You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya
luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah
ditemukan 5 kategori virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis
A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis
D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda
antigeniknya, tetapi kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip,
yang dapat bervariasi dari keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan
infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV
(Hepatitis B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu
hepatitis infeksiosa dan hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat
ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau
B melalui pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B
(NANBH) dan saat ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya
ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada 2 macam, yang pertama dapat
ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau disebut PTNANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically
Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease
Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai
Hepatitis C dan ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell,
1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel
virus yang menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi
Hepatitis B, HDV dapat timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa
HBV.

Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak


hanya di Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki
peringkat ketiga diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di
Amerika Serikat (hanya dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan
merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-negara dunia ketiga.
Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control di
Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini
diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus
ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan
kerugian ekonomi yang besar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami definisi hepatitis
b. Mengetahui penyebab dari hepatitis
c. Mengetahui manifestasi klinis hepatitis
d. Mengetahui proses terjadinya hepatitis
e. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hepatitis
f. Mengetahui penatalaksaan hepatitis
g. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis

BAB II
KONSEP DASAR TEORI

A. Anatomi dan Fisiologi Hati

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg


atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme
tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar
kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan
interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke
iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah
transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta
dan duktus koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik
kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus
oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan
yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan
fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari
vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus
fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif sedikit,
kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati
manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal
3

yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radialmengelilingi
vena sentralis.
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini
penting untuk sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari
saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan
darah dan untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagi lobulus
yaitu susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral.
Hati memiliki bagian terkecil yang melakukan tugas diatas disebut sel hati
(hepatosit), sel-sel epithelial sistem empedu dalam jumlah yang bermakna
dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kupffer
dan sel stellata yang berbentuk seperti bintang. Tugas aktifitas fagositik
dilakukan oleh makrofag residen yang disebut sel kupffer. Setiap hepatosit
berkontak langsung dengan darah dari dua sumber. Darah vena yang langsung
datang dari saluran pecernaan dan darah arteri yang datang dari aorta. Darah
dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta mengalir dari perifer
lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar disebut sinusoid.
Darah vena memasuki hati melalui hubungan vaskuler yang khas dan
kompleks yang dikenal sebagai sistem porta hati. Vena yang mengalir dari
saluran cerna tidak secara langsung menyatu pada vena cava inferior akan
tetapi vena vena dari lambung dan usus terlebih dahulu memasuki sistem
vena porta. Pada sistem ini produk-produk yang diserap dari saluran cerna
untuk diolah, disimpan, dan didetoksifikasi sebelum produk produk tersebut
kembali ke sirkulasi besar.

Hepar merupakan kelenjar terbesar pada tubuh yang berbentuk baji


yang dibungkus oleh jaringan ikat (Glissons Capsule), beratnya 1500 gram
(1200-1600 gram dan menerima darah 1500 ml permenit, serta mempunyai
fungsi yang sangat banyak. Fungsi hepar terutama dapat dibagi menjadi tiga
diantara lain dapat memproduksi dan sekresi empedu, berperan dalam
metabolisme karbohidrat, lemak, protein, serta berperan dalam filtrasi darah,
mengeliminasi bakteri dan benda asing yang masuk peredaran darah dari
saluran pencernaan. Hepar merupakan satu-satunya organ yang bisa
meregenerasi sendiri, jika salah satu bagian diangkat maka sisanya dapat
tumbuh kembali ke besar dan bentuk semula. Hepar mempunyai dua facies
(permukaan) yaitu :
1. Facies diaphragmatica
Facies

diaphragmatica

berbentuk

konveks,

menempel

dipermukaan bawah diaphragma dan dibagi lagi menjadi facies anterior,


superior, posterior dan dekstra yang batasan satu sama lainnya tidak jelas,
kecuali dimana margo inferior yang tajam terbentuk. Facies visceralis
agak datar dan melandai kebawah, kedepan dan ke sebelah kanan dari
facies posterior tanpa batas yang jelas. Perbatasan facies anterior dan
viseral membentuk margo inferior yang tajam, menyusuri lengkung arkus
aortae melintasi epigastrium. Umumnya pembuluh darah besar dan duktus
masuk keluar porta hepatis yang terletak di facies visceralis, kecuali v.
hepatika yang muncul dari facies posterior.
Dari facies diaphragmatica dan visceralis, lipatan peritoneum
menyeberang berturut-turut ke diaphragma lalu turun ke lambung, hal ini
menetap dari mesogastrium ventralis dimana bakal hepar berasal dan
berkembang.
Sebagian besar facies diaphragma terbungkus oleh peritoneum.
Facies anterior dilihat dari depan berbentuk segitiga serta berhubunga
dengan diaphragma, paru-paru dan pleura kanan dengan batas :
Superior

: diaphragm

Inferior

: kartilago kosta ke 6-10 pada sisi kanan dan 6-7 pada sisi

kiri.

Sebagian facies ini berada dibelakang angulus kosta dan ditutupi


oleh

dinding

abdomen

anterior

daerah

epigastrium.

Facies superior berbatasan dengan diaphragma bawah jantung dan


perikardium pada bagian tengahnya dan bawah pleura dan paru pada sisisisinya. Pada lengkung anterior, ligamentum falsiformis terikat pada
hepar bagian tengah menuju pada titik dimana ligamentum teres terletak
di tepi bebasnya. Titik ini terdapat di sebelah kiri fundus vesika felea.
Perlekatan di bagian atas ligamentum falsiformis berjalan kekiri
sepanjang permukaan superior sebagai ligamentum triangularis. Lembar
ligamentum falsiformis yang kanan berjalan didepan vena kava inferior,
dan akan menjadi lapisan atas ligamentum koronarius yang tidak akan
terlihat dari depan.
Facies dekstra meluas dari iga ke -7 ke iga ke-11 dengan struktur
sebagai berikut :
1. Sepertiga bawah berbatasan dengan iga dan diaphragma
2. Sepertiga tengah dengan iga, pleura dan diaphragm
3. Sepertiga

atas

dengan

iga,

pleura

dan

diaphragma.

Facies posterior merupakan kelanjutan permukaan konveksitas


superior dan dekstra, yang berlanjut kebawah menjadi facies viseralis
atau facies inferior. Struktur yang terdapat pada permukaan ini adalah
area nuda, impresio supra renal kanan, alur v. kava inferior, lobus
caudatus dan prosesus kaudatus, fisura lig. Venosum, impresio
esophagus dan bagian atas gaster, serta tuber omentalis pankreas.
2. Facies Viseralis
Gambaran utamanya adalah struktur-struktur yang tersusun
membentuk huruf H. Pada bagian tengahnya terletak porta hepatis (hilus
hepar). Sebelah kanannya terdapat v. kava inferior dan vesika fellea.
Sebelah kiri porta hepatis terbentuk dari kelanjutan fissura untuk
ligamentum venosum dan ligamentum teres. Vena kava terletak dalam
sulkus yang dalam atau kadang-kadang dalam canalis pada bagian
cembung facies superior. Di bagian v. kava terdapat area nuda yang
berbentuk segitiga dengan v. kava sebagai dasarnya dan sisi-sisinya

terbentuk oleh lig. Koronarius bagian atas dan bawah. Puncak segitiga ini
(pertemuan lapisan atas dan bawah lig. Koronarium), membentuk lig.
Triangularis dekstra.
Lapisan bawah ligamentum koronarius terdapat pada batas
tumpul antara permukaan difragmatika dan viseral. Disini sebuah lapisan
peritoneum menyelimuti kebawah diatas hepatorenal pouch dan ruang
paracollic gutter kanan. Bila diikuti terus kekiri perlekatan, lapisan bawah
lig. Koronarius akan bertemu dengan lig. Falsiformis. Pertemuan ini ke
posterior melalui celah membentuk lig. Venosum. Ligamen-ligamen
tersebut membatasi lobus kaudatus hepar. Lobus kaudatus hepar
merupakan bagian yang berada pada bursa omentum. Lobus ini melalui
diaphragma di sebelah depan aorta thoracalis, disebelah kiri v. kava
inferior dan sebelah kanan esophagus.
Porta hepatis adalah hilus hepar dan dilengkapi oleh kedua
lapisan omentum minus yang pada sebelah kirinya terikat dengan
ligamentum venosum. Porta ini ditempati oleh duktus hepatika dekstra
dan sinistra, a. hepatika dekstra dan sinistra serta v. porta. Susunannya
dari belakang ke depan adalah vena-arteri-duktus.
Duktus cystikus terletak pada sebelah kanan porta hepatis dan
pada tempat ini terdapat beberapa nodus limftikus. Nodus limfatikus ini
bersama saraf menempel diantara tepi bebas omentum minus. Di sebelah
kanan porta terdapat vesika fellea yang terletak dalam fossa. Leher vesika
ini terletak dalam tempat yang lebih tinggi dari fundusnya. Struktur yang
ada pada permukaan viseral adalah: porta hepatis, omentum minus yang
berlanjut hingga fissura lig. Venosum, impresio ginjal kanan dan glandula
supra renal, bagian kedua duodenum, fleksura kolli dekstra, vesika fellea,
lobus kuadratus, fissura ligamentum teres dan impresio gaster.

Stabilitas
Hepar dipertahankan pada tempatnya oleh :
Vena hepatica dan vena cava inferior. Seluruh vena hepatica
terletak intra hepatika terletak intra hepatik dan masuk kedalam vena cava

inferior ketika melewati sulkus di facies posterior hepar. Perlekatan lig.


Triangularis kiri dan lig. Teres.
Organ visera dibawahnya (gaster dan fleksura hepatika kolon).
Hepar dihubungkan dengan dinding abdomen dan diaphragma oleh 5
ligamen yaitu :
1. Lig. Falsiformis
2. Lig. Koronarius
3. Lig. Triangularis kanan dan kiri
4. Lig.

Fibrosa

(terbentuk

dari

embriogenik

vena

umbilikalis)

Proyeksi permukaan hepar


Hepar diproyeksikan pada dinding anterior abdomen setinggi
xiphisternum. Batas superior kiri adalah sic V, 7-8 cm dari linea mediana
dan kekana pada sic V melengkung ke bawah membentuk batas kanan ,
dari iga 7 hingga 11 pada linea midaksilaris.

Lobus - lobus hepar


Lobus-lobus hepar adalah lobus sinistra, kaudatus, kuadratus dan
dekstra. Secara anatomis, pada sisi anterosuperior oleh lig. Falsiformis
dibagi menjadi lobus dekstra dan sinistra. Pada sisi posterior, lobus
kaudatus terletak diantara v . cava inferior dan fissura lig. Venosum .
Lobus ini memiliki prosessus kaudatus ( berupa ismus jaringan hepar )
yang menghubungkannya dengan lobus dekstra. Lobus kuadratus terletak
antara fossa vesika fellea dan fissura lig. Teres.
Secara fungsional, lobus kaudatus dan lobus kuadratus termasuk
lobus sinistra karena pendarahannya berasal dari cabang cabang a.
hepatika sinistra dan v. porta serta menyalurkan empedu ke duktus
hepatikus sinistra.
Segmen Segmen Hepar
Berdasarkan pendarahannya dan drainase empedu, hepar dibagi
lagi menjadi kiri medial, kiri lateral, kanan anterior dan kanan posterior.

Bagian kanan dan kiri dipisahakan oleh v. kava inferior dan fossa vesika
fellea pada facies posterior dan oleh sisi kanan lig. Falsimorfis pada
permukaan anterior.
Segmen kiri lateral adalah lobus sinistra dengan segmen kiri
medial adalah lobus kaudatus dan sebagian besar kuadratus dengan fisura
lig. Venosum dan lig. Teres membatasi lobus satu dengan yang lainnya.
Batas kanan anterior dan kanan posterior merupakan garis yang berjalan
oblik dari permukaan anterior lobus dekstra ke sulkus v. kava.
Berdasarkan perdarahan dan drainase empedu, hepar dibagi menjadi kiri
medial, kiri lateral, kanan anterior dan kanan posterior. Bagian kanan dan
kiri dipisahkan lagi oleh v. kava inferior da fossa vesika fellea pada facies
posterior dan oleh sisi kanan lig. Falsiformis pada permukaan anterior.
Segmen kiri lateral adalah lobus sinistra dengan segmen kiri medial adalah
lobus kaudatus dan sebagian besar kuadratus dengan fisura lig. Venosum
dan lig. Teres membatasi lobus satu dengan yang lainnya. Batas kanan
anterior dan kanan posterior merupakan garis yang berjalan oblik dari
permukaan anterior lobus dekstra ke sulkus v. kava.

Perdarahan
Aliran darah dari seluruh traktus gastrointestinal dibawa menuju ke
hepar oleh v. porta hepatis. Cabang dari vena ini berjalan diantara lobulus
dan berakhir di sinusoid. Oksigenasi darah disuplai oleh arteri hepatica.
Darah meninggalkan hepar melalui v. sentralis dari setiap lobulus yang
mengalir melalui v. hepatica.
a. Vena hepatica
Satu dari beberapa vena pendek yang berasal dari lobus hepar sebagai
cabang kecil. Vena ini mengarah langsung menuju v. kava
inferior,mengalirkan darah hepar.
b. Vena cava inferior
Terbentuk dari bersatunya v. iliaka komunis kanan dan kiri,
mengumpulkan darah dari bagian tubuh dibawah diaphragma dan
mengalir menuju atrium kanan jantung.

c. Arteri hepatica
Arteri ini merupakan cabang dari truncus coeliacus (berasal dari aorta
abdminalis) dan mensuplai 20 % darah hepar.
d. Vena porta hepatis
Pembuluh darah yang mengalirkan darah yang berasal dari seluruh
traktus gastrointestinal. Pembuluh ini mensuplai 80 % darah hepar.
Hepar menerima darah dari dua sumber : arterial dan vena.
Perdarahan arterial dilakukan oleh a. hepatika yang bercabang menjadi kiri
dan kanan dalam porta hepatis (berbentuk Y). Cabang kanan melintas di
posterior duktus hepatis dan dihepar menjadi segmen anterior dan
posterior. Cabang kiri menjadi medial dan lateral. Kadang-kadang a.
hepatika komunis muncul dari a. mesenterika superior atau a. gastrika
sinistra disebut a. hepatika abberans. Mereka ini dapat menggantikan
cabang-cabang normal atau merupakan tambahan. Yang paling umum
dijumpai adalah a. hepatika sinistra dari a. gastrika sinistra.
Darah vena dibawa ke hepar oleh v. porta yang didalam porta
hepatis terbagi menjadi cabang kanan dan kiri. Vena ini mengandung
darah yang berisi produk-produk digestif dan dimetabolisme oleh sel
hepar. Hepar sebelah kiri dan kanan tidak mempunyai hubungan arterial.
Jika terpaksa dilakukan ligasi pada salah satu cabang a. hepar, maka suplai
darah dialkukan oleh anastomosis afienicus yang cukup memberikan
kolateralisasi. Dari v. porta darah memasuki sinusoid-sinusoid hati lalu
menuju ke lobulus-lobulus hepar untuk mencapai sentralnya. Darah arteri
dan vena bergabung dalam sinusoid dan masuk kedalam vena sentral dan
berakhir pada v. hepatika. Terdapat tiga vena utama yaitu: medial
(terbesar), dekstra dan sinistra.

Drainase limfatik
Aliran limfatik hepar menuju nodus yang terletak pada porta
hepatis (nodus hepatika). Jumlahnya sebanyak 3-4 buah. Nodi ini juga
menerima aliran limfe dari vesika fellea. Dari nodus hepatika, limpe
dialirkan (sesuai perjalanan arteri) ke nodus retropylorika dan nodus

10

seliakus. Pada kasus karsinoma pylorus dapat terjadi metastasis retrograd


ke nodus hepatika. Area nuda hepar berhubungan dengan nodus limfatius
ekstra peritoneal yang mengalir ke mediastinum.

Persarafan
Persarafan dilakukan oleh :
N. simpatikus : dari ganglion seliakus, berjalan bersama pembuluh darah
pada lig. hepatogastrika dan masuk porta hepatis
N. Vagus : dari trunkus sinistra yang mencapai porta hepatis mneyusuri
kurvatura minor gaster dalam omentum

Struktur
Secara mikroskopis hepar tersusun dari lobulus-lobulus hepar yang
berbentuk heksagonal dengan v. sentral di tengahnya. Dari vena sentral,
sel-sel hepatosit dan sinusoid tersusun radier ke lateralnya. Antara dua
lobulus yang berdekatan terdapat kanalis porta yang berisi a. hepatika, v.
porta dan duktus biliaris. Kedua struktur tersebut membentuk asinus yang
merupakan unit fungsional hepar. Jika terdapat aliran darah maka
perjalannya dari arah kanalis porta hepatis dan akan berakhir pada v.
sentral.Rongga sinusoid dibatasi oleh sel-sel endotelial dengan ronggarongga interseluler yang memungkinkan plasma mengalir keluar untuk
nutrisi sel-sel hati. Sel-sel endothelia ini mempunyai kemampuan
fagositik, berisi sel Kupferr sistem retikuloendothelial.

Aplikasi klinis
Biopsi jarum dilakukan melalui ruang interkostalis 8 atau 9 linea
mid aksilaris. Jarum akan lewat dibawah paru-paru tetapi sejajar sudut
kostodiaphragma dari pleura sebelum melewati diaphragma menuju hepar.
Jarum tidak boleh masuk lebih dari 6 cm untuk menghindari vena kava
inferior. Kesalahan prosedur dapat mengenai ginjal, kolon, pankreas, serta
dapat menyebabkan pneumothorax.

11

Lobektomi kanan adalah mengangkat jaringan hepar sepanjang


bagian kiri vesika fellea sampai sisi kanan vena kava inferior, ligasi
pembukuh darah serta duktus, sehingga lobus kanan dan vesika fellea
dapat diangkat. Lobektomi kiri adalah mengangkat lobus kiri dengan
membuang lobus kaudatus serta lobus kuadratus, tanpa mengangkat vesika
fellea.
Penting

untuk

dijaga

adalah

a.

hepatika

dekstra.

Pada transplantasi hepar, setelah mengangkat hepar pasien , v. kava


inferior donor disambung dengan v. kava inferior pasien, tetapi diklem,
diikuti penyambungan v. porta dan dilakukan sirkulasi darah mulai dari v.
kava inferior donor sebelum bergabung dengan v. kava pasien. Klem v.
kava baru dibuka setelah sirkulasi porta lancar. Faktor penting kesuksesan
transplantasi hepar adalah viabilitas duktus biliaris.

B. Pengertian
Hepatitis adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin
seperti; kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada
anak, 2002; 131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145).
Hepatitis virus akut meupakan penyakit infeksi yang penyebarannya
luas dalam tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hati dgn
memberikan gambaran klinis yang mirip yang dapat berfariasi dari keadaan
subklinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang fatal. (Sylvia A. price,
1995; 439).
Hepatitis adalah inflamasi hati. Inflamasi ini bisa disebabkan oleh
virus, bakteri atau substansi toxic. (luckmann dan sorense. 1987; 1353U).
Hepatitis merupakan infeksi yang menyerang bagian hati dengan
menunjukan berbagai perbedaan masa inkubasi tergantung dari unsure virus
hepatitis yang menyerang. (Barbara. C. long. 1996, perawatan medical bedah:
119).

12

C. Etiologi dan Faktor Resiko


1. Hepatitis A
a. Virus hepatitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak
berselubung berukuran 27 nm.
b. Ditularkan melalui jalur fekal oral, sanitasi yang jelek, kontak
antara manusia, dibawah oleh air dan makanan.
c. Masa inkubasinya 15 49 hari dengan rata rata 30 hari.
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan
sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2. Hepatitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda
yang memiliki ukuran 42 nm.
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari
ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 160 hari dengan rata- rata 70 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter
gigi, perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit
hemodialisis serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual
yang aktif dalam hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV
juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus
lemak yang diameternya 30 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan
juga oleh kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 60 hari dengan rata 50 hari.
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis D (HDV) merupakan virus RNA berukuran 35 nm.
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang
memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemofilia.

13

c. Masa inkubasi dari virus ini 21 140 hari dengan rata rata 35 hari.
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepatitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang
diameternya + 32 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 65 hari dengan rata rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E
dan makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.

D. Insiden
1. Hepatitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan
sanitasi yang buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara
negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area
dengan populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 %
kasus hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat
penggunaan obat secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada
beberapa area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier
hepatitis B dapat menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya
terjadi di India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.

14

E. Manifestasi Klinis
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing masing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri
diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 6 minggu. Icterus mula mula
terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan keluhan
berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak anak menjadi lebih
cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab
yang biasanya berbeda

F. Komplikasi
Komplikasi hepatitis B virus yang paling sering di jumpai adalah
perjalanan penyakitnya yang memanjang hingga 4-8 bulan. Keadaan ini
dikenal dgn hepatitis kronis akan tetapi keadaan ini akan sembuh kembali
sekitar 5% dari pasien hepatitis kronis akan mengalami kekambuhan setelah
serangan awal, kekambuhan biasanya dihubungkan dgn minum alcohol atau
aktifitas fisik yang berlebihan.

G. Patofisiologi dan Pathway


Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan
infiltrat pada hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan
degrenerasi dan nekrosis sel perenchym hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi
statis empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong
empedu bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai

15

hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler


jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampi dengan timbulnya sakit
dengan gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2
sampai 3 bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian.
Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan
pada fungsi hati. Individu dengan hepatitis kronik akan sebagai karier penyakit
dan resiko berkembang biak menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim enzim intra
seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas
dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).

16

9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis
protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.
Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi
BSP.
14. Biopsi Hati
Menunjukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Scan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
17. Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan

eksresi

bilirubin

mengakibatkan

hiperbilirubinemia

terkonjugasi. Karena bilirubin terkonjugasi larut dalam air, ia dsekresi


dalam urin menimbulkan bilirubinuria.

I. Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Aktivitas fisik biasanya
perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.
Pengobatan yang dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup
istirahat, hidrasi, dan asupan makanan yang adekuat. Hospitalisasi
diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor pembekuan abnormal,

17

atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah, perubahan


kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV,
studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap
perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
1. Berikut

ini

adalah

obat-obat

yang

dapta

digunakan

Globulin imun (Ig) digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah


terpajan hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
2. HBIG diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi
: diberikan per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan
per IM ditambah dosis booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam
setelah kelahiran).
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) digunakan untuk mencegah munculnya
hepatitis B (Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran,
diulangi pada usia 1 dan 6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10
tahun. Tiga dosis IM (paha anterolateral / deltoid), dua dosis pertama
diberikan berselang 1 bulan, dan booster diberikan 6 bulan setelah dosis
pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun. Diberikan tiga dosis
ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan
hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus
divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi
Hepatitis B ini.

J. Diet untuk Pasien Hepatitis


Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :

Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing


dan babi, jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/
margarine, minyak serta makanan bersantan seperti gulai, kare, atau
gudeg.

Makanan kaleng seperti sarden dan korned.

Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.

Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool,
sawi, lobak, mentimun, durian, nangka.

18

Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.

Minuman yang mengandung alkohol dan soda.

Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :

Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.

Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang
hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.

Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti
gula-gula, sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.

19

BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas
a) Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin,
pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No
register, dan dignosa medis.
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu,
agama, alamat, pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan
terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan
dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk,
sakit perut kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah,
demam, nyeri perut kanan atas.
b. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk
keracunan, prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta
perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
d. Data

dasar

tergantung

kerusakan/gangguan hati.

20

pada

penyebab

dan

beratnya

4. Pola pengkajian Fungsional


a. Aktivitas

Kelemahan

Kelelahan

Malaise

b. Sirkulasi

Bradikardi ( hiperbilirubin berat )

Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa

c. Eliminasi

Urine gelap

Diare feses warna tanah liat

d. Makanan dan Cairan

Anoreksia

Berat badan menurun

Mual dan muntah

Peningkatan oedema

Asites

e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang

Cenderung tidur

Letargi

Asteriksis

f. Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen

Nyeri tekan pada kuadran kanan

Mialgia

Atralgia

Sakit kepala

Gatal ( pruritus )

7. Keamanan

Demam

Urtikaria

21

Lesi makulopopuler

Eritema

Splenomegali

Pembesaran nodus servikal posterior

8. Seksualitas

Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan

B. Diagnosa Keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis :
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan
intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat
menular dari agent virus

C. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan

22

metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi


kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nutrisi
pasien terpennuhi.
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi :
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi
sering dan tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal
dan menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
yang mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam nyeri
pasien berkurang atau teratasi.
Kriteria hasil : Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam
nyeri (tidak meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi :

23

1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat


digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri

Akui adanya nyeri

Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang


nyerinya

R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan


kesehatan bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan informasi akurat dan

Jelaskan penyebab nyeri

Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui

R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan


nyeri yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung
efek hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah
sekunder terhadap inflamasi hepar.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam suhu badan
pasien normal
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi :
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi

24

2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat


(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari
buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi
vasodilatasi kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk
mengurangi panas tubuh melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya
pertumbuhan jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien,
mencegah timbulnya ruam kulit.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam keletihan
pasien berkurang
Kriteria hasil : tidak terjadi keletihan
Intervensi :
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah baring
R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu

individu

untuk

mengidentifikasi

kekuatan-kekuatan,

kemampuan-kemampuan dan minat-minat


R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk
kegiatan yang kurang penting

25

4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi


waktu puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan
dengan keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan
yang dapat menimbulkan keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif
(bersikap asertif, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam
empedu.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
kerusakan intergritas kulit dan jaringan.
Kriteria hasil : Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi :
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering

Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan


(kadtril, lanolin)

Keringkan kulit, jaringan digosok

R/ kekeringan meningkatkan sensitifitas kulit dengan merangsang


ujung syaraf
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu
ruangan dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan

yang berlebih

menambah pruritus dengan

meningkatkan sensitivitas melalui vasodilatasi


3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih
banyak pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban
kekeringan

26

6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan


intraabdomen, asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam pasien tidak
mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat
Intervensi :
1. Awasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
R/ pernafasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi fowler
R/ memudahkan pernafasan denagn menurunkan tekanan pada
diafragma dan meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular
dari agent virus
Tujuan : setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam tidak terjadi
infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat
untuk menangani semua cairan tubuh

Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien


atau spesimen

Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan


tubuh

27

Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada


wadah yang tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi
jarum dengan cara apapun

R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus


hepatitis
2. Gunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan
tubuh dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan
permukaan yang terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan
materi infeksius dan mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien,
keluarga dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai
transmisi infeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen
kesehatan yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentifikasikan sumber
pemajanan dan kemungkinan orang lain terinfeksi

E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak
meringis kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
3. Tidak terjadi peningkatan suhu.
4. Tidak terjadi keletihan.
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat.
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

28

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hepatitis

merupakan

penyakit

yang

disebabkan

oleh

virus

menyebakan peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus


disebabkan juga alcohol dan juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia.
Hepatitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam

snack.

Selain

itu juga

anak-anak

kurang

memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk ke


dalam tubuh.

B. Saran
Orang tua harus memberikan perhatian khusus pada anak dalam
pemilihan makanan serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan
agar tidak terkena virus yag dapat menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi
sebaiknya ibu memberikan imunisasi secara tepat waktu untuk mencegah
terjadinya hepatitis.

29

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan,


EGC, Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan
Penyakit, Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi
Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddart. Alih bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko
Setiyono, Edisi I, jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi
ketiga, Balai Penerbit FKUI, jakarta.\

30

You might also like