You are on page 1of 3

BAB II

PEMBAHASAN

Uji Organoleptik
Pada praktikum kali ini dilakukan uji organoleptic terhadap simplisia. Uji organoleptic
adalah cara pemeriksaan dengan pancaindera dan meliputi pemeriksaan terhadap bentuk, bau,
rasa pada lidah dan tangan, kadang- kadang pengamatan dengan pendengaran, dalam hal ini
diperhatikan bentuk, ukuran, warna bagian luar dan bagian dalam, retakan- retakan atau
gambarangambaran dan susunan bahannya (berserat-serat, bergumpal,dan lain sebagainya).
Organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu berdasarkan warna, bau, dan rasa, dari
simplisia tersebut. Pemeriksaan secara organoleptik harus dilakukan lebih dahulu sebelum
dilakukan pemerikaan dengan cara lain, karena pada umumnya pemeriksaan baru dilanjutkan
jika penilaian organoleptik memberikan hasil baik . Pada simplisia bentuk serbuk, pemeriksaan
secara mikroskopik dapat dilakukan secara serentak dengan cara organoleptic. Pengujian
organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat
memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk (Anonim,
2000).
Uji Makroskopik
Makroskopik merupakan pengujian yang dilakukan dengan mata telanjang atau dengan
bantuan kaca pembesar terhadap berbagai organ tanaman yang digunakan untuk simplisia.
Uumnya meliputi pengamatan terhadap irisan melintang dan terhadap serbuk. Uji makroskopik
dilakukan dengan menggunakan kaca pembesar atau tanpa menggunakan alat. Cara ini dilakukan
untuk mencari khususnya morfologi, ukuran, dan warna simplisia yang diuji (Anonim, 2000).
Metode Gravimetri
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang
telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui
proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur
atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi

transformasi unsur atau radikal kesenyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk
yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetric memakan waktu yang cukup lama,
adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu factor-faktor koreksi dapat digunakan
(Khopkar,1990).
Suatu analisis gravimetri dilakukan apabila kadar analit yang terdapat dalam sampel relatif
besar sehingga dapat diendapkan dan ditimbang. Apabila kadar analit dalam sampel hanya
berupa unsur pelarut, maka metode gravimetri tidak mendapat hasil yang teliti. Sampel yang
dapat dianalisis dengan metode gravimetri dapat berupa sampel padat maupun sampel cair.
Syarat-syarat analisis gravimetri :
1.

Proses pemisahan analit harus berlangsung secara sempurna, sehingga banyaknya analit
yang tidak terendapkan secara analitis tidak terdeteksi

2.

Zat yang akan ditimbang harus murni atau mendekati murni dan mempunyai susunan
yang pasti (Khopkar, 1990).
Pengukuran susut pengeringan merupakan parameter non- spesifik untuk mengukur sisa zat

setelah pengeringan pada temperatur 105oCselama 30 menit atau sampai konstan, yang
dinyatakan dalam porsen. Dalam hal khusus (jika bahan tidak mengandung minyak
menguap/atsiri dan sisa pelarutorganik) identik dengan kadar air, yaitu kandungan air karena
berada diatmosfer/lingkungan udara terbuka (Anonim,2000).
Pemeriksaan Mutu Simplisia menurut Farmakope Indonesia,yaitu:
1. Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-buku resmi
DepKes RI :Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia, dan Materia Medika
Indonesia (MMI).
2. Tersedia contoh simplisia pembanding dan diperbaharui secara periodik, Harus dilakukan

pemeriksaan mutu fisis secara tepat :


Kurang kering/ mengandung air
Termakan serangga atau hewan lain
Ada/ tidak pertumbuhan kapang (jamur)
Perubahan warna / bau

3. Lakukan

pemeriksaan

lengkap: Organoleptik,

Makroskopik

dan mikroskopik,

PemeriksaanKimiawi, fisika, dan Uji Biologi.


Tidak boleh mengandung organisme pathogen
Harus bebas dari cemaran mikroorganisme, serangga & binatang lainnya maupun kotoran

hewan
Tidak boleh ada penyimpangan bau dan warna
Tidak boleh mengandung lender atau menunjukkan adanya kerusakan
Kadar abu yang tidak larut dalam asam tidak boleh lebih dari 2%, kecuali dinyatakan lain
persyaratan (Anonim, 1979).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta
Anonim,2000,Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta
Khopkar,1990, Konsep Dasar Kimia Analitik ,UI Press, Jakarta

You might also like