You are on page 1of 36

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

MODULUS YOUNG
(M.1)














Nama : I Putu Adi Surya Mahardika
NIM : 1208105002
Dosen : Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si
I Ketut Sukarasa, S.Si, M.Si
Asisten Dosen : Putu Erika Winasri
Ni Nyoman Putri Windari



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
I. TUJUAN
1. Menentukan elastisitas dari bahan besi, kayu, dan kuningan
2. Dapat menjelaskan tegangan, regangan, modulus young dan karakteristik bahan
melalui hubungan tegangan dan regangan
II. DASAR TEORI
A. Elastisitas
Elastisitas merupakan kemampuan suatu benda untuk kembali kebentuk awalnya
saat gaya luar yang diberikan kepada benda tersebut dihilangkan. Elastisitas pada benda
akan menyebabkan perubahan bentuk tetapi tidak terjadi perubahan volume, namun
benda yang mengalami kompresilah yang akan mengalami perubahan volume, tetapi
tidak terjadi sifat elastisitas. Ada tiga jenis perubahan bentuk, yaitu :
1. Regangan yaitu perubahan bentuk yang dialami oleh sebuah benda jika dua
buah gaya yang sama besar bekerja berlawanan arah dan arahnya menjauhi
benda.
2. Mampatan yaitu perubahan bentuk yang dialami oleh sebuah benda jika dua
buah gaya yang sama besar dan arahnya mendekati pusat benda.
3. Geseran adalah perubahan bentuk yang dialami oleh sebuah benda jika dua
buah gaya yang sama besar bekerja berlawanan arah pada sisi-sisi bidang,
sehingga terjadi pergeseran.
Adapun elastisitas suatu benda memiliki suatu bilangan konstan yang disebut
Modulus Young. Besar Modulus Young dipengaruhi oleh :
1. Tegangan ( Stress )
Dimana stress dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu, stress normal dan stress
geser. Stress normal dibedakan menjadi stress normal tekan atau kompressi dan
stress normal tarik. Stress geser adalah gaya yang bekerja pada benda sejajar
penampang. Stress volume adalah gaya yang bekerja pada suatu benda sehingga
terjadi perubahan volume dan bentuknya tetap.
Tegangan (o) =




2. Regangan ( Strain )
Dimana regangan ( c ) di dapat melalui pertambahan panjang ( L A ) dibagi
dengan panjang mula-mula ( L ).
Regangan ( c ) =
A


B. Elastisitas Bahan
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan,
maka benda akan kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis.
Namun pada umumnya benda bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula
walaupun gaya yang bekerja sudah hilang. Benda seperti ini disebut benda plastis.
Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas. Bila pegas ditarik melebihi batasan
tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi.

C. Batas Elastis
Benda-benda elastis, seperti karet gelang biasanya juga memilki batas
elastisitas tertentu. Jika gaya luar yang diberikan melebihi gaya batas elastisitasnya,
maka perubahan bentuk yang dialami benda justru akan bersifat permanen. Bahkan,
bila gaya yang kita berikan melebihi gaya batas elastisitas, maka pemberian gaya
tersebut dapat menyebabkan benda patah atau putus, karena telah kehilangan
kemampuan elastisitasnya (contohnya pada kasus karet gelang yang ditarik dengan
gaya terlalu besar, maka karet gelang tersebut akan putus). Hal ini disebabkan tiap-
tiap benda memiliki batas elastisitas yang berbeda. Antara besi, kayu dan bahan
lainnya juga memiliki batas yang berbeda-beda.
Macam-macam regangan :
Kita kenal 3 macam regangan yaitu regangan panjang,regangan volume,dan regangan
sudut.
1. Regangan panjang
Dengan panjang semula sewaktu tiada regangan, l,dan penambahan
panjang l akibat regangan,regangannya diberikan oleh ,sedangkan jika luas
penampang A dan gaya tegangan yang meregangkan adalah W,maka
tegangannya adalah W/A.
2. Regangan volume
Dengan B adalah yang disebut dengan modulus ketegaran yang besarnya
kurang lebih 1/3 modulus young.Berbeda dengan modulus young yang dapat
diukur langsung dengan mengukur penambahan panjangnya,l,dan gaya
tegangan W serta luas penampang A,modulus ketegaran B hampir tidak dapat
diukur secara langsung karena sukarnya mengukur pengerutan volumnya V.
3. Regangan sudut
Yang dimaksud dengan regangan sudut atau regangan luncuran sesudut
adalah deformasi,yaitu perubahan bentuk yang berkaitan dengan sudut
luncuran.
D. Modulus Young
Modulus Young dapat diartikan secara sederhana, yaitu adalah hubungan besaran
tegangan tarik dan regangan tarik. Lebih jelasnya adalah perbandingan antara tegangan
tarik dan regangan tarik. Modulus Young sangat penting dalam ilmu fisika karena setelah
mempelajarinya, kita bisa menggunakannya untuk menentukan nilai kelastisan dari sebuah
benda. Pada dasarnya semua benda yang ada dialam semesta dapat mengalami perubahan
bentuk apabila diberikan suatu gaya. Baja yang paling keras sekalipun akan berubah
bentuknya jika dipengaruhi oleh gaya yang cukup besar. Mungkin saja setelah gaya
dihilangkan, bentuk benda akan kembali ke bentuk semula namun ada ada juga yang
bersifat permanen, artinya tetap pada bentuk yang baru. Kelakuan suatu barang
terhadap pembebanan atau penarikan merupakan salah satu sifat mekanik yang dimiliki
bahan tersebut. Bila gaya yang diterapkan terhadap suatu bahan dihilangkan ,bahan tersebut
dapat kembali ke bentuk semula contohnya adalah pegas dan karet. Adapula bahan yang
mengalami perubahan bentuk permanen bila diterapkan gaya pada bahan tersebut ,
contohnya tanah liat dan lilin. Karakteristik kedua jenis bahan ini, maka didefinisikan
suatu sifat bahan yang disebut elastisitas.
Jika gaya F yang kita berikan pada suatu benda dibawah gaya batas elastisitas maka
tegangan o sebanding dengan renggangan e. Hasil bagi tegangan terhadap regangan disebut
modulus Young atau modulus elastis (diberi lambang Y)
e regangan
tegangan
Y
o
= =
Jika nilai
A
F
= o dan nilai
0
L
L
e
A
= kita masukan ke persamaan
e
Y
o
= maka,
L A
FL
L
L
A
F
Y
A
=
A
=
0

Y = Modulus Young (pascal)
1 Pa = 1 N/m
2
Nilai modulus Young hanya bergantung pada jenis benda (komposisi benda), tidak
bergantung pada ukuran benda atau bentuk benda. Untuk percobaan elastisitas pada kawat,
ketika kawat ditarik (direnggangkan) akan mengalami pemanjangan. Untuk itu diberikan
rumus:
L
d
e
2
AX
=
L = jarak vertical cermin terhadap angka pengukuran
AX= defleksi (pembelokan) pengukuran dalam skala
d = jarak dari cermin ke kawat.
Tegangan yang dibutuhkan untuk menghasilkan regangan tertentu tergantung pada
keadaan bahan yang ditekan. Perbandingan antara tegangan dan regangan, atau tegangan
persatuan regangan, disebut modulus elastik bahan. Semakin besar moduluselastis,
semakin besar tegangan yang dibutuhkan untuk suatu regangan tertentu.
Pertama tinjau tegangan dan regangan longitudinal (tarikan atau tekanan). Percobaan
menunjukkan bahwa sampai ke batas proporsional, suatu tekanan longitudinal baik tarikan
maupun tekanan akan menghasilkan regangan yang besarnya sama. Maka, perbandingan
antara tegangan tekan dengan regangan tarik sama dengan perbandingan antara tegangan
tekan dengan regangan tekan. Perbandingan ini disebut Modulus Young untuk bahan, dan
akan dinyatakan dengan Y.
tekan regangan
tekan tegangan
tarik regangan
tarik tegangan
y = =

l
F
A
l
l l
A F
A
=
A
=
0
0
/
/

Bila batas proporsional tidak dilampaui, perbandingan antara tegangan dengan
regangan adalah konstan, dan hukum Hooke sama dengan pernyataan bahwa dalam batas
proporsional, modulus elastik suatu bahan adalah tetap, tegantung hanya pada bahannya.
Bila suatu bahan bertambah panjang karena tegangan tarik dalam arah tegak lurus
pada arah tekanan bahan bertambah pendek sebanding dengan perubahan panjangnya. Bila
w
0
adalah lebar semula dan w A adalah perubahan lebarnya, maka didapatkan bahwa:
0 0
l
l
w
w A
=
A
o
o merupakan tetapan tanpa satuan yang merupakan karakteristik dari bahan, disebut
perbandingan Poisson. o mempunyai harga antara 0,1 dan 0,3. Begitu pula dengan bahan
yang mendapat tekanan dorong pada sisi-sisinya akan membesar, dan perubahan lebarnya
diberikan lagi oleh persamaan diatas.
Suatu kawat yang mula-mula panjangnya l
0
apabila ditarik, misalnya dengan
menggantungkan kawat itu pada satu ujungnya dan ujung di bawahnya diberikan beban
dengan suatu pemberat, maka pertambahan panjang kawat akibat penarikan itu akan
sebanding dengan berat bebannya.
Robert Hooke pada tahun 1676, mengusulkan suatu hukum fisika menyangkut
pertambahan panjang sebuah benda elastik yang dikenai oleh suatu gaya. Menurut Hooke,
pertambahan panjang berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda. Secara
matematis, hukum Hooke ini dapat ditulis sebagai
F=-k x
Dengan :
F= gaya yang bekerja (N)
k = konstanta gaya (N/m)
x = pertambahan panjang (m)
Tanda negatif (-) dalam persamaan menunjukkan berarti gaya pemulih
berlawanan arah dengan perpanjangan.

jika gaya tarik tidak melampaui batas elastis pegas, pertambahan panjang
pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya.
Pernyataan ini dikemukakan oleh Robert Hooke, oleh karena itu, pernyataan di atas
dikenal sebagai Hukum Hooke. Untuk menyelidiki berlakunya hukum hooke, kita bisa
melakukan percobaan pada pegas. Selisih panjang pegas ketika diberi gaya tarik dengan
panjang awalnya disebut pertambahan panjang(y).

Seperti kita menyelidiki sifat elastisitas bahan, kita juga mengukur pertambahan
panjang pegas dan besarnya gaya yang diberikan.Dalam hal ini,gaya yang diberikan sama
dengan berat benda = massa x percepatan gravitasi. Pegas ada disusun tunggal, ada juga
yang disusun seri ataupun paralel. Untuk pegas yang disusun seri, pertambahan panjang
total sama dengan jumlah masing-masing pertambahan panjang pegas sehingga
pertambahan total x adalah:
x = x
1
+ x
2

Sedangkan untuk pegas yang disusun paralel ,pertambahan panjang masing-masing
pegas sama (kita misalkan kedua pegas identik), yaitu
x
1
= x
2
= x.
Dengan demikian:
K
p
= k
1
+ k
2

Perlu selalu di ingat bahwa hukum Hooke hanya berlaku untuk daerah elastik, tidak
berlaku untuk daerah plastik maupun benda-benda plastik. Menurut Hooke, regangan
sebanding dengan tegangannya, dimana yang dimaksud dengan regangan adalah persentase
perubahan dimensi. Tegangan adalah gaya yang menegangkan per satuan luas penampang
yang dikenainya.
Hukum hooke ternyata berlaku juga untuk semua benda padat, tetapi hanya sampai
pada batas-batas tertentu. Besarnya gaya yang diberikan pada benda memiliki batas-batas
tertentu. Jika gaya sangat besar maka regangan benda sangat besar sehingga akhirnya benda
patah. Hubungan antara gaya dan pertambahan panjang (atau simpangan pada pegas)
dinyatakan melalui grafik di bawah ini.

Jika sebuah benda diberikan gaya maka hukum Hooke hanya berlaku sepanjang
daerah elastis sampai pada titik yang menunjukkan batas hukum hooke. Jika benda
diberikan gaya hingga melewati batas hukum hooke dan mencapai batas elastisitas, maka
panjang benda akan kembali seperti semula jika gaya yang diberikan tidak melewati batas
elastisitas. tapi hukum Hooke tidak berlaku pada daerah antara batas hukum hooke dan
batas elastisitas. Jika benda diberikan gaya yang sangat besar hingga melewati batas
elastisitas, maka benda tersebut akan memasuki daerah plastis dan ketika gaya
dihilangkan, panjang benda tidak akan kembali seperti semula, benda tersebut akan berubah
bentuk secara tetap. Jika pertambahan panjang benda mencapai titik patah, maka benda
tersebut akan patah.
Berdasarkan persamaan hukum Hooke di atas, pertambahan panjang (L) suatu benda
bergantung pada besarnya gaya yang diberikan (F) dan materi penyusun dan dimensi benda
(dinyatakan dalam konstanta k). Benda yang dibentuk oleh materi yang berbeda akan
memiliki pertambahan panjang yang berbeda walaupun diberikan gaya yang sama,
misalnya tulang dan besi.
Demikian juga, walaupun sebuah benda terbuat dari materi yang sama (misalnya
besi), tetapi memiliki panjang dan luas penampang yang berbeda maka benda tersebut akan
mengalami pertambahan panjang yang berbeda sekalipun diberikan gaya yang sama. Jika
kita membandingkan batang yang terbuat dari materi yang sama tetapi memiliki panjang
dan luas penampang yang berbeda, ketika diberikan gaya yang sama, besar pertambahan
panjang sebanding dengan panjang benda mula-mula dan berbanding terbalik dengan luas
penampang. Makin panjang suatu benda, makin besar besar pertambahan panjangnya,
sebaliknya semakin tebal benda, semakin kecil pertambahan panjangnya.

III. ALAT DAN BAHAN
1. Dua batang penyangga bahan
2. Cermin skala
3. Gantung beban dengan jarum penunjuk
4. Beban pemberat
a. 1 kg, 5 buah, satu dengan kail dah kawat penunjuk
b. 50 gram, 4 buah, satu dengan kail dan kawat penunjuk
5. Jangka sorong
6. Batang besi, kuningan, dan kayu masing-masing satu batang
7. Kertas Milimeter Blok

IV. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Jarak antara ujung-ujung kedua penyangga diukur sebagai L.
2. Batang diletakkan di atas penyangga dengan digantungan beban di tengah-
tengah.
3. Diperiksakan dahulu kepada pembimbing.
4. Beban ditimbang berturut-turut secara teratur masing-masing :
a. 1 kg, 5 buah, satu dengan kail dah kawat penunjuk
b. 50 gram, 4 buah, satu dengan kail dan kawat penunjuk
5. Setelah dicapai beban maksimum, beban dikurangi satu persatu dan dicatat
kedudukan kawat penunjuk.




V. HASIL PENGAMATAN / DATA PERCOBAAN

A. Hasil pengamatan pada besi
L
0
besi = 1 m
d besi = 1,1 cm

1. Tabel pengukuran pertambahan pada besi
Massa
(Kg)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
1 3 2 2 3 3 13 2.6
2 3 4 3 4 4 18 3.6
3 5 5 5 5 6 26 5.2
4 6 6 7 6 6 31 6.2
5 9 9 8 9 8 43 8.6

2. Tabel pengukuran pengurangan pada besi
Massa
(Kg)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
5 8 9 9 8 8 42 8.4
4 6 7 6 6 7 32 6.4
3 5 5 6 5 5 26 5.2
2 3 3 4 3 4 17 3.4
1 2 3 2 2 3 12 2.4


B. Hasil pengamatan pada kuningan
L
0
kuningan = 153 cm
d kuningan = 0,8 cm

1. Tabel pengukuran pertambahan pada kuningan
Massa
(Kg)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
1 12 12 11 11 11 57 11.4
2 15 16 16 16 15 78 15.6
3 21 21 21 22 22 107 21.4
4 28 28 29 29 29 143 28.6
5 31 31 30 31 31 154 30.8



2. Tabel pengukuran pengurangan pada kuningan
Massa
(Kg)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
5 31 30 30 31 31 153 30.6
4 29 28 28 29 29 143 28.6
3 21 22 22 21 21 107 21.4
2 16 15 16 15 15 77 15.4
1 11 12 12 11 12 58 11.6

C. Hasil pengamatan pada kayu
L
0
kayu = 102,1 cm
lebar kayu = 2 cm
tinggi kayu = 1 cm
1. Tabel pengukuran pertambahan pada kayu
Massa
(g)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
50 0 1 1 0 1 3 0.6
100 1 1 1 1 1 5 1
150 1 2 1 2 2 8 1.6
200 2 2 2 3 3 12 2.4

2. Tabel pengukuran pengurangan pada kayu
Massa
(g)
Pertambahan panjang (L) (mm)
E L


I II III IV V
200 2 3 2 2 3 12 2.4
150 2 1 2 1 1 7 1.4
100 1 1 1 1 1 5 1
50 0 0 0 0 1 1 0.2

VI. ANALISA / PENGOLAHAN DATA

A. Ralat
1. Ralat jarak kedua penyangga


96 96,08 -0,08 0,0064
96 96,08 -0,08 0,0064
96,2 96,08 0,12 0,0144
96 96,08 -0,08 0,0064
96,2 96,08 0,12 0,0144

0,048

L=

= 0,05

= (96,08 0,05) cm
Nisbi =

100%
=

100% = 0,05%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0,05% = 99,95%
2. Ralat saat pertambahan beban pada besi dengan massa 1 kg


3 2,6 0,4 0,16
2 2,6 -0,6 0,36
2 2,6 -0,6 0,36
3 2,6 0,4 0,16
3 2,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (2,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 9,23%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 9,23% = 90,77%
3. Ralat saat pertambahan beban pada besi dengan massa 2 kg


3 3,6 -0,6 0,36
4 3,6 0,4 0,16
3 3,6 -0,6 0,36
4 3,6 0,4 0,16
4 3,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (3,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 6,67%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 6,67% = 93,33%
4. Ralat saat pertambahan beban pada besi dengan massa 3 kg


5 5,2 -0,2 0,04
5 5,2 -0,2 0,04
5 5,2 -0,2 0,04
5 5,2 -0,2 0,04
6 5,2 0,8 0,64

0,8

L=

= 0,2

= (5,2 0,2) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 3,85%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 3,85% = 96,15%
5. Ralat saat pertambahan beban pada besi dengan massa 4 kg


6 6,2 -0,2 0,04
6 6,2 -0,2 0,04
7 6,2 0,8 0,64
6 6,2 -0,2 0,04
6 6,2 -0,2 0,04

0,8

L=

= 0,2

= (6,2 0,2) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 3,23%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 3,23% = 96,77%
6. Ralat saat pertambahan beban pada besi dengan massa 5 kg


9 8,6 0,4 0,16
9 8,6 0,4 0,16
8 8,6 -0,6 0,36
9 8,6 0,4 0,16
8 8,6 -0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (8,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 2,79%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 2,79% = 97,21%
7. Ralat saat pengurangan beban pada besi dengan massa 5 kg


8 8,4 -0,4 0,16
9 8,4 0,6 0,36
9 8,4 0,6 0,36
8 8,4 -0,4 0,16
8 8,4 -0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (8,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 2,86%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 2,86% = 97,14%
8. Ralat saat pengurangan beban pada besi dengan massa 4 kg


6 6,4 -0,4 0,16
7 6,4 0,6 0,36
6 6,4 -0,4 0,16
6 6,4 -0,4 0,16
7 6,4 0,6 0,36

1,2
L=

= 0,24

= (6,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 3,75%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 3,75% = 96,25%
9. Ralat saat pengurangan beban pada besi dengan massa 3 kg


5 5,2 -0,2 0,04
5 5,2 -0,2 0,04
6 5,2 0,8 0,64
5 5,2 -0,2 0,04
5 5,2 -0,2 0,04

0,8

L=

= 0,2

= (5,2 0,2) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 3,85%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 3,85% = 96,15%
10. Ralat saat pengurangan beban pada besi dengan massa 2 kg


3 3,4 -0,4 0,16
3 3,4 -0,4 0,16
4 3,4 0,6 0,36
3 3,4 -0,4 0,16
4 3,4 0,6 0,36

1,2
L=

= 0,24

= (3,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 7,06%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 7,06% = 92,94%
11. Ralat saat pengurangan beban pada besi dengan massa 1 kg


2 2,4 -0,4 0,16
3 2,4 0,6 0,36
2 2,4 -0,4 0,16
2 2,4 -0,4 0,16
3 2,4 0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (2,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 10%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 10% = 90%
12. Ralat saat penambahan beban pada kuningan dengan massa 1 kg


12 11,4 0,6 0,36
12 11,4 0,6 0,36
11 11,4 -0,4 0,16
11 11,4 -0,4 0,16
11 11,4 -0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (11,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 2,11%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 2,11% = 97,89%
13. Ralat saat penambahan beban pada kuningan dengan massa 2 kg


15 15,6 -0,6 0,36
16 15,6 0,4 0,16
16 15,6 0,4 0,16
16 15,6 0,4 0,16
15 15,6 -0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (15,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 1,54%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 1,54% = 98,46%
14. Ralat saat penambahan beban pada kuningan dengan massa 3 kg


21 21,8 -0,8 0,64
21 21,8 -0,8 0,64
21 21,8 -0,8 0,64
23 21,8 1,2 1,44
23 21,8 1,2 1,44

4,8

L=

= 0,49

= (21,8 0,49) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 2,25%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 2,25% = 97,75%
15. Ralat saat penambahan beban pada kuningan dengan massa 4 kg


28 28,6 -0,6 0,36
28 28,6 -0,6 0,36
29 28,6 0,4 0,16
29 28,6 0,4 0,16
29 28,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (28,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0,84%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0,84% = 99,16%
16. Ralat saat penambahan beban pada kuningan dengan massa 5 kg


31 30,8 0,2 0,04
31 30,8 0,2 0,04
30 30,8 -0,8 0,64
31 30,8 0,2 0,04
31 30,8 0,2 0,04

0,8

L=

= 0,2

= (30,8 0,2) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0,65%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0,65% = 99,35%


17. Ralat saat pengurangan beban pada kuningan dengan massa 5 kg


31 30,6 0,4 0,16
30 30,6 -0,6 0,36
30 30,6 -0,6 0,36
31 30,6 0,4 0,16
31 30,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (30,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0,78%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0,78% = 99,22%
18. Ralat saat pengurangan beban pada kuningan dengan massa 4 kg


29 28,6 0,4 0,16
28 28,6 -0,6 0,36
28 28,6 -0,6 0,36
29 28,6 0,4 0,16
29 28,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (28,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0,84%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0,84% = 99,16%
19. Ralat saat pengurangan beban pada kuningan dengan massa 3 kg


21 21,4 -0,4 0,16
22 21,4 0,6 0,36
22 21,4 0,6 0,36
21 21,4 -0,4 0,16
21 21,4 -0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (21,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 1,12%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 1,12% = 98,88%
20. Ralat saat pengurangan beban pada kuningan dengan massa 2 kg


16 15,4 0,6 0,36
15 15,4 -0,4 0,16
16 15,4 0,6 0,36
15 15,4 -0,4 0,16
15 15,4 -0,4 0,16

1,2
L=

= 0,24

= (15,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 1,56%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 1,56% = 98,44%
21. Ralat saat pengurangan beban pada kuningan dengan massa 1 kg


11 11,6 -0,6 0,36
12 11,6 0,4 0,16
12 11,6 0,4 0,16
11 11,6 -0,6 0,36
12 11,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (11,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 2,07%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 2,07% = 97,93%

22. Ralat saat penambahan beban pada kayu dengan massa 50 gram


0 0,6 -0,6 0,36
1 0,6 0,4 0,16
1 0,6 0,4 0,16
0 0,6 -0,6 0,36
1 0,6 0,4 0,16

1,2
L=

= 0,24

= (0,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 40%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 40% = 60%

23. Ralat saat penambahan beban pada kayu dengan massa 100 gram


1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0

0

L=

= 0

= (1 0) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0% = 100%
24. Ralat saat penambahan beban pada kayu dengan massa 150 gram


1 1,6 -0,6 0,36
2 1,6 0,4 0,16
1 1,6 -0,6 0,36
2 1,6 0,4 0,16
2 1,6 0,4 0,16

1,2

L=

= 0,24

= (1,6 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 15%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 15% = 85%
25. Ralat saat penambahan beban pada kayu dengan massa 200 gram


2 2,4 -0,4 0,16
2 2,4 -0,4 0,16
2 2,4 -0,4 0,16
3 2,4 0,6 0,36
3 2,4 0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (2,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 10%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 10% = 90%
26. Ralat saat pengurangan beban pada kayu dengan massa 200 gram


2 2,4 -0,4 0,16
3 2,4 0,6 0,36
2 2,4 -0,4 0,16
2 2,4 -0,4 0,16
3 2,4 0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (2,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 10%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 10% = 90%
27. Ralat saat pengurangan beban pada kayu dengan massa 150 gram


2 1,4 0,6 0,36
1 1,4 -0,4 0,16
2 1,4 0,6 0,36
1 1,4 -0,4 0,16
1 1,4 -0,4 0,16

1,2
L=

= 0,24

= (1,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 17,14%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 17,14% = 82,86%
28. Ralat saat pengurangan beban pada kayu dengan massa 100 gram


1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0
1 1 0 0

0

L=

= 0

= (1 0) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 0%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 0% = 100%


29. Ralat saat pengurangan beban pada kayu dengan massa 50 gram


0 0,4 -0,4 0,16
0 0,4 -0,4 0,16
0 0,4 -0,4 0,16
1 0,4 0,6 0,36
1 0,4 0,6 0,36

1,2

L=

= 0,24

= (0,4 0,24) mm
Nisbi =

100%
=

100% = 60%
Kebenaran : 100% - nisbi = 100% - 60% = 40%
B. Perhitungan

1. Perhitungan Data Untuk Batang Besi
Untuk beban 1 kg
Diketahui :

= 1 m
F

= 1,0 kg . 10
2
s
m
= 10 N
A =


=


=

= 0.0026 m
Ditanya : Y = . . . ?
Jawab : Y =
L A
F L
A

0

=
m m
N m
0026 , 0 . 0,035
10 1
2


=

1,10 x 10
5

2
m
N


Dengan cara yang sama diperoleh :
massa (Kg) F (N) Ax 10
-6
(m
2
)
0
L (m)

(mm)
Y ( )
2
m
N

2 20 95 1
3.6
1,59 x 10
5
3 30 95 1
5.2
1,65 x 10
5

4 40 95 1
6.2 1,84 x 10
5

5 50 95 1
8.6 1,66 x 10
5


massa (Kg) F (N) Ax 10
-6
(m
2
)
0
L (m)

(mm)
Y ( )
2
m
N

5 50 95 1
8.4
1,70 x 10
5
4 40 95 1
6.4
1,78 x 10
5

3 30 95 1
5.2
1,65 x 10
5
5 50 95 1
3.4
1,68 x 10
5

2 20 95 1
2.4
1,19 x 10
5

2. Perhitungan Data Untuk Batang Kuningan
Untuk beban 1 kg
Diketahui :
0
L = 1,53 m
F

= 1 kg . 10
2
s
m
= 10 N
A =


=


=

= 0,0114 m
Ditanya : Y = . . . ?
Jawab : Y =
L A
F L
A

0

=
m m
N m
0114 . 0 . 039 , 0
10 53 , 1
2


= 3,44 x 10
4






Dengan cara yang sama diperoleh :
massa (Kg) F (N) Ax 10
-6
(m
2
)
0
L (m)

(mm)
Y ( )
2
m
N

2 20 50 1,53
15.6
5,02 x 10
4
3 30 50 1,53
21.4
5,50 x 10
4

4 40 50 1,53
28.6
5,49 x 10
4
5 50 50 1,53
30.8
6,37 x 10
4


massa (Kg) F (N) Ax 10
-6
(m
2
)
0
L (m)

(mm)
Y ( )
2
m
N

5 50 50 1,53
30.6
6,41 x 10
4
4 40 50 1,53
28.6
5,49 x 10
4

3 30 50 1,53
21.4
5,50 x 10
4
5 50 50 1,53
15.4
5,10 x 10
4

2 20 50 1,53
11.6
3,38 x 10
4

3. Perhitungan untuk batang kayu
Diketahui :
0
L = 1,021 m

= 0,0006 m
m = 0,05 Kg
g = 10 m/s
2

p = 1,021 m

l = 0,02 m
t = 0,01 m
F

= 0,05 kg . 10
2
s
m
= 0,5 N
A = 2(pxl) + 2(pxt) + 2(lxt)
= 2(1,021 x 0,02)+2(1,021 x 0,01)+2(0,02 x 0,01)
= 0,0616
2
m

= 0.0024m
Ditanya : Y = . . . ?
Jawab : Y =
L A
F L
A

0

=
m m
N m
0006 , 0 0616 , 0
5 , 0 1,021
2


= 1,4 x10
4
2
m
N

Dengan cara yang sama diperoleh :
massa (kg) F (N) A (m
2
)

(m)
0
L (m)
Y ( )
2
m
N

0,1 1 0,0616
0,001
1,021
1,7 x 10
4

0,15 1,5
0,0616 0,0016
1,021
1,6 x 10
4

0,2 2
0,0616 0,0024
1,021
1,4 x 10
4


massa (kg) F (N) A (m
2
)

(m)
0
L (m)
Y ( )
2
m
N

0,2 2
0,0616 0,0024
1,021
1,4 x 10
4

0,15 1,5 0,0616
0,0014
1,021
1,8 x 10
4

0,1 1
0,0616 0,001
1,021
1,7 x 10
4

0,05 0,5
0,0616 0,0002
1,021
4,1 x 10
4


VII. PEMBAHASAN
Percobaan kali ini mengenai Modulus Young. Modulus Young merupakan
perbandingan antara tegangan dan regangan. Pada percobaan ini pengukuran dilakukan
lima kali dengan beban yang berbeda pada batang yang sama.
Pada dasarnya, percobaan ini hanyalah untuk mengetahui keelastisitasan suatu benda,
apabila pada benda tersebut diberi suatu gaya. Benda-benda yang memiliki elastisitas
disebut benda elastis. Sedangkan benda-benda yang tidak memiliki elastisitas (tidak
kembali ke bentuk semula jika gaya luar dihilangkan) disebut benda-benda tidak elastis.
Pada percobaan kali ini, digunakan gantungan beban dan cermin skala untuk
mengetahui pertambahan panjang dari gantungan beban. Apabila ditambahkan beban satu
per satu dengan berat yang sama sampai mencapai suatu gaya maksimum. Sebuah gaya
tarik yang bekerja pada gantungan beban menyebabkan gantungan beban bertambah
panjang dan akan segera kembali ke bentuk semula, jika gaya tarik tersebut dihilangkan.
Namun jika gaya yang diberikan melampaui gaya maksimum tersebut gantungan beban
akan kehilangan sifat elastisnya. Dalam percobaan ditambahkan beban satu per satu pada
gantungan beban kemudian dikurangi lagi satu per satu, dengan tujuan untuk mengetahui
sifat keelastisitasan bahan tersebut dan untuk menentukan modulus elastisitas atau yang
lebih dikenal dengan Modulus Young dari bahan tersebut.
Saat mengukur diameter batang dan L kami tidak ditemukan kesulitan, karena bentuk
batang besi, kuningan, kayu dan panjang penyangga adalah tetap dan pasti. Percobaan ini
bertujuan untuk menentukan modulus elastisitas dari bahan besi, kuningan, dan kayu jika
diberi suatu gaya oleh beban dengan berat tertentu.
Hal ini terbukti dari hasil percobaan kami, bahwa semakin besar beban pemberat
yang kami berikan secara bertahap, Lnya juga mengalami peningkatan yang relevan. Ini
membuktikan bahwa gaya beban (F) yang diberikan pada bahan, ternyata sebanding dengan
pertambahan panjangnya (L).
Dalam percobaan ini digunakan gantungan beban untuk mengetahui pertambahan
panjang dari gantungan beban juga elastisitasnya apabila diberi beban satu persatu dengan
beban yang beratnya sama sampai mencapai beban maksimum akan menghasilkan sebuah
gaya tarik yang bekerja pada gantungan beban menyebabkan gantungan beban bertambah
panjang atau menyebabkan gaya elastisitas dan akan kembali keawal, juga beban yang
digunakan diangkat, sehingga dalam percobaan ini memerlukan ketelitian yang sangat
tinggi. Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran, pengamatan (mencatat) data mempunyai
peran yang sangat penting dalam menentukan hasil percobaan.
Ketidaktelitian (kecerobohan) dalam mencatat serta mengukur data mengakibatkan
persentase kebenarannya tidak mencapai 100%. Persentase kebenaran yang tidak mencapai
100% itu dipengaruhi oleh:
1. Ketidak akuratan jarum penunjuk pada kertas millimeter block.
2. Ketidak telitian dalam mencatat hasil pengamatan.
3. Ketidakhati hatian dalam memberikan beban sehingga terjadi pergeseran
pada besi sebagai penahan beban.
4. Ketidaktelitian ini juga dipengaruhi oleh keadaan besi yang sedikit mengalami
pengaratan.
Dalam pengukuran dan perhitungan terdapat keraguan yang telah dibahas pada ralat.
Keraguan ini dapat terjadi karena :
1. Saat mengukur elastisitas, jarum penunjuk masih bergerak gerak karena
pemasangan pada besi tidak kuat sehingga menyulitkan dalam pencatatan
data.
2. Pengukuran diameter penahan beban yang disetiap sisinya berbeda beda
sehingga dalam pencatatan data diambil rata tata diameter.
Spekulasi pengukuran panjang penahan beban karena pada penahan beban telah
terdapat pengukuran sebelumnya.

VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Batang besi lebih elastis dari batang kuningan dan batang kuningan lebih elastis dari
batang kayu.
2. Modulus Young merupakan perbandingan antara tegangan dengan regangan, dimana
hasilnya berbanding lurus dengan gaya yang diberikan dan perubahan kedudukan
kawat penunjuk dan berbanding terbalik dengan luas penampang dan panjang batang.
3. Modulus Young bergantung pada jenis benda dan bukan bergantung pada bentuk dan
ukuran benda.
4. Sifat suatu benda yang dapat kembali ke bentuk semula disebut benda elastis,
sedangkan sifat suatu benda yang tidak dapat kembali ke bentuk semula disebut
benda plastis.
5. Bila gaya yang diberikan pada suatu benda elastis melebihi batas keelastisitasannya,
maka benda tersebut akan berubah bentuk secara permanen.
6. Elastisitas adalah salah satu hal yang berhubungan dengan perubahan bentuk suatu
benda bila dipengaruhi gaya luar.
7. Modulus Young mempunyai satuan yang sama dengan satuan tegangan yaitu N/m
atau Pa.














DAFTAR PUSTAKA
Paramartha Alit, Ida Bagus. 2012. Penuntun Praktikum Fisika Dasar I. Bali: Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Udayana
Foster, Bob. 2003. Terpadu Fisika SMU jilid 2a. Bandung: Erlangga.
Kamajaya. 2007. Cerdas Belajar Fisika untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: Grafindo Media Utama.
Kamajaya, k. 2007. Prestasi Fisika 3. Bandung: Ganeca Exact.
Kanginan, Marthen. 1997. Seribu Pena Fisika 1. Erlangga: Jakarta.
Kartiyasa, Nyoman. 1990. Fisika 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sutrisno. 1984. Fisika Dasar. Bandung: ITB.

You might also like