You are on page 1of 19

i

HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN ARUS LISTRIK (L1)



NURUL ROHMAWATI
1413100065

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

ABSTRAK:
Dilakukan perobaan yang berjudul Hukum Joule (Panas yang Dihasilkan
oleh Arus Listrik). Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan
nilai satu Joule. Prinsip yang digunakan dalam percobaan ini adalah perpindahan
kalor, penggunaan calorimeter, dan merangkai rangkaian alat listrik untuk
menghantarkan arus listrik. Didapatkan hasil percobaan berupa nilai H, Q1, Q2,
dan nilai satu joule. Didapatkan nilai rata-rata dari H sebesar 1014,286 joule.
Didapatkan nilai Q1 sebesar 235 kalori. Didapatkan nilai Q2 sebesar 61,1 kalori.
Setelah didapatkan Nilai H, Q1 , dan Q2 didapatkan nilai rata-rata satu joule
sebesar 0, 299521032 kalori. Di mana nilai satu joule adalah 0,24 kalori.
Kata Kunci : arus listrik, kalor, joule





ii

DAFTAR ISI

HUKUM JOULE PANAS YANG DITIMBULKAN ARUS LISTRIK (L1) ......... i
ABSTRAK ............................................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Permasalahan................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
DASAR TEORI ...................................................................................................... 2
2.1 Kalor (Heat) .................................................................................................. 2
2.2 Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis ................................................................... 2
2.3 Kalorimeter ................................................................................................... 3
2.4 Perpindahan Kalor ......................................................................................... 4
2.5 Arus Lisrik .................................................................................................... 5
2.6 Tahanan Seri dan Paralel ............................................................................... 6
2.7 Energi dan Daya Listrik ................................................................................ 6
BAB III ................................................................................................................... 8
METODOLOGI PERCOBAAN ............................................................................. 8
3.1 Peralatan dan Bahan ...................................................................................... 8
3.2 Cara Kerja ..................................................................................................... 8
BAB IV ................................................................................................................. 10
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .......................................................... 10
4.1 Analisa Data ................................................................................................ 10
4.2 Perhitungan ................................................................................................. 10
4.3 Grafik .......................................................................................................... 13
4.4 Pembahasan ................................................................................................. 13
BAB V ................................................................................................................... 15
iii

KESIMPULAN ..................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita menemukan beberapa alat yang
menerapkan aplikasi listrik. Beberapa alat yang menerapkan aplikasi listrik,
seperti motor listrik. Panas joule merupakan sesuatu yang tidak diinginkan akan
tetapi pada aplikasi lainnya seperti pemanggang listrik dan memanas listrik,
energi listrik secara sengaja dikonversi menjadi panas. Arus listrik yang mengalir
pada suatu rangkaian akan menghasilkan panas. Pada peralatanperalatan yang
menggunakan arus listrik sebagai sumber energinya, apabila kita aktifkan dalam
jangka waktu tertentu, maka akan timbul panas pada bagian rangkaian listrik yang
merupakan tempat atau pusat aktifitas arus listrik. Hal inilah yang melatar
belakangi percobaan tentang panas yang ditimbulkan oleh arus listrik.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam percobaan ini adalah bagaimana cara
menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik dan bagaimana cara
membuktikan Hukum Joule serta bagaimana membuktikan harga 1 Joule.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan panas yang
ditimbulkan oleh arus listrik dan untuk membuktikan Hukum Joule dan
menentukan harga 1 Joule.

2

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Kalor (Heat)
Bila dua system yang temperaturnya berbeda-beda disatukan bersama,
maka temperature akhir yang dicapai oleh kedua system tersebut berada di antara
dua temperatur permulaan tersebut.Pada abad ke sembilan belas, fenomena
tersebut dijelaskan sebagai suatu zat bahan yakni kalorik.Namun, akhirnya secara
umum dimengerti sebagai sebuah bentuk tenaga bukan merupakan sebuah zat.
Joule adalah orang yang menyatakan suatu kuantitas tenaga mekanis yang
diberikan diubah menjadi kalor maka kuantitas kalor yang sama selalu dihasilkan.
Jadi kesetaraan kalor dankerja mekanis sebagai dua bentuk tenaga telag
diperlihatkan (Halliday, 2011).
Jika kita mengambil minuman dari lemari es dan meletakkannya di meja,
suhu akan naik dengan cepat pada awalnya tetapi kemudian suhu berkurang
dengan lambat hingga suhu minuman sama dengan suhu ruangan yang disebut
dengan kesetimbangan termal. Perubahan suhu disebabkan oleh perubahan energy
termal dari system karena transfer energy antara system dan system lingkungan.
Energi panas merupakan energy internal yang terdiri dari kinetic dan potensial
yang terkait dengan gerakan acak dari atom, molekul, dan badan-badan lainnya
mikroskopis dalam suatu objek. Energi yang ditransfer disebut panas dan
dilambangkan Q (Halliday, 2011.)
2.2 Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis
Satuan kalor Q didefinisikan secara kuantitatif dalam perubahan tertentu
yang dihasilkan di dalam sebuah benda selama proses tertentu. Kalori digunakan
sebagai satuan kalor. Di dalam system teknik maka satuan kalor adalah satuan
termal Inggris (British Thermal Unit) (Btu) yang didefinisikan sebagai kalor yang
perlu untuk menaikkan temperature satu pon air dari 63 ke 64 F. Satuan-satuan
kalor dihubungkan sebagai berikut :
3

1,000 kcal = 1000 cal = 3, 968 Btu
(Halliday, 2011)
Satu cal setara dengan 4.184 Joule.Satu Btu setara dengan 1054 Joule. Satu Cal
setara dengan saru kcal sama dengan 1000 cal (J. Bueche, 1997).
Jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu diberikan
massa zat dengan nilai yang bervariasi dari satu substansi yang lain. Sebagai
contoh, jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg air sebesar
1 C adalah 4 186 J, namun jumlah energi yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
1 kg tembaga sebesar 1 C hanya 387 J. Kapasitas panas C dari sampel tertentu
dari suatu zat didefinisikan sebagai jumlah energy yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu daru sampel sebesar 1 C. Dari definisi ini, energy menghasilkan
perubahan T di suhu sampel dan dapat besarnya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Q = C. T Persamaan (2.1)
C panas jenis zat adalah kapasitas panas per satuan massa. Jika energi
Q transfer ke sampel suatu zat dengan massa m dan suhu
perubahan sampel dengan T , maka panas spesifik dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Q = m.c. T Persamaan ( 2.2 )
dengan C kalor jenis (kal/g) atau (J/Kg.K), Q kalor ( kalor atau Jou le), m = massa
benda ( gram atau Kg), T perubahan suhu. , T adalah perubahan suhu dari
suatu zat yang menerima kalor sebesar Q. Kalor jenis suatu zat didefinisikan
sebagai banyaknya kalor yang diperlukan olehsuatu zat untuk menaikan suhu 1
Kg zat itu sebesar 1 (Serway, 2004).
2.3 Kalorimeter
Salah satu teknik untuk mengukur panas spesifik melibatkan pemanasan
sampel beberapa suhu Tx, menempatkannya dalam wadah berisi air massa dikenal
4

dan suhu Tw < Tx, dan mengukur suhu air setelah keseimbangan telah
tercapai. Teknik ini disebut kalorimetri, dan perangkat di mana transfer energi ini
terjadi disebut kalorimeter. Jika sistem sampel dan air terisolasi,
hukum kekekalan energi mensyaratkan bahwa jumlah energi yang
daun sampel (panas spesifik tidak diketahui) sama dengan jumlah energi yang
masuk. Kalorimeter adalah suatu alat untuk memperlihatkan besarnya kalor jenis
suatu zat.Kalorimeter ini bekerja baerdasarkan Asas Black. Asas black berbunyi:
Basarnya kalor yang dilepaskan oleh sebuah benda yang suhunya lebih tinggi
akan samadengan kalor yang diterima oleh benda yang bersuhu lebih rendah
(Serway, 2004).
2.4 Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah dengan tiga cara yaitu konduksi, konveksi, dan
radiasi. Perpindahan kalor secara konduksi lebih cepat disbanding cara konveksi
sedangkan perpindahan kalor melalui radiasi paling lambatdibanding cara aliran
yang lain. Konduksi kalor melalui medium padat.Konveksi kalor terjadi pada
medium cair dan udara.Sedangkan radiasi kalor melalui medium udara atau
hampa (Eka Jati, 2009).
. Pada perpindahan panas melalui cara konduksi, perpindahan tenaga yang
timbul karena perbedaan temperature di antara bagian-bagian yang berdekatan
dari sebuah benda. Besarnya perpindahan kalor dipengaruhi oleh gradient
temperature, dan konduktivitas termal. Sebuah zat yang mempunyai konduktivitas
termal yang kecil adalah penghantar kalor yang jelek dan merupakan sebuah
isolator termal yang baik. Nilai konduktivitas bergantung pada temperatur, yang
bertambah besar sedikit dengan temperature yang semakin bertambah. Tetapi
konduktivitas diambil sebagai konstanta di seluruh zat jika perbedaan temperature
di antara bagian-bagian zat tidak terlalu besar (Halliday,2011)
Perpindahan kalor secara konveksi biasa terjadi pada mediu cair dan gas yang
ditandai oleh adanya lacak molekul pembawa kalor. Zat cair ataupun molekul gas
pada massa yang tetap, bila suhunya naik menyebabkan volume zat cair atau
5

molekul gas bertambah yang menyebabkan rapat massanya berkurang. Konveksi
kalor pada zat cair dicontohkan pada proses pembekuan air di atas danau atau
kolam (Eka Jati, 2009).
2.5 Arus Lisrik
Arus listrik (I) dibedakan menjadi dua jenis yaitu arus listrik searah (direct
current = DC) dan arus bolak balik (Alternating current = AC). DC disebabkan
sumber arus berkutub tetap, sedangkan AC disebabkan sumber arus dengan kutb
berubah terhadap waktu. Padas umber DC dikenal kutub positif dan negatif,
sedangkan pada AC tidak dikenal kedua kutub tersebut. Arus listrik pada sebuah
penghantar didefinisikan sebagai jumlah muatan listrik positif (dq) yang melewati
penampang penghantar secara normal per satauan waktu (dt), sehingga dapat
dirumuskan :
I = dq / dt Persamaan (2.3)
Kuat medan listrik (E) yang muncul di konduktor adalah sebanding dengan V
dan berbanding terbalik dengan panjang kawat (l) sehingga dapat dirumuskan :
E = V / l Persamaan (2.4)
Semakin besar V dan luas lintang konduktor (A) semakin banyak muatan yang
berpindah dan kelajuan perpindahan muatan semakin besar (Eka Jati, 2009).
Menurut Hukum Ohm, tahanan konduktor (R) yang tetap, maka arus listrik
mengalir (I) sebanding dengan beda potensial antara ujung konduktor (V) yang
dapat dirumuskan sebagai berikut :
I = V / R Persamaan (2.5)
Besar arus listrik di konduktor juga bergantung pada jenis konduktor. Nilai
tahanan dari konduktor (R) dapat dinyatakan sebagai berikut :
R = l /A Persamaan (2.6)
6

Konduktor memiliki tahanan jenis yang nilainya bergantung pada T. Jika bahan
memiliki tahanan jenis sama dengan nol maka bahan tersebut disebut
superkonduktor.
(Eka Jati, 2009).
2.6 Tahanan Seri dan Paralel
Resistor merupakan alat yang khusus dibuat untuk membuat suatu
hambatan. Terdapat dua kombinasi pada peletakan resistor, yaitu seri dan parallel.
Dalam kombinasi dua resistor pada rangkaian seri, arus yang ada pada kedua
resistor besarnya sama karena besarnya muatan yang melewati resistor pertama
juga melewati resistor kedua dalam interval waktu yang sama.
Tahanan (resistor) R jika bersuhu tetap maka nilainya tetap sehingga memenuhi
Hukum Ohm.Secara eksperimen, untuk dapat memperoleh R tetap dapat
dilakukan dengan mengalirkan arus listrik pada untai pada selang waktu sehingga
perubahan suhunya kecil sehingga kenaikan R dapat diabaikan karena nilainya
terlalu kecil.Dikenal empat jenis tahanan yaitu tahanan seri, paralel, campuran dan
delta. Untuk menghitung tahanan total pada tahanan seri digunakan rumus sebagai
berikut :
Rtotal seri = R1 + R2 + R3 + + Rn Persamaan (2.7)
Sedangkan untuk menghitung tahanan total pada tahanan paralel digunakan rumus
sebagai berikut :
1 / R total paralel = 1/R1 + 1/R2 + 1/R3 + + 1/Rn Persamaan (2.8)
(Eka Jati, 2009).
2.7 Energi dan Daya Listrik
Hambatan (R) yang dialiri arus listrik (I) akan menimbulkan beda
tengangan V antar ujung-ujung yang menghasilkan daya listrik yang besarnya :
P = V.I Persamaan (2.9)
7

Besarnya V adalah I dikalikan R maka daya listriknya dapat dirumuskan
menjadi :
P = ( I.R ) I = I
2
. Persamaan (2.10)

dengan: P = Daya listrik ( watt )
Bila arus listrik mengalir selama t detik , energi listrik yang dipakai sebesar
W = I
2
R.t Persamaaan (2.11)
dengan: t = waktu ( dt )
Hukum Joule berbunyi Pembentukan panas persatuan waktu berbanding
dengan kuadrat arus . Hukum Joule menuliskan bagaimana tenaga diubah
menjadi tenaga termal dalam suatu penghantar yang merupakan suatu proses yang
berlangsung satu arah. Dalam percobaan yang dilakukan James Prescott
Joule, beliau mengunakan air didalam sebuah silinder yang diaduk
dengan suhu yang berputar. Kemudian suhu air akan naik disebabkan
suhu bergesekan dengan air. Menurut Joule gerakan elektron dalam suatu
penghantar dapat digambarkan serangkai percepatan karena tumbukan dengan
salah satu partikel yang tetap dalam suatu pengahantar. Elekterontersebut akan
mendapatkan tenaga kinetik pada setiap tumbukan dan tenaga tersebut diubah
menjadi panas. Joule merupakan perbandingan jumalah satuan usaha dengan
jumlah satuan panas yang dihasilkan selalu sama sehingga :
W = Q Persamaan (2.12)
V .I . t = Q Persamaan (2.13)

di mana Q adalah panas yang dit imbulkan arus listrik (Joule atau
kalori) (Hikam, 2005).
8

- +
A
- +
V
E
-
+ Thermometer
K
(a)
_
+
V
Thermometer
+
_
A
V
(b)
E
-
+
K
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan yang digunakan pada percobaan ini yaitu kalorimeter dengan
perlengkapannya satu set, termometer satu buah, adaptor satu buah, stopwatch
satu buah, tahanan geser (Rg) satu buah, amperemeter dan voltmeter masing-
masing satu buah.
3.2 Cara Kerja





Gambar 3.1 Rangkaian Alat A






Gambar 3.2 Rangkaian Alat B

9

Percobaan ini terdiri dari dua perlakuan. Untuk melakukan perlakuan
pertama, dibuat rangkaian alat seperti Error! Reference source not found. dan
ihubungkan dengan tegangan PLN. Kemudian diisi kalorimeter K dengan air,
dicatat massa air dalam kalorimeter tersebut. Setelah itu diberi beda potensial
selama 10 menit, diusahakan arus konstan dengan pengaturan tahanan geser Rg,
dan dicatat kenaikan suhu tiap 30 detik selama 10 menit. Untuk melakukan
perlakuan kedua, dibuat rangkaian alat seperti Error! Reference source not
ound.. Semua cara kerja untuk perlakuan rangkaian kedua sama dengan perlakuan
pada rangkaian pertama.

10

BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan sesuai Rangkaian pada Error! Reference source
ot found.
No. m
air
(gram) I (Ampere) V (volt) T (C) t (menit)
1. 235 0,5 10 17 4.39
2. 235 0,5 10 18 7.06
3. 235 0,5 10 19 10.17
4. 235 0,5 10 20 13.03
5. 235 0,5 10 21 16.17
6. 235 0,5 10 22 19.06
7. 235 0,5 10 23 22.13
8. 235 0,5 10 24 25.48
9. 235 0,5 10 25 29.15
10. 235 0,5 10 26 32.33
11. 235 0,5 10 27 35.58
12. 235 0,5 10 28 40.11
13. 235 0,5 10 29 43.29
14. 235 0,5 10 30 47.20

4.2 Perhitungan
Diketahui: V = 10 volt
I = 0,5 Ampere
t = 4.39 menit = 279 detik
11

m
air
= 235 gram
T
1
= 16 C
T
2
= 17 C
Ditanya: H, Q
1
, Q
2
, 1 joule = kalori
Penyelesaian:
H = V . I . t
= 10. 0,5 . 279 = 1395 Joule
Q
1
= m (T
2
T
1
)
= 235 . (17-16)
= 235 kalori
Q
2
= 0,26 . m . (T
2
T
1
)
= 0,26 . 235 . (17-16)
= 61,1 kalori
H = Q
1
+ Q
2
1395 Joule = 235 kalori + 61,1 kalori
1395 Joule = 296,1 kalori
Joule = 0,212 kalori
Tabel 4.2 Data Hasil Perhitungan nilai H
No. I
(Ampere)
V
(volt)
t
(menit)
t
2
-t
1

(menit)
t
2
-t
1

(detik)
H
(Joule)
1. 0,5 10 4.39 4.39 279 1395
2. 0,5 10 7.06 2.27 147 735
12

3. 0,5 10 10.17 3.11 191 955
4. 0,5 10 13.03 2.46 166 830
5. 0,5 10 16.17 3.14 194 970
6. 0,5 10 19.06 2.49 169 845
7. 0,5 10 22.13 3.07 187 935
8. 0,5 10 25.48 3.35 215 1075
9. 0,5 10 29.15 3.27 207 1035
10. 0,5 10 32.33 3.18 198 990
11. 0,5 10 35.58 3.25 205 1025
12. 0,5 10 40.11 4.13 253 1265
13. 0,5 10 43.29 3.18 198 990
14. 0,5 10 47.20 3.51 231 1155

Tabel 4.3 Data Hasil Perhitungan Nilai Q dan Nilai 1 Joule dalam Kalori
No. m
air

(gram)
T
2
-T
1

(C)
Q
1
(kalori)
Q
2
(kalori)
Q
1
+ Q
2
(kalori)
H
(Joule)
1 Joule =
kalori
1. 235 17-16 235 61.1 296.1 1395 0.212258
2. 235 18-17 235 61.1 296.1 735 0.402857
3. 235 19-18 235 61.1 296.1 955 0.310052
4. 235 20-19 235 61.1 296.1 830 0.356747
5. 235 21-20 235 61.1 296.1 970 0.305258
6. 235 22-21 235 61.1 296.1 845 0.350414
7. 235 23-22 235 61.1 296.1 935 0.316684
8. 235 24-23 235 61.1 296.1 1075 0.275442
9. 235 25-24 235 61.1 296.1 1035 0.286087
10. 235 26-25 235 61.1 296.1 990 0.299091
11. 235 27-26 235 61.1 296.1 1025 0.288878
12. 235 28-27 235 61.1 296.1 1265 0.234071
13. 235 29-28 235 61.1 296.1 990 0.299091
13

14. 235 30-29 235 61.1 296.1 1155 0.256364
4.3 Grafik

Gambar 4.1 Grafik Hubungan antara Suhu dan Waktu pada Percobaan Hukum Joule

4.4 Pembahasan
Judul dari percobaan ini adalah Hukum Joule Panas yang Dihasilkan oleh
Arus Listrik. Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk menentukan panas
yang dihasilkan oleh arus listrik dan menentukan nilai satu joule. Prinsip yang
digunakan dalam percobaan ini adalah perpindahan kalor dan penggunaan
calorimeter serta perangkaian alat listrik untuk menghantarkan arus listrik.
Peralatan dan bahan yang digunakan adalah kabel berbentuk capitan buaya
sebanyak lima buah, thermometer satu buah, voltmeter, amperemeter, dan resistor
geser. Bahan yang digunakan dalah massa air. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menimbang berat air. Didapatkan massa air ditambah massa wadah sebesar
283,00 gram. Didapatkan massa air sebesar 235 gram. Digunakan rangkaian A
saja karena rangkaian A dan rangkaian B menghasilkan arus yang sama tetapi
lebih efektif rangkaian A untuk waktunya. Digunakan resistor geser untuk
menjaga arus tetap konstan. Kalorimeter digunakan untuk menghasilkan panas
y = 0.3032x + 16.025
0
5
10
15
20
25
30
35
0 10 20 30 40 50
T (C)
t (menit)
Grafik Hubungan T dan t
Grafik Hubungan T dan t
Linear (Grafik Hubungan T
dan t)
14

yang dihasilkan dalam percobaan yang dibaca melalui suhunya dengan alat
thermometer. Digunaka voltmeter dan amperemeter agar arus listrik berjalan pada
rangkaian sehingga menghasilkan panas yang akan diukur.
Langkah berikutnya yaitu memasang rangkaian alat sesuai gambar
rangkaian A. Digunakan pada voltmeter pada skala 15 dipasangkan penjepit buaya.
Digunakan pada amperemeter pada skala 0,6 Pada awal merangkai alat,
ampremeter tidak berjalan dikarenakan terdapat kesalahan dalam peramsangan
kabel penjepit buaya yang berasal dari voltmeter positif dipasangkan ke sumber
power supply. Rangkaian alat yang benar yaitu sumber power supply negative
dipasangkan ke resistor. Sumber power supply positif dipasangkan ke calorimeter
positif. Voltmeter negative dipasangkan ke amperemeter negative. Voltmeter
positif dipasangkan ke resistor. Kalorimeter positif dipasangkan ke voltmeter
positif. Kemudian termometer digantungkan di penyangga dan dimasukkan ke
dalam calorimeter namaun termometer tidak boleh menyentuh kumparan yang ada
di dalaam calorimeter agar suhu yang terukur bukan merupakan suhu dari panas
yang berasal dari calorimeter namun suhu dari air yang sebelumnya telah
dimasukkan ke dalam kalorimeter. Dihasilkan tegangan sebesar 10 volt dan arus
sebesar 0,5 A. Setelah itu suhu awal air didapatkan sebesar 16 C dari pembacaan
skala pada thermometer. Air yang digunakan merupakan air yang berasal dari es
batu yang telah mencair. Setelah itu ditunggu hingga suhu berubah satu derajat
dan dicatat waktu yang dibutuhkan untuk perubahan suhu sebesar 1 C. Stopwatch
digunakan untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan. Percobaan
dilakukan hingga suhu air mencapai 30 C. Didapatkan waktu dari suhu 16 C naik
ke 17 C sebesar 279 detik. Didapatkan nilai rata-rata dari H sebesar 1014,286
joule. Didapatkan nilai Q1 sebesar 235 kalori. Didapatkan nilai Q2 sebesar 61,1
kalori. Setelah didapatkan Nilai H, Q1 , dan Q2 didapatkan nilai rata-rata satu
joule sebesar 0, 299521032 kalori. Dari grafik 4.1 terlihat hubngan suhu dengan
waktu. Semakin tinggu suhu, semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu sebesar satu derajat.

15

BAB V
KESIMPULAN

Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Nilai H rata-rata sebesar 1014,286 joule
Nilai Q1 sebesar 235 kalori
Nilai Q2 sebesar 61,1 kalori
Nilai rata-rata satu joule sebesar 0, 299521032 kalori


16


DAFTAR PUSTAKA

Eka Jati, B. M. (2009). Fisika Dasar untuk Mahasiswa Ilmu Komputer dan
Informatika. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Halliday, R. (2011). Fundamentals of Physics. Amerika Serikat: John Wiley &
Sons.
Hikam, M. (2005). Eksperimen Fisika Dasar : Untuk Perguruan Tinggi . Jakarta:
Kencana.
J. Bueche, F. (1997). Schaums's Outline of Theory and Problems or College Ninth
Edition . United States of America : The Mc. Graw-Hill Companies.
Serway, J. (2004). Physics for Scientists and Engineers. Cole: Thomson Brooks.

You might also like