You are on page 1of 4

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Infeksi merupakan penyakit yang paling sering dijumpai di seluruh belahan

dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut dapat terjadi karena Indonesia merupakan
negara yang memiliki iklim tropis. Temperatur yang hangat, udara berdebu dan
lingkungan yang lembab memudahkan mikroba dapat tumbuh dengan subur.
Berbagai mikrooganisme yang dapat menyebabkan infeksi adalah virus, bakteri,
jamur dan protozoa. Organisme-organisme tersebut dapat menyerang seluruh
tubuh manusia (Gibson, 1996).
Penyakit infeksi yang banyak diderita masyarakat diantaranya adalah infeksi
Enterobactericeae dari golongan Escherichia, Salmonella, Shigella, Klebsiela dan
sebagainya. Infeksi Enterobactericeae dari golongan Escherichia yang paling
sering terjadi yaitu Escherichia coli (Brunner dan Suddarth, 2000). Escherichia
coli (E. coli) merupakan flora normal usus yang umumnya tidak menyebabkan
penyakit bila masih berada di dalam usus. Escherichia coli dapat menyebabkan
penyakit bila telah mencapai jaringan luar traktus internus seperti saluran kencing
(Brooks et al., 2007).
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
oleh E. coli (Brooks et al., 2007). Hasil survei yang dilakukan di Rumah Sakit
Amerika Serikat tahun 2002 menunjukkan bahwa ISK menjadi penyebab pada
lebih dari 13.000 kematian atau sekitar 2,3% dari angka kematian (Gould dan
Carolyn, 2009). Infeksi saluran kemih merupakan infeksi kedua yang paling
sering terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas. Prevalensi ISK pada
populasi usia di atas 65 tahun, rata-rata terjadi pada 9,3% wanita dan 2,5-11%
pada pria (Smyth dan OConnell, 1998). Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi
pada wanita dibandingkan pria salah satunya karena secara anatomi uretra wanita
lebih pendek dan terletak lebih dekat dengan sumber bakteri seperti anus.
Keadaan tersebut akan memudahkan bakteri yang berada di sekitar anus masuk ke
dalam kandung kemih melalui uretra dan menyebabkan ISK (Todar, 2008).

Penyakit ISK yang menimbulkan gejala biasanya diterapi dengan


antibiotika. Saat ini resistensi E. coli terhadap beberapa antibiotika telah banyak
dilaporkan. Beberapa golongan antibiotik yang diketahui telah resisten tersebut
diantaranya adalah golongan -laktam, fosfomisin dan kuinolon. Antibiotik
golongan fosfomisin dan kuinolon saat ini justru sangat sering digunakan dalam
penanganan kasus ISK (Lindgren et al., 2003; McDonald et al., 2001; Nilsson et
al., 2003).
Penggunaan tanaman untuk pengobatan saat ini sangat diminati oleh
masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terjadi karena biaya pengobatan dari bahan
tanaman relatif lebih murah, memiliki efek samping yang kecil dan lebih mudah
ditemukan dibanding obat-obat moderen lainnya (Muhlisah, 2004). Sirih merah
(Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman yang terdapat di dataran tinggi
Indonesia dan memiliki khasiat untuk mengobati beberapa penyakit (Sudewo,
2007). Manfaat sirih merah telah banyak dibicarakan, namun saat ini penelitian
mengenai sirih merah masih sangat sedikit (Juliantina et al., 2009). Daun sirih
merah secara empirik digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti batuk,
asma, peradangan, Diabetes Melitus serta luka yang sulit sembuh (Mursito, 2002).
Manfaat sirih merah (Piper crocatum) sebagai agen antibakteri telah dibuktikan
oleh Juliantina et al. (2009) dalam penelitiannya. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa ekstrak etanol sirih merah (Piper crocatum) mampu
menghambat dan membunuh Staphylococcus aureus pada konsentrasi 25%.
Ekstrak etanol sirih merah (Piper crocatum) juga mampu menghambat dan
membunuh E. coli pada konsentrasi 6,25% serta relatif stabil dibandingkan pada
Staphylococcus aureus setelah dilakukan 5 kali pengulangan.
Sirih merah memiliki kandungan yang sama seperti sirih hijau. Sirih merah
mengandung beberapa senyawa yaitu, flavonoid, alkaloid, tanin, euganol, minyak
atsiri dan lain-lain. Sirih merah diketahui memiliki satu senyawa yang jumlah
kandungannya lebih banyak daripada jenis sirih lainnya. Senyawa tersebut adalah
karvakol. Karvakol memiliki sifat sebagai antifungi dan desinfektan (Haviva,
2011).

Penggunaan sirih secara tradisional oleh masyarakat biasanya dengan cara


merebus daun sirih dengan air. Air hasil rebusan tersebut digunakan untuk
berkumur atau diminum untuk mengobati batuk, sariawan, gusi berdarah,
mimisan, sakit kepala, bau badan, mengurangi peradangan dan menghilangkan
gatal-gatal (Adiguna, 2001; Soedibyo, 1991). Kaum wanita biasanya sering
menggunakan air rebusan daun sirih sebagai cairan pencuci vagina karena
dipercaya dapat membersihkan vagina dari berbagai kuman (Moeljanto and
Mulyono, 2005).
Tanaman sirih sampai saat ini masih sangat banyak ditemui di Aceh.
Masyarakat umumnya hanya mengenal jenis sirih hijau dan belum banyak yang
mengetahui tentang sirih merah karena masih sangat jarang digunakan. Hal ini
menjadi salah satu alasan yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
tentang sirih merah (Piper crocatum).
Penelitian Juliantina et al. (2009) yang menunjukkan aktivitas antibakteri
ekstrak sirih merah relatif stabil terhadap E. coli menjadi dasar pertimbangan
peneliti untuk menggunakan E. coli sebagai bakteri uji. Bakteri E. coli yang
menjadi penyebab utama ISK juga menarik peneliti untuk menggunakan isolat E.
coli yang berasal dari urin penderita ISK. Penelitian Ekstrak sirih merah ini
menggunakan pelarut yang berbeda dari penelitian Juliantina et al. (2009).
Peneliti menggunakan air sebagai pelarut karena air merupakan pelarut universal
yang bersifat polar sehingga dapat menarik senyawa yang polar atau yang tingkat
kepolarannya lebih rendah. Penggunaan air sebagai pelarut juga ditinjau dari
kebiasaan masyarakat yang menggunakan sirih sebagai tradisional dengan
menggunakan air sebagai pelarut. Air juga lebih murah, mudah diperoleh, tidak
berbahaya terhadap tubuh dan lingkungan sehingga aman digunakan.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan pada penelitian ini

adalah Apakah ekstrak air daun sirih merah (Piper crocatum) memiliki aktivitas
antibakteri terhadap isolat E. coli dari urin penderita ISK?

1.3

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri dari ekstrak air daun sirih merah
(Piper crocatum) terhadap E. coli dari urin penderita ISK.
2. Untuk mengetahui konsentrasi ekstrak air daun sirih merah (Piper
crocatum) yang menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap E. coli dari urin
penderita ISK.

1.4

Manfaat Penelitian

1. Farmakologi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi data ilmiah di bidang farmakologi
tentang senyawa antibakteri yang terdapat pada ekstrak air daun sirih merah
(Piper crocatum), khususnya terhadap bakteri E. coli penyebab ISK.
2. Peneliti
3. Masyarakat

1.5

Hipotesis

1. Ekstrak air daun sirih merah memiliki aktivitas antibakteri terhadap E. coli
dari urin penderita ISK.
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak air daun sirih merah, maka semakin
besar aktivitas antibakterinya terhadap E. coli (diameter zona hambat
semakin besar).

You might also like