Professional Documents
Culture Documents
flavonoid,
saponin
dan
tanin
yang
berkhasiat
sebagai
anti
ketombe
viskositas yang menghasilkan rheologi dari suatu sediaan agar sediaan tersebut
lebih mudah digunakan. Hidroksi etil selulosa merupakan derivat selulosa yang
nonionik yang larut dalam air panas dan air dingin, praktis tidak larut dalam
etanol (95%), eter, toluen dan dalam sebagian besar pelarut organik (Rowe 2009).
dalam suatu formulasi sediaan sampo ekstrak cair kangkung dengan berbagai
konsentrasi yaitu 0,8%, 0,9 %, 1%, dan 1,1 % dan bahan-bahan tambahan lain
sehingga didapatkan konsentrasi optimal pada sediaan sampo yang baik.
METODOLOGI
Alat-alat penelitian
pH
meter,
Viskometer
Brookfield
tipe
RVDVE,
etil selulosa, propilenglikol, metil paraben, propil paraben, dinatrium EDTA dan
aquades.
Prosedur Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Komposisi
Ekstrak kangkung
Natrium lauril sulfat
Hidroksi etil selulosa
Propilenglikol
Nipagin
Nipasol
Dinatrium EDTA
Aquades ad 100
Formula Formula
1 (%)
2 (%)
3
3
9
9
0,8
0,9
15
15
0,18
0,18
0,02
0,02
0,1
0,1
100
100
Formula
3 (%)
3
9
1
15
0,18
0,02
0,1
100
Formula
4 (%)
3
9
1,1
15
0,18
0,02
0,1
100
Fungsi
Zat Aktif
Detergen
Pengental
Humektan
Pengawet
Pengawet
Pengkelat
Pelarut
Alat dan bahan disiapkan setelah itu dilakukan penimbangan zat aktif dan
mengaduk hidroksi etil selulosa dengan air panas sampai terbasahi, kemudian
dalam M1 dan diaduk sampai homogen. Ekstrak kangkung dan natrium lauril
sulfat yang telah dilarutkan dalam air, dimasukkan ke dalam M1 dan diaduk
sampai homogen. Sisa aquades dimasukkan ke dalam M1, kemudian dicampur
dan diaduk sampai homogen.
Evaluasi Sediaan Sampo
pengukuran pH, viskositas dan sifat alir, bobot jenis, tegangan permukaan, tinggi
busa dan uji pemisahan fase (freeze thauw dan sentrifugasi).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemerian
Warna
Rasa
Bau
PH
Viskositas
Rendemen
Bobot jenis
Susut pengeringan
Kental
Hijau Kehitaman
Pahit
Khas Aromatis
5,6
13000 cps
12,2 %
1,1308 g/ml
29,44 %
Identifikasi ekstrak
Alkaloid
Flavonoid
Saponin
Tanin
Keterangan :
Hasil
+
+
+
+
(+)
(-)
No
1
Formula
F1 (0,8 %)
Bentuk
Cair
Organoleptik
Bau
Warna
Khas kangkung Hijau kehitaman
4
Homogenitas
Homogen
2
3
4
kangkung, berwarna hijau kehitaman, dengan bentuk cair pada F1 (0,8%), agak
kental pada formula F2 (0,9%) dan F3 (1%), serta kental pada F4 (1,1%)
dibandingkan formula dengan konsentrasi hidroksi etil selulosa yang lebih rendah.
Dari hasil evaluasi sifat fisik semua formula sampo terlihat homogen dengan
penyebaran warna dan permukaan yang merata.
b. Pengukuran pH
normal dan homogen dengan masing-masing nilai Sig > 0,05. Pada uji ANOVA 2
arah variabel konsentrasi dan variabel waktu terhadap pH didapat nilai Sig < 0,05
didapat nilai nilai Sig > 0,05 artinya tidak ada perbedaan nilai rata-rata dan tidak
ada pengaruh interaksi keduanya. Dan pada tukey HSD pada formula 1 (0,8 %)
5
tidak ada perbedaan bermakna dengan formula 2 (0,9%) dan formula 3 (1%) ada
perbedaan bermakna dengan formula 1, 2 dan 4. Pada penyimpanan selama 6
Perbedaan yang didapat tidak signifikan sehingga stabilitas cukup baik. Nilai pH
pada keempat formula yang di dapat antara 6,00-6,20 dan sesuai dengan
persyaratan mutu yang tertera pada SNI 06-2692-1992 yaitu 5-9.
c. Pengukuran Viskositas dan Sifat alir
Viskositas (cps)
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
0
1250
2237
2843
3633
1
1100
2057
2650
3520
2
960
1897
2453
3463
3
903
1823
2303
3367
4
753
1710
2040
3167
5
677
1647
1920
3027
6
567
1450
1687
2733
Pengukuran viskositas sampo ekstrak kangkung ini dilakukan pada 4
Minggu
formula yaitu dari F1 (0,8%), F2 (0,9 %), F3 (1 %) dan F4 (1,1 %). Hasil
pengukuran viskositas sediaan sampo ekstrak kangkung pada minggu ke-0
menunjukkan nilai yang berbeda dari keempat formula, ini disebabkan karena
maka
semakin
tinggi
viskositasnya
(Aqualon
1999).
Selama
1250 cps
sehingga didapatkan konsistensi yang cair atau encer. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi hidroksi etil selulosa yang terlalu rendah. Pada F2 didapatkan nilai
viskositas 1450
2843 sehingga
didapatkan konsistensi yang agak kental. Dan pada F4 didapatkan nilai viskositas
2733 3633 dengan konsistensi lebih kental dibandingkan formula lainnya.
Dilihat dari hasil analisa data viskositas sediaan sampo terdistribusi normal
dan homogen dengan nilai Sig > 0,05. Pada uji ANOVA 2 arah pada variabel
konsentrasi, variabel waktu terhadap viskositas didapat nilai Sig < 0,05 artinya
terdapat perbedaan nilai rata-rata akibat pengaruh konsentrasi dan pengaruh
waktu. Variabel interaksi antara konsentrasi dan waktu terhadap viskositas juga
6
keduanya terhadap nilai rata-rata. Dan pada tukey HSD ada perbedaan bermakna
pada semua formula. Namun ada perbedaan tapi tidak signifikan tiap minggunya
selama penyimpanan 6 minggu, ini terlihat bahwa tidak ada perbedaan bermakna
antara minggu ke-2 dan 3, minggu 4 dan 5, namun ada perbedaan bermakna pada
minggu ke-0, 1, dan 6. Perbedaan viskositas yang tidak signifikan ini, dapat
dinilai stabilitasnya cukup baik. Kebanyakan sediaan sampo yang beredar di
pasaran biasanya menunjukkan viskositas antara 2000
dari keempat formula didapatkan hanya tiga formula yang bagus yang mendekati
viskositas tersebut yaitu pada formula 2, formula 3 dan formula 4.
minggu, hal ini disebabkan karena gugus eter pada hidroksi etil selulosa mengikat
air dan pengaruh pH sediaan sampo yang bersifat asam maka kedudukan molekul
menjadi renggang dan berkurang dari hari ke hari sehingga viskositas menurun
perlahan dan bersifat ireversibel (Swarbrick dan Boylan 1990).
Kebanyakan sediaan sampo
formula didapatkan hanya tiga formula yang bagus yang mendekati viskositas
tersebut yaitu pada formula 2, formula 3 dan formula 4.
Sedangkan sifat alir dapat dilihat dengan memplotkan x = torque dan y = rpm
dalam sebuah kurva (Triantafillopoulos 1988). Hasil kurva sifat alir viskositas
pada formula 1, 2, 3, dan 4 selama penyimpanan pada minggu ke-0 dan minggu
ke-6 menunjukkan kurva tidak mengalami perubahan, dapat disimpulkan bahwa
keempat formula memiliki sifat alir yang sama yaitu antitiksotropi pseudoplastis.
60
50
40
30
20
10
0
NAIK
TURUN
rpm
rpm
60
50
40
30
20
10
0
NAIK
TURUN
500
rpm
NAIK
TURUN
rpm
60
50
40
30
20
10
0
NAIK
TURUN
NAIK
TURUN
300
400
100
200
Torque (dyne/cm)
NAIK
TURUN
rpm
NAIK
TURUN
rpm
60
50
40
30
20
10
0
NAIK
TURUN
rpm
rpm
60
50
40
30
20
10
0
500
berkurang dengan meningkatnya laju geser dan kurva konsistensi yang dimulai
dari titik asal (0,0), atau paling tidak mendekati titik asal pada laju geser yang
terendah. Hal ini sesuai dengan sifat aliran bahan pengental hidroksi etil selulosa
yang mengikuti sifat aliran pseudoplastis (Sinko 2006). Pada kurva aliran
antitiksotropi atau tiksotropi negatif, yang memperlihatkan peningkatan dan bukan
meningkatnya frekuensi tumbukan partikel-partikel terdispersi atau molekulmolekul polimer yang menghasilkan peningkatan ikatan antar partikel seiring
bertambahnya waktu. Sehingga semua formula memiliki konsistensi yang baik
namun mudah dituang. Akan tetapi jika didiamkan, sediaan kembali ke sifat alir
seperti semula (Martin et al. 1993).
d. Pengukuran Bobot Jenis
Hasil pengukuran bobot jenis sediaan sampo dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Bobot Jenis Sediaan Sampo
sediaan sampo menurut SNI 06-2692-1992 yaitu memiliki bobot jenis 1,02. Bobot
volume yang sama (Voigt, 1994). Berdasarkan hasil evaluasi pada minggu ke-0
didapatkan perbedaan nilai dari keempat formula, ini disebabkan terjadinya
penambahan massa akibat peningkatan konsentrasi hidroksi etil selulosa sebagai
formula, ini dikarenakan keterbatasan alat yang digunakan yaitu piknometer yang
digunakan selama pengukuran tidak dilengkapi dengan termometer sebagai
pengatur suhu seperti yang tertera pada penetapan bobot jenis menurut Farmakope
Indonesia edisi IV.
Dilihat dari analisa data bobot jenis sediaan sampo terdistribusi normal
dan homogen dengan nilai Sig > 0,05. Dilihat dari uji ANOVA 2 arah variabel
konsentrasi dan variabel waktu terhadap bobot jenis didapat nilai Sig < 0,05
bobot jenis didapat nilai nilai Sig > 0,05 artinya tidak ada perbedaan nilai rata-rata
dan tidak ada pengaruh interaksi keduanya. Dan pada tukey HSD terdapat
perbedaan bermakna pada semua formula. Namun ada perbedaan tapi tidak
signifikan tiap minggunya selama penyimpanan 6 minggu, ini terlihat bahwa tidak
ada perbedaan bermakna antara minggu ke-1, 2 dan 3, namun ada perbedaan
bermakna pada minggu ke-0, 4, 5 dan 6. Perbedaan bobot jenis yang tidak
signifikan ini, dapat dinilai stabilitasnya cukup baik. Nilai bobot jenis keempat
formula yang di dapat antara 1,0238-1,0274 dan sesuai dengan persyaratan mutu
yang tertera pada SNI 06-2692-1992 yaitu 1,02.
e. Pengukuran Tegangan Permukaan
tinggi konsentrasi maka semakin kecil tegangan permukaan dan semakin tinggi
dengan cairan pembasah sehingga kotoran mudah dibasahi dan dibersihkan (Sinko
2006).
sampo memiliki nilai yang berbeda namun tidak signifikan, yaitu antara 39,9-41
dyne/cm. Perbedaan yang tidak signifikan ini disebabkan karena konsentrasi
natrium lauril sulfat yang digunakan pada semua formula sama, tapi
homogen dengan nilai Sig > 0,05. Pada uji ANOVA satu arah didapat nilai Sig <
10
0,05 artinya ada perbedaan rata-rata dari data tegangan permukaan. Dilihat dari
tukey HSD tidak ada perbedaan bermakna pada formula 1, 2, 4 dan ada perbedaan
bermakna pada formula 3. Dari keempat formula didapatkan formula 1 dan 4
merupakan formula yang bagus.
f. Pengukuran Tinggi Busa
Minggu
0
1
2
3
4
5
6
Menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
0 menit
5 menit
Formula 1
11.9
10.3
11.5
10.1
11.8
10
11.7
10.2
11
9.5
11.7
9.9
11.4
9.7
11.9
9.9
12.4
10.4
11.7
9.8
11.5
9.8
11.9
10.7
11.9
10.6
11.6
9.9
Formula 3
11.7
9.7
11.7
10
11.4
9.5
11.5
10.2
11.8
10
12
10.3
12
10.4
Formula 4
12.1
10.3
11.8
9.9
11.7
9.7
11.8
9.9
11.9
9.8
11.8
10.1
11.6
9.8
Tidak ada syarat tinggi busa maksimum atau minimum, karena tinggi busa tidak
nilai dari keempat formula, ini disebabkan karena selisih penimbangan dan saat
melarutkan natrium lauril sulfat yang dapat mempengaruhi banyaknya busa.
Selama penyimpanan 6 minggu busa yang dihasilkan dalam sediaan sampo cukup
stabil, karena penggunaan hidroksi etil selulosa sebagai pengental juga berfungsi
sebagai penstabil busa (Hunting LL, 1983).
Dilihat dari hasil analisa data tinggi busa sediaan sampo terdistribusi
normal dan homogen dengan nilai Sig > 0,05. Pada uji ANOVA 2 arah pada
variabel konsentrasi terhadap tinggi busa didapat nilai Sig > 0,05 artinya tidak
terdapat perbedaan nilai rata-rata akibat pengaruh konsentrasi. Variabel waktu
11
terhadap tinggi busa didapat nilai Sig < 0,05 artinya terdapat perbedaan nilai ratarata akibat pengaruh konsentrasi. Pada variabel interaksi antara konsentrasi dan
waktu terhadap viskositas juga didapat nilai Sig < 0,05 artinya ada perbedaan dan
ada pengaruh interaksi keduanya terhadap nilai rata-rata. Dan pada tukey HSD
tidak ada perbedaan bermakna pada semua formula. Namun ada perbedaan tapi
tidak signifikan tiap minggunya selama penyimpanan 6 minggu, ini terlihat bahwa
tidak ada perbedaan bermakna antara minggu ke-0, 1, 3, 4 dan 6, namun ada
perbedaan bermakna pada minggu ke-2 dan 5. Perbedaan tinggi busa yang tidak
signifikan ini, dapat dinilai stabilitasnya cukup baik sehingga keempat formula
bagus.
metode sentrifugasi dan metode freeze thaw. Untuk detail hasil uji pemisahan fase
No
Formula
Hasil
1
0,8 %
Tidak terjadi pemisahan
2
0,9 %
Tidak terjadi pemisahan
3
1%
Tidak terjadi pemisahan
4
1,1 %
Tidak terjadi pemisahan
Hasil pengamatan uji pemisahan fase sediaan sampo dengan metode
Suhu
4C
45C
4C
45C
4C
45C
4C
45C
Formula 1
-
Freeze thaw
Formula 2
Formula 3
12
Formula 4
-
5
6
Keterangan :
4C
45C
4C
45C
Uji pemisahan fase frezee thaw dilakukan untuk melihat pengaruh suhu
terhadap pemisahan fase sampo selama penyimpanan pada dua suhu yang berbeda
yaitu siklus frezee pada suhu 4C dan thaw pada suhu 45C. Dari uji pemisahan
tersebut F1, F2, F3 dan F4, tidak mengalami pemisahan. Ketika sediaan sampo
berada pada suhu 4C sampo mengalami perubahan warna karena membeku. Dan
pada saat berada pada suhu 45C sampo mengalami penurunan konsistensi yaitu
lebih encer dari bentuk sebelum dilakukannya fase frezee thaw, ini dikarenakan
Sinko Patrick J. 2006. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika : prinsip
Kimia Fisika dan Biofarmasetika dalam Ilmu Farmasetika. EGC. Jakarta.
Hlm. 561-583
SNI 06-2692-1992. Sampo. Dewan Standarisasi Nasional. Jakarta. Hlm.1-2
Swarbrick J, Boylan J. C. 1990. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. Vol
2. Marcel Dekker, inc. New York and Basel. Hlm 334-335.
Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (III).
Jakarta : Badan Penelitian dan pengembangan kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Hlm. 306-307
Triantafillopoulos, N. 1988. Measurement of Fluid Rheology and Interpretation of
Rheograms 2nd Edition. Kaltec Scientific, Inc.USA
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Terjemahan: Soendani
Noerono.Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta. Hal. 66, 609
14