You are on page 1of 17

MAKALAH

MOBILITAS PENDUDUK


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat nilai
mata kuliah Geografi Penduduk









OLEH
FRENDI IKSON
NPM: 101000287202207










PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
AHLUSSUNNAH BUKITTINGGI
2014
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mobilitas penduduk telah berlangsung sejak terciptanya manusia pertama
kali. Manusia melakukan perburuan maupun meramu tumbuh-tumbuhan yang
berguna untuk kelangsungan hidupnya. Sebelum mulai menatap mereka
melakukan aktiitas di bidang pertanian yang mulai dengan pola berpindah-
pindah kemudian melakukan pertanian menetap.
Pada dasarnya manusia melakukan mobilitas dengan suatu tujuan
yaitu untuk meningkatkan kualitas hidupnya mulai dengan pemenuhan
kebutuhan pangan sekunder lainnya. Dengan kata lain dapat dinyatakan
bahwa seseorang akan melakukan mobilitas dengan tujuan untuk memperoleh
pekerjaan akan pendapatan. Dengan demikian daerah tujuan mobilitas
penduduk merupakan derah dimana terdapat peluang yang lebih besar untuk
memperoleh pekerrjaan yang lebih baik, atau peningkatan pendapatan.
Sehingga kesempatan kerja yang tersedia disuatu daerah merupakan salah
satu factor pendorong adanya mobilitas penduduk. Selanjutnya, jika
kebutuhan dasarnya telah dapat terpenuhi maka mobilitas dilakukan dengan
tujuan memenuhi kebutuhan sekunder, termasuk wisata bahkan mngkin
sampai tingkat foya-foya.




1.2. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa pengertian dan ruanglingkup mobilitas penduduk
b. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dari mobilitas penduduk
c. Untuk mengetahui apa saja factor - faktor yang mempengaruhi mobilitas
penduduk
d. Untuk mengetahui jenis dari mobilitas penduduk permanen (migrasi) dan
bagaimana permasalahan kependudukan dalam migrasi penduduk
e. Untuk mengetahui apa mobilitas penduduk non permanen ( sirkuler) dan
bagaimana contohnya
f. Untuk mengetahui bagaimana perilaku mobilitas pendudu dan sumber
data mobilitas penduduk dan analisis penduduk.




















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian dan Ruang lingkup Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk mempunyai pengertian pergerakan penduduk dari
satu daerah ke daerah lain. Baik untuk sementara maupun untuk jangka waktu
yang lama atau menetap seperti mobilitas ulang-alik (komunitas) dan migrasi.
Mobilitas penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu tempat ke
tempat yang lain atau dari suatu daerah ke daerah lain.
Mobilitas dibedakan 2 yaitu mobilitas non permanen (tidak tetap) dan
mobilitas tetap (tetap). Apabila perpindahan bertujuan untuk menetap di
daerah tujuan maka disebut migrasi. Jadi migrasi artinya perpindahan
penduduk dari satu daerah ke daerah lain untuk menetap, Jenis-jenis mobilitas
permanen :
1. Urbanisasi yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota.
2. Transmigrasi yaitu perpindahan perpindahan penduduk dari pulau yang
padat ke pulau yang kurang padat penduduknya. Transmigrasi diatur oleh
pemerintah.
3. Migrasi yaitu masuknya penduduk dari satu Negara ke Negara lain.
4. Emigrasi yaitu keluarnya penduduk suatu negara untuk masuk ke negara
lain.
5. Remigrasi yaitu kembalinya penduduk ke negara asalnya.
Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertikal dan
mobilitas penduduk horinzontal.
1. Mobilitas penduduk vertical : Mobilitas vertical adalah semua gerakan
penduduk dalam usaha perubahan status sosial atau sering disebut dengan
perubahan status, atau perpindahan dari cara-cara hidup tradisional ke cara-cara
hidup yang lebih modern.
Contohnya, seorang buruh tani yang berganti pekerjaan menjadi pedagang
termasuk gejala perubahan status sosial. Begitupula seorang dokter gigi beralih
pekerjaan menjadi seorang actor film juga termasuk mobilitas vertical.
2. Mobilitas penduduk horizontal : Mobilitas horizontal adalah semua gerakan
penduduk yang melintas batas wilawah tertentu dalam periode waktu tertentu atau
sering pula disebut dengan mobilitas penduduk geografis adalah gerak
(movement) penduduk yang melintas batas wilayah menuju ke wilayah yang lain
dalam periode waktu tertentu (Mantra, 1987).
Batas wilayah umumnya digunakan batas administrates, misalnya propinsi,
kabupaten, kecamatan, kelurahan, pendukuhan (dusun). Naim (1979) dalam
penelitiannya mengenai mobilitas penduduk suku Minangkabau menggunakan
batas budaya Minang sebagai batas wilayah. Hingga kini belum ada kesempatan
diantara para ahli dalam menentukan batas wilayah dan waktu tersebut. Hal ini
sangat bergantung kepada luas cakupan wilayah penelitian oleh setiap peneliti.
Sebagai contoh, Badan Pusat Statistik (BPS) dalam melaksanakan Sensus
Penduduk di Indonesia menggunakan batas propinsi sebagai batas wilayah,
sedangkan batas waktu digunakan enam bulan atau lebih. Jadi, menurut definisi
yang dibuat oleh BPS, seseorang disebut migrant apabila orang tersebut bergerak
melintasi batas propinsi menuju ke propinsi lain, dan dapat pula seseorang disebut
migrant walau berada di propinsi tujuan kurang dari enam bulan tetapi orang
tersebut berniat tinggal menetap atau tinggal enam bulan atau lebih di propinsi
tujuan.
Mantra (1978) dalam penelitiannya mengenai mobilitas penduduk non
permanent disebuah dukuh di Bantul menggunakan dukuh sebagai satuan wilayah
dan batas waktu yang digunakan untuk meninggalkan dukuh asal enam jam atau
lebih. Batas enam jam diambil karena seseorang yang bepergian menginggalkan
dukuh asal keperluan tertentu dan bepergiannya dipersiapkan terlebih dahulu, dan
lamanya menginggalkan dukuh minimal enam jam. Alasannya lain pengambilan
batas enam jam ialah untuk menjaring orang-orang yang melakukan mobilitas
ulang alik atau communiting.
Akibat belum adanya kesepakan diantara para ahli mobilitas penduduk
mengenai ukuran batas wilayah dan waktu ini hasil penelitian mengenai mobilitas
penduduk diantara peneliti tidak dapat diperbandingkan. Mengingat bahwa skala
penelitian itu bervariasi antara peneliti yang satu dengan peneliti lain, sulit bgai
peneliti mobilitas penduduk untuk menggunakan batas wilayah dan waktu yang
baku (standard). Misalnya, apabila wilayah penelitian itu desa, tidak mungkin
menggunakan batas propinsi sebagai batas wilayah dan meninggalkan daerah asal
6 bulan atau lebih sebagai batas waktu. Jadi, ada baiknya tidak ada batas waktu
baku untuk batas wilayah dan waktu penelitian mobilitas penduduk. Sudah tentu
bahwa makin sempit batasan ruang da waktu yang digunakan, makin banyak
terjadi gerak penduduk antara wilayah tersebut.
Kalau dilihat ada tidaknya niatan untuk menetap di daerah tujuan, mobilitas
penduduk dapat pula dibagi dua, yaitu mobilitas penduduk permanent atau
migrasi dan mobilitas penduduk non permanent. Jadi, migrasi adalah gerak
penduduk yang melintas batas wilayah asal menuju ke wilayah lain dengan ada
niatan menetap di daerah tujuan. Sebaliknya, mobilitas penduduk non permanent
ialah gerak penduduk dari suatau wilayah ke wilayah lain dengan tidak ada niatan
menetap di daerah tujuan. Apabila seseorang menuju ke daerah lain dan sejak
semula sudah bermaksud tidak menetap di daerah tujuan., orang tersebut
digolongkan sebagai pelaku mobilitas non permanent walaupun bertempat tinggal
di daerah tujuan dalam jangka waktu lama (steele, 1983).
Contoh yang baik dalam hal ini ialah mobilitas penduduk orang Minang
yang melintas batas budaya Minagkabau menuju ke daerah lain. Walaupun berada
di daerah tujuan selama puluhan tahun, mareka dikategorikan sebagai migrant
nonpermanent karena tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Gerak penduduk
orang Minang ini disebut dengan merantau. Sayang, banyak para migrant tidak
dapat memberikan ketegasan apakah mereka ada niatan menetap di daerah tujuan
atau tidak pada saat melakukan mobilitas yang pertama kali. Sering niatan
tersebut berubah setelah pelaku mobilitas tinggal di daerah tujuan niata tersebut
dalam jangka waktu relative lama.
Gerak penduduk yang nonpermanent (sirkulasi, circulation) ini dapat pula
dibagi menjadi dua yaitu ulang alik (jawa=nglaju, Inggris=Communiting) dan
dapat menginap atau mondok di daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan
kembali ke daerah asal pada hari itu juga. Pada umumnya penduduk yang
melakukan mobilitas ingin kembali ke daerah asal secepatnya sehingga kalau
dibandingkan frekuensi penduduk ulang alik terbesar disusul oleh
menginap/mondok dan migrasi. Secara operasional, macam-macam bentuk
mobilitas penduduk tersebut diukur berdasarkan konsep ruang dan waktu.
Misalnya mobilitas ulang alik, konsep waktunya diukur dengan enam jam atau
lebih meninggalkan daerah asal dan kembali pada hari yang sama;
menginap/mondok diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal lebih dari satu
hari. Tetapi kurang dari enam bulan, sedangkan mobilitas permanent diukur dari
lamanya meninggalkan daerah asal enam bulan atau lebih kecuali orang yang
sudah sejak semula berniat menetap di daerah tujuan seperti seorang istri yang
berpindah ke tempat suami.
2.2 Bentuk Bentuk Mobilitas Penduduk
Mobilitas tradisional, dimana penduduk melakukan mobilitas atas dasar
untuk memenuhi kebutuhan primer terutama pangan. Aktivitas mobilitas
tradisional merupakan arus desa ke kota yang termasuk dalam pengertian
urbanisasi.
Mobilitas pra-modern, yang merupakan transisi dari mobilitas tradisional menuju
mobilitas modern. Dalam hal ini penduduk mulai melakukan mobilitas dengan
tujuan yang lebih luas bukan hanya sekedar untuk cukup pangan. Aktivitas dari
desa ke kota sangat meningkat disertai dengan mobilitas antar kota dan juga
mobilitas dari kota ke luar kota (pedesaan). Sehingga terjadi dengan apa yang
disebut urbanisasi modern. Penduduk mobilitas atau migrasi dengan tujuan yang
lebih luas termasuk kesenangan dan kenyamanan.
Mobilitas modern, dimana mobiolitas penduduk telah mmelampaui batas-
batas Negara dengan berbgai macam-macam tujuan baik kegiatan perdagangan
maupun berwiraswasta.
Mobilitas canggih atau super-modern, dimana mobilitas dilakukan telah
melampaui pengertian berwiraswasta secara wajar yang dapat dimasukkan dalam
kategori berfoya-foya dengan konsumsi yang berlebihan. Bentuk mobilitas
penduduk dapat dipahami berkaitan dengan keberhasilan dalam aktivitas ekonomi
yang meliputi 2 komponen yaitu kesempatan kerja (produktifitas) dan pendapatan
(atau dana). Komponen mobilitas tersebut dapat di pandang sebagai indikator
kualitas kehidupan masyarakat.
2.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Penduduk
Faktor dari sejarah asal yang disebut faktor pendorong seperti adanya
bencana alam, panen gagal, lapangan kerja terbatas, keamanan terganggu,
kurangnya sarana pendidikan. Faktor yang ada di daerah tujuan yang disebut
faktor penarik seperti, tersedianya lapangan kerja, upah tinggi, tersedia sarana
pendidikan kesehatan dan hiburan. Faktor yang terletak diantara daerah asal dan
daerah tujuan yang disebut penghalang yang termasuk faktor ini misalnya jarak
jenis alat transport dan biaya transport jarak yang tidak jauh dan mudahnya
transportasi mendorog mobilitas penduduk. Yang terdapat pada diri seseorang
disebut faktor individu. Faktor ini sangat mempengaruhi keinginan seseorang
untuk melakukan mobilitas atau tidak. Contoh faktor individu ini antara lain:
umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan.
Faktor pendorong dan penarik perpindahan penduduk ada yang negatif dan
ada yang positif. Faktor pendorong yang positif yaitu para migran ingin mencari
atau menambah pengalaman di daerah lain. Sedangkan faktor pendorong yang
negatif yaitu fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup terbatas dan lapangan
pekerjaan terbatas pada pertanian. Faktor penarik yang positif yaitu daerah tujuan
mempunyai sarana pendidikan yang memadai dan lebih lengkap. Faktor penarik
yang negatif adalah adanya lapangan pekerjaan yang lebih bervariasi, kehidupan
yang lebih mewah, sehingga apa saja yang diperlukan akan mudah didapat dikota.

2.4. Mobilitas Penduduk Permanen (MIGRASI)
2.4.1. Migrasi penduduk, Migrasi penduduk terbagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Migrasi internasional yang dapat di bedakan atas migrasi masuk (imigrasi)
dan migrasi keluar (emigrasi). Imigrasi adalah masuknya penduduk suatu
Negara ke Negara lain baik untuk maksud berkunjung, bekerja maupun
kepentingan lain dalam waktu tertentu atau untuk selamanya, seperti
datangnya orang Eropa yang masuk ke Amerika. Emigrasi adalah
perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain dengan tujuan untuk
menetap atau bekerja (penduduk yang keluar dari suatu Negara lain untuk
menetap atau bekerja). Contoh : perginya orang Indonesia (TKI atau TKW)
ke timur tengah untuk bekerja.
2. Migrasi Internal yang disebut juga transmigrasi dan Urbanisasi
Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain
dalam suatu wilayah Negara. Contohnya : perindahan suatu penduduk dari
jawa ke daerah-daerah di Sumatera, Kalimantan, Irian jaya dsb. Urbanisasi
yaitu perpindahan penduduk dari desa ke kota dengan maksud untuk mencari
nafkah.
2.4.2. Permasalan Kependudukan Berkaitan dengan Migrasi Penduduk
Berbagai jenis migrasi yang terjadi membawa dampak yang berbeda-beda
bagi masyarakat asal maupun masyarakat tujuan.
1. Migrasi internasional
a. Dampak negatif adanya imigrasi dan cara penanggulangannya
1). Masuknya budaya-budaya asing yang tidak sesuai Makin banyak orang
asing yang masuk ke Indonesia berarti makin banyak pula budaya yang
masuk. Karena orang-orang asing tersebut juga membawa budaya Negara
asalnya yang sudah melekat. Banyak budaya asing yang tidak sesuai
dengan budaya asli bangsa Indonesia. Hal tersebut lambat laun dapat
merusak budaya bangsa Indonesia. Contohnya adalah sikap konsumtif dan
pergaulan bebas. Untuk mengatasi dampak negatif tersebut, kita harus
menjaga budaya bangsa agar tidak terpengaruh dengan budaya luar. Di
samping itu penduduk juga harus bersikap selektif dan mempertebal
keimanan dan ketakwaan sehingga terhindar dari budayabudaya yang
bertentangan dengan nilai agama dan budaya bangsa. Pemerintah juga
dapat berperan dengan menciptakan iklim kondusif bagi berkembangnya
budaya-budaya daerah dan nasional, seperti dengan menetapkan undang-
undang dan kebijakan-kebijakan yang mendukung upaya pelestarian nilai
dan budaya bangsa.
b. Dampak negatif adanya emigrasi dan cara penanggulangannya
1) Keengganan orang-orang Indonesia di luar negeri untuk kembali ke
Indonesia. Banyak orang Indonesia yang bekerja di luar negeri enggan
untuk kembali ke Indonesia. Mereka beralasan bahwa upah pekerja di
luar negeri lebih tinggi bila dibandingkan dengan di Indonesia. Selain itu,
juga suasana dan kehidupan di luar negeri dianggap lebih kondusif.
Keengganan para pekerja tersebut terutama tenaga ahli untuk kembali ke
Indonesia dapat mengurangi tenaga ahli di Indonesia. Usaha untuk
menanggulangi hal tersebut dapat dilakukan dengan memperkokoh rasa
nasionalisme. Juga dapat dilakukan dengan menciptakan iklim dalam
negeri yang kondusif, terutama dalam dunia industri dan investasi,
sehingga memicu membaik dan meningkatnya kehidupan ekonomi
masyarakat.
3. Migrasi Internal Migrasi nasional antara lain transmigrasi dan
urbanisasi.
a. Dampak negatif adanya transmigrasi dan cara penanggulangannya
1) Memerlukan banyak biaya, Program transmigrasi terutama yang bukan
swakarsa memerlukan banyak biaya. Biaya-biaya tersebut untuk
pemberangkatan sejumlah transmigran dan pembukaan lahan baru. Untuk
menanggulangi masalah tersebut pemerintah dapat memprioritaskan
transmigrasi swakarsa, sehingga biaya ditanggung oleh transmigran
sendiri. Adapun pemerintah hanya sebatas menyediakan lahan baru saja.
Namun untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat agar melakukan
transmigrasi swakarsa bukanlah pekerjaan yang mudah. Oleh karena itu
pemerintah harus senantiasa memberikan penyuluhanpenyuluhan pada
masyarakat.
b. Dampak urbanisasi dan upaya penanggulangannya
Urbanisasi yang terus menerus berlangsung dapat meningkatkan jumlah
penduduk di kota dengan cepat. Di sisi lain jumlah penduduk di desa
makin berkurang. Hal ini menyebabkan ketimpangan pembangunan dan
ketimpangan sosial antara desa dengan kota.
1) Dampak negatif urbanisasi bagi kota
a) Meningkatnya jumlah pengangguran, Urbanisasi mengakibatkan,
persaingan kerja makin tinggi dan kesempatan kerja makin kecil,
sehingga orang sulit mencari pekerjaan.
b) Meningkatnya angka kriminalitas, Kebutuhan hidup di kota sangatlah
kompleks, namun usaha pemenuhannya kian sulit. Hal itulah yang
membutakan mata sebagian orang, sehingga nekat menghalalkan segala
cara demi memenuhi kebutuhan, seperti merampok, menipu, mencuri,
korupsi, dan lain-lain.
c) Munculnya slum area (daerah kumuh), Dengan adanya urbanisasi
menjadikan lahan pemukiman makin sempit. Jumlah lahan yang tersedia
tidak sebanding dengan jumlah penduduknya, sehingga sulit untuk
mencari lahan untuk mendirikan rumah. Meskipun ada, lahan tersebut
harganya sangat mahal, karena banyak orang yang menginginkannya.
Mahalnya harga tanah tersebut menjadikan masyarakat tidak mampu
membeli. Akhirnya mereka lebih memilih tinggal di kolong jembatan,
bantaran sungai, membuat rumah kardus, bahkan ada yang tinggal di
daerah pemakaman.
2) Dampak negatif bagi desa, Urbanisasi ternyata membawa pengaruh
yang besar bagi masyarakat di desa. Pembangunan dan dinamisasi desa
menjadi menurun. Hal tersebut disebabkan karena:
a) Tenaga terampil di desa berkurang karena berpindah ke kota.
b) Penduduk desa yang bersekolah di kota umumnya enggan kembali ke
desa.
c) Tenaga yang tertinggal di desa, umumnya orang-orang tua yang sudah
tidak terampil dan produktif lagi. Untuk menanggulangi atau bahkan
mencegah munculnya dampak-dampak negatif urbanisasi tersebut, perlu
diupayakan untuk menekan dan memperkecil laju urbanisasi. Upaya
tersebut dapat dilakukan dengan pemerataan pembangunan industri
sampai ke desa-desa.
d) Pembangunan infrastruktur jalan ke desa-desa, sehingga
memperlancar hubungan desa dengan kota.
e) Mengoptimalkan usaha pertanian, sehingga tingkat pendapatan
masyarakat desa.
f) Pembangunan fasilitas umum di desa, seperti listrik, puskesmas,
sekolah, pasar, dan lain-lain


2.5. Mobolitas Penduduk Non Permanen (SIRKULER)
Mobilitas penduduk sirkuler atau mobilitas non permanen adalah gerak
penduduk dari suatu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan
menetap di daerah tujuan.
Sebagai contoh, di Indonesia (menurut batasan sensus penduduk) mobilitas
penduduk sirkuler dapat didefinisikan sebagai gerak penduduk yang melintas
batas propinsi menuju ke propinsi lain dalam jangka waktu kurang enam bulan.
Hal ini sesuai dengan paradigma geografis yang didasarkan atas konsep ruang
(space) dan waktu (time). Data mobilitas penduduk sirkuler sukar didapat. Hal ini
disebabkan para pelaku mobilitas sirkuler tidak memberitahu kepergian mereka
kepada kantor desa di daerah asal, begitu juga dengan kedatangan mereka di
daerah tujuan. Meskipun deminian, dengan segala keterbatasan data, mobilitas
penduduk Indonesia, baik permanent maupun nonpermanent (sirkuler) diduga
frekuensinya akan terus meningkat dan semakin lama semakin cepat. Menurut
Ananta (1995), suatu revolusi mobilitas tampaknya juga telah terjadi di Indonesia.
Hal ini dipengaruhi oleh tersedianya prasarana transport dan komunikasi yang
mewadai dan modern.





BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Mobilitas penduduk adalah gerakan atau arus perpindahan penduduk dari
suatu tempat ke tempat lain. Peranan mobilitas pendudukterhadap laju
pertumbuhan antara wilayah satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda. Untuk
Indonesia secara keseluruhan tingkat pertumbuhan penduduknya lebih
dipengaruhi oleh tinggi rendahnya sifat fertilitas dan mortalitas, karena migrasi
netto hamper dikatan nol, tidak banyak orang Indonesia yang pindah keluar
negeri, begitu juga orang luar negeri pindah ke Indonesia.
3.2. Saran
Setelah mengetahui mobilitas penduduk diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan wawasan pembaca terhadap mobilitas penduduk. Dengan
demikian kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.








DAFTAR PUSTAKA

http://www.masbied.com/2014/10/14/makalah-mobilitas-penduduk/
http://sichesse.blogspot.com/2014/10/makalah-mobilitas-penduduk.html
http://smile-pesri.blogspot.com/2014/12/mobilitas-penduduk.html
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2014/10/mobilitas-penduduk.html
http://www.imammurtaqi.com/2014/04/permasalahan-kependudukan-
berkaitan.html

You might also like