Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
1 dari 12
Nama
NIM
Gol/Kel
Asisten
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2011
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
I.
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
2 dari 12
Latar belakang
Makanan fermentasi dapat didefinisikan sebagai makanan yang dibuat dengan
bantuan mikrobia atau enzim sehingga mengalami perubahan biokimia yang
dikehendaki dan dapat memberi ciri spesifik makanan tersebut. Jenis mikrobia yang
berperan dalam proses fermentasi tergantung aktivitas air, pH, suhu, komposisi bahan
dasar dan adanya zat-zat pendukung (Rahayu, 1989). Fermentasi adalah proses
metabolisme dalam pengubahan ATP melalui penguraian produk bahan-bahan
organik yang dapat menyediakan sumber hidrogen sekaligus sebagai akseptor
hidrogen, misalnya pada fermentasi bahan yang mengandung gula dapat dihasilkan
alkohol, asam laktat dan asam asetat (Schlegel, 1994).
Menurut hasil penelitian pada tahap fermentasi terjadi penguraian karbohidrat,
lemak, protein dan senyawa-senyawa lain dalam kedelai menjadi molekul-molekul
yang lebih kecil sehingga mudah dimanfaatkan tubuh. Pada proses fermentasi kedelai
menjadi tempe terjadi aktivitas enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik, yang
diproduksi oleh kapang Rhizopus sp. Enzim yang berperan dalam proses fermentsi
tersebut adalah -amilase, lipase dan protease ( Karmini, 2003 ). Rhizopus sp tumbuh
baik pada kisaran pH 3,4 - 6. Pada proses yang semakin lama waktu fermentasi, pH
tempe semakin meningkat sampai 8,4, sehingga jamur semakin menurun karena pH
tinggi kurang sesuai untuk pertumbuhan jamur (Pangastuti dan Triwibowo, 2008 ).
Perubahan-perubahan yang terjadi selama fermentasi meliputi perubahan komponen
lemak. Lemak diubah menjadi asam-asam lemak. Protein di degradasi menjadi asamasam amino oleh enzim proteolitik, pH naik menjadi 7,1, perubahan karbohidrat dan
vitamin (Rahayu dkk., 1989).
Asam asetat yang umum dikenal juga sebagai asam cuka merupakan suatu
senyawa yang dibuat dari berbagai bahan yang mengandung gula atau pati melalui
fermentasi alkohol kemudian dilanjutkan dengan fermentasi asetat. Produk ini
merupakan suatu larutan asam asetat dalam air yang mengandung cita rasa, zat warna
dan substansia yang terekstraksi, asam buah, ester-ester, garam-garam organik dari
berbagai buah yang berbeda sesuai dengan asalnya (Desrosier, 1980).
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
3 dari 12
Glukosa
2 Piruvat
Ethanol
2 asetaldehid
C2H5OH + O2
(Ethanol)
CH3CHO + O2
(Asetaldehid)
CH3CHO + H2O
(Asetaldehid)
CH3COOH
(Asam asetat)
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
4 dari 12
positif, oxidase negative, dan bakteri yang bersifat aerobik (strict aerob). Acetobacter
spp. Merupakan bakteri asam asetat yang menghasilkan produk yang lebih baik dalam
produksi cuka secara komersial. Acetobacter dapat dibedakan dari Gluconobacter
dalam kemampuannya mengoksidasi asam cuka menjadi karbon dioksida dan air (
Adam and Moss, 1997).
Dalam proses fermentasi asam cuka , ada beberapa hal yang mempengaruhi
pertumbuhan mikrobia dan hasilnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
1. Derajat keasaman ( pH )
2. Konsentrasi gula
3. Konsentrasi alkohol , bakteri dapat terhambat pertumbuhannya pada
konsentrasi lebih dari 14%-15%.
4. Konsentrasi faktor tumbuh
5. Temperatur
6. ketersediaan udara
(Frazier, 1984).
Asam cuka diproduksi di pabrik-pabrik dalam keadaan aerob. Suhu dijaga
dalam kisaran 15o-34oC agar Acetobacter dapat hidup dengan optimum. Fluktuasi di
luar suhu tersebut tidak berpengaruh banyak terhadap Acetobacter, tetapi memberikan
kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme lain yang dapat mengganggu proses
pembentukan asam cuka (Pelczar and Reid, 1958). Untuk mengetahui aktivitas
mikrobia selama fermentasi asam cuka dan aktivitas mikrobia pada fermentasi tempe,
maka dilakukan percobaan ini.
II.
Tujuan
Untuk mengetahui aktivitas mikrobia selama fermentasi asam cuka dan
aktivitas mikrobia pada fermentasi tempe.
III.
Metode
a. Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan fermentasi tempe adalah
mikroskop cahaya untuk mengamati jamur Rhizopus sp., jarum ose untuk
mengambil jamur, larutan laktofennol untuk membuat perparat, gelas abenda
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
5 dari 12
dan penutup untuk membuat preparat. Sedangkan alat yang digunakan pada
fermentasi asam cuka adalah tabung reaksi, buret, Erlenmeyer, pipet ukur,
pipet pump, pipet tetes, plastik untuk menutup, botol kaca, dan karet.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam melakukan fermentasi tempe adalah
tempe dengan bungkus daun pisang dan tempe bungkus plastik. Fermentasi
asam cuka menggunakan bahan Air kelapa, Larutan Bayerinck, NaOH,
akuades netral, dan indikator PP.
c. Cara kerja
Fermentasi Tempe
Pertama-tama dilakukan uji organoleptik untuk membedakan warna,
aroma dan rasa pada tempe bungkus plastik, daun pisang. Kemudian dibuat
preparat dari tempe yang sudah mengalami pembentukan spora dengan
menggunakan gelas benda dan penutup yang ditetesi larutan laktofenol.
Preparat diamati dibawah mikroskop untuk mempelajari bentuk mikrobia yang
membentuk spora. kemudian hasil fermentasi tempe di uji secara kwalitatif
berupa uji gula reduksi, Penentuan alkohol secara kwalitatif, Penentuan pati
secara kwalitatif.
Penentuan kadar asam total
Pada hari pengamatan ke-0, masing - masing ambil 5 ml bahan secara
aseptik dan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer. Kemudian diencerkan
dengan 10 ml akuades netral. pH masing-masing bahan (air kelapa dan larutan
Buyerinck) diukur pHnya dengan keras indikator universal. Setelah itu
ditambahkan 2-3 tetes larutan indikator phenolphetalein 1 %. Lalu dititrasi
dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah jambu. Pemakaian NaOH dicatat
dan diukur pH masing masing bahan setelah diitrasi. Dilakukan hal yang
sama pada hari hari ke-3 pengamatan dan hari ke-7 pengamatan. Voleme
penambahan NaOH digunakan unuk menghitung jumlah asam yang ada
dengan rumus :
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
6 dari 12
IV.
Hasil
Fermentasi cuka dalam air kelapa
Mikrobia yang aktif dalam Fermentasi cuka dan air kelapa : Saccharomyces
cerevisiae
Tabel 1. Hasil fermentasi spontan asam cuka
pH
N
o.
1.
2.
Perlakuan Media
pH setelah
sebelum
mL NaOH yang
ditambahkan
titrasi
titrasi
0
0.8
8.2
1.4
7.7
Bayerinck aerasi
3.2
1.7
2.4
2.3
1.5
2.5
Kadar asam cuka air kelapa aerasi = rata-rata mL NaOH x normalitas NaOH x 6% = 0.396
mL bahan
Kadar asam cuka air kelapa nonaerasi = rata-rata mL NaOH x normalitas NaOH x 6%
mL bahan
= 0.528
Kadar asam cuka bayerinck aerasi = rata-rata mL NaOH x normalitas NaOH x 6% = 0.288
mL bahan
Kadar asam cuka bayerinck nonaerasi = rata-rata mL NaOH x normalitas NaOH x 6%
mL bahan
= 0.252
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
7 dari 12
1.
2.
Jenis Tempe
Warna
Bau
Tempe bungkus
Kuning
Lebih
daun
pekat
menyengat
Tempe bungkus
Kuning
Bau kedelai
plastik
pucat
Rasa
Penampakan produk
Kecut
Hambar
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
8 dari 12
Skema/Gambar
Keterangan/Spesifikasi
Jamur Tempe:
Rhizopus orizae
Genus
Rhizopus
Warna Kolonisasi:
Putih pucat, ada hitamhitamnya
Bentuk miselia/hifa:
hifa bersporangium
Preparat
: Tempe
Perbesaran : 10x10
V.
Keterangan:
Hifa lebih banyak,
sehingga kurang
kompak
Pembahasan
Fermentasi tempe terjadi akibat aktifitas mikrobia yaitu jamur. Jamur yang
pertama kali melakukan fermentasi tempe adalah Rhizopus oryzae. Aktifitas fisiologi
mikrobia dapat menghasilkan produk akhir yang berbeda-beda berdasarkan
substratnya atau nutriennya. Pada fermentasi tempe, kedelai yang mengandung
protein diubah atau dipecah oleh jamur Rhizopus oryzae menjadi asam-asam amino.
Sifat-sifat pertumbuhan jamur Rhizopus oryzae tidak menggunakan sumber
karbon dari karbohidrat biji kedelai, mempunyai aktifitas enzim lipase yang tinggi
sehingga jamur tersebut dapat mendegradasi lemak dalam biji menjadi asam-asam
lemak. Asam-asam lemak tersebut digunakan sebagai sumber energi untuk
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
9 dari 12
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
10 dari 12
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
11 dari 12
VI.
Kesimpulan
Pada praktikum ini telah diamati fermentasi tempe. Jamur yang melakukan
fermentasi tempe adalah Rhizopus oryzae. Pada fermentasi tempe, terjadi perombakan
protein menjadi asam amino-asam amino penyusunnya oleh Rhizopus oryzae. Pada
fermentasi asam cuka terjadi proses oksidasi alkohol menjadi asam asetat dengan
bantuan bakteri Acetobacter spp.
VII.
Daftar Pustaka
Adam, M.R. and M.O. Moss. 1997. Food Microbiology. The Royal Society of
Chemistry Publ. Cambridge, pp: 290-293.
Desroisier, N. W. 1980. Teknologi Pengawetan Makanan. UI-Press. Jakarta. Hal. 121.
Frazier, W.C. 1958. Food Microbiology. 2nd ed. Tata Mc Graw Hill Publishing
Company, LTD. New York. p : 394.
Holf, J. G., N. R. Krieg, P. H. A. Sneath, J. T. Staley and S. T. Williams. 1994.
Bergey`s Manual of Determinative Bacteriology. 9th ed. Lippincott Williams
and Wilkons. Philadelphia, p: 71.
Karmini, Mien. 2003. Aktivitas Enzim Hidrolitik Kapang Rhizopus sp pada Proses
Fermentasi
Tempe.
http://digilib.litbang.depkes.go.id.
Badan
Litbang
BORANG
LAPORAN PRAKTIKUM
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen
FO-UGM-BI-07-13
Berlaku sejak
03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
12 dari 12
Rahayu, K.K dan Sudarmadji, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat antar Universitas
Pangan dan Gizi. UGM, pp. 217-282
Schlegel, Hans G. 1994. Mikrobiologi Umum. Edisi keenam. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta, hal. 307.
Salle, A.J. 1961. Fundamental Principles of Bacteriology. 5th ed. Mc Graw Hil Book
Company Inc. New York. Toronto-London, pp:384-385.
Weiser, H. H., G. J. Mountney, and W. A. Gould. 1971. Practical Food Microbiology
and Technology. 2nd ed. The AVI Publ Company. Connecticut, p: 148-149.
VIII.
Lampiran
Telah diperiksa
Asisten
Rocky Putra
Roviqo Arifiyanti