You are on page 1of 14

Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 1

INJEKSI VITAMIN C

I. Nama Sediaan
Invit-C

II. Kekuatan Sediaan
Asam Askorbat 100 mg/ml (DepKes, 1978:9)
Asam Askorbat 200 mg/2 ml (yang dibuat)

III. Preformulasi Zat Aktif
Vitamin C (DepKes, 1979:47 dan Rowe, R. C., 2009:43)
Pemerian : Serbuk atau hablur
Rasa : Asam
Warna : Putih atau agak kuning
Bau : Tidak berbau
Ukuran partikel : 176,13
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform
P; dalam eter P dan dalam benzene P
pH larutan : 5,4
Titik lebur : 190
o
Stabilitas : Asam askorbat dalam bentuk serbuk stabil di udara.
Tidak adanya oksigen dan oksidan lain juga stabil
dalam pemanasan. Asam askorba tidak stabil dalam
larutan, terutama larutan dalam basa. Proses
oksidasi dipercepat dengan adanya cahaya dan
pemanasan dengan katalis logam tembaga dan besi,
Asam askorbat dalam larutan maksimal stabilitas
adalah pada pH 5,4. Sterilisasi larutan asam
askorbat dengan metode filtrasi. Bahan ruahan
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 2

disimpan dalam wadah bukan logam, tertutup rapat,
terlindungi dari cahaya dan dimpan dalam wadah
kering dan sejuk
Inkompatibilitas : Tidak bercampur dengan basa, ion logam berat
terutama tembaga dan besi, bahan pengoksidasi,
metenamin, fenileprin HCl, pirilamin maleat,
salisilamid, Natrium nitrit, Natrium salisilat,
Teobromin salisilat dan Pikotamid. Asam askorbat
ditemukan berlawanan dengan kolorimeti pada
pengujian kadar logam dengan mengurangi
intensitas warna pada produk
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya
Khasiat dan
penggunaan
: Antiskorbut

IV. Pengembangan Formula
Vitamin C
Vitamin C merupakan zat aktif yang akan dibuat dalam sediaan
injeksi ini dengan kekuatan sediaan 200 mg/2 ml, karena pada konsentrasi
tersebut dapat mengobati dan mencegah kekurangan vitamin C seperti pada
wanita hamil dan menyusui, sariawa, anoreksia, astema, pencegahan
pendarahan pada gusi, dan kapiler fragility. Dengan dosis dewasa 200 mg,
sehari 2x200 mg.
Natrium Metabisulfit
Vitamin C mudah mengalami oksidasi, sehingga dalam pembuatan
sediaannya harus dutambahkan dengan antioksidan. Antioksidan yang
digunakan dalam formula yaitu natrium metabisulfit. Natrium metabisulfit
dapat digunakan sebagai antioksidan pada sediaan injeksi vitamin C sebab
natrium metabisulfit mudah larut dalam air dan juga tidak berinteraksi
dengan vitamin C. Konsentrasi yang digunakan dalam formula yaitu 0,03%.

Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 3

Dapar Fosfat
Vitamin C dalam larutan mempunyai stabilitas maksimum pada pH
5,4. Sedangkan darah memiliki pH 7,4. Vitamin C tidak stabil terhadap pH
fisiologis tubuh. Untuk injeksi intravena, pH yang masih dapat diterima
adalah 3-10,5. Sediaan injeksi vitamin C stabil pada rentang pH 5,0-6,5
(DepKes, 1978:9). Sediaan diatur pada pH = 7 agar mendekati dengan pH
stabilitas maksimum vitamin C dan lebih mendekati dengan pH darah untuk
mengurangi rasa nyeri dan iritasi serta meingkatkan aktivitas fisiologi obat.
Dapar fosfat yang digunakan yaitu NaH
2
PO
4
sebagai asam dan Na
2
HPO
4
sebagai garamnya.
Natrium Klorida
Kondisi isotonis digambarkan dengan memiliki tonisitas yang sama
dengan larutan NaCl 0,9% b/b. Bahan pengisotonis yang digunakan dalam
formula yaitu NaCl. NaCl dapat digunakan sebagai bahan pengisotonis
dalam formula karena NaCl tidak bereaksi dengan zat aktif.
Aqua Pro Injeksi
Pada sediaan larutan injeksi vitamin C ditambahkan aqua pro injeksi
sebagai pelarut pembawa, karena vitamin C dapat larut dalam air.

V. Formula Akhir
R/ Asam askorbat 100 mg
Natrium Metabisulfit 0,03%
Larutan NaH
2
PO
4
1,32 mg
Larutan Na
2
HPO
4
0,96 mg
Natrium klorida q.s
Aqua pro injeksi bebas O
2
ad 2 ml

a. Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal dan terlindung dari cahaya.
b. Dosis :
- Pengobatan, 1-2 kali sehari 1 ml sampai 2 mL
- Pencegahan, sekali sehari 1 ml
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 4

c. Catatan :
- Digunakan air untuk injeksi bebas udara
- pH 7,0 dan 8,0
- Disterilkan dengan sterilisasi akhir (autoklaf)
(DepKes, 1987:9)

VI. Preformulasi Eksipien
Natrium Metabisulfit (DepKes, 1995:596 dan Rowe, R. C., 2009:577)
Pemerian : Serbuk atau hablur
Rasa : Tidak berasa
Warna : Putih kekuningan
Bau : Berbau belerang dioksida
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar
larut dalam etanol
pH larutan : 3,5-5,5 untuk larutan 5% b/v pada suhu 20
o
C
Stabilitas : Didalam air natrium metabisulfit langsung
terionisasi menjadi sodium (Na
+
) dan bisulfit
(HSO
3
-
). Larutan natrium metabisulfat juga
terdekomposisi karena udara khususnya dengan
pemanasan. Sterilisasi larutan menggunakan
autoklaf sebaiknya dimasukkan dalam wadah yang
berisi gas bersifat inert seperti nitrogen.
Penambahan dekstrosa ke dalam larutan natrium
metabisulfit menghasilkan penurunan stabilitas dari
metabisulfit.
Inkompatibilitas : Natrium metabisulfit bereaksi dengan simpato-
mimetik dan berbagai obat derivat orto atau para
hidroksi benzilalkohol. Obat yang diinaktivasi yaitu
epinefrin dan derifatnya. Membentuk kompleks
dengan kloramfenikol & menginaktifkan cisplatin
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 5

dalam larutan. Natrium metabisulfit kemungkinan
berekasi dengan karet pada tutup multidose vial.

Natrium Fosfat (Na
2
HPO
4
) (Rowe, R. C., 2009:656)
Pemerian : Serbuk
Rasa : Tidak berasa
Warna : Putih atau hampir putih
Bau : Tidak berbau
Ukuran partikel : 141,96
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lebih larut dalam air
mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%)
pKa : pKa
1
= 2,15, pKa
2
= 7,2, pKa
3
= 12,38
Stabilitas : Stabil terhadap tempat yang sejuk dan kering
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkaloid, antipirin, kloral
hidrat, asetat, pirogallol, resorsinol, dan kalsium
glukonat, serta ciprofloxacin
Penyimpanan : Dalam wadah yang sejuk dan kering

Natrium Fosfat (NaH
2
PO
4
) (Rowe, R. C., 2009:659)
Pemerian : Serbuk
Rasa : Tidak berasa
Warna : Tidak berwarna atau putih
Bau : Tidak berbau
Ukuran partikel : 119,98
Kelarutan : Larut dalam 1 bagian air, sangat sedikit larut dalam
etanol (95%)
pH larutan : 4,1-4,5 dalam 5% b/v larutan
pKa : 2,15
Berat jenis : 1,915 g/cm
3

Stabilitas : Sediaan larutan stabil dan dapat disterilisasi dengan
autoklaf
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 6

Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan alkali dan karbonat
Penyimpanan : Dalam wadah yang sejuk dan kering

Natrium Klorida (DepKes, 1979: 403)
Pemerian : Serbuk hablur putih atau hablur heksahedral tidak
berwarna
Bau : Tidak berbau
Warna : Putih atau tidak berwarna
Rasa : Asin
Berat molekul : 58,44
Kelarutan : Larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih, dan dalam lebih kurang 10 bagian gliserol
P, sukar larut dalam etanol 95% P.
Stabilitas : Stabil pada tempat yang kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik,
Khasiat dan
penggunaan
: Sumber ion klorida dan ion natrium

Aqua Pro Injection (DepKes, 1979:97 dan Rowe, R. C., 2009:766)
Pemerian : Cairan jernih
Bau : Tidak berbau
Warna : Tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
Berat molekul : 18,02
Stabilitas : Stabil pada tempat yang kering. Dapat stabil dalam
semua keaadaan fisika (es, cair dan uap). Air dari
hasil sistem pemurnian secara farmasi harus
disimpan secara spesifik. Rancangan dan operasi
dari sistem distribusi penyimpanan adalah untuk
menjaga air dari kelebihan batas bisa diijinkan
selama penyimpanan. Khususnya, penyimpanan dan
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 7

distribusi sistem harus memastikan bahwa air
dilindungi dari pencemaran organik dan bersifat ion,
yang akan mendorong kearah suatu peningkatan di
dalam daya konduksi dan total karbon organik,
secara berturut-turut. Sistem harus pula dilindungi
dari phisik masuknya jasad renik dan partikel asing
sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikrobial.
Inkompatibilitas : Dalam formulasi dapat bereaksi dengan obat dan
bahan tambahan lainnya yang mudah terhidrolisis
dalam lingkungan pada temperatur tinggi.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam
bertutup kapas, berlemak maka harus digunakan
dalam waktu 3 hari setelah pembuatan
Khasiat dan
penggunaan
: Untuk pembuatan injeksi

VII. Perhitungan dan Penimbangan
Perhitungan Dapar

H
3
PO
4
H
2
HPO
4
HPO
4
2-
PO
4
3

pKa
1
= 2,21 pKa
2
= 7,21 pKa
3
= 12,67
Vitamin C, pH stabilitas = 5,4 7,0
Didapar pada pH = 7 ([H
3
O
-
]

= 10
-7
)
Dapar fosfat pKa
2
= 7,21 (Ka = 6,17 x 10
-8
)
Kapasitas dapar = 0,01



pKa
1
pKa
2
pKa
3
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 8







pH = pKa + log


7 = 7,21 + log
[]
[]

log

= - 0,21

= 0,62
[garam] = 0,62 [asam]

C = [asam] + [garam]
0,018 = [asam] + 0,62 [asam]
0,018 = 1,62 [asam]
[asam] = 0,011 mol/L = 1,1 x 10
-5
mol/ml
[garam] = 0,61 [asam]
[garam] = 0,61 x 0,011 mol/L
[garam] = 6,82 x 10
-3
mol/L = 6,82 x 10
-6
mol/ml
Asam = NaH
2
PO
4
Garam = Na
2
HPO
4

NaH
2
PO
4
= 1,1 x 10
-5
x 119,95
= 131,945 x 10
-5
g
= 1,32 mg
Na
2
HPO
4
= 6,82 x 10
-6
x 141,93
= 967,96 x 10
-6
g
= 0,96 mg

Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 9

Perhitungan Tonisitas
Asam askorbat = 200 mg = 0,2 g
Natrium Metabisulfit = 0,03%
Larutan NaH
2
PO
4
= 1,32 mg = 1,32 x 10
-3
g
Larutan Na
2
HPO
4
= 0,96 mg = 9,6 x 10
-4
g
Natrium klorida q.s
Aqua pro injeksi bebas O
2
ad 2 ml

Zat % (g/v x 100) E E x %
Asam
askorbat


= 10% 0,16 0,16 x 10% = 1,6%
Natrium
metabisulfit
0,03% 0,7 0,7 x 0,03% = 0,021%
NaH
2
PO
4


-


=
0,066%
0,53 0,53 x 0,066% = 0,034%
Na
2
HPO
4


-


=
0,048%
0,53 0,53 x 0,048% = 0,025%
1,68 %
Sediaan bersifat hipertonis karena sebanding dengan 1,68% NaCl (> 0,9%)
sehingga harus ditambahkan NaCl sebanyak :
M
1
x V
1
= M
2
x V
2

1,68 x 2 = 0,9 x V
2

V
2
=

= 3,73 ml => sehingga diencerkan hingga volume 3,73 ml.



Penimbangan Bahan
Zat
Jumlah bahan
1 ampul 5 ampul
Asam askorbat 200 mg 1000 mg
Natrium metabisulfit 0,6 mg 3 mg
NaH
2
PO
4
1,32 mg 6,6 mg
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 10

Na
2
HPO
4
0,96 mg 4,8 mg
NaCl 3,73 ml 18,65 ml
Aqua pro injeksi Ad 2 ml Ad 10 ml

VIII. Prosedur Pembuatan
a. Sterilisasi awal :
- Sterilisasi vitamin C : Larutan di sterilisasi dengan pemanasan 98-
100C selama 30 menit dengan dengan filtrasi.
- Sterilisasi Natrium metabisulfit, natrium klorida, benzalkonium klorida
dan Dapar fosfat : Sterilisasi larutan menggunakan autoklaf suhu 121
o
C
selama 15 menit.sebaiknya dimasukkan kedalam wadah yang berisi gas
yang bersifat inert seperti nitrogen.
- Sterilisasi alat : Ampul (5 buah), labu erlemeyer, gelas ukur, buret, kaca
arloji, gelas pengaduk diseterilisasi menggunakan oven pada suhu
170
o
C selama 30 menit.
b. Pembuatan sediaan
- Vitamin C dan bahan tambahan lain ditimbang dengan menggunakan
kaca arloji.
- Masing-masing zat dilarutkan dalam gelas piala dilengkapi batang
pengaduk dengan aqua pro injeksi secukupnya. Kaca arloji yang dipakai
sebagai alat menimbang dibilas dengan API.
- Setelah semua zat dilarutkan, larutan dituang ke dalam gelas ukur
hingga volume tertentu (dibawah volume yang seharusnya dibuat).
- Larutan disaring ke labu Erlenmeyer melalui corong dengan kertas
saring 0,45 m yang sudah dibasahi.
- Kekurangan API dipakai sebagian demi sebagian untuk membilas gelas
piala, dikumpulkan kemudian dimasukkan kedalam larutan tadi sampai
volume larutan tepat.
- Dilakukan pengecekan pH.
- Larutan dituangkan dalam buret steril dan tutup ujung buret dengan
menggunakan aluminium foil.
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 11

- Seka jarum buret dengan kapas yang telah dibasahi alkohol 70%.
Larutan diisikan ke dalam wadah (ampul) sesuai volume.
- Lakukan gassing (penggantian oksigen dengan nitrogen) bila
diperlukan.
- Ampul ditutup dengan metode yang sesuai.

IX. Evaluasi
Evaluasi injeksi meliputi evaluasi fisika, kimia dan biologi :
a. Penetapan pH (diuji menggunakan pH meter)
pH meter dimasukkan ke dalam larutan injeksi dan dilihat pH yang
terbaca.

b. Uji Kejernihan Larutan
Pengujian dilakukan secara visual. Vial diputar 180 berulang-ulang di
depan suatu background yang berwarna hitam untuk melihat partikulat
yang berwarna putih dan di depan suatu background yang berwarna putih
untuk melihat partikulat yang berwarna hitam.

c. Uji Kebocoran
Prinsip pengujian kebocoran yaitu untuk memeriksa keutuhan kemasan
untuk menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. Prosedur
uji kebocoran yaitu dengan cara memasukkan vial ke dalam gelas kimia
berisikan air.

d. Volume Terpindahkan
Uji berikut dirancang sebagai jaminan bahwa sediaan larutan yang
dikemas dalam wadah dosis ganda, dengan volume yang tertera dalam
etiket tidak lebih dari 250 ml, yang tersedia dalam bentuk sediaan cair
atau sediaan cair yang dikonstitusi dari bentuk padat dengan penambahan
bahan pembawa tertentu dengan volume yang ditentukan, jika
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 12

dipindahkan dari wadah asli, akan memberikan volume sediaan seperti
yang tertera pada etiket.
Prosedur : Tuang isi perlahan-lahan dari tiap wadah vial ke dalam gelas
ukur kering terpisah dengan kapasitas gelas ukur tidak lebih dari dua
setengah kali volume yang diukur dan telah dikalibrasi, secara hati-hati
untuk menghindarkan pembentukkan gelembung udara pada waktu
penuangan dan didiamkan selama tidak lebih dari 30 menit. Jika telah
bebas dari gelembung udara, ukur volume dari tiap campuran : volume
rata-rata larutan yang diperoleh dari 4 vial tidak kurang dari 100% dan
tidak satupun volume wadah yang kurang dari 95% dari volume yang
dinyatakan pada etiket.
Jika :
1. Volume rata-rata kurang dari 100%, tetapi tidak ada satupun wadah
yang volumenya kurang dari 95%.
2. Tidak lebih dari satu wadah volume kurang dari 95%, tetapi tidak
kurang dari 90% dari volume yang tertera pada etiket.

X. Wadah dan Kemasan
Vitamin C 200 mg :
1. Wadah : Karena sediaan mudah teroksidasi maka sediaan disimpan
dalam wadah berupa ampul berwarna gelap ukuran 5 ml yang terbuat
dari bahan kaca
2. Golongan obat keras (ISO 46, hal 571).
3. Indikasi : Pengobatan dan pencegahan kekurangan vitamin C seperti
pada wanita hamil dan menyusui, sariawan, anoreksia, astenia,
pencegahan pendarahan pada gusi dan kapiler fragility (ISO 46, hal
571).
4. Kontra indikasi : hipersensitif (ISO 46, hal 571).
5. Efek samping : hot flushes, sakit kepala, lelah, insomnia, keram perut,
mual dan muntah; sakit sementara dan bengkak pada tempat injeksi
Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 13

sub kutan dan intra muskular; injeksi intravena menyebabkan pusing
dan pingsan (ISO 46, hal 571).
6. Dosis : Dewasa 100-250 mg sehari 1-2 kali
Anak 100-300 mg dalam dosis bagi (ISO 46, hal 571).
7. Penyimpanan : simpan pada suhu sejuk (15
o
C-25
o
C), terlindung dari
cahaya
8. Peringatan No.1 : Awas Obat Keras! Bacalah aturan
9. No.Reg : DKL1227900143A1
10. Batch no : 001VNI
11. Exp date : 122013





















Laporan Praktikum Farmasetika IIB Kelompok E4 Page 14

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). ISO (Informasi Spesialite Obat) Indonesia, Volume 46, Jakarta:
Penerbit Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Farmularium Nasional, Edisi
II, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia, Edisi
III, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia, Edisi
IV, Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Rowe, Raymon C., Paul J. Sheskey., and Marian, E. Quinn. (2009). Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 6
th
edition, London: The Pharmaceutical Press.

You might also like