Professional Documents
Culture Documents
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU DENGAN PRE OP SECTIO CAESARIA
Oleh :
RAUDATI HELDAYANI
PO7120112199
LEMBAR PENGESAHAN
NAMA
: RAUDATI HELDAYANI
NIM
: P07120112199
JUDUL
Banjarbaru,
Juni 2014
Mengatahui,
Pembimbing Lahan,
Akademik,
Pembimbing
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA IBU DENGAN POST OP SECTIO CAESARIA
2.
Indikasi
a. Indikasi Ibu :
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Plassenta praevia
5) Disproporsi janin panggul
6) Rupture uteri membakat
7) Partus tak maju
8) Incordinate uterine action
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak :
a) Letak lintang
b) Letak sungsang ( janin besar,kepala defleksi)
c) Letak dahi dan letak muka dengan dagu dibelakang
d) Presentasi ganda
e) Kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat Janin
3) Indikasi Kontra(relative)
a) Infeksi intrauterine
b) Janin Mati
c) Syok/anemia berat yang belum diatasi
d) Kelainan kongenital berat
3.
melakukan
sectio
caesarea
(SC)
adalah
untuk
2.
3.
Kekurangan :
1.
2.
3.
4.
menyebabkan
arteri
uteri
putus
yang
akan
Komplikasi
Infeksi Puerperalis
Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang
arteria uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
b.
c.
6.
Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan/hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi
cephalo pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju,
pre-eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
informasi
mengenai
proses
pembedahan,
pembedahan
berakhir,
daerah
insisi
akan
ditutup
dan
menimbulkan luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan
menimbulkan masalah risiko infeksi.
7.
Pemeriksaan Penunjang
a.
8.
b.
c.
d.
e.
Pemeriksaan elektrolit
Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi
pada organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS
10%, garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi
darah sesuai kebutuhan.
b.
Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh
dilakukan pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c.
Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit
dan
diminta
untuk
bernafas
dalam
lalu
menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d.
Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e.
Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik. Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat
berbeda-beda setiap institusi
2) Analgetik
dan
obat
untuk
memperlancar
pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
kerja
saluran
Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g.
Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h.
Perawatan payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
(Manuaba, 1999)
1.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Leukosit darah > 15000 / ul bila terjadi infeksi
a.
testlakmusmerahberubahmenjadibiru
b. amniosentetis
c.
2.
Penatalaksanaan
a.
Keperawatan
1) Rawat rumah sakit dengan tirah baring.
2) Tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin.
3) Umurkehamilankurang 37 minggu.
4) Antibiotikprofilaksisdenganamoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari.
5) Memberikantokolitikbilaadakontraksi
uterus
danmemberikankortikosteroiduntukmematangkanfungsiparujanin.
6) Jangan melakukan periksan dalam vagina kecuali ada tanda-tanda
persalinan.
7)
8) Bila dalam 3 x 24 jam tidak ada pelepasan air dan tidak ada
kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi bertahap. Apabila
pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi kehamilan.
b.
Medis
1) Bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka
lakukan terminasi kehamilan.
2) Induksiatauakselerasipersalinan.
3) Lakukan seksio caesaria bila induksi atau akselerasi persalinan
mengalami kegagalan.
4) Lakukanseksiohisterektomibilatanda-tandainfeksi
uterus
beratditemukan.
b.
Keluhan utama
c.
d.
2.
3. Rencana Tindakan
a. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kesalahan interpretasi
tentang pembedahan seksio sesaria.
Tujuan
Klien akan :
Tindakan
Rasional
sederhana.
pasangan
mengajukan
untuk
pertanyaan
dan
informasi
dan
mengklarifikasi
kesalahan
konsep.
kesempatan
untuk
Memberikan
mengevaluasi
pemahaman
klien
ulang
terhadap
indikasi-indikasi
pilihan
alternative
kelahiran
keselamatan
dan
kesejahteraan maternal/janin.
4) Diskusikan
sensasi
yang
periode pemulihan.
Tindakan
1) Kaji
respons
Rasional
psikologis
pada Makin
klien
merasakan
ancaman,
apakah
direncanakan
atau
prosedur
tidak
direncanakan.
tidak
mempunyai
waktu
untuk
sesaria
ketakutan
dapat
membuat
klien/pasangan
karena
Bicara
membatasi
perlahan. ansietas
Tunjukkan empati.
transmisi
interpersonal,
dan
Memfokuskan
pada
kemungkinan
5) Dukung/arahkan
mekanisme
kembali
koping
yang
diekspresikan
otomatik,
meningkatkan
tepat.
persepsi
tidak
realistis
dari
lingkungan,
seperti
Memungkinkan
klien/pasangan
bagi
untuk
menginternalisasi
Menyusun
kesempatan
informasi.
sumber-sumber,
dan
Tindakan
Rasional
diri
masa
lalu
dan
pengalaman.
pembedahan
melahirkan
bayi,
diperlukan
sementara
adanya
intervensi
ini.
dengan
kekecewaan
aktivitas
pascapartum
untuk
bertanya
dan
dan
Meningkatkan
perawatan
bayi.
pemahaman
kesalahan
dan
konsep.
pembelajaran sebelumnya.
4) Berikan komunikasi verbal dari Bila msalah harga diri timbul pada
pengkajian
dan
5) Anjurkan
pada
keberadaan
saat
pasangan
melahirkan
Memberikan
dukungan
bagi
ibu,
kebutuhan.
Berpartisipasi
dalam
kapanpun mungkin.
proses
pembuatan
keputusan
Tindakan
1) Kaji
factor-faktor
Rasional
yang Kelahiran sesaria tidak direncanakan
(dan
dapat
kadang-kadang
direncanakan)
dikarakteristikan
kehilangan
control
oleh
rasa
klien/pasangan
yang
digunakan
pada
di
melibatkan
rumah
rasa
ketidaktahuan,
merupakan
2) Identifikasi harapan dan keinginan
Memberikan
sakit,
takut
faktor
stress
utama.
kesempatan
untuk
kebutuhan
pengalaman melahirkan.
meningkatkan
pengalaman
Menciptakan
rasa
menyendiri
karena
ketidakberdayaan
yang
kontrol
dan
positif
dan
untuk
sebelum pembedahan.
Mengungkapkan
pemahaman
tentang
kebutuhan
Tampak rileks
Tindakan
Rasional
yang
menyebabkan dapat
atau
factor-faktor,
tidak
dapat
yang
dikontrol.
saat
di
ruangan.
metode
teknik
invasive,
termasuk
lampu,
tentang
prosedur,
pakaian,
dan menurunkan
ansietas.
instrument.
3) Libatkan
klien/pasangan
dengan
komunikasi
takut,
yang
menghalangi
yang
memberi
perhatian.
4) Pertahankan
kontak
khususnya
bila
menggunakan klien/pasangan
masker.
dalam
aktivitas/percakapan.
Tindakan
Rasional
saat
berhubungan tindakan.
ketepatan
Klien
kelahiran
sesaria
mengalami
/
2) Hilangkan
indikasi
factor-faktor
yang Tingkat
menunggu
iminen
berbagai
ketidaknyamanan,
R
yang
pilihan
toleransi
derajat
tergantung
terhadap
ansietas
dapat
pada
prosedur.
adalah
menghasilkan
ansietas
(mis; individual dan dipengaruhi oleh
R
kehilangan
control),
berikan berbagai faktor. Ansietas berlebihan
informasi akurat, dan anjurkan pada respon terhadap situasi darurat
keberadaan
pasangan.
dapat meningkatkan ketidaknyamanan
karena rasa takut, tegang, dan nyeri
yang saling berhubungan dan merubah
kemampuan klien untuk mengatasi.
3) Instruksikan teknik relaksasi; Dapat membantu dalam reduksi
R
posisikan senyaman mungkin. ansietas
dan
ketegangan
dan
/
Gunakan
sentuhan terapeutik.
meningkatkan kenyamanan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.YBPSP. Jakarta
Chandranita Manuaba, Ida Ayu, dkk. 2009. Buku Ajar Patologi Obstetri . Jakarta.
EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. . Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal . Jakarta: YBP-SP