You are on page 1of 6

OBJEK PEKERJAAN PERENCANA KAWASAN!!

Perencanaan kota adalah profesi yang menawarkan berbagai peluang bagi orang-
orang yang memiliki banyak bakat dan aspirasi yang berbeda. Perencana kota
merencanakan masa depan perkotaan, lebih tepatnya memastikan bahwa kota telah
tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang dibutuhkan, termasuk:
1. Perumahan
o Perencana merencanakan kebutuhan perumahan
o Bersama dengan masyarakat menentukan tipe rumah dan zona kawasan
perumahan
o Merumuskan kebijakan harga perumahan untuk memastikan agar masyarakat
berpenghasilan rendah bisa tetap memiliki perumahan yang nyaman dan
terjangkau.

2. Kawasan Bisnis (Perkantoran, Perdagangan, Industri)
o Menentukan zonasi/kawasan yang tepat untuk industri (pabrik), perdagangan, dan
perkantoran
o Menciptakan lapangan kerja untuk masyarakat, melalui pengembangan ekonomi
lokal yang disesuaikan dengan potensi lokal
o Merencanakan program yang mendukung pengembangan ekonomi lokal, seperti
memberikan pelatihan keterampilan

3. Sarana dan Prasarana Transportasi
o Mempelajari dan menganalisa kebutuhan sarana dan prasarana transportasi yang
dibutuhkan pada suatu kawasan berkembang

4. Jaringan Air Bersih dan Sistem Pengolahan Limbah
o Bekerja dengan para insinyur bangunan dan ahli hidrologi untuk menghasilkan
produk perencanaan yang memperhatikan kebutuhan dasar dalam infrastruktur
kawasan yaitu ketersediaan jaringan air bersih dan sistem pengolahan limbah serta
menerapkan manajemen yang sesuai pada kawasan tersebut.

5. Ruang Publik dan Rekreasi
o Mempelajari distribusi masyarakat berdasarkan golongan usia yang cenderung
dominan pada kawasan tertentu untuk dapat memberikan alternatif perencanaan
ruang publik apa yang tepat pada kawasan tertentu. Sebagai contoh, kota yang
didominasi oleh pelajar dan anak-anak tentu membutuhkan lebih banyak variasi
ruang publik dan ruang rekreasi daripada kota yang didominasi oleh golongan
masyarakat usia lanjut.

6. Kebutuhan Ruang dimana Orang akan Hidup dan Bertempat Tinggal
o Memahami kebutuhan dasar manusia untuk hidup dan bertempat tinggal
mencakup kebutuhan ruang untuk rumah, bekerja, berbelanja, dan berekreasi.
Setiap individu memiliki keleluasan untuk memilih tempat apa yang sesuai bagi
mereka untuk beraktivitas berdasarkan banyak faktor, salah satunya adalah faktor
perancangan kawasan. Pertimbangan-pertimbangan perancangan seperti
ketinggian maksimal bangunan, jarak dengan akses terdekat, dimana mereka harus
memarkir kendaraan, bak puzzle dalam sebuah perencanaan kawasan. Hilang satu
bagian, maka bagian keseluruhan tidak akan sempurna. Oleh karena itu, penting
bagi seorang perencana untuk menghasilkan perencanaan yang sebisa mungkin
memberikan tempat yang nyaman bagi masyarakat untuk hidup dan bertempat
tinggal.

7. Perkembangan Komunitas
o Setiap perencana fokus pada perkembangan kehidupan sosial masyarakat yang
terjadi pada suatu kawasan. Isu-isu sosial seperti kemiskinan, tingkat pendidikan,
angka pengangguran, dan kesenjangan sosial antara perkotaan dan pedesaan,
merupakan bagian dari apa yang dikerjakan oleh seorang perencana. Perencanaan
kawasan semestinya dapat mendeteksi dan mengatasi serta meminimalisir resiko
dari setiap permasalahan sosial.

8. Ketersediaan Energi
o Pekerjaan perencana hampir selalu berkaitan dengan pasokan dan ketersediaan
energi untuk dapat memprediksi kebutuhan energi di masa datang sekaligus
merencanakan fasilitas penunjang untuk kebutuhan sumber energi dan distribusi
energi seperti jaringan pipa gas alam, kawasan gudang minyak bumi, dan
sebagainya.

PELUANG KERJA DI BIDANG PERENCANAAN
Perencanaan merupakan bidang pekerjaan yang universal. Setiap bidang pekerjaan
pasti membutuhkan seorang perencana, pekerjaan yang relatif kecil namun terus
berkembang setiap saat. Berdasarkan hasil pengamatan The Bureau of Labor Statistics,
pekerjaan di bidang perencanaan meningkat sebanyak 15% dalam rentang waktu 2006-
2016, pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bidang pekerjaan lainnya.
Perencana dapat bekerja dalam institusi pemerintah maupun bekerja dalam institusi
swasta. Kebanyakan perencana bekerja pada institusi swasta. Pengamatan tahun 2009,
sebanyak 25% tenaga perencana bekerja di konsultan swasta dan 2% lainnya bekerja pada
perusahaan pengembang swasta (private developers). Lingkup pekerjaan perencana
meliputi berbagai macam tipe kawasan kota, mulai dari kota-kota skala besar hingga kota-
kota kecil yang tingkat permukiman dan populasi rendah.

PERKEMBANGAN MODEL PERENCANAAN ERA ABAD KE-19
Dasar-dasar pemikiran tentang perencanaan kawasan sebenarnya mulai tumbuh
dan berkembang sejak tahun 1890. Pada saat itu orang mulai mempelajari keterkaitan
antara tata guna lahan dengan tingkat kesehatan masyarakat yang hidup dan tinggal pada
suatu lingkup kawasan. Beberapa ahli kesehatan tidak dapat memahami bagaimana
masyarakat yang tinggal di bagian tertentu pada suatu kota lebih rentan sakit. Satu teori
mengatakan bahwa ada hubungan antara karateristik lahan seperti tingkat kelembaban,
uap dari rawa, dan lingkungan yang berbau tidak sedap dapat menyebabkan penyakit.
Para ahli kesehatan akhirnya bekerja sama dengan insinyur untuk melakukan perencanaan
lingkungan yang baik guna mencegah penyebaran penyakit. Perencanaan lingkungan
tersebut menekankan pada pengolahan limbah, perbaikan drainase pada area basah, serta
pembangunan taman kota dimana setiap orang dapat menikmati udara bersih dan dapat
mengurangi tingkat polusi udara seta sampah yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit.
Dari dasar pemikiran tersebut, perencanaan kawasan kemudian berkembang sesuai
dengan tahapan sebagai berikut:

1. Idealisme Perancangan
Bahwa model perencanaan kawasan yang berkembang saat itu merupakan bentuk
idealisme sang perancang (urban designer). Setiap perancang kawasan memiliki
pandangan yang berbeda-beda tentang model tata kota yang ideal. Sebagai contoh,
Ebenezer Howard menciptakan model kota garden cities for tomorrow sebagai visi kota
masa depan yang ideal. Kemudian seorang pengamat industri George Pullman merancang
permukiman dan retail pada kawasan pabrik lokomotif kereta api.

2. Kemunculan Zonasi
Bermula dari idealisme, perencanaan berkembang tidak hanya pada kawasan yang
kecil tetapi pada lingkup yang lebih besar yaitu kota lengkap dengan berbagai aspek sosial-
ekonomi yang ada. Perencanaan kawasan pada kota tidak lagi hanya sebagai visi namun
juga memahami keterkaitan setiap elemen yang ada pada kawasan kota tersebut seperti
perpindahan manusia, menciptakan atmosfer yang nyaman untuk beraktivitas, menjaga
setiap manusia agar tetap aman dan sehat, dan merencanakan bagaimana aktivitas
perdagangan dapat berkembang dan menciptakan keuntungan.
Adanya berbagai aspek yang perlu ditampung memunculkan pemikiran baru dalam
perencanaan yaitu membagi dan menentukan kawasan mana yang perlu dikembangkan
dan kawasan mana yang perlu dikendalikan. Kawasan yang perlu dikendalikan merupakan
kawasan dengan tingkat aktivitas yang cenderung tinggi. Pembagian ini yang kemudian
dikenal dengan istilah zoning dengan turunannya berupa zoning code dan zoning regulation
dalam suatu perencanaan kawasan.

3. Kebijakan Perencanaan
Pada saat krisis global yang dikenal sebagai The Great Depression pada tahun 1930,
perencana bekerja membantu mengembangkan kebijakan dalam perencanaan kawasan
untuk menjawab kebutuhan akan lapangan pekerjaan dan permukiman. Sejak saat itu,
dunia perencanaan merambah pada kebijakan perencanaan kawasan untuk menyelesaikan
masalah tertentu seperti kebijakan perencanaan untuk menanggulangi kemiskinan yang
dicanangkan pada masa pemerintahan Presiden Lyndon B. Johnson.

4. Perencanaan dan Ketidakadilan Sosial
Pada dasarnya perencana kawasan tidak dapat berdiri sendiri dalam menghasilkan
perencanaan kawasan yang baik. Perlu adanya partisipasi publik dalam proses
perencanaan karena pada dasarnya perencanaan kawasan berinti dasar pada aktivitas
masyarakat. Masyarakat adalah pihak yang terkena dampak langsung dari suatu
perencanaan kawasan. Bila perencanaan yang dihasilkan tidak bertumpu pada keadilan
sosial, maka efek dari perencanaan tersebut bisa jadi menimbulkan reaksi sosial yang
menghambat perkembangan suatu kawasan. Seperti yang terjadi pada tahun 1960 dimana
hampir sebagian besar perencana menutup diri dari masyarakat yang hidup pada suatu
kawasan. Akibatnya perencanaan yang mereka hasilkan tidak dapat diimplementasikan
karena dianggap tidak cukup sesuai dengan kondisi lingkungan pada kawasan tersebut.

PERENCANAAN MASA KINI
Pada tahun 1980 dan 1990 tercetus sebuah gerakan yang disebut sebagai Smart
Growth Movement dimana setiap perencanaan sebaiknya berorientasi pada lingkungan
seperti mencegah meningkatnya polusi udara, melindungi ketersediaan air, dan melindungi
habitat dari spesies yang hampir punah akibat pertumbuhan kawasan yang tidak
terkendali. Saat ini, tiga pendekatan utama perencanaan (desain, perencanaan guna lahan,
dan kebijakan perencanaan) digunakan bersamaan dengan cara yang lebih terintegrasi.


Prinsip dasar perencanaan kawasan:
1. Berorientasi pada Masa Depan
Bagaimana perencanaan dapat menjawab tantangan masa depan, mengantisipasi
setiap kemungkinan dan resiko yang akan dihadapi di masa depan, serta
merekomendasikan strategi dalam pembangunan kota di masa depan.
2. Fokus pada Tempat
Perencanaan adalah tentang tempat, baik berupa lingkungan alam maupun
lingkungan buatan. Perencanaan adalah membentuk komposisi lingkungan alamiah
maupun lingkungan buatan agar tetap seimbang.
3. Membantu Menentukan Keputusan yang Tepat
Perencana mempelajari berbagai opsi dan memberikan rekomendasi alternatif solusi
untuk menyelesaikan masalah. Sedangkan pengambilan keputusan dilakukan oleh
pihak yang berwenang, misalnya pemerintah.

PROSES PERENCANAAN

Analisa sebab
akibat
Analisa thdp upaya
penyelesaian yang
pernah dilakukan
Alternatif solusi :
Solusi thdp kasus serupa yang pernah
dilakukan sebelumnya
Pendekatan baru dalam
menyelesaikan permasalahan
Mengumpulkan dan
menganalisis
informasi
Klarifikasi output yang
harus dicapai dari
kebijakan yang ada
Memberikan berbagai
alternatif untuk
penyelesaian
permasalaha
Komponen yang paling esensial dari keseluruhan proses perencanaan adalah
keterlibatan masyarakat. Menggalang keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan
bukanlah hal yang mudah. Salah satu strategi untuk menggalang keterlibatan masyarakat
adalah dengan pendekatan komunikasi secara intensif. Komunikasi dapat menggunakan
media apa saja, seperti elektronik, media massa, cyber net, charrette, dan sebagainya.
Charrette adalah salah satu bentuk komunikasi publik dalam perencanaan dengan
melakukan public meeting guna menampung aspirasi/opini publik terhadap perencanaan
yang baik untuk lingkungan mereka. Charrette dapat menggunakan media gambar, peta,
dan sebagainya.

KEAHLIAN YANG DIBUTUHKAN PERENCANA
Beberapa keahlian yang dibutuhkan seorang perencana untuk melakukan
pekerjaannya adalah:
1. Keahlian menganalisa (research skills);
2. Kemampuan berkomunikasi dengan baik;
3. Kemampuan menganalisa angka (angka pertumbuhan penduduk, angka unit
permukiman, angka mata pencaharian penduduk, dan sebagainya);
4. Memiliki pemahaman yang baik tentang geografi;
5. Mampu mengoperasikan peralatan dalam pemetaan dan analisa informasi spasial;
dan
6. Memiliki kemampuan dalam bidang arsitektur, arsitektur lansekap, atau urban
design.

KELEMAHAN PROFESI PERENCANA
Kenyataan yang harus dihadapi oleh seorang perencana yang terkadang
menyurutkan ketertarikan seseorang untuk berprofesi sebagai seorang perencana antara
lain:

1. Ketidakseimbangan antara Work Life dan Family Life
Seorang perencana terkadang mengalami ketidakseimbangan dalam pekerjaan dan
kehidupan pribadi akibat dari tuntutan profesi yang harus dipenuhi. Pekerjaan perencana
terkadang memakan waktu hingga malam hari. Ketidakseimbangan tersebut bagi sebagian
orang menimbulkan rasa khawatir apabila harus menjadikan perencana sebagai profesi
pilihan.

2. Berhadapan pada Kebijakan yang Bersifat Politis
Proses perencanaan ada kalanya harus berhadapan pada kebijakan yang bersifat
politis. Perencanaan yang dianggap baik belum tentu dapat diwujudkan hanya karena tidak
menguntungkan satu pihak. Hal tersebut terkadang menjadi tekanan berat bagi seorang
perencana dalam melakukan perencanaan.

3. Waktu Kerja yang Panjang
Waktu kerja yang panjang dalam perencanaan terkadang menghambat keinginan
seseorang untuk menjadi seorang perencana. Sebagai perbandingan, seorang arsitek
dapat terlibat dalam suatu pekerjaan paling lama 1-2 tahun setelah bangunan yang
dirancang selesai dibangun, sedangkan perencana baru menikmati hasil dari apa yang dia
rencanakan dalam waktu yang lebih lama, 10 hingga 20 tahun.

You might also like