You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

Selama bertahun-tahun, tubuh makhluk hidup memang menyimpan banyak


misteri dan sangat menarik untuk diungkap oleh para ilmuwan, anatonom, ahli-ahli
kimia dan dokter-dokter di seluruh dunia. Dibalik kerumitannya, terdapat banyak halhal khas dan menakjubkan yang bisa didapat. Terutama, setelah semakin
berkembangnya zaman dan teknologi penunjang ilmu-ilmu medis. Memberikan
dampak yang sangat besar terhadap perkembangan dunia anatomi tubuh manusia.

Dalam spesifiknya, tubuh makhluk hidup dapat bekerja dan berfungsi dengan
baik karena adanya energi yang dihasilkan oleh sumber-sumber yang mereka
dapat/makan. Yang mana, energi yang dihasilkan dari sumber-sumber yang mereka
dapat tersebut akan mengalami proses atau reaksiyang terjadi dalam tubuh, yang
kemudian diubah menjadi energi. Ilmu yang mempelajari tentang hal-hal semacam ini
disebut dengan Bioenergetika.

Dalam makalah yang singkat ini, akan penulis jelaskan sedikit mengenai
bioenergi dan zat yang dihasilkannya (contoh ; ATP : Adenosine Tri Phosphate).
Dalam tubuh makhluk hidup, semua zat yang dapat menghasilkan energi pada
umunya akan membentuk ATP terlebih dahulu. Pada contoh ringannya, monosakarida
(karbohidrat sederhana), akan terkarbolisir menjadi ATP melalui tahap-tahap tertentu
(akan dibahas didalam). Sehingga, lebih kurangnya, dapat diketahui urutan-urutan
pembentukkan ATP tersebut.

BAB II

PEMBAHASAN
A. BIOENERGETIKA
Bioenergetika adalah ilmu tentang perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia.
Bioenergetika atau termodinamika biokimia memberikan prinsip dasar untuk menjelaskan mengapa
sebagian reaksi dapat terjadi sedangkan sebagian yang lain tidak. Sejumlah sistem non biologik
dapat menggunakan energi panas untuk melaksanakan kerjanya, namun sistem biologi pada
hakekatnya bersifat isotermik dan memakai energi kimia untuk memberikan tenaga bagi proses
kehidupan.
Prinsip reaksi oksidasi reduksi yaitu reaksi pengeluaran dan perolehan elektron berlaku pada
berbagai sistem biokimia dan merupakan konsep penting yang melandasi pemahaman tentang sifat
oksidasi biologi. Ternyata banyak reaksi-reaksi oksidasi dalam sel hidup dapat berlangsung tanpa
peran molekul oksigen.
Mitokondria sebagai organella pernapasan sel, dikatakan demikian karena didalamnya
berlangsung sebagian besar peristiwa penangkapan energi yang berasal dari oksidasi dalam rantai
pernapasan sel. Sistem dalam mitokondria yang merangkaikan respirasi dengan produksi ATP
sebagai suatu zat antara berenergi tinggi dikenal dengan fosforilasi oksidatif. Fosforilasi oksidatif
memungkinkan organisme aerob menangkap energi bebas dengan proporsi yang lebih besar bila
dibandingkan dengan organisme anaerob.
Fosforilasi oksidatif adalah suatu lintasan metabolisme yang menggunakan energi yang
dilepaskan oleh oksidasi nutrien untuk menghasilkan adenosina trifosfat (ATP). Walaupun banyak
bentuk kehidupan di bumi menggunakan berbagai jenis nutrien, hampir semuanya menjalankan
fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. Lintasan ini sangat umum digunakan karena ia
merupakan

cara

yang

sangat

efisien

untuk

melepaskan

energi,

dibandingkan

dengan

proses fermentasi alternatif lainnya sepertiglikolisis anaerobik.

Selama

fosforilasi

oksidatif,

elektron

ditransfer

dari pendonor

elektron ke penerima

elektron melalui reaksi redoks. Reaksi redoks ini melepaskan energi yang digunakan untuk
membentuk ATP. Pada eukariota, reaksi redoks ini dijalankan oleh serangkaiankompleks protein di
dalam mitokondria, manakala pada prokariota, protein-protein ini berada di membran dalam sel.
Enzim-enzim yang saling berhubungan ini disebut sebagairantai transpor elektron. Pada eukariota,
lima kompleks protein utama terlibat dalam proses ini, manakala pada prokariota, terdapat banyak
enzim-enzim berbeda yang terlibat.

Energi yang dilepaskan oleh perpindahan elektron melalui rantai transpor elektron ini
digunakan

untuk

mentranspor

disebut kemiosmosis.

Transpor

proton
ini

melewati membran

dalam

menghasilkan energi

mitokondria.
potensial dalam

Proses

ini

bentuk

gradienpH dan potensial listrik di seluruh permukaan membran ini. Energi yang tersimpan dalam
bentuk ini dimanfaatkan dengan cara mengijinkan proton mengalir balik melewati membran
melalui enzim yang disebut ATP sintase. Enzim ini menggunakan energi seperti ini untuk
menghasilkan ATP dari adenosina difosfat (ADP) melalui reaksi fosforilasi. Reaksi ini didorong oleh
aliran proton, yang mendorong rotasi salah satu bagian enzim.

Walaupun fosforilasi oksidatif adalah bagian vital metabolisme, ia menghasilkan spesi


oksigen

reaktif seperti superoksida dan hidrogen

peroksida.

Hal

ini

dapat

mengakibatkan

pembentukan radikal bebas, merusak sel tubuh, dan kemungkinan juga menyebabkanpenuaan.
Enzim-enzim yang terlibat dalam lintasan metabolisme ini juga merupakan target dari banyak obat
dan racun yang dapat menghambat aktivitas enzim.

Karbohidrat adalah komponen dalam makanan yang merupakan sumber energi yang utama
bagi organisme hidup. Dalam makanan kita, karbohidrat terdapat sebagai polisakarida yang dibuat
dalam tumbuhan dengan cara fotosintesis. Tumbuhan merupakan gudang yang menyimpan
karbohidrat dalam bentuk amilum dan selulosa. Amilum (karbohidrat kompleks) digunakan oleh
hewan dan manusia apabila ada kebutuhan untuk memproduksi energi. Di samping dalam
tumbuhan, dalam tubuh hewan dan manusia juga terdapat karbohidrat yang merupakan sumber
energi, yaitu glikogen. Karbohidrat siap dikatabolisir menjadi energi jika berbentuk monosakarida.
Energi yang dihasilkan berupa Adenosin trifosfat (ATP).

B. PROSES GLIKOLISIS

Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam dua bagian yaitu yang tidak
menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan oksigen atau aerob. Dengan adanya
oksigen (dalam suasana aerob), glikolisis berlangsung menghasilkan piruvat, atau tanpa oksigen
(glikolisis anaerob) menghasilkan laktat. Glikolisis menghasilkan dua senyawa karbohidrat beratom
tiga dari satu senyawa beratom enam ; pada proses ini terjadi sintesis ATP dari ADP + Pi. Reaksi
anaerob terdiri atas serangkaian reaksi yang mengubah glukosa menjadi asam laktat. Proses ini
disebut glikolisis.

Dalam keadaan tanpa oksigen respirasi terhenti karena proses pengangkutan electron yang
dirangkaikan dengan fosforilasi bersifat oksidasi melalui rantai pernafasan yang menggunakan
molekul oksigen sebagai penerima electron terakhir, tidak berjalan. Akibatnya jalan metabolisme
lingkar asam trikarboksilat (daur Krebs) akan terhenti pula sehingga piruvat tidak lagi masuk ke
dalam daur Krebs melainkan dialihkan pemakaiannya yaitu diubah menjadi asam laktat oleh lakatat
dehidrogenase dengan NADH sebagai sumber energinya. Dalam hal ini dua molekul NADH yang
dihasilkan oleh reaksi tahap kelima dalam glikolisis (reaksi dengan gliseraldehida 3-fosfat
dehidrogenase) tidak dipakai untuk membentuk ATP melainkan digunakan untuk reaksi reduksi dua
molekul asam piruvat menjadi asam laktat. Jadi pada glikolisis anaerob ini energi yang dihasilkan
hanya dua molekul ATP saja. Jumlah ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan energi yang
dihasilkan oleh glikolisis aerob, yaitu 8 ATP.
Tiap reaksi dalam proses glikolisis ini menggunakan enzim tertentu, dan akan dibahas satu demi
satu.
1. Heksokinase
Tahap pertama proses glikolisis adalah pengubahan glukosa menjadi glukosa -6fosfat dengan reaksi fosforilasi. Enzim heksokinase merupakan katalis dalam reaksi tersebut
dibantu oleh ion Mg+ sebagai kofaktor. Enzim ini ditemukan oleh Meyerhof pada tahun 1927 dan
telah dikristalkan dari ragi, mempunyai berat molekul 111.000. Heksokinase yang berasal dari ragi
dapat merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak hanya kepada
glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamina.

Dalam otak, otot dan hati terdapat enzim heksokinase yang multi substrat ini. Disamping itu
adapula enzim-enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamina. Dalam
kinase hati juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa -1- fosfat. Enzim
heksokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila glukosa -6- fosfat
terbentuk dalam jumlah banyak, maka senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi enzim heksokinase
tadi. Selanjutnya enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi glukosa -6- fosfat menurun pada
tingkat tertentu.

2. Fosafoheksoisomerase
Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu pengubahan glukosa -6- fosfat menjadi
fruktosa -6- fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase. Enzim ini tidak memerlukan kofaktor
dan telah diperoleh dari ragi dengan cara kristalisasi. Enzim fosfoheksoisomerase terdapat
pada jaringan otot dan mempunyai berat molekul 130.000.

3. Fosfofruktokinase
Fruktosa -6- fosfat diubah menjadi fruktosa -1,6- difosfat oleh enzim fosfofruktokinase
dibantu oleh ion Mg+ sebagai kofaktor. Dalam reaksi ini gugus fosfat dipindahkan dari ATP
kepada fruktosa -6- fosfat dan ATP sendiri akan berubah menjadi ADP. Fosfofruktokinase dapat
dihambat atau dirangsang oleh beberapa metabolit, yaitu senyawa yang terlibat dalam proses
metabolisme ini. Sebagai contoh, ATP yang berlebih dan asam sitrat dapat menghambat, dilain
pihak adanya AMP, ADP, dan fruktosa-6- fosfat dapat menjadi efektor positif yang merangsang
enzim fosfofruktokinase. Enzim ini adalah suatu enzim alosterik dan mempunyai berat molekul kirakira 360.000.

4. Aldolase
Reaksi tahap keempat dalam rangkaian glikolisis adalah penguraian molekul fruktosa
-1,6- difosfat membentuk dua molekul triosa fosfat, yaitu dihidroksi acetone fosfat dan Dgliseraldehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim aldolase yang menjadi katalis, telah ditemukan dan
dimurnikan oleh Warburg. Enzim ini terdapat dalam jaringan tertentu dan dapat bekerja sebagai
katalis dalam reaksi penguraian beberapa ketosa dan monofosfat, misalnya fruktosa -1,6- difosfat,
segoheptulosa -1,7- difosfat, fruktosa -1- fosfat, Eritrulosa -1- fosfat. Hasil reaksi penguraian tiap
senyawa tersebut yang sama adalah dihidroksi acetone fosfat.
5. Triosafosfat Isomerase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim aldolase terbentuk dua macam senyawa, yaitu Dgliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi aseton fosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dam
proses glikolisis ialah D-gliseraldehid-3-fosfat. Andaikata sel tidak mampu mengubah dihidroksi
aseton fosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, tentulah dihidroksi aseton fosfat akan tertimbun
dalam sel. Hal ini tidak berlangsung karena dalam sel terdapat enzim triosafosfat isomerase yang
dapat mengubah dihidroksi aseton fosfat menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat.

Adanya keseimbangan antara kedua senyawa tersebut dikemukakan oleh Meyerhof dan
dalam keadaan keseimbangan dihidroksi aseton fosfat terdapat dalam jumlah dari 90%. Enzim ini
bekerja sebagai katalis pada reaksi oksidasi gliseraldehida -3-fosfat menjadi asam 1,3
difosfogliserat. Dalam reaksi ini digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus fosfat diperoleh dari
asam fosfat. Reaksi oksidasi ini mengubah aldehida menjadi asam karboksilat. Gliseraldehida-3fosfat dehidrogenase telah dapat diperoleh dalam bentuk kristal dari ragi dan mempunyai berat
molekul 145.000. Enzim ini adalah suatu tetramer yang terdiri atas empat subunit yang masingmasing mengikat satu molekul NAD+, jadi pada tiap molekul enzim terikat empat molekul NAD+.

6. Fosfogliseril Kinase
Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah reaksi pengubahan asam 1,3-difosfogliserat
menjadi asam 3-fosfogliserat. Dalam reaksi ini terbentuk satu molekul ATP dari ADP dan ion
Mg++ diperlukan sebagai kofaktor. Oleh karena ATP adalah senyawa fosfat berenergi tinggi, maka
reaksi ini mempunyai fungsi untuk menyimpan energi yang dihasilkan oleh proses glikolisis dalam
bentuk ATP.
7. Fosfogliseril Mutase
Fosfogliseril mutase bekerja sebagai katalis pada reaksi pengubahan asam 3fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat. Enzim ini berfungsi memindahkan gugus fosfat
dari satu atom C kepada atom C lain dalam satu molekul. Berat molekul enzim fosfogliseril
mutase yang diperoleh dari ragi ialah 112.000.
8. Enolase
Reaksi berikutnya ialah reaksi pembentukan asam fosfoenol piruvat dari asam 2fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan ion Mg++ sebagai kofaktor. Reaksi
pembentukan asam fosfoenol piruvat ini ialah reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat
menghambat kerjanya enzim enolase, sebab ion F- dengan ion Mg++ dan fosfat dapat membentuk
kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan terbentuknya kompleks ini akan mengurangi jumlah ion
Mg++ dalam campuran reaksi dan akibat berkurangnya ion Mg++maka efektivitas reaksi berkurang.

9. Piruvat Kinase
Enzim ini merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari asam
fosfoenolpiruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan molekul asam piruvat.
Piruvat kinase telah dapat diperoleh dari ragi dalam bentuk kristal. Enzim ini adalah suatu
tetramerdengan berat molekul 165.000. Dalam reaksi tersebut diatas, diperlukan ion Mg++ dan
K+ sebagai activator.

10. Laktat Dehidrogenase


Reaksi yang menggunakan enzim laktat dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir
glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi ini
digunakan NADH sebagai koenzim.

C. Tinjauan Energi Proses Glikolisis


Proses glikolisis dimulai dengan molekul glukosa dan diakhiri dengan terbentuknya asam
laktat. Serangkaian reaksi-reaksi dalam proses glikolisis tersebut dinamakan juga jalur EmbdenMeyerhof. Reaksi-reaksi yang berlangsung pada proses glikolisis dapat dibagi dalam dua fase. Pada
fase pertama, glukosa diubah menjadi triosafosfat dengan proses fosforilasi. Fase kedua dimulai
dari reaksi oksidasi triosafosfat hingga terbentuk asam laktat. Perbedaan antara kedua fase ini
terletak pada aspek energi yang berkaitan dengan reaksi-reaksi dalam kedua fase tersebut.

Dalam proses glikolisis satu mol glukosa diubah menjadi dua mol asam laktat. Fase pertama
dalam proses glikolisis melibatkan dua mol ATP yang diubah menjadi ADP. Jadi fase pertama ini
menggunakan energi yang tersimpan dalam molekul ATP. Fase kedua mengubah dua mol triosa
yang terbentuk pada fase pertama menjadi dua mol asam laktat, dan dapat menghasilkan 4 mol
ATP. Jadi fase kedua ini menghasilkan energi. Apabila ditinjau secara keseluruhan proses glikolisis
ini menggunakan 2 mol ATP dan menghasilkan 4 mol ATP sehingga masih ada sisa 2 mol ATP
yang ekuivalen dengan energi sebesar 14.000 kalori. Energi tersebut tersimpan dan dapat
digunakan oleh otot dalam energi mekanik. Oleh karena energi yang dibebaskan untuk reaksi
glukosa menjadi asam laktat adalah 56.000 kalori, maka dapat dihitung bahwa efisiensi proses
glikolisis ialah 14.000/56.000 x 100% = 25%. Suatu tingkat efisiensi yang cukup tinggi.
Proses glikolisis tidak hanya melibatkan glukosa saja, tetapi juga monosakarida lain,
misalnya fruktosa, galaktosa dan manosa. Monosakarida tersebut diserap melalui dinding usus
dibawa ke hati. Di sini beberapa monosakarida dan juga glikogen mengalami beberapa reaksi
pengubahan menjadi glukosa -6-fosfat dan selanjutnya masuk ke dalam proses glikolisis, seperti
halnya dengan glukosa. Enzim galaktokinase merupakan katalis pada reaksi pembentukan
galaktosa-1-fosfat dari galaktosa. Kemudian galaktosa-1-fosfat diubah menjadi uridin difosfat
galaktosa (UDP-galaktosa) oleh enzim UDP galaktosapirofosforilase yang terdapat dalam hati orang
dewasa.
Selanjutnya UDP galaktosa diubah menjadi UDP glukosa oleh enzim UDP glukosa
epimerase. Akhirnya UDP glukosa bereaksi dengan pirofosfat dan membentuk UTP dan glukosa-1fosfat. Reaksi ini berlangsung dengan adanya enzim UDP glikosapirofosforilasesebagai katalis.
Pada hati bayi atau anak-anak, terdapat enzim fosfogalaktosa uridiltransferase. Enzim ini dapat
mengubah galaktosa-1-fosfat menjadi glukosa-1-fosfat.

Di samping monosakarida, gliserol juga ikut serta dalam proses glikolisis. Gliserol sebagai
hasil hidrolisis lemak dapat diubah menjadi gliserol-3-fosfat oleh enzim gliserolkinase. Gliserol-3fosfat

yang

terbentuk

kemudian

diubah

menjadi

dihidroksiasetonfosfat

oleh

enzim

gliserilfosfatdehidrogenase. Dihidroksiaseton fosfat terdapat dalam keadaan keseimbangan dengan


gliseraldehida-3-fosfatyang merupakan salah satu hasil antara dalam proses glikolisis.

D. Perubahan Piruvat Menjadi Asetilkoenzim-A


Reaksi oksidasi piruvat hasil glikolisis menjadi asetilkoenzim-A, merupakan tahap reaksi
penghubung yang penting antara glikolisis dengan jalur metabolisme lingkar asam trikarboksilat
(daur Krebs). Reaksi yang dikatalisis oleh kompleks piruvat dihidrogenase dalam matriks
mitokondrion menghasilkan tiga macam enzim (piruvat dehidrogenase, dihidrolipoil transasetilase,
dan dihidrolipoil dehidrogenase), lima macam koenzim (tiamin pirofosfat, asam lipoat, koenzim-A,
flavin adenine dinukleotida, dan nikotinamid adenine dinukleotida), dan berlangsung dalam lima
tahap reaksi. Keseluruhan reaksi dekarboksilasi ini irreversible, dengan G = -8,0 kkal per mol.

Piruvat + NAD+ + koenzim-A + NADH + CO2


Reaksi ini merupakan jalan masuk utama karbohidrat kedalam daur Krebs. Tahap reaksi
pertama dikatalisis oleh piruvat dehidrogenase yang menggunakan tiamin pirofosfat sebagai
koenzimnya. Dekarboksilasi piruvat menghasilkan senyawa -hidroksietil didehidrogenase menjadi
asetil yang kemudian dipindahkan dari tiamin pirofosfat ke atom S dari koenzim yang berikutnya,
yaitu asam lipoat, yang terikat pada enzim dihidrolipoil transasetilase. Dalam hal ini gugus disulfide
dari asam lipoat diubah menjadi bentuk reduksinya, gugus sulfhidril.

Pada tahap reaksi ketiga, gugus asetil dipindahkan dengan perantara enzim dari gugus lipoil
pada asam dihidrolipoat, ke gugus tiol (sulfhidril pada koenzim-A). Kemudian asetilkoenzim-A
dibebaskan dari system enzim kompleks piruvat dehidrogenase. Pada tahap reaksi keempat, gugus
ditiol pada gugus lipoil yang terikat pada dihidrolipoil transasetilase dioksidasi kembali menjadi
bentuk disulfidanya dengan enzim dihidrolipoil dehidrogenase yang berikatan dengan FAD (flafin
adenine dinulkeotida). Akhirnya (tahap reaksi kelima) FADH2 (bentuk reduksi dari FAD) yang tetap
terikat pada enzim, dioksidasi kembali oleh NAD+ (nikotinamid adenine dinukleotida) menjadi FAD,
sedangkan NAD+ berubah menjadi NADH (bentuk reduksi dari NAD+).

E. Pengaturan Dekarboksilasi Piruvat


Telah diketahui bahwa disamping mengandung tiga macam enzim tersebut diatas, kompleks
enzim piruvat dehidrogenase juga mempunyai dua macam enzim yang terdapat dalam sub unit
pengaturnya yaitu , piruvat dehidrogenase kinase dan piruvat dehidrogenase fosfatase. Kedua
enzim ini berperan dalam mengatur laju reaksi dekarboksilasi piruvat dengan cara mengendalikan
kegiatan sub unit katalitiknya pada kompleks enzim piruvat dehidrogenase itu sendiri.
Bila jumlah ATP yang dihasilkan oleh daur Krebs dan fosforilasi bersifat oksidasi terlalu
banyak, keseimbangan reaksi berjalan ke bawah (laju reaksi fosforilasi sub unit katalitik kompleks
piruvat dehidrogenase bertambah besar) sehingga kegiatan kompleks piruvat dehidrogenase
terhambat dan menjadi tidak aktif. Hal ini menyebabakan terhentinya reaksi pembentukan
asetilkoenzim-A dari piruvat. Akibatnya, jumlah asetil koenzim-A yang diperlukan untuk daur Krebs
akan berkurang sehingga laju reaksi daur Krebs terhsambat dan produksi ATP terhenti. Sebaliknya,
bila jumlah ADP banyak (ATP sedikit) keseimbangan reaksi didorong keatas (laju reaksi defosforilasi
kompleks piruvat dehidrogenase

bertambah

besar) sehingga kegiatan kompleks piruvat

dehidrogenase bertambah. Akibatnya reaksi dekarboksilasi piruvat menjadi koenzim-A naik,


sehingga laju reaksi daur Krebs bertambah besar dan produksi ATP bertambah banyak.

F. Jalur Metabolisme Piruvat


Piruvat dapat mengalami berbagai jalur reaksi yang berbeda sehingga merupakan titik
cabang metabolisme karbohidrat. Sebagian dari jalur tersebut berlangsung dengan beberapa tahap
reaksi. Penambahan gugus amino akan mendorong pembentukan alanina dari piruvat. Sebaliknya,
reaksi perubahan alanina menjadi piruvat merupakan salah satu jalan masuknya asam amino
kedalam jalur metabolisme karbohidrat. Adanya CO2 yang berlebih mendorong terjadinya
oksalasetat dari piruvat. Reaksi bolak-balik piruvat-laktat, seperti telah dibahas sebelumnya,
merupakan jalur titik akhir sitesis laktat. Metabolisme laktat berlangsung dengan terlebih dulu
mengubahnya kembali menjadi piruvat. Dalam keadaan normal, bila jumlah persediaan oksigen
dalam jaringan otot cukup banyak, piruvat tidak diubah menjadi laktat melainkan didekarboksilasi
menjadi asetilkoenzim-A. Melalui jalur metabolisme glukoneogenesis, piruvat dapat diubah menjadi
glukosa atau glikogen.
Proses dekarboksilasi piruvat dapat berlangsung dengan dua cara, bergantung pada
jasadnya. Di dalam sel ragi, piruvat didekarboksilasi dengan mekanisme yang sederhana, menjadi

asetaldehida yang kemudian diubah menjadi etanol. Reaksi ini merupakan dasar fermentasi alcohol.
Cara dekarboksilasi lainnya adalah perubahan piruvat menjadi asetilkoenzim-A melalui beberapa
tahap reaksi enzim yang lebih kompleks.

Bab III
KESIMPULAN
Dari hasil Penelusuran yang kami dapat, telah diketahui bahwa Bioernergetika
sangat penting dalam kehidupan. Terutama dalam mempelajari reaksi-reaksi yang
terdapat didalam tubuh makhluk hidup yang akan menghasilkan ATP. Karena,
diharapkan dengan mengetahuinya, kita bisa memahami apa saja yang menjadi
penyakit atau masalah yang disebabkan oleh adanya kesalahan yang terjadi pada
energi yang dihasilkan makhluk hidup pada umunya.

Sehingga, bila terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan atau kita inginkan lenih
lanjut, kita dapat melakukan observasi atau pengembangan terhadap apa yang sudah
diungkap mengenai permasalahan yang menyangkut ATP dan Bioenergi.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http//:www.chem-is-try.org (atp dan bioenergi)


http//:www.wikipedia.org (ATP dan tahap-tahapnya)
http//:www.wikipedia.org (Tentang Bioenergetika)

MAKALAH ATP DAN BIOENERGI

DISUSUN OLEH

ADI KURNIA SETIAWAN

(1104015001)

TEGAR ARLAN MAS IRFAN

(1104015320)

Kelompok I / Kelas 3 D

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA


(UHAMKA)
FAKULTAS MIPA / FARMASI
JAKARTA, 21 APRIL 2012

You might also like