You are on page 1of 4

Raju Septian

H1C111042
Tugas mata kuliah KTI dan penelitian

A Practical Approach to truck Dispatch for Open Pit Mines
RF Subtil, DM Saliva and JC Alves

Abstract
Trasportasi material mewakili 50% dari biaya produksi untuk tambang metode open pit.
Berdasarkan hal tersebut tulisan menygusulkan pendekatan multistage yang dinamis untuk alat
angkut pada lingkungan tambang open pit. diimplementasikan dalam paket komersial SmartMine.
tahap pertama pendekatan dimulai dengan mengoptimalkan jumlah alat angkut sehingga
memaksimalkan kapasitas produksi dengan model program linier yang kuat, dengan
memperhitungkan kendala nyata penambangan.
Tahap kedua mengunakan pengaturan alat angkut yang dinamis denggan simulasi
komputasi dan beragam teknik untuk optimalisasi dalam penggunaan alat angkut. Kontribusi lain
yang relevan telah dipublikasikan pada tambang besi, informasi tentang haulng dan loading fleet,
keadaan alat saat awal shift dimulai, waktu pemberhentian dan ongkos pengangkutan. Contoh ini
dimaksudkan untuk mengajukan metode kepada situasi sebenarnya dengan mempertimbangkan
faktor tak terduga sebagai bahan pembelajaran.
Dengan pendekatan multistage. Metode yang diusulkan terbukti dengan menggunakan
metode ini sebagai sistem yang digunakan dalam penggunaan alat angkut menunjukkan
peningkatan produksi haulage. Karnanya metode ini terbukti efisien untuk digunakan karna
mengurangi biaya produksi, meningkatkan produksi dan membuat tambang lebih kompetitif.








Jurnal Teknologi Mineral dan Batubara Nomor 36, 14 Januari 2006
PUSLITBANG TEKNOLOGI MINERAL DAN BATUBARA


KARAKTERISASI ABU TERBANG PLTU SURALAYA DAN EVALUASINYA UNTUK REFRAKTORI COR
MUCHTAR AZIZ, NGURAH ARDHA DAN LILI TAHLI

Abstrak
PLTU berbahan bakar batubara memiliki abu terbang yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan refraktori cor. Hasil karakterisasi dan evaluasi abu terbang PLTU-Suralaya menunjukkan abu
terbang memiliki prospek untuk dijadikan salah satu komponen bahan baku refraktori cor, yang dapat
saling melengkapi dengan komponen bahan baku refraktori cor lainnya, sehingga dapat memenuhi
spesifikasi sebagai refraktori cor. Hasil evaluasi melalui rekayasa komposisi yang dibuat dengan
beberapa perbandingan komponen komposit mentah, menghasilkan tipikal komposisi kimia yang
memiliki nilai Al2O3/SiO2 tertinggi 1,69, yang dicapai pada komposisi abu terbang/grog/aloxi/Ca-
aluminat=3/2/3/2. Nilai ini memenuhi salah satu karakteristik refraktori cor komersial tipe CAJ-16
(Al2O3/SiO2=1,62). Semakin tinggi nilai Al2O3/SiO2, semakin tinggi sifat kerefraktoriannya (kestabilan
pada suhu tinggi). Komposisi komposit mentah lainnya dapat memenuhi refraktori cor komersial tipe
CAJ-14 (Al2O3/SiO2=0,9), yaitu 1,24 dan 1,31, dengan perbandingan komposit mentah 3/3/3/1 dan
4/2/3/1.

PENELITIAN ABU BATUBARA SEBAGAI PEMBENAH TANAH : PENGARUH WAKTU INKUBASI TERHADAP
PARAMETER KUALITAS TANAH (DERAJAT KEASAMAN TANAH (pH-H2O), Mn, Fe, P-TOTAL DAN P-
TERSEDIA)
NIA ROSNIA HADIJAH DAN RETNO DAMAYANTI

Abstrak
Abu batubara sebagai produk samping dari PLTU berbahan bakar batubara pada tulisan ini digunakan
sebagai pembenah tanah (soil conditioner) dan sumber beberapa hara mikro pada tanah ampas (tailing),
karena secara kimia abu batubara mengandung unsur Fe, Ca, Al, Si, K dan Mg dengan persentase tinggi,
juga mengandung unsur Zn, B, Mn dan Cu dalam jumlah sedang, serta sejumlah kecil unsur C dan N yang
terdapat dalam bentuk silikat, oksida, sulfat dan karbonat. Ampas yang digunakan berasal dari kegiatan
pengolahan tembaga di Timika dan abu batubara dari PLTU Asam-asam di Kalimantan. Ampas dan abu
batubara, serta kompos dicampur dengan perbandingan A0 (200:25:25), A1 (225:0:25), A2 (225:25:0),
A3 (175:0:75) dan A4 (175:75:0). Campuran diinkubasi selama 2, 4 dan 6 minggu. Metode percobaan
yang digunakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 3 (tiga) ulangan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lama masa inkubasi berpengaruh terhadap parameter pH, unsur Mn, Fe, P- total
dan P-tersedia. Perubahan parameter tersebut optimum pada inkubasi 2 minggu. Terjadi penurunan Mn
dan Fe, penurunan Mn rata-rata terbesar 4,14 ppm (99,7%) dan penurunan Fe rata-rata terbesar 323,85
ppm (99,75%) terjadi pada ikubasi 2 minggu. Kenaikan P-total dalam tanah berkisar 62,84 129,89
mg/100g sedangkan P-tersedia adalah 31,19 70,12 mg/100g. Penambahan abu batubara signifikan
terhadap perubahan parameter Fe dan Mn, tetapi peningkatan P-total dan P-tersedia hanya terjadi pada
perlakuan penambahan kompos.


PENELITIAN PEMISAHAN DAN EKSTRAKSI ZIRKON-HAFNIUM DARI TAILING PENCUCIAN TIMAH BANGKA
SUPRIYONO HS, RACHMAT YUSUF, DEDEN AMIRUDDIN, WAWAN PURNAWAN, MUTAQIN DAN WAHYU
AGUS S.

Abstrak
Pengolahan bijih timah milik PT. Timah dan PT. Kobatin, Bangka, banyak menyisakan kandungan mineral
berharga diantaranya adalah mineral zirkon, ZrSiO4. Logam zirkonium yang berasal dari mineral zirkon
banyak digunakan sebagai bahan anti korosi dan penahan panas (refractory), dan bahan pada industry
keramik halus. Sampel dari limbah pengolah bijih timah, diambil dari PT. Timah dan PT. Kobatin, telah
berhasil ditingkatkan kadar zirkon dari 18,30% (bahan asal) hingga mencapai 94,76%. Hasil ini diperoleh
dengan cara peningkatan kadar dengan pemisah magnetik (magnetic separator) yang dilanjutkan cara
kimiawi melalui proses peleburan dengan Na2O2 dan pelindian dengan HCl pekat. Produk yang
dihasilkan merupakan ZrO2 yang masih bercampur dengan hafnium dengan kadar ZrO2 94,76%.


TRANSFORMASI PEKERJA SEKTOR PERTAMBANGAN SECARA SEKTORAL STUDI KASUS : TENAGA KERJA
UNIT BISNIS PERTAMBANGAN (UBP) BAUKSIT KIJANG (PT. ANTAM Tbk.)
BAMBANG YUNIANTO DAN BINARKO SANTOSO

Abstrak
Proses transformasi pekerja sektoral dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor-sektor perekonomian dan
karakteristik tenaga kerja sektor tersebut. Kegiatan pertambangan yang memasuki masa pascatambang,
akan ditunjukkan oleh penurunan produksi, lalu tanpa produksi sama sekali. Sementara itu, banyak
tenaga kerja yang akan menganggur, atau mengalami transformasi pekerja ke sektor lainnya. Pola alih
kerja dalam kasus pascatambang UBP Bauksit Kijang (PT. Antam Tbk.) cenderung ke arah bidang
wiraswasta (Sektor Jasa dan Perdagangan) sebesar 55,1% dan Sektor Industri (30,6%). Pergeseran
pekerja ke Sektor Jasa dan Perdagangan dipengaruhi oleh peranan sektor ini yang memiliki kontribusi
terbesar di Kabupaten Kepulauan Riau, sedangkan pergeseran pekerja ke Sektor Industri didasari oleh
keterkaitan secara keahlian yang memiliki kesamaan teknologi dengan Sektor Pertambangan.

ANALISIS JALUR TRANSPORTASI BATUBARA UNTUK INDUSTRI TEKSTIL DI KOTA/KABUPATEN BANDUNG
TRISWAN SUSENO

Abstrak
Meningkatnya kepadatan lalu lintas jalur Cirebon-Sumedang-Bandung dan longsor adalah kendala yang
dapat menghambat pengiriman batubara dari pemasok (Cirebon) ke penggunanya (industri tekstil) di
Bandung. Dalam upaya menjamin kelancaran pemasokan-kebutuhan batubara dari Cirebon ke Bandung,
telah dilakukan pengkajian terhadap 5 jalur alternatif transportasi batubara untuk dikaji kelayakannya
baik dari segi fisik jalan maupun biaya pengiriman. Berdasarkan hasil kajian tersebut, ternyata dari 5
jalur alternatif hanya 3 jalur yang layak digunakan untuk mengirim batubara ke industri tekstil di
Bandung, yaitu jalur Cirebon-Cikampek-Bandung dengan biaya Rp. 55.000,00 per ton-km, jalur Cirebon-
Cikajang-Kawali-Ciamis-Malangbong dengan biaya Rp. 81.000,00 per ton-km dan jalur Cirebon-Cimalaka-
Sumedang-Bandung dengan biaya Rp. 40.000,00 per ton-km.

You might also like