You are on page 1of 6

Multiple intelligences: Model Pembelajaran yang Memanusiakan Manusia

Gardner dalam Hoerr (2007:12) mengungkapkan adanya 8 kriteria suatu hal


dapat dikatakan sebagai kecerdasan. Kriteria tersebut antara lain; (1) memiliki potensi
untuk terisolasi, (2) ditunjukkan dengan keberadaan orang idiot-genius, berbakat, dan
individu luar biasa memperlihatkan tingkat kecakapan tinggi pada suatu bidang, (3)
memiliki proses inti yang dapat dikenali, (4) memiliki perkembangan sejarah yang
berbeda, (5) memiliki sejarah evolusioner, (6) didukung uji psikologis, (7) didukung
temuan psikometrik, dan (8) memiliki kelemahan terhadap pengodean sistem simbol.
Dari kedelapan kriteria tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa ada lebih banyak
kecerdasan daripada kecerdasan yang telah diakui masyarakat selama ini, yaitu tes IQ
dan kecerdasan lain yang biasa dihargai di sekolah. Keaneragaman dan banyaknya
kecerdasan tersebut dalam teori psikologi sering disebut multiple intelligences. Dalam
teori ini dikatakan bahwa semua anak memiliki kelebihan. Cerdas menurut Gardner
(Hoerr, 2007: 130) bukan ditentukan oleh nilai ulangan, namun menjadi cerdas
ditentukan oleh seberapa baik siswa belajar dengan cara yang beragam.
Dalam teori ini, Gardner mengemukakan bahwa ada 8 kecerdasan yang dimiliki
oleh setiap manusia, antara lain; kecerdasan linguistic, kecerdasan visual-spatial,
kecerdasan logical-mathematic, kecerdasan musical, kecerdasan kinestetik, kecerdasan
natural, kecerdasan interpersonal, dan kecerdasan intrapersonal. Dari kedelapan
kecerdasan yang dimiliki, hanya ada satu atau dua kecerdasan yang menonjol.
Kecerdasan yang menonjol itulah yang digunakan setiap individu untuk memecahkan
masalah dan mengembangkan kreativitasnya.
Teori multiple intelligences dalam psikologi, menjadi dasar awal munculnya model
pembelajaran multiple intelligences. Teori yang telah dikonsumsi oleh dunia pendidikan
sebagai sebuah model pembelajaran tersebut, meng-iyakan adanya perbedaan individu
dalam hal kecerdasan. Setiap individu memiliki keunikan yang berbeda- beda. Setiap
keunikan seharusnya diakui dan mendapat penghargaan dari masyarakat. Pengakuan
dan penghargaan terhadap kecerdasan yang dimiliki siswa tersebut mempengaruhi
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dan penilaian yang diberikan.
Guru adalah pemeran utama dalam perencanaan pembelajaran. Melihat adanya
berbagai kecerdasan siswa yang berpengaruh pada proses pembelajaran dan penilaian,
maka seharusnya gurulah yang memiliki kewajiban untuk mengembangkan setiap
potensi yang telah dimiliki peserta didik dan gurulah yang seharusnya memperhatikan
bagaimana cara memberikan pelajaran pada siswa menurut kecerdasan yang dimiliki.
Namun senyatanya, keberadaan berbagai kecerdasan tidak menjadi hal yang
dianggap penting oleh guru. Pembelajaran yang dilaksanakan seringkali terpaku pada
pembelajaran terdahulu yang hanya menekankan satu atau dua kecerdasan saja. Anak
yang memiliki kecerdasan sesuai dengan cara pembelajaran yag dilakukan oleh guru,
tentunya akan mudah untuk menerima materi pembelajaran. Kecerdasan yang dimiliki
pun akan terasa diakui dan dihargai. Potensi yang dapat berkembang hanya anak yang
memiliki kecerdasan itu saja. Lalu bagaimana dengan anak yang memiliki kecerdasan
lain? Bagaimana cara siswa lain mengembangkan potensi yang dimiliki?
Menurut penulis, multiple intelligences dapat menjawab pertanyaan tersebut.
Inilah alasan mengapa model pembelajaran ini dapat memanusiakan manusia. Karena
dengan penerapan model pembelajaran ini, siswa sebagai manusia yang memiliki
kecerdasan dalam dirinya akan merasa diperhatikan, diakui keberadaannya, dihargai
setiap langkah pemecahan masalah dengan menggunakan kecerdasannya, serta diberi
ruang kosong atau kebebasan untuk berekspresi dan mendapatkan ilmu pengetahuan
berdasarkan kecerdasan yang dimiliki.
Berikut adalah contoh penerapan kedelapan kecerdasan yang diusung oleh
Gardner sebagai usaha memanusiakan manusia. Ketika diterapkan dalam pembelajaran,
guru dapat mengembangkan kecerdasan linguistic misalnya dengan memberikan
kesempatan pada siswa untuk belajar dengan berbicara, membaca, atau dengan
menulis. Untuk mengembangkan kecerdasan logical- mathematical, siswa dapat
meminta siswa utuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan angka.
Kecerdasan musical dapat dikembangkan misalnya dengan meminta siswa membuat
lagu tentang materi yang disampaikan lalu dinyanyikan.
Untuk mengembangkan kecerdasan visual- spasial, guru dapat memahamkan
siswa akan sebuah materi dengan bantuan gambar- gambar yang dapat
menggambarkan isi materi. Lalu kecerdasan kinestetik dapat dikembangkan dengan
meminta siswa bermain peran. Sedangkan kecerdasan naturalin dapat dikembangkan
misalnya dengan meminta siswa melakukan pengamatan atau percobaan tentang
tumbuhan di sekitar sekolah. Kecerdasan intrapersonal dikembangkan dengan
membiasakan siswa untuk berdiskusi dan bekerjasama dalam mengerjakan tugas di
kelas. Yang terakhir, yaitu kecerdasan intrapersonal yang dapat dikembangkan dengan
memberikan penugasan kepada individu.
Model pembelajaran ini sangat cocok apabila digunakan dalam proses
pembelajaran maupun dalam menentukan penilaian bagi peserta didik. Hal ini
dikarenakan setiap siswa memiliki keunikan masing- masing. Potensi yang dimiliki
setiap siswa harus mampu dikembangkan dalam pendidikan. Hal itu senada dengan
tujuan pendidikan Negara kita dalam UU Sisdiknas tahun 2003 yang menegaskan bahwa
pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik.
Dimana tujuan pendidikan jugalah yang menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan.
Kedua, dengan penggunaan model pembelajaran tersebut, tidak akan ada siswa
yang mendapat label `bodoh` dari guru maupun masyarakat. Persepsi masyarakat akan
kecerdasan sedikit demi sedikit akan berubah dan mengakui adanya berbagai macam
kecerdasan yang pasti dimiliki oleh setiap siswa. Model pembelajaran ini juga dapat
mengentaskan siswa yang dianggap terhambat (yang tidak begitu kuat dalam
kecerdasan akademis).
Ketiga, `aktif` merupakan sebuah tindakan atau perilaku yang sangat penting di
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran multiple intelligences akan mengubah
pembelajaran pasif menjadi aktif. Model tersebut dapat mengaktifkan siswa dengan
berbagai macam kegiatan pembelajaran yang mengandung pengembangan berbagai
jenis kecerdasan. Keempat, dari berbagai macam kecerdasan yang akan menjembatani
siswa dalam memperoleh ilmu pengetahuan tersebut, guru dapat mengetahui bakat
yang dimiliki siswa. Sehingga guru dapat dengan mudah menentukan langkah yang
digunakan untuk mengajar setiap siswa.
Lalu, bagaimana rasanya jika guru mengajar memperhatikan potensi atau
kecerdasan yang kita miliki? Pasti senang bukan? Rasa senang yang timbul pada diri
siswa ketika belajar, akan meningkatkan semangat dan motivasi siswa. Pengetahuan
pun dengan mudahnya akan dipahami siswa. Keenam, ketika kecerdasan siswa telah
diakui dan dihargai oleh guru dan siswa lainnya, seorang siswa akan jauh lebih percaya
diri dalam menggunakan kecerdasannya untuk menjadi tutor sebaya. Siswa pun akan
dengan mudah meningkatkan kecerdasan terpendam yang dimiliki karena teman
sebayanya yang menjadi tutor.
Walaupun model multiple intelligences ini memiliki banyak keuntungan ketika
digunakan, model pembelajaran ini juga belum dikatakan sempurna karena untuk
menggunakan model pembelajaran ini diperlukan kesadaran guru dan pelaku
pendidikan lainnya akan adanya berbagai macam kecerdasan. Karena tanpa kesadaran
ini, guru tidak akan mengakui dan menghargai berbagai keunikan yang dimiliki siswa.
Kedua, tidak semua materi yang akan diajarkan, dapat menggunakan model
pembelajaran ini. Ketiga, penerapan model pembelajaran multiple intelligences belum
memiliki cara tunggal yang benar. Seperti dikatakan Gardner dalam Hoerr (2007: 16)
bahwa sangat ditakutkan apabila model pembelajaran ini akan disalahartikan
penerapannya apabila belum ada standar pelaksanaan yang benar. Seperti pernah
ditemui oleh Gardner dalam suatu sekolah. Guru di sekolah tersebut, memutar musik
selama pembelajaran berlangsung. Tentunya itu merupakan cara yang kurang tepat
apabila memperhatikan siswa yang tidak dapat belajar dengan mendengarkan musik
dan tentunya kecerdasan musical tidak dapat dikembangkan hanya dengan
menggunaka iringan musik ketika pembelajaran berlangsung. Padahal seharusnya
pembelajaran dilakukan secara efektif.
Keempat, hal yang harus disiapkan sekolah dan guru sangat banyak. Terutama
dalam hal tenaga, waktu, dan biaya. Dalam pelaksanaannya, tentu membutuhkan waktu
yang relatif lebih banyak agar siswa benar- benar paham akan materi yang
disampaikan. Tenaga juga diperlukan oleh seorang guru, karena harus menghandle
pembelajaran yang memperhatikan kecerdasan setiap individunya. Biaya yang
diperlukan untuk membeli perangkat pembelajaran yang dibutuhkan juga tidak hanya
sedikit.
Selain keempat kekurangan yang telah disebutkan, berbagai kendala juga mungkin
akan dirasakan oleh pendidik. Misalnya, dalam penyusunan penilaian. Dikarenakan,
model pembelajaran multiple intelligences ini dalam penilaiannya tidak hanya menilai
satu atau dua aspek dalam bentuk angka, maka akan dirasa sulit. Contoh konkretnya
adalah dalam menilai bakat musical dengan visual- spasial tentu lebih sulit
dibandingkan dengan menilai bakat logical- mathematical saja. Selain dalam hal
penilaian, pendidik juga belum dapat secara bebas mengguakan model ini dalam setiap
pembelajaran dikarenakan kurikulum yag belum mendukung.
Dari segenap paparan di atas menurut pesrpektif penulis sebagai calon guru
menyatakan sangat setuju dengan dilaksanakannya pembelajaran menggunakan model
tersebut. Hal itu dikarenakan, sebagai seorang guru kita harus mengakui adanya
keunikan yang dimiliki oleh masing- masing peserta didik. Kita harus memberikan
penghargaan terhadap potensi yang memang harus dikembangkan, karena seyogyaya
pendidikan itu bukanlah jalan yang akan meghambat peserta didik dengan menetapkan
sebuah nilai tes sebagai tolok ukurnya, namun justru pendidikanlah jalan bagi peserta
didik untuk mengembangkan segala hal yang melekat pada dirinya, yaitu potensi.
Dengan pengakuan, penghargaan dan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
yang dilakukan merupakan suatu langkah pendidikan, yaitu memanusiakan manusia.
Apa yang membuat manusia merasa dimanusiakan? Salah satu factor penentunya
adalah adanya pengakuan terhadap dirinya. Terhadap segala hal yang dimilikinya. Itu
juga pasti yang akan dirasakan oleh siswa ketika model pembelajaran ini diterapkan.
Berbagai cara belajar yang dilakukan dalam proses pembelajaran demi
mendukung kedelapan kecerdasan, dapat membuat pembelajaran akan terasa adil
untuk setiap siswa. Thomas Armstrong (1994) dalam Hoerr (2007: 195) juga
menegaskan bahwa apabila suatu sekolah hanya menawarkan satu cara belajar kepada
siswa, maka sekolah itulah yang tidak mampu belajar (meskipun siswa yang
menanggung resikonya).
Kekurangan yang telah disebutkan di atas, bukan merupakan penghalang bagi
pelaksanaan pembelajaran dengan model multiple intelligences ini. Karena setiap
kekurangan pasti dapat diatasi. Hanya memang banyak yang perlu dipersiapkan guna
mengatasi kekurangan tersebut.
Dalam penerapannya, model pembelajaran multiple intelligences tidak harus
menerapkan kedelapan kecerdasan secara bersamaan. Hal itu dikarenakan perlunya
adanya pemilihan kecerdasan yang sesuai dengan materi dan kondisi saat pembelajaran
berlangsung. Selain itu terdapat beberapa saran dari Gardner (Hoerr, 2007: 29-30)
terkait pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran multiple
intelligences. Antara lain: Dalam mengembangkan kedelapan kecerdasan, terutama
untuk kecerdasan personal (intra dan inter) disarankan untuk turut serta
mengembangkan pendidikan moral agar siswa dapat membedakan baik dan buruk,
karena hal yang kuat dalam diri seorag individu dapat berujung kebaikan namun tidak
dapat menutup kemungkinan bahwa dapat juga berujung pada hal yang buruk. Dengan
kecerdasan yang beragam, diharapkan guru dapat mengajar dengan menanamkan sikap
empati, saling menghormati, dan kecerdasan moral. Lalu, sebaiknya guru meredam rasa
untuk melabeli siswa dengan kecerdasan tertentu.
Demikian sebuah tulisan tentang model pembelajaran Multiple Intelligences:
Model Pembelajaran yang Memanusiakan Manusia. Semoga bermafaat.


Sumber:
Hoerr, Thomas R. 2007. Buku Kerja Multiple Intelligences. Bandung: Mizan Media Utama

You might also like