You are on page 1of 18

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI

PADA REMAJA DI ISLAMIC BOARDING SCHOOL


SMPIT DAARUL HIKMAH BONTANG

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH
RIZKA AMALIA NURHADI
NIM 306112402658

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
MEI 2013

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI


PADA REMAJA DI BOARDING SCHOOL

Rizka Amalia Nurhadi


Fakultas Pendidikan Psikologi, Universitas Negeri Malang
Email : amaliarizka04@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan konsep diri remaja, (2) mendeskripsikan
penyesuaian diri remaja, dan (3) mengetahui hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri remaja.
Rancangan penelitian ini adalah deskriptif korelasi, dengan menggunakan metode random sampling, sampel
penelitian berjumlah 111 siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang. Instrumen
penelitian menggunakan skala konsep diri dan skala penyesuaian diri. Teknik analisis data menggunakan teknik
analisis deskriptif dan teknik korelasi Product Moment Karl Pearson. Hasil penelitian menunjukkan (1) masih
banyak remaja yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif (55%). (2) Masih banyak remaja yang
memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk (51%). (3) Ada hubungan positif signifikan antara konsep diri
dan penyesuaian diri remaja, dengan nilai
= 0,668 dengan p = 0.000 < 0.05 artinya jika konsep diri remaja
positif maka penyesuaian diri akan baik. Jika konsep diri remaja negatif maka penyesuaian diri akan buruk
Kata kunci : konsep diri, penyesuaian diri, remaja, boarding school

Abstract
This study aims to: (1) describe the adolescent self-concept. (2) describe the adolescent self-adjustment. (3)
determine the relationship between self-concept and self-adjustment of adolescent . The hypothesis is a positive
relationship between self-concept and self-adjustment in adolescents. The study design used is descriptive
correlation. This study uses random sampling to sample as many as 111 students at the Islamic Boarding School
SMPIT Daarul Hikmah Bontang. The instrument used is a skala konsep diri and skala penyesuaian diri. All data
obtained analyzed by descriptive analysis technique and Correlational Product Moment technique by Karl
Pearson.
The results of this study (1) there are still many teenagers who have a negative self-concept (55%) (2)
There are still many teenagers who have poor self-adjustment (51%) (3) There is a significant positive
relationship between self-concept and self-adjustment in adolescents, with
= 0.668 and p = 0.000 < 0.05
means that if the adolescent self-concept is positive, the self adjustment will be good, if the adolescent selfconcept is negatif, the self adjustment would be poor.
Keywords: self-concept, self-adjustment, adolescent, boarding school

Di Indonesia, kesadaran masyarakat tentang pendidikan sudah semakin meningkat, hal


ini ditunjukkan dengan banyaknya orang tua yang menginginkan anaknya masuk sekolah
unggulan. Alternatif pendidikan yang ditawarkan untuk menghasilkan SDM yang berkualitas
salah satunya adalah sekolah berasrama (Boarding School) (Kompasiana, 2011).
Boarding school merupakan penyelenggaraan sekolah bermutu untuk meningkatkan
kualitas anak didik. Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Para
murid mengikuti pendidikan reguler dari pagi hingga siang di sekolah kemudian dilanjutkan
dengan pendidikan asrama seperti pendidikan agama atau pendidikan nilai-nilai khusus
lainnya. Selama 24 jam anak didik berada di bawah pengawasan para guru pembimbing
(Maknun, 2006).
Octyavera (2010) mengatakan bahwa remaja yang baru memasuki lingkungan boarding
school harus dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan asrama, namun itu bukan suatu hal
yang mudah bagi para remaja. Peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan asrama akan
menimbulkan perubahan yang signifikan bagi remaja. Perubahan yang terjadi pada diri dan
lingkungan menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian diri, hal ini perlu
dilakukan agar terjadi keselarasan antara pribadi remaja dengan lingkungan asrama, sehingga
remaja bisa dengan nyaman tinggal di lingkungan asrama.
Kesulitan para remaja dalam penyesuaian diri sering dijumpai di sekolah berasrama
(boarding school). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutris (2008) yang sejak tahun 1998
terjun mengelola sekolah berasrama (boarding school) didapatkan data bahwa hampir 75 %
siswa yang sekolah boarding adalah kemauan dari orang tua siswa bukan dari siswa itu
sendiri. Akibatnya, dibutuhkan waktu yang lama (rata-rata 4 bulan) untuk siswa
menyesuaikan diri dan masuk kedalam konsep pendidikan boarding yang integratif.
Fenomena yang mengindikasikan kurangnya penyesuaian diri siswa di sekolah
berasrama, seperti yang ditulis oleh republika.co.id pada 21 Januari 2008 bahwa sekolah di

asrama kerena paksaan orang tua akan membuat anak merasa tersiksa seperti yang dituturkan
oleh Alan yang menimba ilmu di pondok pesantren Al-Irsyad, Salatiga, Jawa Tengah. Rasa
tertekan menjadi makanan Alan sehari-hari selama tiga tahun. ''Waktu terasa lebih panjang ,
tiga tahun terasa lama. Lama sekali. Saya sempat kabur tiga kali. ''Beruntung ia lulus. Namun,
Alan urung melanjutkan bangku SMA di ponpes yang sama. Ia melanjutkan ke MAN 2
Yogyakarta -- tidak lagi sekolah boarding.
Penyesuaian diri menurut Schneiders (dalam Yusuf, 2008) merupakan suatu proses
yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar
mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya,
sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri dengan
tuntutan lingkungan.
Bandura (dalam Alwisol, 2007) mengatakan bahwa dalam mengatur suatu perilaku
yang akan dibentuk atau tidak, individu tidak hanya mempertimbangkan informasi tentang
keuntungan dan kerugian dari perilaku, tetapi juga mempertimbangkan sampai sejauh mana
individu memiliki kemampuan mengatur perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk memiliki
kemampuan dalam mengatur perilaku ini diperlukan konsep diri.
Konsep diri mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku individu, yaitu
individu akan bertingkah laku sesuai dengan konsep diri yang dimiliki (Rahmat, 2000).
Pernyataan tersebut didukung oleh Burns (1993) yang menyatakan bahwa konsep diri akan
mempengaruhi cara individu dalam bertingkah laku ditengah masyarakat.
Menurut Tanje (2003) masalah yang sering dihadapi para remaja adalah perilaku
bermasalah (problem behaviour) yang berdampak pada terhambatnya proses penyesuaian diri
remaja dengan remaja lainnya, dengan guru dan masyarakat. Remaja yang merasa tidak
bahagia, frustrasi dan memendam kemarahan seringkali menunjukkan perilaku-perilaku yang
tidak simpatik terhadap orangtua maupun orang lain yang dapat membahayakan diri serta

mempengaruhi konsep diri siswa sendiri pada usia perkembangan yang masih remaja. Hal ini
tentu akan mempengaruhi interaksi dengan orang lain begitu pula dengan ketahanan untuk
tinggal di boarding school.
Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH adalah sekolah berasrama di
kota Bontang yang telah berdiri sejak tahun 2009. Pihak yayasan telah mengupayakan dengan
berbagai cara untuk membantu siswa agar mampu menyesuaikan diri dengan baik di
lingkungan boarding school, antara lain dengan memberikan kesempatan bagi calon siswa
baru untuk melihat kondisi dan suasana boarding school, dan berusaha menciptakan asrama
yang cukup nyaman serta program kegiatan yang bertahap. Meskipun demikian, masih
terdapat siswa yang mengalami masalah dalam menyesuaikan diri terutama pada semester
pertama.
Remaja yang tinggal di sekolah berasrama dihadapkan pada berbagai tuntutan.
Kemampuan remaja dalam mengatur perilakunya terhadap tuntutan-tuntutan tersebut
didasarkan atas konsep diri yang dimilikinya. Dengan konsep diri tersebut, maka dapat
menentukan kemampuan penyesuaian diri remaja dalam memenuhi berbagai tuntutan yang
ada, dan pada akhirnya akan mempengaruhi keberhasilan remaja selama menempuh
pendidikan di sekolah asrama (Maslihah, 2011).
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis bermaksud meneliti apakah
ada hubungan antara konsep diri dan penyesuaian diri pada remaja Islamic Boarding School
SMPIT DAARUL HIKMAH.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan konsep diri remaja Islamic
Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH, mendeskripsikan penyesuaian diri remaja
Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH, dan mengetahui hubungan antara
konsep diri dan penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL
HIKMAH.

Konsep diri adalah pandangan dan penilaian individu tentang dirinya sendiri yang
dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh melalui interaksi dengan
lingkungan. Menurut Hurlock (1999) faktor yang membentuk konsep diri adalah usia
kematangan, penampilan diri, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya,
kreativitas dan cita-cita, serta pengalaman hidup berinteraksi dengan orang lain.
Sasse (dalam Suyuti, 2010) mengelompokkan konsep diri menjadi dua yaitu konsep diri
positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan dapat
menerima dirinya apa adanya, tanpa merasa tertekan dan terbebani dengan keadaan dirinya
maupun pandangan orang lain terhadapnya. Individu dengan konsep diri negatif tidak
memiliki kepercayaan diri, cenderung tidak dapat menerima kelemahan - kelemahan dirinya,
sehingga ia menjadi frustrasi, cenderung berpikir negatif dan selalu khawatir.
Penyesuaian diri adalah kemampuan individu untuk berinteraksi dengan situasi di
dalam dirinya sendiri maupun dalam lingkungan sosial sesuai dengan norma-norma yang ada
tanpa menimbulkan konflik bagi dirinya maupun lingkungan. Menurut Schneiders (dalam
Yusuf, 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri adalah keadaan fisik
(physical conditions) ; perkembangan dan kematangan (development and maturation) ;
kondisi psikologis (psychological determinants) yang meliputi pengalaman, pendidikan,
konsep diri ; keadaan lingkungan (environmental conditions) meliputi sekolah, rumah, dan
keluarga ; dan tingkat religiusitas dan kebudayaan (cultural and religion).
Remaja berasal dari kata adolescence yang berasal dari kata dalam bahasa latin
adolescere yang artinya tumbuh menjadi dewasa atau tumbuh ke arah kematangan
(maturasi). Tahap remaja awal dari usia 11-14 tahun, remaja tengah dari usia 15-18 tahun,
dan remaja akhir dari 18-21 tahun yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri
(Steinberg, 2002). Adapun pembagian ini didasarkan pada duduknya individu di bangku

sekolah. Remaja awal duduk di bangku SMP, remaja tengah di bangku SMU, dan remaja
akhir di perguruan tinggi atau akademi (Kusdiyati, 2011).
Hurlock (1999) mengatakan bahwa usia remaja merupakan saat pengenalan identitas
diri dan pengembangan diri. Pandangan tentang diri sendiri yang sudah berkembang pada
masa anak-anak, makin menguat pada masa remaja. Pada remaja, konsep diri akan
berkembang terus hingga memasuki masa dewasa. Hurlock (1999) juga menyebutkan bahwa
para remaja juga mengalami proses penyesuaian diri. Untuk menjadikan remaja mampu
berperan serta dan melaksanakan tugasnya tidaklah mudah, karena masa remaja merupakan
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Salah satu tugas perkembangan masa
remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Agar penyesuaian
diri yang dilakukan terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus
menyelaraskan antara tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan-tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungannya, sehingga remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki
kepribadian yang sehat.
Nama lain dari istilah boarding school adalah sekolah berasrama. Di lingkungan
sekolah ini mereka dipacu untuk menguasai ilmu dan teknologi secara intensif sedangkan
selama di lingkungan asrama mereka ditempa untuk menerapkan ajaran agama atau nilai-nilai
khusus serta mengekspresikan rasa seni dan keterampilan hidup di hari libur. Hari-hari
mereka adalah hari-hari berinteraksi dengan teman sebaya dan para guru. Rutinitas kegiatan
tersebut berlangsung dari pagi hingga malam sampai bertemu pagi lagi. Mereka menghadapi
makhluk hidup yang sama, orang yang sama, lingkungan yang sama, dinamika dan romantika
yang seperti itu pula (Maknun, 2006).
Keunggulan boarding school jika dibandingkan dengan sekolah regular yaitu program
pendidikan paripurna, fasilitas lengkap, guru yang berkualitas, lingkungan yang kondusif,
siswa yang heterogen, jaminan keamanan dan jaminan kualitas.

METODE
Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah 111 siswa Islamic Boarding School SMPIT
DAARUL HIKMAH, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berusia 12-15 tahun yang
menempuh pendidikan kelas kelas VII dan VIII. Perekrutan partisipan menggunakan teknik
random sampling.

Desain Penelitian
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan
korelasi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan secara umum hasil penelitian.
Pendeskripsian ini dilakukan dengan cara mengkonversikan skor subjek ke dalam skor z dan
skor t dengan menggunakan nilai Mean dan nilai Standart Deviasi, kemudian diklasifikasikan
kedalam kategori yang sesuai berdasarkan norma untuk skor t. Analisis korelasi dilakukan
menggunakan teknik Product Moment.

Alat Ukur
Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan Skala Konsep Diri Remaja (55 aitem,
koefisien reliabilitas 0,908) dan Skala Penyesuaian Diri Remaja (49 aitem, koefisien
reliabilitas 0,925). Skala Konsep Diri Remaja disusun berdasarkan aspek penilaian diri fisik,
aspek penilaian diri pribadi, aspek penilaian diri keluarga, aspek penilaian diri sosial dan
aspek penilaian moral-etika. Skala Penyesuaian Diri Remaja disusun berdasarkan aspek
penyesuaian terhadap peran dan identitas, aspek penyesuaian terhadap orang lain, aspek
penyesuaian terhadap nilai dan norma di sekolah dan asrama serta aspek penyesuaian tehadap
tugas di sekolah.

Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data penelitian yaitu survei
lapangan untuk mengetahui jumlah siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL
HIKMAH Bontang kemudian menentukan tanggal dan hari pengambilan data yaitu pada 28
Februari 01 Maret 2013 hari kamis-jumat.Lalu mengurus surat ijin penelitian di Fakultas
Pendidikan Psikologi UM. Selanjutnya adalah mempersiapkan dan meneliti instrument yang
akan digunakan untuk penelitian yaitu skala konsep diri dan skala penyesuaian diri untuk
kemudian disebarkan kepada responden penelitian kemudian meminta ijin kepada pihak
Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang untuk melakukan penelitian
dengan membawa surat ijin penelitian dari Fakultas Pendidikan Psikologi UM. Selanjutnya
peneliti melakukan penyebaran instrumen pada setiap kelas, subjek mengisi instrument di
bawah petunjuk dan pengawasan peneliti.Setelah itu pengumpulan kembali instrument,
kemudian dilakukan tabulasi dan analisis data.

HASIL
Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kedua variabel dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji linearitas menunjukkan bahwa hubungan
antara kedua variabel adalah linear.
Hasil uji hipotesis dengan analisis korelasi menunjukkan bahwa ada
hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri (

= 0,668 ; p < 0,05).

Artinya jika remaja memiliki konsep diri positif maka penyesuaian diri remaja akan baik.
Sebaliknya, jika remaja memiliki konsep diri negatif maka penyesuaian diri remaja akan
buruk.
Konsep diri remaja berada pada kategori sangat positif sebanyak 20 subjek (18%),
dalam kategori positif sebanyak 30 subjek (27%), kategori negatif terdapat 41 subjek (37%)

dan dalam kategori sangat negatif terdapat 20 subjek (18%). Dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masih banyak siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL
HIKMAH Bontang yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif (55%).
Penyesuaian diri remaja berada pada kategori sangat baik sebanyak 17 subjek (15%),
dalam kategori baik sebanyak 38 subjek (34%), dalam kategori buruk 38 subjek (34%) dan
pada kategori sangat rendah terdapat 18 subjek (17%). Dari hasil tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa masih banyak siswa di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL
HIKMAH Bontang yang memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk (51%).

DISKUSI
Konsep diri dianggap sebagai aspek yang penting karena semenjak konsep diri mulai
terbentuk, seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut dan konsep diri
ini bukan merupakan faktor bawaan, tetapi faktor yang dipelajari dan dibentuk melalui
pengalaman individu berhubungan dengan orang lain (Hurlock, 1999). Sasse (dalam Suyuti,
2010) mengatakan bahwa konsep diri berkembang sejak usia anak-anak. Awal pembentukan
konsep diri akan sangat ditentukan oleh kondisi keluarga. Penerimaan maupun penolakan
keluarga terhadap anak akan sangat membantu dalam pembentukan konsep diri mereka. Anak
anak yang tumbuh dengan cinta dan ketulusan yang diperoleh dari keluarga, maka akan
tumbuh menjadi anak yang memiliki konsep diri yang baik. Sebaliknya anak-anak yang
diasuh dengan kekerasan dan penolakan akan memiliki konsep diri yang kurang baik.
Banyak faktor dalam kehidupan remaja yang turut membentuk pola kepribadian
melalui pengaruhnya pada konsep diri (Hurlock, 1999). Faktor tersebut antara lain usia
kematangan, penampilan diri, nama dan julukan, hubungan keluarga, teman-teman sebaya,
kreativitas dan cita-cita, serta pengalaman hidup berinteraksi dengan orang lain.

10

Berdasarkan data yang didapatkan, remaja Islamic Boarding School SMPIT DAARUL
HIKMAH Bontang sebagian memiliki konsep diri yang positif dan sebagian lagi memiliki
konsep diri negatif. Remaja yang memiliki konsep diri positif dikarenakan mereka
mendapatkan perhatian yang besar dari kedua orang tua dan diperlakukan dengan baik oleh
anggota keluarga, sehingga mereka merasa diterima dan dipedulikan. Beberapa siswa juga
setuju jika banyak yang ingin berteman dengan mereka. Tentu saja penerimaan dari
lingkungan ini akan membuat mereka menjadi lebih percaya diri dan hal ini akan
mempengaruhi konsep diri siswa. Sedangkan remaja yang memiliki konsep diri negatif
menilai bahwa diri mereka kurang menarik dibandingkan teman yang lain.
Masih banyak siswa Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang
yang memiliki konsep diri negatif dan sangat negatif. Hal ini dapat diterima karena siswa
Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang masih tergolong masa
remaja yang merupakan masa pencarian jati diri. Masa remaja adalah masa pencarian konsep
diri yang ideal sehingga konsep diri yang dimiliki siswa saat ini masih merupakan konsep diri
yang labil atau tidak permanen. Artinya pada waktu selanjutnya, konsep diri siswa masih
akan mengalami perubahan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock mengenai konsep diri
remaja.
Schneiders (dalam Yusuf, 2008) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu
respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi
kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustrasi dan konflik, dan
memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tuntutan
lingkungan.
Berdasarkan hasil observasi dan interview singkat yang dilakukan oleh peneliti dengan
beberapa remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah didapatkan bahwa remaja
yang mampu menerima diri dan keadaannya, lebih mudah melakukan penyesuaian diri.

11

Remaja yang masuk ke Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah atas keinginan
dan pilihannya sendiri lebih menerima keadaan diri dan lingkungannya dibanding remaja
yang masuk karena dorongan dan paksaan orang tua. Remaja yang masuk atas pilihan
sendiri merasa nyaman dan tidak terbebani dengan segala peraturan dan pola hidup ala
sekolah asrama. Mereka tidak banyak mengeluh dengan keterbatasan lingkungan
pergaulan dan kehidupan, ketatnya disiplin serta merasa bertanggung jawab dengan
pilihannya. Remaja ini lebih menunjukkan tingkah laku yang adaptif dan kooperatif
dengan lingkungan, sehingga penyesuaian dirinya lebih baik dibandingkan siswa yang
dipaksa dan merasa terpaksa masuk. Remaja dengan penyesuaian diri yang baik mampu
untuk mentaati peraturan di sekolah maupun tata tertib di asrama, mereka belajar dengan baik
dan rajin mengerjakan tugas, serta berusaha untuk menjalin persahabatan yang baik dengan
teman temannya. Mereka mampu untuk bereaksi secara sehat dan efektif terhadap
hubungan, situasi dan kenyataan sosial dalam kehidupan yang berbeda dari sebelumnya,
yaitu kehidupan sekolah asrama yang memiliki karakteristik berbeda dengan sekolah reguler.
Hal ini menunjukkan bahwa konsep diri positif yang dimiliki remaja berpeluang menciptakan
penyesuaian diri yang baik.
Namun, kenyataannya adalah masih banyak remaja Islamic Boarding School SMPIT
Daarul Hikmah yang memiliki penyesuaian diri buruk dan sangat buruk. Hal ini sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Santrock (2003) yang mengatakan bahwa pada dasarnya
setiap individu memiliki kemampuan untuk melakukan penyesuaian diri namun dalam
pelaksanaannya individu terkadang mengalami kesulitan. Kesulitan dalam melakukan
penyesuaian diri juga terjadi pada remaja yang memasuki lingkungan sekolah baru. Hasil
instrumen penelitian menunjukkan bahwa remaja kadang merasa tertekan dengan peraturan
asrama. Mereka juga kurang bisa mengatasi masalah di sekolah dengan baik dan cepat bosan
jika sedang mengerjakan tugas.

12

Penyesuaian diri remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah masih dalam
tahapan try and error. Artinya penyesuaian diri yang dilakukan remaja masih belum tertata
dengan baik sehingga mereka akan selalu mencari cara untuk bisa melakukan penyesuaian
diri dengan baik. Menurut Hurlock (1999) untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi
dewasa, remaja harus banyak penyesuaian baru. Agar penyesuaian diri yang dilakukan
terhadap lingkungan sosial berhasil (well adjusted), maka remaja harus menyelaraskan antara
tuntutan yang berasal dari dalam dirinya dengan tuntutan yang diharapkan oleh
lingkungannya, agar remaja mendapatkan kepuasan dan memiliki kepribadian yang sehat.
Untuk itu remaja harus mengetahui lebih banyak informasi yang tepat tentang diri dan
lingkungannya.
Berdasarkan uji hipotesis penelitian, hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat
hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja terbukti. Besarnya
korelasi antara konsep diri dengan penyesuaian diri remaja sebesar 0,668 dengan taraf
signifikansi p = 0.000 (p < 0,05). Tanda positif pada skor korelasi menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara konsep diri dengan penyesuaian
diri. Sehingga dapat disimpulkan jika konsep diri remaja positif maka penyesuaian diri akan
baik. Kondisi tersebut berarti bahwa remaja yang memiliki konsep diri positif akan lebih
mampu dalam melakukan penyesuaian diri. Sebaliknya, remaja yang memiliki konsep diri
negatif akan mengalami hambatan dalam melakukan penyesuaian diri.
Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rahmawati (2008) yang menemukan bahwa ada hubungan positif antara konsep diri
dengan penyesuaian diri. Dalam penelitiannya, Rahmawati (2008) mengungkapkan adanya
hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri dengan

= 0,872.

Atkinson (dalam Rahmawati, 2008) mengatakan bahwa konsep diri yang dimiliki
individu mengarahkan terhadap bagaimana ia mempertahankan kedudukan dan posisinya

13

agar diterima di tengah tengah masyarakat. Artinya bahwa individu selalu berusaha untuk
menyesuaikan diri. Oleh karena itu, hasil penelitian ini yang menyatakan bahwa ada
hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri bisa dikatakan benar dan sesuai
dengan teori-teori yang sudah ada. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa
terdapat hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri.
Konsep diri mampu mempengaruhi penyesuaian diri sesuai dengan pendapat Hurlock
(1999) yang mengatakan bahwa konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki individu tentang
dirinya. Konsep diri merupakan gabungan dari pemahaman tentang diri fisik, diri pribadi, diri
keluarga, diri sosial dan moral-etika. Gabungan dari aspek tersebut merupakan landasan
gambaran individu dalam melakukan penyesuaian diri. Pemahaman tentang diri fisik
merupakan pola pandang individu terhadap fisiknya yang akan membantu dirinya dalam
mencapai penyesuaian diri yang baik. Pemahaman diri pribadi merupakan langkah awal
individu untuk melakukan penyesuaian diri karena tanpa adanya pemahaman tentang diri
pribadi maka individu tersebut tidak akan mampu melakukan interaksi sosial apalagi
penyesuaian diri. Pemahaman diri sosial merupakan aspek yang dijadikan lingkungan dalam
interaksi sosial sehingga pemahaman diri sosial ini terlibat dalam proses penyesuaian diri.
Calhoun (1990) mengatakan bahwa sumber informasi untuk konsep diri adalah
interaksi individu dengan orang lain. Individu menggunakan orang lain untuk menunjukkan
siapa dia. Artinya, dalam pencarian konsep diri , individu dipengaruhi oleh lingkungan.
Dengan mempelajari stimulus yang datang dari luar, individu akan mengolahnya di dalam
diri yang kemudian akan terbentuk suatu konsep tentang sesuatu. Dengan konsep tersebut
individu melakukan penyesuaian diri dalam interaksi sosial.
Pendapat Calhoun (1990) dan Hurlock (1999) di atas menunjukkan bahwa konsep diri
merupakan salah satu faktor yang mampu memberikan pengaruh terhadap penyesuaian diri
individu. Hal ini menjelaskan bahwa penelitian ini didukung oleh teori bahwa konsep diri

14

berhubungan dengan penyesuaian diri. Kesimpulannya adalah bahwa didalam penyesuaian


diri individu terdapat faktor konsep diri yang akan mengarahkan pola penyesuaian diri yang
akan dilakukan oleh individu. Dengan kata lain, untuk melakukan penyesuaian diri yang baik
dibutuhkan faktor konsep diri yang baik pula. Dari situlah dapat diketahui bahwa konsep diri
dan penyesuaian diri memiliki hubungan yang erat, dimana individu selama masa remaja
akan mengalami masa dimana mereka mencari identitas mereka, dan identitas mereka inilah
yang kelak akan menentukan tingkah laku dan penyesuaian diri mereka di kehidupan seharihari.
Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat lepas dari hubungan timbal balik dengan
orang lain yang terjadi dalam proses sosialisasi. Individu akan terus melakukan penyesuaian
diri. Dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial, manusia sebagai pribadi sangat ingin agar
kehadirannya diterima oleh orang-orang yang ada dalam lingkungannya dimana dia tinggal.
Rasa diterima kehadirannya oleh semua pihak akan membentuk konsep diri yang positif dan
memberikan rasa aman pada diri sendiri karena individu merasa bahwa ada dukungan dan
perhatian terhadap dirinya. Penerimaan dari lingkungan ini merupakan motivasi yang baik
bagi individu untuk lebih survive dalam menghadapi kehidupannya. Kehadiran seseorang
yang tidak diterima dalam lingkungannya dapat membentuk konsep diri negatif, merasa tidak
aman dan terancam. Penolakan ini menimbulkan kelabilan emosi, menutup diri dan sikap
yang cenderung menantang.
Berdasarkan penelitian ini, hubungan positif antara konsep diri dengan penyesuaian diri
pada remaja Islamic Boarding School SMPIT Daarul Hikmah jelas terlihat. Sebagian remaja
yang memiliki konsep diri positif maka tingkat penyesuaian diri mereka juga baik. Bagi
sebagian lain yang memiliki konsep diri negatif, mereka juga terlihat memiliki penyesuaian
diri yang buruk.

15

Sehubungan dengan hasil penelitian ini,terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan
penulis kepada pihak pihak sebagai berikut.
Bagi remaja (siswa) di Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang
sebaiknya dapat membentuk konsep diri positif dengan cara selalu berpikir dan menilai diri
secara positif, bersikap proaktif dengan masalah yang sedang dialami, mau mengembangkan
diri dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki.Remaja juga perlu meningkatkan
kemampuan penyesuaian diri dengan cara belajar untuk menciptakan interaksi sosial yang
saling terbuka, saling mempercayai, saling memperhatikan kebutuhan teman, dan saling
mendukung.
Bagi orang tua, diharapkan lebih memperhatikan perkembangan putra-putrinya
selama mereka melakukan interaksi sosial yaitu dengan cara selalu menanamkan aspek-aspek
positif dalam diri anak.
Bagi pihak Islamic Boarding School SMPIT DAARUL HIKMAH Bontang,
diharapkan dapat membantu dan memfasilitasi kebutuhan remaja dalam membentuk konsep
diri yang positif. Guru harus mampu membekali siswanya dengan pengetahuan dan pelajaran
tentang character building untuk membantu siswa membentuk konsep diri yang positif. Guru
juga diharapkan mampu mengaplikasikan stategi self management untuk meningkatkan
penyesuaian diri siswa. Selain itu bagi siswa yang melanggar tata tertib, sebaiknya guru bisa
memberi hukuman yang sesuai agar mereka tidak mengulanginya.
Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti lebih detail dan komprehensif
dengan menggali lebih dalam mengenai faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri maupun
konsep diri.

16

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2007. Psikologi Kepribadian. Edisi Revisi. Malang : UMM Press.
Burns, R, B. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku). Alih
bahasa: Eddy. Jakarta : Arcan
Calhoun, James. F. And Joan Ross. 1990. Psychology of Adjustment and Human Relationship
: Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Penerjemah : Prof
Dr. R. S. Satmoko. Mc Graw-Hill : IKIP Malang.
Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih Bahasa : Istiwidayanti & Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.
Kompasiana. 2011. Boarding School : Tombak Kesuksesan Pendidikan Berkarakter. (online)
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/23/boarding-school-tombak-kesuksesanpendidikan-berkarakter-421331.html) Diakses pada 22 Desember 2013.
Kusdiyati, Sulisworo., Halimah, Lilim. 2011. Penyesuaian Diri Di Lingkungan Sekolah Pada
Siswa Kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung. Humanitas, vol. VIII No. 2 Agustus .
Maknun, Johar. 2006. Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Boarding School
Berbasis
Keunggulan
Lokal.
(online).
(http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/196803081993031JOHAR_MAKNUN/smk-boarding-school.pdf) Diakses tanggal 22 Desember 2012.
Maslihah, S. 2011. Studi Tentang Hubungan Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di
Lingkungan Sekolah dan Prestasi Akademik Siswa SMPIT ASSYFA Boarding School
Subang Jawa Barat. Jurnal Psikologi Undip Vol. 10, No. 2, Oktober 2011.
Octyavera, R. M. dkk. 2010. Hubungan Kualitas Kehidupan Sekolah Dengan Penyesuaian
Sosial Pada Siswa SMA International Islamic Boarding School Republic of
Indonesia.
(online)
(http://eprints.undip.ac.id/8543/1/Hubungan-KualitasKehidupan-Sekolah.pdf) Diakses pada 21 Desember 2012.
Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya
Rahmawati, Indriana . 2010. Hubungan Antara Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Siswa
Siswi Madrasah Aliyah Negeri Wlingi Blitar. Skripsi. Tidak diterbitkan. Malang :
Psikologi UIN.
Republika. 2008. Anak Juga Manusia. (online) (http://www.republika.co.id.) Diakses pada
22 Desember 2012.
Steinberg, L. 2002. Adolescence 6th Edition. New York : Mc. Graw-Hill.
Sutris. 2008 . Problem dan Solusi Pendidikan Berasrama Boarding School. (online)
(http://sutris02.wordpress.com/2008/09/08/problem-dan-solusi-pendidikanberasrama-boarding-school/) Diakses pada 07 Januari 2013.

17

Suyuti, Nira Roswita. 2010. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kemandirian Remaja
Panti Asuhan Nurul Abyadh Malang. Skripsi, Jurusan Bimbingan Konseling dan
Psikologi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang.

Tanje. 2003. Masalah Remaja dan Solusinya. Artikel. (online) (http://www.e-psikologi.com)


Diakses tanggal 07 Januari 2013.
Yusuf, S & Nurihsan, J. 2008. Teori Kepribadian. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Offset.

You might also like