You are on page 1of 15

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN

GANGGUAN HAID

a. Fisiologi Haid
Haid normal
Sebagai respon terhadap perubahan yang dicetuskan oleh hormone di ovarium
setiap siklus ovulatorik, terjadi perubahan morfologik di endometrium yang
berkembang sedemikian teraturnya sehingga gambaran gambaran histology
endometrium dapat digunakan untuk memperkirakan hari siklus ovarium saat
endometrium meluruh (Gant, 2011)
Perubahan endokrin selama siklus ovarium:
1. Selama fase praovulasi (folikular) estradiol 17 disekresi terutama oleh
folikel dominan dalam jumlah yang semakin meningkat
2. Selama fase pascaovulasi (luteal) progresteron bersama estradiol 17
disekresi oleh korpus luteum
3. Selama fase pramenstruasi korpus luteum mengalami regresi sehingga
kecepatan sekresi estradiol 17 dan progesterone berkurang

Sebagai respon terhadap perubahan hormone steroid seks yang disekresi
selama siklus ovarium, ada 4 stadium utama siklus endometrium:
1. Reorganisasi paskamenstruasi melalui proliferasi sebagai respon terhadap
rangsanga (langsung atau tidak langsung) estradiol 17
2. Sekresi kelanjar yang banyak disebabkan, oleh efek kombinasi estrogen dan
progesterone
3. Iskemia pramenstruasi dan involusi
4. Menstruasi, yang disertai oleh peluruhan dan deskuamasi seluruh
endometrium, kecuali lapisan basal
Dengan demikian, menstruasi adalah konsekuensi (progesterone withdrawal).
Fase folikular (praovulasi dan proliferasi) dan fase paskaovulasi (luteal, sekretorik)
biasanya dibagi menjadi stadium awal dan lanjut.
Perubahan serviks selama menstruasi. Terjadi perubahan-perubahan siklik di
kelenjar endoserviks, terutama selama fase folikular siklus. Selama awal fase
folikular, kelenjar hanya sedikit berkelok kelok dan sel sel sekretorik tidak terlalu
tinggi. Sekresi mukus hanya sedikit. Sebaliknya, fase folikular lanjut tidak ditandai
dengan kelenjar yang berkelok kelok, invaginasi yang dalam, membengkaknya epitel,
sel sel kolumnar yang tinggi, dan sekresi dalam jumlah besar. Jaringan ikat tampak
lebih longgar dan mengalami banyak vaskularisasi. Paskaovulasi, keadaan ini
mengalami regresi.
Aktivitas maksimal sekresi kelenjar endoservik terjadi menjelang ovulasi
dandisebabkan oleh stimulasi estrogen. Hanya saat itu, kualitas mukus serviks pada
sebagian besar perempuan sedemikian rupa sehingga dapat dilalui oleh spermatozoa.

Menarch adalah terjadinya haid untuk yang pertama kali, rata-rata saat usia 12
tahun (kisaran normal 8-16 tahun)
Siklus haid ovulatoris biasanya berlangsung antara 24 sampai 35 hari (rata-rata
28 hari)
Lamanya haid rata-rata 3 sampai 7 hari
Jumlah darah yang keluar selama haid rata-rata 80 ml
Dismenore merupakan nyeri perut yang berpusat pada regio suprapubik yang
dirasakan ketika dalam masa perdarahan haid. Dismenore dibagi menjadi
dismenore primer yang tidak disebabkan oleh adanya gangguan patologi
pelvic dan dismenore sekunder yang disebabkan oleh adanya kelainan patologi
yang mendasari, misalnya endometriosis dan adenomiosis. Dismenore primer
terjadi segera setela menarch biasanya pada 6 sampai 12 bulan pertama.

b. Klasifikasi Gangguan Haid
1. Amenorea
Adalah tidak adanya haid. Dibedakan menjadi 2 yaitu amenorea primer dan sekunder.
Amenore Primer: tidak adanya haid pada usia 16 tahun, tidak ada karakteristik
seks sekunder.
Amenore sekunder: tidak dialami haid selama 3-6 bulan atau 3 siklus haid
berturut-turut pada wanita yang sebelumnya memiliki siklus haid teratur.
1.2 Etiologi
Etiologi amenore primer:
Kegagalan gonad
Hipogonadisme hipergonadotropik ditandai oleh gonad yang tampak
bergaris-garis. Pada keadaan ini sintesis steroid ovarium tidak terjadi
akibat ketiadaan folikel ovarium sehingga perkembangan payudara tidak
terjadi karena sangat rendahnya kadar estradiol dalam sirkulasi.
Sindrom turner (45 XO) merupakan penyebab tunggal paling umum pada
amenore primer
Pengobatan: kontrasepsi oral, eksisi jaringan gonad untuk mencegah
keganasan
Disfungsi hipotalamus
Hipogonadisme hipogonadotropik menyebabkan kadar estrogen yang sangat
rendah. Penyebabnya dikarenakan pelepasan GnRH yang tidak memadai yang
disebabkan oleh sintesis GnRH hipotalamus tidak memadai atau kerusakan pada
neurotransmitter SSP.
Pengobatan: kontrasepsi oral, pencitraan pada daerah hipotalamus-hipofisis
Agenesis vagina dan obstruksi saluran keluar

Gambar : hymen imperforata
Gejala yang ditemui berupa dismenorea atau nyeri panggul yang kemungkinan
disebabkan oleh adanya endometrium fungsional dengan obstruksi aliran.
Sebaliknya tidak adanya gejala apa pun meskipun terdapat karakteristik seksual
sekunder yang normal akan mendukung suatu diagnosis yang melibatkan tidak
adanya jaringan endometrium.
Pengobatan: pembuatan vagina baru dengan dilatasi progresif atau pembenahan
Sindrom feminisasi testis
Penyebabnya pseudohermafrodit memiliki genetalia eksterna yang berlawanan
dengan gonad (testis, genotif 46 XY tetapi memiliki sifat fenotif wanita).
Transmisi terjadi melalui gen resesif terkait X yang menyebabkan tidak adanya
atau menurunnya aktifitas resptor androgen.
Pengobatan: gonad dan kromosom Y harus diangkat segera setelah diagnosis
ditegakkan

Etiologi amenore sekunder:
Disfungsi hipotalamus
Penyebabnya adalah stress, penurunan berat badan, olahraga atau obat-obatan
dapat menyebabkan penurunan frekuensi dan amplitude denyut GnRH secara
berkesinambungan
Pengobatan: kontrasepsi oral
Sindrom ovarium polikistik

Gambar: ovarium normal dan sindrom ovarium polikistik
Penyebabnya masih belum diketahui secara pasti, belum jelas apa yang menjadi
patologi primer berada pada ovarium atau hipotalamus, tetapi kerusakan yang
mendasar tampaknya adalah pengiriman sinyal yang tidak seharusnya ke
hipotalamus dan hipofisis.
Pengobatan: penurunan berat badan, kontrasepsi oral, clomifen sitrat (CC),
metformin (sintesis insulin), pembedahan
Penyakit hipofisis
Penyebabnya adalah adenoma hipofisis yang mensekresi prolaktin merupakan lesi
yang paling sering ditemukan.
Pengobatan: resesksi bedah, pemantauan dan pengukuran kadar prolaktin serial,
pencitraan kepala untuk menyingkirkan kemungkinan berkembangnya
makroadenoma
Kegagalan ovarium premature
Adalah hilangnya semua folikel ovarium disertai dengan berhentinya menstruasi
sebelum usia 40 tahun. Penyebabnya adalah kelainan ovarium intrinsic,
mozaikisme genetic, autoimun, kemoterapi, radiasi dan infeksi.
Pengobatan tidak ada namun terapi penggantian estrogen harus ditawarkan.
Kariotiping harus dilakukan jika diagnosis terjadi sebelum usia 30 tahun
Sindrom Asherman
Gambaran sinekia/ perlengketan intrauterus yang mengganggu pertumbuhan
endometrium normal dan peluruhannya. Penyebabnya adalah kuretase yang
berlebihan pada kehamilan awal, tuberculosis panggul, perdarahan hebat pasca
persalinan.
Pengobatan: lisis histeroskopik perlengfketan intrauterus dan stimulasi
endometrium dengan estrogen

Periksa kemungkinan amenore pada pasien jika gagal menarch pada usia 16
tahun, tidak mengalami menstruasi selama 6 bulan, kekhawatiran pasien atau
keluarganya, tidak ada perkembangan pauidara pada saat usia 15 tahun, ambiguitas
seksual atau virilisasi.

2. Perdarahan Uterus Abnormal
Menoragia adalah perdarahan uterus memanjang (lebih dari 7 hari dan atau
lebih dari 80 ml) yang terjadi dengan interval teratur.
Metroragia adalah perdarahan dengan jumlah bervariasi diantara periode haid,
dengan interval yang tidak teratur tetapi sering terjadi
Polimenorea adalah interval yang terlalu pendek (< 21 hari) antara haid
pertama dengan haid berikutnya
Oligomenorea adalah interval yang terlalu panjang (> 35 hari) antara haid
pertama dengan haid berikutnya
Menometroragia perdarahan berlebihan dan lama dengan siklus tidak teratur
dan sering

2.1 Klasifikasi:
Berdasarkan etiologi, perdarahan uterus abnormal dibedakan menjadi dua yaitu:
Perdarahan uterus karena gangguan organ dan karena gangguan fungsi (hormonal)
2.2 Etiologi
1. Etiologi Gangguan Organik
a. Saluran reproduksi
Kondisi terkait kehamilan
Merupakan penyebab paling umum perdarahan pervaginam abnormal pada
wanita usia subur meliputi abortus, penyakit trofoblas gestasional, perdarahan
implantasi, kehamilan ektopik.
Lesi uterus
Umumnya menyebabkan menoragia atau metroragia dengan menambah luas
daerah permukaan endometrium, mengacaukan pembuluh darah endometrium,
atau membuat permukaan menjadi rapuh atau meradang.
Lesi serviks
Biasanya mengakibatkan metroragia (khususnya perdarahan pasca koitus
akibat erosi atau trauma langsung)
Alat kontrasepsi
Mencakup alat kontrasepsi dalam rahim, steroid oral atau suntik, atau
penggantian hormone.
b. Sistemik
Gangguan pembekuan darah
Defisiensi protrombin dapat timbul sebagai perdarahan pervaginam dalam
jumlah banyak selama masa remaja. Kelainan-kelainan lain yang dapat
mengakibatkan defisiensi trombosit (leukemia, sepsis berat) juga dapat terlihat
sama dengan perdarahan ireguler.
Hipotiroidisme
Hipotiroidisme biasanya tidak terkait dengan kelainan haid, tetapi mungkin
menyebabkan oligomenorea dan amenore.
Sirosis
Sirosis dikaitkan dengan perdarahan berlebihan yang disebabkan oleh
berkurangnya kapasitas hati untuk memetabolisme estrogen.
2. Etiologi Gangguan Fungsi (Hormonal)
Perdarahan uterus disfungsional adalah perdarahan uterus abnormal yang
terjadi tanpa kelainan pada saluran reproduksi, penyakit medis tertentu atau
kehamilan. Diagnosis perdarahan uterus disfungsional (PUD) ditegakkan per
ekslusionam. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan akut dan banyak,
perdarahan ireguler, menoragia dan perdarahan akibat penggunaan
kontrasepsi.

Bagan 2.1 Pola Perdarahan Uterus Disfungsional
2.1 Patofisiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada siklus berovulasi maupun
pada siklus tidak berovulasi.
a. PUD anovulatoris
Ditandai oleh produksi estradiol secara terus menerus tanpa pembentukan
korpus luteum dan pelepasan progesterone. Estrogen yang tidak diimbangi
mengarah pada proliferasi endometrium terus menerus yang pada akhirnya
menghasilkan suplai darah berlebih dan dikeluarkan dengan mengikuti pola
ireguler yang tidak dapat diprediksi.
b. PUD ovulatoris
Bercak darah pada pertengahan siklus setelah lonjakan LH biasanya bersifat
fisiologis. Polimenorea paling sering terjadi akibat pemendekan fase folikuler
pada haid (Errol dan John, 2008). PUD ovulatoris ditandai dengan perdarahan
teratur dan banyak terutama pada tiga hari pertama siklus haid. Penyebab
perdarahan adalah terganggunya mekanisme hemostasis local di endometrium
(Hestiantoro dan Wiweko, 2007).
c. Efek samping penggunaan kontrasepsi
Dosis estrogen yang rendah dalam kandungan pil kontrasepsi kombinasi
(PKK) menyebabkan integritas endometrium tidak mampu dipertahankan.
Progestin menyebabkan endometrium mengalami atrofi. Kedua kondisi ini
dapat menyebabkan perdarahan bercak. Sedangkan pada pengguna alat
kontrasepsi dalam rahim (AKDR) kebanyakan perdarahan terjadi karena
endometritis (Hestiantoro dan Wiweko, 2007).

Bagan 2.2 Langkah Diagnostik Perdarahan Uterus Disfungsional


Bagan 2.3 Tatalaksana Perdarahan Ireguler

Bagan 2.4 Tatalaksana Menorragia

Bagan 2.5 Tatalaksana Perdarahan karena efek sampil Pil Kontrasepsi Kombinasi (PKK)



Bagan 2.6 Tatalaksana perdarahan karena efek samping kontrasepsi progestin

Bagan 2.7 Perdarahan karena efek samping penggunaan AKDR











DAFTAR PUSTAKA

Errol R. Norwitz and John O. Schorge.2008.At a Glance Obstetry and Gynecology, ed.2th.
Jakarta : Erlangga
RSUD Dr. Soetomo.2008.Pedoman Diagnosis dan Terapi, Ilmu Kebidanan dan Penyakit
Kandungan.
Gant and Cunningham. 2011. Dasar-dasar Ginekologi dan Obstetri. Jakarta : EGC
Hestiantoro, Andon dan Budi Wiweko. 2007. Panduan Tata Laksana Perdarahan Uterus
Disfungsional.

You might also like