Ni Wayan Sundariani (06.13.004) Ni Kadek Risa Ari (06.13.011) Ni Wayan Erik Juniantari (06.13.024) Ni Luh Putu Nopi Anti Dewi (06.13.031) Gst. Ayu Putu Mira Febrianti R. (06.13.041) Luh Putu Erna Rosiana (06.13.043) Ni Made Purnama Dewi (06.13.049) Putu Aditya Andara Tisna (06.13.035) I Wayan Trisna Widiana (06.13.038)
AKPER KESDAM XI/ UDAYANA 2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA BAKAR
A. Definisi Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Guyton & Hall, 1997).
B. Insiden Perawatan luka bakar mengalami perbaikan / kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat-pusat perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan keluarganya. Di Amerika kurang lebih 2 juta penduduknya memerlukan pertolongan medik setiap tahunnya untuk injuri yang disebabkan karena luka bakar. 70.000 diantaranya dirawat di rumah sakit dengan injuri yang berat. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th) (Rohman Azzam, 2008).
C. Etiologi Etiologi dari luka bakar (Guyton & Hall, 1997) : 1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn) a. Gas b. Cairan c. Bahan padat (Solid) 2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn) 3. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn) 4. Luka Bakar Radiasi (Radiasi Injury)
D. Fase Luka Bakar Fase fase luka bakar (Guyton & Hall, 1997) yaitu : 1. Fase akut. Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal penderita akanmengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak sistemik. 2. Fase sub akut. Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan: a. Proses inflamasi dan infeksi. b. Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ organ fungsional. c. Keadaan hipermetabolisme. 3. Fase lanjut. Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
E. Derajat/ Dalamnya luka bakar 1. Derajat I: Hanya mengenai epidermis Kulit tampak kering Gelembung (+) Rasa sakit (+) Sembuh dalam 5 10 hari tanpa pengobatan
2. Derajat II: Dangkal mengenai epidermis & dermis atas a. Bula/gelembung (+) b. Rasa sakit (+) c. Sembuh 10 20 hari Lebih dalam, gelembung pecah d. Masih terasa nyeri e. Sembuh lebih lama 1 bulan atau lebih f. Meninggalkan cacat bekas luka jelas 3. Derajat III: Seluruh lapisan kulit rusak -Kadang-kadang lemak, otot, syaraf dan suplai drah terganggu -Tidak terasa sakit bila ditusuk dengan jarum -Gelembung (-) -Warna pucat kotor -Beberapa hari tanda kulit mati mengering (eschar) -Sembuhnya lama -Ada cacat berat
4. Derajat IV : seluruh lapisan kulit, lemak, otot dan tulang rusak.
F. Klasifikasi Luka Bakar
1. Berat/Krisis bila : - Derajat 2 dengan luas lebih darei 25 % - Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 % atau terdapat di muka,kaki dan tangan - Luka bakar disertai trauma jalan napas atau jaringan lunak luas atau fraktur - Luka bakar akibat listrik
2. Sedang Bila : - Derajat 2 dengan luas 15-25 % - Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 % kecuali muka,kaki dan tangan.
3. Ringan Bila : - Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 % - Derajat 3 kurang dari 2 % G. Luas luka bakar Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of wallace yaitu: 1) Kepala dan leher : 9% 2) Lengan masing-masing 9% : 18% 3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36% 4) Tungkai maisng-masing 18% : 36% 5) Genetalia/perineum : 1%
H. Berat ringannya luka bakar Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain : 1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh. 2) Kedalaman luka bakar. 3) Anatomi lokasi luka bakar. 4) Umur klien. 5) Riwayat pengobatan yang lalu. 6) Trauma yang menyertai atau bersamaan
I. Tandadan gejala Luka Bakar Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan kulit selama beberapa hari berikutnya. Individu yang menderita luka bakar berat mungkin menunjukkan perasaan tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit mungkin sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau tusukan. Luka bakar superfisial biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa berwarna merah muda, putih atau hitam. Luka bakar di sekitar mulut atau rambut yang terbakar di dalam hidung bisa mengindikasikan terjadinya luka bakar di saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak pasti. Tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi: sesak napas, serak, dan stridor atau mengi. Rasa gatal umum dialami selama proses penyembuhan, serta terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak. Mati rasa atau kesemutan masih dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik. Luka bakar juga bisa menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.
J. Patofisiologi (Hudak & Gallo; 1997) Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau ionisasi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab ( burning agent ). Nekrosis dan kegagalan organ dapat terjadi.Dalamnya luka bakar tergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan lamanya kontak dengan agen tersebut. Sebagai conth, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis serta dermis sehingga terjadi cedera derajat- tiga ( fullthickness injury ). Pajanan selama 15 menit dengan air panas yang suhunya sebesar 56,10C mengakibatkan cedera full-thickness yang serupa. Suhu yang kurang dari 440C dapat ditoleransi dalam periode waktu yang lama tanpa menyebabkan lukabakar.
K. Indikasi Rawat Inap Luka Bakar A. Luka bakar grade II: 1). Dewasa > 20% 2). Anak/orang tua > 15% B. Luka bakar grade III. C. Luka bakar dengan komplikasi: jantung, otak dll.
L. Penatalaksanaan
A. Resusitasi A, B, C. 1) Pernafasan: a) Udara panas : mukosa rusak, oedem & obstruksi. b) Efek toksik dari asap (HCN, NO2, HCL, Bensin) : iritasi, bronkhokontriksi, obstruksi& gagal nafas. 2) Sirkulasi: gangguan permeabilitas kapiler (cairan dari intra vaskuler pindah ke ekstra vaskuler) : hipovolemi relatif, syok, ATN & gagal ginjal. B. Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka. C. Resusitasi cairan D. Monitor urine dan CVP. E. Topikal dan tutup luka - Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan nekrotik. - Tulle. - Silver sulfa diazin tebal. - Tutup kassa tebal. - Evaluasi 5 7 hari, kecuali balutan kotor. F. Obat obatan o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian. o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur. o Analgetik : kuat (morfin, petidine) o Antasida : kalau perlu
M. Komplikasi 1) Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan penyelamatan jiwa penderita.
2) Curlings ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 510. Terjadi ulkus pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
3) Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen, trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
4) Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
5) Kontraktur
6) Ganguan Kosmetik akibat jaringan parut
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny .J
Tanggal masuk RS : 24-04-2014 Dx medis : CRF Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2010 pukul 10.30 WIB Pengkaji : kelompok 1 No. RM : 186759 Ruang : Bima
1. IDENTITAS KLIEN Nama : Ny. J Umur : 38 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : jl. Astina no 5 Gianyar Status : Menikah Agama : Hindu Suku : Bali Pekerjaan : Ibu rumah tangga
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Nama : Tn. S Umur : 42 tahun Jenis Kelamin : laki-laki Alamat : jl. Astina no 5 Gianyar Pekerjaan : Buruh Hubungan dengan klien : Suami
3. KELUHAN UTAMA Klien mengatakan merasa lemas
4. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG Klien mengatakan badannya panas sudah 4 hari yang lalu, suhunya naik turun, klien sempat kejang dirumah dan mengalami penurunan kesadaran, sesak nafas, kemudian klien dibawa ke RS Muhammadiyah Gombong. Saat tiba di IGD klien tidak sadar dan mengalami sesak nafas dengan TD 150/100 mmHg. Kemudian dilakukan pemasangan infus RL 12 tpm. Saat pengkajian klien terpasang oksigen 2 L/mnt, klien tampak lemas dan hanya tiduran, konjungtiva anemis, klien hanya menghabiskan makan setengah porsi RS.
5. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU Klien mengatakan pernah dirawat di RS muhammadiyah Gombong tanggal 17-10-2010 karena penyakit ginjalnya, klien mempunyai riwayat penyakit ginjal kronis dan sudah melakukan terapi HD seminggu dua kali sejak satu minggu yang lalu yang lalu (2 kali terapi). Klien sebelum sakit mengatakan minum air sehari hanya 1-2 gelas per hari, klien sudah lama mengeluh nyeri pinggang tetapi tidak pernah memeriksakannya kebalai pengobatan, setelah klien merasa sangat nyeri, mual, muntah dan tidak nafsu makan klien memeriksakan ke PKU muhammadiyah Gombong dan didiagnosa gagal ginjal kronis dan harus dilakukan terapi HD.
6. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Klien mengatakan dari keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama seperti yang dialami klien. Keluarga juga tidak mempunyai penyakit turunan dan menular.
7. POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR
Pola Oksigenasi Sebelum sakit: klien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas Saat dikaji: klien mengatakan sesak nafas jika oksigen dibuka, terpasang kanul nasal 2 L/mnt . RR 18x /mnt Pola Nutrisi Sebelum sakit: klien mengatakan tidak mempunyai masalah dengan makan dan minum hanya 1-2 gelas per hari ( 400 cc/hari), jenis : air putih, teh Makan : 3x sehari, porsi 1 piring, komposisi : nasi, sayur, lauk Minum : Saat dikaji: klien mengatakan nafsu makannya berkurang sejak 5 hari yang lalu, klien hanya makan bubur halus setengah porsi sesuai menu dari RS 3x /hari, serta minum 2 gelas/ hari air putih dan teh 400cc. Pola Eliminasi Sebelum sakit: klien mengatakan BAB setiap hari sekali, BAB padat, kadang keras, kadang lunak, warna coklat kekuningan, dan BAK 2-3x/hari (200 cc/hari), urin kuning, bau urin khas. Saat dikaji: klien mengatakan belum BAB sejak 3 hari yang lalu dan BAK hanya 200 cc/hari, warna kekuningan. Pola Aktivitas Sebelum sakit: klien mengatakan sehari-hari aktivitasnya bekerja sebagai ibu rumah tangga yang kegiatan sehari-harinya membersihkan rumah. Klien melakukan aktivitasnya secara mandiri. Saat dikaji: klien mengatakan tidak dapat berdiri lama dan melakukan aktivitas mandiri seperti biasanya. Klien mengatakan lemas ketika beraktivitas. Aktivitas klien dibantu oleh keluarga klien. Pola Istirahat dan tidur Sebelum sakit: klien mengatakan tidur rutin antara jam9/10 malam, 8 jam per hari. Klien mengatakan jarang tidur siang. Saat dikaji: klien mengatakan merasa sulit tidur nyenyak karena tidak enak badan. Klien tidur sekitar 6-7 jam. Pola Berpakaian Sebelum sakit: klien mengatakan klien dapat memilih, melepas, dan memakai pakaian sendiri tanpa bantuan orang lain. Klien juga mengatakan biasa merapikan dirinya secara mandiri. Saat dikaji: klien dibantu keluarga dalam memilih pakaian, menggunakan dan melepas pakaian. Klien mengatakan masih bisa merapikan rambutnya sendiri Pola Mempertahankan Temperatur Tubuh dan Sirkulasi Sebelum sakit: klien mengatakan menggunakan selimutatau jaket, pakaian lengan panjang dan celana panjang ketika merasa dingin. Saat dikaji: klien mengatakan jika merasa dingin, klien menggunakan selimut yang disediakan oleh rumah sakit. Suhu tubuh 36,2c Pola Personal Hygiene Sebelum sakit: klien mengatakan mandi 2x sehari, membersihkan rambut, membersihkan gigi setiap mandi dan sebelum tidur, menggunakan pakaian yang bersih, mencuci tangan saat akan makan dan jika tangan kotor. Saat dikaji: klien mengatakan diseka oleh keluarga, klien menggunakan pakaian yang bersih. Pola Perlindungan Diri Sebelum sakit: klien mengatakan selalu menggunakan alas kaki ketika bepergian. Klien mengatakan klien meminta bantuan saat mengangkat benda berat yang diluar kemampuan klien. Saat dikaji: klien mengatakan klien meminta bantuan keluarga untuk menyingkirkan benda-benda berbahaya dari sekitar klien. Pola Berkomunikasi Sebelum sakit: klien mengatakan bahwa klien dapat berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya dengan lancar tanpa masalah. Saat dikaji: klien dapat berkomunikasi dengan lancar, dapat menjawab dan merespon pertanyaan.
Pola Spiritual Sebelum sakit: klien mengatakan melaksanakan sholat 5 waktu dan berdoa. Saat dikaji: klien mengatakan masih bisa sholat tetapi di tempat tidur karena tidak kuat berdiri. Klien mengatakan bahwa klien berdoa semoga sakitnya dapat berkurang, klien mengatakan takut dan cemas kalau sakitnya bertambah parah. Pola Bekerja Sebelum sakit: klien mengatakan sehari-hari klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Saat dikaji; klien mengatakan tidak dapat melakukan pekerjaannya seperti biasa. Pola Belajar Sebelum sakit: klien mengatakan sebelum sakit tidak pernah terpikirkan akan sakitnya dan tidak pernah menyangka akan mengalami sakit seperti ini sampai harus dirawat di rumah sakit. Saat dikaji: klien bertanya kepada perawat dan dokter tentang apa yang sebenarnya sedang dialaminya dan sangat ingin tahu tentang penyakitnya. Pola Rekreasi Sebelum sakit: klien mengatakan sering nonton tv dan pergi ke rumah tetangga untuk menghilangkan kejenuhan. Saat dikaji: klien mengatakan hanya mengobrol dengan keluarga dan pengunjung untuk menghilangkan rasa cemas karena penyakitnya.
8. PEMERIKSAAN FISIK KU : Baik, Compos mentis Vital sign : TD : 160/100 mmHg RR : 18 x/menit N : 87 x/menit S : 36,2C
Pemeriksaan Head To toe Kepala : I : rambut pendek, warna hitam, lurus, tampak kumal, distribusi merata. P: tidak rontok Mata : I : simetris, pupil isokor, konjungtiva anemis, pandangan tidak kabur, normal. P : tidak terdapat edema pretibial. Hidung : I: cukup bersih, terdapat bekas secret, penciuman normal, tidak ada polip, terpasang kanul nasal P: tidak ada nyeri tekan Mulut : I: Mukosa bibir kering, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, tidak ada perdarahan pada gusi. Telinga : I : Simetris, tidak ada serumen, pendengaran normal Leher : I : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis P : teraba nadi karotis, tidak teraba pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid Dada : - Paru-paru: I : ekspansi dada simetris, tidak ada penggunaan otot bantu pernafasan. P : tidak terdapat nyeri tekan P : Terdengar bunyi resonan A : terdengar suara ronkhi - Jantung: I : ekspansi dada simetri P : tidak terdapat pembesaran jantung P : Terdengar bunyi sonor A : tidak ada pembesaran jantung
Abdomen: I : tidak terdapat luka, permukaan cembung, asites, LP 53 cm P : tidak terdapat distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan P : terdapat cairan A : bising usus 10 x/menit Ekstremitas atas : I : Bentuk simetri, terpasang infuse di ekstremitas dekstra, tidak ada edema, pergerakan normal, tidak ada kekakuan otot dan kelemahan otot, terdapat jejas di humerus sinistra. P : kulit teraba hangat, reflek baik, CRT <4 dtk Ekstremitas bawah : I : Bentuk simetris, pergerakkan kaki normal, tidak ada kekakuan dan kelemahan otot, terdapat jejas di femoralis sinistra. P : kulit terasa hangat, reflek baik Genetalia: jenis kalamin perempuan, terpasang DC Kulit : warna sawo matang, cukup bersih, kulit tampak kehitaman, kulit teraba hangat.
9. PEMERIKSAAN PENUNJANG Px Laboratorium darah rutin tanggal 29-04-2014 Hasil normal Leukosit : 10,83 4,80-10,80 Hemoglobin : 5,2 11,0-16,0 Trombosit : 127 150-450 Eritrosit : 1,78 4,70-6,10 Hematokrit : 15,5 42,0-52,0 Urea : 138 15,0-39 Craetinin : 11 0,6-1,1
10. TERAPI OBAT Tanggal 29-04-2014 Oral : - Kolkatrial 3x1 - Natrium bicarbonat 2x1 (1 tablet 500 mg) - Impopsa 3x2 Injeksi: - Ampicilin 3 X 1 gr - Rantin 2 X 1 amp (2 ml) - Lasik 2 X 1 amp ( 10 mg) - Kalnek 3 X 1 amp (5 ml) - Infus Ringer Laktat 12 tetes per menit
11. ANALISA DATA
No Tanggal Data Fokus Problem Etiologi 1.
2.
29-04- 2014 Pukul 10.40 WIB
29-04- 2014 Pukul DS: - klien mengatakan mengatakan badannya lemas. - klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas. DO : - klien hanya tiduran Terpasang nasal kanul 2L/mnt - HB 5,2 - konjungtiva anemis - aktivitas dan AKS dibantu keluarga
DS: - klien mengatakan BAK hanya 200cc/hari
Intoleransi aktivitas
Kelebihan volume cairan
kelemahan
Disfungsi ginjal
11.45 WIB
- klien mengatakan sesak nafas jika O2 dilepas - klien mengatakan minum hanya 3-4 gelas perhari. DO: - terpasang kanul nasal 2L/mnt - terdapat asites dg LP 53 cm - terdengar suara ronkhi - TD 160/ 100 - Hb 5,2 Ht 15,5
Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan klien akan menunjukkan penghematan energi dgn KH: Tingkat pengelolaan energi aktif untuk memulai dan memelihara aktivitas, dg indikator 1-5 (ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada) Indikator Awal tujuan 1. AKS bantuan minimal 2. keseimbangan aktvitas dan energi 2
2
3
3
Setelah dilakukan tidakan selama 2X24 jam, diharapkan kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan KH: keseimbangan air dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh dibuktikan dengan indikator 1-5 (eksterim,berat,sedang,ringan,tidak ada gangguan) Indikator Tujuan awal 1. gunakan teknik komunikasi terapeutik 2. kaji penyebab kelemahan 3. beri posisi yang nyaman 4. anjurkan klien latihan fisik 5. kaji TTV 6. motivasi klien untuk beraktivitas
1. kaji asupan nutrisi pantau input dan output cairan 2. pantau TTV 3. pantau lingkar abdomen secara teratur
1.keseimbangan haluran dan asupan 24 jam 2. tidak ada bunyi nafas tambahan 3.Tidak ada asites 4. tidak ada edema 2
3
4
4 3
4
4
4
4. pantau indikasi kelebihan volume cairan
14. IMPLEMENTASI
No Dx Kep Hari/tgl Implementasi Respon 1
2. 1
2
Jumat,29-04- 2014 jam 11.48 11.50
12.00
12.30
12.35
12.40
13.00
1. menggunakan teknik komunikasi terapeutik 2. Mengkaji penyebab kelemahan. 3. Memberikan posisi yang nyaman
4. Memberikan therapy sesuai advice dokter
5. membatasi aktivitas klien
6. Melakukan TTV
7. memberikan motivasi klien untuk latihan fisik
1. mengkaji asupan nutrisi pantau input dan output cairan
1. klien membalas salam 2. Hb rendah
3. klien nyaman dengan posisi semifowler. 4. obat masuk per oral dan injeksi masuk peroral. 5. klien mau membatasi aktivitasnya. 6. TD 160/100mmHg, N87x/mnt, RR 18.
S : klien mengatakan masih lemas O: konjungtiva anemis, kanul nasal terpasang A: masalah belum teratasi. Indikator Awal tujuan akhir 7. AKS bantuan minimal 8. keseimbangan aktvitas dan energi 2
2
3
3
2
3
P: menganjurkan klien untuk banyak istirahat dan latihan fisik
S : Klien mengatakan BAK 200cc/hari O : asites abdoment A : masalah belum teratasi 1-5 : ekstrem, berat, sedang, ringan, tidak ada Indikator Tujuan awal Akhir 1.keseimbangan haluran dan asupan 24 jam 2
3
3
2. tidak ada bunyi nafas tambahan 3.Tidak ada asites 4. tidak ada edema