Professional Documents
Culture Documents
LO 1 : Menjelaskan Kejang
POTENSIAL PASKASINAPTIK
3 jenis neurotransmiter :
Eksitatori/E (glutamat & aspartat) :
Depolarisasi (dlm sel paskasinaptik [+] atau kurang
negatif) membran paskasinaptik (mdekati threshold)
Potensial paskasinapstik yg didepolarisasi EPSP
(excitatory postsynaptic potential)
GABABr
@ pre- or postsynaptically.
GABAergic axon
terminals
cellular
hyperpolarization
GABA
synapse
binds on GABAAr
permeability of Cl
GABAergic axon
terminals
hyperpolarizes
threshold of membrane
potentials required to reach
firing level
GABA
mediated by second
messenger system
synapse
binds on GABABr
K channels open
GABAB receptors regulate the entry of calcium ions into the postsynaptic membrane
depolarization
activation of
GABAAr & GABABr
opens calcium
channels
calcium entry
Calcium
enters
triggers exocytosis of
synaptic vesicles
containing the
neurotransmitter
neurotransmitter
presynaptic release
KEJANG
Gangguan fungsi otak yg transien, tiba2, dgn
manifestasi motorik, sensorik, otonom involunter,
atau fenomena psikis (salah satu atau kombinasi),
sering disertai perubahan atau kehilangan
kesadaran yg disebabkan lepasnya muatan listrik di
neuron otak
EPIDEMIOLOGI
Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah
mengalami kejang demam dan lebih dari 1/3
dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih
dari 1 kali.
Kejang demam biasanya terjadi pada anakanak yang berusia antara 6 bulan-5 tahun dan
jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun
sesudah 3 tahun.
Kriteria Kejang
Kejang pada BBL
Kejang Demam
Kejang lama
Kejang berulang
Kejang epileptikus
Epilepsi
ETIOLOGI KEJANG
Ganggguan SSP (stroke, neoplasma, trauma,
hipoksia)
Abnormalitas metabolik
(hipoglikemia/hiperglikemia,
hiponatremia/hipernatremia,hipercalcemia,
ensefalopati hepatik)
Toksik (alkohol, kokain, isoniazid, theophylline)
Infeksi (meningitis, ensefalitis, abses otak)
Neurosistierkosis dan malaria
Etiologi
Patofisiologi Kejang
Eksitasi
neurotransmiter
>>>
Gagalnya
proses pompa
sodiumpotasium
Kelainan
membran
neuron
DEPOLARISASI B>>
KEJANG
P inhibisi
neurotransmiter
KEJANG
c. Patofisiologi
Kejang terjadi karena gangguan aktivitas abnormal sehingga menghasilkan
perubahan kontrol motorik, persepsi sensorik, tingkah laku dan fungsi autonom.
Mekanisme :
Ketidakseimbangan neurotransmitter dan NMDA receptor dan inhibirory forces
(GABA) pada membran sel neuron
Gangguan hanya berada pada area tertentu atau dapat menyebar ke otak
Kejang
Contoh : jika gangguan aktivitas neuron terjadi pada area visual kejang disertai
gangguan visual
KEADAAN
KEJANG
MENYERUPAI KEJANG
Tiba2
Mungkin gradual
Lama serangan
Beberapa menit
Kesadaran
Sering terganggu
Jarang terganggu
Sianosis
Sering
Jarang
Gerakan ekstremitas
Sinkron
Asinkron
Stereotipik gerakan
Selalu
Jarang
Sering
Sangat jarang
Selalu
Jarang
Gerakan hilang
Dapat diprovokasi
Jarang
Hampir selalu
Jarang
Selalu
Hampir selalu
Tidak pernah
Selalu
Selalu
Jarang
Onset
KLASIFIKASI
Berdasarkan tanda dan data EEG, kejang
dibagi
kejang umum (generalized seizure)
jika aktivasi terjadi pd kedua hemisfere otak
secara bersama-sama
kejang parsial/focal
Jika dimulai dari daerah tertentu dari otak
Risk Factor
MR & CP
Civilian Head Injury (severe)
Stroke
Encephalitis
Cerebral palsy
Risk Factor
Alzheimer's dementia
Mental Retardation
Depression
Baseline
0
10
20
30
40
50
60
Source : Brust, John C.M. Current Diagnosis & Treatment in Neurology. New York :
McGraw-Hill : 2007
1. KEJANG PARSIAL
Manifestasi klinis : tergantung area korteks
mana yang terkena.
Contoh : jika yang terkena adalah korteks
motor primer menyebabkan gerakan ritmik
kontralateral tangan atau kaki. Jika yang
terkena adalah korteks visual pasien
melihat warna atau figur kompleks di salah
satu bagian lapang pandangnya.
Partial Seizure
Simple Partial
http://www.keppraxr.com/images/simple_partial-diagram.gif
Complex Partial
2. KEJANG GENERAL
Kedua hemisfer terkena secara bersamaan (simultan)
Variannya :
a. Kejang tonik-klonik
b. Kejang absen
c. Kejang mioklonus
d. Kejang tonus
e. Kejang atonus atau astatic
Manifestasi klinis :
Penurunan kesadaran tiba-tiba
Menangis keras
Kontraksi tonus otot-otot apendikular
Kehilangan kontrol postur sehingga pasien
terjatuh.
- Inkontinensia urin atau feses dpt muncul selama
kejang.
- Amnesia (tidak sadar bahwa dirinya mengalami
kejang)
B. KEJANG ABSEN
Dimulai dengan pasien tidak responsif secara tibatiba (10 20 detik)
Mata berkedip secara ritmik
Gejala khasnya : pasien kembali ke aktivitas normal
tanpa mengalami confusion setelah kejang terjadi.
Banyak mengenai anak-anak anak sering tampak
seperti melamun
C. KEJANG MIOKLONUS
Tiba-tiba dan cepat.
Gerakan menyentak pada tubuh bagian bawah atau
pada 1 bagian tubuh, biasanya tanpa kehilangan
kesadaran.
Jika kejang di tubuh bagian bawah pasien dapat
jatuh dan cedera.
Kejang mioklonus ada yang fisiologis, contohnya :
hiccups (kecegukan mioklonus diafragma) & hypnic
jerks (saat awal tidur)
D. KEJANG TONUS
Jarang terjadi
Umumnya terjadi saat tidur, dapat terjadi berulangulang sepanjang malam.
Kehilangan kesadaran & postur bagian bawah tubuh
kaku (selama 10 20 detik) kembali cepat sadar
normal
Banyak ditemukan pada pasien ensefalopati statis /
retardasi mental.
KEJANG NEONATAL
Definisi : Kejang yang terjadi dalam bulan
pertama kehidupan.
Sering terjadi.
Manifestasi klinis seringnya tidak terlihat jelas
sehingga diagnosis sulit ditegakkan.
Kaku lengan, wajah atau badan
Gerakan seperti menginjak pedal atau
mengayuh sepeda.
Repetitive sucking atau gerakan mengunyah.
KEJANG
http://www.easyhealth.org.uk/cmsimages/Seizure-types-1_1255.gif
Kejang Tonik
Sering pada BBLR dengan masa
kehamilan < 34 minggu dan bayi
dengan komplikasi prenatal
berat
Bentuk klinis : pergerakan tonik
satu ekstremitas atau
pergerakan tonik umum dengan
ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau
ekstensi tungkai dan fleksi
lengan bawah dengan bentuk
dekortikasi
Kejang Klonik
Dapat berbentuk fokal,
unilateral, bilateral dengan
pemulaan fokal dan multifokal
yang berpindah-pindah
Bentuk klinis :
Berlangsung 1 3 detik
Terlokalisasi dengan baik
Tidak disertai gangguan
kesadaran
Biasanya tidak diikuti oleh
fase tonik
Kejang Atonik
Drop attack
Menyebabkan hilangnya tonus
otot secara tiba-tiba
Jatuhnya kepala atau
tungkai
Pasien terjatuh dari
tempatnya berada
cidera
Bisa disertai kehilangan
kesadaran ringan
DIAGNOSIS
Anamnesis
Riwayat perjalanan penyakit sampai terjadinya kejang
Trauma
Gejala-gejala infeksi
Keluhan neurologis (umum & fokal)
Nyeri maupun cedera akibat kejang
Mencari kemungkinan adanya faktor pencetus atau penyebab kejang
Riwayat kejang sebelumnya
Kondisi medis yang berhubungan
Obat-obatan
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital (termasuk suhu rektal)
Mencari tanda-tanda trauma akut kepala & adanya kelainan
sistemik
Status neurologis: derajat kesadaran, rangsang meningeal,
defisit neurologis fokal, hemiparesis, hiperrefleksia
Pemeriksaan Fisik
Temperatur, tekanan darah, HC
Kulit (rash, lesi neurokutaneus),
leher
Bukti-bukti adanya peningkatan
TIK
Bulging anterior fontanelle
Penurunan kesadaran
Pupil asimetris
Downgaze/sunsetting eyes
Abducens palsy
Papilledema
DIAGNOSIS
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium: darah tepi lengkap, kultur darah, analisis gas darah, elektrolit
serum, glukosa, ureum, kreatinin, kalsium, magnesium, kadar OAE, kultur CSS.
Pungsi lumbal dilakukan dalam 48 atau 72 jam untuk memastikan adanya
infeksi SSP.
DIAGNOSIS
Panel elektrolitserum elektrolit, Ca total, dan magnesium
serum seringkali diperiksa pada saat pertama kali terjadi
kejang, dan pada anak yang berusia kurang dari 3 bulan,
dengan penyebab elektrolit dan metabolic lebih lazim
ditemuai (uji glukosa darah dapat bermamfaat pada bayi atau
anak kecil dengan kejang yang berkepanjangan untuk
menyingkirkan kemungkinan hipoglikemia).
Skrining toksisk dari serum dan urindigunakan untuk
menyingkirkan kemungkinan keracunan.
Pemantauan kadar obat antiepileptikdigunakan pada fase
awal penatalaksanaan dan jika kepatuhan pasien diragukan.
DIAGNOSIS
Neuroimaging
DIAGNOSIS
Elektroensefalografi (EEG) membantu menegakkan
Pemeriksaan Neurologis
Status mental
Nervus cranialis
Motorik
Gait
Koordinasi
Refleks
Sensorik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Kejang
Airway
Breathing
Tangani hipoglikemia dekstrosa 10% dlm air (2-4 mL IV) + 6-8 mg/kgBB/menit
(continous infusion)
# stop dlm 30 menit fenobarbital 10mg/kgBB (IV atau IM); ulangi 30 menit
kemudian (bila perlu); dosis max 40 mg/kgBB/hari
FASE AKUT
DIAZEPAM (iv)
atau
DIAZEPAM (rektal)
5 mg (BB<10kg)
10 mg (BB>10 kg)
(MIDAZOLAM)
iv/rektal
Kejang berhenti
Stop obat
Kejang tidak berhenti
FENITOIN ( 15 20 mg/kg IV) Kecepatan < 50mg/mnt
Kejang tak berhenti
FENOBARBITAL :
(10-20 mg/kg im)
Kejang berhenti
12 jam kemudian
Rumatan sampai panas turun
( 5 7 mg/kg/hr )
PENATALAKSANAAN KEJANG
Farmakologi :
1. Benzodiazepines
Merupakan obat lini pertama pada generalized convulsive
status epilepticus (GCSE).
Terdiri dari :
Lorazepam (Ativan) paling efektif
Diazepam (Diastat, Valium)
Midazolam (Versed)
2. Anticonvulsants
Merupakan agen yang digunakan untuk mengobati kejang
dengan cepat dan mencegah kejang berulang.
Terdiri dari :
Phenytoin (Dilantin)
Fosphenytoin (Cerebyx)
PENATALAKSANAAN KEJANG
3. Anesthetics
Merupakan agen yang menstabilkan membran neuronal
sehingga neuron kurang permeable.
Terdiri dari :
Propofol (Diprivan)
4. Barbiturates
Merupakan kelas antikonvulsan yang dipakai jika phenytoin
dan benzodiazepines tidak dapat digunakan.
Digunakan sebagai obat lini ketiga.
Terdiri dari :
Phenobarbital (Luminal, Barbita)
Pentobarbital (Nembutal)
KOMPLIKASI
Kejang berulang
Retardasi mental
Palsi cerebralis
Pnemonia aspirasi
Asfiksia
PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penyebab primer gangguan
ini atau beratnya serangan
Pada kasus bayi hipoglikemia dari ibu diabetes atau
hipokalsemia akibat makan fosfat berlebihan,
prognosisnya sangat baik
Anak dengan kejang karena ensefalopati hipoksik-iskemik
atau kelainan sitoarkitektural otak biasanya tidak akan
berespons dengan antikonvulsan dan rentan terhadap
epileptikus dan kematian awal
Unusual movements
Benign sleep myoclonus
Shuddering attacks
Migraine (torticollis, ataxia,
confusional)
Tics
Pseudoseizures
Behavioral or Self-stimulation
Night terrors
Sleep walking
Rocking
Head banging
Infantile masturbation
EDUKASI
Berikan dukungan dan informasi yang tepat
pada orang tua
Tidak ada pembatasan aktivitas fisik
Awasi saat anak mandi atau berenang
Cara pertolongan pertama pada kejang
berulang
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi pada suhu badan
yang tinggi (380C atau lebih)
PREVALENSI
Sering ditemukan pada anak
Terjadi pada ~ 10% anak
Kurang dari 1/3 kejang yang terjadi pada anak
disebabkan epilepsi
Insidens kejang seumur hidup kurang dari 3%,
dengan setengah dari kejadian tsb berawal
dari masa kanak-kanak
EPIDEMIOLOGI
Kejang demam terjadi pada 2%-4% dari populasi anak 6
bulan-5tahun
80% = kejang sedehana
20% = kejang kompleks
8% berlangsung lama (> 15mnt)
Pada 16% berulang dalam 24 jam pada umur 17-23 bulan
Anak laki-laki lebih sering mengalami kejang demam
Kejang demam sederhana yang pertama <12bln = kejang
demam kedua = 50%
Kejang demam sederhana yang pertama >12bln = kejang
demam kedua = 30%
Setelah kejang demam pertama, 2-4% anak akan berkembang
mejadi epilepsi dan ini 4x risikonya dibandingkan dengan
populasi umum.
Faktor genetik
20-25% penderita KD punya keluarga dekat yang juga
pernah menderita KD.
Pada penderita KD risiko saudara kandung berikutnya
dapat KD 10%, tapi bila 1 dari orang tuanya dan 1
saudara
pernah
KD,
meningkat
jadi
50%
kemungkinannya.
Risiko saudara kandung penderita KD untuk dapat
mengalami KD 2-3 kali > dari populasi umum.
ETIOLOGI
Infeksi : meningitis, ensefalitis
Gangguan metabolik : hipoglikemi, hiponatremi,
hipernatremi, hipoksemia, hipokalsemia, hipomagnesemia,
ggn asam-basa, def. piridoksin, gagal ginjal, gagal hati
Penyakit infeksi diluar susunan saraf : tonsilitis, otitis media,
bronchitis.
Keracunan : alkohol, teofilin, kokain
Faktor herediter
Idiopatik.
ETIOLOGI
Intrakranial
Asfiksia : Ensefolopati hipoksik iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra
ventrikular
Infeksi : Bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge,
Sindrom Smith Lemli Opitz.
Ekstra kranial
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia,
gangguan elektrolit (Na dan K)
Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.
Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino,
ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
Idiopatik
Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
FAKTOR RESIKO
Anak yang menderita kejang demam mungkin berkembang
menjadi penderita epilepsi.
Penelitian yang dilakukan oleh The American National
Collaborative Perinatal Project mengidentifikasi 3 faktor
resiko, yaitu :
Adanya riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
Terdapat kelainan neurologis sebelum KD pertama
Kejang demam bersifat kompleks (berlangsung lama atau fokal,
atau multipel selama 1 hari
PATOFISIOLOGI
Prichard dan Mc Greal th 1958
PATOFISIOLOGI KEJANG
DEMAM EPILEPSI
KLASIFIKASI
Sederhana
Kejang
demam
Kompleks
KLASIFIKASI
1. Kejang demam sederhana
Berlangsung singkat (< 15
menit)
Umumnya akan berhenti
sendiri
Klinis : kejang umum tonik
atau klonik, tanpa gerakan
fokal
Tidak berulang dalam 24
jam.
80% dari seluruh kejang
demam
2. Kejang kompleks
Kejang lama (> 15 menit)
Klinis :
Kejang fokal atau parsial satu sisi,
atau
Kejang umum didahului kejang
parsial
KLASIFIKASI
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu :
1.
Kejang demam kompleks
Diagnosisnya :
Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
Kejang bersifat fokal/multipel
Didapatkan kelainan neurologis
EEG abnormal
Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
Temperatur kurang dari 39 derajat celcius
2.
Kejang demam sederhana
Diagnosisnya :
Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun
Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang
Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
Temperatur lebih dari 39 derajat celcius
3.
Kejang demam berulang
Diagnosisnya :
Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
(Soetomenggolo, 1995)
Manifestasi klinis
1.
2.
3.
4.
5.
6.
DIAGNOSIS
Anamnesis
Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu
sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang,
penyebab kejang di luar SSP.
Tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam
keluarga, epilepsi dalam keluarga (kakak-adik, orangtua).
Singkirkan dengan anamnesis penyebab kejang yang lain.
Diagnosis
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda menurut kriteria
Livingstone sebagai berikut :
1. Umur anak kejang pertama antara 6 bulan sampai 4 tahun
2. Kejang terjadi dalam 16 jam pertama setelah mulai panas
3. Kejang bersifat umum
4. Kejang berlangsung tidak lebih dari 15 menit
5. Frekuensi bangkitan tidak lebih dari 4x dalam setahun
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat 10-14 hari setelah bebas panas
tidak menunjukkan kelainan
7. Tidak didapatkan kelainan neurologis
DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik dan neurologis
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang
meningeal, tanda peningkatan tekanan
intrakranial, dan tanda infeksi di luar SSP.
Pada umumnya tidak dijumpai adanya kelainan
neurologis, termasuk tidak ada kelumpuhan nervi
kranialis.
Pemeriksaan Penunjang
1. EEG
Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat lesi organik
Pengukuran dilakukan 1 minggu atau kurang setelah kejang
Tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang
atau memperkirakan risiko epilepsi di kemudian hari
2. CT SCAN
Untuk identifikasi lesi serebral (infark, hematoma, edema serebral, abses)
3. Pungsi Lumbal
Bila ada kecurigaan meningitis
Ketentuan :
1. Bayi < 12 bulan: diharuskan
2. Bayi antara 12-18 bulan: dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan: tidak rutin, kecuali bila ada tanda-tanda menigitis
4. Laboratorium
Darah tepi, darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit ) deteksi dini
komplikasi dan penyakit kejang demam.
Penatalaksanaan
1.
Penatalaksanaan
2. Pencegahan Kejang
Pencegahan berkala (intermiten) untuk kejang demam sederhana
Diazepam 0,3 mg/KgBB/dosis PO dan antipiretika pada saat anak
menderita penyakit yang disertai demam
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikata
Asam Valproat 15-40 mg/KgBB/hari PO dibagi dalam 2-3 dosis
kali I.V.
OBAT YG DIGUNAKAN
PHENOBARBITAL 4-6 mg/kgBB/hr 2X
Efek samping:
Gangguan perilaku
Kesulitan belajar
PENATALAKSANAAN
Pengobatan rumat :
Profilaksis intermitten
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang ialah perubahan sifat anak
menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di
dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.
Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
Fenobarbital
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam sederhana diberikan obat
campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak yang bila menderita demam lagi.
Antikonvulsan yang diberikan ialah fenobarbital dengan dosis 4-5 mg/kgBB/hari yang mempunyai efek samping
paling sedikit dibandingkan dengan obat antikonvulsan lainnya.
Obat yang kini ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam,
baik diberikan secara rectal maupun oral pada waktu anak mulai terasa panas.
Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk menderita kejang demam
sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal
dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pancreatitis.
Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti
fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang
ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi
kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan.
Komplikasi
Pneumonia aspirasi
Asfiksia
Retardasi mental
Prognosis
Risiko cacat tidak pernah dilaporkan.
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal
Ada penelitian retrospektif yang melaporkan kelainan
neurologis pada sebagian kecil kasus, biasanya terjadi
pada kasus dengankejang lama atau kejang berulang
Kematian tidak pernah dilaporkan
Kejang demam sederhana tidak berbahaya.
Tidak ada bukti bahwa mereka menyebabkan kematian,
kerusakan otak, epilepsi, keterbelakangan mental,
penurunan iq, atau kesulitan belajar.
Sekitar sepertiga anak yang pernah kejang demam akan
mengalami kejang demam ke dua.
Dari orang-orang yang memiliki serangan kedua, sekitar
setengah akan memiliki kejang ketiga.
Ensefalitis herpes
simpleks
Meningitis
bakterial/purulenta
Meningitis serosa
tuberkulosa
Meningitis serosa
virus
Kejang demam
lama
Awitan
Akut
Akut
Kronik
Akut
Akut
Demam
< 7 hari
< 7 hari
7 hari
< 7 hari
< 7 hari
Tipe kejang
Fokal/umum
Umum
Umum
Umum
Umum/fokal
Singkat / lama
Singkat
Singkat
Singkat
Kesadaran
Sopor-koma
Apatis-som
Som-sopor
Sadar-apatis
Somnolen
Pemulihan
Lama
Cepat
Lama
Cepat
Cepat
Tanda rangsang
meningeal
--
++/--
++/--
+/--
--
Tekanan
intrakranial
Paresis
+++/--
+/-
+++
---
---
Pungi lumbal
Jernih
Keruh
Jernih
Jernih
Jernih
Etiologi
Virus HS
Bakteri
M.tuberkulosis
Virus
Di luar SSP
terapi
antivirus
antibiotik
Anti TBC
simptomatik
Penyakit dasar
EPILEPSI
EPILEPSI
Cetusan listrik lokal pada substansia grisea
otak yang terjadi sewaktu-waktu, mendadak,
dan sangat cepat
Gangguan paroksismal dimana cetusan
neuron korteks serebri mengakibatkan
serangan penurunan kesadaran, perubahan
fungsi motorik atau sensorik, perilaku atau
emosional yang intermiten dan stereotipik
EPIDEMIOLOGI
Agak sulit mengestimasi jumlah kasus epilepsy pada
kondisi tanpa serangan, pasien terlihat normal dan
semua data lab juga normal, selain itu ada stigma
tertentu pada penderita epilepsy malu/enggan
mengakui
Insiden paling tinggi pada umur 20 tahun pertama,
menurun sampai umur 50 th, dan meningkat lagi
setelahnya terkait dg kemungkinan terjadinya penyakit
cerebrovaskular
Pada 75% pasien, epilepsy terjadi sebelum umur 18 th
KLASIFIKASI EPILEPSI
Berdasarkan tanda klinik
dan data EEG, kejang dibagi
menjadi :
kejang umum (generalized
seizure) jika aktivasi terjadi
pd kedua hemisfere otak
secara bersama-sama
kejang parsial/focal jika
dimulai dari daerah tertentu
dari otak
ETIOLOGI
Epilepsi mungkin disebabkan oleh:
aktivitas saraf abnormal akibat proses patologis yang
mempengaruhi otak
gangguan biokimia atau metabolik dan lesi mikroskopik di otak
akibat trauma otak pada saat lahir atau cedera lain
pada bayi penyebab paling sering adalah asfiksi atau hipoksia
waktu lahir, trauma intrakranial waktu lahir, gangguan metabolik,
malformasi congenital pada otak, atau infeksi
pada anak-anak dan remaja mayoritas adalah epilepsy
idiopatik, pada umur 5-6 tahun disebabkan karena febril
pada usia dewasa penyebab lebih bervariasi idiopatik,
karena birth trauma, cedera kepala, tumor otak (usia 30-50 th),
penyakit serebro vaskuler (> 50 th)
PATOGENESIS
Kejang disebabkan karena ada
ketidakseimbangan antara
pengaruh inhibisi dan eksitatori
pada otak
Ketidakseimbangan bisa terjadi
karena :
Kurangnya transmisi inhibitori
Meningkatnya aksi eksitatori
meningkatnya aksi
glutamat atau aspartat
DIAGNOSIS
Pasien didiagnosis epilepsi jika mengalami serangan kejang
secara berulang
Untuk menentukan jenis epilepsinya, selain dari gejala,
diperlukan berbagai alat diagnostik :
EEG
CT-scan
MRI
Lain-lain
A CT or CAT scan (computed
tomography) is a much more
sensitive imaging technique than Xray, allowing high definition not only
of the bony structures, but of the
soft tissues.
ALGORITMA
TATALAKSANA
EPILEPSI
Diagnosa positif
Mulai pengobatan dg satu AED
Pilih berdasar klasifikasi kejang
dan efek samping
Ya
Sembuh ?
Tidak
Kualitas hidup
optimal ?
Ya
Tidak
Lanjutkan
terapi
lanjut
Turunkan dosis
Pertimbangkan,
Atasi dg tepat
Tidak
Efek samping dapat ditoleransi ?
Ya
Tingkatkan dosis
Hentikan AED1
Tetap gunakan
AED2
Tidak
Turunkan dosis
Tambah AED 2
Sembuh?
Ya
Tidak
lanjut
lanjutan
Tidak sembuh
Lanjutkan
terapi
Hentikan
pengobatan
tidak
Tidak
Ya
Kembali ke
Assesment
awal
Sembuh ?
Ya
Lanjutkan terapi
Tingkatkan dosis
AED2, cek
interaksi,
Cek kepatuhan
Tidak
Rekonfirmasi diagnosis,
Pertimbangkan pembedahan
Atau AED lain
Tonic-clonic
Abscense
Myoclonic,
atonic
Drug of
choice
Karbamazepin
Fenitoin
Valproat
Valproat
Karbamazepin
Fenitoin
Etosuksimid
Valproat
Valproat
Alternatives
Lamotrigin
Gabapentin
Topiramat
Tiagabin
Primidon
Fenobarbital
Lamotrigin
Topiramat
Primidon
Fenobarbital
Clonazepam
Lamotrigin
Klonazepam
Lamotrigin
Topiramat
Felbamat
DOSIS
CARA
Dextrose 25
2-4 mg/kg/BB
IV cepat
Pyridoxine
50 mg
IV cepat
Sampai 10cc
IV lambat 10 menit
MgSO4 3%
Sampai 3 cc
IV lambat 10 menit
*Phenobarbital
10-20mg/kg/BB
IV lambat 5 menit
*Phenytoin
10-15 mg/kg/BB
IV 25 mg/menit
*Diazepam
Sampai 3mg
IV lambat 5 menit
PROGNOSIS
Prognosis umumnya baik, 70 80% pasien yang mengalami
epilepsy akan sembuh, dan kurang lebih separo pasien akan bisa
lepas obat
20 - 30% mungkin akan berkembang menjadi epilepsi kronis
pengobatan semakin sulit 5 % di antaranya akan tergantung
pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari
Pasien dg lebih dari satu jenis epilepsi, mengalami retardasi
mental, dan gangguan psikiatri dan neurologik prognosis jelek
Penderita epilepsi memiliki tingkat kematian yg lebih tinggi
daripada populasi umum
PROGNOSIS
Penyebab kematian pada epilepsi :
Penyakit yg mendasarinya dimana gejalanya berupa
epilepsi misal : tumor otak, stroke
Penyakit yg tidak jelas kaitannya dg epilepsi yg ada misal :
pneumonia
Akibat langsung dari epilepsi : status epileptikus,
kecelakaan sebagai akibat bangkitan epilepsi dan sudden
un-expected death
STATUS EPILEPTIKUS
STATUS EPILEPTIKUS
Kejang umum yang terjadi selama 5 menit atau lebih atau
kejadian kejang 2 kali atau lebih tanpa pemulihan
kesadaran di antara dua kejadian tersebut
Merupakan kondisi darurat yg memerlukan pengobatan
yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik
permanen maupun kematian
ETIOLOGI
Tipe 1
(tidak ada lesi struktural)
Infeksi
Infeksi CNS
Gangguan metabolik
Turunnya level AED
Alkohol
Idiopatik
Tipe 2
( Ada lesi struktural)
Anoksia/hipoksia
Tumor CNS
CVA
Overdose obat
Hemoragi
Trauma
INFEKSI SSP
INFEKSI SSP
Cara masuk agen infeksius:
MENINGITIS
Atau leptomeningitis adalah peradangan pada
leptomeningen dan ruang subaraknoid
Sebagian besar kasus terjadi akibat infeksi.
Meningitis
infeksius
Meningitis
purulen akut
Oleh bakteri
Meningitis
limfositik akut
Oleh virus
Meningitis
kronis
Oleh sejumlah
antigen
infeksius yang
berbeda-beda
MENINGITIS KRONIS
Paling sering disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Etiologi: mycobacterium tuberculosis, Cryptococcus
neoformans (sering pada pasien AIDS), Brucella,
Treponema pallidum.
Gambaran klinis:
Nyeri kepala, kadang disertai kaku kuduk
Tanda2 iritasi meningen
CSS mengandung banyak sel mononukleus, peningkatan
protein, penurunan kadar glukosa.
ENSEFALITIS
ETIOLOGI
Bakteri
Virus
Parasit
Fungus
Riketsia
PERJALANAN PENYAKIT
Bergantung dari :
1.
Virus
2.
Lokalisasi lesi
3.
Luas lesi
4.
Faktor imunitas
5.
Faktor umur
6.
Gangguan metabolik
7.
Penyakit penyerta
GEJALA KLINIS
Gejala umum
Panas mendadak
Hiperpireksia
Sakit kepala
Mual
Muntah
GEJALA NEUROLOGIK
Kesadaran
Kejang
: Twitching
Focal/umum, lama
Saraf otak
Piramidal
: Hemiparesis
Ekstrapiramidal
DIAGNOSIS
4. Biopsi otak
5. Patologi anatomi
LABORATORIUM
Cairan serebrospinal kadang-kadang normal /
peninggian sel / glukosa sedikit
DIAGNOSIS BANDING
1. Ensefalitis Non-virus
2. Penyakit metabolik, hipoglikemia, uremia ensefalopati
3. Intoksikasi Reye sindrom
4. Tumor / Abses otak
5. Perdarahan subaraknoid
6. Multipel sklerosis akut
7. Status epileptikus
Penatalaksanaan
Ensefalitis supurativa
Ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama 10 hari.
Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari
Ensefalitis syphilis
Penisillin G 12-24 juta unit/hari dibagi 6 dosis selama 14 hari
Penisillin prokain G 2,4 juta unit/hari intra muskulat + probenesid 4
x 500mg oral selama 14 hari.
Bila alergi penicillin :
Penatalaksanaan
Ensefalitis virus
Pengobatan simptomatis
Penatalaksanaan
Ensefalitis karena parasit
Malaria serebral
Kinin 10 mg/KgBB dalam infuse selama 4 jam, setiap 8
jam hingga tampak perbaikan.
Toxoplasmosis
Sulfadiasin 100 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
Pirimetasin 1 mg/KgBB per oral selama 1 bulan
Spiramisin 3 x 500 mg/hari
Amebiasis
Rifampicin 8 mg/KgBB/hari.
Penatalaksanaan
Ensefalitis karena fungus
Amfoterisin 0,1- 0,25 g/KgBB/hari intravena 2 hari
sekali minimal 6 minggu
Mikonazol 30 mg/KgBB intra vena selama 6
minggu. (4)
Riketsiosis serebri
Cloramphenicol 4 x 1 g intra vena selama 10 hari
Tetrasiklin 4x 500 mg per oral selama 10 hari
PROGNOSIS
Angka kematian 35% - 50%
PENCEGAHAN
Vaksinasi : - morbili
- mump
- rubella
Pembasmian vektor serangga
TETANUS
DEFINISI
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan
spasme otot yang periodik dan berat
Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan
paralitik spastik yang disebabkan
tetanospasmin. Tetanospamin merupakan
neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium
tetani
KLASIFIKASI TETANUS
Localized Tetanus
Dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten
pada daerah tempat dimana luka terjadi
Generalized Tetanus
Paling sering
PATOFISIOLOGI
Terinfeksi C. Tetanimengeluarkan tetanospasmin
mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara
menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang
otak
Kegagalan mekanisme inhibisi yang normalmeningkatnya
aktifitas dari neuron yang mensarafi otot masetter trismus
Otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin
tetanus
Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan kontraksi
yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan
antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas .
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih
pendek
Ada tiga bentuk tetanus yang dikenal secara
klinis
kesukaran membuka mulut
Otot masetter mengalami kelainan
DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari
pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat,
berupa :
1.Gejala klinik :Kejang tetanic, trismus, dysphagia,
risus sardonicus ( sardonic smile )
2. Adanya luka yang mendahuluinya
3. Kultur: C. tetani (+)
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN (UMUM)
Tujuan terapi:
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya,
berupa:
Diet cukup kalori dan protein
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti
suara dan tindakan terhadap penderita
Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila
perlu.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
KOMPLIKASI
Laringospasm
kekakuan otot-otot pematasan
akumulasi sekresi berupa pneumonia dan
atelektase
kompressi fraktur vertebra
laserasi lidah akibat kejang
rhabdomyolisis
renal failure
PROGNOSIS
Prognosa tetanus neonatal jelek bila:
1. Umur bayi kurang dari 7 hari
2. Masa inkubasi 7 hari atau kurang
3. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam
4. Dijumpai muscular spasm. (1,6.8,10,12,13)