You are on page 1of 49

Terminologi

1. Varises : keadaan dimna pembuluh darah balik atau vena berkelok-kelok dan
membesar akibat peningkatan tekanan intravena.
2. Lesi : Diskontinuitas jaringan yang patologis
3. Eloresensi : !uam atau erupsi pada setiap lesi kulit. "hususnya pada lesi yang
banyak
dan nyata.
#. Eritem : "emerahan pada kulit akibat kongesti kapiler
$. %kuama : sisik berupa stratum korneum yang terlepas dari kulit
&. 'lakat : Lebih besar dari nummular (3-$)m*
+. Erosi : "elainan kulit yang tidak menembus stratum basalis, ditandai dengan
keluarnya serum
-. .erlokalisir : Lesi yang kurang 3/0 permukaan tubuh
Identifikasi Masalah
1. 1engapa 2bu Loli mengeluh bengkak merah di pergelangan kaki kanan dan terasa nyeri sejak
2 hari yang lalu3
2. 4agaimana interpretasi anamnesis ibu Loli sejak 1 tahun yang lalu3
3. 1engapa ibu Loli 1erasa demam3
#. 1engapa 2bu Loli menderita varises dan bagaimana hubunganya dengan pekerjaanya3
$. 4agaimana hubungan !'% dan !'D dengan pekerjaannya3
&. 4agaimana 2nterpretasi status dematologikus ibu Loli3
+. 1engapa diberi antibioti) dan antipiretik
-. 1engapa dirujuk dan apa pemeriksaan lanjutannya3
Analisis Masalah
1. 1engapa 2bu Loli mengeluh bengkak merah di pergelangan kaki kanan dan terasa nyeri sejak
2 hari yang lalu
5a6ab: .erdapat bengkak rubor dan dolor yang merupakan tanda-tanda peradangan. "etiika
bengkak terjadi peningkatan tekanan sehingga timbul nyeri. "emudian merah akibat dilatasi
arteriol sehingga darah banyak masuk ke sirkulasi.
2. 4agaimana interpretasi anamnesis ibu Loli sejak 1 tahun yang lalu3
5a6ab: eritem adalah perubahan 6arna tanpa perubahan bentuk merupakan reaksi alergi bisa
juga disebabkan terjadinya purpura karena masuknya eritrosit dan 7at besi ke dermis.
"emudian ber)ak kehitaman merupakan tanda gangguan nutrisi dan 82 pada kulit. 4ersisik
dan gatal merupakan reaksi alergi akibat masuknya benda asing ke dermis sehingga mun)ul
dermatitis. 4isa juga disebabkan oleh tekanan arteri dan vena yang hamir sama sehingga
1
terjadi agregasi leukosit dan eritrosit yang teridentiikasi sebagai antigen. 9al ini
memun)ulkan terbentuknya banyak histamine sehingga menurunkan permeabilitas sehingga
ibrinogen dilepaskan sehingga menghambat diusi 82 dan nutrisi. %elanjutnya dapat terjadi
nekrosis, timbul ber)ak kehitaman, sehingga stratum korneum terlepas dan timbullah sisik.
3. 1engapa ibu Loli 1erasa demam3
5a6ab: akibat erosi yang dalam karena digaruk olah pasien sampai lapisan subkutis
memudahkan terjadinya ineksi sekunder sehingga pasien dapat demam. Demam sendiri
merupakan pertahanan tubuh akibat peningkatan respon limosit terhadap antigen.
#. 1engapa 2bu Loli menderita varises dan bagaimana hubunganya dengan pekerjaanya3
5a6ab: etiologi dari varises 2bu Loli adalah akibat bekerja di salon sehingga 2bu Loli harus
selalu berdiri. 9al ini memperberat kerja vena sehingga terjadi peningkatan teanan pada
vena-vena dalam. :kibat peningkatan tersebut, terjadi peninggian tekanan juga pada vena-
vena superi)ial yang memun)ulkan inkompetensi katup vena. 9al ini menyebabkan
terjadinya stasis pada vena sehingga mun)ul pada permukaan kulit berupa varises.
$. 4agaimana hubungan !'% dan !'D dengan pekerjaannya3
5a6ab: hubungannya adalah pada 2bu Loli terjadi varises kronis sehingga mun)ul dermatitis
statis.
&. 4agaimana 2nterpretasi status dematologikus ibu Loli3
5a6ab: status dermatologikus 2bu Loli:
Lokasi: maleolus; tempat predileksi dan baru menyebar ke tempat lain.
.erlokalisir di maleolus saja
%usunan tidak khas: tidak dapat dimisalkan
<dem eritem: inlamasi
Erosi: karena kulit kekurangan nutrisi
'anas: akibat terjadi penumpukan darah
'embuluh darah berkelok-kelok: tanda varises
Varises memiliki bebrapa stadium, 2bu Loli berada pada stadium tiga. Di mana terdapat
spider navy
+. 1engapa diberi antibioti) dan antipiretik3
2
5a6ab: antipiretik diberikan karena pasien demam. :ntibioti) diberikan karena ada ineksi
sekunder. :antibiotik topi)al tidak boleh diberikan pada dermatitis statisnya karena dapat
menimbulkan alergi obat.
-. 1engapa dirujuk dan apa pemeriksaan lanjutannya3
5a6ab: pemeriksaan lanjutan yang disarankan adalah:
=ek darah, dierensial diagnosanya hiperkoagulasi
Doppler: melihat DV.
9istopatologi, jarang dilakukan
Skema
Learning Objektif
1ahasis6a mampu menjelaskan tentang
1. 'enyakit non 2neksi pada kulit
2. 'enyakit yang disebabkan virus
3. 'enyakit yang disebabkan bakteri
#. 'enyakit yang disebabkan parasit lainya
DERMATITIS
A. Definisi
Dermatitis adalah peradangan kulit baik epidermis maupun dermis sebagai respon terhadap
pengaruh aktor endogen dan atau aktor eksogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
3
eloresensi polimorik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likeniikasi* dan gatal.
Dermatitis )enderung memiliki perjalanan yang lama atau kronis dan resiti atau berulang.
(1*
B. Etiologi
'enyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen*, seperti misalnya bahan kimia, isik
(sinar*, mikroorganisme (bakteri, jamur*, ataupun dari dalam (endogen*, misalnya dermatitis
atopi). %ebagian lain tidak diketahui se)ara pasti etiologinya.
C. atogenesis
4eberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan yang lainnya tidak.
.erutama penyakit dermatitis yang dipengaruhi oleh aktor endogen. %edangkan yang
diakibatkan oleh aktor eksogen masih dapat diketahui dengan dilakukan anamnesis dan tes
pemeriksaan.
D. !ejala klinis
'ada umumnya penderita dermatitis mengeluh gatal, sedangkan kelainan kulit bergantung
pada stadium penyakit, batas dapat tegas atau tidak tegas, penyebaran dapat setempat,
generalisata, bahkan universal.
(2*
4erikut adalah berbagai bentuk kelainan kulit atau eloresensi berdasarkan stadium:
1. %tadium akut; eritema, edema, vesikel atau bula, erosi atau eksudasi, sehingga tampak basah
(madidans*
2. %tadium subakut; eritema dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi krusta.
3. %tadium kronik; tampak lesi kering, skuama, hiperpigmentasi, likeniikasi, papul, dapat pula
terdapat erosi atau ekskoriasi akibat garukan berulang.
>ambaran klinis tidaklah harus sesuai stadium, karena suatu penyakit dermatitis mun)ul dengan
gejala stadium kronis. 4egitu pula dengan eloresensi tidak harus polimorik, karena dapat
mun)ul oligomorik (beberapa* saja. "eluhan penyakit dermatitis merupakan hal yang sering
terjadi, karena penyakit ini dapat menyerang pada orang dengan rentang usia yang bervariasi,
mulai dari bayi hingga de6asa serta tidak terkait dengan aktor jenis kelamin.
E. "istologi
'erubahan histologi terjadi berdasarkan stadiumnya:
1. %tadium akut; kelainan di epidermis berupa vesikel atau bula, spongiosis, edema intrasel, dan
eksositosis, terutama sel mononu)lear. Dermis sembab, pembuluh darah melebar, ditemukan
sebukan terutama sel mononu)lear, eosinoil kadang ditemukan, tergantung penyebab dermatitis.
#
2. %tadium subakut; ampir seperti stadium akut akan tetapi jumlah vesikel berkurang di epidermis,
spongiosis masih jelas, epidermis tertutup krusta, dan parakeratosis, edema di dermis berkurang,
vasodilatasi masih tampak jelas, demikian pula sebukkan sel radang.
3. %tadium kronik; epidermis hyperkeratosis, parakeratosis, akantosis, rete ridges memanjang,
kadang ditemukan spongiosis ringan, vesikel tidak ada lagi, dinding pembuluh darah menebal,
terdapat sebukan sel radang mononu)lear di dermis bagian atas, jumlah ibroblast dan kolagen
bertambah.
#. $lasifikasi
'embagian berdasarkan tatanama atau nomenklatur, moroloi ataupun stadium masih
menjadi kontroversial dimana belum terjadi kesepakatan. 1aka dari itu, kami akan memaparkan
pembagian berdasarkan etiologi:
1. Eksogen: Dermatitis kontak; 5enis ek7em ini disebabkan karena aktor di luar tubuh penderita,
seperti terpapar bahan kimia, iritasi karena sabun, kosmetik, parum dan logam. Dermatitis
kontak adalah jenis eksim yang paling banyak diderita manusia, diperkirakan +/0 penyakit
ek7em merupakan jenis ini. %e)ara klinis jenis ek7em ini memiliki gejala terasa panas, kemudian
mun)ul benjolan, dan disertai adanya )airan. 4agian kulit yang terserang jenis eksim ini
memiliki batas tepi yang jelas, sehingga yang mengalami gejala tersebut hanya pada bagian yang
terserang. .etapi jenis ek7em ini dapat menjadi kronis yang ditandai dengan kulit semakin
mengering, pigmentasi, terjadi penebalan kulit sehingga tampak garis-garis pada permukaan kulit
dan kemudian terjadi retak-retak seperti teriris pada kulit.
2. Endogen:
a. Dermatitis atopik; jenis ek7em yang memiliki )iri khas yang berbeda dengan jenis ek7em
dermatitis kontak yaitu adanya rasa gatal, memiliki bentuk yang khas terutama pada kulit 6ajah
dan lipatan-lipatan tubuh, serta adanya ri6ayat atopik yaitu alergi atau asma. 5enis ek7em ini
banyak menyerang anak-anak dan bayi, dan biasanya merupakan penyakit ek7em kambuhan.
b. Dermatitis numularis; 5enis ek7em ini pada umunya berhubungan dengan kulit kering dan sering
menyerang pada orang yang berusia lanjut. >ejala penyakit ek7em jenis ini berupa kulit
mengering, merah, gatal, dan mun)ul dalam bentuk bulatan-bulatan pipih seperti koin logam,
biasanya terdapat pada kulit kaki dan tangan.
). ?eurodermatitis; peradangan kronik pada kulit yang tidak diketahui penyebabnya, lebih sering
ditemukan pada 6anita daripada pria dan pun)ak insidennya adalah umur paruh baya.
$
d. Dermatitis stasis; jenis ek7em kulit yang berkaitan dengan adanya varises pada bagian kaki. 5enis
ek7em ini terdapat pada kaki ditandai dengan rasa gatal, penebalan kulit serta berubahnya 6arna
kulit menjadi memerah bahkan ke)oklatan.
e. Dermatitis :utosensitisasi ; dermatitis akut yang timbul pada tempat jauh dari okus inlamasi
lokal, sedangkan penyebabnya tidak berhubungan langsung dengan penyebab okus inlamasi
tersebut.
%E&IS DERMATITIS
:. Dermatitis $ontak
Definisi
Dermatitis "ontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh kontak dengan suatu 7at@ bahan
tertentu yang menempel pada kulit, dan menyebabkan alergi atau reaksi iritasi. ruamnya terbatas
pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. :da 2 ma)am dermatitis kontak,
yaitu:
1. Dermatitis kontak iritan
Dermatitis yang terjadi ketika kulit terpajan bahan iritan seperti detergen, asam, basa, serbuk
kayu, semen, dan sebagainya. Dan dapat menyebabkan kerusakan pada kulit apabila teriritasi
berulang selama periode tertentu.
2. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis yang terjadi ketika kulit tersensitisasi oleh suatu substansi (allergen*, dan kontak
ulang dengan substansi tersebut. 2ni merupakan reaksi kulit tipe lambat.
A.' Dermatitis kontak iritan
a. Definisi
Dermatitis kontak iritan adalah suatu dermatitis kontak yang disebabkan oleh bahan-bahan
yang bersiat iritan yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan. Dermatitis ini merupakan
reaksi kulit nonimunologik, jadi kerusakan kulit terjadi langsung tanpa didahului proses
sensitisasi. Dermatitis kontak iritan dibedakan menjadi 2 yaitu dermatitis kontak iritan akut dan
dermatitis kontak iritan kronik (kumulati*.
1. Dermatitis kontak iritan akut adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi segera setelah kontak
dengan bahan A bahan iritan yang bersiat toksik kuat, misalnya asam sulat pekat.
&
2. Dermatitis kontak iritan kronis ("umulati* adalah suatu dermatitis iritan yang terjadi karena
sering kontak dengan bahan- bahan iritan yang tidak begitu kuat, misalnya sabun deterjen,
larutan antiseptik. Dalam hal ini, dengan beberapa kali kontak bahan tadi ditimbun dalam kulit
)ukup tinggi dapat menimbulkan iritasi dan terjadilah peradangan kulit yang se)ara klinis
umumnya berupa radang kronik.
b. Etiologi
'enyebab mun)ulnya dermatitis jenis ini ialah bahan yang bersiat iritan, misalnya bahan
pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasi, larutan garam
konsentrat, plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik atau toBin dan en7im
he6an.
(. atogenesis
"elainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja
kimia6i atau isis. 4ahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan
lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. "ebanyakan bahan iritan (toksin*
merusak membran lemak (lipid membrane) keratinosit, tetapi sebagian dapat menembus
membrane sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. "erusakan membran
mengaktikan osolipase dan melepaskan asam arakidonat (::*, diasilgliserida (D:>*, platelet
activating factor = ':C*, dan inositida (2'3*. %elanjutnya :: akan diubah menjadi prostaglandin
('>* dan leukotrien (L.*. "emudian '> dan L. akan menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin.
%elain itu, '> dan L. juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limosit dan neutroil,
serta mengaktiasi sel mas melepaskan histamine, L. dan '> lain, dan ':C, sehingga
memperkuat perubahan vaskular. Diasilgliserida (D:>* dan second messengers lain
menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1 (2L-1* dan granulocyte-
macrophage colony stimulatunf factor (>1=%C*. 2L-1 mengaktikan sel .-penolong
mengeluarkan 2L-2 dan mengekspresi reseptor 2L-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan
prolierasi sel tersebut.
d. !ejala klinis
4erikut adalah gejala klinis berdasarkan jenis dermatitis kontak iritan:
1. Dermatitis kontak iritan akut lambat
+
"elainan kulit baru terlihat setelah 12-2# jam atau lebih. 4iasanya bahan-bahan yang
menimbulkan rekasi lambat adalah podoilin, antralin, asam hidroluorat. =ontohnya adalah
dermatitis yang disebabkan oleh bulu seranga yang terbang pada malam hari (dermatitis
venenata*; penderita baru merasakan pedih setelah keesokan harinya, pada a6alnya terlihat
eritema dan sorenya sudah menjadi vesikel atau bahan nekrosis.
2. Dermatitis kontak iritan akut segera
'enyebabnya iritan kuat, biasanya karena ke)elakaan dan reaksi segera timbul. "ulit
terasa pedih atau panas, eritema, vesikel, atau bula dapat mun)ul. Luas kelainan umumnya
sebatas daerah yang terkena dan berbatas tegas. 'enyebabnya adalah iritan kuat seperti larutan
asam sulat dan asam hidrokloid, atau basa kuat seperti natrium dan kalium hidroksida.
3. Dermatitis kontak iritan kronis
5enis ini paling sering terjadi, nama lainya adalah dermatitis kontak iritan kumulati.
Disebabkan oleh kontak dengan iritan lemah yang berulang-ulang (a)tor isis, misalnya
gesekan, trauma mikro, kelembaban rendah, panas atau dingin, juga bahan rumah tangga
misalnya detergen, sabun, pelarut, tanah, bahkan juga air*. "elainan baru nyata setelah kontak
berminggu-minggu atau bulanan, bahkan bias bertahun-tahun kemudian, sehingga 6aktu dan
tertetan kontak merupakan a)tor yang penting.
>ejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit menebal
(hyperkeratosis* dan likeniikasi dius. 4ila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak
seperti luka iris (issure*, misalnya pada tumit tukang )u)i yang mengalami kontak terus-
menerus dengan detergen. "eluhan penderita umumnya gatal atau nyeri karena luka retak. :da
kalanya kelainan hanya kulit kering dan skuama sehingga sering diabaikan penderita. %etelah
dirasakn mengganggu, baru mendapat perhatian.
D"2 "umulati sering berhubungan dengan pekerjaan, oleh karena itu lebih banyak
ditemukan di tangan dan kaki dibandingkan bagian tubuh yang lain. =ontoh pekerjaan: tukang
)u)i, kuli bangunan, montir di bengkel, tukang kebun, penata rambut.
e. Diagnosis
Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang )ermat dan pengamatan
gambaran klinis. D"2 akut lebih mudah diketahui karena prosesnya berlangsung )epat setelah
kontak dengan suatu 7at, sedangkan D"2 kronis susah untuk diketahui penyebabnya. 1aka dari
itu, uji temple dapat membantu diagnosis.
-
f. enatalaksanaan
<paya pengobatan D"2 yang terpenting adalah menghindari pajanan bahan iritan, baik yang
bersiat mekanik, isis maupun kimia6i, serta menyingkirkan aktor yang memperberat. Dan
mungkin )ukup dengan pelembab untuk memperbaiki kulit yang kering.
A.) Dermatitis kontak alergi
a. Definisi
Dermatitis kontak alergi adalah suatu dermatitis atau peradangan kulit yang timbul setelah
kontak dengan alergen melalui proses sensitasi. Dermatitis kontak alergi merupakan dermatitis
kontak karena sensitasi alergi terhadap substansi yang beraneka ragam yang menyebabkan reaksi
peradangan pada kulit bagi mereka yang mengalami hipersensivitas terhadap alergen sebagai
suatu akibat dari pajanan sebelumnya.
b. Etiologi
'enyebab dermatitis kontak alergi adalah alergen, paling sering berupa bahan kimia dengan
berat kurang dari $//-1/// Da, yang juga disebut bahan kimia sederhana. Dermatitis yang
timbul dipengaruhi oleh potensi sensitisasi alergen, derajat pajanan, dan luasnya penetrasi di
kulit.
Dermatitis kontak alergik terjadi bila alergen atau senya6a sejenis menyebabkan reaksi
hipersensitvitas tipe lambat pada paparan berulang. Dermatitis ini biasanya timbul sebagai
dermatitis vesikuler akut dalam beberapa jam sampai +2 jam setelah kontak. 'erjalanan penyakit
memun)ak pada + sampai 1/ hari, dan sembuh dalam 2 hari bila tidak terjadi paparan ulang.
!eaksi yang palning umum adalah dermatitis rhus, yaitu reaksi alergi terhadap poison ivy dan
poison )ak. Caktor predisposisi yang menyebabkan kontak alergik adalah setiap keadaan yang
menyebabakan integritas kulit terganggu, misalnya dermatitis statis.
(. atogenesis
1ekanisme terjadinya kelainan kulit pada dermatitis kontak alergi adalah mengikuti respons
imun yang diperantarai oleh sel (cell-mediated immune respons) atau reaksi tipe 2V. !eaksi
hipersensititas di kullit timbulnya lambat (delayed hipersensivitas), umumnya dalam 6aktu 2#
jam setelah terpajan dengan alergen.
%ebelum seseorang pertama kali menderita dermatitis kontak alergik, terlebih dahulu
mendapatkan perubahan spesiik reaktivitas pada kulitnya. 'erubahan ini terjadi karena adanya
kontak dengan bahan kimia sederhana yang disebut hapten yang terikat dengan protein,
D
membentuk antigen lengkap. :ntigen ini ditangkap dan diproses oleh makroag dan sel
langerhans, selanjutnya dipresentasikan oleh sel .. %etelah kontak dengan antigen yang telah
diproses ini, sel . menuju ke kelenjar getah bening regional untuk berdierensisi dan
berplorierasi membentuk sel . eektor yang tersensitisasi se)ara spesiik dan sel memori. %el-sel
ini kemudian tersebar melalui sirkulasi ke seluruh tubuh, juga sistem limoid, sehingga
menyebabkn keadaan sensivitas yang sama di seluruh kulit tubuh. Case saat kontak pertama
sampai kulit menjdi sensiti disebut ase induksi tau ase sensitisasi. Case ini rata-rata
berlangsung selama 2-3 minggu.
'ada umumnya reaksi sensitisasi ini dipengaruhi oleh derajat kepekaan individu, siat
sensitisasi alergen (sensitizer), jumlah alergen, dan konsentrasi. %ensiti7er kuat mempunyai ase
yang lebih pendek, sebaliknya sensiti7er lemah seperti bahan-bahan yang dijumpai pada
kehidupan sehari-hari pada umumnya kelainan kulit pertama mun)ul setelah lama kontak dengan
bahan tersebut, bisa bulanan atau tahunan. %edangkan periode saat terjadinya pajanan ulang
dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbulnya gejala klinis disebut ase elisitasi
umumnya berlangsung antara 2#-#- jam.
d. !ejala
"elainan kulit bergantung pada keparahan dermatitis. 'ada yang akut dimulai dengan ber)ak
eritema berbatas tegas, kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel atau bula. Vesikel atau
bula dapat pe)ah menimbulkan erosi dan eksudasi(basah*. 'ada yang kronis terlihat kulit kering,
berskuama, papul, likeniikasi dan mungkin jugga isur, batasnya tidak jelas. "elainan ini sulit
dibedakan dengan dermatitis kontak iritan kronis; mungkin penyebabnya juga )ampuran.
>ejala yang umum dirasakan penderita adalah pruritus yang umumnya konstan dan
seringkali hebat (sangat gatal*. D": biasanya ditandai dengan adanya lesi eksematosa berupa
eritema, udem, vesikula dan terbentuknya papulovesikula; gambaran ini menunjukkan aktivitas
tingkat selular. Vesikel-vesikel timbul karena terjadinya spongiosis dan jika pe)ah akan
mengeluarkan )airan yang mengakibatkan lesi menjadi basah. 1ula-mula lesi hanya terbatas
pada tempat kontak dengan alergen, sehingga )orak dan distribusinya sering dapat meiiunjukkan
kausanya,misalnya: mereka yang terkena kulit kepalanya dapat )uriga dengan shampo atau )at
rambut yang dipakainya. 1ereka yang terkena 6ajahnya dapat )uriga dengan )ream, sabun,
bedak dan berbagai jenis kosmetik lainnya yang mereka pakai. 'ada kasus yang hebat, dermatitis
menyebar luas ke seluruh tubuh.
1/
e. Diagnosis
Diagnosis didasarkan pada hasil diagnosis yang )ermat dan pemeriksan klinis yang
teliti.'ertanyaan mengenai kontaktan yang di)urigai didasarkan kelainan kulit yang ditemukan.
1isalnya ada kelainan kulit berupa lesi numularis disekitar umbilikus berupa hiperpigmentasi,
likeniiksi, dengan papul dan erosi, maka perlu ditanyakan apakah penderita memakai kan)ing
)elana atau kepala ikat pinggang yang terbuat dari logam(nikel*. Data yang berasal dari
anamnesis juga meliputi ri6ayat pekerjaan, hobi, obat topikal yang pernah digunakan, obat
sistemik, kosmetika, bahan-bahan yang diketahui dapat menimbulkan alergi, penyakit kulit yang
pernah dialami, serta penyakit kulit pada keluarganya (misalnya dermatitis atopik, psoriasis*.
'emeriksaan isis sangat penting, karena dengan melihat lokalisasi dan pola kelainan kulit
seringkali dapat diketahui kemugnkinan penyebabnya. 1isalnya, di ketiak oleh deodoran, di
pergelangan tangan oleh jam tangan, dan di kedua kaki oleh sepatu. 'emerikassaan hendaknya
dilakukan pada seluruh permukaan kulit, untuk melihat kemungkinan kelainan kulit lain karena
sebab-sebab endogen.
Diagnosis didasarkan pada ri6ayat paparan terhadap suatu alergen atau senya6a yang
berhubungan, lesi yang gatal, pola distribusi yang mengisyaratkan dermatitits kontak. :namnesis
harus terpusat kepada sekitar paparan terhadap alergen yang umum.
f. Diagnosis Banding
"elainan kulit dermatitis kontak alergik sering tidak menunjukkan gambaran morologik
yang khas, dapat menyerupai dermatitis atopik, dermatitis numularis, dermtitis seboroik, atau
psoriris. Diagnosis banding yang utama ialah dengan dermatitits kontak iritan. Dalam keadaan
ini pemeriksn uji tempel perlu dipertimbangkan untuk menentukan apakah dermatitis tersebut
karena kontak alergi.
Dermatitis kontak iritan, yaitu tidak ada alergen yang dapat dikenali. %ering keadaan ini hanya
dapat dibedakan dari dermatitis kontak alergi dengan uji tempel. D": dapat memperparah D"2
yang sudah ada sebelumnya
Dermatitis numularis, yaitu ditandai dengan plak diakret, terskuama, kemerahan, berbentuk
uanga logam, dan gatal, serupa dengan dermtitis kontak tetapi tanpa ri6ayat paparan terhadap
alergen dan lesinya bundar, tidak ada konigurasi lainnya.
Dermatoitosis, yaitu biasanya berbatas tegas pinggir akti dan bagian tengah agak menyembuh
11
"andidiasis, yaitu biasanya dengan lokalisasi yang khas. Eloresensi berupa eritema, erosi, dan
ada lesi satelit.
g. *ji Tem+el
.empat untuk melakukan uji tempel biansanya di punggung atau bagian luar dari lengan
atas.
(3*
4ahan uji dapat berasal dari antigen standar buatan pabrik atau dari bahan kimia murni
dan lebih sering bahan )ampuran yang berasal dari rumah, lingkungan kerja atau tempat rekreasi.
4eberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan uji tempel:
1. Dermatitis harus sudah tenang (sembuh* bila mungkin setelah 3 minggu. 4ila masih dalam
keadaan akut atau berat dapat terjadi reaksi angryba)k atau eB)ited skin, reaksi positi palsu,
dapat juga menyebabkan penyakit yang sedang dideritanya bertambah buruk.
2. .es dilakukan sekurang-kurangnya 1 minggu setelah penghentian terpi kortikosteroid sistemik,
sebab dapat menghasilkan reaksi negative palsu.
3. <ji temple dibuka setelah 2 hari lalu diba)a, dan pemba)aan kedua dilakukan pada hari ke-3
sampai hari ke-+ setelah aplikasi pertama.
#. 'enderita dilarang melakukan aktiitas yang dapat melonggarkan uji temple (tidak menempel
dengan baik* sehingga menghasilkan reaksi negati palsu.
$. <ji temple dengan bahan standar jangan dilakukan pada penderita urtikaria tipe dadakan karena
dapat menyebabkan urtikaria generalisata atau bahkan reaksi anailaksis. 'ada penderita ini
dilakukan prosedur khusus.
%etelah dibiarkan menempel selama #- jam, uji temple dilepas. 'emba)aan pertama dilakukan
1$-3/ menit setelah dilepas, agar eek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal.
9asilnya sebagai berikut:
1 E reaksi lemah (nonvesikuler*: eritema, iniltrate, papul (F*
2 E reaksi kuat: edema atau vesikel (FF*
3 E reaksi sangat kuat (ekstrim*: bula atau ulkus (FFF*
# E meragukan: hanya ma)ula eritematosa
$ E iritasi: rasa seperti terbakar, pustul atau purpura
& E reaksi negati (-*
+ E eB)ited skin; dipi)u oleh hipersensitivitas kulit
- E tidak di tes (?.; not tested*
12
'emba)aan kedua perlu dilakukan sampai 1 minggu setelah aplikasi, biasanya +2
atau D& jam setelah aplikasi. 'emba)aan kedua ini penting untuk membantu membedakan antara
respon alergi ()res)endo@meningkat* atau iritasi (de)res)endo@ menurun* dan mengidentiikasi
lebih banyak lagi respon positi allergen.
%elain uji temple (pat)h test*, terdapat pemeriksaan lainnya yaitu uji tusuk (pri)k
test* dan uji gores (s)rat)h test*. :kan tetapi mengingat kedua ujia tersebut dapat menimbulkan
lesi yang ditakutkan akan menambah reaksi alergi yang seharusnya tidak terjadi pada pengujian.
B. Dermatitis ato+ik
a. Definisi
Dermatitis atopik (D:* adalah penyakit kulit reaksi inlamasi yang didasari oleh aktor
herediter dan aktor lingkungan, bersiat kronik residi dengan gejala eritema, papula, vesikel,
kusta, skuama dan pruritus yang hebat. 4ila residi biasanya disertai ineksi, atau alergi, aktor
psikologik, atau akibat bahan kimia atau iritan.
'enyakit ini dialami sekitar 1/-2/0 anak. <mumnya episode pertama terjadi sebelum
usia 12 bulan dan episode-episode selanjutnya akan hilang timbul hingga anak mele6ati masa
tertentu. %ebagian besar anak akan sembuh dari eksema sebelum usia $ tahun. %ebagian ke)il
anak akan terus mengalami eksema hingga de6asa.
'enyakit ini dinamakan dermatitis atopik oleh karena kebanyakan penderitanya
memberikan reaksi kulit yang didasari oleh 2gE dan mempunyai ke)enderungan untuk menderita
asma, rinitis atau keduanya di kemudian hari yang dikenal sebagai allergic march. Galaupun
demikian, istilah dermatitis atopik tidak selalu memberikan arti bah6a penyakit ini didasari oleh
interaksi antigen dengan antibodi. ?ama lain untuk dermatitis atopik adalah eksema atopik,
eksema dermatitis, prurigo 4esnier, dan neurodermatitis.
Diperkirakan angka kejadian di masyarakat adalah sekitar 1-30 dan pada anak H $ tahun
sebesar 3,10 dan prevalensi D: pada anak meningkat $-1/0 pada 2/-3/ tahun terakhir.
%angat mungkin peningkatan prevalensi ini berasal dari aktor lingkungan, seperti bahan
kimia industri, makanan olahan, atau benda asing lainnya. :da dugaan bah6a peningkatan ini
juga disebabkan perbaikan prosedur diagnosis dan pengumpulan data.
b. atogenesis
13
%ampai saat ini etiologi maupun mekanisme yang pasti D: belum semuanya diketahui,
demikian pula pruritus pada D:. .anpa pruritus diagnosis D: tidak dapat ditegakkan. !asa gatal
dan rasa nyeri sama-sama memiliki reseptor di taut dermoepidermal, yang disalurkan le6at sara
= tidak bermielin ke sara spinal sensorik yang selanjutnya diteruskan ke talamus kontralateral
dan korteks untuk diartikan. !angsangan yang ringan, superisial dengan intensitas rendah
menyebabkan rasa gatal, sedangkan yang dalam dan berintensitas tinggi menyebabkan rasa
nyeri. %ebagian patogenesis D: dapat dijelaskan se)ara imunologik dan nonimunologik.
o Reaksi im,nologis DA
%ekitar +/0 anak dengan D: mempunyai ri6ayat atopi dalam keluarganya seperti asma
bronkial, rinitis alergi, atau dermatitis atopik. %ebagian besar anak dengan D: (sekitar -/0*,
terdapat peningkatan kadar 2gE total dan eosinoil di dalam darah. :nak dengan D: terutama
yang moderat dan berat akan berlanjut dengan asma dan@atau rinitis alergika di kemudian hari
(allergic march*, dan semuanya ini memberikan dugaan bah6a dasar D: adalah suatu penyakit
atopi.
o #aktor non im,nologis
Caktor non imunologis yang menyebabkan rasa gatal pada D: antara lain adanya aktor
genetik, yaitu kulit D: yang kering (Berosis*. "ekeringan kulit diperberat oleh udara yang
lembab dan panas, banyak berkeringat, dan bahan detergen yang berasal dari sabun. "ulit yang
kering akan menyebabkan nilai ambang rasa gatal menurun, sehingga dengan rangsangan yang
ringan seperti iritasi 6ol, rangsangan mekanik, dan termal akan mengakibatkan rasa gatal.
(. #aktor-faktor +en(et,s
o Makanan
4erdasarkan hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge (DBPCFC*, hampir
#/0 bayi dan anak dengan D: sedang dan berat mempunyai ri6ayat alergi terhadap makanan.
4ayi dan anak dengan alergi makanan umumnya disertai uji kulit (sin pric test* dan kadar 2gE
spesiik positi terhadap pelbagai ma)am makanan. Galaupun demikian uji kulit positi terhadap
suatu makanan tertentu, tidak berarti bah6a penderita tersebut alergi terhadap makanan tersebut,
oleh karena itu masih diperlukan suatu uji eliminasi dan provokasi terhadap makanan tersebut
untuk menentukan kepastiannya.
o Alergen hir,+
1#
:lergen hirup sebagai penyebab D: dapat le6at kontak, yang dapat dibuktikan dengan uji
tempel, positi pada 3/-$/0 penderita D:, atau le6at inhalasi. !eaksi positi dapat terlihat pada
alergi tungau debu rumah (.D!*, dimana pada pemeriksaan in vitro (!:%.*, D$0 penderita D:
mengandung 2gE spesiik positi terhadap .D! dibandingkan hanya #20 pada penderita asma di
:merika %erikat. 'erlu juga diperhatikan bah6a D: juga bisa diakibatkan oleh alergen hirup
lainnya seperti bulu binatang rumah tangga, jamur atau rag!eed di negara-negara dengan #
musim.
o Infeksi k,lit
'enderita dengan D: mempunyai tendensi untuk disertai ineksi kulit oleh kuman
umumnya "taphylococcus aureus, virus dan jamur. %tailokokus dapat ditemukan pada D/0 lesi
penderita D: dan jumlah koloni bisa men)apai 1/
+
koloni@)m
2
pada bagian lesi tersebut. :kibat
ineksi kuman %tailokokus akan dilepaskan sejumlah toksin yang bekerja sebagai superantigen,
mengaktikan makroag dan limosit ., yang selanjutnya melepaskan histamin. 8leh karena itu
penderita D: dan disertai ineksi harus diberikan kombinasi antibiotika terhadap kuman
stailokokus dan steroid topikal.
$riteria diagnosis dermatitis ato+ik dari "anifin dan Rajka
(&*
1$
C. Dermatitis &,m,laris
a. Definisi
Dermatitis ?umular adalah suatu peradangan dan ruam menetap yang menimbulkan gatal,
yang ditandai dengan bintik berbentuk uang logam disertai lepuhan-lepuhan ke)il, keropeng dan
sisik-sisik.
b. Etiologi
'enyebab terjadinya penyakit ini belum jelas namun ineksi mikroorganisme agaknya turut
peran. :danya sensitivits alergi terhadap mikroorganisme (%tailokokus dan mikrokokus* ini
dapat memperburuk penyakit ini. 'enyakit ini biasanya terjadi di daerah panas. "ebiasaan
minum alkohol dan adanya ketegangan ji6a dapat mempermudah timbulnya penyakit ini.
'enyakit ini biasanya terjadi pada orang de6asa dan lebih banyak pada 6anita. Dermatitis
kontak juga mengambil peranan sebagai salah satu a)tor pen)etus, begitupun dengan trauma
isik dan kimia6i.
(. >ejala
4intik-bintik bulat bera6al sebagai beruntusan@jera6at dan lepuhan yang menyebabkan gatal,
yang selanjutnya pe)ah dan membentuk keropeng. 4intik-bintik ini lebih jelas tampak di
punggung lengan atau tungkai dan di bokong, tetapi bisa juga ditemukan pada batang tubuh.
(#*
'un)ak a6itan pada usia $$-&$ tahun, baik pria maupun 6anita. Dapat juga ditemukan pada
usia 1$-2$ tahun. Lesi a6al ke)il berupa vesikel atau papulovesikel kemudian bergabung
membentuk satu bulatan seperti mata uang (koin*, berbatas tegas, sedikit edema dan eritematosa.
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
e. Diagnosis banding
%ebagai diagnosis banding antara lain adalah dermatitis kontak, dermatitis atopi), liken simpleks
kronik, dan dermatomikosis.
D. &e,rodermatitis Sirk,mskri+ta
a. Definisi
1&
?eurodermatitis (Liken %impleks "ronis* adalah suatu peradangan menahun pada lapisan
kulit paling atas yang menimbulkan rasa gatal. 'enyakit ini menyebabkan ber)ak-ber)ak
penebalan kulit yang kering, bersisik dan ber6arna lebihi gelap, dengan bentuk lonjong atau
tidak beraturan.
(#*
b. Etiologi
Liken simpleks kronis bisa terjadi sebagai akibat sesuatu (misalnya baju*
yang bersentuhan dengan kulit atau mengiritasi kulit sehingga seseorang menggaruk-garuk
daerah tersebut. %ebagai akibat dari iritasi menahun akan terjad penebalan kulit. "ulit yang
menebal ini menimbulkan rasa gatal sehingga merangsang penggarukan yang akan semakin
mempertebal kulit. 'enyakit ini menimbulkan 6arna ke)oklatan pada daerah yang terkena.
'enyakit ini biasanya berhubungan dengan:
- Dermatitis atopi
- Psoriasis
- "e)emasan, depresi ataupun gangguan psikis lainnya.
Lebih banyak ditemukan pada 6anita dan biasanya timbul pada usia 2/-$/ tahun.
(. !ejala
Liken simpleks kronis bisa timbul di setiap bagian tubuh, termasuk anus (pruritus ani*
dan vagina (pruritus vulva*. 'ada stadium a6al, kulit tampak normal tetapi terasa gatal.
%elanjutnya timbul ber)ak-ber)ak bersisik, kering dan ber6arna lebih gelap sebagai akibat dari
penggarukan dan penggosokan.
d. Diagnosis
Diagnosis didasarkan gambaran klinis, biasanya tidak sulit. Diagnosis bandingnya adalah
liken planus, liken amiloidosis, psoriasis, dan dermatitis atopik..
e. redileksi
.empat-tempat yang mudah dijangkau oleh tangan seperti, tengkuk, sisi leher, tungkai ba6ah,
pergelangan kaki, s)alp, paha bagian medial, lengan bagian ekstensor, skrotum dan vulva.
E. Dermatitis Stasis
a. Definisi
1+
Dermatitis %tasis adalah suatu peradangan menahun (berupa kemerahan, pembentukan sisik
dan pembengkakan* pada tungkai ba6ah yang teraba hangat, yang sering meninggalkan bekas
berupa kulit yang ber6arna )oklat gelap.
b. Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan )airan di ba6ah kulit,
sehingga )enderung terjadi pada penderita vena variosa (varises* dan pembengkakan (edema*.
(. !ejala
Dermatitis stasis biasanya timbul di pergelangan kaki. 'ada a6alnya kulit menjadi merah dan
sedikit bersisik. %etelah beberapa minggu atau beberapa bulan, 6arna kulit berubah menjadi
)oklat gelap. 'engumpulan darah diba6ah kulit yang terjadi sebelumnya sering tidak dihiraukan,
sehingga terjadi pembengkakan dan kemungkinan ineksi, yang akhirnya menyebabkan
kerusakan kulit yang berat (ulserasi*.
d. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan hasil pemeriksaan isik.
e. Tatalaksana
'engobatan jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan penimbunan darah di dalam
vena di sekitar pergelangan kaki.
1engangkat kaki dalam posisi yang lebih tinggi dari dada akan menghentikan penimbunan darah
di dalam vena dan penimbunan )airan di dalam kulit.
1enggunakan stoking penyangga yang tepat bisa membantu men)egah kerusakan kulit yang
serius dengan )ara men)egah penimbunan )airan di tungkai yang lebih ba6ah.
4iasanya tidak diperlukan pengobatan tambahan.
.:.:L:"%:?: DE!1:.2.2%
E&!OBATA&
'engobatan yang tepat didasarkan atas kausa, yaitu menyingkirkan penyebabnya. .etapi,
seperti diketahui dermatitis multi a)tor, kadang juga tidak diketahui pasti, maka penobatan
bersiat simtomatis, yaitu dengan menghilangkan@ mengurangi keluhan dan menekan
peradangan.
'. Sistemik
1-
'ada kasus ringan dapat diberikan anti histamine, atau dapat dikombinasikan dengan anti
serotonin, anti bradikinin, dan sebagainya. 9idroksi7in hidroklorida 1/-$/ mg setiap & jam
bilamana perlu.
8bat dermatititis yang utama adalah kortikosteroid (prednisone 3/ mg@ hari*. "ortikosteroid
merupakan hormon steroid yang dihasilkan oleh korteks adrenal yang pembuatan bahan sintetik
analognya telah berkembang dengan pesat. .erutama diberikan pada penyakit kasus akut dan
berat.
:ntibiotik untuk setiap ineksi sekunder.
). To+ikal
.erdapat beberapa prinsip umum terapi topikal:
Dermatitis akut@ basah (madidans* harus diobati se)ara basah (kompres terbuka*, bila subakut
diberikan losio (bedak ko)ok*, krim (terutama pada daerah berambut*, dan apabila kronik@kering
diberikan salap.
o "ompres, pertama-tama gunakan kompres dingin dengan air keran dingin atau larutan burro6
untuk lesi-lesi eksudti dan basah. "enakan selama 2/ menit tiga kali sehari. 9indari panas
disekitar lesi.
o Losio topikal yang mengandung menol, enol, atau premoksin sangat berguna untuk
meringankan rasa gatal sementara, dan tidak mensensitisasi, tidak seperti ben7okain dan
dienhidramin. 8bat-obatan bebas yang dapat digunakan antara lain lasio atau obat semprot sarna
dan lasio 'raB =etapil dengan mentol /,2$0 dan enol /,2$0.
o "ortikosteroid topikal, berguna bila daerah yang terkena terbatas atau bila kortikosteroid oral
merupakn kontraindikasi.
1akin berat atau akut penyakitnya, makin rendah presentase obat spesiik.
3. R,j,kan; 'asien dengan penyakit kronik yang tidak memberikan respons terhadap terapi dan
penghindaran semua penyebab yang di)urigai harus dirujuk ke ahli kulit untuk tes tempel
E&CE!A"A&
1enghindari kulit kering dapat menjadi salah satu aktor dalam membantu men)egah
serangan di masa depan dermatitis. .ips ini dapat membantu :nda meminimalkan eek
pengeringan mandi pada kulit :nda:
1D
1. Crek6ensi mandi. "ebanyakan orang yang rentan terhadap dermatitis atopik tidak perlu mandi
setiap hari. =oba satu atau dua hari tanpa mandi. "etika :nda melakukan mandi, batasi diri :nda
hanya 1$ sampai 2/ menit, dan menggunakan air hangat, bukan panas. 1enggunakan minyak
mandi juga dapat membantu.
2. >unakan hanya sabun tertentu atau deterjen sintetis. 'ilih sabun ringan yang bersih tanpa
berlebihan menghapus minyak alami. Deodoran dan sabun antibakteri mungkin membuatlebih
kering kulit :nda. >unakan sabun hanya pada 6ajah, ketiak, daerah genital, tangan dan kaki.
>unakan air bersih di tempat lain.
3. "eringkan diri :nda dengan )ermat. Lap kulit :nda dengan )epat dengan telapak tangan :nda,
atau tepuk dengan lembut kulit :nda dengan handuk kering lembut setelah mandi.
#. 1elembabkan kulit :nda. 'elembab menahan kulit :nda agar air tidak hilang. 'elembab tebal
bekerja dengan baik. :nda mungkin juga ingin menggunakan kosmetik yang mengandung
pelembab. 5ika kulit :nda sangat kering, :nda mungkin ingin memakai minyak, seperti baby oil,
se6aktu kulit :nda masih basah. 1inyak memiliki daya tahan lebih daripada pelembab
men)egah penguapan air dari permukaan kulit :nda
"ERES SIMLE$S
Definisi
9erpes simpleks adalah ineksi akut yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus
herpes hominis* tipe 2 atau tipe 22 yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas
kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan ineksi dapat
berlangsung baik primer maupun rekurens.
3
%inonim : Cever blister, )old store, herpes ebrilis, herpes labialis, herpes progenitalis
(genitalis*.
Etiologi dan #aktor redis+osisi
:da delapan 9uman 9erpes Viruses (99Vs* yang telah diidentiikasi yaitu : 9erpes
simpleB virus (9%V* -1 (99V-1*, 9erpes simpleB virus (9%V* -2 (99V-2*, Vari)ella-7oster
virus (VI V, atau 99V-3*, Epstein-4arr virus (E4V, atau 99V-#*, =ytomegalovirus (=1V, atau
99V-$*, 99V-&, 99V-+, dan 99V-- ("aposi sar)oma-asso)iated virus*.
$
2/
9erpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis* tipe 2 atau
tipe 22 yang merupakan virus D?:. 'embagian tipe 2 dan 22 berdasarkan karakteristik
pertumbuhan pada media kultur, antigeni) marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi*.
3
Labialis: 9%V-1 (-/AD/0*, 9%V-2 (1/A2/0*. <rogenital: 9%V-2 (+/AD/0*, 9%V-1 (1/A
3/0*.
$
Virus herpes simpleks dapat menular dari seseorang ke orang lain melalui kontak yang
dekat. :nda bisa mendapatkan virus herpes simpleks dari menyentuh luka herpes. 4anyak orang,
mendapatkan herpes simpleks dari orang yang terineksi yang tidak memiliki luka. 9al ini
disebut sebagai Jasymptomatic viral sheddingK.
1
"ebanyakan yang terineksi 9%V-1 (herpes simpleks tipe 2* adalah bayi atau anak. Virus
ini dapat ditularkan melalui kontak kulit-ke-kulit dengan orang de6asa yang memba6a virus.
8rang de6asa tidak harus memiliki luka untuk menyebarkan virus.
1
%eseorang dengan 9%V-1 (herpes simpleks tipe 2* dapat menularkannya kepada orang
lain melalui: ber)iuman, menyentuh kulit seseorang, berbagi objek seperti perak, lip balm, atau
pisau )ukur.
1
"ebanyakan orang mendapatkan herpes genital dari 9%V-2 (herpes simpleks tipe 22*, saat
berhubungan seks. 5ika seseorang melakukan oral seks, hal ini dapat menyebar 9%V-1 pada alat
kelamin. 2bu dapat menularkan virus herpes kepada bayi mereka selama proses persalinan. 5ika
bayi lahir pada episode pertama ibu menderita herpes genital, bayi dapat mengalami masalah
serius.
1
4eberapa orang yang lebih rentan untuk terineksi 9%V-2 (herpes simpleks tipe 22*
adalah : perempuan, orang yang memiliki banyak pasangan seks, berhubungan seks untuk
pertama kalinya di usia muda, memiliki ineksi menular seksual yang lain, memiliki sistem
kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit atau obat-obatan.
1
%ekali seseorang terineksi virus herpes, virus tidak pernah meninggalkan tubuh. %etelah
6abah pertama, virus berpindah dari sel-sel kulit ke sel-sel sara. Virus tetap dalam sel-sel sara
selamanya. .api biasanya hanya tinggal di sana. 'ada tahap ini, virus dikatakan tertidur atau
dormant. 4eberapa hal yang dapat memi)u (bangunnya* virus adalah: %tres, 'enyakit, Demam,
terpapar sinar matahari, periode menstruasi, pembedahan, obat-obatan dan hubungan seksual.
1,2
E+idemiologi
21
9erpes simpleB virus (9%V* merupakan ineksi endemik di :merika %erikat dan
merupakan penyebab ineksi genital berulang dan penyakit ulserati oral. 2neksi herpes genital
dapat disebabkan oleh virus tipe 2 (9%V-2*, atau tipe 1 (9%V-1* (jarang*. 1eskipun sebagian
besar ineksi tidak menunjukkan gejala, ineksi, 9%V genital baik tipe 1 atau 2, dapat
menyebabkan vesikular dan penyakit )olitis pada orang de6asa dan penyakit sistemik berat pada
neonatus dan individu yang immunocompromised. 2neksi 9%V genital meningkatkan risiko
akuisisi 92V pada orang yang terineksi.
&
'enyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun 6anita dengan
rekuensi yang tidak berbeda. 2neksi primer oleh virus herpes simpleks tipe 2 biasanya dimulai
pada usia anak A anak, sedangkan ineksi oleh virus herpes simpleks tipe 22 biasanya terjadi pada
de)ade 22 atau 222, dan berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual.
3
atofisiologi
2neksi 9%V primer terjadi melalui hubungan yang dekat dengan seseorang yang
terineksi virus pada bagian peripheral, permukaan mu)osal, atau sekresi. 2neksi terjadi melalui
inokulasi ke permukaan mukosa yang rentan atau luka di kulit. %etelah terpapar 9%V, virus
bereplikasi dalam sel epitel, sehingga menyebabkan lisis sel yang terineksi, pembentukan
vesikel, dan peradangan lokal.
$
2neksi primer 9%V terjadi pada bagian inokulasi mukosa, dengan ineksi retrograde
menyebarkan ke ganglia sara sensorik. 1engikuti resolusi dari ineksi primer, 9%V memasuki
keadaan laten disensorik sara ganglia dari mana reaktivasi dapat terjadi menyebabkan ineksi
akti pada setiap bagian mukosa yang diinervasi oleh sara ganglia tersebut.
&
%elama ineksi 9%V primer, natural killer )ells merupakan eektor penting imunitas.
:ktivasi mereka tergantung pada produksi beberapa sitokin terhadap respon ineksi. %itokin ini
juga memiliki eek langsung dan tidak langsung yang penting untuk membatasi replikasi virus.
&

'ada respon imun yang matang, #"$ clearance dari jaringan yang terineksi dimediasi
oleh sel ., termasuk cytoine-mediated effector mechanisms dan sitolisis langsung sel yang
terineksi virus. 'ada tikus dan manusia, baik sel . =D# dan =D- penting dalam resolusi ineksi.
:ntibodi mungkin memainkan peran terbatas dalam mengendalikan ineksi 9%V juga.
&
Eisiensi dari respon imun tampaknya mempengaruhi jumlah virus pada masa laten
dalam ganglia. 1eskipun elemen yang berkonstribusi dalam kontrol ini masih belum diketahui,
tampaknya intereron-L (2C?-L* memiliki peranan yang penting. 2C?-L mengaktikan gen
22
antivirus yang menghambat replikasi 9%V dan mungkin diperlukan untuk a6al penurunan titer
virus 9%V lo)al.
&
!ejala dan Tanda
'eriode 2nkubasi : 2 - 2/ hari (rata-rata & hari* selama ineksi primer.
$
4anyak orang yang terineksi virus herpes tidak pernah merasakan apa-apa. 5ika tanda-
tanda atau gejala terjadi, seseorang mungkin mengalami:
1
"esemutan, gatal, atau terbakar : sebelum vasikel mun)ul, kulit bisa kesemutan, gatal,
atau terasa terbakar untuk satu atau dua hari.
1
Luka: %atu atau lebih, vesikel berisi )airan mungkin mun)ul. vesikel pe)ah dan sering
membentuk kerak. Luka pertama kali mun)ul antara 2 sampai 2/ hari setelah seseorang
memiliki kontak dengan orang yang terineksi. Luka dapat berlangsung + sampai 1/ hari.
1
9erpes oral (9%V-1*: "ebanyakan vesikel mun)ul di bibir atau sekitar mulut. .erkadang
vesikel terbentuk pada 6ajah atau di lidah. 1eskipun ini adalah tempat yang paling umum untuk
menemukan herpes oral, luka dapat mun)ul di mana saja pada kulit.
1
9erpes genital (9%V-2*: Luka biasanya terjadi pada penis, vagina, bokong, atau anus.
'erempuan dapat memiliki luka di dalam vagina. %eperti herpes oral, luka tersebut dapat mun)ul
di mana saja pada kulit.
1

>ejala mirip lu. Demam nyeri otot, atau pembengkakan kelenjar getah bening di leher
(herpes mulut* atau pangkal paha (herpes genital*.
1

1asalah buang air ke)il : orang (paling sering perempuan* dengan herpes genital
mungkin mengalami kesulitan buang air ke)il atau memiliki perasaan terbakar saat ken)ing.
1
2neksi mata (herpes keratitis*. "adang-kadang virus herpes simpleks dapat menyebar ke
salah satu atau kedua mata. 5ika ini terjadi, :nda dapat mengalami sakit, sensitivitas )ahaya,
dis)harge, dan perasaan berpasir di mata. .anpa pengobatan yang tepat, dapat mengakibatkan
jaringan parut pada mata. 5aringan parut dapat menyebabkan pengelihatan bera6an dan bahkan
kehilangan penglihatan.
1
2neksi 9%V ini berlangsung dalam tiga tingkat yaitu :
3
1. 2neksi 'rimer
.empat predikleksi 9%V tipe 2 didaerah pinggang keatas terutama didaerah mulut dan
hidung, biasanya dimulai pada saat anak A anak. 2nokulasi dapat terjadi se)ara kebetulan,
misalnya kontak kulit pada pera6at, dokter gigi, atau pada orang yang sering menggigit jari
23
(herpeti) Ghitelo6*. Virus ini juga sebagai penyebab herpes ensealitis. 2neksi primer oleh 9%V
tipe 22 mempunyai tempat predileksi di daerah pinggang ke ba6ah, terutama di daerah genital,
juga dapat menyebabkan herpes meningitis dan ineksi neonatus.
3
Daerah preileksi ini sering ka)au karena adanya hubungan seksual sperti oro-genital,
sehingga herpes yang terdapat didaerah genital kadang A kadang disebabkan oleh 9%V tipe 2
sedangkan didaerah mulut dan rongga mulut dapat disebabkan 9%V tipe 22.
3
2neksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira A kira 3 minggu dan sering
disertai gejala sistemik, misalnya demam, malese, dan anoreksia, dan dapat ditemukan
pembengkakan kelenjar getah bening regional.
3
"elainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang
sembab dan eritematosa, berisi )airan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dan dapat
menjadi krusta dan kadang A kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa
sikatriks. 'ada perabaan tidak terdapat indurasi. "adang A kadang dapat timbul ineksi sekunder
sehingga member gambaran yang tidak jelas. <mumnya didapati pada orang yang kekurangan
antibody virus herpes simpleks. 'ada 6anita ada laporan yang mengatakan bah6a -/0 ineksi
9%V pada genitalia ekterna disertai ineksi pada serviks.
3
2. Case Laten
Case ini berarti pada penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi 9%V dapat ditemukan
dalam keadaan tidak akti pada ganglion dorsalis.
3
3. 2neksi !ekurens
2neksi ini berarti 9%V pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak akti, dengan
mekanisme pa)u menjadi akti dan men)apai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis.
1ekanisme pa)u itu dapat berupa trauma isik (demam, ineksi, kurang tidur, hubungan seksual,
dan sebagainya*, trauma psikis (gangguan emosional, menstruasi*, dan dapat pula timbul akibat
jenis makanan dan minuman yang merangsang.
3
>ejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada ineksi primer dan berlangsung kira A
kira + A 1/ hari. %ering ditemukan gejala prodromal lo)al sebelum timbul vesikel berupa rasa
panas, gatal, dan nyeri. 2neksi rekurens ini dapat timbul pada tempat yang sama (loco* atau
tempat lain@tempat disekitarnya (non loco*.
3
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamneses, gejala klinis, dan pemeriksaan laboratorium.
1
%elama 6abah, dokter sering dapat mendiagnosa herpes simpleks dengan melihat lesi.
<ntuk mengkonirmasi bah6a pasien memiliki herpes simpleks, dokter bisa mengambil
2#
s6ab@hapusan dari lesi dan mengirim s6ab@hapusan ini ke laboratorium. 4ila tidak ada lesi, tes
medis lainnya, seperti tes darah (blood test*, dapat menemukan virus herpes simpleks.
1
'emeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain :
$
%& Direct 'icroscopy (zanc "mear
=airan dari vesikel utuh dioleskan tipis-tipis pada slide mikroskop, dikeringkan,dan di6arnai
dengan baik Gright atau >iemsa stain. 'ositi, jika terdeteksi a)antholyti) keratino)ytes atau
multinu)leated giant a)antholyti) keratino)ytes. 'ositi dalam +$0 kasus a6al, baik primer atau
berulang.
$
)& *ntigen Detection DF*
1ono)lonal antibodies, spe)ii) untuk 9%V-1 dan 9%V-2 antigens, mendeteksi dan membedakan
antigen 9%V pada smear dari lesi.
$
+& Dermatopathology
4allooning dan reti)ular epidermal degeneration, a)antholysis, dan intraepidermal vesi)les;
intranu)lear in)lusion bodies, multinu)leate giant keratino)ytes; multilo)ular vesi)les.
2mmunoperoBidase te)hniMues dapat digunakan untuk mengidentiikasi 9%V-1 and 9%V-2
antigens dalam ormalin-iBed sampel jaringan.
$
,& Cultures
"ultur 9%V positi dari bagian mukokutan atau spesimen jaringan biopsi.
$
-& "erology
:ntibodi terhadap glikoprotein (g* >1 dan (g* >2 untuk mendeteksi dan membedakan apakah
telah terineksi 9%V-1 dan 9%V-2.
$
N 2neksi 9%V primer dapat didokumentasikan oleh demonstration of seroconversion&
N 9erpes yang berulang dapat dikesampingkan jika seronegati untuk antibodi 9%V.
.& Polymerase Chain /eaction
<ntuk menentukan urutan 9%V-D?: dalam jaringan, hapusan, atau
sekresi.
$
Diagnosis Banding
9erpes simpleks di daerah sekitar mulut dan hidung harus dibedakan dengan impetigo
vesiko bulosa. 'ada daerah genitalia harus dibedakan dengan ulkus durum, ulkus mole, dan ulkus
mikstum, maupun ulkus yang mendahului penyakit limoganuloma venerum.
3
enatalaksanaan
%ampai saat ini belum ada terapi yang memberikan penyembuhan radikal, artinya tidak
ada pengobatan yang dapat men)egah episode rekurens se)ar tuntas. 'ada lesi yang dini dapat
digunakan obat topi)al berupa salap@krim yang mengandung preparat idoksuridin (stoBil,
viruguent, virunguent-'* dengan )ara aplikasi, yang sering dengan interval beberapa jam.
2$
'reparat asiklovir (7oviraB* yang dipakai se)ara topi)al tampaknya memberikan masa depan
yang lebih )erah. :siklovir ini )ara kerjanya mengganggu replikasi D?: virus. "linis hanya
bermanaat bila penyakit sedang akti. 5ika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres. 'engobatan
oral berupa preparat asiklovir tampaknya memberikan hasil yang lebih baik, penyakit
berlangsung lebih singkat dan masa rekurensnya lebih panjang. Dosisnya $ B 2// mg sehari
selama $ hari. 'engobatan parenteral dengan asiklovir terutama ditujukan kepada penyakit yang
lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam. 4egitu pula dengan preparat adenine
arabinosid (vitarabin*. 2ntereron sebuah preparat glikoprotein yang dapat menghambat
reproduksi virus juga dapat dipakai se)ara parenteral.
3
<ntuk men)egah rekurens ma)am A ma)am usaha yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan imunitas selular, misalnya pemberian preparat lupidon 9 (untuk 9%V tipe 2* dan
lupidon > (untuk 9%V tipe 22* dalam satu seri pengobatan. 'emberian levamisol dan isoprinosin
atau asiklovir se)ara berkala menurut bebrapa penyelidik memberikan hasil yang baik. Eek
levamisol dan isoprinosin ialah sebagai imunostimulator. 'emberian vaksinasi )a)ar sekarang
tidak dianut lagi.
3
rognosis dan $om+likasi
%elama pen)egahan rekurens masih merupakan problem, hal tersebut se)ara psikologik
akan memberatkan penderita. 'engobatan se)ara dini dan tepat memberikan prognosis yang lebih
baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurens lebih jarang.
3
'ada orang dengan gangguan imunitas, misalnya pada penyakit A penyakit dengan tumor
di system retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau isik yang sangat
lemah, menyebabkan ineksi ini dapat menyebar ke alat A alat dalam dan dapat atal. 'rognosis
akan lebih baik seiiring dengan meningkatnya usia pada orang de6asa.
3
"omplikasi serius jarang terjadi pada orang sehat dengan herpes simpleks. komplikasi
paling sering terjadi pada bayi yang belum lahir, bayi yang baru lahir, dan orang-orang yang
memiliki penyakit kronis atau sistem kekebalan tubuh yang lemah, 92V @ :2D%, atau memiliki
transplantasi organ.
1
9erpes ensealitis atau meningitis. vesikel yang meluas mungkin menjadi bagian dari
parahnya penyakit pada bayi baru lahir, anak-anak yang lemah atau orang de6asa yang
imunosupresi. E)7ema herpeti)um: pasien dengan e)7ema atopik biasanya rentan terhadap
meluasnya ineksi herpes simpleks pada kulit. 9erpes simpleks dapat menyebabkan dendriti)
2&
ul)ers berulang sehingga menyebabkan jaringan parut pada kornea. 'ada beberapa pasien,
ineksi herpes simpleks berulang diikuti oleh eritema multiorme.
#
en(egahan
"er+es Oral ."er+es Sim+leks Ti+e I/
5ika anda memilik luka di 6ajah :
5angan men)ium siapapun, jangan berhubungan seks oral, jangan berbagi barang A
barang seperti alat makanan dari perak, )angkir, handuk, dan lipbalm. 5ika anda merasa
kesemutan, terbakar, gatal, atau nyeri dimana anda memiliki luka herpes, jagalah daerah tubuh
anda jauh dari orang lain.
1
'enyebaran luka dapat di)egah kebagian tubuh lainnya dengan : )u)i tangan setelah
menyentuh luka, menggunakan kapas-tip untuk menerapkan obat pada luka herpes.
1
!enital "er+es ."er+es Sim+leks Ti+e II/
4ila :nda memiliki luka atau gejala herpes jangan berhubungan seks dengan pasangan
yang tidak terineksi. >unakan kondom lateks untuk menurunkan resiko penyebaran virus. .etapi
anda juga harus tahu bah6a dengan penggunaan kondom, penyebaran virus masih mungkin
terjadi.
1
5ika :nda sedang hamil segera beritahu dokter jika anda atau pasangan anda memiliki
herpes genital untuk men)egah menularkan virus kepada bayi anda.
1
0arisela
A. engertian
Varisela adalah penyakit ineksi virus akut dan )epat menular, yang disertai gejala konstitusi
dengan kelainan kulit yang polimor, terutama berlokasi di bagian sentral tubuh. ( 9arahap
1ar6ali. 2/// *
Varisela ()a)ar air* adalah ineksi yang sering terjadi pada anak-anak, disebabkan oleh virus
varisela (juga disebut varisela 7ooster*. ( =handrasoma 'arakrama. 2//& *
Varisela simpleks atau )a)ar air adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh ineksi
virus varisela 7ooster. ( Gikipedia 2ndonesia *
B. Etiologi
'enyakit varisela disebabkan oleh virus Varisella 7ooster, yang merupakan kelompok virus
herpes berukuran 1#/-2// mikro berinti D?:. 'enanaman virus ini memberi pengertian bah6a
ineksi primer virus ini menyebabkan timbulnya penyakit varisela, sedangkan reaktiasi (keadaan
2+
kambuh setelah sembuh dari varisela* menyebabkan herpes 7ooster. Virus ini ditularan melalui
per)ikan ludah penderita atau melalui benda-benda yang terkontaminasi oleh )airan dari lepuhan.
Varisela sangat menular, dan D/0 dari orang yang daya tahannya lemah akan tertular bila mereka
terekspos.
C. enatalaksanaan Medis
1. Carmakoterapi
a. :ntivirus
%eperti :siklovir dengan dosis $B#// mg sehari selama +-1/ hari
b. 'engobatan bersiat somptomatik dengan antipiretik dan analgetik antipiretik seperti para)etamol
atau ibuproen
). 'engobatan dengan imunomodulator, seperti isoprinosin. Dosis maksimum 3/// mg sehari.
Dosis untuk orang de6asa &B$// mg sehari atau #B$/ mg sehari. Lama pengobatan sampai
penyakit membaik. 8bat ini diberikan jika lama penyakitnya telah lebih 3 hari
d. :ntihistamin yang bersiat sedati seperti =hlorpheniramine
e. :ntibiotik (oral@salep* : jika terjadi ineksi sekunder
. Lokal : diberi bedak. Losio kalami dapat diberikan untuk mengurangi rasa tidak enak dan
mengeringkan lesi vesikuler (mengandung salisil 20*
g. Larutan '" sebanyak 10 yang dilarutkan dalam air mandi
2. ?on Carmakoterapi
a. .irah baring @ istirahat se)ukupnya
b. 1andi dengan air hangat atau air dingin setiap 3-# ;jam pada hari-hari pertama untuk
mengurangi rasa gatal
). 2solasi untuk men)egah penularan
d. Diit bergi7i tinggi (.inggi kalori dan protein*
IMETI!O
DE#I&ISI
2mpetigo adalah penyakit kulit menular yang disebabkan bakteri dan biasanya
menyerang anak-anak atau pioderma superi)ialis yang hanya terbatas pada epidermis. Galaupun
sebagian besar disebabkan oleh bakteri yang masuk melalui luka, namun impetigo dapat terjadi
pada kulit yang sehat. 2mpetigo merupakan ineksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik
dalam keluarga, tempat penitipan atau sekolah. 2mpetigo menyebar melalui kontak langsung
dengan lesi (daerah kulit yang terineksi*. Di 2nggris kejadian impetigo pada anak sampai usia #
tahun sebanyak 2,-0 pertahun dan 1,&0 pada anak usia $-1$ tahun.
2-
E&1EBAB
2mpetigo disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus B
hemolyticus& 4akteri ini hidup normal di kulit manusia tanpa menimbulkan penyakit. 2mpetigo
terjadi bila bakteri ini masuk melalui luka di kulit atau gigitan serangga dan berkembang biak.
:da 3 bentuk impetigo, yaitu :
a. 2mpetigo nonbulosa@ krustosa@ kontagiosa
b. 2mpetigo bulosa
). 2mpetigo neonatorum
A. Im+etigo nonb,losa2 kr,stosa2 kontagiosa
%uatu penyakit kulit yang disebabkan oleh ineksi bakteri "treptococcus beta hemolyticus
yang ditandai oleh lesi berupa krusta kuning kotor dengan daerah eritem di sekitarnya. 2stilah
a6amnya disebut )a)ar madu. Lesi selalu bera6al dari kulit 6ajah atau ekstrimitas yang telah
mengalami trauma. Lesi yang menga6alinya biasanya adalah )a)ar air, gigitan serangga, abrasi,
laserasi dan luka bakar. :6alnya terbentuk beruntus merah ke)il yang kemudian menjadi
beruntus bernanah yang )epat pe)ah dan berubah menjadi keropeng ber6arna kuning atau
a6alnya berupa vesikel@pustula ke)il dan dalam 6aktu singkat berubah menjadi plak berkrusta
ber6arna keemasan seperti madu, menebal, dan mudah lepas. <mumnya berdiameter kurang dari
2 )m. "rusta tersebut dapat dilepaskan dengan )epat sehingga meninggalkan permukaan yang
halus, merah dan lembab seperti luka le)et. .idak disertai gejala konstitusi (gejala ineksi pada
tubuh manusia seperti demam, nyeri, lesu, dan lainnya*. 4iasanya terjadi disekitar lubang
hidung, mulut, tangan dan leher. 2neksi dapat menyebar melalui jari, pakaian, dan handuk.
8rganisme yang paling banyak mengineksi impetigo nonbulosa adalah "taphylococcus
aureus, sedangkan "treptococcus beta-hemolitius grup : (%49>:* berperan dalam
perkembangan sejumlah lesi. Diagnosis banding impetigo nonbulosa meliputi ineksi jamur
(tinea korporis, kerion*, dermatitis atopik, dermatitis kontak alergi, herpes simplek dan ineksi
parasit (skabies, pedikulosis kapitis* yang semuanya dapat menjadi impetiginisasi. 2mpetigo
nonbulosa memiliki gambaran histopatologi sama dengan gambaran pada varian impetigo
bulosa, ke)uali pembentukan lepuh lebih ringan. 'ada D/0 penderita yang tidak diobati terdapat
Limadenopati."omplikasi yang dapat terjadi seperti selulitis lokal, limadenopati, endokarditis
bakterial, dan glomeruloneritis akut. 'emeriksaan penunjang dengan pe6arnaan gram, kultur
dan uji resistansi dari pus ( bila tidak ada perbaikan setelah diberi terapi selama 1 minggu*.
2D
B. Im+etigo b,losa
%uatu penyakit kulit yang disebabkan oleh ineksi bakteri %taphylo)o))us aureus ditandai
oleh lesi berupa bula berdinding tipis yang terletak superisial yang bila pe)ah akan menjadi
krusta tebal yang transparan dan ber6arna seperti pernis. 8rang a6am biasa menyebutnya
dengan istilah )a)ar monyet. Dinamakan seperti itu karena impetigo bulosa sangat mudah
menular dan berpindah dari satu bagian kulit ke bagian lain seperti monyet yang berpindah
pohon. Disebabkan oleh "taphylococcus aureus koagulase-positi. 'ada impetigo bulosa, lesi
merupakan maniestasi sindrom kulit bersisik staphylo)o))us setempat dan berkembang pada
kulit yang utuh. 'ada anamnesis adanya vesikel berisi )airan jernih yang berkembang )epat
menjadi bula berdinding tipis yang kemudian berisi pus. 4ula berdinding tipis biasanya lembek
kadang A kadang tegang mudah pe)ah dan berisi )airan ber6arna jernih, kekuningan sampai
putih atau pus yang ber6arna kuning. %etelah pe)ah dasarnya yang eritematus dengan )epat
mengering menebal mengkilat seperti pernis. "elainan kulit berupa eritema, bula, dan bula
hipopion. =iri-)irinya berupa kemerahan di kulit dan terdapat gelembung-gelembung seperti
kulit yang tersundut rokok. 'redileksi pada daerah yang sering terkena gesekan. 'aling sering
terjadi pada kulit 6ajah, pantat, ketiak, dada, punggung dan daerah yang tidak tertutup pakaian.
>ejala konstitusi biasanya menyertai kelainan ini berupa demam dan malaise.
Diagnosis banding impetigo bulosa meliputi dermatitis kontak alergika, pemigus
vulgaris, pemigoid bulosa, eritema multiorme, dermatitis herpetiormis, luka bakar, iBed drug
rea)tion bentuk bula, %taphylo)o))al %)alded %kin %yndrom, 2nse)t bites bentuk bula, ineksi
virus (herpes simpleks, varisela 7oster*, dermatoitosis, dan impetigo krustosa. 'emeriksaan
penunjang dengan pemeriksaan gram, kultur dan resistensi dari pus ( bila tidak terdapat
perbaikan setelah diberi terapi selama 1 minggu*. 'ada pemeriksaan histopatologi, lesi impetigo
bulosa menunjukkan pembentukan vesikel pada daerah sub-kornea atau granuler, sel neutroil
dan kadang-kadang sel akantolitik dalam lepuh, spongiosis, udem papila dermis dan )ampuran
iniltrat limosit dan netroil disekitar pembuluh darah pleksus superi)ialis.
C. Im+etigo neonator,m
1erupakan varian impetigo bulosa yang terdapat pada neonatus. Dapat terjadi pada daerah
yang dipakaikan popok. %erupa dengan impetigo bulosa tetapi lokasinya generalisata. Disertai
gejala konstitusi yaitu demam. Diagnosis banding impetigo bulosa pada neonatus meliputi
epidermolisis bulosa, ineksi herpetik dan sindrom kulit bersisik a6al. 5ika lesi tidak berespon
3/
terhadap terapi, harus dipertimbangkan kemungkinan dermatitis kontak alergika, luka bakar,
dermatitis bulosa kronis pada anak, dan eritema multiorme.
E&!OBATA&
A. Imetigo nonb,losa
5ika jumlah lesi sedikit, bersihkan lalu beri salep antibiotik. 5ika jumlah lesi luas dan banyak
beri antibiotik sistematik seperti golongan peni)ilinase A resistant peni)ilin (klosasilin*,
eritromisin atau sealosporin dan injeksi ben7atin penisilin. 2ni lebih baik daripada plasebo atau
pembersihan dengan sabun heksakloroen 30. <ntuk ineksi %trepto)o))us pada anak-anak
diberikan penisilin #B2$/mg selama $-+hari, sedangkan untuk ineksi )ampuran dengan
%taphylo)o))us diberikan eritromisin, kloksalisin, atau sealosporin dengan dosis sama dengan di
atas selama +-1/ hari. "ompres 1-2B sehari untuk membersihkan krusta lalu diberi salep
kombinasi basitrasin polimiksin 4. 'ada krusta yang tebal dan melekat dilakukan kompres dulu
untuk mengangkat krusta kemudian dapat diberikan antibiotik topikal seperti mupirosin 2 0
diberikan di kulit yang terineksi 3B sehari selama tiga sampai lima hari.
B. Im+etigo b,losa
1emberikan salep antibiotik atau )airan antiseptik setelah vesikel@bula dipe)ahkan.
"ompres dengan solutio :)idi salisili)i /,1 0, dilanjutkan dengan antibiotika topikal seperti
salep mupiro)in 2 0. 5ika lesi lebih banyak atau luas diberikan antibiotik sistematik seperti
golongan eritromisin, peni)ilinase-resistant penisilin (dikloksasilin, kloksasilin*, sealosporin,
klindamisin atau kombinasi amoksisikin dan asam klavulanat. Oang terpenting memperbaiki
higine.
C. Im+etigo &eonator,m
%ama seperti impetigo bulosa, jika lesi lebih banyak diberikan antibiotik sistematik.
%edangkan untuk pengobatan antibiotik topikal dapat diberikan bedak salisil 20.
E&CE!A"A&
<ntuk men)egah impetigo dapat dilakukan :
31
1andi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat
mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensiti*
9igiene yang baik, men)akup )u)i tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan
bersih
5auhkan diri dari orang dengan impetigo
8rang yang kontak dengan orang yang terkena impetigo segera men)u)i tangan dengan
sabun dan air mengalir.
=u)i pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya.
=u)i dengan air panas dan keringkan di ba6ah sinar matahari atau pengering yang panas.
1ainan yang dipakai dapat di)u)i dengan disinektan.
>unakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terineksi dan
)u)i tangan setelah itu
Morb,s hansen .Hansens disease)
1orbus hansen (#ansen0s disease) dideinisikan sebagai suatu ineksi granulomatosa
kronis dengan gejala sisa, disebabkan oleh 'ycobacterium leprae ('& leprae) yang terutama
menyerang kulit dan sara. :tau penyakit ineksi kronis yang disebabkan oleh basil
'ycobacterium leprae yang bersiat obligat intraselular. %ara perier sebagai ainitas pertama,
lalu kulit dan mukosa saluran napas atas, kemudian dapat ke organ lain ke)uali susunan sara
pusat. 'ada kebanyakan orang yang terineksi dapat asimptomatik, namun pada sebagian ke)il
memperlihatkan gejala dan mempunyai ke)enderungan untuk menjadi )a)at, khususnya pada
tangan dan kaki.
1,3
Diagnosis penyakit morbus hansen didasarkan pada penemuan (tanda kardinal atau tanda
utama* yaitu :
1,3
1. 4er)ak kulit yang mati rasa
4er)ak hipopigmentasi atau eritematosa, mendatar (rnakula* atau meninggi (plak*. 1ati rasa
pada ber)ak bersiat total atau sebagian saja terhadap rasa (raba, rasa suhu, dan rasa nyeri*.
2. 'enebalan sara tepi dapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan
ungsi sara yang terkena, yaitu :
a. >angguan ungsi sensoris (mati rasa*
b. >angguan ungsi motoris : paresis atau paralisis
). >angguan ungsi otonorn: kulit kering, retak, edema, pertumbuhan rambut yang terganggu
32
3. Ditemukan kuman tahan asam
4ahan pemeriksaan adalah hapusan kulit )uping telinga dan lesi kulit pada bagian yang akti.
"adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau sara.
<ntuk menegakkan diagnosis penyakit morbus hansen, paling sedikit harus ditemukan
satu tanda kardinal. 4ila tidak atau belum dapat ditemukan, maka kita hanya dapat mengatakan
tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah 3-& bulan sarnpai diagnosis
morbus hansen dapat ditegakkan atau disingkirkan.
!idley dan 5opling memperkenalkan istilah spektrum determinate pada penyakit morbus hansen
yang terdiri atas :
..: .uberkuloid polar, bentuk yang stabil.
.i : .uberkuloid indeinite
4. : 4orderline tuberkuloid
44 : 1id 4orderline
4L : 4orderline lepromatous
Li : Lepromatosa indeinite
LL : Lepromatosa polar, bentuk yang stabil.
1enurut G98 :
o 1ultibasilar berarti banyak mengandung basil, yaitu tipe LL, 4L dan 44 dengan indeks bakteri
lebih dari 2F.
o 'ausibasiler berarti mengandung sedikit basil, yaitu tipe .., 4. dan 2 dengan indeks bakteri
kurang dari 2F
4agan diagnosis klinis menurut G98 (1DD$*:
&
B MB
1. Lesi kulit (makula datar,
papul yang meninggi, nodus*
1-$ lesi
hipopigmentasi@eritema
distribusi tidak simetris
hilangnya sensasi jelas
P$ lesi
distribusi lebih simetris
hilangnya sensasi kurang jelas
2. "erusakan sara (hilang
senses @kelemahan otot yg
9anya satu )abang sara - banyak )abang sara
33
dipersarai*
EMERI$SAA& ASIE&
3454647
Anamnesis
o "eluhan penderita
o !i6ayat kontak
o Latar belakang keluarga, misalnya keadaan sosial ekonomi.
Ins+eksi
Dengan penerangan yang baik, lesi kulit harus diperhatikan dan juga kerusakan kulit.
al+asi
o "elainan kulit, nodus, iniltrat, jaringan parut, ulkus, khususnya pada tangan dan kaki.
"elainan sara : =ara pemeriksaan sara :
1. bandingkan sara bagian kiri dan kanan.
2. membesar atau tidak
3. bentuk bulat atau oval
#. pembesaran regular (smooth* atau irregular.
$. perabaan keras atau kenyal
&. nyeri atau tidak.
>ejala-gejala kerusakan sara :
?. ulnaris : - anastesia pada ujung jari anterior kelingking dan jari manis.
- )la6ing jari kelingking dan jari manis.
- atroi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis
medial.
?. medianus : - anestesia pada ujung jari bagian anterior ibu jari, telunjuk, dan jari
tengah
- tidak mampu aduksi ibu jari
- )la6ing ibu jari, telunjuk, dan jari tengah
- ibu jari kontraktur
- atroi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral
?. radialis : - anestesia dorsum manus, serta ujung proksimal jari telunjuk
- tangan gantung (6rist drop*
3#
- tak mampu ekstensi jari-jari atau pergelangan tangan
?.poplitea
lateralis:
- anestesia tungkai ba6ah, bagian lateral dan dorsum pedis
- kaki gantung (oot drop*
- kelemahan otot peroneus
?.tibialis
posterior:
- anestesia telapak kaki
- )la6 toes
- paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis
?. asialis : - )abang temporal dan 7igomatik menyebabkan lagotalmus
- )abang bukal, mandibular dan servikal hilang ekspresi 6ajah dan
kegagalan mengatupkan bibir
?. trigeminus : - anestesia kulit 6ajah, kornea, dan konjungtiva mata
Tes f,ngsi saraf
3454647
Tes sensoris
- !asa suhu
o dilakukan dengan mempergunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panas (sebaiknya
#/
o
=* yang lainnya air dingin (sebaiknya sekitar 2/
o
=*
o sebelumnya dilakukan tes kontrol pada daerah kulit yang normal
- !asa raba
Dengan kapas dilan)ipkan menyinggung kulit. 4er)ak-ber)ak di kulit harus diperiksa di
tengahnya dan jangan di pinggirnya.
- !asa nyeri
Diperiksa dengan memakai jarum. 'etugas menusuk kulit dengan ujung jarum yang tajam dan
dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien dalam keadaan sambil menutup mata harus
mengatakan tusukan mana yang tajam dan mana yang tumpul.
Tes motoris : Voluntary 1us)le .est (V1.*
3,&,+,-
Tes otonom yaitu tes anhidrosis
1. .es dengan pensil tinta (tes >una6an*
2. .es histamin (histamine subkutan*.
- %etelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat, sedangkan
daerah anhidrosis tetap kering.
3$
'enegakan diagnosis 'orbus #ansen tipe 1ultibasiler (1914* pada pasien ini
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan isik dan pemeriksaan penunjang. 9asil anamnesis
didapatkan keluhan a6al Enam bulan %1!%, ebris(F* timbul makula eritem, kering ,dan
berskuama pada eBtrimitas superior sinistra lalu meluas ke eBtrimitas superior deBtra , dan
kedua eBtrimitas inerior, dan a)ialis, )olli. :nestesi (F*, madarosis (F*, artralgia (F* pada kedua
eBtrimitas inerior.
Dari pemeriksaan isik status generalis tampak madarosis(F*. 'ada status dermatologikus
distribusi regioner pada a)ialis, )olli, kedua eBtremitas superior dan inerior. Lesi multipel,
sebagian diskret sebagian konluens, bilateral, ukuran lentikuler sampai plakat, sirkumskript,
lebih tinggi dari permukaan kulit, kering. Dengan eloresensi makula eritem, hiperpigmentasi,
skuama halus. 'ada status neurologikus terdapat gangguan sensibilitas berupa anestesi terhadap
rasa raba dan nyeri pada asies, )olli, kedua eBtremitas superior dan eBtremitas inerior. 'ada
pemeriksaan 4.: staining pada kerokan kulit )uping telinga kanan dan kiri ditemukan kuman
basil tahan asam (4.: F*.
'enatalaksanaan kusta menggunakan 1ulti Drug .herapy (1D.* menurut G98 tahun
1DD- adalah sebagai berikut:
Skema Regimen MDT 8"O
.abel 1. 8bat dan dosis regimen 1D.-'4
84:. DEG:%:
44H3$ kg 44P3$ kg
!iampisin
Dapson s6akelola
#$/ mg@bln (dia6asi*
$/mg@hari(1-2mg@kg44@hari*
&// mg@bln (dia6asi*
1// mg@hari
.abel 2. 8bat dan dosis regimen 1D.-14
84:. DEG:%:
44H3$ kg 44P3$ kg
!iampisin
"loa7imin
Dapson s6akelola
#$/ mg@bln (dia6asi*
3// mg@bln dia6asi dan
diteruskan $/ mg@hari
s6akelola
$/mg@hari(1-2mg@kg44@hari*
&// mg@bln (dia6asi*
1// mg@hari
3&
.abel 3. 8bat dan dosis regimen 1D. G98 untuk anak
84:.
'4 14
H 1/ tahun
44 H $/kg
1/

th A 1# th H 1/ th
44 H $/ kg
1/ th -1# th
!iampisin
"loa7imin
3// mg@bln
-
2$ mg@hr
#$/ mg@bln
-
$/ mg@hr
3// mg@bln
1// mg@bln
dilanjutkan $/ mg,
2B@mgg
2$ mg@hr
#$/ mg@bln
1$/ mg@bln
dilanjutkan $/
mg@hr
$/ mg@hr
REA$SI MORB*S "A&SE&
!eaksi morbus hansen adalah interupsi dengan episode akut pada perjalanan penyakit yang
sebenarnya sangat kronik. :dapun patoisiologinya belum jelas betul, terminologinya dan
klasiikasinya masih berma)am-ma)am, namun yang paling banyak dianut yaitu :
!eaksi reversal atau reaksi upgrading (reaksi tipe 2*
o hipersensitivitas tipe lambat oleh karena peningkatan mendadak %2% yang aktor
pen)etusnya belum diketahui pasti.
E?L, 1ritema 2odusum 3eprosum (reaksi tipe 22*
o karena pengobatan, banyaknya basil leprae yang mati dan han)ur, berarti banyak
antigen yang dilepaskan dan bereaksi dengan antibodi serta mengaktikan sistem komplemen.
"ompleks imun tersebut beredar didalam darah dan akhirnya dapat melibatkan banyak organ.
%e)ara imunopatologis E?L termasuk respon imun humoral.
>ejala !eaksi tipe 2 !eaksi tipe 22
"eadaan umum <mumnya baik, demam
ringan (subebril* atau tanpa
demam
!ingan sampai dengan berat
disertai kelemahan umum dan
demam tinggi
'eradangan kulit 4er)ak kulit lama menjadi
lebih meradang, dapat timbul
.imbul nodul baru kemerahan
lunak dan nyeri tekan, nodul
3+
ber)ak baru dapat pe)ah. 4iasanya pada
lengan dan tungkai.
%ara %ering terjadi, umumnya
berupa nyeri tekan sara
dan@atau gangguan ungsi
sara
5arang terjadi
'eradangan pada organ lain 9ampir tidak pernah ada .erjadi pada mata, kelenjar getah
bening, sendi, ginjal, testis dll
Gaktu timbulnya %egera setelah pengobatan. %etelah mendapat pengobatan
lama, umumnya lebih dari &
bulan.
.ipe morbus hansen Dapat terjadi pada kusta tipe
'4 maupun 14
9anya pada kusta tipe 14
Caktor pen)etus - 1elahirkan
-8bat-obatan meningkatkan
kekebalan tubuh.
- Emosi
- "elelahan dan stress isik
lainya
- "ehamilan
engobatan E&L
8bat yang paling sering dipakai adalah tablet kortikosteroid, antara lain prednisone.
Dosisnya bergantung pada berat ringannya reaksi, biasanya 1$-3/ mg@hari dan dosisnya
diturunkan bertahap.
"loa7imin juga dapat dipakai sebagai anti E?L, tetapi dengan dosis yang lebih tinggi.
Dosisnya antara 2//-3//mg@hari. "hasiatnya lebih lambat daripada kortikosteroid dan dapat
dipakai untuk melepaskan ketergantungan kortikosteroid.
engobatan reaksi re9ersal
4ila reaksi ini tidak disertai neuritis akut, maka tidak perlu diberi obat tambahan. 4ila ada
neuritis akut, obat pilihan pertama adalah kortikosteroid yang dosisnya disesuaikan dengan berat
ringannya neuritis. 4iasanya diberikan prednisone #/-&/ mg@hari yang dosisnya diturunkan
se)ara bertahap. :nggota gerak yang terkena neuritis akut harus diistirahatkan. :nalgesik dan
sedati kalau diperlukan dapat diberikan.
3-
'ada pasien ini diberikan terapi morbus hansen sesuai dengan regimen 1D.-14 dari
G98 dan diberikan kortikosteroid oral untuk mengatasi reaksi E?L yang terdapat pada pasien
ini. 'ada pasien ini juga diberikan antihistamin. :ntihistamin yang dipilih disini adalah
antihistamin golongan sedati misalnya "loreniramin maleat 2 B # mg. 8bat ini dipilih karena
murah serta mudah didapat, namun dapat menyebabkan kantuk karena memiliki eek sedati.
'rognosis pada pasien ini, Quo ad vitam adalah ad bonam karena 19 tidak mengan)am
nya6a 6alaupun bersiat kronik dan membutuhkan pengobatan jangka panjang. Quo ad
ungsionam adalah dubia ad bonam karena 19 juga tidak mengakibatkan gangguan ungsi
organ-organ tubuh pada pasien ini, 6alaupun dapat menyebabkan deormitas pada beberapa
kasus yang terlambat mendapatkan pengobatan. Quo ad sanationam pada pasien ini adalah dubia
ad bonam karena pasien memiliki pendidikan yang )ukup dan mampu memahami pentingnya
pengobatan jangka panjang terhadap penyakitnya.
Dermatofitosis
Dermatoitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung 7at tanduk, misalnya stratum
korneum pada epidermis, rambut dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatoita
(4udimulja, 2//$*.
Dermatoita dibagi menjadi genera 'icrosporum4 (richophyton dan 1pidermophyton (1adani,
2///*. >olongan jamur ini mempunyai siat men)ernakan keratin. 9ingga kini dikenal sekitar #/
spesies dermatoita, masing-masing dua spesies 1pidermophyton, 1+ spesies 'icrosporum dan
21 spesies (richophyton (4udimulja, 2//$*.
II. '. Dermatofita
1enurut 1adani (2///* golongan jamur dermatoita dapat menyebabkan beberapa bentuk klinis
yang khas. %atu jenis dermatoita dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, tergantung
letak lokasi anatominya.
A. Tinea $a+itis
Dermatoitosis pada kulit kepala dan rambut ini umumnya menyerang anak prapubertas. 5amur
menyerang stratum korneum dan masuk ke olikel rambut yang selanjutnya akan menyerang
bagian luar atau sampai ke bagian dalam rambut, bergantung pada spesiesnya (Daili, dkk., 2//$*.
1enurut 1adani (2///* ada tiga bentuk klinis tinea kapitis, yaitu :
1. 5rey patch ring!orm
3D
4entuk ini terutama disebabkan oleh 'icrosporum audouinii (1ulyono, 1D-&*. 4entuk ini
ditemukan pada anak-anak dan biasanya dimulai dengan timbulnya papula merah ke)il di sekitar
olikel rambut. 'apula ini kemudian melebar dan membentuk ber)ak pu)at karena adanya sisik.
'enderita mengeluh gatal, 6arna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat lagi. !ambut menjadi
mudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. 'ada daerah yang terserang oleh jamur
terbentuk alopesia setempat dan terlihat sebagai grey patch&4er)ak abu-abu ini sulit terlihat
batas-batasnya dengan pasti bila tidak menggunakan lampu 6ood& 'emeriksaan dengan
lampu 6ood memberikan luoresensi kehijau-hijauan sehingga batas-batas yang sakit dapat
terlihat jelas.
2. 7erion
1erupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh 'icrosporum canis(1ulyono, 1D-&*.
4entuk yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi berupa pembengkakan
menyerupai sarang lebah, dengan sebukan radang di sekitarnya. "elainan ini menimbulkan
jaringan parut yang menetap.
3. Blac dot ring!orm
1erupakan tinea kapitis yang terutama disebabkan oleh (richophyton
tonsurans dan (richophyton violaceum (1ulyono, 1D-&*& >ambaran klinis berupa terbentuknya
titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terineksi tepat di muara olikel.
<jung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam.
Diagnosis banding pada tinea kapitis adalah alopesia areata, dermatitis seboroik dan psoriasis
(%iregar, 2//$*.
B. Tinea #a9osa
.inea avosa adalah ineksi jamur kronis, terutama oleh (richophyton schoenleini4 (richophyton
violaceum dan 'icrosporum gypseum& 'enyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang
ditandai oleh skutula ber6arna kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit kepala. 4iasanya,
lesinya menjadi sikatrik alopesia permanen. "adang kulit halus dan kuku dapat terkena.
>ambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit kepala dan
terkenanya olikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan kerontokan rambut, serta lesi
#/
menjadi lebih merah dan lebih luas. %etelah itu, terjadi kerontokan rambut luas, kulit mengalami
atroi dan sembuh dengan jaringan parut permanen.
'enegakan diagnosis tinea avosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis
langsung, dengan menemukan miselium, air bubbles yang bentuknya tidak teratur. 'ada
pemeriksaan dengan lampu 6ood tampak luoresensi hijau pudar (dull green* (1adani, 2///*.
C. Tinea $or+oris
.inea korporis atau tinea sirsinata adalah ineksi jamur golongan dermatoita (berbagai
spesies (richophyton4 'icrosporum dan 1pidermophyton* pada badan, tungkai dan lengan dan
mempunyai gambaran morologi yang khas (Daili, dkk., 2//$*.
1enurut 1adani (2///* penyebab tersering penyakit ini adalah (richophyton
rubrum dan (richophyton mentagrophytes&
'asien merasa gatal dan kelainan umumnya berbentuk bulat, berbatas tegas, terdiri atas ma)am-
ma)am eloresensi kulit (polimor* dengan bagian tepi lesi lebih jelas tanda peradangannya
daripada bagian tengah. 4eberapa lesi dapat bergabung dan membentuk gambaran polisiklis.
Lesi dapat meluas dan memberi gambaran yang tidak khas terutama pada pasien
imunodeisiensi. 'ada kasus dermatoitosis dengan gambaran klinis tidak khas, diagnosis pasti
ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan kulit dengan larutan
"89 1/-2/ 0 (Daili, dkk., 2//$*.
>ambar 3. .inea korporis (%umber : Lesher, 2//#*
Diagnosis banding tinea korporis adalah morbus hansen, pitiriasis rosea dan neurodermatitis
sirkumskripta (%iregar, 2//$*.
D. Tinea Imbrikata
.inea imbrikata adalah dermatoitosis kronik rekuren disebabkan (richophyton concentricum& Di
indonesia penyakit ini ditemukan endemis di 6ilayah tertentu, antara lain 'apua, %ula6esi,
%umatra dan pulau-pulau bagian tengah 2ndonesia .imur, terutama pada masyarakat terasing.
"erentanan terhadap penyakit ini diduga diturunkan se)ara genetik dengan pola penurunan
autosomal resesi.
#1
>ambaran klinis pada kulit berupa lingkaran-lingkaran konsentris terdiri atas lesi
papuloskuamosa, dengan stratum korneum yang lepas sisi bebasnya menghadap ke arah dalam
lesi, sehingga tampak tersusun seperti genting. 'ada keadaan kronik rasa gatal tidak menonjol
(Daili, dkk., 2//$*.
E. Tinea $r,ris
.inea kruris adalah penyakit jamur dermatoita di daerah lipat paha, genitalia dan sekitar anus
yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian ba6ah. 'enyebabnya biasanya
adalah 1pidermophyton floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan
oleh (richophyton rubrum&
>ambaran klinik biasanya adalah lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri. 1ula-mula lesi ini
berupa ber)ak eritematosa dan gatal, yang lama-kelamaan meluas sehingga dapat meliputi
skrotum, pubis, glutea bahkan sampai paha. .epi lesi akti, polisiklis, ditutupi skuama dan
kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel ke)il-ke)il.
Diagnosis banding tinea kruris meliputi dermatitis seboroik, kandidosis kutis, eritrasma,
dermatitis kontak dan psoriasis. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas
dan ditemukan elemen jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskop langsung
memakai larutan "89 1/-2/ 0 (1adani, 2///; %iregar, 2//$*.
#. Tinea Man,s dan edis
.inea manus dan pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh ineksi jamur dermatoita di
daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta
daerah interdigital. 'enyebab tersering adalah (richophyton rubrum4 (richophyton
mentagrophytes dan1pidermophyton floccosum&
'enyakit ini sering terjadi pada orang de6asa yang setiap hari harus memakai sepatu tertutup dan
pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, men)u)i, di sa6ah dan sebagainya.
"eluhan penderita bervariasi mulai tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal dan nyeri
karena terjadinya ineksi sekunder dan peradangan (1adani, 2///*.
1enurut 1adani (2///* dikenal tiga bentuk klinis tinea manus dan pedis yang sering dijumpai,
yakni :
1. 4entuk intertriginosa
#2
1aniestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada sela jari. .ampak 6arna
keputihan basah dan dapat terjadi isura yang terasa nyeri bila tersentuh. 2neksi sekunder dapat
menyertai isura tersebut dan lesi dapat meluas sampai ke kuku dan kulit jari. 'ada kaki, lesi
sering mulai dari sela jari 222, 2V dan V. 4entuk klinik ini dapat berlangsung bertahun-tahun
tanpa keluhan sama sekali. 'ada suatu ketika kelainan ini dapat disertai ineksi sekunder oleh
bakteri, sehingga terjadi limangitis, selulitis dan erisipelas yang disetai gejala-gejala umum.
2. 4entuk vesikular akut
'enyakit ini ditandai terbentuknya vesikula-vesikula dan bula yang terletak agak dalam di ba6ah
kulit dan sangat gatal. Lokasi yang tersering adalah telapak kaki bagian tengah dan kemudian
melebar serta vesikulanya meme)ah. 2neksi sekunder dapat memperburuk keadaan ini.
3. 4entuk mocassin foot
'ada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi sampai punggung kaki, terlihat kulit menebal dan
berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian tepi lesi.
Diagnosis banding untuk tinea manus adalah dermatitis kontak alergika, dermatitis dishidrotik
dan dermatitis numularis. Diagnosis banding untuk tinea pedis adalah kandidiasis, akrodermatitis
perstans dan pustular bacterid(%iregar, 2//$*& Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran
klinik dan pemeriksaan kerokan kulit dengan larutan "89 1/-2/ 0 yang menunjukkan elemen
jamur (1adani, 2///*.
!. Tinea *ng,i,m
.inea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh ineksi jamur dermatoita. 'enyebab
penyakit yang tersering adalah (richophyton mentagrophytes dan (richophyton rubrum&
'enyakit ini biasanya menyertai tinea pedis atau tinea manus. "eluhan penderita berupa kuku
menjadi rusak dan 6arnanya menjadi suram. 4ergantung penyebabnya, destruksi kuku dapat
mulai dari distal, lateral ataupun keseluruhan. 4ila disertai paronikia, sekitar kuku akan terasa
nyeri dan gatal. 'ada umumnya tinea unguium berlangsung kronik dan sukar penyembuhannya
(1adani, 2///*.
>ambar &. .inea <nguium (%umber : :nonim, 2//3*
1enurut 1adani (2///* dikenal tiga bentuk gejala klinis tinea unguium, yakni :
1. 4entuk subungual distalis
'enyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. 'enyakit akan menjalar ke proksimal
dan di ba6ah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
#3
2. Leukonikia trikoita atau leukonikia mikoita
4entuk ini berupa ber)ak keputihan di permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan
adanya elemen jamur.
3. 4entuk subungual proksimal
'ada bentuk ini, kuku bagian distal masih utuh, sedangkan bagian proksimal rusak. "uku kaki
lebih sering diserang daripada kuku tangan.
Diagnosis banding adalah onikodistroi oleh karena kandida albikans, onikodistroi akibat
trauma dan psoriasis pada kuku (%iregar, 2//$*. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis
dan pemeriksaan kerokan kuku dengan "89 1/-2/ 0 atau dilakukan biakan untuk menemukan
elemen jamur (1adani, 2///*.
II. ). engobatan To+ikal
1enurut Djuanda (1DD#* ada dua pedoman dalam pengobatan topikal, yaitu :
1. a. 4asah dengan basah
4erarti jika dermatosis basah (eksudati* diobati dengan kompres terbuka. .etapi prinsip ini tidak
mutlak, kompres terbuka juga digunakan pada dermatosis dengan peradangan hebat.
b. "ering dengan kering
4erarti jika dermatosis kering diobati dengan vehikulum yang kering, misalnya salep.
2. 1akin akut suatu dermatosis, makin lemah bahan akti yang dipakai
4erarti pada dermatosis yang akut jangan diberi terapi dengan bahan akti yang kuat, yakni
dengan konsentrasi yang tinggi karena akan menghebat.
1enurut 9am7ah (2//$* prinsip obat topikal se)ara umum terdiri atas dua bagian yaitu bahan
dasar (vehikulum* dan bahan akti dengan penjelasan sebagai berikut :
1. 4ahan dasar (vehikulum*
1emilih bahan dasar (vehikulum* obat topikal merupakan langkah a6al dan terpenting yang
harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. 'ada umumnya sebagai pegangan ialah pada
keadaan yang membasah dipakai bahan dasar yang )air atau basah, misalnya kompres; dan pada
keadaan kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya salep. %e)ara sederhana bahan
dasar dibagi menjadi tiga yaitu )airan, bedak dan salep. Disamping itu ada dua )ampuran atau
lebih bahan dasar, yaitu bedak ko)ok (lotion*, krim, pasta dan linimen.
a. =airan
##
=airan terdiri atas solusio (larutan dalam air* dan tinctura (larutan dalam alkohol*. %olusio dibagi
dalam kompres, rendam (bath* dan mandi (full bath*. 'rinsip pengobatan )airan ialah
membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus, krusta dan sebagainya* dan sisa-sisa obat topikal
yang pernah dipakai. Disamping itu terjadi perlunakan atau pe)ahnya vesikel, bula dan pustula.
9asil akhir pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi
bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi.
'engobatan )airan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar,
parestesi oleh berma)am-ma)am dermatosis. 9arus diingat bah6a pengobatan dengan )airan
dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering. 5adi pengobatan )airan harus dipantau se)ara
teliti. "alau keadaan sudah mulai kering, maka pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu
dihentikan untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. =ara kompres lebih disukai
daripada )ara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya
penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi. 4ahan akti yang dipakai
dalam kompres ialah biasanya bersiat astringen dan antimikrobial. :stringen mengurangi
eksudat akibat presipitasi protein. "ompres terdiri dari dua ma)am, yaitu kompres terbuka dan
kompres tertutup. "ompres terbuka dasarnya adalah penguapan )airan kompres disusul oleh
absorbsi eksudat atau pus. 2ndikasinya meliputi dermatosis madidans, ineksi kulit dengan eritem
yang men)olok (misalnya erisipelas* dan ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta (9am7ah,
2//$*. 1enurut 9ardyanto (1DD/* )ara ko
mpres bekerja pada radang akut melalui :
1* 'enguapan air akan menarik kalor dari lesi, sehingga terjadi vasokonstriksi yang
mengakibatkan eritem berkurang.
2* Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga pengeluaran serum dan udem
berkurang.
3* :ir melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit, sehingga mudah terangkat
bersama kain kasa. 'embersihan krusta ini akan mengurangi sarang makanan untuk bakteri dari
)airan yang terperangkap di ba6ah krusta.
"ompres tertutup (kompres impermeabel* dasarnya adalah vasodilatasi, bukan untuk penguapan.
2ndikasinya ialah kelainan yang dalam, misalnya limogranuloma venereum (9am7ah, 2//$*.
b. 4edak
#$
4edak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat erat
sehingga penetresinya sedikit sekali. Eek bedak ialah mendinginkan, antiinlamasi ringan karena
ada sedikit eek vasokonstriksi, antipruritus lemah, mengurangi pergeseran pada kulit yang
berlipat (intertrigo* dan proteksi mekanis. 'engobatan dengan bedak yang diharapkan terutama
ialah eek isis. 4ahan dasarnya ialah talkum venetum. 4edak biasanya di)ampur dengan seng
oksida, sebab 7at ini bersiat mengabsorbsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan
antipruritus lemah. 2ndikasi pemberian bedak ialah dermatosis yang kering dan superisial,
mempertahankan vesikel atau bula agar tidak pe)ah. "ontraindikasinya adalah dermatitis yang
basah, terutama bila disertai dengan ineksi sekunder (9am7ah, 2//$*. 5ika terjadi eksudat atau
pus, maka )ampuran bedak dengan eksudat merupakan adonan yang memudahkan terjadinya
ineksi (Djuanda, 1DD#*.
). %alep
%alep ialah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti
mentega. 4ahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak. 2ndikasinya adalah
dermatosis yang kering dan kronik, dermatosis yang dalam dan kronik dan dermatosis yang
bersisik dan berkrusta. "ontraindikasinya adalah dermatitis madidans. 5ika kelainan kulit
terdapat pada bagian badan yang berambut, penggunaan salep tidak dianjurkan dan salep jangan
dipakai di seluruh tubuh (9am7ah, 2//$*.
d. 4edak ko)ok
4edak ko)ok terdiri atas )ampuran air dan bedak yang biasanya ditambah dengan gliserin
sebagai bahan perekat, supaya bedak tidak terlalu kental dan )epat menjadi kering maka jumlah
7at padat maksimal #/ 0 dan jumlah gliserin 1/ 1$ 0. 9al ini berarti jika beberapa 7at akti
padat ditambahkan, maka prosentase tersebut jangan terlampaui. 2ndikasi digunakan bedak
ko)ok adalah dermatosis yang kering, superisial dan agak luas, serta dermatosis pada keadaan
sub akut. "ontraindikasinya ialah dermatitis madidans dan daerah badan yang berambut
(9am7ah, 2//$*.
e. "rim
"rim adalah emulsi 8@G (oil in !ater* atau G@8 (!ater in oil*. "ombinasi antara minyak
dengan air ditambah emulgator menghasilkan emulsi G@8 atau 8@G, bergantung pada susunan
komponen di atas. "rim G@8 (cold cream* lebih )o)ok dipakai 6aktu malam karena melengket
lebih lama di kulit. "rim 8@G (vanishing cream* lebih )o)ok dipakai 6aktu siang karena lebih
#&
)air dan tidak lengket (1adani, 2///*. 2ndikasi digunakan krim ialah indikasi kosmetik,
dermatosis yang subakut dan luas, dan boleh digunakan di daerah yang berambut. "ontraindikasi
untuk krim G@8 ialah dermatitis madidans (9am7ah, 2//$*.
. 'asta
'asta ialah )ampuran homogen bedak dan vaselin. 'asta bersiat protekti dan mengeringkan.
2ndikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah. "ontraindikasinya ialah dermatosis
yang eksudati dan daerah yang berambut. <ntuk daerah genital eksterna dan lipatan-lipatan
badan, pasta tidak dianjurkan karena terlalu melekat (9am7ah, 2//$*. %ekarang pasta jarang
dipakai karena pengolesan dan pembersihannya lebih sulit (1adani, 2///*.
g. Linimen
Linimen atau pasta pendingin ialah )ampuran )airan, bedak dan salep. 2ndikasi penggunaanya
yaitu pada dermatosis yang subakut. "ontraindikasinya yaitu dermatosis madidans (9am7ah,
2//$*.
1enurut 9am7ah (2//$* ada vehikulum lain yaitu gel. >el ialah sediaan hidrokoloid atau
hidroilik berupa suspensi yang dibuat dari senya6a organik. Iat untuk membuat gel di
antaranya ialah karbomer, metilselulosa dan tragakan. 4ila 7at-7at tersebut di)ampur dengan air
dengan perbandingan tertentu akan terbentuk gel. "arbomer akan membuat gel menjadi sangat
jernih dan halus. >el segera men)air, jika berkontak dengan kulit dan membentuk satu lapisan.
:bsorbsi per kutan lebih baik daripada krim.
2. 4ahan akti
'emilihan obat topikal selain aktor vehikulum, juga aktor bahan akti yang dimasukkan ke
dalam vehikulum, yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk pengobatan topikal.
"hasiat bahan akti topikal dipengaruhi oleh keadaan isiko-kimia permukaan kulit, di samping
komposisi ormulasi 7at yang dipakai.
'enetrasi bahan akti melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa aktor, termasuk konsentrasi obat,
kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas dan eek vehikulum terhadap kulit.
4ahan-bahan akti yang biasa digunakan pada penyakit kulit se)ara umum di antaranya ialah
alumunium asetat, asam asetat, asam ben7oat, asam borat, asam salisilat, asam undesilenat, asam
vitamin : (tretionin, asam retinoat*, ben7okain, ben7il ben7oat, camphora, kortikosteroid topikal,
mentol, padoilin, selenium disulid, sulur, ter, tiosulas natrikus, urea, 7at antiseptik, antibiotik
dan antiungal (Djuanda, 1DD#; 9am7ah, 2//$*.
#+
II. 3. Obat Antijam,r To+ikal
1enurut "us6adji dan Gidaty (2//1* obat antijamur topikal yang ideal adalah obat yang akti
pada konsentrasi sangat rendah, mempunyai ormula yang beragam, eek samping minimal atau
bahkan tidak ada, dengan ormula yang spesiik (misalnya untuk kuku dan mukosa* dan
mempunyai manaat tambahan untuk kelainan yang biasa menyertai ineksi jamur (misalnya
antiinlamasi, keratolitik dan antibakteri*.
DA#TAR *STA$A
:meri)an :)ademy o Dermatology. 2/12. 9erpes %impleB. http:@@666.aad.org@skin-
)onditions@dermatology-a-to-7@herpes-simpleB diakses tanggal 2/ september 2/12
:natomi dan aal kulit. :))essed at 5une 3/
th
, 2/12. :vailable rom:
http:@@666.do)sto).)om@do)s@$-1-/+DD@:?:.812-D:?-C2%28L8>2-%2%.E1-
2?.E><1E?-02-"<L2.02D
4ehrman, !obert 1. "liegman, :nn 1. :rvin. 2///. 8lmu 7esehatan *na 2elson
$ol+ 1disi%-. 5akarta : E>=
D9uanda *&4 #amzah '&4 *isah "&4 (ed&)& 8lmu Penyait 7ulit dan 7elamin& 1disi
"ulit dan "elamin !umah %akit 9asan %adikin. 4andung. 2//$
E)7ema and dermatitis. :))essed at 5uly 1
st
, 2/12. :vailable rom:
http:@@dermnetn7.org@dermatitis@dermatitis @html
9andoko, !onny '. 2//+. 2lmu 'enyakit "ulit dan "elamin : 9erpes %impleks. 5akata : Cakultas
"edokteran <niversitas 2ndonesia. 9al : 3-1 A 3D/
#-
1ansjoer, :rie et.al. 2///. 7apita "eleta 7edoteran :ilid) 1disi etiga. 5akarta :
1edia :es)ulapius C" <2
%tandar 'elayanan 1edik 2lmu "esehatan "ulit dan "elamin. 4agian 2lmu "esehatan
.es alergi : <ji "ulit :lergi, uji tusuk (pri)k test*, sel uji gores (s)rat)h test* dan pa)th test
(uji tempel*. :))essed at 5uly 1
st
, 2/12. :vailable rom :
http:@@)hildrenallergy)lini).6ordpress.)om@2//D@12@/3@tes-alergi-uji-kulit-alergi-uji-
tusuk-pri)k-test-sel-uji-gores-s)rat)h-test-dan-pa)th-test-uji-tempel@

#D

You might also like