Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
D. Manfaat..................................................................................................... 2
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama masa kehamilan, daya tahan seseorang cenderung mengalami penurunan.
Akibatnya, rentan terserang berbagai penyakit. Bahkan infeksi ringan , terkadang sulit untuk
dihindari. Padahal, selama kehamilan seorang calon ibu dituntut untuk menjaga stamina agar
tetap prima.
Sekalipun infeksi yang dialami oleh ibu hamil tidak selalu berpengaruh terhadap janin,
namun ceritanya akan lain bila terinfeksi virus herpes dan virus varisella Penyakit ini termasuk
TORCH (toxoplasmosis, rubella, cytomegalovirus, herpes simpleks) dan varisella zoster .
Kelima penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakaan janin.Seorang ibu hamil hendaknya
mewaspadai terhadap serangan virus herpes dan virus varisella zoster, sebab infeksi yang
ditularkan melalui hubungan seksual ini, bila mengenai janin akan mengakibatkan kematian.
Untuk mencegah agar bayi yang sistem kekebalannya masih sangat lemah, seorang
Dokter akan memberikan saran agar ibu hamil yang terindikasi virus herpes, melahirkan secara
caesar. Persalinan caesar memungkinkan bayi tidak perlu melewati saluran persalinan yang
menjadi persemaian berbagai virus.
Penyakit herpes muncul dalam bentuk gelembung atau lepuh-lepuh pada permukaan
kulit, disertai rasa sakit. Berdasarkan bagian tubuh yang diserang, dapat dibedakan sebagai
herpes genitalis, herpes gestationis, herpes simpleks dan herpes zoster.
Ibu hamil termasuk dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap penyakit
chickenpox/varisela apabila di masa mudanya belum pernah mengalaminya. Bagi ibu hamil
dengan usia kehamilan 1 hingga 3 bulan, memang bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi,
seperti keguguran, kelahiran mati atau bayi terkena sindrom congenital varicella (infeksi pada
janin kuartal pertama kehamilan) yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si ibu.
Namun memang prevalensi ibu hamil penderita cacar air yang mendapat komplikasi ini masih
rendah (sekitar 2 dari 100 kasus). Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit
varicella. Infeksi varicella pada kehamilan meningkatkan risiko kejadian komplikasi pneumonia.
Infeksi varicella pada trimester awal kehamilan memunculkan risiko kelainan kongenital, sebesar
0,4% 2%.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
B. Rumusan Masalah
Apakah jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan?
Apa pengertian dari setiap penyakit tersebut?
Apa penyebab dari setiap penyakit tersebut?
Bagaimana tanda dan gejala dari setiap penyakit tersebut?
Bagaimana pencegahan dari setiap penyakit tersebut?
C. Tujuan
Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan
Untuk mengetahui penyebab dari setiap penyakit tersebut
Untuk memahami tanda dan gejala dari setiap penyakit tersebut
Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya dari setiap penyakit tersebut
D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1) Untuk memberikan gambaran tentang jenis-jenis penyakit yang menyertai kehamilan
2) Sebagai bahan masukan untuk memperluas dan memperdalam pemahaman tentang jenis-jenis
penyakit yang menyertai kehamilan.
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit Yang Menyertai Kehamilan Dan Persalinan
A. Penyakit Herpes pada Kehamilan
Herpes berasal dari bahasa yunani yang artinya merayap. Penyakit herpes disebabkan oleh
Virus Herpes Simpleks (HSV). Virus ini memiliki karakteristik bergerak dari satu saraf kecil ke
saraf kecil dengan cara merayap. Pergerakannya akan berakhir ketika virus-virus tersebut sampai
di
kumpulan
saraf.
Herpes masuk dalam kelompok penyakit TORCH. TORCH merupakan sebutan atau akronim
dari kelompok penyakit yang dapat menyebabkan gangguan pada perkembangan janin, terdiri
dari:
1. Toxoplasmosis
2. Other (seperti syphilis, varicella, mumps, parvovirus dan HIV)
3. Rubella
4. Cytomegalovirus
5. Herpes simpleks
1. Tipe Herpes Simplex dan Penularannya
Pada pengkajian lebih lanjut, sebagaimana dilansir NYTimes.com, penyakit herpes dibagi
menjadi dua tipe yakni Herpes Simplex Tipe 1 (HSV-1) dan Herpes Simplex Tipe 2 (HSV-2).
HSV-1 menyerang mulut dan bibir, berupa cold sore yakni semacam lepuhan-lepuhan kecil
yang kadang nampak seperti jerawat dengan warna kemerahan. Herpes tipe ini bisa ditularkan
dari organ genital ke mulut melalui hubungan seks oral (lewat mulut).
HSV-2 menyerang organ genital. Penularannya juga terjadi terjadi lewat kontak kulit antar
organ genital maupun dari organ genital ke mulut melalui seks oral. Penularan ini karena dalam
seks oral maupun intercourse (memasukkan Mr. P ke Mrs. V) terjadi pertukaran cairan.
Jika seseorang terinfeksi virus herpes, akan dengan mudah menularkan penyakit ini ke
siapapun yang menjalin kontak dengannya.
2. Penyakit herpes genitalis
Gejala herpes berbeda antara satu penderita dengan yang lainnya. Pasalnya, penyakit ini tidak
selalu terekspresi, dalam artian adakalanya virus aktif adakalanya tidak. Seseorang yang pernah
terinfeksi umumnya tubuh akan selamanya menyimpan virus ini dan sewaktu-waktu bisa saja
kambuh.
Gejala herpes genitalis sebagaimana dilansir mayoclinic.com:
1). Gejala herpes genital pada pria akan muncul gelembung kecil sepertu bisul yang kemudian pecah
lalu menjadi koreng. Luka tersebut muncul di organ genital dan sekitarnya seperti penis,
skortum, paha, anus, pantat, kandung kemih, hingga saluran kencing.
2) Gejala herpes genital pada wanita akan muncul bentuk luka sama seperti pada pria. Pada wanita
juga menyerang organ genital dan sekitarnya seperti vagina, pantat, paha, anus, hingga leher
rahim.
3. Pengaruh virus herpes pada kehamilan dan cara aman melahirkan
Ibu hamil yang terinfeksi virus herpes pada minggu-minggu awal bisa mengalami keguguran.
Pun misalkan tidak sampai terjadi keguguran dan bayi bisa diselamatkan, umumnya tetap
berbahaya bagi janin karena infeksi virus herpes dapat menyebabkan cacat sistem syaraf dan
penglihatan.
Jika ibu terinfeksi HSV-2 di bulan-bulan akhir kehamilan, meski janin diketahui sehat,
baiknya hindari melahirkan secara normal. Sebagaimana dijelaskan bahwa HSV-2 menyerang
organ genital. Saat bayi lahir secara normal, kulit bayi bersinggungan dengan kulit vagina ibu
sehingga beresiko tertular herpes.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah melahirkan dengan operasi sesar sehingga bayi
tidak perlu bersentuhan dengan organ genital ibu yang sudah terinfeksi.
Cara ini sudah umum dilakukan di negara-negara maju. Jadi jika terlanjur terinfeksi herpes,
operasi sesar bisa menjadi salah satu pilihan terbaik untuk melahirkan.
4. Tips Mencegah Penularan Herpes
Perawatan: Meskipun tidak ada obat untuk genital herpes, obat-obatan yang tersedia untuk
meminimalkan / mengurangi kemungkinan mengurangi penularan dan keluhan.
Terdapat tiga obat antivirus untuk perawatan genital herpes : acyclovir (Zovirax ),
valacyclovir (Valtrex ), dan famciclovir (Famvir ). Obat antivirus umumnya diresepkan
untuk pasien yang mengalami episode pertama dari herpes genital, tetapi mereka dapat
digunakan untuk episode berulang juga.
Bersifat terapi digunakan dalam individu dengan berulang genital herpes yang ingin
mencegah terserang kembali.
Pasien yang mempunyai enam atau lebih serangan per tahun dapat menggunakan obat
antivirus secara berkala, sebelum gejala muncul. Penelitian telah melaporkan bahwa terapi
bersifat dapat mengurangi jumlah serangan sekurang-kurangnya 75% dari pengguna.
Sepenuhnya bersifat terapi mencegah serangan di beberapa pasien.
Efek samping dari obat antivirus termasuk perut terasa tidak enak, kehilangan nafsu makan,
mual, muntah, diare, sakit kepala, pusing, dan / atau kelemahan.
Pada infeksi primer, IgG muncul kira-kira 2 minggu kemudian. Pada reaktivasi, reinfeksi,
IgG muncul lebih cepat disertai kadar yang lebih tinggi dan kekuatan mengikat yang lebih baik
(avidity), sehingga serokonversi dan IgG aviditydipakai untuk membedakan infeksi baru atau
lama. Metoda pemeriksaan laboratorium yang digunakan ialah ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay) atau ELFA (enzyme linked immunofuorescent assay).
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga memiliki
kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara a.l tranfusi darah, transplantasi organ
, kontak seksual, air susu , air seni dan air liur ; transplansental atau kontak langsung saat janin
melewati jalan lahir pada persalinan pervaginam.
2. Diagnosis
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh
lain. Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 6 bulan
pasca infeksi dan bertahan sampai 1 2 tahun kemudian. IgG meningkat secara cepat dan
bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
3. Dampak Terhadap Kehamilan
CMV adalah infeksi virus kongenital yang utama di US dan mengenai 0.5 2.5 % bayi
lahir hidup. Infeksi plasenta dapat berlangsung dengan atau tanpa infeksi terhadap janin dan
infeksi pada neonatus dapat terjadi pada ibu yang asimptomatik.
Resiko transmisi dari ibu ke janin konstan sepanjang masa kehamilan dengan angka
sebesar 40 50%.
10 20% neonatus yang terinfeksi memperlihatkan gejala-gejala :
1. Hidrop non imune
2. PJT simetrik
3. Korioretinitis
4. Mikrosepali
5. Kalsifikasi serebral
6. Hepatosplenomegali
7. Hidrosepalus
80 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan
gejala :
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor
Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang janin.
4. Pencegahan :
1.
2.
3.
4.
Belum didapatkan obat yang baik untuk mencegah terjadinya infeksi CMV pada ibu dan
janin yang dikandungnya.
Dapat diusahakan :
Memberikan penerangan cara hidup yang higienis, menjauhi kontak dengan cairan yang
dikeluarkan oleh penderita CMV : urine, saliva, semen dlsb.
Bagi ibu, terutama yang melahirkan bayi prematur untuk berhati-hati dalam memberikan ASI.
Bayi prematur imunitasnya masih rendah. ASI yang mengandung virus CMV, didinginkan
sampai 20oC selama beberapa hari dapat menghilangkan virus. Cara lain pasteurisasi cepat.
Hati-hati pada transfusi, darah harus dari donor sero-negatif.
Vaksinasi mempunyai harapan dimasa datang
2. Patofisiologi
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup
kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem
respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian akan
terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di permukaan virus.
Jalur transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai infeksius
sejak 2hari sebelum lesi kulit muncul. Kemungkinan lain penularan terjadi melalui lesi di kulit.
Lesi di kulit dianggap tidak infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan kemungkinan
penularan terjadi sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari, sejak awal muncul lesi kulit).
Tanda awal varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan demam, diikuti
munculnya lesi kulit yang khas. Pada suatu periode waktu didapatkan lesi berupa makula,
papula, vesikel/pustula, dan krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
Biasanya mulai dari badan (dada), menyebar ke wajah dan ekstremitas.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta dapat terjadi pada waktu yang sama.
Bila terjadi infeksi skunder, cairan vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah
lymfodenopati.
3. Tanda Gejala
a) Pada penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah. Gejalagejala ini khas untuk infeksi virus.
b) Pada kasus yang lebih berat, bisa di dapatkan nyeri sendi, sakit kepala dan pusing. Berapa hari
kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di
sekitar dada dan perut. Gejalanya mulai timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
c) Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis. Ruam
kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk secara tidak sengaja. Jika
lenting ini tidak dibiarkan maka akan segera membentuk keropeng (krusta) yang nantinya akan
terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi). Bercak ini lamakelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan meninggalkan bekas lagi.
Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan terbentuk bintik-bintik dan lepuhan
yang baru.
d) Pada bayi, misalnya bayi yang usianya belum genap satu tahun akan lebih menderita pada saat
terserang virus ini karena demamnya bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi
bakteri. Mereka belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali menangis.
4. Efek Samping
1. Pada Kehamilan
5 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1) Persalinan preterm.
2) Ensepalitis
3) Pneumonia
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan
antara 13 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu.
Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko infeksi
janin pasca persalinan adalah 24%. Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu 5 21 hari
sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan dan self
limiting
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus
varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri
dari virus yang dilemahkan
2. Pada Persalinan
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka
waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang
sangat infeksius.
Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat
ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
5. Komplikasi
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan virus
varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak dapat
segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu pasca
paparan.
Imunisasi varciella tidak boleh dilakukan pada kehamilan oleh karena vaksin terdiri dari
virus yang dilemahkan. Varisela pada ibu hamil trimester pertama dapat menimbulkan kelainan
kongenital sedangkan infeksi ibu hamil menjelang melahirkan dapat terjadi varisela congenital.
Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak lebih sering terjadi dan bila
terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila serangan Herpes Zoster sangat dekat
dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan secara langsung pada janin sehingga hal
ini harus dicegah.
Untuk mengurangi risiko kerusakan akibat garukan, sebaiknya :
kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun menjaga kebersihan tangan
kuku dipotong pendek agar saat digaruk tidak terjadi infeksi
pakaian tetap kering dan bersih
diberi obat antibiotikan atau jika kasusnya berat diberi obat anti-virus asiklovir.
Isolasi untuk mencegah penularan
diet bergizi tinggi (tinggi kalori dan protein)
bila demam tinggi, kompres dengan air hangat
upayakan agar tidak terjadi infeksi pada kulit, misalnya pemberian antiseptik pada air mandi.
upayakan agar vesikel tidak pecah
6. Diagnosis
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga
dapat ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4
hari setelah munculnya ruam
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan
ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM.
Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan FAMA
Fluorescent Antibody Membrane Antigen.
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan system kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varicella biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Pencegahan varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dapat ditempuh
dengan pemberian vaksinasi atau imunisasi immunoglobulin (IG) anti varicella. Vaksinasi
diberikan untuk mereka yang belum pernah terkena varicella. Immunoglobulin diberikan setelah
tejadi paparan (postexposure), terutama pada pasien dengan status imun rendah, bayi baru lahir
(BBL), dan ibu hamil. Bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan pemberian
anti viral sesuai indikasi. Anti viral terpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja efektif bila
diberikan 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian terapi anti viral
meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan trimester ke-3. Pasien
dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas, atau untuk keperluan isolasi.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
biasanya lebih parah daripada efek samping obat. Dokter yang merawat harus diberitahu cepat
jika efek samping terjadi.
Pencegahan Toxoplasma
Pencegahan Toxoplasmosis utamanya adalah untuk menghindari masuknya parasit. Berikut
ini disarankan untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan terinfeksi Toxoplasmosis:
Benar-benar memasak semua daging (daging beku selama beberapa hari juga mengurangi
kemungkinan Toxoplasma).
Mencuci tangan dengan benar setelah menyentuh daging mentah.
Cuci buah dan sayuran sebelum dikonsumsi
Jangan minum susu yang tidak dipasteurisasi atau minum air mentah.
Beri makan kucing dengan makanan yang dimasak dengan matang.
Jangan mengadopsi atau memegang kucing liar.
Jangan memelihara kucing baru saat hamil.
Wanita hamil harus memakai sarung tangan saat berkebun, benar-benar mencuci tangan mereka
setelah itu, dan menghindari kontak dengan kotoran kucing, dan sebaiknya meminta orang lain
untuk membersihkan kotak kotoran kucing (bersihkan kotak kotoran kucing setiap hari).
Taruh kotak pasir kotoran kucing di luar ruangan saat tidak digunakan.
c) Bradikardi relative
d) Umumnya tiap kenaikan 1celcius di ikuti penambahan denyut nadi 10-15 kali permenit.
e)
Penderita mulai cepat lelah, malas, sakit kepala, rasa tidak enak di perut, nyeri seluruh tubuh, hal
tersebut dirasakan antara 10-14 hari
5.
Infeksi Typus Abdominalis pada Kehamilan
Typus abdominalis dalam kehamilan, dan nifas menunjukan angka kematian yang lebih tinggi
dari pada di luar kehamilan. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan.
Dalam 60-80 % hasil konsepsi keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi dalam
kehamilan, lebih besar kemungkinan berakhirnya kehamilan.
Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur.
Waktu ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman tufus
abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui
bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan
penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi
bagi abortus buatan.
6.
Penanganan dan Pengobatan
a.
Pengobatan
1) Kloramfenikol
2) Kotrimoksasol
3) Bila terjadi ikterus dan hepatomegali: selain kloramfenikkol, diterapi denganAmpisilin 100
mg/kgBB/hari selama 14 hari dibagi dalam 4 dosis.2.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
b.
Perawatan
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien harus tetap
berbaring sampai minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah terjadinya
komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus.
Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan posisi berbaring untuk menghindari
komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus
Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta.
Perawatan yang baik untuk menghindarkan komplikasi mengikat sakit yang lama, lemah dan
anoreksia dll.
Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu normal kembali, yaitu istirahat mutlak,
berbaring terus ditempat tidur. Seminggu kemudian boleh duduk dan selanjutnya boleh berdiri
dan berjalan.
Diet makanan harus cukup mengandung kalori, cairan dan tinggi protein. Bahan makanan tidak
boleh mengandung banyak serat, tidak meragsang dan tidak banyak menimbulkan gas.
Bila terdapat komplikasi harus diberikan terapi yang sesuai.
Obat terpilih adalah kloramferikol 100 mg/kg BB/hari dai bagi dalam 4dosis selama 10 hari.
Dosis maksimal kloramfenikol 2g/hari. Bla pasien tidak serasi/alergi dapat diberikan golongan
obat lain misalnya penisilin atau kortimoksazol.
Pengobatan dengan kloramfenikol atau tiamfenikol (Urfamycin) biasanya cukup manjur. Waktu
ada wabah, semua wanita hamil perlu diberi vaksinasi. Walaupun kuman-kuman tifus
abdominalis tidak di keluarkan melalui air susu, namun sebaiknya penderita tidak menyusui
bayinya karena keadaan umum ibu biasanya tidak mengizinkan, dan karena kemungkinan
penuluaran oleh ibu melalui jalan lain tetap ada. Tifus abdominalis tidak merupakan indikasi
bagi abortus buatan.
b.
a.
b.
c.
d.
5.
tropic disertai kebutuhan janin yang meningkat akan nutrisi, menyebabkan penderita mudah
jatuh dalam acute hepatic necrosis Tampaknya gizi ibu hamil sangat menentukan prognose.
Penyelidik lain juga menyimpulkan, bahwa berat ringan gejala hepatitis virus pada
kehamilan sangat tergantung dari keadaan gizi Ibu hamil. Gizi buruk khususnya defisiensi
protein, ditambah pula meningkatnya kebutuhan protein untuk pertumbuhan janin,menyebabkan
infeksi hepatitis virus pada kehamilan memberi gejala-gejala yang jauh lebih berat.Pengaruh
kehamilan terhadap berat ringannya hepatitis virus, telah diselidiki oleh ADAM, yaitu dengan
cara mencari hubungan antara perubahan-perubahan koagulasi pada kehamilan dengan beratnya
gejala-gejala hepatitis virus. Diketahui bahwa pada wanita hamil, secara fisiologik terjadi
perubahan-perubahan dalam proses pembekuan darah, yaitu dengan kenaikan faktor-faktor
pembekuan dan penurunan aktivitas fibrinolitik, sehingga pada kehamilan mudah terjadi
DIC (Disseminated Intra Vascular Coagulation). Dalam penelitian ini terbukti bahwa DIC tidak
berperan dalam meningkatkan beratnya hepatitis virus pada kehamilan.Tetapi sebaliknya, bila
sudah terjadi gejala-gejala hepatitis virus yang fulminant, barulah DIC mempunyai arti.
Pengaruh hepatitis pada janin
Hepatitis virus pada kehamilan dapat ditularkan kepada janin, baik in utero maupun segera
setelah lahir. Penularan virus ini pada janin, dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu :
Melewati placenta
Kontaminasi dengan darah dan tinja Ibu pada waktu persalinan
Kontak langsung bayi baru lahir dengan Ibunya
Melewati Air Susu Ibu, pada masa laktasi.
Baik virus A maupun virus B dapat menembus placenta, sehingga terjadi hepatitis virus in utero
dengan akibat janin lahir mati, atau janin mati pada periode neonatal. Jenis virus yang lebih
banyak dilaporkan dapat menembus placenta, ialah virus type B. Beberapa bukti, bahwa virus
hepatitis dapat menembus placenta, ialah ditemukannya hepatitis antigen dalam tubuh janin in
utero atau pada janin barulahir. Selain itu telah dilakukan pula autopsy pada janin-janin yang
mati pada periode neonatal akibat infeksi hepatitis virus. Hasil autopsy menunjukkan adanya
perubahan-perubahan pada hepar, mulai dari nekrosis sel-sel hepar sampai suatu bentuk
cirrhosis. Perubahan-perubahan yang lanjut pada heparini, hanya mungkin terjadi bila infeksi
sudah mulai terjadi sejak janin dalam rahim.
Pengobatan
Pengobatan infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berbeda dengan wanita tidak hamil.
Penderita harus tirah baring di rumah sakit sampai gejala icterus hilang dan bilirubin dalam
serum menjadi normal. Makanan diberikan dengan sedikit mengandung lemak tetapi tinggi
protein dan karbohidrat. Pemakaian obat-obatan hepatotoxic hendaknya dihindari. Kortison baru
diberikan bila terjadi penyulit. Perlu diingat pada hepatitis virus yang aktif dan cukup berat,
mempunyai risiko untuk terjadi perdarahan post-partum, karena menurun-nya kadar vitamin K.
Janin baru lahir hendaknya tetap diikuti sampai periode post natal dengan dilakukan pemeriksaan
trans aminase serum dan pemeriksaan hepatitis virus anti gen secara periodik. Janin baru lahir
tidak perlu diberi pengobatan khusus bila tidak mengalami penyulit-penyulit lain.
a)
b)
3.
4.
Mikroskopis
Biakan bakteri
Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin tampung aliran
tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
8. Pengobatan
Para ahli menganjurkan untuk memberikan terapi antibiotika. Beberapa kajian terapi
antibiotika untuk bakteriuria asimptomatik.
Nama Obat
Dosis
Angka keberhasilan
Amoxilain+asam klavulanat
3x500 mg/hari
92%
Amoxilin
4x250 mg/ hari
80%
Nitropurantoin
4x50-100mg/hari
72 %
Terapi antibiotika untuk pengobatan bakteriuruia asimptomatik biasanya diberikan untuk
jangka 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan dapat dilakukan pemeriksaan
ulangan biakan bakteriologik air kemih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Herpes disebabkan oleh Virus Herpes Simpleks. Virus herper ini tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat diobati. Obat yang biasa diberikan untuk genital herpes adalah
Acyclovir. Karena cara kerjanya menetap dalam system saraf tubuh, virus tersebut tidak dapat
disembuhkan atau dihilangkan selama-lamanya. Herpes dapat juga ditularkan selama masa
kehamilan dan kelahiran.
CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus Herpes sehingga
memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara tranfusi darah, transplantasi
organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur
Varicella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus varisella sozter, biasanya
sering terjadi pada anak-anak dan sangat jarang dijumpai dalam kehamilan dan nifas.
Walaupun umumnya cacar air itu suatu penyakit ringan, namun pada wanita hamil kadangkadang bisa menjadi berat dan dapat menyebabkan partus prematurus, atau kematian janin.
Infeksi Toxoplasma disebabkan oleh parasit yang disebut Toxoplasma gondi. Jika wanita
hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus spontan atau
keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu, gangguan pencernaan dan gangguan
kesadaran. Penyakit ini mempunyai pengaruh buruk terhadap kehamilan. Dalam 60-80 % hasil
konsepsi keluar secara spontan : lebih dini terjadinya infeksi dalam kehamilan, lebih besar
kemungkinan berakhirnya kehamilan.
Hepatitis dapat disebabkan oleh kondisi non-infeksi seperti obat-obatan, alkohol, dan
penyakit autoimun, atau oleh adanya infeksi seperti hepatitis virus.
Infeksi traktus urinalis atau infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri yang paling
sering dijumpai selama kehamilan. Walaupun bakteriuria asimtomatik merupakan hal biasa,
infeksi simtomatik dapat mengenai saluran bawah yang menyebabkan sistitis atau menyerang
kaliks, pelvis, dan parenkin ginjal sehingga menyebabkan pielonefritis.
Bahwa penyebaran penyakit infeksi dalam kehamilan telah sangat menghawatirkan dan
perlu penanganan yang serius. Penyakit infeksi dalam kehamilan sangat berpengaruh pada
tingkat kesehatan seseorang dan kondisi kesehatan reproduksi. Penanggulangan Penyakit infeksi
dalam kehamilan dapat lebih efektif dengan dilakukannya upaya pencegahan dengan
pemeriksaan khusus sedini mungkin sebelum terlambat.
B. Saran
1. Bagi ibu yang sedang hamil
a) Sebaiknya selama masa kehamilan selalu menjaga daya tahan tubuh atau stamina sehingga
tidak rentan terserang berbagai penyakit.
b) Diharapkan agar lebih menjaga kebersihan diri terutama pada bagian Genital (alat kelamin),
karena hal itu dapat mencegah timbulnya jamur atau virus pada bagian genital yang dapat
menyebabkan berbagai penyakit seperti Herpes Genitalis dan varicella.
c) Jika ibu mengalami gejala gejala seperti nafsu makan berkurang, demam, terdapat ruam pada
bagian tubuh, dan terasa gatal ibu harus segera datang ketenaga kesehatan untuk mendapatkan
pengobataan.
2. Bagi petugas kesehatan agar senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya untuk
menurunkan angka mortalitas dan morbiditas Ibu dan anak. Serta dapat memberikan penyuluhan
dengan penekanan pada aspek perubahan perilaku.
3. Bagi teman teman agar belajar yang rajin agar kelak bisa menangani pasien dengan professional
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono, 2005. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Prawirohardjo,
Sarwono.
2006.
Buku
Acuan
Nasional
Pelayanan
Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Nugraheny,Esti.2010.Asuhan Kebidanan Pathologi.Yogyakarta: Pustaka Rihama
http://ayufatmawatianterior.blogspot.com/2013/05/makalah-herpes-dan-varicella-pada-ibu.html diunduh
pada hari Jumat, 13 Desember 2013 pkl: 10.10 WIB
http://blog-bidanrika.blogspot.com/2012/03/cmv-dalam-kehamilan.html
diunduh pada hari Jumat, 13
Desember 2013 pkl: 10.10 WIB
http://www.info-kes.com/2013/05/penyakit-toxoplasmosis-toxo.html diunduh pada hari Jumat, 13
Desember 2013 pkl: 10.25 WIB
http://yhani21june.blogspot.com/2013/05/makalah-dan-asuhan-kebidanan-typus_5.html diunduh pada
hari Jumat, 13 Desember 2013 pkl: 10.45 WIB
http://masalahkebidanan.blogspot.com/2013/04/makalah-hepatitis-dalam-kehamilan-askeb.html
diunduh pada hari Jumat, 13 Desember 2013 pkl: 11.00 WIB
http://sichesse.blogspot.com/2012/04/makalah-askeb-iv-patologi-infeksi.html diunduh pada hari Jumat,
13 Desember 2013 pkl: 11.20 WIB