikum FHA

Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
1
I. PENDAHULUAN
A. Polikioterm
Hewan poikiloterm adalah hewan yang sangat bergantung pada suhu di
lingkungan luarnya untuk meningkatkan suhu tubuhnya karena panas yang
dihasilkan dari keseluruhan sistem metabolismenya hanya sedikit. Suhu tubuh
hewan ini berubah sesuai dengan suhu lingkungannya. Hewan ini akan aktif bila
suhu lingkungan panas dan akan pasif (berdiam di suatu tempat) bila suhu
lingkungan rendah.
Ikan merupakan hewan poikilothermik yang suhu tubuhnya mengikuti
suhu lingkungan sekitarnya. Keluarnya suhu air dari suhu optimum menyebabkan
ikan berada di luar kondisi dari suhu optimumnya (Philips 1972 dalam Bestian
1996). Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan ikan tergantung interaksi
antara konsumsi pakan dan metabolisme (Breet 1979 dalam Bestian 1996).
Hal yang menyebabkan hewan tersebut tidak dapat menghasilkan panas
yang cukup untuk tubuhnya adalah karena darah dari hewan poikiloterm ini
biasanya bercampur antara darah bersih dan darah kotor. Ini disebabkan karena
belum sempurnanya katup pada jantung hewan tersebut.
B. Respirasi
Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan
jasad hidup melalui pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan
dalam menjalankan fungsi hidup. Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-
hari, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan. Namun, istilah respirasi
mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah pernapasan.
Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari
individu hingga satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
2
dengan penggunaan oksigen sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu
melibatkan oksigen.

Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai
unit penyimpan energi kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula
atau asam-asam lemak, dapat dipecah dengan bantuan enzim dan beberapa
molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi eksoterm (melepaskan energi),
energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk ATP atau
NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan
energi) dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.
C. Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan yang penting untuk organisme
aquatik. Suhu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu penyinaran,
sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta ke dalam air. Perubahan suhu
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air (Ghufran 2011).
Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia perairan maupun
fisiologis ikan (Wardoyo 1992). Suhu ialah faktor lingkungan yang berpengaruh
terhadap kecepatan metabolisme tubuh (Philips 1972 dalam Bestian 1996).
Kecepatan metabolisme ikan akan berlangsung optimal pada suhu optimal.
Ikan mempunyai selang suhu optimum untuk memenuhi laju metabolisme yang
diinginkan (Dean Goodnight et al. dalam Bestian 1996).
Pertumbuhan dan kehidupan ikan sangat dipengaruhi suhu air. Kisaran
suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis adalah antara 28-32C.
Kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g berat tubuh-jam. Kisaran
suhu 25C konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat tubuh-jam. Kisaran suhu
18-25C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu makannya menurun. Suhu air

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
3
12-18C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan pada suhu di bawah 12C ikan
tropis mati kedinginan. Secara teoritis, ikan tropis masih hidup normal pada suhu
30-35C jika konsentrasi oksigen terlarut cukup tinggi (Ahmad dkk. 1998 dalam
Ghufran 2011).


D. Ikan Nila
Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar
yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan
kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio) dalam produksi budi daya air tawar di
Indonesia. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture
Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon
sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia
karena konsumen Nila ada di berbagai benua.
Pasar ikan Nila sangat terbuka, baik pasar ekspor maupun pasar dalam
negeri. Amerika Serikat (AS) merupakan pasar ekspor nila terbesar di dunia.
Selain AS, pasar lainnya adalah Singapura, Hongkong, Jepang dan Uni Eropa.
Sementara di dalam negeri konsumen ikan nila terdiri dari rumah makan di
pinggir jalan hingga restoran dan hotel mewah. Ikan nila juga disukai oleh
konsumen rumah tangga sehingga pasar-pasar di pinggir jalan dan supermarket di
mall mewah memasarkan ikan nila tersebut. Ikan nila kini banyak dibudi dayakan
di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di dalam berbagai jenis
air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan
terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna
makanan secara efisien. Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap serangan penyakit.
E. Oksigen Terlarut

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
4
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
berasal dari fotosintesa dan absorbsi atmosfer/udara. Oksigen terlarut di suatu
perairan sangat berperan dalam proses penyerapan makanan oleh mahkluk hidup
dalam air. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan
dengan mengamati beberapa parameter kimia seperti oksigen terlarut (DO).
Semakin banyak jumlah DO (dissolved oxygen) maka kualitas air semakin baik,
jika kadar oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat degradasi anaerobik yang mungkin saja terjadi.
Satuan DO dinyatakan dalam persentase saturasi. Oksigen terlarut
dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau
pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan
pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu
perairan berasal dari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis
organisme yang hidup dalam perairan tersebut (SALMIN. 2000).
F. Tekanan Udara Terhadap Oksigen Terlarut
Menurut Henderson-Sellers & Markland (1987), sumber utama oksigen
terlarut di perairan adalah difusi dari udara. Laju transfer oksigen tergantung pada
konsentrasi oksigen terlarut di lapisan permukaan, konsentrasi saturasi oksigen,
dan bervariasi sesuai kecepatan angin.
Difusi oksigen dari atmosfer ke air bisa terjadi secara langsung pada
kondisi air diam (stagnan) atau adanya pergolakan massa air akibat arus atau
angin. Pada kondisi air diam, difusi terjadi apabila tekanan parsial udara lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan parsial permukaan perairan. Pada kondisi
pergolakan massa air, terjadi peningkatan peluang bagi molekul air untuk
bersentuhan dengan atmosfer (Wetzel 2001).

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
5
Penyerapan oksigen dari atmosfer ke dalam air terjadi dalam dua cara: (a)
difusi langsung di permukaan perairan dan (b) melalui berbagai bentuk agitasi
pada permukaan air, seperti gelombang, air terjun, dan turbulensi.
Semakin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, tekanan atmosfer
semakin rendah. Setiap peningkatan ketinggian suatu tempat sebesar 100 m
diikuti dengan penurunan tekanan hingga 8 mm Hg 9 mm Hg. Pada kolom air ,
setinggi peningkatan kedalaman sebesar 10 m disertai dengan penigkatan tekanan
sekitar 1 atmosfer (Cole, 1988).
Peningkatan suhu sebesar 1C akan meningkatkan konsumsi oksigen
sekitar 10% (Brown, 1987).
G. Pengaruh Ketinggian Terhadap Kadar Oksigen
Perairan alam konsentrasi oksigen terlarut dalam fungsi dari proses biologi
seperti proses fotosintesa dan respirasi dan proses fisika seperti pergerakan air dan
suhu (Sudaryati, 1991). Di permukaan air konsentrasi oksigen rendah,
dikedalaman tertentu di daerah fotik mencapai maksimum, dan di dasar perairan
konsentrasinya menurun lagi, selama stratifikasi panas, konsentrasi oksigen
terlarut di dasar perairan rendah karena pengambilan oleh mikroba untuk respirasi.



H. Pengaruh Keberadaan Ikan Terhadap Oksigen Terlarut

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
6

I. Pengaruh Kadar Oksigen Terlarut Terhadap Kualitas Perairan
Berdasarkan kandungan (oksigen terlarut), maka pengelompokan kualitas
perairan air laut dapat dibagi menjadi empat macam yaitu tidak tercemar (> 6,5
mgr/l ), tercemar ringan (4,5 6,5 mgr/l), tercemar sedang (2,0 4,4 mgr/l) dan
tercemar berat (< 2,0 mgr/l) (Odum, 1971).
Limbah bahan organik biasanya dibuang di sungai secara sembarangan.
Akibat dari perbuatan manusia itu sendiri yang melakukan Pembuangan limbah
organik ke dalam sungai menimbulkan perubahan kondisi yang ditengarai oleh
fluktuasi oksigen dan jenis organisme yang hidup di lokasi tersebut
Sebelum titik pembuangan limbah, oksigen terlarut dapat menyangga
populasi normal dalam kondisi air bersih (zona bersih). Langsung dibawah
sumber pencemaran, kadar oksigen mulai menurun karena bakteri banyak
melakukan dekomposisi limbah. Beberapa jenis ikan pemakan dekomposer masih
dapat bertahan pada zona ini (zona dekomposisi). Lebih jauh ke hilir, oksigen
makin menipis, dan mungkin terjadi kondisi yang anaerobik (tanpa oksigen),
sehingga hanya mikroorganisme dan invertebrata yang paling resisten saja yang
dapat bertahan hidup (zona septik). Semakin lama semua materi organik akan
habis terdekomposisi, jumlah dekomposer menurun, dan kadar oksigen kembali
meningkat (zona perbaikan). Semakin ke hilir, keadaan akan bertambah baik
sehingga akan terjadi keseimbangan baru suatu komunitas perairan bersih (zona
bersih). Panjang pendeknya setiap zona tergantung pada volume limbah, suhu air,
dan kuatnya arus air.

II. ALAT DAN BAHAN
2.1. Alat

Pendahuluan Praktikum FHA
Minggu ke-2
KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN NILA



Ridwan Fadil Arif | Kelas B
230110130134 | Lab FHA
7
a. Wadah plastik, untuk tempat percobaan
b. DO meter atau seperangkat alat titrasi dengan metode Winkler
c. Jam tangan, untuk penunjuk waktu
d. Timbangan, untuk mengukur bobot ikan
e. Cling wrap, bahan pelapis/penutup terbuat dari plastik
2.2. Bahan
a. Ikan Nila
b. Reagen untuk titrasi oksigen terlarut dengan metode Winkler

III. CARA KERJA
3.1 Siapkan wadah plastic yang telah diisi air penuh
3.2 Ukur oksigen terlarutnya dengan menggunakan DO meter atau titrasi
metode Winkler, catat hasilnya.
3.3 Timbang ikan, lalu catat bobotnya
3.4 Masukkan ikan dengan hati-hati tanpa ada air yang memercik
3.5 Tutup wadah percobaan dengan cling wrap, agar tidak ada kontak dngan
udara luar
3.6 Wadah percobaan dibiarkan selama 60 menit
3.7 Setelah selesai, penutup plastik dibuka, ikan dipindahkan secara hati-hati ,
jangan sampai terjadi percikan air, lalu ukur oksigen terlarut pada media
air wadah percobaan tersebut dengan menggunakan DO meter atau titrasi
metode Winkler, catat hasilnya.
3.8 DO
awal
- DO
akhir
adalah konsumsi oksigen ikan tersebut

You might also like