Kk 11. prinsip preformulasi 11.2 Menerapkan cara pencampuran bahan By Zahratul H, S.Farm., Apt
11.2 Menerapkan cara pencampuran bahan
Pembuatan bentuk sediaan obat didasarkan atas sifat-sifat fisika dan kimia bahan obat dan jumlah bahan obat Contoh sifat fisika : bentuk (kristal, hablur/bubuk, bhn kental, atau semi padat), bahan higroskopis atau tidak, dll Contoh sifat kimia : bahan menguap atau tidak, kestabilan dan kelarutan Syarat pencampuran BSO Pencampuran BSO padat harus memenuhi syarat HALUS, KERING dan HOMOGEN Pencampuran BSO semi padat dan cair harus memenuhi syarat : HOMOGEN dan STABIL PRINSIP PEMBUATAN BSO PADAT a. Sediaan pulveres dan kapsul : urutan mencampur tidak berbeda, namun berbeda pd pengemasnya. Pulveres dibungkus dengan kertas perkamen / bungkus puyer sedangkan kapsul dimasukkan ke dalam cangkang kapsul b. Pulvis : setelah dihaluskan, kemudian diayak dengan pengayak yang sesuai; pulvis dikemas dengan pot plastik/ boks/ dus
ATURAN UMUM PENCAMPURAN BAHAN OBAT sbb : 1. Obat yg berbentuk kristal atau bongkahan digerus halus dahulu 2. Obat berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit ( < 1 gram) bahan dicampur dengan zat tambahan dalam mortir agar obat tidak masuk ke dalam pori- pori mortir Perlakuan sama untuk serbuk halus dan berwarna, ex : rifampisin dan stibii pentasulfidum 3. Bahan obat dengan bobot/ jumlahnya sedikit dimasukkan terlebih dahulu 4. Bahan obat yang volumenya sedikit dimasukkan terlebih dahulu 5. Bahan obat yang bobotnya sama, tetapi berbeda berat jenis, maka bahan obat dengan BJ besar dimasukkan terlebih dahulu
PERLAKUAN KHUSUS DLM PENCAMPURAN SERBUK 1. Setiap bahan obat yang berbentuk kristal/ hablur digerus tersendiri atau terpisah asam salisilat : serbuk sangat ringan dan mudah terbang yg akan menyebabkan rangsangan thp selaput lendir hidung dan mata shg mjd bersin. Oleh karena itu, asam salisilat dibasahi dengan eter atau etanol, dan segera keringkan dengan bahan tambahan yang sesuai Contoh interaksi pada pengeringan asam salisilat + alkohol 96% yg dikeringkan dengan zink oksida, akan terbentuk garam zinc salisilat yang keras dan sukar digerus
Camphora : ketika dihaluskan sgt mudah mengumpul lagi shg dikerjakan dengan eter atau etanol 95% dan dikeringkan dengan zat tambahan. Dalam menggerus harus dilakukan hati-hati, jika terlalu lama digerus atau dgn sedikit ditekan waktu menggerus dapat mengumpulkan lagi campuran tsb
Perlakuan yg sama untuk asam benzoat, menthol, thymol dan naftol
2. Serbuk dengan bahan semi padat (biasanya tdp pada pulvis adspersorius/ bedak tabur)
contoh bahan semi padat adalah : adeps lanae, cera flava, cera alba, parafin padat, vaselin album, vaselin flavum, dll Dalam jumlah sedikit digerus dengan penambahan aceton atau eter, baru dicampur dengan zat tambahan Dalam jumlah besar sebaiknya dilebur di atas tangas air/ water bath baru dicampur dengan bahan tambahan
3. Serbuk dengan ekstrak kental
Contoh ekstrak kental : ekstrak belladone, ekstrak hiosiami, ekstrak valerianae Ekstrak kental dikerjakan dengan lumpang panas dengan sedikit penambahan pelarut (etanol 70%) untuk mengencerkan ekstrak, kemudian tambahkan zat tambahan sebagai pengering 4. Serbuk dengan bahan cair Serbuk dengan minyak atsiri : minyak atsiri dapat diteteskan terakhir atau dengan membuat oleosacchara Oleosacchara adalah campuran 2 gram saccharum dengan 1 tetes minyak atsiri Serbuk dengan tingtur : tingtur dalam jmlh kecil dikerjakan dengan lumpang panas dan dikeringkan dengan zat tambahan Tingtur dalam jmlh besar dikerjakan dengan menguapkan di atas tangas air sampai kental, baru ditambahkan zat tambahan ( sampai dapat diserap zat tambahan), aduk sampai kering kemudian diangkat PRINSIP PEMBUATAN BSO CAIR Yang perlu diperhatikan adalah kestabilan dan kelarutan bahan obat dalam pelarut Bahan obat yg tdk stabil, mis : asetosal, tidak boleh dibuat dalam bentuk cair karena akan terurai mjd acidum aceticum dan acidum salicylicum Bhn obat yg kurang stabil (stabil dlm bbrp jam/ hari), mis : antibiotik, biasanya dikemas dalam bentuk granul atau sirup kering/ dry sirup/dry suspension dan akan dicampur dgn air jika akan digunakan
Berdasarkan kelarutan obat dalam pelarutnya maka BSO dibuat dalam bentuk : a. Solutio (larutan), mikstura (campuran bbrp cairan), mikstura agitanda (camp yg ada endapannya, suspensi, emulsi) Kriteria kelarutan dlm FI, menetapkan daya larut 1 bagian bahan obat dalam bagian pelarut air Cek dalam FI III hal XXXI dan salinlah ! Bahan obat yg memiliki kelarutan > 1000 (sgt sukar larut dan praktis tdk larut) biasanya dibuat bentuk suspensi, jika bhn obat larut dalam minyak, maka dibuat emulsi, mis vit A,D,E,K Prinsip pembuatan solutio dan mikstura : semua obat harus larut dalam pelarutnya a. Solutio : jika hanya satu bhn obat yg terlarut dlm pelarutnya b. Mikstura : jika bhn obat terlarut lbh dari satu c. Cara pembuatan : bhn obat lgsg dilarutkan ke dlm pelarutnya dgn atau tanpa pemanasan, kemudian dikemas dlm botol Prinsip pembuatan mixtura agitanda, suspensi dan emulsi a. Mixtura agitanda/ mixtura kocok hanya digunakan untuk obat luar; jumlah pelarut tdk cukup utk melarutkan semua bahan obat shg terjadi endapan b. Mixtura agitanda dpt dibentuk dari satu/ lebih bhn obat. pd tahap awal pembuatan mengikuti prinsip pembuatan pulvis dan pulveres, setelah homogen di tambahkan pelarut c. Bahan yg sukar larut/ tdk larut, dibuat suspensi. Jika larut dalam minyak maka dibuat emulsi digunakan utk obat minum. Suspensi dan emulsi membutuhkan bahan pendispersi. Suspeding agent utk suspensi atau emulsifying agent utk emulsi. Contoh bhn pendispersi : PGA (pulvis gummi arabicum), PGS (pulvis gummosis), tragacanth, CMC, amylum d. Dalam pembuatan suspensi, jumlah suspending agent yg digunakan adalah 1-2% dari jumlah obat secara keseluruhan (tergantung golongan obat yg akan disuspensikan). Untuk obat luar/ obat dlm yg tergolong dlm daftar W atau obat bebas terbatas, suspending agent yg diperlukan adalah 1%, untuk obat keras/ obat gol daftar G suspending agent yg diperlukan adalah 2%
e. Dalam pembuatan emulsi, jumlah emulsifying agent tergantung pd jenis minyak yg digunakan umumnya dari jumlah minyak
Prinsip pembuatan BSO semi padat : unguenta (salep), krim, pasta, linimen a. Linimen dan krim umumnya berupa emulsi dan mikstura shg prinsip pembuatannya mengikuti prinsip pembuatan emulsi dan mikstura b. Untuk pembuatan salep dan pasta, maka harus mengetahui sifat2 bahan obat dan kelarutan thp lemak dan air, karena bahan dasar salep dapat berupa lemak atau bahan yg menyerap air c. Kadar bahan obat dlm salep umumnya maksimal 10%, sedangkan bhn obat dalam pasta umumnya lbh besar atau sama dengan konstituennya shg lbh liat
Basis Salep 1. Basis lemak : vaselin (album &flavum),parafin liquidum dan parafin solid, adeps lanae dan lanolin, cera (alba dan flava), cetaceum 2. Basis menyerap air : gelatin, agar-agar, adeps lanae, lanolin (campuran 75%adeps lanae dan 25%air) menyerap air 200-300% vaselin menyerap air 5-20%, vaselin +cera menyerap air 40% vaselin+cetaceum 5% menyerap air 100% Aturan pembuatan unguentum 1. Bahan obat larut lemak, mis : menthol, camphora dapat langsung dilarutkan ke basisnya 2. Bahan obat larut dalam air, misalnya tanin dilarutkan dahulu dg air, dgn syarat jumlah basis harus dikurangi jumlah aquadest yg dipakai(jika dlm resep tdk tercantum aquadest) dan sisa basis harus dapat menyerap seluruh aq yg digunakan 3. Jika bahan obat tdk dpt larut dlm lemak atau air, maka bahan obat digerus halus (jika perlu diayak dg pengayak no.100) kemudian dicampur dg basisnya. Mula-mula sejumlah bahan obat, sisa basis jika perlu dipanaskan dahulu, kemudian dicampurkan sedikit demi sedikit sampai homogen 4. Jika dalam pembuatan unguentum memerlukan pemanasan/ pencairan basis, maka campuran harus diaduk hingga dingin Tugas 3 Preformulasi Carilah definisi istilah berikut ini : 1. Bahan higroskopis 11. pasta 2. Homogen 12. linimen 3. Pulvis 13. mikstura & mikstura agitanda 4. Pulveres 14. eliksir 5. Kapsul 15. spiritus dilutus & spir. fortior 6. Sirup 7. Suspensi 8. Emulsi 9. Salep 10. Krim Tugas 4 Preformulasi Carilah pemerian bahan-bahan berikut: 1. Zincy oxydum 11. cera flava 2. Gliserin 12. cetaceum 3. tragacanth 13. aquadest 4. Amylum oryzae 14. gom arab 5. Vaselin album 6. Vaselin flavum 7. Parafin liquidum 8. Parafin solidum 9. Adeps lanae 10. Cera alba