You are on page 1of 20

Asuhan keperawatan

klien dengan GED (Gatroenteritis Disease)

Oleh
THEOFILUS HAYON
FERDIANA D.C RAO

Sekolah tinggi ilmu keperawatan stikes citra husada mandiri


Kupang 2012

A. Konsep dasar Penyakit

1) Pengertian
Gastroenteritis adalah peradangan akut lapisan usus dan lambung di tandai
dengan anoreksia, rasa mual, nyeri abdomen, dan diare.(kamus besar dorland
hartanto, 2002 )
Gastroenteritis adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang tidak
biasanya ( lebih dari 3x sehari), juga perubahan dalam jumlah dan konsistensi
(feses cair). (Brunner and suddart, 2000)
Gastroenteritis di definisikan sebagai inflamasi membrane mukosa lambung
dan usus halus yang di tandai dengan muntah. Dan diare yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit. (Cecilya L. Bets,2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang berulang-ulang buang air besar
yang sifatnya encer (cair), ia sering di sebut sebagai mencret, atau dalam bahasa
minang mamboco. Istila diare berasal dari bahasa yunani diarrea= mengalir
melalui. Bila seseorang di hinggapi dan menderita penyakit ini diaakan seringkali
ke belakang (ke toilet) untuk membuang hajat yang sifatnya cair dan tidak bias di
tahan-tahan. Penyakit diare ini banyak ditemukan di Negara-negara yang kondisi
hidupnya masih miskin, sehingga mereka makan apa saja dan tidak teratur.
Namun bagi Negara yang standar hidupnya membaik dan suda biasa menyiapkan
makanan yang bergizi sehingga diare sering terjadi. Salah satu yang perlu di catat
bahwa penyakit diare ini banyak diderita oleh anak-anak yang berusia dibawah
dari 5 tahun. Mereka lebih sering buang air besar yang cair biasanya lebih dari 3x
dalam waktu 24 jam dengan kondisi cair.(Cecily Lynn Betz, 2009).
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah lebih banyak dari
biasanya (normal ; 100-200 cc/jam tinja), dengan tinja berbentuk cair/setenga
padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.WHO (1980) .
Diare adalah buang air besar encer lebih dari 3x sehari,(Manjoer A, 1999 )

2) Epidemologi
Diare terdapat di seluruh dunia, terutama akibat dari infeksi merupakan salah
satu dari penyebab dari morbiditas dan mortalitas.

3) Etiologi
Penyebab gastroenteritis dapat dibagi dalam beberapa hal, yaitu :
a. Infeksi virus : bakteri dan parasit
b. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi, laktosa, lemak atau protein).
c. Makanan : makanan basi, terkontaminasi, beracun, alergi terhadap
makanan
d. Imunodefisiensi
e. Psikologis : rasa takut dan cemas.

4) Factor-faktor yang mempengaruhi berulangnya diare.


a. Umur
Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupaninsiden
paling tinggi pada golongan umur 6-11 bulan, pada masa diberikan makanan
pendamping. Hal ini karena belum terbentuknya kekebalan alami dari anak
pada umur di bawah 24 bulan.
b. Jenis kelamin
Resiko kesakitan diare pada golongan perempuan lebih rendah dari pada lakilaki karena aktivitas anak laki-laki dengan lingkungan lebih tinggi.
c. Musim
Variasi pola musim di daerah tropic memperlihatkan bahwa diare terjadi
sepanjang tahun, frekuensi meningkat pada peralihan musim kemarau ke
musim penghujan.
d. Status gizi
Status gizi berpengaruh sekali pada diare. Pada anak yang kurang gizi karena
pemberian makanan yang kuran, episode diare akut yang lebih berat, berakhir
lebih lama dan lebih sering . kemungkinan terjadi diare persisten juga lebih
sering dan lebih berat. Resiko meninggal akibat diare persisten atau disertai
apa bila anak sudah kurang gizi.
e. Lingkungan
Kebersihan lingkungan tidak dapat diabaikan. Pada musim penghujan, dimana
air membawa sampah dan kotoran lainnya, dan juga pada waktu kemarau
dimana lalat tidak dapat dihindari apalagi disertai tiupan angin yang cukup
besar, sehingga penularan lebih mudah terjadi. Persediaan air bersih kurang
sehingga terpaksa menggunakan air seadanya, dan terkadang lupa cuci
tangan sebelum dan sesudah makan.
f. Status social ekonomi
status ekonomi yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota keluarga.
Hal ini Nampak dari ketidakmampuan ekonomi keluarga untuk untuk
memenuhi kebutuhan gizi keluarga khususnya pada anak balita sehingga
mereka cenderung memiliki status gizi kurang bahkan status gizi buruk yang
memudahkan balita tersebut mengalami diare. Mereka yang berstatus ekonomi
yang rendah biasanya tinggi di daerah yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sehingga memudhkan seseorang untuk terkena diare.

5) Klasifikasi
Diare di klasifikasi menjadi dua macam jenis diare, yaitu ;
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapt
menjadi berat.
Penyebab dari diare akut ytaitu :
a. Gangguan jasad renik/ bakteri yang masuk kedalam usus halus
setelah melewati berbagai rintangan asam lambung.
b. Jasad renik yang berkembang pesat di dalam usus lambung

c. Racun yang di keluarkan oleh bakteri


d. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare kronik
Pada diare kronis terjadi lebih kompleks, berupa factor yang menimbulkannya
terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis atau diare yang menetap
akan berakhir 14 hari atau lebih lama, karena ;
a. Gangguan bakteri, jamur dan parasit
b. Malabsorbsi kalori dan lemak
c.
d. Gejala-gejala sisa karena terjadi cedera usus oleh setiap entropatogen
pasca infeksi akut ;
Suhu tubuh meningkat
Gelisah dan rewel
Mual dan muntah
Nafsu makan menurun
BAB lebih dari 4x sehari
Tinja encer kadang-kadang bercampur darah dan lender
Kadang-kadang BAB berwarna hijau
Anus dan daerah sekitar lecet (iritasi)
Jika masalah ini tidak cepat di atasi maka akan terjadi dehidrasi, yamg
mana tanda dan gejala seperti ;
Rasa haus yang berlebihan
Mukosa mulut kering
Mata dan ubun-ubun cekung
Suhu meningkat
Turgor kulit jelek
Pernapasan cepat dan dangkal
Nadi lemah dan cepat
Tekanan darah menurun
( Soeparman, 1997) Berdasarkan keadaan klinik, dehidrasi di bagi menjadi 3
tahapan, yaitu ;
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2-5% dari berat badan, keadaan kliniknya ; dehidrasi, turgor
kulit kurang, suara serak, penderita belum jatuh dalam keadaan preshock.
2. Dehidrasi sedang
Kehilangan cairan 5-10%, gambaran kliniknya ; turgor kulit jelek, suara serak,
penderita jatuh preshock , nadi cepat, napas cepat dan dalam.

3. Kehilangan cairan lebih dari 10% dari berat badan. Gambaran kliniknya ; turgor
jelek, suara serak, penderita jatuh preshock atau shock nadi cepat, napas cepat
dan dalam, kesadaran menurun, otot kaku dan sianosis.
Penilaian Dehidrasi Menurut WHO ;
Penilayan
Keadaan
umum
Mata
Air mata
Mulut dan
lidah
Rasa haus
Minum
Turgor

Tanpa Dehidrasi
Sadar/kompos
mentis
Biasa
Ada
Basah
Tidak haus dan
Baik
Kembali cepat

Dehidrasi Sedang
Gelisa/rewel

Dehidrasi Berat
Tidak sadar

Cekung
Kurang
Kering
Haus
Ingin minum
Lambat

Sangat cekung
Tidak ada
Sangat kering
Mulas
Tidak bias
minum
Sangat lambat

Berdasarkan Bj (berat jenis) plasma ;


a. Dehidrasi ringan, (Bj plasma, 1,032-1,040).
b. Dehidrasi sedang (Dj plasma, 1,028-1,032).
c. Dehidrasi berat (Dj plasma, 1,025-1,028)

6) KOMPLIKASI
Dehidrasi berat
Ketidak seimbangan elektrolit
Syok hipovolemik yang terdekompesasi (hipotensi, asidosi, metabolic, dan
perfusi sistemik yang buruk)
Kejang demam

7) PATOGENESIS
Kira-kira air masuk dalam saluran pencernanan selama periode 24 jam, berasal
dari :
Diet

2L

Saliva

1L

Cairann lambung

2L

Empedu

1L

Cairan pancreas

2L

Sekresi usus harus

2L

Lebih dari 8 liter air diabsorpsi tiap hari dalam usus halus dengan 1500-2000 ml
hanya memasuki kolon dan hanya 100-200 ml hilang dalam feses. Cairan yang
masuk dalam kolon kurang dari kapasitasarbsorsi maksimum 5-6 liter.

Mekanisme dasar menyebabkan terjadinya diare adalah:


1) Diare osmotic
Ini terjadi bila vcairan (solut) yang tidak atau kurang dapat
diabsorsi terdapat berlebihan,menyebabkan retensi air dalam
lumen usus yang akhirnya hilang dalam feses; yang dapat
ditemukan pada
a) Ingesti cairan (solut) yang tidak dapat diabsorsi seperti
sulfat dan fosfat (misalnya katartik), garam maknesium
(antasida), dan laktulosa.
b) Malabsorsi karbohidrat, yang terjadi pada kelainan
enzim spesifik (misalnya defisiensi lactate)atau sebagai
akibat sindroma malabsorpsi yang lebih umum ( seperti
penyakit seliak,spruetropikal).
2) Diare sekretoris
Ini disebabkan olen pembentukan sekresi gastrointerstinal
bertambah dan di perantarai oleh peningkatan sekresi klorida
dan bikarbonat. Bila kapasitas absorpsi kolon dilampaui diare
akan terjadi penyebab meliputi :
a) Toksin bakteri, seperti yang disertai dengan kolera dan
strain toksigenik dari E. coli, melekatkan dirinya pada
reseptor membrane lumen usus sebelum memasuki sel
dan mengaktifkan adenly-cyclase, yang memperantarai
sekresi krorida dan bikarbonat secara aktif. Absorpsi
glukosa dan absorpsi glukosa-lingked-sodium tetap

utuh dan membentuk dasar dari larutan yang di


gunakan untuk rehidrasi oral pada penderita diare yang
diakibatkan dari toksin.
b) Asam lemak dan empedu-dihydroxy bile acid (chenodan deoxycholic acid) dan asam lemak. Lemak rantai
panjang menimbulkan pengurangan absorpsi cairan dan
dalam konsentrasi tinggi, sekresi dalam usus halus dan
kolon. Dalam lingkungan keadaan normal usus halus
dilindungi dari efek buruk ini oleh lecithin empedu dan
kolesterol. Diare akibat asam empedu terjadi bila
terdapat penuruna kapasitas untuk reabsorsi empedu,
dan efek tersebut terutama tergantung pada kolon.
Diare yang disertai dengan steatirea berkaitan dengan
konsentrasi asam lemak rantai panjang dalam larutan
air.
c) Hormone usus. Beberapa hormone yang menyertai
usus, bils diproduksi berlebihan, menimbulkan diare.
Kadar gastrin yang tinggi terlihat pada beberapa tumor
pancreas non-islet cell menimbulkan sekresi asam
lambung yang berlebihan dan penurunan ph duodenum,
yang

merangsang

sekresi

sekretin

mediated

pancreatic. Hasil akhir cairan dalam volume banyak


mungkin melebihi kapasitas absorbs dari usus halus
dan kolon yang tersisa, menimbulkan diare cair. Sekresi
intestinal yang banyak juga di hubungkan dengan tumor
non-isled cell pancreas yang lain, yang membebaskan
polipeptida vaso aktif intenstinal (VIpoma). Serotonin
merupakan penyebab sekresi intenstinal dan diare yang
disertai dengan sindrom karsinoid dan diperantai oleh
influx kalsium ke dalam sel epitel yang dapat di halangi
oleh

antagonis

kalsium

verapamil.

Prostaglandin

(terutama VGE 1 dan E2) disintesis sepanjang saluran


pencernaan dan sebagai stimulator sekresi yang si duga
kuat menimbulkan diare.
d) Laksatif,

castor oil, derived/

turunan senna

dan

fenolftalein semua bekerja paling tidak sebagian dengan


merangsang sekresi intensttinal.
3) Kerusakan sruktural
Kerusakan suktural yang luas pada mukosa usus (misalnya
enteritis, radiasi, penyakit selia, sprue, tropika dan iskemi).
Mengakibatkan gangguan absorbbsi cairan demikian pula
eksudasi ke dalam lumen usus. Ini merupakan mekanisme
dimana inflamsiusus kronik dan infasif kuman pathogen
(misalnya

shingela,

capilobakteri,

yersinia,

salmonella,
E.coly

entamoeba,
dan

clostridium

histolitika,
diffcile)

menimbulkan diare.
4) Mekanisme lain.
a. Gangguan motilitas, perpindahan dalam interistinal yang
cepat dapat mengatasi usus halus dan atau kolon yang luas
dengan demikian mungkin menimbulkan diare, diare cair
yang dijumpai pada beberapa kasus irritable bowel
sindrome mungkin mencerminkan perpindahan (transit)
yang cepat dari residu dalam sekum ke dalam kolon
sikmoid yang diperantarai dengan kontraksi kolon yang
berlebihan.
b. Filtrasi meningkat. Obstruksi vena atau limfatik (misalnya
neoplasia dan peritonitis tuberkulosa ) menyebabkan
peningkatan hidrostatik dalam dinding usus atau lacteal dan
kehilangan cairan secara pasif ke dalam lumen usus.

1) PATOFISIOLOGI
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare dan pada beberapa kasus,
muntah-muntah, yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. Penyebab
utama gastroenteritis akut adalah virus (rotavirus, adenovirus, enterik, virus
norwalk, dan lain-lain), bakteri atau toksiknya (campilobacter, salmonella,
shigella, escherichia coly, yersinia, dan lain-lain), serta parasit (giardia lamblia,
cryptosporidium). Patogen-patogen ini menimbulkan penyakit dengan

mnginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak


sel, atau melekat pada dinding usus. Pada gastroenteritis akut. Usus halus
adalah alat pencernaan yang paling sering terkena.
Gastroenteritis akut ditularkan melalui rute fekal-oral dari orang ke orang
atau melalui air dan makanan yang terkontaminasi. selain bepergian ke negara
berkembang. Sebagian besar gastroenteritis dapat sembuh sendiri dan
prognosisnya baik dengan pengobatan. Anak-anak malnutrisi dapat menderita
infeksi yang lebih berat dan lebih membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
sembuh. ( Price, Anderson Sylvia.1997).
Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi dapat dibagi menjadi
dehidrasi ringan, dehidrasi sedang dan dehidrasi berat. Ngastiyah (1997:145)
pada dehidrasi berat volume darah berkurang sehingga dapat terjadi menjadi
renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat
dan kecil, tekanan darah menurun dan pasien sangat lemah dan kesadaran
menurun. Akibat dehidrasi deurisis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila
sudah terjadi asidosis akan terjadi kepucatan dengan pernafasan yang cepat
dan dalam (pernafasan kussmaul). Asidosis metabolik terjadi karena :
1. kehilangan NaHCO3 melalui tinja diare.
2. ketosis kelaparan.
3. produk-produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan
(karena oliguria/anuria)
4. berpindahnya ion natrium dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel.
5. penimbunan asam laktat (anoksia jaringan).
(Ngastiyah, 1997:145).

2) UJI LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


Uji laboratorium (Betz, Cecily L. Edisi 3, 2002)
1.
2.
3.
4.
5.

Hematoseses untuk memeriksa darah (lebih umum pada bakterial)


Evaluasi feses terhadap volume, warna, konsistensi, adanya pus
Hitung darah lengkap dengan deferensial
Uji antigen imonoesei enzim untuk memastikan rota virus
Kultur feses (jika anak dihospitalisasi, pus dalam feses atau diare
yang berkepanjangan) untuk menemukan patogen
6. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
7. Aspirasi duodenum (jika diduga G. Lamblia)
8. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dihidrasi,
organisme, shigella keluar melalui urine).
Menurut Brunner dan Suddarth (2002), pemeriksaan diagnostik yang
harus dilakukan untuk mengetahui penyebab diare adalah:
Hitung darah lengkap.
Sifat kimia.
Urin analisis.

Pemeriksaan feses rutin serta pemeriksaan feses untuk organisme


infeksius atau parasit.
Proktosigmoidoskopi dan enema berium.

3) PENATALAKSANAAN
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan penatalaksanaan dilakukan
dengan rawat jalan, dehidrasi dapat dilakukan per oral dengan larutan
dehidrasi oral (pedialyte, ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tetapi
sering (5 sampai 15 ml). Bagi yang mendapat ASI dapat terus disusui selama
periode diare. Dalam hal dehidrasi berat, anak dirawat dirumah sakit untuk
mendapatkan terapi intravena(IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah
dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan
pemberian cairan rumatan.
Jika ada syok, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan salin
normal atau larutan Ringer laktat; ulangi bila perlu). Pada kasus-kasus ini, bila
pemasangan jalur IV tidak berhasil, rute intraoseus dapat dipakai untuk
memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia kurang
dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah
dimulai.
Setelah dehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan diet biasa yang mudah
dicerna. Makanan yang paling baik di toleransi adalah karbohidrat kompleks
(nasi, gandum, sereal, kentang, dan roti), yogurt, daging tidak berlemak, buahbuahan, dan sayuran. Diet klasik adalah BRAT (banana/pisang, rice/nasi,
applesauce/saus apel, dan toast/roti panggang), walaupun dapat ditoleransi
dengan baik,mengandung protein,lemak, dan kalori yang rendah untuk energi.
Jus, minuman berenergi, dan softdrink harus dihindari.
Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan makanan per oral telah dilaporkan
menurunkan durasi diare. Pengembalian ke makanan oral normal adalah
penting, khususnya pada kasus sebelum terjadinya malnutrisi.
Pembrian antiemetik dan antispasmodik biasanya tidak dianjurkan.
Antibiotik juga tidak diindikasikan pada sebagian besar kasus karena
gastroenteritis bakterial maupun viral dapat sembuhdengan sendirinya. Akan
tetapi, antibiotik digunakan untuk mngobati penyakit yang disebabkan oleh
organisme shigella, E coli, organisme salmonella, ( dengan sepsis atau infeksi
setempat), dan G. Lamblia. Antibiotik dapat memperpanjang status karier pada
infeksi salmonella.
Tindakan yang harus diberikan untuk mengatasi dehidrasi yang
berkelanjutan maka diberi IVFD : cairan RL agar tidak terjadi keadaan yang
tidak diinginkan. tindakan yang harus di berikan, diantaranya :
pemberian cairan
a. Dehidrasi ringan
Jam pertama 25-50/ kg BB/hari
Kemidian 125 ml/kg BB/oral
b. Dehidrasi sedang
1 jam pertama 50-100/kg BB/ oral

Kemudian 125 ml/kg BB/hari


c. Dehidrasi Berat
d. Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg
1 jam pertama : 40ml/ kg BB/jam = 10 tetes/kg BB/menit ( infus set ml
= 15 tetes atau 13 tetes/kg BB/menit
7 jam berikutnya 12 ml/ kg BB/jam= 3 tetes/ kg BB/ menit.
16 jam berikutnya 125 ml/ kg BB oralit peroral bila anak mau minum,
teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes/ kg BB/ manit atau 3 tetes. Kg
BB / menit
pemberian obat.
Pemberian antibiotic,yang mana fungsinya yaitu untuk mencegah
infeksi.
pemberian antipiretik, yang mana fungsinya yaitu untuk menurukan
demam seperti parasetamol.
pemberian roburansia.
obat anti sekresi
: Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal
30 mg klorpromazine 0,5 1 mg / kg BB/hari
obat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide.
Dietetik
Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair
atau susu
Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat
diberi elemen atau semi elemental formula.
Peemberian Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 5 tahun.
Tindakan kewaspadaan
Jiika pasien mengalami diare berat periksa tanda tanda syok, takikadia
,hipotensi dan kulit pucat serta lembab. Jika terdeteksi tanda tanda ini,
baringkan pasien dalam posisi terlentang dan angkat kakinya 20 derajat. Pasang
kateter I.V. untuk mengganti cairan yang hilang. Pantau ketidak seimbangan
elektrolit dan cari denyut yang tidak teratur, kelemahan otot, anoreksia, serta
mual muntah. Sediakan peralatan resusitasi darurat.
Pencegahan
Gastroenteritis dapat dicegah apabila personal hygiene dan sanitasi
lingkungan yang baik untuk itu perlu memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1.
Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun
pertama kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6 - 11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2.
Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
3.

Riwayat Penyakit Sekarang


BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau
kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit
menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
7. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang
dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan
susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara
pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,
8. Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
1) Kenaikan BB karena umur 1 3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (ratarata 2 kg), PB 6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
2) Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun
kedua dan seterusnya.
3) Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi
taring, seluruhnya berjumlah 14 16 buah

4) Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.


b. Perkembangan
1) Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.
Fase anal :
Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai
menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic, mulai kenal
dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata
sederhana, hubungna interpersonal, bermain).
o Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak
toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario kemam
puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua
untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over
protektif menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan
merasa malu dan ragu-ragu seperti juga halnya perasaan tidak mampu
yang dapat berkembang pada diri anak.
o Gerakan kasar dan halus, bicara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2
hitungan (GK)
Meniru membuat garis lurus (GH)
Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di mulai dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
Kepala
Rambut : Biasanya hitam dan tidak mudah dicabut
Ubun-ubun
: Cekung ( pada bayi )
Telinga : Biasanya struktur telinga kiri dan kanan simetris , tidak ada
serumen dan ditemui adanya tanda tanda peradangan seperti
OMA.
Mata
: Air mata bisa berkurang, mata cekung ,kedua mata simetris atau
tidak , Sclera tidak icterik dan konjungtiva anemis.
Hidung : Tidak ada terdapat tanda-tanda peradangan
Mulut
: Mukosa dan lidah kering terdapat tanda-tanda sianosis
Leher
: Biasanya tidak ada kaku kuduk dan kelenjar getah bening tidak
membesar
Thorak : Tipe pernapasan thorak abdominal
Perut
I
: Simetris kiri dan kanan
P
: Hati tidak teraba,limpa tidak teraba dan tidak nyeri tekan
P
: Tympani
A
: Bising usus meningkat

Genitalia : biasanya terlihat kotor dan agak kemerahan


Anus
: biasanya daerah disekitar anus kemerahan
Kesadaran : biasanya klien sadar penuh sampai penurunan kesadaran
Nadi
: biasanya cepat dan lemah
Suhu
: biasanya tinggi atau meningkat dari normal
RR
: frekwensi nafas cepat
BAK
: biasanya meningkat dari normal
BAB
: biasanya BAB klien lebih dari 4 x dengan konsistensi encer
Keadaan umum : biasanya Keadaan umum klien lemah
2. Diagnosa keperawatan
a. Devisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual munta.
c. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan ( kardiopulmonal ) b.d syok hipovolemik
e. Hipertermi b.d proses infeksi dan dampak sekunder dari diare
f. Intoleransi ativitas b.d kelemahan fisik
a. Gangguan intergrita kulit b.d peningkatan frekwensi BAB (diare)
g. Ansietas b. d proses penyakit.
3. Perencanaan keperawatan.
a. Devisit volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.
DS : klien mengeluh lemah, haus
DO : mual dan muntah, BAB 4 x sehari, membrane mukosa kering, turgor kulit
kering dan ubun ubun cembung (pada bayi).
Goal ; klien akan mampuh mengatasi kekurangan volume cairan.
Objektif : klien akan meningkatkan cairan ke dalam batas normal ( TTV dalam
batas normal N:120-60 x/mnt, S; 36-37,50, RR : < 40 x/mnt, Turgor
elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, ubun
ubun tidak cembung. Konsistensi BAB lembek dan frekwensi BAB 1
kali perhari )
Outcomes : Dalam waktu 1x 24 jam, peningkatan volume cairan dalam batas
normal selama dalam perawatan.
Intervensi dan rasional
1. Jelaskan kepada pasien dan keluarga pasien tentang pentingnya
mengonsumsi air mineral.
R/ dengan mengonsumsi air mineral untuk mencega kehilangan cairan
tubuh pasien
2. Obserfasi tanda-tanda kehilangan cairan dan gejala dehitrasi (turgor
kulit,membran mukosa ,ubun-ubun cekung )
R/: mengobservasi tanda dan gejala dehitrasi agar dapat mengetahui
derajat dehitrasi
3. obserfasi tanda-tanda vital

4.

5.

6.

7.

R/: dengan memonitor tanda-tanda vital dapat mengetahui


perkembangan kondisi klien
obserfasi intake dan out put
R/: dengan mengontrol intake out put agar dapat mengetahui
pemasukan dan pengeluran
beri klien banyak minum
R/: dengan banyak minum diharabkan banyak mengganti cairan tubuh
yang hilang
timbang berat badan
R/: dapat diketahui kenaikan dan penurunan BB dan perkembangan
klien
kolaborasi dalam pemberian cairan dan parenteral kalium dan antibiotik
R/mempercepat penyuluhan dan penurunan resiko komplikasi

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b,d mual muntah.


DS : mengeluh sulit makan.
DO : BB dibawah ideal, keram abdomen, diare dan kehilangan minat makan
Goal : kien akan mampuh mengatasih perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Objektif : klien tidak akan mengalami mual muntah.
Outcomes : dalam waktu 1x 24 jam status nutrient terpenuhi secara adekuat
selama dalam perawatan.
Intervensi dan Rasional
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat
tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang
mengiritasi lambung dan sluran usus.
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau
sampah, sajikan makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
3) Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan
4) Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :
a. terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan
5) Monitor intake dan out put dalam 24 jam
R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.
c. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventrikel.
DS : mengeluh sesak napas
DO :dispnea, pernafasan pendek,penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Goal : klien tidak akan mengalami gangguan pola napas.
Objektif : klien tidak akan mengalami tekanan hiperventilasi

Outcomes : dalam waktu 1 x24 jam, pernapasan klien akan kembali


normal, tidak mengalami hiperventilasi selama dalam
perawatan.
Intervensi dan Rasional
1.
2. Inspeksi kesimetrisan toraks selama pernafasan berlangsung
R/ : Menentukan kecukupan pola napas
3. Ukur volume tidal dan kapasitas vital
R/ : Mengindikasikan volume aliran udara masuk dan keluar paru-paru,
ostruksi jalan napas menyeabkan volume pernapasan turun.
4. Atur pemerian anti infeksi sesuai anjuran
R/ : Mematasi pertumuhan mikroorganisme yang dpt menginfeksi dan
menyebabkan proses inflamasi.
5. Kaji kesehatan dan keutuhan diet
R/: Membantu mempersiapkan diet yang baik
6. Oservasi kecepatan dan kedalaman pernapasan
R/ :Menentukan kecukupan pola napas

d. Ketidakefektifan perfusi jaringan ( kardiopulmonal ) b.d syok hipovolemik


DS : mengeluh pusing,
DO: penurunan tekanan darah, kulit dingin dan lembap, penurunan
haluaran urine, turgor kulit buruk,ronki, krepitasi (crackle)
Goal : klien tidak akan mengalami ketidakefektifan perfusi jaringan
(kardiopulmonal)
Objektif : klien tidak akan mengalami syok hipovolemik
Outcomes : Dalam waktu 1 x 24 jam keefektifan perfusi jaringan kembali
ke batas normal dan tidak lagi mengalami syok hipovolemik
selama dalam perawatan.
Itervensi dan Rasional :
1) Berikan pendidikan kesehatan tentang regimen medis (diet,
pengobatan, pembatasan aktivitas) kepada pasien
R/ memungkinkan klien berperan aktif dalam pemeliharaan kesehatan.
2) Berikan cairan atau darah sesuai program untuk pasien.pantau pasien
untuk mengetahui adanya reaksi yang merugikan seperti kelebihan
cairan atau reaksi tranfusi.
R/ pemberian cairan atau resusitasi darah yang berlebihan dapat
mengakibatkan dekompensasi jantung.
3) Lakukan pemeriksaan berat jenis urine. Catat dan laporkan adanya
abnormalitas.
R/ urine yang pekat disertai peningkatan berat jenis merupakan
indicator hipovolemik.
4) Timbang berat badan setiap hari sebelum sarapan

R/ dapat memperkirakan status cairan total serta perubahan berat


badan.observasi hemoglobin, hematokrit, hitung sel darah putih, dan
pemeriksaan koagulasi pasien. Frekuensi tergantung pada tingkat
keparahan masalah pasien.

e. Hipertermi b.d proses infeksi dan dampak sekunder dari diare


DS : klien mengelu suhu bandan panas.
DO : : Rubur, dolor, kalor, fungtio leasa
Goal : klien akan mampuh mengatasi hipertermi
Objektif : klien akan mampuh mengatasi proses infeksi dan dampak
sekunder dari diare. ( S : 36-37,5 C, Tidak terdapat tanda infeksi : rubur,
dolor, kalor, fungtio leasa).
Outcomes : dalam waktu 1x24 menit suhu tubuh kembali pada batas
nomal selama dalam perawatan
Intervensi dan rasional
1. Jelaskan masalah, factor penyebab, dan cara mengatasinya kepada klien
dan keluarga klien.
R/ agar klien dan keluarga dapat mengenal masalah dan dapat mengatasi
masalah yang terjadi.
2. Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas
tubuh
3. Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak
4. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya
infeksi).
f. Intolerasi aktivitas b.d kelemahan umum.
DS : mengeluh lemah.
DO : nadi melemah ,
Goal : klien mampuh mengatasi intoleransi aktivitas secara adekuat.
Objektif : klien mengatakan mampuh mengatasi kelemahan umum
secara adekuat
Outcomes : dalam waktu 1x24 jam klien dapat beraktivitas dengan baik
dan kelemahan umum telah teratasi secara adekuat.
Intervensi dan Rasional
1) Diskusikan dengan pasien tentang perluhnya beraktivitas .
R/ untuk mengomunikasikan kepada pasien bahwa aktivitas akan
meningkatkan kesejateraan fisik dan psikososial.

2) Ajarkan kepada pasien cara menghemat energi ketika menlakukan


aktivitas hidup sehari-hari. Contohnya duduk di kursi ketika berpakaian,
memakai baju yang mudah dikenakan.
R/ tindakan tersebut dapat menurunkan metabolisme seluler dan
kebutuhan oksigen.
3) Ajarkan kepada pasien cara latihan yang dapat meningkatkan kekuatan
dan ketahan.
R/ yang dapat meningkatkan pernapasan dan secara bertahap
meningkatkan aktivitas.
4) Pantau respon fisiologis terhadap peningkatan aktivitas (termaksut
respirasi, denyut dan irama jantung,serta tekanan darah ).
R/ untuk meyakinkan bahwa frekuensi kembali normal beberapa menit
setelah beraktivitas.

g. Gangguan integritas kulit b.d peningkatan frekwensi BAB (diare)


DS : mengeluh kulit kering atau terkelupas
DO : Radiasi, mobilisasi fisik, Kelembaban kulit dan udara, Ekskresi dan
atau sekresi.
Goal : klien akan mampuh mengatasi integritas kulit
Objektif : klien akan mampuh mengatasi peningkatan frekuensi BAB
(Diare)
Outcomes : dalam waktu 1 x 24 jam integritas kulit klien kembali normal
dan peningkatan frekuensi BAB (diare) teratasi dengan baik.
Intervensi dan Rasional
1. Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman
2. Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah
dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena
kelebaban dan keasaman feces
4. Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga
tak terjadi iskemi dan irirtasi
4. Implementasi keperawatan
implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dtetapkan sebelumnya berdasarkan masalah keperawatan yang ditentukan.

5. Evaluasi keperawatan
1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.
2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
3. Integritas kulit kembali normal.
4. Rasa nyaman terpenuhi.
5. Pengetahuan kelurga meningkat.

Perencanaa pulang dan perawatan dirumah


Ajarkan kepada orang tua dan anak tentang higiene personal dan
lingkungan.
Mencuci tangan yang baik
Pembuangan sampah medis atau ekskreta
Penyiapan makanan yang memenuhi syarat kesehatan
Keamanan air minum.
Kuatkan informasi tentang diet yang diberikan untuk orang tua tentang
perencanaan menu.
Ajarkan kepada orang tua untuk mengobservasi dan melaporkan
adanya tanda-tanda dehidrasi atau masalah dengan rehidrasi oral dan
kemajuan makanannya.
Ajarkan kepada orang tua tentang perjanjian pemeriksaan tindak lanjut.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne, C, dan Brenda G. Bare. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth. Edisi VII. Jakarta : EGC. 2001.
Cecily Lynn Betz (2009). Buku Saku keperawatan pediatri. Ed. 5 Jakarta: EGC Gouzali
Saydam (2011). Memahami Berbagai Penyakit. Ed.1.
Doenges E. Marilynn, Moorhouse F. Mary, Geissler C. Alice. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta
Tayilor.M.C & Ralph. S.S Diagnosis Keerawatan Dengan Rencana Asuhan.Edisi
10.EGC.2010..
Mansjoer, Arif, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius,
1999.

Hayes. P. C, David W. & Gimson. A.E.S Segi Praktik Gastroenterology & Hepatologi
1988.
DR. SUJONO H. Gastroenterologi, Bandung 1983

You might also like