You are on page 1of 20

Ref : Standard ASTM D4985

(American Standard for Testing & Materials)


Standard Spesification for Ethylene Glycol Base Engine Coolant for Heavy
Duty Engine Diesel Service
Specification
Chloride
Silicon

ASTM D4985
25 ppm, max
250 ppm, max

Specific gravity, 60/60F

1,110 - 1,145

Freezing point, 50% V/V

-36oC

Boiling point, 50% V/V

107oC

Effect on engine or vehicle finish


Ash content, mass %
pH, 50% V/V

5 max.
7,5 - 11,0
10 min.

Water mass %

5 max.

Effect on non metal


Storage stability
Foaming

Distinctive
No adverse effect
150 ml vol., max
5 sec. Break, max

Cavitation - erosion rating

Std Fully formulated


coolant : ASTM D6210

No Effect

Reserve alkalinity
Color

Atau

8 min. (10 perfect, 1 perforated)

Reserve alkalinity = ukuran


jumlah milimeter asam yg
diperlukan untuk mengurangi pH
coolant ke 5.5. Merupakan alat
kontrol kualitas coolant

ISTILAH DALAM COOLANT


Calcium : Membentuk kerak di permukaan heat exchanger yg panas, menjadi
insulator, bisa mengakibatkan overheating local. Diukur untuk menentukan

Water Hardness
Magnesium : Membentuk kerak, berakibat overheating lokal. Diukur untuk
menentukan Water Hardness. Jika dikombinasikan dengan Ca, menentukan
Total Water Hardness
Silikat : Bukti keberadaan pasir/lumpur, mengakibatkan abrasi/premature wear,
bisa juga mengendap dan menghambat aliran coolant. (Note : Silikat, bukan
sodium silikat)

Cloride : Banyak terkandung di air ledeng. Keberadaanya bisa diterima untuk


engine coolant, tetapi cukup agresif terhadap aluminium

Oxygen : Berkontribusi pada proses korosi dan penghilangan inhibitor. Banyak


terkandung di air minum. Lebih bagus jika oxygen dalam coolant rendah.
Sodium Silikat Inhibitor : Merupakan konvensional inhibitor utk aluminium jika
<250 ppm
Phosphate: pH buffer yang murah, tetapi terlarang dipakai untuk Mercedes, BMW,
Volkswagen MTU atau Detroit Diesel engines karena akan bereaksi dengan air

yg kandungan mineralnya tinggi menjadi kerak.


pH buffer : aditif yg menjaga optimum pH range dari coolant
Glycol : Bahan dasar pembuat coolant/aditif/antifreeze. Sifat tegangan permukaan

lebih kecil dari air, berat jenis lebih berat dari air. Hal ini membuat penetrasi
coolant ke pori-pori lebih tinggi & dapat meredam getaran shg dapat
mengurangi bubble attack & kavitasi. Dalam coolant berfungsi utk menurunkan
titik beku (-37oC) dan menaikkan titik didih 8%.

PROBLEM COOLING SYSTEM


1. Korosi pH
2. Erosi-kavitasi Si
3. Foaming / bubble attack leakage

4. Kerak / endapan Ca, Mg


5. Drop out / gel Excess aditif

KOROSI
Korosi adalah cara alamiah logam untuk kembali ke bentuknya
semula yaitu ore.
Korosi dipengaruhi oleh : pH, konsentrasi O2 & CO2, endapan di
permukaan logam, tegangan logam, temperatur coolant, asam
pembakaran engine, corrossion inhibitor.
Faktor yg berpengaruh utama adalah pH. pH coolant harus

dipertahankan antara 7.5 dan 11.


Jika pH <7.5, coolant menjadi agresif thd besi/baja
Jika pH >11, coolant menjadi agresif thd aluminium dan solder

PITTING CORROSSION
& BUBBLE ATTACK

Fully formulated coolant mengadung nitrit. Nitrit akan membentuk


lapisan pelindung tipis (oxide film) pada sisi dalam liner wall. Oxide film
ini berfungsi melindungi dinding liner dari korosi dan kavitasi/pitting

Bubble attack : Udara masuk ke sistem cooling melalui kebocoran


gasket, piping, atau kerusakan radiator cap. Ini mengurangi tekanan

cooling system dan meningkatkan potensi pembentukan bubble


(gelembung udara). Bubble menyebabkan erosi kavitasi (pitting).

Potensi pitting lebih tinggi lagi di iklim dingin. Jika engine dingin, getaran
engine meningkat karena kenaikan clearance pistom-to-cylinder dan

karena engine cenderung menyentak.

ENDAPAN KERAK

2/3 panas engine dibuang ke exhaust dan kerja engine. 1/3 sisanya harus
ditarik keluar dari engine dengan cooling system, karena itu penting utk
menjaga kebersihan permukaan cooling liner. Kerak dari hard water
setebal 1,5mm akan mengurangi efisiensi heat transfer sampai 40%.

Kerak menyebabkan munculnya local hot spot/overheat, yg pada akhirnya


bisa menyebabkan crack pada cyl head atau liner.

Cooling system mengandung Ca & Mg kebanyakan dari air minum


(ledeng). Air yg mengandung >100ppm Ca & Mg dapat dikatakan sbg hard
water. Enak diminum tapi dapat membentuk kerak di cooling system.

Total hardness (ppm) adalah level dissolved solid dari water coolant

FAKTOR PEMBENTUK KERAK

Water hardness : makin keras air yg dipakai, makin banyak


kerak yang terbentuk

Temperatur : Jika temperatur coolant naik, kelarutan Ca &


Mg turun, shg menaikkan kecenderungannya utk menempel
ke cooling liner.

Karakteristik aliran : Kerak akan banyak terjadi di bagian


yang panas dan bagian dengan aliran pelan atau turbulen.

Udara terperangkap : Bubble di sekitar sumber yg panas


menaikkan kecenderungan pembentukan kerak di area itu.

pH : Kenaikan pH akan meningkatkan tendensi


pembentukan kerak

KERUSAKAN WATERPUMP
Ca & Mg memiliki tendensi untuk untuk menyatu dengan
phosphat, membentuk kerak Ca-Phosphat dan Mg-Phosphat

pada permukaan heat transfer, terutama pada permukaan


seal.

Endapan ini akan merusak kerataan permukaan seal, shg


terjadi kebocoran

Efek selanjutnya akan merusak bearing water pump.

DROP OUT
Kelebihan ADITIF sodium phosphat atau sodium silikat (overdosis)

Kelarutan phosphat dan silikat terbatas, jika berlebihan maka phosfat


dan silikat akan keluar dari larutan coolant dan mengendap

Seal waterpump bocor, core tersumbat,


susah dibersihkan.

FUNGSI HEAVY DUTY COOLANT

General corrossion protection


Defoamer
pH buffering
Scale & deposit inhibition

Liner pitting protection


Protection from Total Dissolved Solid
Improved stability
Dilution tolerance

DEPLETION
Aditif coolant akan berkurang kandungan aditifnya selama
dipergunakan, oleh karena itu harus ditambahkan aditif lagi jika
sudah berkurang sampai limit bawah (0,3 unit)

0.8

Max.

Unit/ltr

0.3

Min.

Unit/ltr
250 hrs

250 hrs

250 hrs

STANDARD CUMMINS COOLANT

Recommend only fully formulated coolant


Heavy duty tidak menyediakan liner pitting & scale protection. Perlu mixing
process utk menambah SCA. Pada mixing ada resiko human error
Light Duty
ASTM Specification
Buffering
Corrosion Protection
Foam Control
Silicate Limit
Liner-Pitting Protection
Scale/Deposit Control
SCA Precharge
Required
Silicate Gelation
TDS Buildup in
Coolant
ESI Capable
System Top-Off

D-3306
Yes
Yea
Yes
No
No
No

Heavy Duty/Low Low Silicate and


Silicate
SCA
D-4985
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
No
Yes
No
Yes

Yes

Primary cause

Limits problem

No

No

Can occur with


SCA overdose
Can exceed 5
percent
No

Fully Formulated
D-6210/D6211
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
Yes
No
No
Remains below 3
percent
Yes

SCA added with SCA added with SCA added with Antifreeze/Coolant
antifreeze/coolant antifreeze/coolant antifreeze/coolant
only

STANDARD CUMMINS COOLANT

Maintenance
1.

Isi coolant dengan premix fully formulated coolant atau dengan 50/50
campuran high quality water dengan fully formulated concentrated aditif

2.

Penambahan coolant hanya memakai fully formulated coolant.

3.

Ganti coolant filter setiap penggantian oli

4.

Tambah aditif setiap oil change karena aditif depleted.

5.

Test konsentrasi aditif minimal 2 kali setahun, untuk menentukan


penambahan aditif.

6.

Test konsentrasi aditif minimal 1 kali setahun, untuk menentukan


penggantian coolant.

7.

Pergunakan selalu water filter

STANDARD CUMMINS COOLANT

Hal yg tidak diperbolehkan


1.

Pemakaian high silikat aditif

2.

Aditif terlalu encer atau terlalu pekat

3.

Pemakaian coolant yg bukan fully formulated

4.

Pemakaian sealing aditif (stop-leak) di cooling system

5.

Pemakaian oli yg terlarut dalam cooling system

6.

Air berkualitas jelek

Water quality requirement

Element

Maximum Level Allowable

Calcium, Magnesium (Hardness) 170 ppm (as CaCO 3)


-1
Chloride
40 ppm (as Cl )
-2
Sulfate
100 ppm (as SO 4 )

STANDARD CUMMINS COOLANT


Limit Penggantian Coolant

Contaminant
-2
Sulfate (SO 4 )
-1

Chloride (Cl )
Oil or fuel contamination
Ph
Grease, solder bloom, silica gel, rust, or scaling

Allowable Level
1500 ppm, maximum
200 ppm, maximum
Coolant must not contain oil or fuel
1
6.5 , minimum
Coolant must be free of these contaminants

DRAFT STANDARD COOLANT PAMA ?

Isi coolant dengan premix fully formulated coolant (atau dengan 50/50
campuran high quality water + concentrated aditif) ?

pH Coolant : 7.5 11 ?

Aditif level min. 0.3 unit/ltr, max. 0,8 unit/ltr ?

Kualitas air ?: Chloride < 40 ppm


Sulfat < 100 ppm
Water Hardness < 170 ppm (5 grain / liter)

DRAFT STANDARD COOLANT PAMA ?

Maintenance ?
1.

Penambahan coolant hanya memakai fully formulated coolant.

2.

Tambah aditif setiap oil change karena kandungan aditif menurun.

3.

Test konsentrasi aditif minimal 2 kali setahun, untuk menentukan


penambahan aditif.

4.

Test konsentrasi aditif minimal 1 kali setahun, untuk menentukan


penggantian coolant.

5.

Pergunakan selalu water filter

DRAFT STANDARD COOLANT TESTING PAMA ?

Metoda : Coolant Test Strip ?


Lebih baik tidak mengambil sampel coolant dari head tank, coolant recovery,

& overflow system karena zona itu tidak selalu bersirkulasi

Test dilakukan dalam keadaan dingin <55oC

Item tested ?:

- Water Quality : pH, Chloride, Hardness (Fleetguard Water Check Strip


CC2609)
- Coolant Quality : pH, Chloride, Sulfate (Fleetguard Quik Chek Test Strip
CC2607)
- Aditif (SCA) level : Freeze point, Molibdate (corrossion), Nitrite
(cavitation) (Fleetguard 3-Way Test Strip CC2602)

DRAFT STANDARD COOLANT TESTING PAMA ?

Test Level
Aditif

Test Water
Quality

You might also like