Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sejarah dan perkembangan Ilmu Forensik tidak dapat dipisahkan dari sejarah dan
perkembangan hukum acara pidana. Sebagaimana diketahui bahwa kejahatan yang terjadi di
muka bumi ini sama usia tuanya dengan sejarah manusianya itu sendiri. Luka merupakan
salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup
maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota
London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang
disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan
raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau
benda benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%, terdapat nilai
yang sangat berarti dari kasus penusukan, sekitar 47% kasus yang masuk rumah sakit dan
90% mengalami luka yang serius. Satu hal yang harus dicatat bahwa terdapat 2 dari 3
penyerangan terjadi di dalam tempat tinggal atau klub-klub dengan menggunakan pisau,
kaca, dan bermacam-macam senjata. 40% kasus penikaman terjadi di jalan raya dan 23% di
dalam tempat tinggal dan klub-klub , 50% pasien sedang mabuk atau minum pada saat
sebelum waktu penyerangan, 27% pasien tersebut adalah penganguran. Luka-luka yang
disebabkan oleh pukulan (46%), tendangan (17%) bermacam-macam senjata (17%), pisau
dan pecahan kaca (15%) sisanya disebabkan oleh gigitan manusia dan penyebab-penyebab
lain yang tidak diketahui.
Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada 2006. Rata-rata orang terkena
kejahatan pun naik di tahun ini. Selama 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543
(tahun 2005) menjadi 296.119. Inilah peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen.
Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk
Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.
Pada pasal 133 ayat (1) KUHAP dan pasal 179 ayat (1) KUHAP dijelaskan bahwa penyidik
berwenang meminta keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter atau
bahkan ahli lainnya. Keterangan ahli tersebut adalah Visum et Repertum, dimana di
dalamnya terdapat penjabaran tentang keadaan korban, baik korban luka, keracunan, ataupun
mati yang diduga karena tindak pidana.
Bagi dokter yang bekerja di Indonesia perlu mengetahui ilmu kedokteran Forensik
termasuk cara membuat Visum et Repertum. Seorang dokter perlu menguasai pengetahuan
BAB II
PEMBAHASAN
TRAUMA MEKANIK
Definisi :
Traumatologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang trauma atau
perlukaan, cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), yang
kelainannya terjadi pada tubuh karena adanya diskontinuitas jaringan akibat kekerasan yang
menimbulkan jejas.
Ada tiga hal yang ciri khas/ hasil dari trauma yaitu :
1. Adanya luka
2. Perdarahan dan atau skar
3. Hambatan dalam fungsi organ
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik ,
atau gigitan hewan atau juga gangguan pada ketahanan jaringan tubuh yang disebabkan oleh
kekuatan mekanik eksternal, berupa potongan atau kerusakan jaringan, dapat disebabkan
oleh cedera atau operasi.
Deskripsi luka :
1.
Lokalisasi (Letak luka terhadap garis ordinat atau aksis pada tubuh. Garis yang melalui
tulang dada dan tulang belakang dipakai sebagai ordinat.)
2.
Ukuran, ditentukan :
Ditentukan panjang luka
Jumlah luka
Sifat luka
Ada atau tidaknya benda asing pada luka
Luka terjadi saat masih hidup atau korban sudah mati
Menyebabkan kematian atau tidak
Cara terjadinya luka : bunuh diri, kecelakaan dan pembunuhan
3.
Intoksikasi
Patofisiologi Trauma
Transmisi energi pada trauma dapat menyebabkan kerusakan tulang, pembuluh darah dan
organ termasuk fraktur, laserasi, kontusi, dan gangguan pada semua sistem organ, sehingga
tubuh melakukan kompensasi akibat ada trauma bila kompensasi tubuh tersebut berlanjut
tanpa dilakukan penanganan akan mengakibatkan kematian seseorang.
Mekanisme kompensasi tersebut adalah :
1. Aktivasi sistem saraf simpatik menyebabkan peningkatan tekanan arteri dan vena,
bronkhodilatasi, takikardia, takipneu, capillary shunting, dan diaforesis.
2. Peningkatan heart rate. Cardiac output sebanding dengan stroke volume dikalikan heart
rate. Jika stroke volume menurun, heart rate meningkat.
3. Peningkatan frekuensi napas. Saat inspirasi, tekanan intrathoracik negatif. Aksi pompa
thorak ini membawa darah ke dada dan pre-loads ventrikel kanan untuk menjaga cardiac
output.
4. Menurunnya urin output. Hormon anti-diuretik dan aldosteron dieksresikan untuk
menjaga cairan vaskular. Penurunan angka filtrasi glomerulus menyebabkan respon ini.
5. Berkurangnya tekanan nadi menunjukkan turunnya cardiac output (sistolik) dan
peningkatan vasokonstriksi (diastolik). Tekanan nadi normal adalah 35-40 mmHg.
6. Capillary shunting dan pengisian trans kapiler dapat menyebabkan dingin, kulit pucat dan
mulut kering. Capillary refill mungkin melambat.
7. Perubahan status mental dan kesadaran disebabkan oleh perfusi ke otak yang menurun
atau mungkin secara langsung disebabkan oleh trauma kepala.
Trauma Mekanik
A. Trauma tumpul :
Benda tumpul : benda yang permukaannya tidak mampu utk mengiris
2.
Luka Lecet
- Luka Lecet Tekan
- Luka Lecet Geser
3.
Luka Robek
4.
Patah tulang
Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tumpul (blunt force injury), yaitu :
1. Luka lecet (abrasion) : tekan, geser & regang
Adalah pengelupasan kulit. Dapat terjadi superfisial jika hanya epidermis saja yang terkena,
lebih dalam ke lapisan bawah kulit (dermis) atau lebih dalam lagi sampai ke jaringan lunak
bawah kulit. Jika abrasi terjadi lebih dalam dari lapisan epidermis pembuluh darah dapat
terkena sehingga terjadi perdarahan. Arah dari pengelupasan dapat ditentukan dengan
pemeriksaan luka. Dua tanda yang dapat digunakan. Tanda yang pertama adalah arah dimana
epidermis bergulung, tanda yang kedua adalah hubungan kedalaman pada luka yang
menandakan ketidakteraturan benda yang mengenainya.
Pola dari abrasi sendiri dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu
terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perkiraan kasar usia luka dapat
ditentukan secara mikroskopik. Kategori yang digunakan untuk menentukan usia luka adalah
saat ini (beberapa jam sebelum), baru terjadi (beberapa jam sebelum sampai beberapa hari),
beberapa hari lau, lebih dari benerapa hari. Efek lanjut dari abrasi sangat jarang terjadi.
Infeksi dapat terjadi pada abrasi yang luas.
Luka lecet : merupakan diskontuinuitas / putusnya jaringan kulit bersifat dangkal ( mengenai
jaringan epidermis). Dapat menunjukkan arah kekerasan dan bentuk benda.
Patofisiologi : Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh
epidermis kena akan merupakan Port De Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka
tampak adanya serum dan Lymphosit.
Kepentingan Dalam Forensik :
1. Merupakan indikasi adanya kekerasan.
2. Dapat memperkirakan benda penyebab, jejas kuku, gantung, bekas gigitan.
3. Dapat menentukan arah kekerasan luka Luka geser.
Penting membedakan Luka robek/regang dengan luka tajam di daerah kepala, keduanya
hampir sama hanya pada Luka robek tepi luka tidak rata, akar rambut tidak terpotong,
dan terdapat jembatan jaringan.
hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan ddengan yang terjadi saat korban
hidup yaitu tidak adanya perdarahan.
Laserasi dapat menyebabkan perdarahan hebat. Sebuah laserasi kecil tanpa adanya robekan
arteri dapat menyebabkan akibat yang fatal bila perdarahan terjadi terus menerus. Laserasi
yang multipel yang mengenai jaringan kutis dan sub kutis dapat menyebabkan perdarahan
yang hebat sehingga menyebabkan sampai dengan kematian. Adanya diskontinuitas kulit atau
membran mukosa dapat menyebabkan kuman yang berasal dari permukaan luka maupun dari
sekitar kulit yang luka masuk ke dalam jaringan. Port d entree tersebut tetap ada sampai
dengan terjadinya penyembuhan luka yang sempurna. Bila luka terjadi dekat persendian
maka akan terasa nyeri, khususnya pada saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi
tersebut sehingga dapat menyebabkan disfungsi dari sendi tersebut. Benturan yang terjadi
pada jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan emboli lemak
pada paru atau sirkulasi sistemik. Laserasi juga dapat terjadi pada organ akibat dari tekanan
yang kuat dari suatu pukulan seperi pada organ jantung, aorta, hati dan limpa.
Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi
dalam jangka waktu lama setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Luka robek : mekanisme terjadinya sama pada kulit lecet, hanya daya tekan dan gesek lebih
kuat serta benda lebih besar sehingga jaringan yang terputus adalah kulit dan otot. Banyak
terjadi pada luka lalu lintas.
3.
a. Kontusio Superfisial
Kata lazim yang digunakan adalah memar, terjadi karena tekanan yang besar dalam waktu
yang singkat. Penekanan ini menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil dan dapat
menimbulkan perdarahan pada jaringan bawah kulit atau organ dibawahnya. Pada orang
dengan kulit berwarna memar sulit dilihat sehingga lebih mudah terlihat dari nyeri tekan yang
ditimbulkannya.
Perubahan warna pada memar berhubungan dengan waktu lamanya luka, namun waktu
tersebut bervariasi tergantung jenis luka dan individu yang terkena. Tidak ada standart pasti
untuk menentukan lamanya luka dari warna yang terlihat secara pemeriksaan fisik.
Pada mayat waktu antara terjadinya luka memar, kematian dan pemeriksaan menentukan juga
karekteristik memar yang timbul. Semakin lama waktu antara kematian dan pemeriksaan luka
akan semakin membuat luka memar menjadi gelap.
Efek samping yang terjadi pada luka memar antara lain terjadinya penurunan darah dalam
sirkulasi yang disebabkan memar yang luas dan masif sehingga dapat menyebabkan syok,
penurunan kesadaran, bahkan kematian. Yang kedua adalah terjadinya agregasi darah di
bawah kulit yang akan mengganggu aliran balik vena pada organ yang terkena sehingga
dapat menyebabkan ganggren dan kematian jaringan. Yang ketiga, memar dapat menjadi
tempat media berkembang biak kuman. Kematian jaringan dengan kekurangan atau
ketiadaaan aliran darah sirkulasi menyebabkan saturasi oksigen menjadi rendah sehingga
kuman anaerob dapat hidup, kuman tersering adalah golongan clostridium yang dapat
memproduksi gas gangren.
Efek lanjut lain dapat timbul pada tekanan mendadak dan luas pada jaringan subkutan.
Tekanan yang mendadak menyebabkan pecahnya sel sel lemak, cairan lemak kemudian
memasuki peredaran darah pada luka dan bergerak beserta aliran darah dapat menyebabkan
emboli lemak pulmoner atau emboli pada organ lain termasuk otak. Pada mayat dengan kulit
yang gelap sehingga memar sulit dinilai sayatan pada kulit untuk mengetahui resapan darah
pada jaringan subkutan dapat dilakukan dan dilegalkan.
Arah Benturan
jika
benda
yang
mengenai
kepala
permukaannya
kecil
dan
Adanya Rhinorea jika bercampur dgn darah kadang2 sulit dibedakan dengan epistaksis.
Beberapa cara untuk membuktikan adanya rhinorea yaitu :
1. Darah tersebut tidak akan membeku karena bercampur CSS
2. Tanda Double Ring atau Hallo Sign yaitu jika setetes cairan diletakkan diatas kertas
tissue/koran maka darah akan terkumpul ditengah dan sekitarnya masih terbentuk
rembesan cairan (CSS) yg membentuk cincin kedua yg mengelilingi lingkaran pertama.
3. Pemeriksaan Beta-2-transferrin yg merupakan marker spesifik untuk CSS.
-
Jika terdapat kecurigaan adanya fraktur, jangan memasang NGT krn dapat melewati
lempeng kribriformis yang sudah fraktur dan masuk ke intracranial.
Jika fraktur melibatkan kanalis optikus, dapat mencederai N. Optikus sehingga tjd
gangguan visus.
Perdarahan intrakranial :
Dapat berbentuk lesi fokal (Perdarahan epidural, perdarahan subdural, kontusio dan
perdarahan intraserebral) maupun lesi difus.
Prognosis baik bila dilakukan penanganan segera karena cedera otak disekitarnya
biasanya terbatas.
Terjadi karena robeknya vena bridging, sinus draining, focus laserasi atau
kontusio
Delayed : subdural
Kerusakan otak biasanya sangat lebih berat dan prognosisnya lebih buruk dari
hematoma epidural
subdural
Cedera Difus membentuk kerusakan otak berat progresif yang berkelanjutan, disebabkan oleh
meningkatnya jumlah cedera akselerasi deselerasi otak.
Doktrin MONROE-KELLIE :
Vblood + Vbrain + V LCS = konstan
Konsep utama : volume intrakranial selalu konstan (rongga kranium tidak mungkin mekar).
Tekanan Intrakranial (TIK) yang normal tidak berarti tidak ada lesi massa intakranial, karena
TIK umumnya tetap dalam batas normal sampai penderita mencapai titik dekompensasi dan
memasuki fase ekspansional.
TIK normal : 50-200 mmH2O (4-15 mmHg)
Kapasitas ruang cranial : otak (1400 g), LCS (75 mL), darah (75 mL)
Perubahan kompensatoris dapat melalui :
-
peningkatan TIK sampai 33 mmHg (450 mmH2O) akan menurunkan aliran darah otak secara
signifikan
Trauma tajam :
Benda tajam: benda yg permukaannya mampu mengiris shg kontinuitas jaringan hilang
- Luka iris dalam luka < panjang irisan luka
arah trauma sejajar permukaan kulit
- Luka tusuk dalam luka > panjang luka
arah trauma tegak lurus permukaan kulit
- Luka bacok dalam = panjang luka
arah trauma 45 dari permukaan kulit dan tergantung beratnya benda yang
di pakai.
Ciri-ciri luka karena benda tajam :
Tepinya rata
Sudut luka tajam
Tidak ada jembatan jaringan
Sekitar luka bersih tidak ada memar
Bila lokasinya pada kepala maka rambutnya terpotong
Tajam
Tumpul
bentuk luka
Teratur
tidak
Tepi
Rata
tidak rata
jembatan jar
tidak ada
ada/tidak
ya/tidak
tidak
dasar luka
garis/titik
tidak teratur
sekitar luka
Bersih
Bisa lecet/memar
LEBAM MAYAT
Kejadian intravital
Terdapat pembengkakan
Pembengkakan (-)
kehitaman
nampak bersih
Tabel. Ciri-ciri luka akibat kekerasan benda tajam pada kasus pembunuhan, bunuh
diri atau kecelakaan
Pembeda
Pembunuhan
Bunuh Diri
Kecelakaan
Lokasi luka
Sembarang
Terpilih
Terpapar
luka
Banyak
Banyak
>1
Pakaian
Terkena
Tidak
Terkena
Luka tangkisan
(+)
(-)
(-)
Luka percobaan
(-)
(+)
(-)
Cedera Sekunder
Mungkin ada
(-)
Mungkin ada
C. LUKA TEMBAK
a. ARTI KLINIS LUKA TEMBAK
Dalam praktik banyak terdapat hal tentang luka tembak masuk pada tubuh manusia.
Seperti kita ketahui kulit terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan subkutis. Jika dilihat dari
elastisitasnya, epidermis kurang elastis bila dibandingkan dengan dermis. Bila sebutir peluru
menembus tubuh, maka cacat pada epidermis lebih luas dari pada dermis. Diameter luka pada
epidermis kurang lebih sama dengan diameter anak peluru, sedangkan diameter luka pada
dermis lebih kecil. Keadaan tersebut dikenal sebagai kelim memar (contusio ring).
1.
kecepatan tinggi
luar
Pinggiran luka mengalami abrasi
Tidak ada
Tidak ada
bagus bentuknya.
kerucut
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Jenis peluru
Kecepatan peluru
Lokasi
jarak dari puncak kepala atau telapak kaki serta ke kanan dan kiri garis
pertengahan tubuh
lokasi secara umum terhadap bagian tubuh
2.
3.
4.
Perubahan
oleh tenaga medis
oleh bagian pemakaman
5.
Track
penetrasi organ
arah
kerusakan sekunder
kerusakan organ individu
6.
susunan
7.
Luka keluar
lokasi
karakteristik
8.
9.
Peluru yang mempunyai kecepatan tinggi (high velocity), akan menimbulkan luka
yang relatif lebih kecil bila dibandingkan dengan peluru yang kecepatannya lebih rendah
(low velocity). Kerusakan jaringan tubuh akan lebih berat bila peluru mengenai bagian
tubuh yang densitasnya lebih besar.
Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung kencing, bila terkena
tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam fase diastole),
maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan jantung dalam
fase sistole dan kandung kencing yang kosong; hal tersebut disebabkan karena adanya
penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian.
Mekanisme terbentuknya luka dan kelim lecet akibat anak peluru:
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle
bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim
lecet (abrasion ring)
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan diteruskan ke segala arah,
maka sewaktu anak peluru berada dan melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang
yang lebih besar dari diameter peluru
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau robekan yang terjadi
akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan oleh adanya elastisitas dari jaringan
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk
akan sama lebarnya pada setiap arah
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat diketahui dari
bentuk kelim lecet
h. Kelim lecet paling lebar merupakan petunjuk bahwa peluru masuk dari arah tersebut
i. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada klim lecet akan dijumpai pewarnaan
kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau kelim lemak (grease
ring/ grease mark)
j. Bila peluru masuk pada daerah di mana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang
terjadi adalah bentuk bundar, bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas besar
seperti tulang, maka sebagian tenaga dari peluru disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang
tejadi menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang
k. Perkiraan diameter anak peluru merupakan penjumlahan antara diameter lubang luka
ditambah dengan lebar kelim lecet yang tegak lurus dengan arah masuknya peluru
l. Peluru yang hanya menyerempet tubuh korban akan menimbulkan robekan dangkal,
disebut bullet slap atau bullet graze
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit, tiosianat,
tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida, sedangkan smoke less powder
terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat yang dicampur dengan karbon dan gravid
b. Partikel atau fragmen logam tersebut akan menimbulkan luka lecet atau luka terbuka
dangkal yang kecil-kecil pada tubuh korban
c. Partikel tersebut dapat masuk ke dalam kulit atau tertahan pada pakaian korban.
6) Akibat moncong senjata (muzzle effect): jejas laras
a. Jejas laras dapat terjadi pada luka tembak tempel, baik luka tembak tempel yang erat
(hard contact) maupun yang hanya sebagian menempel (soft contact)
b. Jejas laras dapat terjadi bila moncong senjata ditempelkan pada bagian tubuh, dimana
di bawahnya ada bagian yang keras (tulang)
c. Jejas laras terjadi oleh karena adanya tenaga yang terpantul oleh tulang dan
mengangkat kulit sehingga terjadi benturan yang cukup kuat antara kulit dan moncong
senjata
d. Jejas laras dapat pula terjadi jika si penembak memukulkan moncong senjatanya
dengan cukup keras pada tubuh korban, akan tetapi hal ini jarang terjadi
e. Pada hard contact, jejas laras tampak jelas mengelilingi lubang luka, sedangkan pada
soft contact, jejas laras sebetulnya luka lecet tekan tersebut akan tampak sebagian
sebagai garis lengkung
f. Bila pada hard contact tidak akan dijumpai kelim jelaga atau kelim tato, oleh karena
tertutup rapat oleh laras senjata, maka pada soft contact jelaga dan butir mesiu ada yang
keluar melalui celah antara moncong senjata dan kulit, sehingga terdapat adanya kelim
jelaga dan kelim tato.
7) Pengaruh pakaian pada luka tembak masuk
Jika tembakan mengenai tubuh korban yang ditutup pakaian, dan pakaiannya cukup tebal,
maka dapat terjadi:
Asap, butir-butir mesiu dan api dapat tertahan pakaian
Fragmen atau partikel logam dapat tertahan oleh pakaian
Serat-serat pakaian dapat terbawa oleh peluru dan masuk ke dalam lubang luka tembak
pasien bagi dokter. penggambaran luka secara detail akan dilakukan nanti, setelah semua
kondisi gawat darurat dapat disingkirkan. oleh karena singkatnya waktu yang dimiliki untuk
mempelajari medikolegal, seringkali dokter merasa tidak mempunyai kewajiban untuk
mendeskripskan luka secara detail. deskripsi luka yang minimal untuk pasien hidup terdiri
dari : lokasi luka, ukuran dan bentuk defek, lingkaran abrasi, lipatan kulit yang utuh dan
robek, bubuk hitam sisa tembakan (jika ada), tato (jika ada), dan bagian yang
ditembus/dilewati.1,3,4
penatalaksanaan
luka,
termasuk
debridement,
penjahitan,
D
D
(C)
Keterangan Gambar
1. (A) anak peluru yang masuk sesara tegak lurus dapat diketahui dari perkiraan diameter
anak peluru adalah AB-CD.
(B) Anak peluru masuk dengan pembentukan sudut, besarnya sudut tersebut (sinus), adalah
CD/AB. Arah anak peluru diketahui dari kelim lecet yang tersebar.
(C) Bila AB adalah jarak antara tumit/lantai dengan luka tembak masuk diketahui demikian
pula besarnya sudut masuknya, dengan demikian jarak BC dan panjangnya AC dapat di
hitung, sisi miring pada segitiga ABC tidak lain adalah merupakan lintasan anak peluru.
B kaliber
b
a
Sin = b/a
Keterangan gambar :
(A) Besarnya sudut masuk anak peluru dan kaliber diameter dari anak peluru seperti yang
dimaksud dalam gambar di atas besarnya sudut masuk (sinus) b/a sedangkan kaliber dari
anak peluru adalah b.
(B) Cara melakukan pengukuran di dalam memeriksa kasus penembakan, diukur dengan
mengambil patokan tumit dan garis tengah tubuh melalui tulang punggung untuk
memperrkirakan arah tembakan dari luar depan atau belakang atau samping dan sudutnya.
Dengan pemberian hydrogen-peroxide tadi, luka tembak akan bersih dan tampak jelas,
sehingga deskripsi luka dapat dilakukan dengan akurat.
Selain secara makroskopik, dapat juga dengan pemeriksaan khusus: pemeriksaan
mikroskopik, pemeriksaan kimiawi, dan pemeriksaan radiologik.
a) Pemeriksaan Mikroskopik
Perubahan yang tampak diakibatkan oleh dua faktor, yaitu: trauma mekanik dan termis,
pada luka tembak tempel dan luka tembak jarak dekat perubahan mikroskopis yang terjadi
adalah:
Kompresi epitel, disekitar luka tampak epitel yang normal dan yang mengalami
kompresi, elongasi, dan menjadi pipihnya sel-sel epidermal serta elongasi dari inti sel
Distorsi dari sel epidermis di tepi luka yang dapat bercampur dengan butir-butir mesiu
Epitel mengalami nekrosis koagulatif, epitel sembab, vakuolisasi sel-sel basal
Akibat panas, jaringan kolagen menyatu dengan pewarnaan HE, akan lebih banyak
mengambil warna biru (basophilic staining)
Tampak perdarahan yang masih baru dalam epidermis (kelainan ini paling dominan,
dan adanya butir-butir mesiu)
Sel-sel pada dermis intinya mengerut, vakuolisasi dan piknotik
Butir-butir mesiu tampak sebagai benda tidak beraturan, berwarna hitam atau hitam
kecoklatan
Pada luka tembak tempel hard contact, permukaan kulit sekitar luka tidak terdapat
butir-butir mesiu atau hanya sedikit sekali; butir-butir mesiu akan tampak banyak pada
lapisan bawahnya, khususnys di sepanjang tepi saluran luka
Pada luka tembak tempel soft contact, butir-butir mesiu terdapat pada kulit dan
jaringan di bawah kulit
Pada luka tembak jarak dekat, butir-butir mesiu terutama terdapat pada permukaan
kulit, hanya sedikit yang ada pada lapisan-lapisan kulit
b) Pemeriksaan Kimiawi
Pada black gun powder dapat ditemukan kalium, karbon, nitrit, nitrat, sulfas, sulfat,
karbonat, tiosianat dan tiosulfat
Pada smokeless gun powder dapat ditemukan nitrit, dan selulosa-nitrat
Pada senjata api yang modern, ditemukan timah, barium, antimony, dan merkuri
Unsur-unsur kimia yang berasal dari laras senjata dan dari peluru sendiri dapat
ditemukan timah, antimon, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan thalium
Pemeriksaan atas unsur-unsur tersebut dapat dilakukan terhadap pakaian, di dalam atau
di sekitar luka
Pada pelaku penembakan, unsur-unsur tersebut dapat dideteksi pada tangan yang
menggenggam senjata.
Di pinggir atau di sekitar robekan mungkin didapatkan pengotoran oleh darah, atau
jaringan tubuh korban yang hancur dan terbawa keluar. Seperti otak atau serpihan
tulang.
Tepi lubang pada pakaian tampak terangkat, hal ini menunjukkan bahwa peluru keluar
melalui lubang tersebut.
o Pasal 90
Luka berat berarti :
Jatuh sakita atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
Dari pasal-pasal tersebut dapat dibedakan empat jenis tindak pidana yaitu:
1. Penganiayaan ringan:
2. Penganiayaan;
3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat;
4. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian.
Oleh karena istilah penganiayaan merupakan sitilah hukum, yaitu :
dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang,
maka di dalam visum et repertum yang dibuat oleh dokter tidak boleh
dicantumkan penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak itu adalah
urusan hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan nyeri,
sukarsekali untuk dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban dokter
dalam membuat visum et repertum hanyalah menentukan secara objektif
adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan derajat luka.
Derajat luka tersebut harus disesuaikan dengan salah satu dari ketiga jenis
tindak pidana yang disebutkan (tidak pidana keempat, yaitu: penganiayaan
yang mengakibatkan kematian, dibahas secara terpisah), yaitu :
1. Penganiayaan ringan;
2. Penganiayaan;
3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Winardi T, Munim A, Sidhi, Hertian S, et al.
Ilmu Kedokteran Forensik, First edition. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 1997
Sampurna B, Samsu Z. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakkan Hukum. Jakarta:
Bagian kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2003
Idries AM, Tjiptomartono AL, editors. Penerapan Ilmu Kedokteran forensik dalam
Proses Penyidikan. Jakarta: CV Sagung Seto;2008
Sheperd R. Simpsons Forensic Medicine Twelfth Edition. Great Britain: Arnold;2003
Knight B. Forensic Pathology. Second Edtion. Hgreat Britain. Arnold.204.
Di Maio VJ, Di Maio D. Forensic Pathology. Second Edtion. USA; CRC.Press;2001
Staf Pengajar FK UI. Tekhnik Autopsy Forensik. Cetakan ke-4. Jakarta: Bagian
Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2000