Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perilaku
Menurut teori Lawrence Green (1980) disitasi Notoatmodjo, 2003 bahwa perilaku
seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
kepercayaan dan tradisi sebagai faktor predisposisi disamping faktor pendukung seperti
lingkungan fisik, prasarana dan faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lainnya.
Dalam sebuah buku yang berjudul Perilaku Manusia Drs. Leonard F. Polhaupessy,
Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti
orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Sehingga yang
dimaksud perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia dari
manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau
aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati
pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus berdasarkan pengetahuan dan
sikap seseorang.
1. Bentuk Perilaku
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi
belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah
jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
2. Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus
(rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun
bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor factor yang membedakan
respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given
atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan
sebagainya.
b. Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik,
dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang
mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)
3. Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yakni.
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
setimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
c.
Evaluation (menimbang nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
Notojadmodjo
(2003),
mengungkapkan
bahwa
sebelum
orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) di dalam diri rang tersebut terjadi proses
yang berurutan yaitu :
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut.
c. Evaluation (menimbang nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu dengan apa yang
dikehendaki oleh stimulus.
e. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru, sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut
akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal
122).
Benjamin seorang psikolog pendidikan, membedakan adanya tiga bidang perilaku,
yakni kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian dalam perkembangannya, domain
perilaku yang diklasifikasikan oleh Bloom dibagi menjadi tiga tingkat:
a.
Pengetahuan (knowledge)
indera
pendengaran
(telinga)
dan
indera
penglihatan
(mata).(Notoatmodjo,2003)
Pengetahuan diartikan hanya sekedar tahu, yaitu hasil tahu dari usaha
manusia untuk menjawab pertanyaan what.
Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau sgala perbuatan
manusia untuk memahami suatu objek yang dihadapinya, hasil usaha manusia
untuk memahami suatu objek tertentu. (Surajiyo,2007).
Pengetahuan, menurut Davenport merupakan perpaduan yang cair dari
pengalaman, nilai, informasi kontekstual, dan kepakaran yang memberikan
kerangka berfikir untuk menilai dan memadukan pengalaman dan informasi baru.
Ini berarti bahwa pengetahuan berbeda dari informasi, informasi menjadi
pengetahuan bila terjadi proses-proses seperti pembadingan, konsekwensi,
penghubungan, dan perbincangan.
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui dan disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang
ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul
ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian
tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
sendirinya
akan
mendapatkan
pengetahuan
tentang
manajemen
contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah.
Keterpaparan informsi pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary,
adalah that of which one is apprised or told: intelligence, news. Kamus lain
menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula
yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah
informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi
informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan,
menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri
mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya
perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat
diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan seharihari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta
diteruskan
melalui
komunikasi.
(Tambotah,
http://www.Knowledge
Pengetahuan umum adalah segala sesuatu yang dipakai oleh orang atau
seseorang secara umum tanpa mengetahui seluk beluk yang sedalam
dalamnya dan sebesar besarnya.
b) Pengetahuan Khusus
Pengetrahuan khusus adalah segala sesuatu yang dikrtahui oleh seseorang
secara khusus, sesuatu hal yang sedalam dalamnya dan sebesar besarnya.
2) Cara Memperoleh Kebenaran Pengetahuan
Menurut A. Aziz Alimul Hidayat (2004) Pengetahuan merupakan sesuatu
yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka pengetahuan
tidak akan ada dan untuk tetap ada terdapat delapan unsur yang membentuk
struktur pikiran manusia, diantaranya adalah :
1. Pengamatan: Unsur ini merupakan bagian dari unsur yang dapat membentuk
struktur pemikiran karena melalui pengamatan dapat timbul keterkaitan pada
objek tertentu sehingga dapat membentuk sebuah pemikiran
2. Penyelidikan: Setelah dilakukan pengamatan, maka dapat dihasilkan suatu
persepsi dan konsep yang diingat baik secara sederhana maupun kompleks,
sehingga dapat terbentuk struktur pemikiran.
3. Percaya: Rasa percaya pada objek muncul dalam kesadaran yang biasanya
timbul dari sebuah rasa keraguan akan objek yang akan diselidiki, melalui
rasa percaya terhadap objek tersebut akan timbul pemikiran untuk mencapai
apa yang akan dihasilkan.
4. Keinginan: Keinginan dapat membentuk struktur pemikiran. Apabila tidak
ada keinginan untuk mengenal, mengetahui bahkan menyelidiki suatu objek,
maka tidak terjadi sebuah pemikiran.
memperoleh
kebenaran
pengetahuan
sepanjang
sejarah
dapat
a) Cara Tradisional
i. Cara coba salah (trial and error): Yang pernah digunakan oleh manusia
dalam memperoleh pengetahuan melalui cara coba salah atau dengan
kata lain yang lebih dikenal dengan trial and error
ii. Cara kekuasaan: Dalam kehidupan sehari hari, banyak sekali kebiasaan
kebiasaan dan tradisi yang dilakukan tersebut baik atau tidak.
Kebiasaan kebiasaan ini biasanya diwariskan turun menurun dari
generasi kegenerasi berikutnya.
iii. Berdasarkan pengalaman pribadi: Pengalaman adalah guru terbaik,
demikian bunyi pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merpakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu
cara untuk memperoleh kebenaran.
iv. Melalui jalan pikiran: Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan.
b) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan, cara ini mencakup tiga hal
pokok, yaitu :
i. Segala sesuatu yang ositif yakni gejala tertentu yang muncul pada saat
dilakukan pengamatan.
ii. Segala sesuatu yang negatif, yaitu gejala tertentu yang tidak muncul
pada
iii. Gejala geala yang timbul bervariasi, yaitu gejala gejala yang
berubah ubah dalam kondisi tertentu.
Reiley dan Obermann (2002) membagi pengetahuan dalam 6 domain
kognitif, yaitu :
a) Tahu: Tahu mencakup ingatan fakta dan informasi yang spesifik. Pelajaran
ditingkat ini berisi tentang proses tentang mengingat informasi, bukan
kemampuan untuk memahami maknanya.
b) Memahami: Pemahaman menandakan pengeratian, suatu kemampuan untuk
mengartikan atau menginterprestasikan informasi dan memperkirakan
informasi lain diluar yang diberikan.
c) Aplikasi: Aplikasi merujuk pada penggunaan konsep, teori dan abstraksi
lainnya dalam situasi yang konkrit. Kemampuan untuk menggunakannya
memerlukan pengertian terhadap apa yang akan digunakan.
d) Analisis: Mempertahankan pembelajaran yang melibatkan suatu pembagian
materi menjadi bagian-bagian pembentuknya dan menentukan hubungan
diantara bagian-bagian tersebut.
e) Sintesis: Berarti perkembangan suatu produk melalui pengembangan elemen
dan bagian yang spesifik . Katagori ini melengkapi proses pembelajaran
yang kreatif.
f) Evaluasi:
Mewakili
prilaku
pembelajaran
yang
paling
kompleks,
pegangan
setiap
orang
dalam
menyelenggarakan
hidup
c.
4. Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme)
terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan diantaranya menurut Becker
konsep perilaku sehat ini merupakan pengembangan dari konsep perilaku yang
dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku kesehatan menjadi tiga domain,
yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge), sikap terhadap kesehatan (health
attitude) dan praktek kesehatan (health practice). Hal ini berguna untuk mengukur
seberapa besar tingkat perilaku kesehatan individu yang menjadi unit analisis
penelitian. Becker mengklasifikasikan perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :
a. Pengetahuan Kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh
seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan
tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan
atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan
kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.
b. Sikap terhadap kesehatan
Sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan, seperti sikap
terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor
yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas
pelayanan kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.
c. Praktek kesehatan
Praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan atau aktivitas
orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan terhadap penyakit
menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor yang terkait dan
atau mempengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas pelayanan kesehatan,
dan tindakan untuk menghindari kecelakaan.
Selain Becker, terdapat pula beberapa definisi lain mengenai perilaku kesehatan.
Menurut Solita,perilaku kesehatan merupakan segala bentuk pengalaman dan
interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan
dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.
Sedangkan Cals dan Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: perilaku
untuk mencegah penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic
stage). Menurut Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai
respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,
penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seperti lingkungan,
makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku kesehatan
adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati (observable)
maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan.
B. Konsep TBC
1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru
yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat juga menyebar
ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri,
2008).
TBC adalah penyakit infeksi menular dan menahun yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium Tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat Dormant, tertidur lama
selama beberapa tahun. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit tuberkulosis dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki,
perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian
terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga
terbesar dengan masalah TBC di dunia.
Penyakit tuberkulosis biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan
bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang
biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah),
dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab
itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.
2. Etiologi
Menurut Suriadi (2001) penyebab dari TB Paru adalah : 1) Mycobacterium
tuberculosis. 2) Mycobacterium bovis.
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran
panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen mycobacterium
tuberculosis adalah berupa lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam
serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
3. Patofisiologi
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri
dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli,tempat dimana mereka berkumpul dan
mulai untuk memperbanyak diri dalam sistem imun tubuh dengan melakukan reaksi
inflamasi. Fagosit (neurofil & makrofagi) menelan banyak bakteri, limfosit spesifik
tuberculosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringn normal. Reaksi jaringan ini
mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli akan terjadi gangguan pertukaran
gas karena sputum menumpuk akan menutupi jalan nafas, dan sputum bergerak maju
ke bronkus, maka akan terjadi ganguan jalan nafas. (Brunner & Suddart, 2002 : 585).
Sumber penularan TB Paru adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu
batuk/bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan
dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu
kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup ke
dalam saluran pernafasan kemudian menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya
melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas atau penyebaran
langsung ke bagian tubuh lain (Dep.Kes, 2003).
Gambar 2.3
Cara Penyebaran TBC Ke Bagian Tubuh lain
jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 %
pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung
meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun
0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita
karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga
memudahkan terjangkitnya TB paru.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan
seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan
pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka
seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat.
Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis
pekerjaannya.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus dihadapi setiap
individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang berdebu paparan partikel debu
di daerah terpapar akan mempengaruhi terjadinya gangguan pada saluran
pernafasan. Paparan kronis udara yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas,
terutama terjadinya gejala penyakit saluran pernafasan dan umumnya TB Paru.
Jenis pekerjaan seseorang juga mempengaruhi terhadap pendapatan keluarga yang
akan mempunyai dampak terhadap pola hidup sehari-hari diantara konsumsi
makanan, pemeliharaan kesehatan selain itu juga akan mempengaruhi terhadap
kepemilikan rumah (kontruksi rumah). Kepala keluarga yang mempunyai
pendapatan dibawah UMR akan mengkonsumsi makanan dengan kadar gizi yang
tidak sesuai dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena penyakit infeksi
diantaranya TB Paru. Dalam hal jenis kontruksi rumah dengan mempunyai
pendapatan yang kurang maka kontruksi rumah yang dimiliki tidak memenuhi
syarat kesehatan sehingga akan mempermudah terjadinya penularan penyakit TB
Paru.
e. Kebiasaan Merokok
Merokok diketahui mempunyai hubungan dengan meningkatkan resiko untuk
mendapatkan kanker paru-paru, penyakit jantung koroner, bronchitis kronik dan
kanker kandung kemih.Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena
TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per
orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430
batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760
batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada
hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa,
sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok
akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
f. Kepadatan hunian kamar tidur
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah
penghuninya agar tidak menyebabkan overload. Hal ini tidak sehat, sebab
disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga bila salah satu
anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain. Persyaratan kepadatan hunian untuk seluruh rumah biasanya
dinyatakan dalam m2/orang. Luas minimum per orang sangat relatif tergantung
dari kualitas bangunan dan fasilitas yang tersedia. Untuk rumah sederhana luasnya
Kuman TB Paru akan cepat mati bila terkena sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup selama beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
k. Status Gizi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang dengan status gizi kurang
mempunyai resiko 3,7 kali untuk menderita TB Paru berat dibandingkan dengan
orang yang status gizinya cukup atau lebih. Kekurangan gizi pada seseorang akan
berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik
terhadap penyakit.
l. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi
lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan
dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi
makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi
buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga
memudahkan terkena infeksi TB Paru.
m. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan
penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara
pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan
akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya (Taufan,
2008).
5. Cara Penularan
Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil Tahan Asam (TBC BTA)
positif. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan,
sementara sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
selama beberapa jama dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kuman tuberkulosis ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Depkes RI, 2007).
Resiko tertular tergantung dari tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB
paru dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari
pasien TB paru dengan BTA negatif. Resiko penularan setiap tahunnya ditunjukkan
dengan Annual Risk of Tuberculosis Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang
beresiko terinfeksi TBC selama satu tahun. ARTI sebesar 1%, berarti 10 (sepuluh)
orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun. Infeksi TB dibuktikan dengan
perubahan reaksi tuberkulin negatif menjadi positif (Depkes RI., 2007).
Gambar 2.3
Cara Penyebaran Bakteri TBC
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
6. Klasifikasi Penyakit
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas :
a. Berdasarkan organ yang terinvasi:
1) TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk
pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi
dalam Tuberkulosis Paru BTA positif dan BTA negatif.
2) TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar
limfe, tulang persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin.
TB ekstra paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu : TB
ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali
tulang belakang), sendi dan kelenjar adrenal; dan TB ekstra paru berat seperti
meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang, TB saluran kencing
dan alat kelamin.
Manifestasi klinik dari suatu penyakit secara umum dapat dibagi dalam tiga kelompok
:
a. Penyakit dengan keadaan lebih banyak penderita terselubung yakni penderita
tanpa gejala atau hanya disertai gejala ringan saja.dimana penyakit tidak
menampakkan diri secara klinis dan sangat sedikit yang menjadi berat atau
meninggal dunia. Contoh Tuberkulosis dan hepatitis A.
b. Penyakit dengan penderita yang terselubung relatif sudah kecil, sebagian besar
penderita tampak secara klinis, mudah didiagnosa dan hanya sebagian kecil saja
yang menjadi berat atau berakhir dengan kematian. Contoh : campak (measles)
dan cacar air (chickenpox)
c. Penyakit yang menunjukkan proses kejadian yang selalu disertai gejala klinis
berat dan pada umumnya berakhir dengan kelainan atau kematian bahkan
sebagian besar berakhir dengan kematian. Contoh : Rabies dan tetanus pada bayi
Tuberkulosis sendiri masuk kedalam manifestasi klinik penyakit kelompok 1
dimana penderita tuberkulosis tidak mempunyai gejala menderita tuberkulosis atau
hanya disertai gejala ringan saja Bentuk patogenitas tuberculosis rendah sehingga
hanya sebagian kecil saja penderita yang menampakkan diri secara klinis atau tidak
mempunyai gejala klinis yang nyata dan sangat sedikit yang menjadi berat atau
meninggal dunia. Bentuk penyakit tuberculosis seperti bentuk gunung es (iceberg),
dimana penderita yang terdeteksi hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan.
Gejala penyakit tuberkulosa ada dua yaitu gejala umum dan khusus
a. Gejala sistemik/umum
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti
influenza dan bersifat hilang timbul.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner
Dep.Kes (2003)
tujuan
pengobatan
TB
Paru
adalah
untuk
maka dilakukan pemeriksaan seperti alur TB Paru anak dan bila tidak ada gejala,
sebagai pencegahan diberikan Izoniasid 5 mg per kg berat badan perhari selama enam
bulan. Pada keadaan khusus (adanya penyakit penyerta, kehamilan, menyusui)
pemberian pengobatan dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi khusus tersebut
(Dep.Kes, 2003) misalnya :
a. Wanita hamil: Pinsip pengobatan pada wanita hamil tidak berbeda dengan orang
dewasa. Semua jenis OAT aman untuk wanita hamil kecuali Streptomycin, karena
bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus barier plasenta yang akan
mengakibatkan terjadinya gangguan pendengaran dan keseimbangan yang
menetap pada bayi yang dilahirkan.
b. Ibu menyusui: Pada prinsipnya pengobatan TB Paru tidak berbeda dengan
pengobatan pada umumnya. Semua jenis OAT aman untuk ibu menyusui.
Pengobatan pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi sesuai dengan berat
badannya.
c. Wanita pengguna kontrasepsi: Rifampisin berinteraksi dengan kontrasepsi
hormonal sehingga dapat menurunkan efektifitas kontrasepsi tersebut. Penderita
TB Paru sebaiknya menggunakan kontrasepsi non hormonal.
d. Penderita TB Paru dengan kelainan hati kronik: Sebelum pengobatan TB,
penderita dianjurkan untuk pemeriksaan faal hati. Apabila SGOT dan SGPT
meningkat 3 kali, OAT harus dihentikan. Apabila peningkatannya kurang dari 3
kali, pengobatan diteruskan dengan pengawasan ketat. Penderita kelainan hati,
Pirazinamid tidak boleh diberikan.
e. Penderita TB Paru dengan Hepatitis Akut: Pemberian OAT ditunda sampai
Hepatitis Akut mengalami penyembuhan. Pada keadaan dimana pengobatan TB
Paru sangat diperlukan, dapat diberikan Streptomycin dan Ethambutol maksimal 3
faktor
seperti
lingkungan
yang
meningkatkan
berpengaruh
kualitas
pada
pemukiman
penularan
dengan
tersangka penderita diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturutberturut, yaitu SewaktuPagiSewaktu /SPS (Depkes RI, 2002: 13).
pengobatan tidak sempurna, putus berobat atau karena kombinasi obat anti
tuberkulosis tidak adekuat. Sejak tahun 1995, manajemen operasional yang
menyesuaikan
strategi
DOTS
(Directly
Observed
Treatment
Shortcourse)
menekankan adanya pengawas minum obat (PMO) untuk setiap penderita TBC paru
dengan harapan dapat menjamin keteraturan minum obat bagi setiap penderita selama
masa pengobatan.
Kondisi seorang penderita penyakit tuberkulosis sering berada dalam kondisi
rentan dan lemah, baik fisik maupun mentalnya. Kelemahan itu dapat menyebabkan
penderita tidak berobat, putus berobat, dan atau menghentikan pengobatan karena
berbagai alasan. TBC dapat disembuhkan dengan berobat secara teratur sampai
selesai dalam waktu 6-8 bulan. Tata cara penyembuhan itu terangkum dalam strategi
DOTS.
Dalam proses penyembuhan, penderita TBC dapat diberikan obat anti-TBC
(OAT) yang diminum secara teratur sampai selesai dengan pengawasan yang ketat.
Masa pemberian obat memang cukup lama yaitu 6-8 bulan secara terus-menerus,
sehingga dapat mencegah penularan kepada orang lain. Oleh sebab itu, para penderita
TBC jika ingin sembuh harus minum obat secara teratur. Tanpa adanya keteraturan
minum obat penyakit sulit disembuhkan. Jika tidak teratur minum obat penyakitnya
sukar diobati kuman TBC dalam tubuh akan berkembang semakin banyak dan
menyerang organ tubuh lain akan membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat
sembuh biaya pengobatan akan sangat besar dan tidak ditanggung oleh pemerintah
(Ainur, 2008).
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Untuk menjamin keteraturan pengobatan
diperlukan seorang PMO.Persyaratan PMO:
1) Seseorang yang dikenal, dipercaya, dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan
maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien.
2) Seseorang yang tinggal dekat dengan pasien.
3) Bersedia membantu pasien dengan sukarela.
4) Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan pasien.
Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya bidan di desa, perawat,
pekarya, sanitarian, juru imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan
yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota
PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga.
Tugas seorang PMO:
1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai
pengobatan.
2) Memberi dorongan kepada pasien agar mau berobat teratur.
3) Mengingkatkan pasien untuk periksa ulang dahak pada waktu yang telah
ditentukan.
4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai
gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera memeriksakan diri ke Unit
Pelayanan Kesehatan. Tugas seorang PMO bukanlah untuk mengganti
kewajiban pasien mengambil obat dari unit pelayanan kesehatan.
Informasi penting yang perlu dipahami PMO untuk disampaikan kepada pasien
dan keluarganya:
1) TB disebabkan kuman, bukan penyakit keturunan atau kutukan.
lanjutan yang dianjurkan adalah UNH dan Rifampisin yang selama 4 bulan.
Pemberian INH dan Etambutol selama 6 bulan merupakan paduan alternative
untuk fase lanjutan pada kasus yang keteraturannya tidak dapat dinilai tetapi
terdapat angka kegagalan dan kekambuhan yang tinggi sehubungan dengan
pemberian alternative tersebut di atas khususnya pada pasien HIV. Dosis obat
antituberkulosis ini harus mengikuti rekomendasi internasional. Fixed dose
combination yang terdiri dari 2 obat (INH dan Rifampisin),3 obat (INH,
Rifampisin, Pirazinamid) dan 4 obat (INH, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol) sangat dianjurkan khususnya bila tidak dilakukan pengawasan
langsung saat menelan obat.
3) Standar 9: Untuk menjaga dan menilai kepatuhan terhadap pengobatan perlu
dikembangkan suatu pendekatan yang berpihak kepada pasien berdasarkan
kebutuhan pasien dan hubunhgan yang saling menghargai antara pasien dan
praktisi
yang
member
pelayanan.
Supervisi
dan
dukungan
harus
minum
obat
oleh
pasien
dan
sistem
kesehatan
serta
4) Standar 10: Respons terapi semua pasien harus dimonitor. Pada pasien TB
paru penialaian terbaik adalah dengan pemeriksaan sputum ulang (2 kali)
paling kurang pada saat menyelesaikan fase awal (paling tidak 2 bulan), bulan
ke lima dan pada akhir pengobatan dianggap sebagai gagal terapi dan
diberikan obat dengan modifikasi yang tepat (sesuai standar 14 dan 15).
Penilaian respons Terapi pada pasien TB ekstra paru dan anak-anak, paling
baik dinilai secara klinis. Pemeriksaan foto toraks untuk evaluasi tidak
diperlukan dan dapat mnyesatkan (misleading).
5) Standar 11: Penilaian resisten terhadap obat didasarkan pada riwayat
pengobatan sebelumnya, pajanan terhadap kuman yang resisten dan prevalensi
yang ada di masyarakat dan harus dilakukan pada setiap pasien. Uji kepekaan
kuman harus dilakukan terhadap semua pasien dengan riwayat pengobatan
TB. Pasien dengan BTA (+) yang hanya diobati 3 bulan, gagal berobat, putus
berobat, dan kambuh harus dinilai resistensi obat. Uji kepekaan paling tidak
dilakukan terhadap Rifampisin dan INH. Pasien harus mendapatkan konseling
atau penyuluhan untuk meminimalisasi potensi penularan. Pengukuran control
onfeksi harus dilaksanakan.
6) Standar 12: Pasien yang sangat diduga MDR/XDR TB harus mendapat
pengobatan dengan obat anti TB lini kedua. Pemilihan obat didasarkan pada
uji kepekaan kuman. Sedikitnya 4 obat yang sensitive termasuk obat suntikan
diberikan selama 18-24 bulan tergantung konversi sputum. Perlu dilakukan
konsultasi kepada instansi yang menyediakan layanan pengobatan pasien
MDR/XDR.
7) Standar 13:Pencatatan tertulis mengenai semua pengobatan yang diberikan,
respons bakteriolgik dan efek samping harus ada untuk semua pasien.
18:
Semua
pelayanan
yang
menangani
pasien
TB
harus
C. Penelitian Terkait
Sepengetahuan peneliti, penelitian dengan judul Hubungan perilaku individu tentang
penularan dan pengobatan TBC dengan kejadian TBC di Poliklinik RS Soekanto POLRI
Jakarta Timur ini belum pernah dilakukan. Dalam penelusuran yang dilakukan peneliti,
terdapat beberapa penelitian yang berhubungan diantaranya:
1. Hasil survey yang dilakukan Koalisi untuk Indonesia Sehat (KuIS) yang dilakukan
pada Oktober sampai Desember 2005 di 90 desa pada 15 kabupaten / kota Kalibaru
Jakarta Utara,dengan jumlah responden 3.677 menemukan sekitar 19,7%, responden
yang memberi jawaban yang benar tentang penyakit TBC. Hasil survey tersebut
antara lain menemukan ada 11% responden tidak tahu TBC adalah penyakit menular,
11% responden tidak tahu TBC bukan penyakit guna-guna, 26% responden tidak tahu
batuk berdahak 3 minggu adalah gejala TBC, 58% responden tidak tahu bahwa
TBC memerlukan pemantaun minum obat (PMO), 38% responden tidak tahu bahwa
obat TBC bisa diperoleh gratis di puskesmas.
2. Menurut WHO pada tahun 1996, dari penderita TBC yang tidak diobati setelah 5
tahun, 50% meninggal, 25% kronik dan menular.
3. Menurut dr. Laban, TBC menyerang lebih dari 75% penduduk usia produktif, 20-30%
pendapatan keluarga hilang per tahunnya akibat TBC. Selain itu, seorang penderita
aktif TBC akan menularkan 10-15 orang disekitarnya per tahun, dan tanpa pengobatan
yang efektif, 50-60% penderita TBC akan meninggal dunia.
4. Berdasarkan hasil penelitian Leni Marlina keluarga di kelurahan Pondok Labu Jakarta
Selatan pada tahun 2009 didapatkan mayoritas responden berusia 40 tahun yaitu 18
orang (60%), 13 orang (43.3%) berpendidikan SMA memilki tingkat pengetahuan
kepala tergolong tinggi yaitu sebanyak 29 orang (96.67%).
5. Dalam penelitian Widagdo pada tahun 2003 di Puskesmas Kecamatan Pasar Minggu,
ditemukan bahwa dari 71 orang, terdapat 50 penderita TBC yang bersikap positif dan
patuh dalam pengobatan, dan 21 orang lainnya bersikap negatif dan pada umumnya
tidak patuh dalam pengobatan.
D. Kerangka Teori
Gambar 2.4
Kerangka Teori
INDEPENDEN
DEPENDEN
Faktor Predisposisi :
Faktor Pendukung
lingkungan fisik
prasarana
Faktor Pendorong
Motivasi petugas
Duungan keluarga
Kesembuhan TBC
(Sumber: L. Green)