You are on page 1of 4

TUGAS BAHASA INDONESIA

AKANKAH AKU MENCINTAI PSIKOLOGI?

















Oleh :
Khairil Anwar I1C110220







PROGRAM STUDI PSIKOLGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2011
AKANKAH AKU MENCINTAI PSIKOLOGI?

Pagi ini, rumput seperti tak bergoyang, tunduk dan terdiam. Butung pun tak
bernyanyi. Membuatku tak ingin beranjak dari tempat tidurku. Tetapi seperti
biasa, ibuku membangunku. Beliau tidak akan berhenti mencoba
membangunkanku sampai aku terbangun. Dan akupun terpaksa beranjak dari
tempat tidurku untuk mencoba mengukir pagiku dan berharap keajaiban akan
datang.
Beginilah aku, setiap pagi setelah bangun pagi kerjaanku hanya di rumah,
mengerjakan yang aku sukai dan hal yang aku suka untuk dikerjakan. Seperti
semboyan hidupku Do if I like and like do to. Hidup begitu terus memang
menyenangkan, tetapi lama-lama aku juga bosan. Ingin rasanya cepat memiliki
aktivitas dan sok sibuk seperti saat sibuk belajar dan praktikum di sekolah
menengahku dulu.
Hari berganti hari, dan akupun semakin bosan. Tapi kini si Juli sudah
datang. Kedatangan si Juli tentu sangat dinanti-nanti olehku dan rekan-rekan
putih-abu lainnya. Karena kedatangan si Juli menandakan waktu pendaftaran
kuliah telah datang. Akupun berbondong-bondong seperti yang lainnya untuk
berkompetesi mendapatkan kursi di tempat kuliah yang ku inginkan.
Dan akhirnya kursiku direbut orang dan aku terdampar di Program Studi
Psikologi Fakultas Kedokteran Banjarbaru. Psikologi? Apa ini?, dalam
benakku. Akupun mulai menelaah ilmu yang akan menjadi teman hidupku di maa
akan datang ini. Telaah demi telaah ternyata berdasarkan bahasa, psikologi terdiri
dua kata yang berasal dari Yunani, psyche (jiwa) dan logos (ilmu). Jadi secara
sederhana, psikologi adalah ilmu mengenai jiwa. Pada awalnya psikologi hanya
termasuk ilmu kursi goyang maksudnya hanyalah sebuah kajian hasil diskusi
para filsuf.
Pada telaah yang pertama ini dapat ku simpulkan bahwa ilmu baru ini
adalah ilmu yang punya sangat banyak teori dari banyak tokoh. Ini tampak jelas,
dari pengertiannya saja banyak sekali pengertian dari tokoh yang berbeda-beda.
Seperti : Psikologi adalah ilmu yang mempelajari adanya jiwa dan kehidupan
jiwa (Bigot, Kohnstamm, dan Palland, 1954). Psikologi adalah suatu studi
sistematik tentang tingkah laku (Garret, 1961). Psikologi adalah studi ilmiah
tentang kegiatan-kegiatan individu dalam hubungannya dengan lingkungan
(Woodworth dan Marquis, 1961). Psikologi adalah suatu ilmu tentang tingkah
laku organisme (Ruch dan Zimbardo, 1971). Psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tingkah laku dan proses-proses mental (Hillgard, Atkinson, dan
Atkinson, 1975). Psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku manusia dan hewan;
hal itu meliputi penerapannya pada masalah-masalah manusia (Morgan, King,
dan Robinson, 1979).
Teori-teori yang banyak itu membuatku mulai bosan dengan perkuliahan.
Mungkin karena hal ini bertolak belakang dengan disiplin ilmu yang ku pelajari
waktu sekolah menengah dulu. Seperti ada pergeseran paradigma dalam jiwaku,
dari sains ke sosial. Tetapi untunglah karena kebosananku sering terobati oleh
berbagai pola tingkah laku rekan-rekan mahasiswa lain dan sangat terobati dengan
dosen-dosen yang begitu hebat.
Tidak seperti rekan-rekan mahasiswa yang lain yang mengambil jurusan
psikologi karena profesi psikologi dianggap mempunyai nilai lebih di masyarakat
sehingga mereka mengharapkan nantinya mereka mempunyai pekerjaan yang
layak. Mereka beranggapan bahwa profesi psikologi mempunyai peran penting
dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga mereka mempunyai perkiraan bahwa
nantinya akan banyak lapangan pekerjaan yang tersedia. Disamping itu, dengan
berkuliah di jurusan psikologi mereka juga punya pengharapan lain yaitu untuk
dapat membantu sesama manusia yang membutuhkan. Tetapi tidak sedikit juga
kenyataanyang bertolak belakang, bahwa banyak mahasiswa yang tidak
bersungguh-sungguh dalam berkuliah di jurusan psikologi. Kebanyakan dari
mereka menunjukkan sikap yang bertentangan dengan apa yang seharusnya
ditampilkan.
Bulan berganti bulan, hingga akhir semester tiba, dan aku mendapat IP
pertamaku di dunia baru ini. Hasilnya memang tak begitu memuaskan, mungkin
karena jiwaku belum menyatu dengan dunia baru ini. Hingga aku belum benar-
benar mencintainya. Mencintai ilmu baruku ini memang tak semudah mencintai
kekasihku.
Semester baru pun datang dan ternyata semakin banyak teori-teori yang
harus dipelajari. Tetapi kini berbeda, ilmu-ilmu baru itu membuatku memahami
bahwa sesungguhnya kehidupan individu tidak bisa lepas dari lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Sejak individu dilahirkan,
sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia sekitarnya. Di
lingkungan tersebut individu menerima stimulus-stimulus yang merangsang
individu untuk melakukan persepsi. Persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu
proses dimana individu memberi arti terhadap suatu stimulus atau objek atau
fenomena yang terjadi berdasarkan kesan yang ditangkap panca inderanya. Dan
mungkin stimulus-stimulus psikologi akan mampu menembus sawar darah
otakku, sehingga tertanam kuat di otakku dan persepsiku akan bergeser menjadi
Aku mencintai psikologi.
Apalagi, perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut perubahan di
berbagai bidang, dari ilmu pengetahuan, teknologi, hukum hingga sistem
komunikasi. Informasi dari satu tempat ke tempat lain bergerak dengan cepat dan
arusnya pun sulit bahkan tidak bisa untuk dibendung. Banjirnya informasi
melanda berbagai hal dalam kehidupan, sehingga menggoyahkan tata nilai
masyarakat terutama masyarakat yang sedang berkembang.
Hal ini menjadikan permasalahan hidup semakin kompleks, baik yang
menyangkut hubungan dengan orang lain ataupun yang terjadi pada diri individu
itu sendiri, seperti stress kerja, konflik rumah tangga, masalah anak dan lain-lain.
Banjirnya informasi yang didapat dari media komunikasi baik secara langsung
maupun tidak langsung dapat juga menggoyahkan tata nilai dalam masyarakat.
Kondisi semacam inilah, iklim untuk mengembangkan profesi membantu,
seperti profesi psikologi.

You might also like