Professional Documents
Culture Documents
Tim Penyusun
No.
NAMA
INSTANSI
NPM
1.
BPK
094060005126
2.
BPKP
094060005129
3.
BPPK
094060005162
4.
BPKP
094060005104
5.
BPKP
094060005112
6.
RUFANDI
BPK
094060005150
Unregistered
Issuer,
Unregistered
Trading,
Unregistered
Daftar Isi
Pendahuluan ..................................................................................................................................... 4
Latar Belakang ............................................................................................................................... 4
Jenis-Jenis Tindak Pidana Kejahatan Pasar Modal .............................................................................. 5
Insider Trading............................................................................................................................... 5
Market Manipulation..................................................................................................................... 6
Unregistered Broker....................................................................................................................... 7
Unregistered Securities .................................................................................................................. 7
Unfair Trading ............................................................................................................................... 8
Churning (Pasal 38 UU PM) ............................................................................................................ 8
Margin Account ............................................................................................................................. 9
Price Manipulation ........................................................................................................................ 9
Forgery ........................................................................................................................................ 10
Breach Fiduciary Duty .................................................................................................................. 10
Studi Kasus Tindak Pidana Pelanggaran Dan Tidak Pidana Kejahatan ............................................... 11
Kasus Price Manipulation saham PT Great River Internasional, Tbk. ............................................. 11
Kasus Penipuan Pada (Forgery) Kurzweil Applied Intelligence,Inc. ................................................ 11
Manipulasi Pasar, Insider Trading, dan Forgery Pada Film Wallstreet ........................................... 12
Indikasi Insider Trading Pada Skandal Bank Bali ........................................................................... 14
Indikasi Forgery dan Penggelapan Dana Nasabah Pada Kasus Optima Group ............................... 15
Kasus Reksadana Fiktif PT Antaboga Delta Sekuritas IndonesiaCelah Pengawasan Pada Sektor
Perbankan dan Pasar Modal ........................................................................................................ 19
Kasus Pelanggaran Perilaku Perusahaan Efek Yang Pernah Terjadi Di Pasar Modal ........................ 21
Profil Pelanggaran Yang Seringkali Dilakukan Oleh Perusahaan Efek ............................................ 21
Penggunaan dana nasabah oleh Komisaris dan atau pemegang saham ........................................ 23
Penggunaan Dana Nasabah Oleh Perusahaan Efek Dan Afiliasinya ............................................... 24
Penggunaan Efek nasabah untuk kepentingan operasional Perusahaan
Efek. ........................ 24
Pendahuluan
Latar Belakang
Kejahatan pasar modal (capital market crime/securities fraud) adalah segala pelanggaran hukum
yang ada hubungannya dengan pasar modal, baik pelanggaran peraturan perundang-undangan di
bidang pasar modal itu sendiri,maupun pelanggaran peraturan perundang-undangan di luar bidang
pasar modal dimana perbuatan tersebut mempunyai kaitan dengan pasar modal.
Dalam UU Pasar Modal Pasal 110 disebutkan tindak pidana apa saja yang merupakan pelanggaran
dan kejahatan dalam pasar modal. Praktik kejahatan di pasar modal merupakan perilaku yang
dilarang serta diancam dengan hukuman administratif dan pidana. Di dalam Undang-Undang Pasar
Modal, ketentuan pidana diatur di dalam pasal 103 s.d. 110. Penegakan hukum atas tindak pidana ini
sangat bergantung pada kepastian hukum yang dijalankan oleh otoritas pasar dan juga Self
Regulatory Organization (SRO) yang diberikan kewenangan dalam menetapkan dan menjalankan
sanksi hukuman kepada pihak yang melakukan praktik yang bertentangan dengan ketentuan yang
ada.
KUHP membagi tindak pidana menjadi dua yakni pelanggaran dan kejahatan. Serupa dengan
KUHP,ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal membagi
tindak pidana pasar modal menjadi dua yakni tindak pidana pelanggaran dan tidak pidana kejahatan.
Perbedaan keduanya terletak di besaran ancaman hukuman.
2. Praktik ini memberikan dampak negatif kepada emiten, karena dapat membentuk harga yang
semu akibat permainan dari insider trading; dan
3. Praktik ini menimbulkan kerugian bagi investor, karena adanya distribusi informasi yang tidak
merata di antara investor.
Pembuktian atas praktik insider trading dalam kejahatan pasar modal tidak mudah. Mulya Lubis dan
Alexander Lay (2008) mengungkapkan bahwa standar pembuktian praktik insider trading tidak
mudah karena memerlukan standar pembuktian beyond reasonable doubt. Standar pembuktian
yang rumit inilah yang memungkinkan pelaku insider trading dibebaskan oleh pengadilan karena
tidak mampu dibuktikan oleh pengadilan.
Dalam sistem hukum Indonesia terdapat lima alat pembuktian yang dianggap sah, yaitu surat-surat,
kesaksian, persangkaan, pengakuan dan sumpah. Jika ditelaah, alat bukti yang dimaksud dalam pasal
tersebut maka insider trading tidak dapat dibuktikan karena bukti transaksi yang dilakukan di bursa
merupakan hasil elektronik yaitu berupa print out dan bukan termasuk kategori surat sebagaimana
disebutkan dalam undang-undang.
Kepada setiap pihak yang melakukan insider trading, UU Pasar Modal Pasal 104, menyebutkan
bahwa sanksi yang dikenakan berupa pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Market Manipulation
Manipulasi Pasar (Market Manipulation) dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan
serangkaian transaksi sehingga menyebabkan harga efek di bursa naik, tetap, atau turun, bahkan
menimbulkan kesan tercapainya perdagangan yang aktif, dan kegiatan tersebut ditujukan untuk
mempengaruhi pihak lain agar membeli, menjual, atau menahan efek. Jenis-jenis manipulasi pasar
ini, diantaranya adalah:
1. Missinformation/False Information, berupa penyebaran informasi palsu guna mempengaruhi
harga pasar. Kegiatan ini biasanya langkah awal sebelum dilakukannya Market Rigging.
2. Market Rigging, meliputi kegiatan;
a. Wash Trading
Transaksi yang dilakukan disini digunakan untuk memberi kesan bahwa terdapat perdagang
yang aktif atas efek tertentu. Penjual atau pembeli pertama pada transaksi ini merupakan
juga pembeli atau penjual terakhir atas efek terkait.
b. Matching Orders
Mekanismenya adalah dengan memadukan dua perintah investor yang serupa dan saling
melengkapi untuk jumlah dan jenis efek yang sama dan pada saat yang bersamaan. Kegiatan
6
ini dilakukan untuk menciptakan kesan bahwa terdapat perdagangan aktif (sebenanrnya
tidak ada), dan juga dengan tujuan untuk menaikkan harga. Yang membedakannya dengan
wash trading adalah bahwa matching orders ini harus dilakukan dalam waktu yang
bersamaan.
c. Pump-Dump Manipulation (Pooling)
Kegiatan ini dilakukan dengan cara menguasai sejumlah besar efek, kemudian menjualnya di
saat yang tepat berdasarkan harga yang telah diciptakan karena penguasaan efek tersebut.
Metodenya ini akan efektif bila didukung dengan wash trading, matching orders,
penguasaan market marker, bahkan dengan mempengaruhi security analyst untuk membuat
analisis di media yang dapat mendorong naik harga efek terkait. Selain dengan tujuan untuk
menaikkan harga efek, pooling juga dapat ditujukan guna menurunkan harga efek.
Ketentuan dalam UU Pasar Modal yang mengatur mengenai pelanggaran manipulasi pasar ini adalah
pasal 91 dan 92. Sama halnya dengan kejahatan insider trading, pelaku kejahatan market
manipulation dikenakan sanksi berdasarkan pasal 104 UU No. 8 tahun 1995 mengenai Pasar Modal.
Unregistered Broker
Unregistered broker merupakan pihak yang bertindak sebagai broker atau perantara pedagang efek
yang melakukan kegiatan jual beli efek di pasar efek, yang seharusnya dilakukan oleh broker atau
penjamin efek yang telah terdaftar di otoritas pasar modal, misalnya SEC atau Bapepam. Di
Indonesia mengenai persyaratan menjadi perantara pedagang efek diatur dalam PP No 45 tahun
1995 mengenai Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal. Dan pelanggaran terhadap ketentuan
yang berlaku ini dapat dikenakan sanksi administratif, berupa peringatan tertulis, pembatasan
kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pencabutan izin usaha, pembatalan persetujuan,
pembatalan pendaftaran, dan sanksi denda.
Namun, Bapepam melalui Pasal 70 UU Pasar Modal, membolehkan adanya Perantara Pedagang Efek
yang menjalankan kegiatan jual beli efek tanpa harus memiliki register, yaitu untuk perdagangan
efek yang bersifat jatuh tempo kurang dari satu tahun, sertifikat deposito, polis asuransi, efek yang
diterbitkan atau dijamin Pemerintah, atau efek lain yang ditetapkan oleh Bapepam.
Unregistered Securities
Dalam aturan SEC disebutkan bahwa sebuah efek, seperti saham atau obligasi, dapat ditawarkan
untuk dijual kepada publik, bila terlebih dahulu telah didaftarkan pada otoritas pasar modal (SEC).
Dan terhadap efek-efek yang belum didaftarkan ini tapi telah ditawarkan, yang dikenal dengan
istilah unregistered securities, maka termasuk ke dalam tindak pidana. Seperti halnya yang diatur
7
oleh SEC, Bapepam pun mensyaratkan bahwa sebuah efek baru dapat ditawarkan melalui
penawaran umum oleh Emiten/Perusahaan Publik, ketika efek tersebut telah mendapatkan
pernyataan pendaftaran efektif dari Bapepam.
Dan UU Pasar Modal tidak menyebutkan bagaimana bila terjadi praktik transaksi unregistered
securities ini, serta sanksi yang dapat dikenakan pada pihak yang melakukannya. Namun, Bapepam
membolehkan untuk efek-efek jenis tertentu untuk dijual tanpa terlebih dahulu harus
menyampaikan pernyataan pendaftaran efektif ke Bapepam, yaitu;
1. Penawaran efek yang sifat jatuh temponya tidak lebih dari satu tahun;
2. Penerbitan sertifikat deposito;
3. Penerbitan polis asuransi;
4. Penerbitan efek yang diterbitkan dan dijamin oleh pemerintah; dan
5. Penawaran efek lain yang ditetapkan oleh bapepam.
Unfair Trading
Unfair trading dapat diartikan sebagai praktik curang yang melanggar ketentuan pedoman perilaku
yang dilakukan oleh perusahaan efek. Pedoman perilaku ini diatur dalam pasal 35 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Dalam UU Pasar Modal diatur bahwa perusahaan efek
atau penasehat investasi dilarang untuk;
1. Menggunakan pengaruh atau mengadakan tekanan yang bertentangan dengan kepentingan
nasabah;
2. Mengungkapkan nama atau kegiatan nasabah kecuali diberi instruksi secara tertulis oleh
nasabah atau diwajibkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
3. Mengemukakan secara tidak benar atau tidak mengemukakan fakta material kepada nasabah
mengenai kemampuan usaha atau keadaan keuangannya;
4. Merekomendasikan kepada nasabah untuk membeli atau menjual efek tanpa memberitahukan
adanya kepentingan perusahaan efek dan penasehat investasi dalam efek tersebut, atau
5. Membeli atau memiliki efek untuk rekening perusahaan efek itu sendiri atau untuk rekening
pihak terafiliasi jika terdapat kelebihan permintaan beli dalam penawaran umum dalam hal
perusahaan efek tersebut bertindak sebagai penjamin emisi efek atau agen penjualan, kecuali
pesanan pihak yang tidak terafiliasi telah terpenuhi seluruhnya.
investasi dari si nasabah. Churning dapat terjadi ketika seorang broker diberi kewenangan yang lebih
atas pengambilan keputusan investasi nasabah, baik melalui perjanjian formal tertulis ataupun tidak.
Sebagai contoh, ketika seorang nasabah terlalu bergantung pada nasihat investasi dari broker karena
tidak mampu mengevaluasi
kemungkinan besar broker nasabah tersebut akan memiliki kewenangan yang lebih atas akun
nasabah tersebut. Dalam SEC, churning ini dilarang karena melanggar SEC Rule 15c 1-7.
Dampak paling parah dari praktik ini adalah rekening portofolio nasabah akan tereduksi menjadi nol.
Ciri dari transaksi ini (churning) biasanya terlihat dari adanya frekuensi transaksi yang berlebihan
selama jangka waktu tertentu. Namun, akan cukup sulit untuk membuktikan tindak kejahatan ini,
karena sangat sulit juga bagi investor untuk menilai apakah tindakan churning oleh broker
merupakan bentuk inkompetensi broker tersebut, atau memang sebuah bentuk fraud yang
disengaja oleh broker.
Margin Account
Sebuah rekening broker di mana broker meminjamkan uang tunai ke pelanggan untuk membeli efek.
Hutang dalam rekening tersebut dijamin dengan efek dan cash. Jika nilai saham turun, pemegang
rekening akan diminta untuk menyetor cash lebih banyak atau menjual sebagian saham.
Dalam hal ini investor berinvestasi dengan menggunakan uang broker. Dengan menggunakan
leverage sedemikian rupa, investor memperbesar baik keuntungan maupun kerugian.
Price Manipulation
Manipulasi harga dapat dilakukan apabila ada dua atau lebih transaksi efek, yang secara langsung
atau tidak langsung dimaksudkan untuk menyebabkan harga efek tetap, naik atau turun dengan
tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli, menjual atau menahan efek.
Pasal 92 UUPM melarang adanya manipulasi harga (price manipulation). Tindakan manipulasi harga
ini biasanya dilakukan dengan persetujuan bersama (persekongkolan) oleh beberapa anggota bursa
(pialang efek). Anggota bursa ini akan membeli dan menjual efek pada harga yang telah mereka
tentukan/rekayasa. Oleh karena itu sebenarnya harga yang terjadi sama sekali tidak mencerminkan
kekuatan pasar yang berlaku. Permintaan beli dan penawaran jual yang terjadi tidaklah merupakan
cerminan dari kekuatan pasar yang sebenarnya pada saat itu. Bahkan dalam keadaan yang
sebenarnya pasar atau efek tersebut sama sekali tidak ada atau tidak terjadi, kecuali transaksi yang
dilakukan oleh para pihak yang bersekongkol tersebut. Untuk menaikan dan membuat pasar terlihat
aktif, pelaku manipulasi perlahan-lahan biasanya melakukan dalam waktu yang cukup panjang dan
perlahan-lahan untuk menghindari perbuatan tersebut dicurigai. Pelaku akan menaikan harga secara
9
perlahan dan membuat pasar atas efek tersebut terlihat aktif. Investor yang tidak menyadari hal ini
biasanya akan masuk ke pasar setelah harga naik cukup tinggi. Pada saat yang bersamaan para
pelaku juga mulai melepaskan efek-efek yang dimilikinya, yang mungkin sulit dijual karena tidak ada
aktifitas pasarnya selama ini.
Forgery
Pemalsuan data atau dokumen yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan di pasar modal, seperti
penawaran umum dimana penipuan dapat terjadi melalui sarana propektus baik menyangkut
laporan keuangan, laporan juru taksir (penilai) atau hal-hal lain yang merupakan isi dari prospektus.
10
11
12
menguntungkan. Setelah saling melakukan penghinaan, kedua pria tersebut mencapai suatu
kesepakatan.
Karir Fox menanjak. Ia menghasilkan banyak uang dan menikmati keuntungan yang diberikan Gekko,
termasuk sebuah penthouse di kawasan Upper East Side dan seorang wanita, desainer interior,
Darien (Daryl Hannah), yang diindikasikan sebagai mantan kekasih Gekko. Masih bekerja di Jackson
Steinem, Fox kemudian dipromosikan berkat besarnya komisi yang dia hasilkan dari transaksi dengan
Gekko dan ia diberikan sebuah kantor khusus yang mewah. Fox melanjutkan usahanya untuk
mendapatkan insider information, sejauh ini seringkali ia berpakaian seperti petugas kebersihan dan
masuk ke kantor-kantor pengacara dan perusahaan untuk mengumpulkan data.
Fox percaya bahwa Bluestar dapat dikembangkan dan dapat sukses secara komersial. ia merayu
Gekko untuk membeli Bluestar dan melakukan ekspansi dengan menggunakan dana simpanan
pekerja. Para pimpinan pekerja, termasuk Carl, ayah Fox, diundang ke apartemennya untuk
mendiskusikan proposal tersebut. Ketika itu hanya Carl yang tidak setuju dengan ide tersebut karena
ia tak percaya dengan Gekko, namun setelah perdebatan dengan anaknya, ia akhirnya setuju.
Hal sepertinya berjalan lancar namun kemudian Fox mengetahui bahwa Gekko telah mencuranginya
dan bahkan berniat untuk menjual aset-aset Bluestar, meninggalkan Carl dan seluruh pegawai
Bluestar menjadi pengangguran. Fox sendiri bertahan untuk memperoleh keuntungan dari tindakan
Gekko, tapi dihantui perasaan bersalah karena ia tidak pernah berniat untuk menghancurkan
Bluestar, khususnya karena banyak dari pegawai Bluestar merupakan temannya sejak lama.
Fox akhirnya memutuskan untuk menghancurkan rencana Gekko. Darien merayu Fox untuk tidak
melakukannya dengan mengingatkan akan uang yang akan mereka dapatkan dan akan bahaya yang
mereka hadapi jika bermusuhan dengan Gekko. Fox menolak argumen Darien, dan mereka putus.
Fox dan para pemimpin serikat pekerja bertemu dengan lawan Gekko, Sir Laurence Wildman yang
setuju untuk mengambil alih Bluestar dan menyelamatkannya dari asset stripping. Fox kemudian
mengumpulkan rekan kerjanya di Jackson Steinem untuk merayu klien mereka untuk berinvestasi di
Bluestar. Menggunakan metode yang sering Gekko gunakan, Fox membocorkan berita bahwa Gekko
akan mengambil alih Bluestar yang kemudian membuat harga saham naik. Ketua serikat pekerja
kemudian mendatangi Gekko, memperingatkannya bahwa mereka mengetahui rencana Gekko (yang
disangkal oleh Gekko) dan mengancam akan membuat konsumen tidak puas dengan pelayanan
Bluestar sehingga ketika perusahaan bangkrut, perusahaan tidak akan bernilai apa-apa.
Gekko memutuskan untuk memangkas kerugiannya dan keluar dari Bluestar Ya sudahlah! Toh kita
untung 10 juta dollar! tapi Fox kemudian menghubungi rekan-rekannya untuk serentak menjual
saham Bluestar sehingga saham Bluestar anjlok! Gekko tidak dapat menemukan pembeli untuk sisa
sahamnya sendiri. Aku rugi jutaan dollar!! ujarnya, dan ia terpaksa menjual sahamnya dalam
13
kerugian. Ketika harga saham telah turun hingga ke titik terendah, Wildman kemudian membeli
semuanya dan mengambil alih Bluestar. Mengetahui ini Gekko murka dan tau siapa yang harus
disalahkan.
Keesokan harinya, Fox yang telah merasa menang tiba di kantor Jackson Steinem & Co. dan
setibanya ia langsung dikonfrontasi oleh polisi dan Securities and Exchange Commission (BapepamLK). Gekko telah melaporkan kepada mereka mengenai insider trading yang telah dilakukan Fox. Fox
kemudian ditangkap.
Tak lama kemudian, Fox mengkonfrontasi Gekko di Central Park. Gekko mencaci maki Fox atas
pengkhianatannya. Ia kemudian secara membabi buta menyerang Fox, setelah sebelumnya
menyebutkan beberapa transaksi ilegal mereka. Tanpa sepengetahuan Gekko, Fox ketika itu
mengenakan penyadap yang dipasang oleh otoritas federal. Fox akhirnya masuk penjara tapi berkat
kerjasamanya ia mendapatkan keringanan hukuman dan Wildman telah menawarkannya sebuah
pekerjaan di Bluestar ketika ia bebas nanti.
sebuah informasi ekslusif yang dimiliki sepihak oleh kalangan dari Bank Bali (telah terjadi kebocoran
informasi) sehingga terjadinya praktek insider trading dapat saja dilakukan oleh pihak-pihak yang
secara langsung dituduh terlibat. Hingga kini kasus ini belum selesai diperkarakan.
berkode TRIL itu meroket 97,06% ke Rp1.340 per 6 Maret 2008. BEI kemudian memvonis Optima
Securities dan PT Mahakarya Capital Securities dengan sanksi tertulis pada 2 Juni 2008.
Bapepam-LK juga memeriksa kasus Optima Securities ini dengan indikasi pelanggaran dua
peraturan pasar modal, yaitu:
a. Pasal 91 dan 92 UU Nomor 8/1995 tentang Pasar Modal, terkait dengan persekongkolan
dua atau lebih pihak untuk menciptakan gambaran semu harga efek sehingga tidak
menggambarkan harga sebenarnya di pasar.
b. Peraturan Bapepam-LK Nomor V.F.1 tentang Perilaku Perusahaan Efek Sebagai Penjamin
Emisi Efek dan Peraturan Nomor IX.A.7 tentang Tanggung Jawab Manajer Penjatahan
dalam Rangka Pemesanan dan Penjatahan Efek Dalam Penawaran Umum.
Triwira adalah perusahaan yang 6,61% sahamnya dimiliki PT Kereta Api Indonesia. Optima
sendiri pernah menjadi konsultan keuangan proyek RaiLink milik Kereta Api dan PT Angkasa Pura
II. Belakangan, Dirut Optima Management Antonius T. P. Siahaan diperkarakan atas tuduhan
menyuap pejabat Kereta Api sebesar Rp100 juta guna memuluskan penempatan investasi Rp100
miliar perseroan itu ke Optima Management.
2. Saham PT Ades Waters Indonesia Tbk diangkat sebesar 183,33% oleh Optima Securities bersama
Sarijaya. Hal ini terjadi sebelum Sarijaya dituduh menyalahgunakan dana nasabah.
3. Saham PT Indah Kiat Pulp & Papers Tbk dinaikkan harganya 191,26% per 23 April-22 Mei 2008
yang dilakukan oleh Optima Securities-Sarijaya.
4. Optima Securities juga disinyalir mendongkrak harga saham PT Tjiwi Kimia Tbk hingga 111,11%.
BEI memasukkan Optima Securities-Sarijaya ke dalam daftar anggota bursa (AB) yang diawasi
(watchlist). Satuan itu menemukan indikasi bahwa Optima Securities telah melanggar Peraturan
Bapepam-LK Nomor V.D.1 Butir 5 tentang persetujuan tertulis pengawas atas pembukaan rekening
nasabah. Merespons temuan tersebut, Erry Firmansyah, Dirut BEI ketika itu, memerintahkan
bawahannya memanggil Harjono. Temuan pemeriksaan di lapangan berujung pada sanksi
administratif, sebagai bentuk pembinaan. Harapannya, Optima Securities memperbaiki diri tanpa
perlu dihukum.
Namun, dokumen BEI tentang hasil pemeriksaan AB per Desember 2008 mencatat Sarijaya dan
Optima Securities lagi-lagi bertengger pada daftar 10 AB berstatus pengawasan khusus. Brokerbroker bermasalah tersebut dinilai tidak beriktikad memperbaiki diri. Efek nasabah tetap dicampur
dalam rekening kolateral perseroan, dan dana nasabah juga digabung dengan dana perusahaan.
Pada saat bersamaan kasus Sarijaya pecah. Tuntutan publik agar BEI memperkuat pengawasannya
kian besar. Akhirnya, untuk mencegah pembajakan saham, BEI melarang praktik kuasa nasabah oleh
AB untuk meminjamkan dananya ke pihak lain.
16
Kasus Grup Optima sebenarnya sudah mulai dimonitor ekstra ketika persoalan reksa dananya
mengemuka. Pengawasan itu diperkuat setelah muncul indikasi gagal bayar Optima Securities pada
Februari 2009. Pada akhir Maret 2009, BEI mengganjar Optima Securities dengan peringatan tertulis
karena tidak melakukan tertib administrasi terkait dengan pemindahbukuan efek bersifat ekuitas,
untuk penyelesaian transaksi antar-AB. Akan tetapi, itu saja belum cukup. Optima Securities tetap
berada pada daftar pemeriksaan khusus 10 AB, dengan hasil temuan yang sama dari pemeriksaan
2008, yakni penyalahgunaan rekening efek nasabah dan pencampuran dana nasabah di akun utama
perusahaan. Akhirnya, meledaklah 'bom waktu' Optima Securities pada September 2009.
Robert Widjaja, seorang pemilik distributor barang konsumsi PT Tigaraksa Satria Tbk, tak pernah
menyangka akan menghadapi kenyataan dana investasinya senilai Rp100 miliar menguap di Optima
Securities. Sejak 15 Januari 1998, Robert tercatat sebagai nasabah Optima Securities yang kala itu
bernama PT Ciptamahardhika Mandiri Sekuritas. Saat itu, Robert juga mengajak putrinya, Chandra
Natalie Widjaja, berinvestasi di Optima Securities melalui PT Penta Widjaja Investindo.
"Juni 2009, jumlah dan nilai saham portepel di Optima Securities atas nama Robert Widjaja Rp150
miliar. Setelah membaca berita skandal di Grup Optima, ayah berniat memindahkan sahamnya ke
Trimegah namun tidak bisa," tutur Chandra.
Padahal, lanjutnya, pemindahan tersebut seharusnya bisa dieksekusi dalam sehari. Setelah didesak,
broker di Optima Securities bernama Ety Sulistyowati mengaku perusahaan terbelit masalah dan
tidak ada rekening efek atas nama Robert di KSEI.
Tentu saja, pengakuan Ety membuat Robert dan Chandra berang. Tindakan Optima Securities itu
jelas melanggar Peraturan Bapepam-LK Nomor III.C.7 tentang SubRekening Efek pada Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.
Apalagi, Harjono Kesuma selaku Dirut Optima Securities, tidak pernah menginformasikan fakta
tersebut, dan terus 'menjaga kepercayaan' mereka melalui laporan cetakan tertulis berisi daftar efek
Robert Widjaja, versi Optima Securities yang rutin dikirimkan.
Pada 9 September 2009, Harjono dan Direktur Optima Securities Lanny V. Taruli berupaya
menenangkan Robert sembari membawa dua orang yang diperkenalkan sebagai calon investor
Optima Securities. Salah satu investor itu adalah Jodi Haryanto. Dalam pertemuan tersebut Robert
diwakili Chandra. Harjono, berdasarkan keterangan Chandra yang juga terkonfirmasi melalui berkas
laporannya ke polisi, berusaha meyakinkan bahwa persoalan Optima Securities segera tuntas, dan
pengembalian dana Rp100 miliar yang ditanamnya di Optima Securities tinggal menunggu negosiasi
dengan dua calon investor tersebut.
17
Robert dan Chandra tidak tertarik dengan negosiasi yang ditawarkan Harjono. Prioritas mereka
adalah adanya jaminan pengembalian aset. Untuk itu, dia mengajukan gadai saham Optima
Securities 70% sebagai jaminan. Harjono meneken persetujuan pada 30 September 2009.
Dengan harapan dananya kembali utuh, Chandra kemudian mengadukan nasibnya ke BEI dan
Bapepam-LK, serta melaporkannya ke polisi atas dasar dugaan penggelapan direksi Optima
Securities pada 23 Oktober 2009 melalui laporan Nomor Po.LP/3026/K/X/2-009/SPK unit I.
Dalam dokumen pemeriksaan polisi per 18 Januari 2010, Harjono menyebut nama Ahmad
Rudiansyah sebagai pelaku penjualan aset Penta Widjaja di Optima Securities senilai Rp85 miliar.
Namun penyidik menduga nama itu alibi Harjono untuk menghindari tanggung-jawab.
Robert, yang menanam uangnya di PT Optima Kharya Capital Securities (Optima Securities), sempat
diposisikan sebagai 'kunci' penyelesaian kasus Grup Optima. Situasi tersebut bermula dari
pemeriksan BEI, tak lama setelah kasus itu meledak awal September 2009.
Pemeriksaan itu menemukan perbedaan data antara saldo di Optima Securities dengan saldo di
Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI). Atas perbedaan tersebut, Dirut Optima Securities Harjono
berdalih hal tersebut hanya karena salah input dan bisa dikoreksi.
Tim pemeriksa BEI lalu menunggu, dan butuh hampir sebulan untuk sadar bahwa alasan Harjono
mengada-ada, sampai Optima Securities mengaku bermasalah. Fakta material itu akhirnya
mengundang suspen, 23 Oktober 2009.
Untuk mengklarifikasi situasi tersebut, 3 hari setelah suspen, Harjono dan Direktur Optima Securities
Lanny V. Taruli mendatangi kantor BEI. Keduanya ditemui oleh Direktur Penilaian Perusahaan BEI
Eddy Sugito.
Dalam pertemuan itu, Harjono menyatakan nilai efek nasabahnya yang bermasalah Rp165 miliar
tersebar di 50 rekening.
Pernyataan ini menganulir pengakuan sebelumnya di hadapan Bapepam-LK yang mengklaim hanya
terdapat 10 rekening.
Harjono juga mengaku Rp400 miliar dana Optima Securities terpakai untuk menambal kewajiban PT
Optima Kharya Capital Management (Optima Management), seiring dengan anjloknya bursa pada
akhir 2008.
"Optima Management melikuidasi obligasi aset dasar kontrak pengelolaan dana dan reksa dana.
Waktu likuidasi, nilai asetnya hancur, ada rush lagi. Untuk menambal, dana Optima Securities
dipakai," kata Eddy dalam rapat direksi BEI, tak lama setelah pertemuan itu.
Harjono, dalam pertemuan itu, juga mengusulkan cara minimalisasi kerusakan dengan mengalihkan
atau merelokasi konflik melawan puluhan nasabah Optima Securities kepada tiga nasabah terbesar,
yakni Robert, Jawadi, investor asal Yogyakarta, dan Aryo asal Solo.
18
Dia meyakinkan direksi BEI bahwa dirinya bisa berunding dengan Robert, Jawadi, dan Aryo, untuk
'mengorbankan' sekitar Rp170 miliar total efek mereka di Optima Securities. Operasi penyelamatan
itu diskenariokan rahasia (silence operation). Publik tak perlu tahu.
Menanggapi usulan tersebut, Eddy menyatakan tidak bisa ikut campur. Itu pilihan Harjono. Namun,
dia menekankan prioritas BEI adalah agar Optima Securities menyelesaikan persoalan secepatnya
seperti ketentuan pasar modal.
Segendang sepenarian dengan BEI, Bapepam-LK yang kian sensitif dengan penggelapan dana
nasabah sejak mencuat kasus Sarijaya-Antaboga, juga membiarkan silence operation tersebut. Atas
nama mencegah kepanikan pasar, efek nasabah Optima Securities pun tak dibekukan.
Psikologi kepanikan itu pula yang menjelaskan kenapa Kepala Biro Transaksi Lembaga Efek
Bapepam-LK Nurhaida kemudian mengizinkan Harjono bernegosiasi dengan Robert dkk. Izin yang
kemudian justru menempatkan otoritas bursa dan pasar modal ke posisi pasif.
Padahal, Robert, melalui Chandra, mengaku negosiasi itu tak pernah ada. "Negosiasi yang ada adalah
September 2009, Optima Securities mengajukan ganti rugi tunai Rp22,5 miliar, tanah, dan saham PT
Colorpark Indonesia Tbk," kata Chandra, 21 Juni 2010.
berjenis discretionary Fund, yang kemudian dipasarkan oleh Bank Century, sebagai agen penjual,
selain tidak tercatat dalam data reksa dana Bapepam-LK, dana yang diperoleh dari nasabah Bank
Century itu dibawa kabur oleh Robert Tantular sebagai pengendali Bank Century dan Antaboga.
Semua produk Antaboga itu, dipasarkan oleh Bank Century. Dananya kemudian ditransfer ke
rekening Antaboga yang ada di Bank Century, selanjutnya ditransfer ke rekening Robert Tantular dan
teman-temannya. Akhirnya, otoritas pasar modal menyarankan kepada pihak yang berwenang untuk
melakukan pengejaran terhadap aset-aset Robert Tantular di luar negeri. Jika aset Robert Tantular
ini ditemukan maka dapat membayar dana nasabah yang telah hilang.
20
Kasus
Pelanggaran
Perilaku
Perusahaan Efek Yang Pernah Terjadi
Di Pasar Modal
Profil Pelanggaran Yang Seringkali Dilakukan Oleh Perusahaan Efek
Data sekunder yang berasal dari hasil pemeriksaan oleh biro teknis pada tahun 2009-2010 dengan
mengambil sampel sebanyak 39,49% atau 62 PE yang melakukan kegiatan sebagai PPE dan populasi
sebanyak 157 PE, diperoleh data pelanggaran oleh PE yaitu 17,02% atau 27 PE telah melanggar
fungsi kustodian; 27,39% atau 43 PE telah melanggar fungsi pembukuan; 39,49% atau 62 PE telah
melanggar fungsi pesanan dan perdagangan; 29,94% atau 47 PE telah melanggar fungsi pemasaran.
Pada umumnya jenis pelanggaran adalah :
Tabel 1 : Jenis Pelanggaran
No.
Jenis Pelanggaran
Jml PE yg
Peraturan yg
melanggar
dilanggar
1.
Fungsi Kustodian
27 (17,02%)
V.D.3
2.
Fungsi Pembukuan
43 (27,39%)
V.D.5
3.
62 (39,49%)
4.
Fungsi Pemasaran
47 (29,94%)
V.D.10
Sebelum tahun 2000-an mayoritas modus pelanggaran yang terjadi di pasar modal, berupa
informasi yang menyesatkan (misleading information), manipulasi pasar (market manipulation)
dan informasi orang dalam (insider trading). Pelanggaran-pelanggaran tersebut banyak melibatkan
Emiten/Perusahaan Publik dan para nasabahnya afiliasinya. Modus Operandi yang dilakukan
biasanya dengan cara menaikkan harga saham tanpa diikuti dengan fundamental perusahaan
dan perusahaan efek yang digunakan sebagai kendaran untuk melakukan manipulasi tersebut.
Namun pada era tahun 2000, kejahatan di pasar modal mulai mendapat tantangan baru selain
kejahatan yang terdahulu yaitu dengan maraknya kejahatan berupa PENYALAHGUNAAN ASET
NASABAH. Tantangan ini merupakan ujian bagi regulator yaitu Bapepam-LK untuk dapat
senantiasa melindungi aset-aset nasabah yang dikelola oleh PE. Untuk menekan kejahatan tersebut
pihak regulator telah menyempurnakan peraturan, meningkatkan KYC (Know Your Client),
21
meningkatkan peran bank kustodian dan pemeriksaan kepatuhan yang menitik beratkan pada
pengamanan asset nasabah.
Dari hasil pemeriksaan bahwa dapat dikatakan Kepatuhan Perusahaan Efek Rendah
1. Pengawasan oleh Direksi dan Dewan Komisaris terhadap ketentuan pasar modal belum
dilakukan secara optimal;
2. Kebijakan dan SOP yang dimiliki Perusahaan Efek masih terdapat kelemahan kelemahan;
3. Belum terdapat Pengendalian Interen dan Fungsi Audit Interen yang memadai;
4. Sistem Perdagangan yang dimiliki Perusahaan Efek belum sepenuhnya dapat mendeteksi,
menganalisa, memantau dan menyediakan laporan kepada pihak regulator.
Beberapa kasus pelanggaran perilaku Perusahaan Efek yang pernah terjadi di Pasar Modal
Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut:
22
Penjelasan
1. Komisaris dan atau Pemegang Saham memerintahkan kepada manajemen
beberapa rekening Efek dengan dokumen pembukaan
PE untuk membuka
IT
untuk
dapat
seolah-olah
nasabah
tersebut
5. Pada saat terjadinya transaksi (T+0), system bursa akan mencatat dalam Daftar
Efek (DTE) kemudian system akan mengirimkan kepada
Transaksi
kepada perusahaan
Nasabah
yang
mengindikasikan
bahwa
23
Penjelasan
1. Manajer Investasi memasarkan produk Kontrak Pengelolan Dana
(KPD)
kepada
investor
dengan janji bunga yang relative lebih tinggi dari bunga deposito;
2. Setelah dana terkumpul cukup banyak kemudian dana tersebut dipindahkan ke Perusahaan Efek
Afiliasinya, transaksi pemindahan itu dilakukan melalui transaksi REPO;
3. Perusahan Efek terafiliasi selanjutnya menggunakan dana tersebut untuk memberikan
pembiayaan kepada nasabah nominee melalui transaksi marjin;
4. Untuk kepatuhan pelaporan pada pihak otoritas pasar modal yaitu Bapepam LK dan BEI,
Perusahaan Efek ini melakukan pembukuan ganda dengan
tujuan
agar
dapat
menyampaikan laporan sesuai ketentuan kepada Bapepam LK dan SRO, namun akurasi laporan
tidak benar.
5. Uang nasabah hilang karena digunakan pembiayaan atas nama nasabah nominee.
Penggunaan
Perusahaan
Efek
nasabah
untuk
kepentingan
operasional
Efek.
Penjelasan
1. PE menggunakan efek nasabah yang disimpan di perusahaan;
2. Kemudian PE mencari investor yang mau melakukan transaksi REPO dan sebagai jaminan tas
transaksi tersebut perusahaan menyerahkan saham saham yang dimiliki oleh nasabahnya
24
nasabah.
3. Dana yang diperoleh kemudian oleh perusahaan dipergunakan untuk membiayai nasabah
margin.
Penjelasan
1. Direktur Investment Banking (IB) perusahaan menghubungi pihak Head Operation untuk
meminjam efek nasabah yang tidak aktif diperdagangkan, untuk membiayai operasionalnya atau
kepentingan pribadi;
2. Head Operation melakukan pengecekan saham yang bisa digunakan oleh Direksi IB dengan
pihak Head of Custodian. Kemudian menginformasikan
Nasabah
kepada
Head of Custodian.
4. Kemudian Direktur ini menghubungi PE lain untuk melakukan transaksi REPO.
5. Dana transaksi REPO masuk kerekening Perusahaan sedangkan Efek
nasabah
yang
Penjelasan
1. PE baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pihak terafiliasi menghimpun
dana
diberikan
bunga
lain
yang
mempunyai
izin
karena
merupakan
transaksi
repo
digunakan
meminta
kepada
perusahaan.
26
Penjelasan
1. Nasabah mendepositkan dana di perusahaan untuk kepentingan transaksi
nasabah.
2. Dana yang ditempatkan tersebut digunakan untuk keperluan operasional perusahaan dan
kepentingan pribadi direksi.
3. Atas penempatan dana tersebut, nasabah memperoleh bunga.
4. Pada saat nasabah bermaksud menarik dana tersebut, manajemen
sanggup memenuhinya dengan alasan perusahaan
menyatakan
tidak
mengalami kerugian.
Namun,
tanggung
jawab
Manajemen lama.
Penjelasan
1. Kepala Cabang menyalahgunakan rekening nasabah dengan menggunakan rekening
nasabah
(AS)
yang
disampaikan
kepada nasabah
27
Penjelasan
1. Kepala Cabang menggunakan beberapa rekening nasabah untuk melakukan one day trading
untuk kepentingan pribadi;
2. Penggunaan rekening tersebut dengan izin/sepengetahuan nasabah secara lisan.
3. Kepala Cabang tidak menyampaikan trade confirmation kepada Nasabah
28
Pidana
Pidana
Ketentuan kejahatan pasar modal pada UU Pasar modal diatur pada pada Bab 15 mengenai
Ketentuan Pidana. Banyak hal hal yang diatur yaitu :
Pasal 103
Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 13, Pasal 18, Pasal 30, Pasal 34, Pasal 43, Pasal 48, Pasal
50, dan Pasal 64 diancam dengan pidana penjara paling banyak 5 miliar rupiah.
Pasal pasal tersebut mengatur tentang perizinan Bursa Efek, LKP, LPP, perusahaan Reksadana,
perusahaan efek, penasihat investasi, custodian, biro administrasi efek, wali amanat, dan profesi
penunjang pasar modal harus mendapat izin dari bapepam.
Pasal 104
Setiap Pihak yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90, Pasal 91, Pasal 92,
Pasal 93, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97 ayat (1), dan Pasal 98 diancam dengan pidana penjara paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
Pasal 90 mengatur bahwa dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung
atau tidak langsung:
1. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apapun;
2. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
3. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi
pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian
untuk diri sendiri atau dengan tujuan mempengaruhi pihak lain untuk membeli dan menjual efek.
Pasal 91 mengatur bahwa setiap pihak dilarang melakukan tindakan, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan tujuan untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai kegiatan
perdagangan, keadaan pasar, atau harga Efek di Bursa Efek.
29
Pasal 92 mengatur bahwa setiap pihak, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan Pihak
lain, dilarang melakukan 2 (dua) transaksi Efek atau lebih, baik langsung maupun tidak langsung,
sehingga menyebabkan harga Efek di Bursa Efek tetap, naik,
Pasal 93 mengatur bahwa setiap Pihak dilarang, dengan cara apa pun, membuat pernyataan atau
memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga Efek di Bursa Efek apabila pada saat pernyataan dibuat atau keterangan
diberikan :
1. Pihak yang bersangkutan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa pernyataan atau
keterangan tersebut secara material tidak benar atau menyesatkan; atau
2. Pihak yang bersangkutan tidak cukup berhati-hati dalam menentukan kebenaran material dari
pernyataan atau keterangan tersebut.
Pasal 95 mengatur bahwa orang dalam dari Emiten atau Perusahaan Publik yang mempunyai
informasi orang dalam dilarang melakukan pembelian atau penjualan atas Efek :
1. Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud; atau
2. perusahaan lain yang melakukan transaksi dengan Emiten atau Perusahaan Publik yang
bersangkutan.
Pasal 96 mengatur bahwa orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 dilarang :
1. mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek dimaksud; atau
2. memberi informasi orang dalam kepada Pihak mana pun yang patut diduganya dapat
menggunakan informasi dimaksud untuk melakukan pembelian atau penjualan atas Efek.
Pasal 97 ayat 1 mengatur bahwa setiap Pihak yang berusaha untuk memperoleh informasi orang
dalam dari orang dalam secara melawan hukum dan kemudian memperolehnya dikenakan larangan
yang sama dengan larangan yang berlaku bagi orang dalam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95
dan Pasal 96.
Pasal 98 mengatur bahwa Perusahaan Efek yang memiliki informasi orang dalam mengenai Emiten
atau Perusahaan Publik dilarang melakukan transaksi Efek Emiten atau Perusahaan Publik tersebut,
kecuali apabila :
1. transaksi tersebut dilakukan bukan atas tanggungannya sendiri, tetapi atas perintah nasabahnya;
dan
2. Perusahaan Efek tersebut tidak memberikan rekomendasi kepada nasabahnya mengenai efek
yang bersangkutan.
30
Pasal 105
Manajer Investasi dan atau Pihak terafiliasinya yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 42 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Pasal 106
1. Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70
diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar rupiah).
2. Setiap Pihak yang melakukan pelanggaran atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73
diancam dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 107
Setiap Pihak yang dengan sengaja bertujuan menipu atau merugikan Pihak lain atau menyesatkan
Bapepam,
menghilangkan,
memusnahkan,
menghapuskan,
mengubah,
mengaburkan,
menyembunyikan, atau memalsukan catatan dari Pihak yang memperoleh izin, persetujuan, atau
pendaftaran termasuk Emiten dan Perusahaan Publik diancam dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
Pasal 108
Ancaman pidana penjara atau pidana kurungan dan denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103,
Pasal 104, Pasal 105, Pasal 06, dan Pasal 107 berlaku pula bagi Pihak yang, baik langsung maupun
tidak langsung, mempengaruhi Pihak lain untuk melakukan pelanggaran Pasal-Pasal dimaksud.
Pasal 109
Setiap Pihak yang tidak mematuhi atau menghambat pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 100 diancam dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
31
Pasal 110
1. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2), Pasal 105, dan Pasal 109 adalah
pelanggaran.
2. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 ayat (1), Pasal 104, Pasal 106, dan Pasal
107 adalah kejahatan.
32
33
Daftar Pustaka
Mulya T, Lubis dan Alexander Lay. 2008. Penegakan Hukum Pasar Modal
34