You are on page 1of 87

BAB I

PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan
multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat
bervariasi. Dalam konsep stres-adaptasi penyebab perilaku maladaptive
dikonstrukkan sebagai tahapan mulai adanya factor predisposisi, faktor
presipitasi dalam bentuk stressor pencetus, kemampuan penilaian terhadap
stressor, sumber koping yang dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping
yang dipilih oleh seorang individu.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbedabeda terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan
perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tersebut tertuang dalam
bentuk model konseptual jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda
dengan pandangan model sosial, model perilaku, model eksistensial,
model medical, berbeda pula dengan model stres-adaptasi. Masing-masing
model memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa.
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang
dimaksud dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien
gangguan yang bervariasi bertujuan mengubah perilaku klien gangguan
jiwa dengan perilaku maladaptivenya menjadi perilaku yang adaptif.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas yang menyebutkan pendekatan
pada penanganan klien jiwa sangat bervariasi maka dari itu penulis
merumuskan masalah apa saja penanganan klien gangguan jiwa yang

C.

dilakukan melalui terapi modalitas.


Tujuan
a) Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan ini adalah memenuhi tugas mata kuliah
keperawatn jiwa II dan menjabarkan tentang terapi modalitas
Terapi Modalitas ... 1

b) Tujuan Khusus
Mengetahui jenis-jenis terapi modalitas
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
terapi kognisi
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
logoterapi
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
terapi keluarga
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
terapi lingkungan
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
terapi psikoreligius
Mengetahui dan mempelajari konsep dan peranan perawat dalam
terapi kelompok
Mengetahui dan mempelajari konsep program perencanaan pulang

Terapi Modalitas ... 2

BAB II
PEMBAHASAN
A. TERAPI KOGNISI
1. Konsep Gangguan Kognisi
Secara garis besar gejala gangguan jiwa dikelompokan menjadi
empat kelompok besar yaitu : gangguan kognisi (cognitive), gangguan
kemauan (volition), gangguan emosi dan afek (emotion and afect),
gangguan

psikomotor

(psycomotor).

Masing-masing

kelompok

gangguan dibagi lagi menjadi beberapa kelompok yang sangat rumit


dan kompleks.
Gangguan kognisis adalah adanya masalah dalam proses mental
yang dengannya seseorang individu menyadari dan mempertahankan
hubungan dengan lingkungannya baik lingkungan dalam maupun
lingkunga luarnya (fungsi mengenal). Bagian-bagian dari proses
kognisi bukan merupakan kekuatan yang terpisah-pisah, tetapi
sebenarnya ia merupakan cara dari seseorang individu untuk berfungsi
dalam hubungannya dari lingkungannya.
Proses kognisi meliputi:
Sensasi dan persepsi
Perhatian
Ingatan
Asosiasi
Pertimbangan
Kesadaran
a) Pengertian Cognitive Behavioral Therapy
Cognitive behavioral therapy : aplikasi dari berbagai variasi
teori belajar dalam kehidupan. Tujuannya adalah untuk menolong
seseorang keluar dari kesulitannya dalam berbagai bidang
pengalaman.
Sering kali masalah tersebut terjadi dalam konteks masalah medis
atau gangguan psikiatrik. Teknik kognitif terafi dapat diterapkan
dalam bidang pendidikan, ditempat kerja, dalam kegiatan
konsumen, dan olahraga.dalam situasi tersebut cognitive behavioral
therapy dapat menolong sesorang dalam pertumbuhan prestasinya
dengan meningkatkan kemampuan kopingnya. Hal ini dapat
Terapi Modalitas ... 3

digunakan oleh perawat diberbagai bagian dan berbagai lapangan


kesehatan untuk meningkatkan respon koping dan merubah
perilaku maladaptive. Hal ini sangat penting bagi pengetahuan
perawat dalamm intervensi keperawatan melalui konsep rentang
sehat sakitnya.
Cognitive behavioral therapy berfokus pada masalah dan
berorientasi pada tujuan, diarahkan pada masalah-masalah yang
berkembang pada situasi sekarang dan saat ini (deals with here and
now issue). Memandang individu sebagai pengambil keputusan
utama dalam menyelesaikan masalah.
b) Bentuk Distorsi Kognisi Pada Klien
Tabel 2.1 Bentuk Distorsi Kognisi
No
Kelainan kognisi
1
Overgeneralization

Pengertian
Menggambarkan

Contoh
Seorang mahasiswa

kesimpulan secara

yang gagal dalam

menyeluruh segala

ujian mengatakan

sesuatu berdasarkan kayaknya saya

Personalization

kejadian tunggal.

enggak lulus dalam

Menghubungkan

setiap ujian.
atasan saya

kejadian diluar

mengatakan

terhadap dirinya

produktivitas

meskipun hal

perusahaan sedang

tersebut tidak

menurun tahun ini,

beralasan.

saya yakin kalau


pernyataan ini
ditujukan pada diri

Dichotomus thinking

Berfikir ekstrim,

saya.
bila suami saya

menganggap segala

meninggalkan saya,

sesuatunya selalu

saya mikir saya

sangat bagus atau

lebih baik mati.

sangat buruk.
Terapi Modalitas ... 4

Catastrophizing

Berfikir sangat

saya lebih baik

buruk tentang orang tidak mengisi


dan kejadian

formulir promosi
jabatan itu, sebab
saya tidak
menginginkan dan
tidak akan nyaman

Selective abstraction

Berfokus pada

dengan jabatan itu.


Seorang istri

detail, tetapi tidak

percaya bahwa

relefan dengan

suaminya tidak

informasi yang

mencintainya sebab

baik.

ia datang terlambat
dari pekerjaannya,
tetapi ia
mengabaikann
perasaannya, hadiah
dari suaminya tetap
diterima dan libur
bersama tetap

Arbitary inference

Mind reading

Menggambarkan

direncanakan.
Teman saya tidak

kesimpulan yang

pernah lama

salah tanpa

menyukai saya

didukung data

sebab iya tidak mau

Percaya bahwa

diajak pergi.
Mereka pasti

seseorang

berfikir bahwa

mengetahui

dirinya terlalu kurus

pemikiran orang

atau terlalu gemuk.

lain tentang
mengecek
Terapi Modalitas ... 5

magnification

kebenarannya.
Exagreggating the

Saya telah

imfortance of

meniggalkan makan

events.

malam saya, hal ini


menunjukan saya
betapa tidak

Externalization of self

Menentukan peta

kompetennya saya.
Saya sudah

worth

nilai diri sendiri

berusaha untuk

untuk diterapkan

kelihatan baik setiap

pada orang lain.

waktu tetapi temanteman saya yang


tidak menginginkan
saya berada
disampingnya.

2. Peran Perawat Jiwa dalam Kognitif Terapi


Perawat jika memiliki peran penting dalam berbagai kognitif
terapi dirumah sakit jiwa. Peran tersebut terutama adalah bertindak
sebagai leader, fasilitator, evaluator, dan motivator. Teknik kogtip terapi
di rumah sakit jiwa dapat bermanfaat secara efektif terhadap berbagai
masalah klinik untuk semua rentang usia.masalah-masalah meliputi:
kecemasan (unxiety), gangguan afek (afektive), masalah makan
(eating), schizofrenia, ketergantungan zat (subtenabouse), gangguan
kepribadian (personality disorder). Hal ini pun bisa diterapkan pada
anak , dewasa, keluarga baik secara kelompok atau individual. Secara
umum kognitif terapi meliputi beberapa teknik dengan tujuan sebagai
berikut:
Meningkatkan aktivitas yang diharapkan (increasing activity).

Terapi Modalitas ... 6

Menurunkan perilaku yang tidak dikehendaki (reducing unwanted

behavior).
Meningkatkan rekreasi (increasing pleasure).
Meningkatkan dan memberi kesempatan dalam kemampuan sosial
(enchacing sosial skill).
Ada beberapa teknik kognitip terapi yang harus diketahui oleh

perawat jiwa. Pengetahuan tentang teknik ini merupakan syarat agar


peran perawat jiwa bisa berfungsi secara optimal. Dalam pelaksanaan
teknik-teknik ini harus dipadukan dengan kemampuan lain seperti
teknik komter, milieu therapy dan kounseling. Beberapa teknik tersebut
antara lain:
a. Teknik restrukturisasi kognisi (restracturing kognitive)
Perawat berupaya untuk mempasilitasi klien

dalam

melakukan pengamatan terhadap pemikiran dan persamaan yang


muncul. Teknik restruturisasi dimulai dengan cara memperluas
kesadran diri dan mengamati perasaan dan pemikiran yang mungkin
muncul. Biasanya dengan menggunakan pendekatan 5 kolom.
Masing-masing kolom terdiri atas perasaan dan pikiran yang muncul
saat menghadapi masalah terutama yang dianggap menimbulkan
kecemasan saat ini. Sebagai contoh kecemasan yang muncul pada
klien saat suaminya datang terlambat.
Tanggal
Tanggal

Situasi emosi
Kejadian nyata

Pikiran
otomatis
Pikiran

Respon rasional
Tulis respon

Hasil
Tulis

saat

yang

otomatis

rasional

kembali

masalah

menyebabkan

yang

terhadap

tingkat

dirasakan

ketidaknyaman

muncul

pemikiran

kepercayaa
n terhadap

sedih,

yang muncul.
Tuliskan

khayalan yang

marah,

presentasi

pikiran

menyebabkan

cemas.
Skala

kepercayaann

otomatis 1

ya dalam

sampai

an emosi.
Pokok pikiran,

ketidaknyaman
an emosi.

khususnya

emosi

presentase

rentang 0
Terapi Modalitas ... 7

dalam

sampai 100

rentang

%.

100%.
Presentase

0%

emosi

sampai

secara

100%.

khusus saat
sekarang
dalam
rentang

sampai
5

April Suami belum

2007

jam

Pikiran

Mungkin

datang biasanya

otomatis

mobilnya

10.00

jam 4 sore

yang

mogok

malam

sudah datang

muncul

sekarang sudah

cemas,

dijalan.
Mungkin ada

jam 12 malam.

marah,

pekerjaan

Tidak ada

cemburu.
telepon dan tiak Cemas
20%
memberi kabar.
Marah
Jangan-jangan
selingkuh atau
ketemu bekas
pacarnya atau
membawa

50%
Cemburu
30%

100%.
Cemas 10%
Marah 20%
Cemburu
5%

yang harus
segera
diselesaikan
menyangkut
rencana
seminar
nasional.
Mungkin

wanita lain

tidak pulsa

dengan

dan tidak

mobilnya.

sempat
telepon.
Ada tugas
mengajar
mendadak
keluar kota.
Terapi Modalitas ... 8

Tidak
mungkin
membawa
wanita lain
sebab belum
pernah terjadi
sebelumnya.
Tidak pernah
ada data
berhubungan
dengan bekas
pacarnya.
Suami sangat
sayang pada
saya dan bisa
dipercaya.
Suami
penganut
agama yang
taat.
Perawat jiwa dapat memberikan blanko restructuring
cognitive, untuk kemudian diisi oleh klien. Setelah mendapatkan
penjelasan seperlunya, maka hasil analisa klien dan blanko yang
sudah terisi dibahas secara bersama.
b. Teknik penemuan fakta-fakta (questioning the evidence)
Perawat jiwa mencoba memfasilitasi klien agar membiasakan
menuangkan pikiran-pikiran abstraknya secara kongkrit dalam
bentuk

tulisan

untuk

memudahkanmenganalisanya.

Tahap

selanjutnya yang harus dilakukan perawat saat memfasilitasi kognitif


terapi adalah mencari fakta yang mendukung keyakinan dan
kepercayaannya. Teknik penemuan kata juga mencakup pencarian
sumber-sumber data yang berkaitan.klien yang mengalami distori
Terapi Modalitas ... 9

dalam pemikirannya

serigkali memberikan bobot yang sama

terhadap semua sumber data atau data-data yang tidak disadarinya,


seringkali klien menganggap data-data itu mendukung pemikiran
buruknya. Data bisa diperoleh dari staf, keluarga atau anggota lain
dalam masyarakat sebagai support dalam lingkungan sosialnya.
Lingkungan tersebut dapat memberikan masukan yang lebih realistik
kepada klien dibanding dengan pemikiran-pemikiran buruknya.
Dalam

hal

ini

penenmuan

fakta

dapat

berfungsi

sebagai

penyeimbang pendapat klien tentang pikiran buruknya. Berdasarkan


data-data yang bisa diprcaya klien bisa mengambil kesimpulan yang
tepat tentang perasaannya selama ini. Misalnya pada saat klien di
PHK, muncul perasaan bahwa dirinya memang tidak berprestasi,
kurang pendidikan, atasannya marah dan tidak disukai. Perawat
memfasilitasi klien untuk memilih mana fakta mana perasaan
negatif. Fakta dalah PHK dilakukan karena perusahaan sedang
melakukan restrukturisasi, penghematan dan efisiensi tanpa dilandasi
suka atau tidak suka atau bukan karena marah. Pendidikan mungkin
menjadi

salah

satu

pertimbangan.

Prestasi

juga

menjadi

pertimbangan, tetapi karyawan lain yang memiliki pendidikan lebih


tinggi faktanya turut di PHK. Jumlah PHK yang banyak,
menunjukan bahwa masalah ini tidak hanya ditujukan pada klien
sendiri. Disini klien disuruh memilah mana perasaan negatif dan
mana fakta.
c. Teknik pertemuan alternatif (Examing Alternatives)
Banyak klien melihat bahwa masalah terasa sangat berat
karena tidak adanya alternatif pemecahan lagi. Khususnya fakta ini
berlaku pada klien depresi atau klien dengan percobaan bunuh diri.
Latihan menemukan dan mencari alternatif-alternatif pemecahan
masalah klien bisa dilakukan antara klien dengan bantuan perawat.
Klien dianjurkan untuk menuliskan masalahnya. Mengurutkan
masalah-masalah paling ringan dulu. Kemudian mencari dan
menemukan alternatifnya. Klien depresi atau klien gangguan jiwa
Terapi Modalitas ... 10

lain menganggap masalahnya rumit karena akumulasi berbagai


masalah seperti listrik belum dibayar dan alternatifnya adalah klien
boleh memikirkan tentang :mungkin perlu surat keterangan tidak
mampu. Disini penting sekali bagi perawat untuk merangsang klien
agar berani berfikir lain dari biasanya atau berani berfikir beda.
d. Dekatastropik (decatastrophizing)
Teknik dekatrastropik dikenal juga teknik bila dan apa (the
what- if then). Hal ini meliputi upaya menolong klien untuk
melakukan evaluasi terhadap situasi dimana klien mencoba
memandang masalahnya secara berlebihan. Dari situasi alamiah
untuk melatih beradaptasi dengan hal terburuk dengan apa-apa yang
mungkin terajdi. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan perawat
adalah:
apa hal terburuk yang akan terjadi bila.....
apakah akan gawat sekali bila hal tersebut memang betul-betul
terjadi......
tindakan pemecahan masalah apabila hal tersebut benar-benar
terjadi.... ?
Tujuannya adalah untuk menolong klien melihat konsekuensi
dari kehidupan. Dimana tidak selamanya sesuatu itu terjadi atau
tidak terjadi. Sebagai contoh klien yang tinggal dipantai harus berani
untuk berfikir: apakah yang akan saya lakukan bila sunami tiba-tiba
datang?; gempa tiba-tiba melanda ?; suami tiba-tiba tenggelam?.
e. Reframing
Reframing adalah strategi dalam merubah persepsi klien
terhadap situasi dan perilaku. Hal ini meliputi memfokuskan
terhadapa sesuatu atau asfek lain dari masalah atau mendukung klien
untuk melihat masalahnya sudut pandang yang lain. Klien sering kali
melihat masalah hanya dalam satu sudut pandang saja. Perawat jiwa
penting

untuk

memperluas

kesadaran

tentang

keuntungan-

keuntungan dan kerugian-kerugian dari masalah. Hal ini dapat


menolong klien melihat masalah secara seimbang dan melihat dalam
prespektiv yang baru. Dengan memahami asfek positif dan negatif
dari masalah yang dihadapi klien dapat memperluas kesadaran
Terapi Modalitas ... 11

dirinya. Strategi ini juga memicu kesempatan pada klien untuk


merubah dan menemukan makna baru, sebab begitu makna berubah
maka akan merubah perilaku klien. Sebagai contoh, PHK dapat
dipandang sebagai stressor tetapi setelah klien merubah makna PHK,
ia dapat berfikir bahwa PHK merupakan kesempatan untuk belajar
bisnis, menemukan pengalaman baru, banyaknya waktu bersama
keluarga, saatnya belajar home industry dan meraih peluang kerja
yang lain.
f. Thought Stopping
Kesalahan berfikir seringkali menemukan dampak seperti
bola salju bagi klien. Awalnya masalah tersebut kecil, tetapi lama
kelamaan menjadi sulit dipecahkan. Teknik berhenti memikirkannya
(thought stopping) sangat baik digunakan pada saat klien mulai
memikirkan sesuatu sebagai masalah. Klien dapat menggambarkan
bahwa masalahnya sudah selesai. Mengkhayalkan bahwa bel
berhenti berbunyi. Untuk memulainya, klien diminta untuk
menceritakan masalahnya dan mengatakan rangkuman masalahnya
dalam hayalan. Perawat menyela hayalan klien dengan cara
mengatakan keras-keras berhenti. Setelah itu klien mencoba
sendiri untuk melakukan sendiri tanpa selaan dari perawat.
Selanjutnya klien mencoba menerapkannyadalam situasi keseharian.
g. Learning New Behavior With Modeling
Modeling adalah strategi untuk merubah perilaku baru dalam
meningkatkan kemampuan dan mengurangi perilaku yang tidak
dapat diterima. Sasaran perilakunya adalah memecahkan masalahmasalah yang disusun dalam beberapa urutan kesulitannya.
Kemudian klien melakukan observasi pada seseorang yang berhasil
memecahkan masalah yang serupa dengan klien dengan cara
modifikasi dan mengontrol lingkungannya. Setelah itu klien meniru
perilaku orang yang dijadikan model. Awalnya klien melakukan
pemecahan masalah secara bersama dengan fasilitator. Selanjutnya
klien mencoba memecahkannya sendiri sesuai dengan pengalaman
Terapi Modalitas ... 12

yang diperolehnya bersama fasilitator. Sebagai contoh pada klien


yang memiliki stressor kesulitan ekonomi, klien bisa ikut megang
dulu sambil belajar bisnis atau berdagang dengan orang lain, setelah
mendapatkan pengalam klien bisa melakukannya sendiri.

Terapi Modalitas ... 13

h. Membentuk pola (Shaping)


Membentuk pola perilaku baru oleh perilaku yang
diberikan reinforcment. Setiap perilaku yang diperkirakan sukses
dari

apa-apa

yang

diniatkan

klien

untuk

melakukannya

akandiberikan pujian atau reinforcment. Misalnya anak yang bandel


dan tidak akur dengan orang lain berniat untuk damai dan hangat
dengan orang lain, maka pada saat niatnya itu menjadi kenyataan,
klien diberi pujian.
i. Token Economy
Taken economy adalah bentuk reinforcment positif yang
sering digunakan pada kelompok anak-anak atau klien yang
mengalami masalah psikiatrik. Hal ini dilakukan secara konsisten
pada saat klien mampu menghindari perilaku buruk atau melakukan
hal yang baik. Misalnya setiap berhasil bangun pagi klien mendapat
permen, setiap bangun kesiangan mendapat tanda silang atau gambar
bunga berwarna hitam. Kegiatan berlangsung terus-menerus sampai
suatu saat jumlahnya diakumulasikan.
j. Role play
Role play memungkinkan klien untuk belajar menganalisa
perilaku salahnya melalui kegiatan sandiwara yang dapat dievaluasi
oleh klien dengan memanfaatkan alur cerita dan perilaku orang lain.
Klien dapat menilai dan belajar mengambil keputusan berdasarkan
konsekuensi-konsekuensi yang ada dalam cerita. Klien bisa melihat
akibat-akibat yang akan terjadi melalui cerita yang disuguhkan.
Misalnya klien melihat role play tentang seorang pasien yang tidak
mau makan obat, tidak mau mandi dan sering merokok.
k. Social Skill Training.
Teknik ini didasari oleh keyakinan bahwaketerampilan
apapun diperoleh sebagai hasil belajar. Beberapa prinsip untuk
memperoleh keterampilan baru bagi klien adalah:

Bimbingan
Demonstrasi
Praktik
Feedback
Terapi Modalitas ... 14

Sebagai contoh klien pemalas (abulia), dapat diajarkan


keterampilan membersihkan lantai, perawat mensdemontrasikan cara
membersihkan lantai yang baik, selanjutnya perawat mengupayakan
agar klien mempraktikan sendiri. Perawat melakukan feedback
dengan cara manilai dan memperbaiki kegiatan yang masih belum
sesuai dengan harapan.
l. Aversion Therapy
Aversion therapy bertujuan untuk menghentikan kebiasaankebiasaan buruk klien dengan cara mengarversikan kegiatan buruk
tersebut dengan sesuatu yang tidak disukai. Misalnya kebiasaan
menggigit penghapus saat boring dengan cara membayangkan bahwa
penghapus itu dianggap cacing atau ulat yang menjijikan. Setiap
klien pasien kegemukan melakukan kebiasaan ngemil makanan,
maka ia dianjurkan untuk membayangkan kotoran kambing yang
dimakan terus.
m. Contingency Contracting
Cintingency Contracting berfokus pada perjanjian yang
dibuat antara therapist dalam hal ini perawat jiwa dengan klien.
Perjanjian dibuat dengan punisment dan reward. Misalnya bila klien
berhasil mandi tepat waktu atau meninggalkan kebiasaan merokok
maka pada saat bertemu dengan perawat hal tersebut akan diberikan
reward. Konsekuensi yang berat telah disepakati antara klien dengan
perawat terutama bila klien melanggar kebiasaan buruk yang sudah
disepakati untuk ditinggalkan.

Terapi Modalitas ... 15

B. LOGOTERAPI
1. Konsep Logoterapi
a) Pengertian Logoterapi
Logoterapi diperkenalkan oleh Viktor Frankl, seorang dokter
ahli penyakit saraf dan jiwa (neuro-psikiater). Logoterapi berasal
dari kata logos yang dalam bahasa Yunani berarti makna
(meaning) dan juga rohani (spirituality), sedangkan terapi adalah
penyembuhan atau pengobatan. Logoterapi secara umum dapat
digambarkan sebagai corak psikologi/ psikiatri yang mengakui
adanya dimensi kerohanian pada manusia di samping dimensi ragawi
dan kejiwaan, serta beranggapan bahwa makna hidup (the meaning
of life) dan hasrat untuk hidup bermakna (the will of meaning)
merupakan motivasi utama manusia guna meraih taraf kehidupan
bermakna (the meaningful life) yang didambakannya. Ada tiga asas
utama logoterapi yang menjadi inti dari terapi ini, yaitu:
1. Hidup itu memiliki makna (arti) dalam setiap situasi, bahkan
dalam penderitaan dan kepedihan sekalipun. Makna adalah
sesuatu yang dirasakan penting, benar, berharga dan didambakan
serta memberikan nilai khusus bagi seseorang dan layak dijadikan
tujuan hidup.
2. Setiap manusia memiliki kebebasan yang hampir tidak terbatas
untuk menentukan sendiri makna hidupnya. Dari sini kita dapat
memilih makna atas setiap peristiwa yang terjadi dalam diri kita,
apakah itu makna positif atupun makna yang negatif. Makna
positif ini lah yang dimaksud dengan hidup bermakna.
3. Setiap manusia memiliki kemampuan untuk mangambil sikap
terhadap peristiwa tragis yang tidak dapat dielakkan lagi yang
menimpa dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. Contoh yang
jelas adalah seperti kisah Imam Ali diatas, ia jelas-jelas
mendapatkan musibah yang tragis, tapi ia mampu memaknai apa
yang terjadi secara positif sehingga walaupun dalam keadaan
yang seperti itu Imam tetap bahagia.
b) Ajaran Logoterapi
Terapi Modalitas ... 16

Ketiga asas itu tercakup dalam ajaran logoterapi mengenai


eksistensi manusia dan makna hidup sebagai berikut.
a. Dalam setiap keadaan, termasuk dalam penderitaan sekalipun,
kehidupan ini selalu mempunyai makna.
b. Kehendak untuk hidup bermakna merupakan motivasi utama
setiap orang.
c. Dalam batas-batas tertentu manusia memiliki kebebasan dan
tanggung jawab pribadi untuk memilih, menentukan dan
memenuhi makna dan tujuan hidupnya.
d. Hidup bermakna diperoleh dengan jalan merealisasikan tiga nilai
kehidupan, yaitu nilai-nilai kreatif (creative values), nilai-nilai
penghayatan (eksperiental values) dan nilai-nilai bersikap
(attitudinal values).
c) Tujuan Logoterapi
Tujuan dari logoterapi adalah agar setiap pribadi memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada
pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang
dianutnya :
1. Menyadari bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan,
terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
2. memanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari
penderitaan untuk mamp[u tegak kokoh menghadapi berbagai
kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih
kualitas hidup yang lebih bermakna.
d) Pandangan Logoterapi terhadap Manusia
Menurut Frankl manusia merupakan kesatuan utuh dimensi
ragawi, kejiwaan dan spiritual. Unitas bio-psiko-spiritual. Frankl
menyatakan bahwa manusia memiliki dimensi spiritual yang
terintegrasi dengan dimensi ragawai dan kejiwaan. Perlu dipahami
bahwa sebutan spirituality dalam logoterapi tidak mengandung
konotasi keagamaan karena dimens ini dimiliki manusia tanpa
memandang ras, ideology, agama dan keyakinannya. Oleh karena

Terapi Modalitas ... 17

itulah Frankl menggunakan istilah noetic sebagai padoman dari


spirituality, supaya tidak disalah pahami sebagai konsep agama.
Dengan adanya dimensi noetic ini manusia mampu
melakukan self-detachment, yakni dengan sadar mengambil jarak
terhadap dirinya serta mampu meninjau dan menilai dirinya sendiri.
Manusia adalah makhluk yang terbuka terhadap dunia luar serta
senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia dalam lingkungan
sosial-budaya serta mampu mengolah lingkungan fisik di sekitarnya.
e) Logoterapi sebagai Teori Kepribadian
Kerangka pikir teori kepribadian model logoterapi dan
dinamika kepribadiannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Setiap orang selalu mendambakan kebahagiaan dalam hidupnya.
Dalam pandangan logoterapi kebahagiaan itu tidak datang begitu
saja, tetapi merupakan akibat sampingan dari keberhasilan seseorang
memenuhi keinginannya untuk hidup bermakna (the will to
meaning). Mereka yang berhasil memenuhinya akan mengalami
hidup yang bermakna (meaningful life) dan ganjaran (reward) dari
hidup yang bermakna adalah kebahagiaan (happiness). Di lain pihak
mereka yang tak berhasil memenuhi motivasi ini akan mengalami
kekecewaan dan kehampaan hidup serta merasakan hidupnya tidak
bermakna (meaningless). Selanjutnya akibat dari penghayatan hidup
yang hampa dan tak bermakna yang berlarut-larut tidak teratasi dapat
mengakibatkan

gangguan

neurosis

(noogenik

neurosis)

mengembangkan karakter totaliter (totalitarianism) dan konformis


(conformism).

Terapi Modalitas ... 18

2. Peran Perawat dalam Logoterapi


Keperawatan adalah ilmu dan kiat yang merupakan perpaduan
dan integrasi dari area teori-teori yang bebeda: ilmu-ilmu social,
seperti psikologi dan sosiologi, ilmu-ilmu dasar seperti anatomy,
fisiologi, mikrobiologi dan biokimia, serta llmu medis tentang
diagnosa dan pengobatan terhadap penyakit. Keperawatan adalah ilmu
yang

meliputi

aspek

biopsikososial,

dimana

pengkajian

dan

perencanaan respon manusia terhadap keadaan sakit, hal ini


digambarkan dalam kemampuan pengetahuan biologi, psikologi, dan
system sosial dalam keluarga, sahabat, dan masyarakat sebagai dasar
pelaksanaan

praktik.

Pendekatan

ini

dikenal

dengan

model

keperawatan yang holistik. Konsep logoterapi dalam psikologi penting


sekali diterapkan dalam ilmu keperawatan jiwa. Logoterapi sebagai
ilmu psikologi dapat memperkaya Body of Knowledge keperawatan
jiwa. Konsep dasar logoterapi mengajarkan kepada klien agar tetap
bersikap positif dalam kondisi yang paling sulit sekalipun. Perawat
hendaknya tetap memanfaatkan kondisi lingkungan sebagai bahan
terapi, meskipun keadaan lingkungan penuh dengan stressor. Sharing
dan diskusi antara perawat jiwa dengan klien yang berada dalam
keadaan cemas dan tertekan dapat dilakukan dengan cara selalu
melihat dan menanyakan hikmah apa dibalik semua kejadian yang
sedang menimpa. Dan menjadikan pengalaman tersebut sebagai
terapi, prinsipnya perawat tetap memberikan stimulasi bahwa seburuk
apapun kondisi lingkungan tetap ada kebaikan yang bias kita petik
atau ada pesan tersirat bagi manusia untuk hidup lebih baik. Bila
kondisi lingkungan tersebut mengancam hidup maka saatnya dengan
logoterapi mengalihkan diskusi ke alam transedental berupa harapan
kehidupan yang lebih baik di alam kekal.

Terapi Modalitas ... 19

C. TERAPI KELUARGA
1. Konsep Terapi Keluarga
Dampak negatif dari perawatan diruamh sakit, mendorong
dicanangkannya

pelayanan

kesehatan

jiwa

masyarakat

yaitu

mempertahankan klien sedapat mungkin di masyarakat. Hal ini


mungkin dilakukan melalui integrasi kesehatan jiwa masyarakat di
puskesmas. Dengan demikian maka rentang asuhan keperawatan adalah
dari pelayanan di masyarakat sampai pelayanan secara terus menerus
pada setiap keadaan klien yang mungkin berfluktuasi di sepanjang
rentang sehat-sakit.
Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi
perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya,
keluarga meminta bantuan tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup
lagi merawatnya. Oleh karena itu asuhan keperawatan yang berfokus
pada keluarga bukan hanya memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan
untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan keluarga tersebut. Perawat membantu
keluarga agar dapat/ mampu melakukan lima tugas kesehatan:
1. Mengenal masalah kesehatan.
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan.
3. Memberi perawatan pada anggota yang sehat.
4. Menggunakan sumber yang ada dalam masyarakat. (Bailon dan
Maglaya, 1978)
a. Tujuan terapi keluarga
Pentingnya perawatan

di

lingkungan

keluarga

dapat

dipandang dari berbagai segi yaitu: keluarga merupakan suatu


konteks dimana individu memulai hubungan interpersonal. Keluarga
mempengaruhi nilai, kepercayaan, sikap, dan prilaku klien (Clemen
dan

Buchaman,

1982:

171).

Sedangkan

Spradey

(1985)

mengemukakan bahwa keluarga mempunyai fungsi dasar seperti


memberi memberi kasih sayang, rasa aman, rasa dimiliki, dan
menyiapkan peran dewasa individu di masyarakat.

Terapi Modalitas ... 20

Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem, maka


gangguan jiwa pada suatu anggota keluarga akan mengganggu
semua sistem atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan salah satu
faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa pada anggota keluarga.
Dari kedua pernyataan diatas, dapat disimpulkan betapa pentingnya
peran keluarga pada peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses
penyesuaian kembali setelah
karena

itu

keterlibatan

selesai program perawatan. Oleh

keluarga

dalam

perawatan

sangat

menguntungkan proses pemulihan klien.


b. Model terapi keluarga
Pada saat sekarang ini kegiatan terapi keluarga telah
dikembangkan beberapa pendekatan berupa model-model terapi
keluarga, di antaranya:
1. Teori konsep Bowen
o Pembeda diri: menentukan bagaimana hubungan emosional
dibentuk dan bagaimana perkembangannya dari tiap individu.
Misalnya: menggali siapa saya? Apa peran saya? Hal apa yang
membedakan saya dengan anggota kelaurga lainnya? Hal apa
yang membedakan saya dengan anggota keluarga lainnya?
(umur, tugas, tanggung jawab, kebutuhan) dalam keluarga.
o Triagle dibentuk dari beberapa sistem emosi dan respon
emosional automatik dalam keluarga yang digunakan untuk
mengatur dan meredam kecemasan dalam berhubungan.
Menggali bagaimana peran segi tiga: ayah, ibu dan anak agar
dapat mencapai keseimbanggan dan rasa aman dalam keluarga.
o Dinamik (bergerak): proses perpindahan beberapa generasi
suatu keluarga. Isu dan masalah dapat berubah dari satu
generasi ke generasi lain begitu pula pola dari hubungan.
Menggali apa masalah dominan generasi kakek, apa masalah
dominan generasi ayah ibu, apa masalah dominan anak-anak
sekarang, apa potensi masalah generasi berikutnya? Misalnya
penyebab kecemasan keluarga adalah adanya masalah warisan
yang belum selesai pada generasi ayah ibu adalah adanya
Terapi Modalitas ... 21

pernikahan yang melanggar adat atau tabu. Masalah dominan


pada generasi anak adalah masalah narkoba.
o Posisi sibling adalah seorang anggota keluarga ada perhatian
pada sibling lainnya. Peran perawat menggali adakah dalam
keluarga tersebut suasana pilih kasih yang dirasakan oleh anak
tertentu? Adakah seseorang yang merasa mendapat perhatian
lebih atau sangat kurang dibanding anak lainnya? Misalnya
sistem keluarga menjadi terganggu setelah perhatian ibunya
tercurah pada anak yang baru lahir sehingga terjadi pergeseran
peran

sebelumnya

dan

terganggunya

seluruh

sistem

keluarga.Sistem emosi nuclear family berarti pengkajian


diarahkan pada pola dari interaksi keluarga yang meliputi ayah,
ibu, dan anak tanpa ada pihak keluarga lain. Sehingga bentuk
perhatian, kasih sayang, Komunikasi lebih terfokus pada
keluarga inti. Perawat mencoba menganalisa siapa sebenarnya
keluarga inti dan mencoba mengesampingkan anggota
keluarga lain yang bukan keluarga inti.
1) Emosional dihambat: antara keluarga inti mencoba untuk
berlatih menahan amarah, merubahnya menjadi ungkapan
kasih sayang dan saling perhatian. Perawat mencoba
memusatkan pada upaya agar keluarga tidak bersifat
emosional tetapi memecahkan konflik dengan cara hangat
dan intim.
2) Proses proyeksi keluarga: menggambarkan suatu kecemasan
tentang isu yang ditransfer melalui suatu generasi. Fokus
telaahan dimana masalah yang belum tuntas pada suatu
generasi mungkin diwariskan pada generasi berikutnya.
Masalah yang diwariskan dari generasi sebelumnya coba
dianalisa oleh keluarga inti serta dampaknya pada keluarga
inti dengan di fasilitasi perawat.
c. Terapi struktur keluarga
1. Model terapi pada mulanya dikembangkan oleh Minuchin.
Konsep keluarga sebagai suatu sistem sosiokultural terbuka
Terapi Modalitas ... 22

digambarkan

sebagai sarana dalam memenuhi

kebutuhan

adaptasi. Fungsi keluarga berkurang apabila kebutuhan individu


dan anggota keluarga lain dijumpai maladaptif dan tidak bisa
saling

menyesuaikan. Misalnya penyesuaian pola makan dari

latar belakang suami, istri, keponakan, bibi atau anggota keluarga


lain yang berbeda, penyesuaian komunikasi dari pola asuh
sebelumnya yang berbeda.
2. Fokus dari terapi struktur ini adalah perubahan adaptasi
maladptif

menjadi

adaptif

atau

perubahan

pola

dari
untuk

memudahkan perkembangan. Untuk usaha terapi meliputi


hubungan keluarga, evaluasi struktur dasar keluarga. Kemampuan
dan upaya seluruh anggota keluarga untuk saling menerima
perbedaan dan saling memahami karakter.
d. Strategi terapi keluarga
Nama Jay Harley erat hubungannya dengan model ini. Dasar
dari ajaran teori komunikasi adalah sebagai berikut: semua tingkah
laku adalah komunikasi. Terapi ini dapat dilakukan oleh klien
maupun anggota keluarga lainnya. Gambaran terperinci dari problem
dan penentuan tujuan keluarga dalam pengobatan

merupakan

langkah pertama dalam terapi. Strategi terapi meliputi:


1. Reframing; dimana problem ditegaskan kembali oleh ahli terapi/
orang yang melakukan terapi sebagai sesuatu yang dibutuhkan
oleh keluarga. Contoh: problem yang mengandung arti positif
merupakan suatu tipe reframing yang spesifik, dikembangkan
untuk mengartikan suatu masalah.
2. Penegndalian perubahan; contoh: keluarga

diminta

untuk

melaksanakan beberapa tindakan dan target untuk mengatasi


masalah dalam beberapa minggu. Misalnya yang biasa tidak
mencuci baju sendiri belajar untuk mencuci baju.
3. Paradok (kontradiksi/pesan pertentangan); contoh: pertentangan
keluarga yang tinggi akan menyebabkan perubahan suatu respon.
Anggota keluarga yang biasanya dominan mencoba untuk tidak
dominan, yang biasa mengatur berupaya untuk belajar diatur,
Terapi Modalitas ... 23

yang biasa banyak bicara berusaha untuk mendengar dan


sebagainya.
e. Tahapan dalam Terapi Keluarga
Peran dan fungsi perawat tergantung pada pendekatan terapi
seperti dinyatakan pada beberapa model terapi. Aspek umum dari
proses terapi meliputi:
1) Permulaan hubungan dan menjalin trust.
2) Pengakajian dan perencanaan.implementasi dan tahap kerja.
3) Implementasi dan tahap kerja.
4) Evaluasi dan terminasi.
Perawatan yang disiapkan sebagai anggota tim yang
melaksanakan

intervensi

keluarga

atau

melaksanakan

psiko

education bekerja di bawah pengawasan dan petunjuk dari perawat


spesialis klinik psikiatrik atau spesialis kesehatan mental lainnya
yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam terapi kelaurga.
2. Peran Perawat dalam Terapi Keluarga
Dengan bantuan perawat, keluarga diharapkan mempunyai
kemampuan mengatasi masalah dan memelihara stabilitas dari status
kesehatan semaksimal mungkin. Newman menjelaskan strategi
intervensi keperawatan keluarga yang lebih berfokus pada prevensi
primer dan tersier, seperti :
1) mendidik kembali dan mengorientasikan kembali seluruh anggota
keluarga
2) memberikan dukungan kepada klien serta sistem yang mendukung
klien untuk mencapai tujuan dan usaha untuk berubah
3) mengkoordinasi dan mengintegrasikan sumber pelayanan kesehatan
4) memberi penyuluhan, perawatan di rumah, psiko edukasi,dll
Aktifitas :
oKomponen dikdaktik : memberikan informasi & pendkes tentang
gangguan jiwa, sistem keswa & yankep.
oKomponen

ketrampilan

latihan

komunikasi,

asertif,

menyelesaikan konflik, mengatasi perilaku & stress

Terapi Modalitas ... 24

oKomponen emosi : memberikan kesempatan untuk memvalidasi


perasaan & bertukar pengalaman
oKomponen proses keluarga fokus pada koping keluarga & gejala
sisa terhadap keluarga.
oKomponen sosial : meningkatkan penggunaan dukungan jaringan
formal/informal untuk klien & keluarga
Proses perawatan yang melibatkan klien dan keluarga akan
membantu proses intervensi dan menjaga agar klien tidak kambuh
kembali setelah pulang. Khusus untuk keluarga yang memiliki
anggota dengan gangguan jiwa, sangat penting merencanakan pulang
klien dengan keluarganya. Jiip dan Sine (1986) mengemukakan
tujuan rencana pulang klien sebagai berikut:
1. Menyiapkan klien daan keluarga secara fisik dan sosial serta
psikologi.
2. Meningkatkan kemandirian klien dan keluarga.
3. Menyelenggarakan rentang perawatan antara rumah sakit dan
masyarakat.
4. Melaksanakan proses pulang yang bertahap.

Terapi Modalitas ... 25

Perawat Mengkaji Indikasi Terapi Keluarga


Terapi keluarga berguna untuk klien yang:
1. Segan terhadap psikoterapi individu karena takut , tidak percaya
pada terapi, menentang keras terapi, melawan figur orangtua.
2. Tidak/ kurang berpengalaman dengan saudara-saudaranya
mempunyai pertentangan dengan anggota keluarga lain tidak/
sukar menyesuaikan diri dalam keluarga.
3. Ada salah satu anggota keluarga yang mempunyi intelegensi
rendah atau komunikasi keluarga yang terhambat.
Melibatkan Keluarga dalam Mencegah Klien Kambuh
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien
dan merupakan perawat utama bagi klien. Keluarga berperan
dalam menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.
Keberhasilan perawat dirumah sakit dapat sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus
dirawat kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di
RS akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di
rumah sehigga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa
dapat dipandang dari berbagi segi. Pertama, keluarga merupakan
tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga merupakan institusi pendidikan utama
bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap dan perilaku (clement dan buchanan, 1982: 171).
Individu menguji coba perilakunya di dalam keluarga, dan
umpan balik keluarga mempengaruhi individu dalam mengadopsi
perilaku tertentu. Semua ini merupakan persiapan individu untuk
berperan di masyarakat.

Terapi Modalitas ... 26

Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan


yang terjadi pada salah satu anggota merupakan salah satu anggota,
dapat mempengaruhi seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga
merupakan salah satu penyebab gangguan pada anggota.
Pelayanan kesehatan jiwa yang ada merupakan fasilitas yang
membantu klien dan keluarga dalam mengembangkan kemampuan
mencegah terjadinya masalah, menanggulangi berbagai masalah dan
mempertahankan keadaan adaptif.
Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah
keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah
(Sullinger, 1988). Menurut sullinger (1988) dan Carson/ Ross
(1987), klien dengan diagnosa skizofenia diperkirakan akan kambuh
50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua, dan 100% pada
tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena perlakuan yang
salah selama di rumah atau di masyarakat.
Peran keluarga dalam mencegah kekambuhan klien
Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di
rumah sakit, menurut Sullinger (1988):
1. Klien; sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan
obat secara teratur mempunyai kecendrungan untuk kambuh.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukan 25% sampai 50% klien
yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur.
2. Dokter (pemberi resep); makan obat yang teratur dapat
mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptik yang
lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang
dapat menggangu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol. Dokter yang memberi resep diharapkan tetap waspada
mengidentifikasi dosis terapeutik yang dapat mencegah kambuh
dan efek samping.
3. Penanggung jawab klien; setelah klien pulang ke rumah maka
perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program
adaptasi klien di rumah.
Terapi Modalitas ... 27

4. Keluarga; berdasarkan penelitian di inggris memperliahatkan


bahwa keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi {bermusuhan,
mengkritik, banyak melibatkan diri dengan klien diperkirakan
kambuh daam waktu 9 bulan, hasilnya 57% kembali dirawat dari
keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali
dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi kelaurga yang
rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang
menyenangkan

(naik

pangkat,

menikah)

maupun

yang

menyedihkan (kematian/ kecelakaan). Dengan terapi keluarga


klien dan kelaurga dapat mengatasi dan mengurangi stress.
Herz dan Menville (1980, dkutip oleh Sullinger, 1988)
mengkaji beberapa gejala kambuh yang diidentifikasi oleh klien dan
keluarganya, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Nervous
Tidak nafsu makan
Sukar konsentrasi
Sulit tidur
Depresi
Tidak ada minat
Menarik diri
Setelah klien pulang kerumah, sebaiknya klien melakukan

perawatan lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai


program kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang menangani klien
dapat menganggap rumah klien sebagai ruangan perawatan .
Perawat, klien, dan keluarga besar sama untuk membantu proses
adaptasi klien di dalam kelaurga dan masyarakat. Perawat dapat
membuat kontrak dengan kelaurga tentang jadwal kunjungan rumah
dan after care di puskesmas.
Contoh jadwal kunungan rumah
Minggu pertama

= 2 x per hari

Minggu kedua

= 1 x per hari

Minggu ketiga

= 3 x per minggu

Minggu keempat

= 2 x per minggu
Terapi Modalitas ... 28

Minggu kedua 6 bulan selanjutnya

= 1 x per minggu

Contoh jadwal after care


Bulan pertama

= 2 x per bulan, ditemani dengan keluarga

Bulan kedua

= 2 x per bulan, diantar ke kendaraan

Bulan ketiga

= 2 x perbulan, sendirian

Selanjutnya

=1 x per bulan, sendirian

Jadwal kunjungan rumah dan after care dapat dimodifikasi


sesuai dengan kebutuhan klien. Perawat , membantu klien dan
kelaurga menyesuaikan diri di lingkungan keluarga, dlam hal
sosialisasi, perawatan mandiri dan kemampuan memecahkan maslah.
Perawat dapat memantau danmengidentifikasi gejala kambuh dan
segera melakukan tindakan sehingga dapat dicegah perawatan
kembali di rumah sakit.
Peran kelaurga dalam terapi
1. Membuat suatu keadaan diman anggota keluarga dapat melihat
bahaya terhadap diri klien dan aktivitasnya.
- Mengurangi rasa tajut.
- Memberikan arahan.
- Menolong mereka dapat merasa senang dengan proses
terapinya.
- Menerima keahlian dan melakukan perannya dengan baik.
2. Tidak merasa takut dan mampu bersikap terbuka
- Menyusun pertanyaan untuk membantu mengurangi rasa takut.
- Menguatkan anggapan anggota dan menanyakan anggpan
individu.
- Mendapat fakta tentang rencana, proses, kelemahan dalam
rencana, persepsi pribadi dan orang lain, persepsi peran,
komunikasi yang baik dan tekniknya, perasaan seksual dan
aktivitas.
- Merespon dengan keyakinan hati anggota.
3. Membantu anggota bagaimana memandang orang lain.
- Observasi sharing bagaimana angota memanifestasikan
dirinya.
- Mengajarkan anggota bagaimana mengobservasi sharing
mereka dengan orang lain.
Terapi Modalitas ... 29

- Menayangkan videotape atau audiovisual yang mendukung


visi keluarga.
4. Bertanya dan memberikan informasi tak berbelit; memudahkan
dalam memberi dan menerima informasi yang memudahkan bagi
anggota kelarga untuk melakukannya.
5. Membangun self esteem.
- Dengan menyatakan saya menghargai kamu .
- Mencantumkan sesuatu yang berharga bagi seseorang.
- Ajukan pertanyaan yang dapat dijawab oleh anggota keluarga.
- Menekankan bahwa ahli terapi dan anggota kelaurga sanggup
belajar dari terapi.
- Merespon sebagai seseorang yang mengerti atau sungguhsungguh dapat mengevaluasi.
- Tidak ada pencapaian hasil yang lalu.
- Menanyakan anggota keluarga yang lain, apakah klien dapat
membawa kebahagiaan bagi anggota keluarga.
6. Menurunkan ancaman dengan latar belakang atauran untuk
interaksi.
- Melihat kembali aturan di rumah dimana semua anggota
berpatrisipasi.
- Demokratis.
- Meyakinkan bahwa tidak ada orang yang membicarakan atau
menyinggung orang lain.
- Menolong setiap orang berbicara dengan benar sehingga orang
lain dapat mendengar.
- Menggunakan pendekatan humor.
- Menciptakan ketenangan untuk kontrol.
7. Menurunkan ancaman dengan struktur

pembahasan

yang

sistematis.
- Memberitahukan tujuan dengan jelas sampai akhir terapi atau
batas waktu untuk reevaluasi.
- Memperliahatkan keluarga sebagai suatu kesatuan bukan
bagian.
- Melaihat bagian atau sub sistem dari keluarga untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan baik.
- Menurunkan ancaman.
- Diskusikan marah dan ketersinggungan secara terbuka.
8. Pendidikan ulang anggota untuk bertanggung jawab.
Terapi Modalitas ... 30

- mengingatkan anggota keluarga bahwa mereka dapat merubah


diri mereka sendiri.
- keterbukaan antar anggota keluarga.
D. TERAPI LINGKUNGAN
1. Konsep Terapi Lingkungan
Manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek
lingkungan harus mendapat perhatian khusus dalam kaitannya untuk
menjaga dan memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat
dengan stimulasi psikologis seseorang yang akan berdampak pada
kesembuhan, karena lingkungan tersebut akan memberikan dampak
baikpada kondisi fikik maupun psikologis seseorang.

Terapi Modalitas ... 31

Lingkungan dan situasi rumah sakit yang asing serta


pengalaman perawatan yang tidak menyenangkan akan memberi
pengaruh yang besar terhadap kemampuan adaptasi pasien dengan
gangguan fisik dan gangguan mental. Lingkungan tersebut akan
berpengaruh pula pada proses perawatan dirumah sakit, hal ini pada
akhirnya akan menentukan keberhasilan perawatan dan pengobatan.
Adanya kecenderungan rumah sakit menjadi stressor bagi pasien seperti
banyaknya keluhan masyarakat yang menyatakan rumah sakit bau
alkohol, bau darah, bau obat, semeraut dengan lalulalang pengunjung
dan petugas kesehtan dengan warna yang monoton, udara yang terbatas
dan limbah medis yang berbahaya.hal tersebut bertolak belakang
dengan tujuan penyembuhan pasien dimana pasien yang sakit
membutuhkan suasana yang nyaman, karena pasien yang sedang
mengalami kelemahan fisik dan kerusakan sel-sel tubuh membutuhkan
waktu istirahat yang berfungsi untuk pemulihan dan proses floriferation
sel yang rusak.
Dalam penerapan psikologi lingkungan harus memperhatikan
interdisipliner ilmu-ilmu lain, misalnya pada penatalaksanaan pasien
yang mengalami gangguan mental perlu adanya kerja sama antara
dokter, peawat, psikolog, dan ahli lingkungan sehingga dalam
penatalaksaannya pasien dilakukan secara komprehensif.
Menurut ICN (1997) yang dikutip oleh suhaemi (1997) bahwa
pada tahun 2020 nanti diseluruh dunia akan terjadi pergeseran penyakit.
Penyakit infeksi akan dapat dikendalikan, AIDS terus menjadi masalah
utama, masalah kesehatan mental akan menjadi The global burdan of
deseases (Michard dan Chaterina, 1999). Hal ini akan menjadi
tantangan bagi public health policy yang secara tradisional memberi
perhatian yang lebih terhadap penyakit infeksi. Standar pengukuran
untuk kebutuhan kesehatan global secara tradisional adalah angka
kematian akibat penyakit. Ini telah menyebabkan gangguan mental
seolah-olah bukan masalah. Dengan adanya indikator baru., yaitu
DALY (Disability Adjusted Life Year), diketahuilah bahwa gangguan
Terapi Modalitas ... 32

mental psikiatrik merupakan masalah kesehatan utama secara


internasional.
Perubahan sosial ekonomi yang amat cepat dan situasi sosial
politik indonesia yang tidak menentu menyebabkan semakin tingginya
angka pengangguran, kemiskinan dan kejahatan, situasi ini dapat
meningkatkan angka kejadian krisis dan gangguan mental dalam
kehidupan manusia. Pada saat ini terjadi peningkatan sekitar 20% (Atai
Otong, 1994). Pasien gangguan mental seringkali mendapat isolasi
sosial, diasingkan dari lingkungan, terbuang dari keluarga dan
mendapat perlakuan fisik yang kurang manusiawi sehingga upayaupaya dalam modifikasi lingkungan menjadi sangat penting. (Stuart
Sundeen, 1995). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Bloom yang
menyatakan bahwa 60% faktor yang menentukan status kesehatan
seseorang adalah kondisi lingkungannya.
Upaya terapi harus bersifat komprehensif, holistik dan
multidisipliner. Selain terapi fisik (farmakotheraapy), terapi psikologis
(psykoterapy), juga perlu mengupayakan optimalisasi asfek lingkungan
melalui penerapan konsep-konsep psikologi lingkungan. Hal ini berarti
pentingnya upaya-upaya memadukan konsep terapi dan konsep
psikologi lingkungan dalam mengupayakan kesembuhan pasien
gangguan mental dan penyakit fisik lainnya.
Konsep Lingkungan dalam Keperawatan Mental
Lingkungan telah didefinisikan berbagai

pandangan,

lingkungan merujuk pada keadaan fisik, psikologis, dan sosial diluar


batas sistem, atau masyarakat dimana sistem itu berada (Murray Z.,
1985).
Secara teori diidentifikasi bahwa sistem lingkungan sendiri
terdiri dari sistem internal dan sistem eksternal. Sistem internal manusia
terdiri atas jenis-jenis sub sitem yang meliputi biological, psycological,
sosiological, dan spitual. Sedangkan lingkungan eksternal meliputi:
sesuatu diluar batas sistem internal seperti: udara, iklim, air, bangunan
termasuk diantaranya hal yang tidak bisa diraba seperti: sosial, budaya,
politik, dan ekonomi.
Terapi Modalitas ... 33

Menurut Murray, lingkungan eksternal juga mencakup:


stimulus, objek, dan orang lain secara pribadi. Lingkungan diartikan
sebagai lingkungan fisik dan psikologi, termasuk masyarakat.
Lingkungan secara umum akan berkaitan erat dengan tujuan
keperawatan karena menyangkut status kesehatan seseorang yang tidak
dapat dipisahkan dari kondisi lingkungannya.
Hasil penelitian menunjukan bahwa suasana lingkungan yang
lebih dikenal dan menyenangkan bagi pasien akan berpengaruh pada
peningkatan kemampuan adaptasi pasien dirumah sakit. Penelitian
Suryani (1999) di RSHS menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang
kuat antara terapi lingkungan dengan kemampuan adaptasi pada pasien
anak-anak selama perawatan dan mempermudah upaya perawatan di
rumah sakit. Penelitian tersebut menunjukan bahwa lingkungan yang
dimodifikasi dengan prinsif terapeutik (milieu therapy) menyebabkan
rata-rata hari perawatan menjadi menurun.
Pengertian Terapi Lingkungan (Milieu Therapy)
Terapi/ pengobatan merupakan cara atau proses penyembuhan
suatu gangguan yang disebabkan oleh sumber-sumber gangguan.
Sumber-

sumber

yang

bersifat

terapeutik

(dapat

memberikan

penyembuhan) dapat berupa orang-orang lingkungan, benda-benda, dan


kegiatan-kegiatan

yang

dapat

membawa

pada

penyembuhan.

Lingkungan merupakan kondisi dimana berpengaruh besar terhadap


proses penyembuhan terutama pasien dengan gangguan jiwa. Terapi
lingkungan adalah suatu tindakan penyembuhan pasien dengan
gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang ada di lingkungan dan
berpengaruh terhadap proses penyembuhan. Konsep-konsep tentang
terapi

lingkungan

berasal

dari

konsep-konsep

The

Therapeutikcommunity yang diperkenalkan oleh Maxwell Jones yang


digunakan dalam lingkungan rumah sakit.
Terapi lingkungan (milieu terapy) berasal dari bahasa perancis
yang berarti perencanaan ilmiah dari lingkungan untuk tujuan yang
bersifat terapeutik (mendukung kesembuhan). Pengertian lain adalah
Terapi Modalitas ... 34

tindakan penyembuhan pasien melalui manipulasi dan modifikasi


unsur-unsur yang ada pada lingkungan dan berpengaruh positif terhadap
psikis individu serta mendukung proses penyembuhan.
Terapi/pengobatan merupakan cara atau proses penyembuhan
suatu gangguan yang disebabkan oleh sumber-sumber gangguan.
Sumber-sumber

yang

bersifat

terapeutik

(dapat

memberikan

penyembuhan) bisa berupa orang-orang lingkungan/ benda-benda dan


kegiatan-kegiatan yang membawa kearah penyembuhan.
Lingkungan fisik dan psikologi merupakan suatu kondisi yang
memiliki pengaruh besar terhadap proses penyembuhan terutama pasien
dengan gangguan mental. Terapi lingkungan adalah suatu tindakan
penyembuhan dengan gangguan jiwa melalui manipulasi unsur yang
ada di lingkungan dan terpengaruh terhadap proses penyembuhan.
Konsep-konsep tentang terapi lingkungan berasal dari konsepkonsep the therapeutic community yang diperkenalkan oleh Maxwell
jones yang digunakan dalam lingkungan rumah sakit serta fasilitas
kesehatan lain. Dalam pelaksanaannya harus.melibatkan tem work yang
terdiri dari berbagai ahli dibidangnya masing-masing dengan tujuan
mengoptimalkan proses penyembuhan pasien. Tim tersebut bisa terdiri
dari dokter ahli jiwa, psikolog, perawat jiwa, ahli sanitasi lingkungan,
sosial worker dan petugas kesehatan lainnya. Teknik pelaksanaanya
berupa planning duduk bersama berdasarkan disiplin ilmunya masingmasing guna menghasilkan suatu kondisi rumah sakit yang ideal.

Terapi Modalitas ... 35

Tujuan terapi lingkungan


Membantu individu untuk mengembangkan rasa harga diri,
mengembangkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
membantu belajar mempercayai orang lain, dan mempersiapkan diri
untuk kembali kemasnyarakat. Disamping hal tersebut Stuart dan
Sundeen menjelaskan beberapa terapi lingkungan: Meningkatkan
pengalaman positif pasien khususnya yang mengalami gangguan
mental, dengan cara membantu individu dalam mengemangkan harga
diri, meningkatkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
menumbuhkan sikap percaya pada orang lain, mempersiapkan diri
untuk kembali kemasyarakat dan mencapai perubahan kesehatan yang
positif.
Karakteristik terapi lingkungan
Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, maka lingkungan
harus bersifat terapeutik yaitu mendorong terjadi proses penyembuhan,
lingkungan tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Pasien merasa akrab dengan lingkungan yang diharapkannya.
b. Pasien merasa senang/nyaman dan tidak merasa

takut

dilingkungannya.
c. Kebutuhan-kebutuhan fisik pasien terpenuhi.
d. Lingkungan rumah sakit/bangsal yang bersih
e. Lingkungan yang menciptakan rasa aman dari terjadinya luka akibat
impuls-impuls pasien.
f. Personal dari lingkungan rumah sakit/bangsal menghargai pasien
sebagai individu yang memiliki hak,kebutuhan dan pendapat serta
menerima perilaku pasien sebagai respon adanya stress.
g. Lingkungan
yang
dapat
mengurangi
pembatasanpembatsan/larangan dan memberikan kesempatan kepada pasien
untuk menentukan pilihannya dan membentuk perilaku yang baru.

Terapi Modalitas ... 36

Disamping hal tersebut terapi lingkungan harus memiliki karakteristik:


- Memudahkan perhatian terhadao apa yang terjadi pada individu dan
kelompok pada 24 jam
- Adanya proses pertukaran informasi
- Pasien merasakan adanya keakraban dengan lingkungan
- Pasien merasa senang, nyaman, aman, dan tidak merasa takut dari
ancaman psikologis maupun ancaman fisik.
- Penekanan pada sosialisasi dan interaksi kelompok dengan fokus
komunikasi terapeutik.
- Staf membagi tanggungjawab bersama pasien
- Personal dari lingkungan menghargai klien sebagai individu yang
memiliki hak, kebutuhan, dan tanggungjawab.
- Kebutuhan fisik klien mudah terpenuhi.
Lingkungan Fisik
Asfek terapi lingkungan meliputi semua gambaran yang konkrit
yang merupakan bagian eksternal kehidupan rumah sakit. Setting-nya
meliputi:
- Bentuk dan struktur bangunan
- Pola interaksi antara masyarakat dengan rumah sakit
Tiga asfek yang mempengaruhi terwujudnya lingkungan fisik
yang terapeutik:
- Lingkungan fisik yang tetap
- Lingkungan fisik semi tetap
- Lingkungan fisik tidak tetap
Lingkungan Fisik Tetap
Mencakup struktur dari bentuk bangunan baik internal maupun
eksternal. Bagian eksternal meliputi struktur luar rumah sakit, yaitu
lokasi dan letak gedung sesuai dengan program pelayanan kesehatan
jiwa, salah satunya kesehatan jiwa masyarakat. Berada ditengah-tengah
pemukiman penduduk atau masyarakat sekitarnyaa serta tidak diberi
pagar tinggi. Hal ini secara psikologis diharapkan dapat membantu
memelihara

hubungan

terapeutik

pasien

dengan

masyarakat.

Memberikan kesempatan pada keluarga untuk tetap mengakui


keberadaan pasien serta menghindari kesan terisolasi.

Terapi Modalitas ... 37

Bagian internal gedung meliputi penataan struktur sesuai


keadaan rumah tinggal yang dilengkapi ruang tamu, ruang tidur, kamar
mandi tertutup, WC, dan ruang makan. Masing-masing ruangan
tersebut diberi nama dengan tujuan untuk memberikan stimulasi pada
pasien khususnya yang mengalami gangguan mental, merangsang
memori dan mencegah disorientasi ruangan.
Setiap ruangan harus dilengkapi dengan jadwal kegiatan harian,
jadwal terapi aktivitas kelompok, jadwal kunjungan keluarga, dan
jadwal kegiatan khusus misalnya rapat ruangan.
Lingkungan Fisik Semi Tetap
Fasilitas-fasilitas berupa alat kerumahtanggaan yang meliputi
lemari, kursi, meja, peralatan dapur, peralatan makan, mandi, dan
sebagainya. Semua perlengkapan diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pasien bebas berhubungan satu dengan yang lainnya
serta menjaga privasi pasien.
Lingkungan Fisik Tidak Teatap
Lebih ditekankan pada jarak hubungan interpersonal individu
serta sangat dipengaruhi oleh sosial budaya.
Lingkungan Psikososial
Lingkungan yang kondusif yaitu fleksibel dan dinamis yang
memungkinkan pasien berhubungan dengan orang lain dan dapat
mengambil keputusan serta toleransi terhadap tekanan eksternal.
Beberapa prinsif yang perlu diyakini oleh petugas kesehatan dalam
berinteraksi dengan pasien.
- Tingkah laku dikomunikasikan dengan jelas untuk mempertahankan,
mengubah tingkah laku pasien
- Penerimaan dan pemeliharaan tingkah laku pasien tergantung dari
tingkah laku partisipasi petugas kesehatan dan keterlibatan pasien
dalam kegiatan belajar
- Perubahan tingkah laku pasien tergantung pada perasaan pasien
sebagai anggota kelompok dan pasien dapat mengikuti atau
mengikuti kegiatan.
Terapi Modalitas ... 38

- Kegiatan sehari-hari mendorong kegiatan interaksi antar pasien


- Mempertahankan kontak dengan lingkungan, misalnya jam dinding
berbunyi, adanya kalender harian, adanya nama-nama tempat (kamar
tidur, dapur, dan lain-lain), adanya papan nama dan tanda pengenal
bagi petugas kesehatan.
2. Peran Perawat dalam Terapi Lingkungan
Perawat sebagai individu yang unik dan selalu berada dengan
pasien selama 24 jam dibandingkan dengan tim kesehatan jiwa lainnya
sehingga peranannya dalam menyelenggarakan terapi lingkungan
menjadi lebih besar.
Perawat sebagai seorang manusia dan bertugas dalam terapi
lingkungan harus dapat meniali dirinya tentang kesadaran diri, kekuatan
dan kemampuan dalam hal pengetahuan, antropologi, kebudayaan
karena akan membantu dirinya bertoleransi terhadap perilaku-perilaku
yang ditunjukan oleh pasien. Peran perawat dalam terapi lingkungan
adalah:
1) Pencipta lingkungan yang aman dan nyaman.
a. Perawat menciptakan dan mempertahankan iklim/suasana yang
akrab, menyenangkan, saling menghargai di antara sesama
petugas kesehatan, perawat dan pasien.
b. Perawat menciptakan suasana yang aman dari benda-benda atau
keadaan-keadaan yang menimbulkan terjadinya kecelakaan/luka
terhadap pasien dan perawat.
c. Menciptakan suasana yang nyaman, yaitu mengatur tataanan
ruangan dimana memungkinkan pasien betah seperti kondisi
rumah sendiri (home sweet home) serta pasien dapat menjalankan
kegiatan sehari-hari sesuai dengan kebutuhannya. Misalnya
bangsal yang ditata memiliki ruang tamu, ruang keluarga untuk
bersantai, kamar tidur dengan kelengkapannya masing-masing
serta kamar mandi dan WC yang bersifat melindungi privasinya.
d. Pasien diminta untuk berpartisipasi melakukan kegiatan bagi
dirinya dan orang lain seperti yang biasa dilakukan di rumahnya.

Terapi Modalitas ... 39

Misalnya mencuci piring dan k

pakaian,

membereskan

kamar,dan sebagainya.
2) Penyelenggara proses sosialisasi
a. Membantu pasien untuk belajar berinteraksi dengan orang lain,
mempercayai orang lain, memuaskan bagi dirinya dan orang lain,
sehingga meningkatkan harga diri dan berguna bagi orang lain.
b. Mendorong pasien untuk berkomunikasi tentang ide-ide,
perasaan-perasaannya dan perilakunya secara terbuka sesuai
dengan aturan didalam kegiatan-kegiatan tertentu.
c. Melalui sosialisasi pasien belajar tentang kegiatan-kegiatan atau
kemampuan yang baru, dan dapat dilakukannya sesuai dengan
kemampuan dan minatnya pada waktu-waktu yang luang.
3) Sebagai teknii keperawatan
Selama proses terapi lingkungan fungsi perawat adalah
memberikan/memenuhi kebutuhan dari pasien, memberikan obatobatan yang telah ditetapkan, mengamati efek obat dan mengamati
perilaku-perilaku yang menonjol/menyimpang serta mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam terapi tersebut.
4) Sebagai leader atau pengelola sebagai pelaksana terapi lingkungan
perawat mendukung penyembuhan dan memberikan dampak baik
secara fisik maupun secara psikologis kepada pasien.

Terapi Modalitas ... 40

Jenis-Jenis Kegiatan Terapi Lingkungan


1. Terapi Rekreasi
Yaitu terapi yang menggunakan salah-satu kegiatan yang
dilakukan pada waktu luang, dengan tujuan pasien dapat melakukan
kegiatan secara konstruktif dan menyenagkan serta mengembangkan
kemampuan hubungan social. Didalam kehidupan bangsal yang
memimpin terapi ini adalah perawat dimana dia harus menyesuaikan
kegiatan dengan kegiatan umur. Misalnya untuk remaja yang
membutuhkan kegiatan yang mengeluarkan banyak energy seperti
basket, berenang, dan lain-lain. Sedangkan untuk orang tua yang
tidak banyak mengeluarkan tenaga misalnya main kartu, karambol,
dan sebagainya.
2. Terapi Kreasi Seni
Perawat dalam terapi ini dapat sebagai leader atau bekerja
sama dengan orang lain yang ahli dalam bidangnya karena harus
sesuai dengan bakat dan minat, diantaranya adalah:
a. Dance therpy/ menari
Suatu terapi yang mengunakan bentuk ekspresi non verbal dengan
menggunakan gerakan tubuh dimana mengkomunikasikan tentang
perasaan-perasaan dan kebutuhan-kebutuhan. Kegiatan dapat
disesuaikan dengan kultur dan dimana pasien berasal serta RS itu
berada.
b. Terapi musik
Terapi ini dilakukan melalui music. Dengan musik memberikan
kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaanperasaannya seperti marah, sedih, kesepian. Pelaksanaan terapi ini
dapat dilakukan bersama (berkelompok) atau individual. Pasien
yang sedang sedih biasanya memilih muik yang sentimental,
sedangkan pasien yang gembira memilih lagu yang gmbira dan
menuntut banyak gerak.

Terapi Modalitas ... 41

c. Terapi dengan menggambarkan/ melukis


Dengan menggambar atau melukis akan memberikan kesempatan
pada klien untuk mengekspresikan tentang apa yang sedang
terjadi dengan dirinya. Kegiatan ini dapat dilakukan secra
individual atau berkelompok di berbagai sarana seperti di RS.
Rawat

jalan

ataupun

menggambarkan

juga

dirumah-rumah
akan

perawatan.

menurunkan

Dengan

ketegangan

dan

memusatkan pikiran pada kegiatan


d. Literature/biblio therapy
Terapi dengan kegiatan membaca seperti novel, majalah, bukubuku dan kemudian mendiskusikan diantara pasien tentang
pendapat-pendapatnya terhadap topic yang dibaca. Tujuan dari
terapi ini adalah mengembangkan wawasan diri dan bagaimana
mengekspresikan perasaan/pikiran dan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma yang ada.
3. Pet Therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstimulasi respon pasien yang
tidak mampu mengadakan hubungan interaksi dengan orang-orang
dan pasien biasanya merasa kesepian, menyendiri. Sarana yang
dipergunakan dalam terapi ini adalah binatang-binatang dimana
dapat memberikan respon menyenangkan kepada pasien, sering kali
dipergunakan pada pasien anak dengan autistic.
4. Plant therapy
Terapi ini bertujuan untuk mengajar pasien untuk memelihara
segala sesuatu/mahluk hidu, dan membantu hubungan yang akrab
atara satu pribadi kepada pribadi lainnya. Kegiatan ini menggunakan
tanaman/tumbuhan sebagai objek dalam mencapai tujuan terapi.
Menanam tumbuhan-tumbuhan mulai dari biji sampai menjadi
bungaatau buah dan diperbolehkan untuk memetiknya bagi pasien
merupakan pengalaman memelihara mahluk hidup dengan kasih
sayang dan berhasil diluar dirinya.
Terapi Lingkungan Pada Terapi Khusus
a. Pasien rendah diri (low self esteem), depresi (depression) bunuh diri
(suicide).
Terapi Modalitas ... 42

Syarat lingkungan secara psikologis harus memenuhi hal-hal


sebagai berikut:

Ruangan aman dan nyaman


Terhidar dari alat-alat yang dapat digunakan untuk mencederai

diri sendiri atau orang lain.


Alat-alat medis, obat-obatan, dan jenis cairan medis dilemari

dalam keadaan terkuni.


Ruangan harus ditempatkan di lantai satu dan keseluruhan

ruangan mudah dipantau oleh petugas kesehatan.


Tata ruangan menarik dengan cara menempelkan poster yang

cerah dan meningkatkan gairah hidup pasien.


Warna dinding cerah.
Adanya bacaan ringan, lucu dan memotivasi hidup.
Hadirkan musik ceria, tv, dan film komedi
Adanya lemari khusus untuk menyimpan barang-barang pribadi

pasien.
Lingkungan Sosial

Komunikasi terapeutik dengan cara semua petugas menyapa


pasien sesering mungkin.

Memberikan penjelasan setiap akan melakukan kegiatan


keperawatan atau kegiatan medis lainnya.

Menerima pasien apa adanya jangan mengejek serta


merendahkan.
Meningkatkan harga diri pasien.
Membantu menilai dan meningkatkan hubungan social secara
bertahap
Membantu pasien dalam berinteraksi dengan keluarganya.
Sertakan keluarga dalam rencana asuhan keperawatan, jangan
membiarkan pasien sendiri terlalu lama diruangannya.
b. Pasien dengan amuk
Lingkungan fisik

Ruangan aman, nyaman, dan mendapat pencahayaan yang


cukup.
Pasien satu kamar satu orang, bila sekamar lebih dari satu jangan
dicampur antara yang kuat dengan yang lemah
Ada jendela berjeruji dengan pintu dari besi terkunci
Terapi Modalitas ... 43

Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis tentang protocol


pengikatan dan pengasingan secara aman, serta protokol
pelepasan pengikatan.

Lingkungan psikososial

Komunikasi terapeutik, sikap bersahabat dan perasaan empati.


Observasi pasien tiap 15 menit.
Jelaskan tujuan pengikatan/pengekangan secara berulang-ulang.
Libatkan keluarga.

E. TERAPI PSIKORELIGIUS
1. Pendahuluan
Saat ini di rumah sakit umum dianjurkan melaksanakan suatu
program yang dinamakan program Integrasi Kesehatann Jiwa. Tentu
saja ini sudah mulai dijalankan di sejumlah rumah sakit yang
berdasarkan agama atau yang dikelola organisasi sosial keagamaan
melalui pelaksanaan terapi agama. Disamping dokter yang mengobati,
ada juga agamawan yang mendampingi, memberikan dan menuntun
doa. Di RSI, RSHS, dan RSCM, sudah diterbitkan buku tuntunan doa.
Alangkah baiknya bila rohaniawan yang membimbing di rumah sakit
juga mempunyai pengetahuan kesehatan atau dokter-dokter yang ada
dapat pula memberikan tuntunan agama. Tujuannya agar pasien yang
terbaring itu tidak merasa jenuh dan tidak berontak. Karna dalam
keadaan berbaring pun ia bisa beribadah, berzikir atau mengaji serta
sholat dengan segala kemampuannya.
Dengan demikian pasien tidak merasa ragu karna senantiasa bisa
mendapat pahala. Sebaliknya orang yang tidak memiliki tuntunan
agama akan merasa gelisah, ingin pulang, cemas, dan sebagainya, yang
justru akan menurunkan respon imunitasinya.
Dalam penelitian yang dilakukan di Amerika, ada sekelompok
pasien yang selalu menunda nunda-operasi sehingga jadwal operasi
yang sudah dibuat ditunda lagi, kecuali pada operasi yang darurat. Ada

Terapi Modalitas ... 44

masalah apa dengannya? Padahal dalam pemeriksaaan semua sudah


bagus, tidak ada alasana untuk menunda operasi. Setelah diselidiki
ternyata mereka mengalami ketakutan mengahadpi operasi.
Perasaan takut dioperasi timbul karena takut menghadapi
kematian dan tidak bisa bangun lagi setelah dioperasi. Ada pula orang
lain yang tidak bermasalah dalam operasi, ternyata permasalahannya
adalah soal komitmen agama. Pada kelompok yang lurus-lurus saja,
yang komitmen agamanya kuat ada alur pemikiran sebagai berikut :
kami percaya pada Tuhan, kami menjalani operasi dengan harapan
sembuh andai kata kami meninggalpun tetap saja harus menghadap
Tuhan karena semua yang bernyawa pasti akan mati. Kami sudah siap
mati karena kami sudah memohon dan berdoa.
Pada orang yang gelisah, langkah awal yang harus dilakukan
adalah menjalani terapi keagamaan. Orang ini harus diterapi jiwa dan
komitmen keagamaannya sehingga siap untuk meghadapi kenyataan.
Ini adalah suatu contoh tentang pentingnya peranan agama.
Pada konfrensi yang diadakan di Canberra pada tahun 1980,
dengan tema The Role of Religion in The Prevention Of Drug
Addiction. Pada kelompok-kelompok yang terkena narkotik, alcohol,
dan zat adiktif (NAZA) itu sejak dini komitmen agamanya lemah. Hal
ini dibandingkan dalam penelitian dengan orang yang kuat komitmen
agamanya. Kesimpulannya remaja-remaja yang sejak dini komitmen
agamanya lemah memiliki resiko terkena NAPZA 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan anak-anak remaja yang sejak dini komitmen
agamanya kuat. Inilah salah satu contoh peranan agama karena agama
itu membawa ketenanangan. Agama mencegah remaja yang mencari
ketenangan pada alcohol, narkotik dll.
Contoh tentang peranan agama yang lain adalah di sejumlah
rumah sakit jiwa. Ada uji perbandingan terapi yang diterapkan kepada
para

pendertia

penyakit

jiwa

skizofrenia,

yakni

antara

cara

konvensional (dengan obat dan senbagainnya) dan dengan cara


Terapi Modalitas ... 45

penndekatan keagamaan, hasilnya kelompok skizofrenia yang terapinya


ditambah dengan keagamaan waktu perawatannya lebih pendek dan
gejala-gejalanya cepat hilang.
Terapi terhadap orang sakit seharusnya dilaksanakan secara
holistik (menyeluruh) yang meliputi biologi, psikologis, sosial dan
spiritualnya. Menurut Dadang Hawari, pendekatan spiritual dikalangan
rumah sakir memang perlu dimasayarakatkan dimana harus ada
rohaniawan yang datang ke rumah sakit dan mendoakan penyembuhan.
2. Religius Sebagai Kebutuhan Dasar Dan Got Spot Pada Otak
Manusia
V.S. Ramachandran, Direktur Center For Brain America, telah
mengadakan serangkaian riset terhadap pasien-pasien pasca epilepsi,
yang menyimpulkan bawha pada klien epilepsi terjadi ledakan aktivitas
listrik di luar batas normal yang ditandai dengan peningkatan lobus
temporal. Klien pasca epilepsi tersebut sebagian besar mengungkapkan
pengalaman spiritual berupa keterpesonaan yang mendalam sehingga
semua yang lain menjadi sirna, menemukan kebenaran tertinggi yang
tidak dialami pikiran biasa, kecemerlangan dan merasakan persentuhan
dengn cahaya illahi (Ian Marshal, Spiritual Inteligenci, 2000 : 10).

Terapi Modalitas ... 46

Penelitian peenting selanjutnya membuktikan bahwa elektroda


EEG dihubungkan dengan peelipis orang normal dan klien epilepsi
ketika diberi nasihat yang bersifat spiritual / religius, maka terjadi
peningkatan aktivitas listrik pada lobus temporal seperti yang terjadi
pada klien epilepsi. Pengalaman spiritual di bagian lobus temporal yang
berlangsung beberapa detik saja dapat mempengaruhi emosional yang
lama dan kuat sepanjang hidup dan dapat mengubah arah hidup (life
transforming). Sebagian besar pakar neurobiologi berpendapat Titik
Tuhan / God Spot atau Modul Tuhan God Module berkaitan denga
pengalaman religius.
Menurut

kajian Howard

Clinell, yang

dikutip Dadang

Hawari, menyatakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki 10


kebuutuhan religius :
o Kepercayaan dasar (Basic Trust).
o Makna hidup secara vertikel dan horizontal.
o Komitmen peribadatan ritual dan hubungannya dengan keseharian.
o Kebutuhan pengisian keimanan (Charge) dan kontinuitas hubungan
dengan Tuhan.
o Bebas dari rasa salah dan dosa.
o Self acceptance and self esteem.
o Rasa aman, terjamin, dan keselamatan masa depan.
o Tercapainnya derajat dan martabat yang semakin tinggi serta
integritas pribadi.
o Terpeliharanya interaksi dengan alam.
o Hidup dalam masayarakat yang religius.
3. Riset Epidemologi, Korelasi antara Kesehatan dan Religiusitas
Serangkaian riset yang dilakukan Sherill dan Larson 1988,
yang didukung riset Dadang Hawari, dilakukan pada klien sebagai
berikut :
Terapi Modalitas ... 47

o Ca. Rahim dan serviks


o Collitis dan enteritis
o Kardiovasce disesase
o Hipertensi, stroke
o AIDS
o NAPZA
o Gerontik disease
o Status kesehatan umum
o Kematian umum
o Kesakitan dan kematian
Kesimpulan akhir bahwa makin kuat komitmen agama klien
tersebut di atas, maka proses penyembuhan makin cepat, lebih mampu
mengatasi

nyeri,

depresi,

dan

penderitaan

(Presman, et

all.

1990, Sherill Larson, 1998).


4. Riset Religiusitas pada Klien Jiwa
Manfaat komitmen agama tidak hanya dalam penyakit fisik,
tetapi juga di bidang kesehatan jiwa. Dua studi epidemologik yang luas
telah dilakukan terhadap penduduk. Untuk mengetahui sejauh mana
penduduk menderita psychological distress. Dari studi tersebut di
peroleh kesimpulan bahwa makin religius maka makin terhindar
seseorang

dari

stress

(Linaen 1970, Strak 1971).

Kemudian

dikemukakan lebih mendalam komitmen agama seseorang telah


menunjukan peningkatan taraf kesehatan jiwanya.
Terapi keagamaan (Intervensi religi) pada kasus-kasus gangguan
jiwa ternyata juga membawa manfaat. Misalnya angka rawat inap pada
klien skizofrenia yang mengikuti kegiatan keagamaan lebih rendah bila
di

bandingkan

dengan

(Chu dan Klien, 1985).

mereka

Studi Stark

yang

tidak

menunjukan

mengikutinya.
bahwa

angka

Terapi Modalitas ... 48

frekuensi kunjungan ke tempat ibadah lebih merupakan indicator dan


factor yang efektif dalam hubungannya dengan penurunan angka bunuh
diri. Sedangkan klien yang tidak diberikan psiko religius terapi pada
swicide memiliki risiko 4 kali lebih besar untuk melakukan bunuh diri
(Comstock dan Partridge, 1972).
Selanjutnya

dikemukakan

keagamaan/ibadah/shalat,

menurunkan

(Mahoney 1985, Young 1986, Martin 1989).

bahwa

kegiatan

gejala
Riset

psikiatrik
yang

lain

menyebutkan bahwa menurunnya kunjungan ke tempat ibadah,


meningkatkan jumlah bunuh diri di USA (Stack, Rusky, 1983).
Kesimpulan dari berbagai riset menunjukkan bahwa religiusitas
mampu mencegah dan melindungi dari penyakit kejiwaan, mengurangi
penderitaan meningkatkan proses adaptasi dan penyembuhan.
5. Pendapat Para Ahli Ilmu Jiwa.
1. Daniel Freedman:Di dunia ini ada 2 lembaga besar yang
berkepentingan dalam Kesehatan Manusia, yaitu kedokteran dan
agama.
2. Larson (1990): In navigating the complexities of human health and
relation ship religious commitmen is a force to consider.
3. Kaplan Sadock (1991): Dalam klien jiwa latar belakang kehidupan
agama klien, keluarga dan pendidikan agama merupakan factor yang
sangat penting.
4. Gery

R. (1992):

Komitmen

agama

mencegah

Aids

dan

homoseksual.
5. Woodhouse (direktur UNICEF,1997): Pegang teguh ciri khas
indonesia, yaitu religius, keutuhan keluarga, gotong royong, agar
tidak mengidap penyakit psikososial seperti barat.
6. Dadang Hawari (1999): Al-Quran adalah teks book kedokteran
dan jiwa.

Terapi Modalitas ... 49

7. C.C. Jung : semua penyakit kejiwaan berhubungan dengan agama


.
8. Emile Bruto : kaum sufi ( orang yang merenungi kehidupan batin
manusia dan selalu mendekatkan diri pada Tuhannya ), mereka
adalah para psikolog-psikolog besar. Mereka memliki kekuatan jiwa
yang luar biasa hebatnya. ( Nazar, 2001 : 313 ).
9. Ford H. : kaum sufi dapat masuk dan deteksi penyebab penyakit
kejiwaan seseorang dimana bila dilakukan oleh pakar psikoanalisa
akan memakan waktu bertahun-tahun untuk menganalisanya.
( Nazar, 2001 : 355 ) .
10. Subhi : metode terapi psikoanalisa bertemu dengan metode terapi
sufistik .
11. Zakiah Darajat : saya temukan bahwa penyakit jiwa yang
disertai dengan terapi agama yang dianutnya, berhasil disembuhkan
lebih cepat dan lebih baik dari pada penyakit jiwa yang dilakuka
dengan metode modern saja . (Zindani, dkk, 1997 : 215).
6. Pandangan Beberapa Ahli Ilmu Jiwa
Seorang dokter ahli pengobatan kejiwaan yang berkaliber
internasional, yaitu C.C. Jung, menyatakan dalam bukunya Modern
Man in Search Of Soul menjelaskan bahwa betapa pentingnya
kedudukan agama dalam bidang kedokteran dan keperawatan jiwa.
Selanjutnya beliau mengungkapkan : Di antara pasien saya yang
usianya lebih dari setengah baya (>35 Tahun ) tidak seorangpun yang
menglami penyakit kejiwaan tanpa berhubungan dengan aspek agama.
Menurut H. Aulia dalam bukunya Agama dan Kesehatan Jiwa,
seorang dokter yang beragama islam yang dianutnya dengan penuh
keyakinan dan mempunyai pengetahuan tentang ajaran dan hikmah
islam yang lebih banyak dari pada yang biasa dimiliki kebanyakan
kaum muslimin. Biasanya terapi dengan pendekatan keagamaan
tersebut dapat berhasil dengan baik. Pengobatan kejiwaan dengan
Terapi Modalitas ... 50

pendekatan agama tersebut juga akan berhasil dengan baik meskipun


penderita beragama lain atau orang yang tidak beragama sekalipun, asal
saja didahului dengan pembicaraan sekedarnya mengenai agama .
Menurut J. G. Mackenzie yang dikutip Leslie D. Weatherhead :
Hasil-hasil baik ahli pengobatan kejiwaan tidak diperolehnya karena
pengetahuan yang sempurna tentang ilmu kedokteran umum, malahan
juga tidak disebabkan karena ia ahli ilmu penyakit saraf, melainkan
karena kecakapannya dalam lapangan agama.
Pernyataan lain yang juga menegaskan tentang besarnya faedah
agama di lapangan ilmu kedokteran dan keperawatan jiwa adalah apa
yang dikemukakan olehHafield yang sudah bertahun-tahun melakukan
pengibatan kejiwaan, di mana ia sampai pada kesimpulan :
Saya

telah

mencoba

menyembuhkan

penderita

kerusakan

keseimbangan saraf dengan jalan memberikan sugesti (mengisyaratkan)


ketenangan dan kepercayaan tetapi usaha ini baru berhasil baik sesudah
dihubungkan dengan keyakinan akan kekuasaan Tuhan.
Semakin lama lapangan ilmu pengetahuan bertambah sadar
bahwa keberadaan agama untuk ilmu kedokteran dan keperawatan
semakin penting. Hal ini sesuai engan apa-apa yang dikemukakan
oleh Elmer Hess ketika pada tahun 1954 terpilih menjadi ketua
perhimpunan dokter Amerika ( American Medical Association ) beliau
mengemukakan seorang dokter yang masuk ruangan pasiennya
tidaklah ia seorang diri. Ia hanya dapat menolong seorang penderita
dengan alat kebendaan kedokteran, keyakinannya akan kekuasaan yang
lebih tinggi mengerjakan hal penting lainnya. Kemukakanlah seorang
dokter yang meyangkal adanya zat yang maha tinggi itu maka saya
akan

katakan

bahwa

ia

tidak

berhak

mempraktikkan

ilmu

kedokterannya .
Di kota New York ada 1 klinik yaitu Religion Psychiatric Clinic
(Klinik Kejiwaan Keagamaan) di mana agama memainkan peranan
penting. Salah seorang pengarang buku yang terkenal berjudul agama
Terapi Modalitas ... 51

dan kesehatan jiwa yaitu Prof. Dr. H. Aulia pernah berkunjung ke


tempat tersebut dan mengatakan bahwa pengobatan dan perawatan
pasien yang mengalami masalah kejiwaan ditangani secara kolaboratif
oleh ahli-ahli kedokteran dan ahli-ahli penyakit jiwa, yaitu Dr. Smiley
Belanton dan Dr. Norman V. Pelae. Kedua anggota pimpinan ini
mengutip dalam buku karangan mereka berjudul Faith is the answer
yang menyatakan bahwa agama besar sekali faedahnya untuk ilmu-ilmu
kedokteran khusunya kedokteran kejiwaan. Selanjutnya Dr. Robert C.
Pelae, seorang dokter ahli bedah menyatakan sebagai berikut Berkat
kepercayaan dan keyakinan penderita yang mengalami luka atau pasien,
saya sebagai dokter ahli bedah selalu me;ihat penyembuhanpenyembuhan yang disangka tidak mungkin. Saya melihat pula hasilhasil yang tidak menyenangkan karena percobaan dengan penyembuhan
dengan agama saja atau hanya dengan ilmu pengetahuan saja. Oleh
sebab itu saya berkeyakinan bahwa ada hubungan yang pasti dan tetap
antar agama dan ilmu pengetahuan, dan Tuhan telah memberikan
kepada kita kedua-duanya sebagai senjata untuk melawan penyakit dan
kesedihan. Bila kedua-duanya dipakai bersama-sama untuk kepentingan
manusia maka kemungkinan-kemungkinan kita akan mendapatkan hasil
yang baik dengan tidak ada batasnya.
Dalam konfrensi-konfrensi internasional dibahas peranan agama
terhadap penyakit-penyakit terminal, seperti AIDS dan kanker, ternyata
masalah utamanya bukan masalah medis lagi. Peranan psikiater dan
perawat jiwa menjadi lebih penting karena pasien sering merasa cemas,
depresi, takut, gelisah, menunggu saat-saat terakhir hidupnya. Untuk itu
dibentuklah tim/kelompok-kelompok religius yang disebut psychospiritual atau psycho-religius for AIDS patient, for cancer patient, and
for terminal ill patient.
Kekosongan spiriyual, kerohanian, dan rasa keagamaan inilah
yang sering menimbulkan peramasalahan psikososial di bidang
kesehatan jiwa. Para pakar berpendapat bahwa untuk memahami
Terapi Modalitas ... 52

manusia seutuhnya baik dalam keadaan sehat maupun dalam keadaan


sakit, pendekatannya tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk
biopsikososial, tetapi sebagai makhluk biopsikososiospiritual.
Para ahli sekarang sedang meneliti aspek-aspek agama itu secara
alamiah dari segi kesehatan jiwa. Baik pada ikatan dokter ahli jiwa
Amerika maupun pada ikatan ahli jiwa sedunia, di dalam lingkup
ilmunya ada bagian yang disebut Religion and Psychiatry ( agama dan
ilmu kedikteran jiwa ). Pertalian antara agama dengan kesehatan jiwa
ini diriset, ternyata pengetahuan agama sangat diperlukan bagi dokter
ahli ilmu jiwa dan secara ilmiah kejiwaan itu dibicarakan dalam forumforum ilmu pengetahuan.
Menurut Zakiah Darajat, perasaan berdosa merupakan faktor
penyebab gangguan jiwa yang berkaitan dengan penyakit-penyakit
psikomatik. Hal ini diakibatkan karena seseorang merasa melakukan
dosa tidak bisa terlepas dari perasaan tersebut kemudian menghukum
dirinya. Bentuk psikosomatik dapat berupa matanya tidak dapat
melihat, lidahnya menjadi bisu, atau menjadi lumpuh.
7. Pengaruh Doa terhadap penyakit kejiwaan
Menurut mantan Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam dan
Psikosomatik

pada

Pakultas

kedokteran

Universitas

Indonesia,

yaitu Prof. Dr. H. Aulia yang dikutip dari kitab Zaduul Maad oleh
Majelis Pertimbangan dan Kesehatan RI dalam buku fatwanya no. 9
bernama: sumpah dokter dan susila kedokteran ditinjau dari segi
hukum islam. Kutipan itu antara lain, Hendaklah dokter itu
mempunyai pengetahuan tentang penyakit pikiran dan jiwa serta
obatnya. Itu adalah menjadi pokok utama dalam mengobati manusia.
Di antara obat-obat yang paling baik untuk penyakit adalah berbuat
amal kebajikan, berdzikir, berdoa serta memohon dan mendekatkan
diri kepada Allah dan bertaubat. Semua ini mempunyai pengaruh yang
lebih besar dari pada obat-obat biasa untuk menolak penyakit dan
Terapi Modalitas ... 53

mendatangkan kesembuhan tetapi semua menurut kadar kesediaan


penerimaan bathin serta keperacayaannya akan obat kebatinan itu dan
manfaatnya.
Salah satu tindakan keagamaan yang penting adalah berdoa,
yakni memanjatkan permohonan kepada Allah supaya memeproleh
seauatu kehendak yang diridhoi. Dari masa ke masa pengaruh do;a
tersebut ters-menerus mendapat perhatian penting. Di antaranya oleh A.
Carrel pemenang hadaih Nobel tahun 1912 untuk ilmu kedokteran,
karena penemuannya di lapangan ilmu bedah. Bila da itu dibiasakan
dan betul-betul bersunggug-sungguh, maka pengaruhnya menjadi
sangat jelas, ia merupakan perubahan kejiawaan dan perubahan
somatik. Ketentraman yang ditimbulkan oleh doa iti merupakan
pertolongan yang besar pada pengobatan.
Pada

akhir

pengumuman James

tahun
C.

1957

di

Amerika

Coleman dalam

Serikat

menurut

bukunya Abnormal

Psychology and Modern Life, sudah mencapai dua puluh juta. Dari
semua cabang ilmu kedokteran, maka cabang ilmu kedokteran jiwa
(psikitri) dan kesehatan jiwa (mental health) adalah paling dekat dengan
agama ; bahkan dalam mencapai derajat keseahatan yang mengandung
arti keadaan kesejahteraan (well being) pada diri manusia, terdapat titik
temu anatara kedokteran jiwa / kesehatan jiwa di satu pihak dan agama
di pihak lain (Dadang, 1997 : 19).
WHO

telah

menyempurnakan

batasan

sehat

dengan

menambahkan satu spiritual (agama) sehingga sekarang ini yang


dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik,
psikoloik, dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual sehingga
dimensi sehat menjadi biopsikososiospiritual. Perhatian ilmuan di
bidang kedokteran dan keperawatan terhadap agama semakin besar.
Tindakan kedokteran tidak selamnya berhasil, seorang ilmuan
kedokteran sering berkata dokter yang mengobati tetapi Tuhanlah
yang menyembuhkan pendapat ilmuan tersebut sesuai dengan hasis
Terapi Modalitas ... 54

Nabi : setiap penyakit ada obatnya, jika obat itu tapat mengenai
sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit tersebut akan sembuh.
Sebagai

dampak

modernisasi,

industrialisasi,

kemajuan

ilmu

pengetahuan, dan takhnologi, agama, dan tradisi lama ditinggalkan


karena dianggap usang. Kemakmuran materi yang diperoleh ternyata
tidak selamanya membawa kesejahteraan (well being). Dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat negara maju tekah kehilangan aspek
spiritual yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, apakah
dia termasuk orang yang beragama atau yang sekuler sekalipun.
Kekosongan spiritual, kerohanian dan rasa keagmaan inilah yang
menimbulkan permasalahan pdikososial di bidang kesehatan jiwa.
Kehausan spiritual, kerohanian dan keagamaan ini nampak jelas
pada awal tahun 1970 sehingga saat sejak itu mulai muncul berbagai
aliran spiritual atau psuodoagama yang cukup laris merasuk Amerika
Serikat yang dikenal dengan istilahNew Religion Movment (NRM).
NRM ternyata banyak menimbulkan msalah psikososial sehingga APA
(Amaerican Psychiatric Association) membentuk task force untuk
melakukan penelitian.
Dalam hubungan antara agama da kesehatan jiwa, Cancellaro,
Larson, danWilson (1982) telah melakukan penelitian terhadap 3
kelompok :
1. Kronik alkoholik
2. Kronik drug addict
3. Skizofrenia
Ketiga kelompok tadi dibandingkan dengan kelompok kontrol
dari ketiga kelompok gangguan jiwa dan kelompok kontrol ini yang
hendak diteliti adalah riwayat keagamaan mereka. Hasil penelitiannya
sungguh mengejutkan, bahwa ternyata pada kelompok kontrol lebih
konsisten keyakinan agamanya dan pengalamannya,bila dibandingkan
dengan ketiga kelompok di atas. Temuan ini menunjukkan bahwa
agama dapat berperan sebagai pelindung daripada sebagai penyebab
Terapi Modalitas ... 55

masalah (religion may have actually been protective rather than


problem producing).
Dalam penelitian juga ditemukan bahwa penyalahguna narkotik
minatnya terhadapa agama terhadap agama sangat rendah bahkan boleh
dikatakan tidak ada minat sama sekali, bila dibandingkan dengan
kelompok kontrol. Minat agama khusunya di usia remaja, disebutkan
bahwa jika religius di masa remaja tidak ada atau sangat rendah, maka
remmaja ini memiliki resiko lebih tinggi untuk terlibat dalam
penyalahgunaan obat/narkotika dan alkohol. Temuan ini sesuai dengan
temuan di Indonesia (Hawari, 1997 : 14).
Hasil

serupa

diperoleh

penelitian Daun dan lavenhar (1980),

dari

yang

menunjukkan

hasil
bahwa

mereka yang tidak menganut agama dan dalam riwayat tidak pernah
mennjalankan ibadah keagamaan di usia remaja, mempunyai risiko
tinggi dan tendensi ke arah penyalahgunaan obat/narkotika/alkohol.
Selanjutnya dalam studi tersebut dikemukakan bahwa 89% dari
alkoholik telah kehilangan minat agama pada usia remaja (during
tenage years), sementara di pihak kontrol 48% minat terhadap agama
naik. Sedangkan 32% tidak mengalami perubahan. Hilangnya minat
agama pada penderita skizofrenia lebih rendah bila dibandingkan
dengan kedua kelompok lainnya. Dibandingakn dengan kelompok
kontrol, kelompok skizofrenia tidak menjalankan agamanya dan tidak
serajin kelompok kontrol. Hasil temuan ini adalah sebagai akibat dari
ketidakharmonisan keluarga. Sebagai contoh misalnya pengajaran
agama

pada

keluarga-keluarga

penderita

skizofrenia.

Tuhan

dogambarkan sebagai sosok yang suka menghukum dan bertindak kasar


(73%). Sedangkan pada keluarga dari kelompok kontrol Tuhan
digambarkan sebagai sosok yang penuh kasih sayang dan baik hati
(70%) (Wilson, Larson, dan Meier). Temuan di atas merupakan
tantangan bagi sebagian psikiater yang beranggapan bahwa komitmen
agama bagi kesehatan jiwa. Kelompok kontrol yang merupakan
Terapi Modalitas ... 56

kelompok yang tidak mengalami gangguan jiwa ternyata lebih


konsisten religiusitasnya daripada kelompok yang menderita gangguan
jiwa.
8. Penerapan Psikoreligius Terapi di Rumah Sakit Jiwa
1. Psikiater, psikolog, perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang
cukup

tentang

agamanya/kolaborasi

dengan

agamawan

atau

rahaniawan.
2. Psikoreligius tidak diarahkan untuk merubah agama kliennya tetapi
menggali sumber koping.
3. Memadukukan milleu therapy yang religius ; kaligrafi, ayat-ayat,
fasilitas ibadah, buku-buku, musik, misalnya lagu pujian/rohani
untuk nasrani.
4. Dalam terapi aktivitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama
untuk pasien rehabilitasi.
5. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat
kehidupan dunia dan sebagainnya.
6. Sebelum teori Psikoanalisa, para sufi telah mempelopori metoda
pengkajian yang mendalam dalam komunikasi yang menyentuh
perasaan, menguak konflik-konflik alam bawah sadar pasiennya,
mendeteksi was-was, kemarahan, takabbur, kesombongan, ria,
dengki, menjadi sabar, wara, zuhud, tawakkal, ridha, syukur, cinta
illahi.
9. Kaitan antara Shalat dengan Ilmu Keperawatan
Mengapa sepanjang rentang kehidupannya Rasulullah jarang
sekali mengalami sakit? Benarkah pelaksanaan shalat menjadi salah
satu rahasia kesehatannya? Adakah hubungan antara shalat dengan
kesehatan kita?
Wudlu Sebelum Shalat dan Aspek Personal Hygiene-nya

Terapi Modalitas ... 57

Beberapa tahun yang lalu di kota Denver Amerika, pernah


terjadi wabah diare yang sangat hebat. Menurut penelitian bdana
epidemologi setempat, ternyata penyebabnya adalah kebiasaan mereka
dalam membersihkan diri dan bersuci dari najis yang kurang sempurna.
Mereka biasanya menggunakan tissue untuk membersihkan BAB.
Setelah diadakan peninjauan cara-cara bersucinya umat islam dengan
wudlu sebelum shalat dan thaharah (bersuci dari hadas besar dan kecil)
mereka akhirnya merubah pola kebersihannya dangen menggunakan air.
Melalui wudlu minimal 5 kali sehari sebelum shalat umat islam
akan dijaga kebersihannya dari najis dan kotoran. Dalam wudlu
terkandung oral hygiene, vulva hygiene, dan personal hygiene yang
sangat lengkap. Sehingga memungkinkan untuk mencegah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh 5 F (Finger, Feaces, Food, Fly and
Fluid). Lebih jauh dengan cara berwudlu akan mencegah terjadinya
penyakit tertentu seperti yang pernah terjadi di daerah pertambangan
Amerika Utara. Akibat terakumulasinya timah hitam (plumbum) dan
zat-zat Carsinogenic leinnya menyebabkan tingginya angka kanker
kulit. Sedangkan setelah diperbandingkan dengan negara yang
mayoritas peduduknya agama islam angka tersebut sangat kecil.
Terutama karena dengan wudlu minimal 5 kali sehari kebersihan kita
dijaga dari akumulasi zat-zat toksik pada tubuh kita. Berwudlu menjadi
rahasia kesehatan Rasulullah sepanjang rentang hidupnya, bahkan
beliau sangat mewasiatkan untuk senantiasa tampil besih, memakai
wewangian, dan bersiwak (gosok gigi) dengan sempurna.
Pengaruh Gerakan Shalat pada Sistem Cardiovaskular
Gerakan-gerkan dalam shalat merupakan gerkan-gerakan teratur
yang dilakukan sedikitnya 5 kali dalam satu hari sat malam, sehingga
berdampak sebagai olah raga yang teratur dalam siklus body
biorytmic dan irama sirkandian, di dalamnya terdapat unsur olah raga,
relaksasi, latihan konsentrasi, reduksi stress, dan pencegahan penyakit.
Apalagi bila shalat tersebut dilakukan dengan tepat waktu. Gerkan
Terapi Modalitas ... 58

berdiri, ruku, duduk, dan sujud akan mempengaruhi kelancaran sistem


sirkulasi darah dan crdiovaskular tubuh. Hal ini berkaitan dengan
tekanan hidrostatic yang berpengaruh terhadap tekanan arteri dan sistem
vascular yang lain. Pada saat berdiri pompa vena tidak bekerja dan pada
saat bergerak akan terjadi kontraksi pada otot, vena tertekan sehingga
memompa darah dari vena untuk menjaga kelancaran sirkulasinya.
Beberapa pakar kesehatan dunia, juga menyoroti masalah shalat
ditinjau dari ilmu kesehatan. Prof. Dr. Vanschreber mengatakan bahwa
gerakan shalat yang merupakan salah satu ibadah rutin dalam agama
islam adalah suatu cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang
seluas-luasnya dan dapat dibuktikan secara ilmiah.
Aspek Psikoreligius Terapi Pada Shalat
Menurut Ancok (1985 : 1989) dan Suroso (1994) ada beberapa
aspek terapiutik yang terdapat pada shalat, antara lai aspek olahraga,
aspek meditasi, aspek auto-sugesti, dan aspek kebersamaan. Di samping
itu shalat unsur relaksasi oto, relaksasi kesadaran indera, aspek katarsis
(Haryanto, 2001).
Aspek Psikologi shalat Berjamaa
Shalat berjamah mempunyai dimensi psikologis tersendiri
antara lain ; rasabdiperhatikan dan berarti, kebersamaan, tidak adanya
jarak personal, penglihatan, perhahatian (terapi lingkungan), dan
interdependensi (Haryanto, 2001).
1. Rasa diperhatikan dan berarti
Seseorang yang merasa tidak diperhatikan atau diacujkan oleh
keluarganya, masyarakat atau lingkungan dimana ia berada sering
mengalami gangguan atau goncangan jiwa. Bahkan yang stres,
depresi, dan berakhir dengan bunuh diri. Pada sholat berjamaah ada
unsur-unsur rasa diperhatikan dan berarti bagi diri seorang. Beberapa
aspek pada dimensi ini antar lain:
a. Memilih dan menempati shaf. Dalam sholat siapa saja yang
datang terlebih dahulu berhak untuk menempa shaf atau barisan
Terapi Modalitas ... 59

pertama atau terdepan. Dalam agama islam, shaf terdepan dan


sebelah kanan merupakan shaf yang utama, seperti nabi katakan:
sesungguhnya allah dan para malaikat-nya bershalawat atas shafshaf

yang

pertama.

(hadist

riwayat Abu

Daud,

An-

nasai dari Al-Bara). sesungguhnya allah dan para malaikat-nya


bershalawat

atas

shaf-shaf

sebelah

kanan.

(HR. Abu

Daud dan Ibnu Majah dari Aisyah)


b. Setelah duduk maka para jamaah mempunyai kebiasaan untuk
bersalaman dengan jamaah yang ada di kanan dan kiri bahkan
dengan sebelah depan dan belakang. Hal ini menunjukan bahwa
ia mempunyai kedudukan yang sama dan berhak untuk menyapa
lingkungannya.
c. Pada saat mengisi shaf dan meluruskan shaf, apabila sholat akan
dimulai maka imam akan memeriksa barisan kemudian akan
memerintahkan pada makmum untuk mengisi shaf yang kosong
dan merapatkan barisan. Hal ini juga tidak memperdulikan siapa
makmum-nya, jika ada shaf yang kosong harus segera diisi dan
juga kalau kurang rapat harus dirapatkan.
d. Pada saat membaca al-fatihah maka para makmum mengucapkan
amin (kabulkan doa kami) secara serempak, bersama-sama,
dan juga dalam mengikuti gerakan imam. Tidak boleh saling
mendahului karna mungkin merasa mempunyai kedudukan atau
atribut lain yang lebih dari imam.
e. Demikian juga saat akan mengahiri shalat mereka mengucapkan
salam ke kanan dan ke kiri serta saling bersalaman lagi.
2. Rasa kebersamaan
Menurut Djamaludin
Najati (1985),

aspek

Ancok (1989)

kebersamaan

pada

dan Utsman
shalat

berjamaah

mempunyai nilai terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari


rasa terisolir, tepencil, tiddak dapat bergabung dalam kelompok,
tidak diterima atau dilupakan.
Terapi Modalitas ... 60

3. Jarak personal
salah satu kesempurnaan shalat berjamaah adalah lurus dan
rapatnya barisan (shaf) para jamaahnya. Ini berarti tidak ada jarak
personal antara satu dengan lainnya. Masing-masing berusaha untuk
mengurangi jarak personal, bahkan kepada mereka yang tidak ia
kenal, namun merasa ada satu ikatan yaitu ikatan aqidah
(keyakinan).
4. terapi lingkungan
salah satu kesempurnaan shalat adalah di lakukan berjamaah
dan lebih utama lagi dilakukan di masjid. Masjid dalam islam
memepunyai peranan yang cukup besar, masjid bukan sebagai pusat
aktivitas beragama dalam arti sempit namun sebagai pusat aktivitas
kegiatan umat. Sehingga shalat di masjid ini mengandung unsur
terapi lingkungan (haryanto, 2001).
5. pengalihan perhatian
melakukan shalat berjamaah di masjid atau mushola juga
diharapkan akan juga mengalihkan perhatian seseorang dari
kesibukan yang sudah menyita segala energi yang ada dalam diri
seseorang dan kadang-kadang sebagai penyebab stres. Lingkungan
masjid atau mushola akan memberikan suasana yang rileks, tenang,
apabila ia bertemu dengan jamaah lain.
6. melatih saling ketergantungan
yang dimaksud dengan shalat berjamaah adalah minimal dua
orang. Sehingga jika ia ingin disebut sebagai shalat berjamaah, maka
ia harus membutuhkan, menunggu, berkongsi dengan sedikitnya satu
orang.
7. membantu memecahkan masalah
shalat berjamaah di masjid sekarang ini sudah banyak
para takmir masjid menyelenggarakan pengajian pendek yang lebih
dikenal kultum (kuliah tujuh menit) setiap selesai shalat. Tentunya

Terapi Modalitas ... 61

salah satu pokok pembahasannya adalah mengenai permasalahan


manusia, sehingga hal ini akan membantu pemecahan masalah.
Psychoreligious Therpy Bagi Klien Ketergantungan NAPZA
NAPZA adalah suatu momok menakutkan yang membayangbayangi dan menghantui serta siap menghancurkan masa depan
terutama generasi muda. Bagi pecandu, akibat akhir setelah terlibat
NAPZA mudah ditebak.pilihannya adalah kantor polisi, rumah sakit
jiwa, kuburan, atau selamat kembali jika ia mau bertobat dan insyaf.
Masalah NAPZA sebetulnya masalah mental. Jadi focus yang
terberat dalam penangannya sebenarnya pada tahap rehabilitasi mental
bukan pada terapi medik, itu yang dituturkan oleh Prof. Dr. Dadang
Hawari. Dalam hal ini pendekatan agamalah yang lebih tepat.
Psikoreligius Islami untuk Klien Ketergantungan NAPZA
Dalam islami, penanganan masalah NAPZA sudah cukup
lengkap baik segi preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Secara preventif,
islami telah melarang dengan tegas yang tertera dalam Al-Quran Surat
Al-Baqarah (2); 219 dan Surat al-Imron (3); 90-91 bahwa khamar(arak
dan sejenisnya yang merusak fisik danmental manusia) adalah haram.
Dalam khamar terdapat dosa besar dan manfaat bagi manusia, tapi
dosanya lebih besar daripada manfaatnya dan implikasinya selain
merusak langsung pada dirinya juga akan menjerumuskan ke dalam
permusuhan dan membenci antar sesama. Hah ini sudah terbukti secara
nyata dalam masyarakat, akibat NAPZA berupa tindak kriminal,
pemerkosaan,

anarkis

sampai

si

pemakainya

mengalami

psikosis/skizofrenia.
Secara kuratif, dalam islam ada berbagai macam cara, di antaranya;
a. Niat dan Mempunyai Motivasi Bertaubat
Langkah awal yang merupakan kunci untuk keberhasilan
terapi, klien harus mempunyai motivasi dan niat yang ikhlas untuk
tidak menyalahgunakan NAPZA lagi, artinya klien melakukan
taubatan nasuha (tobat yang sebenar-benarnya) untuk tidak
Terapi Modalitas ... 62

mengulangi perbuatan dhalim-nya. Sesuai dengan teori motivasi


bahwa terjadinya tingkahlaku disebabkan oleh adanya kebutuhan
yang dirasakan oleh individu.
Dorongan/kebutuhan motif rangsangan perbuatan tujuan
Kuatnya motivasi sangat menentukan keberhsilan tujunnya, hal
ini dapat dilihat dari:
o Kuatnya kemauan untuk berbuat.
o Jumlah waktu yang disediakan.
o Kerelaan meninggalkan pekerjaan yang lain.
o Kerelaan mengeluarkan biaya.
o Ketekunan dalam mengerjakan tugas.
Untuk mencapai tujuan melepaskan diri dari NAPZA, klien
harus mempunyai motivasi terlebih dahulu dan diikuti dengan
perbuatan diantara diantaranya mandi, shalat, djikir, shaum, dan
menjalankan syariat islam yang lainnya.
Hubungan Pelaksanaan Shalat dan Defresi pada Lansia
Pada lansia, terjadi penurunan konsentrasi dan aktifitas
dopamin, norepinephrin, serotonin, dan epinephrin. Menurut St.
Pierre et al., (1986) menurunnya konsentrasi kimia ini pada proses
penuaan sebagai faktor terjadinya depresi pada lansia (Mildred,1995).
Disebutkan juga defisiensi katekolamin, tidak berfungsinya endokrin
dan hipersekresi kortisol adalah perubahan kimia yang terjadi di dalam
tubuh pada keadaan depresi (Stuart dan Sundeen, 1995).
Penutup
Dari sejumlah peneliti para ahli, ternyata bisa disimpulkan,
bahwa komitmen agama dapat mencegah dan melindungi seseorang
dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit dan
mempercepat pemulihan penyakit yang dipadukan dengan terapi
kedokteran. Agama lebih bersifat protektif daripada problem producing.
Komitmen agama mempunyai hubungan signifikan dan positif dengan
clinical benefit. Kesimpulan umum adalah seperti apa yang telah
Terapi Modalitas ... 63

dikemukakan oleh Larson (1990), Masyarakat dan bangsa kita adalah


bangsa yang religius. Maka sepatutnyalah pendekatan keagamaan
dalam praktik kedokteran dan keperawatan dapat diamalkan dalam
dunia kesehatan. Dengan catatan bukan tujuan untuk mengubah
keimanan seseorang terhadap agama yang sudah diyakininya,
melainkan

untuk

membangkitkan

kekuatan

spiritualnya

dalam

menghadapi penyakit.
F. TERAPI KELOMPOK
Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada
sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain
dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih.
(Direktorat Kesehatan Jiwa)
Terapi kelompok adalah perawatan modalitas untuk lebih dari satu
orang yang menyediakan hasil yang terapeutik untuk individu. (Deborah
Atai Otong)
Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu
kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis
yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal :
1. Kesadaran dan pengertian diri sendiri.
2. Memperbaiki hubungan interpersonal.
3. Perubahan tingkah laku.
Terapi Kelompok adalah proses keperawatan teurapeutik yang
dilakukan dalam kelompok. (Judih Haber)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Terapi kelompok merupakan metoda
pekerjaan sosial yang menggunakan kelompok sebagai media proses
pertolongan

profesional. Maksudnya

ialah individu-individu

yang

mengalami masalah sejenis disatukan dalam kelompok penyembuhan dan


kemudian dilakukan terapi dengan dibimbing atau didampingi oleh
seorang atau satu tim petugas kesehatan.

Terapi Modalitas ... 64

1. Tujuan Terapi Kelompok


Tujuan Umum :
o Meningkatkan kemampuan uji realitas
o Membentuk sosialisasi
o Meningkatkan fungsi psikologis : meningkatkan kesadaran tentang
hubungan antara reaksi emosional dengan perilaku defensive
o Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan
afektif
Tujuan Khusus :
o Meningkatkan identitas diri
o Menyalurkan emosi
o Keterampilan hubungan social
o Bersifat Rehabilitatif :
Indikasi dan kontradiksi
Semua pasien rehabilitasi perlu mendapatkan terapi kelompok
kecuali mereka yang mengalami :
1. Psikopat dan sosiopat
2. Selalu diam dan atau autistik
3. Delusi yang tidak terkontrol
4. Klien yang mudah bosan
5. Pasien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk psikosis berat,
tidak menunjukan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat
dan orang-orang dengan keperibadian sciozoid serta neurotic
6. Paseien dengan ego psiko patologi berat yang menyebabkan
psikotik

kronik

sehingga

menyebabkan

toleransi

terhadap

kecemasan rendah dan adaptasi yang kurang

Terapi Modalitas ... 65

2. Sasaran dan Keanggotaan


Pada umumnya yang menjadi sasaran dar terapi kelompok
adalah yang memiliki masalah yang sama. Dalam psikoterapi yang
intensif kelompok yang heterogen lebih menguntungkan dimana
anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok umur, jenis kelamin
dan keperibadian. Sedagkan kelompok psikoterapi yang lain adalah
kelompok homogen yang anggotanya mempunyai kebiasaan yang sama
misalnya alcoholism, homosexual, ada kecenderungan setiap anggota
mendiskusikan masalah yang sama atau mendukung anggota lainnya.
Keanggotaan

sebuah

terapi

kelompok

mempunyai

beberapa

persyaratan:
1. Sudah ada diagnosa atu satu hasil observasi yang jelas
2. Sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoherent, dan waham yang
tidak terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak mengganggu
berlangsungnya terapi kelompok
Persayaratan bagi pasien rehabilitasi : perlu ditentukan target
kelompok untuk setiap anggota disamping adanya target terapi yang
bersifat kelompok. Target kelompok untuk setiap bulannya adalah :
1. Selama rehabilitasi anggota didorong, mereka yang bersifat pasif
perlu dibangkitkan
2. Selama rehabilitasi anggota didorong untuk mengikuti aktivitas yang
lebih baik atau lebih terampil
3. Sesudah rehabilitasi targetnya adalah bagaimana agar anggota bisa
menghadapi hidup sosial dengan keluarga dan teman sekerja serta
masyarakat umum
4. Perlu adanya rating scale bagi setiap pasien untuk mencapai target
Untuk terapi kelompok di rumah sakit jiwa dianjurkan untuk :
1. Tidak terlalu ketat dalam teknik terapi
2. Diagnosa pasien dapat bersifat heterogen
3. Tingkat kemampuan berpikir dan pengalaman hendaklah setaraf

Terapi Modalitas ... 66

3. Mekanisme Dalam Terapi Kelompok


Setelah pasien berkumpul, mereka duduk berkeliling kemudian
therapist memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dan co-therapist.
Setelah itu anggota kelompok dipersilahkan memperkenalkan dirinya
secara bergiliran dan apabila klien tidak mampu maka therapist
membantu memperkenalkannya. Therapist kemudian menerangkan
maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok juga masalah yang
akan dibicarakan.
Topik atau masalah bisa ditentukan oleh therapist atau atas
usulan pasien. Selain itu juga ditetapkan bahwa anggita bebas
membicarakan apa saja, bebaskan juga untuk mengkritik termasuk
mengkritik therapist, therapist sendiri sebaiknya bersikap moderat dan
menghindari kata yang dianggap sebagai perintah.
Jika terjadi bloking atau kemacetan ditengah-tengah proses
terapi, maka therapist dapat membiarkan sementara tetapi jangan terlalu
lama karena dapat menimbulkan kecemasan yang tinggi, sehingga
therapist perlu mencairkan bloking tersebut dengan berbagai cara sesuai
dengan kondisi kelompok pada saat itu.
Agar proses kelompok dapat berjalan dengan lancar maka :
1. Individu harus diterima sebaik-baiknya sebagaimana adanya
2. Pembatasan yang tidak perlu hendaknya dihindarkan
3. Pernyataan (ekspresi) verbal yang tak tertahankan dibiarkan keluar
4. Reaksi-reaksi dalam interaksi kelompok dinilai
5. Pembentukan kelompok harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
anggota secara perorangan
Tugas therapist
1. Membentuk dan mempertahankan kelompok
2. Membentuk budaya dalam kelompok
3. Membentuk norma kelompok atas dasar keahlian dan keteladanan.
Norma kelompok itu antara lain pemantapan diri, pembukaan diri,

Terapi Modalitas ... 67

norma prosedural, pentingnya kelompok, dan anggota sebagai agen


penolong
Agar perilaku therapist efektif, maka :
Secara umum : seorang therapist harus penuh perhatian, penerimaan,
empati dan ketulusan
Secara khusus : mendengarkan, mengamati, memberi umpan balik,
menghubungkan, konfrontasi, menanyakan, memiliki
untuk melihat proses, meringkas, dan bertanggung
jawab
Sedangkan gaya therapist diharapkan dapat efektif dalam proses
terapi kelompok :
1. Therapist hendaknya bersikap tegas dan cepat didalam mengambil
keputusan dan dalam waktu yang sama mengemukakan alasan
tentang tindakan tersebut
2. Pada waktu ada kekacauan, therapist harus dapat bertindak cepat,
tegas dan bila perlu meminta agar pasien yang mengacau
dipersilahkan keluar tetapi kelompok berjalan terus
3. Setelah terjadi insiden hendaknya therapist mendiskusikan hal
tersebut dengan anggota yang tinggal
4. Self disolomsm mengenai perasaan yang kontradiktif dapat dipakai
sebagai model
5. Tujuan terapi kelompok akan bermanfaat apabila semua perasaan
yang timbul dalam kelompok dikemukakan
4. Pelaksaaan Terapi Kelompok
Tahap-tahap terapi kelompok
a. Peran serta anggota kelompok terutama diwujudkan dalam bentuk:
o Perkenalan : masing-masing anggota kelompok memperkenalkan
diri
o

Pembentukan agenda : masing-masing anggota mengemukakan


problem yang dihadapi sebagai anggota

Terapi Modalitas ... 68

Konfidensilitas : therapist memberikan informasi bahwa


masing-masing anggota secara bebas mengajukan maslahnya, dan
kerahasiahannya terjamin untuk tidak diketahui orang lain diluar
kelompok

Menggali ide-ide dan peranan yang muncul dalam kelompok

Tahap transisi : dalam hal ini dibutuhkan keterampilan therapist


dalam kepekaan waktu, melihat pola perilaku anggota dan
mengenal suasana emosi didalam kelompok
1. Tahap kerja kelompok yang sesungguhnya
2. Tahap terminasi

b. Yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kelompok


1. Repentansi (kehadiran pasien) kehadiran secara fisik dan
psikologis
2. Interview awal (sebelum terapi kelompok, anamnese yang konkrit
dan jelas
3. Penampilan anggota kelompok (sebaiknya yang memenuhi syarat
untuk mengikuti terapi kelompok : pasien tidak dalam krisis, tidak
sangat takut bicara, tidak efektif dalam hubungan antarpribadi,
dan tidak terlalu banyak minta perhatian
c. Tugas-tugas therapist kelompok
1. Membentuk dalam mempertahankan kelompok
2. Membentuk budaya dalam kelompok
3. Membentuk

norma

kelompok

atas

dasar

keahlian

dan

keteladanan. Norma kelompok itu antara lain pemantapan diri,


pembukaan diri, norma prosedural, pentingnya kelompok, dan
anggota sebagai agen penolong
d. Contoh penerapan terapi kelompok untuk pasien rawat inap
1. Untuk pasien rawat inap umunya dengan sesi tunggal : dalam hal
ini therapist harus berpikir bahwa kelompok hidup dalam satu
sesi, karena itu therapist harus lebih aktif dibandingkan dengan

Terapi Modalitas ... 69

kelompok untuk pasien rawat jalan dengan sesi bersambung (6/8


kali pertemuan)
2. Untuk pasien tipe ini bentuk therapy harus terstruktur dengan
jelas, therapist harus menerangkan dengan jelas apa saja yang
seharusnya dan sebaiknya dilakukan oleh pasien dalam kelompok
3. Bentuk terstruktur :
o Tempat pertemuan adalah ruangan yang mempunyai pintu
yang ditutup
o Kelompok disusun dalam bentuk lingkaran
o Waktu harus tepat
o Sebelum terapi selesai anggota tidak diperkenalkan keluar
o Kelompok diawali dan diakhiri denga tepat
e. Orientasi dan persiapan
1. Pada menit-menit pertama dipakai untuk pengenalan dan
persiapan bagi anggota baru
2. Penyampaian secara singkat
3. Secara bergiliran pasien/anggota diminta untuk mengemukakan
masalah yang ingin diselesaikan
4. Mempersiapkan anggota lama dapat berperan serta didalam
mempersiapkan terapi kelompok untuk mengatasi adanya jarak
antara therapist dengan pasien
5. Prosedur yang ajeg da koheren dalam terapi kelompok harus
diperhatikan, denga rincian : menit pertama utnuk persiapan,
definisi tugas, mengisi tugas, mengakhiri pertemuan
Tugas therapist
Untuk mencapai tujuan dai terapi kelompok baik yang
terapeutik maupun rehabilitatif terapi ataupun pemimpin kelompok
hendaknya mampu :
1. Mengembangkan kejujuran diantara anggota kelompoknya
2. Menimbulkan rasa saling menghormati dan saling menerima diantara
anggota kelompok
Terapi Modalitas ... 70

3. Mampu mengontrol tingkah laku yang tidak dapat diterima anggota


kelompoknya
4. Mengarahkan anggota kelompok utnuk beradaptasi dengan semua
anggota
5. Membawa anggota kelompok untuk mampu mengemukakan
masalah mendengarkan keluhan-keluhan dan memberikan saran
terhadap keluhan tersebut
6. Tidak membeda-bedakan anggota kelompok
7. Menjalin hubungan dengan anggota dan antar anggota
8. Melibatkan diri dalam kelompok dan memberikan perhatian penuh
Peran therapist secara umum
Sebagai Katalisator : mempermudah komunikasi dan interaksi;
Regulator mengarahkan proses kearah yang bermanfat; Auxilliary ego
sebagai penopang bagi anggota yang egonya terlalu lemah. Therapist
sebaliknya

mengusahakan

tercipatanya

suasana

yang

tingkat

kecemasannya sesuai, sehingga klien diharapkan mampu membuka diri


dalam kelompok dan tidak mempertahankan mekanisme kopingnya.hal
tersebut terjadi karena awal therapy kelompok klien dihadapkan dengan
orang lain.
Fokus terapi kelompok
1. Orientasi realitas; orientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan
karakteristik: klien dengan gangguan orientasi realita yang dapat
berinteraksi, klien yang kooperatif, dapat berkomunikasi verbal
dengan baik dan kondisi fisik dalam keadaan sehat
2. Sosialisasi;

untuk

memantau

dan

meningkatkan

hubungan

interpersonal dengan karakteristik: klien yang kurang minat


mengikuti kegiatan/tidak ada inisiatif, menarik diri dan kurang
kegiatan sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas
dan sudah dapat membina terus mau berinteraksi dengan sehat fisik
3. Stimulasi persepsi; membantu klien yang mengalami kemunduran
orientasi dengan karakteristik: klien dengan gangguan persepsi,
Terapi Modalitas ... 71

menarik diri dengan realitas, inisiatif dan kurang ide, kooperatif,


sehat fisik dan dapat berkomunikasi verbal
4. Stimulasi sensoris; membantu klien yang mengalami kemunduran
sensoris. Karakteristi: kooperatif, mengalami kemunduran sensoris,
sehat fisik, bicara jelas, waham/halusinasi terkontrol, mau ikut
kegiatan
5. Penyaluran energi: untuk menyalurkan energi secara konstruktif.
Karakteristik: klien dengan perilaku agresif, potensial amuk,
hiperaktif, sehat fisik, dan kooperatif
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam praktik
1. Mendorong perilaku pasien agar perilakunya diterima oleh anggota
lain dari mengendalikan tingkah laku sebaliknya
2. Terimalah pasien secara serius
3. Jangan memberikan perilaku self defeating
4. Therapist memberikan kerangka kerja untuk menerima tingkah laku
yang tidak disukai
5. Perlakukan pasien dengan penghargaan
6. Mencari resolusi jika tidak terjadi konflik
7. Cari cara memperlunak bila terjadi kemarahan
8. Keteladanan therapist penting
Tahap-tahap dalam terapi kelompok
Tahap 1 : tahap ini dimana therapist membentuk hubungan kerja
dengan para anggota kelompok. Tujuannya ialah agar para
anggota

saling

mengenal,

mengetahui

tujuan

serta

membiasakan diri untuk melakukan diskusi kelompok.


Tahap 2 : terutama tercapainya transference dan perkembangan
identitas kelompok. Transference ialah suatu perilaku atau
keinginan seorang pasien (misalnya si A) yang seharusnya
ditujukan kepada seseoranmg lain (misalnya si B) tetapi
dialihkan kepada orang lain lagi (si C, misalnya therapist).
Contoh: perilaku seorang pasien yang seharusnya ditujukan
Terapi Modalitas ... 72

kepada orangtuanya tapi didalam kenyataannya dialihkan


kepada therapist. Perkembangan identitas kelompok ialah
tercapainya suatu sense of belonging atau rasa menyatu
dan berdasarkan kesatuan itu merek merasa mempunyai
kesamaan dalam problem atau kesamaan dalam konflik ini
makin memberikan ikatan diantara kelompok
Tahap 3 : disebut tahah mutualisis (saling menganalisa) yaitu setiap
orang akan mendapat informasi atau reaksi atas apa yang
sudah

dikemukakan.

bermacam-macam,

Dengan
maka

mendapat
kelompok

reaksi

yang

juga

dapat

mengumpulkan kesimpulan reaksi mana yang benar. Dengan


demikian setiap orang akan mendapatkan koreksi atau kesan
kelompok secara umum atas tingkah lakunya
Tahap perkembangan kelompok berdasarkan perasaan peserta
Menurut Judith Haber perkembangan kelompok dibagi
menjadi 4 tahap :
1. Tahap ketidakpastian; pada fase ini terdapat banyak keluhan yang
dirasakan oleh anggota kelompok diantaranya keraguan-keraguan,
perasaan tidak cocok siantara anggota, rasa permusuhan terhadap
pemimpin
2. Tahap overagresif; pada fase ini perselisihan sering diabaikan oleh
kelompok dan pemimpin. Rasa tertarik mulai muncul pada anggota
kelompok yang sekaligus merupakan membawa rasa takut bagi
mereka. Rasa tertarik ini mungkin merupakan awal terbentuknya
suatu hubungan intim dan hal ini merupakan suatu yang dibenci
sebagian besar klien dengan terapi kelompok
3. Tahap regresi; regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk
memanipulasi orang lain secara spontan. Pertama anggota merasa
cemas dan ada keinginan untuk meninggalkan anggota yang regres.
Sehingga saat ini penting bagi pemimpin untuk bertindak dan
menanyakan pada anggota yang mengalami regres tentang apa yang
Terapi Modalitas ... 73

dialaminya sehingga memudahkan pemimpin untuk mengarahkan


perilakunya kepada kenyataan
4. Tahap adaptasi; pada tahap ini anggota kelompok mulai menerrima
anggota lain terhadap kelemahan dan kecacatan, sementara tingkah
laku kepada yang lainnya dapat diterima. Hal ini tidak berarti
anggota-anggota dalam fase ini tidak merespon kepada yang lain
secara irasional, jika hal ini terjadi, keefektifan terapi kelompok akan
menurun

secara

drastis,

dengan demikian

pemimpin

harus

mengontrol kelompok tersebut secara terus menerus sehingga


konflik akan terhindari
Peran perawat dalam terapi kelompok
1. Bertindak sebagai moderator atau pengawas diskusi kelompok
2. Mengevaluasi diskusi kelompok untuk menambah pengalaman terapi
kelompok
3. Mengadakan pendekatan pad kelompok secara efektif
4. Memotivasi penderita agar aktif dalam kegiatan yang dilakukan
5. Menciptakan suasan therapeutik
6. Memberikan kesempatan pada apenderita untuk bekerja sama antar
penderita dengan perawat
7. Memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penderita yang apsif
dan hiperaktif
Keuntungan terapi kelompok
1. Dapat mengobati klien dalam jumlah banyak
2. Anggota kelompok dapat mendiskusikan masalah-masalah mereka,
sehingga menurunkan perasaan terisolasi, perbedaan-perbedaan dan
meningkatkan klien untuk berpartisipasi dan bertukat pikiran
masalah dengan orang lain
3. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menggali gaya-gaya
berkomunikasi dari klien dalam lingkungan yang aman dan mampu
menerima umpan balik dari orang lain

Terapi Modalitas ... 74

4. Anggota kelompok dapat belajar bermacam cara dalam memecahkan


masalah, serta dapat membantu memecahkan masalah orang lain
5. Anggota kelompok dapat belajar peranannya dalam kelompok
(sebagai anggota, pembantu therapist)
6. Kelompok dapat menimbulkan pemahaman/pengertian, konfrontasi,
identifikasi, kelompok rujukan
Kekurangan terapi kelompok
1. Kehidupan pribadi klien tidak terlindungi
2. Klien mengalami kesulitan dalam mengungkapkan masalahnya
karena berbeda keyakinan/sulit dalam berkomunikasi, tidak mau
berubah
3. Jika therapist menyelenggarakan secara individual
Metoda terapi kelompok
Menurut Robinson, metode terapi kelompok berbagi :
1. Kelompok edukatif; metode ini mempunyai tujuan memberikan
pemahaman intelektual mengenai suatu masalah kepada anggota
yang mengikuti terapi kelompok dengan teknik pemberian materi
2. Kelompok social therapeutic; metode ini bermanfaat untuk
menghasilkan identifikasi, dorongan, penerimaan, pemahaman dan
penenteraman untuk orang-orang yang menderita penyakit fisik dan
emosional, misalnya terapi untuk alkaholik
3. Kelompok inspirasi refresif; metode ini melilputi berbagai bidang,
tetapi pada pokoknya bergantung pada seorang pimpinan yang kuat
dan otoriter, yang memberikan situasi yang tersusun tetap,
membangkitkan perasaan berkelompok dan respon kelompok
4. Psiko drama; suatu metode dimana berbagai macam bentuk
kepribadian, hubungan iterpersonal, konflik-konflik dan problema
emosional, diekspresikan atau digali melalui dramatisasi
5. Kelompok interaksi bebas; meliputi berbagai macam bentuk seperti
terapi kelompok analitik, analisa kelompok dan terapi psikoanalitik

Terapi Modalitas ... 75

Faktor-faktor yang bersifat kuratif dalam terapi kelompok


1. Imparting of information; penggunaan informasi yang telah
direncanakan terstruktur, disertai alat bantu pengajaran dengan
membahas topik-topik tertentu
2. Instillastion of hope; membantu klien untuk mempertahankan
kejujuran dalam situasi terapeutik ditumbuhkan harapan-harapan ke
arah optimistik sehingga klien yakin bahwa dirinya akan sembuh
3. Universality; klien dijaga dari perasaan yang berbeda dari orang lain
dalam kelompok klien mulai merasa kurang isolasi dan lebih
menyukai orang lain. Perasaan ini memberikan kekuatan pada klien
untuk belajar bahwa orang lain dalam kelompok memilki masalahmasalah yang sama dalam dirinya
4. Alturism; proses dimana klien dibantu atau membantu orang lain.
Tindakan membantu orang lain ini menjadi sifat terapeutik yaitu
meningkatkan rasa harga diri klien
5. Development of socializing techniques; kemampuan bersosialisasi
ada kaitannya dengan keberhasilan hubungan interpersonal di
masyarakat.

Teknik-teknik

yang

dipergunakan

dalam

terapi

kelompok untuk mengembangkan kemampuan sosialisasi klien


diharapkan setelah berakhirnya terapi kelompok dapat memiliki
kemampuan yang lebih dalam sosialisasi dibandingkan dengan
sebelumnya. Teknik ini adalah role-playing dan umpan balik
6. The correcting recapitulation of primary family group; klien didalam
terapi

mempersepsikan

anggota

kelompok

sebagai

saudara-

saudaranya didalam suatu keluarga dan prilaku dari therapist sebagai


orangtuanya
7. Imitative behavior; yaitu mencontoh perilaku-perilaku yang sehat
dari anggota keluarga dari anggota lain atau therapist dan terus
dikembangkan
8. Interpersonal learning; hasil dari theraphy kelompok dapat
ditransfer pada kelompok-kelompok lain
Terapi Modalitas ... 76

9. Group cohesive; membentuk solidaritas atau ketertarikan, merasa


memiliki dengan ungkapan kita dan bukan saja hal ini tergambar dari
kehadiran dalam kelompok dan kemampuan untuk mengekspresikan
secara positif dan negatif kepada orang lain tanpa integrasi kelompok
10. Catharis; yaitu mengekspresikan perasaan-perasaan melibatkan
emosi-emosi yang dalam
Evaluasi dalam terapi kelompok
Input : persiapan, penyelesaian klien, tempat dan setting ruangan
Proses : peran therapist disesuaikan dengan perencanaan
Pelaksanaan kegiatan aktivitas kelompok
Cara mengatasi masalah yang timbul
Hasil : dapat dinilai melalui format evaluasi
Evaluasi tersebut dapat kita ambil menjadi evaluasi secara
subjektif dan objektif. Secara subjektif, anggota kelompok merasa telah
menemukan tujuan hidupnya dalam lingkup kelompok tersebut.
Sedangkan secara objektif dapat dilihat dari adanya perubahan tingkah
laku yang dialami merupakan hasil pengalaman mereka dalam
berkelompok dan sumbangan peran dari anggota kelompok itu.
Sistematika proposal terapi aktivitas kelompok
Lampiran Anggota Kelompok
Lembar Pengesahan
Daftar Isi
A. Latar Belakang
B. Pengertian
C. Metode TAK
D. Tujuan
E. Kriteria Klien
F. Waktu Pelaksanaan
G. Nama Peserta dan Ruangan
H. Media dan Alat
I. Susunan Pelaksana
Terapi Modalitas ... 77

J. Uraian Tugas Pelaksana


K. Mekanisme Kegiatan
L. Setting Tempat
M.Tata Tertib dan Program Antisipasi
N. Evaluasi
Lampiran Lembar Observasi
Perkembangan Klien dengan TAK
Daftar Pustaka
G. PROGRAM PERENCANAAN PULANG
1. Pengertian
Perencanaan pulang merupakan komponen yang terkait dengan
rentang perawatan. Rentang perawatan sering pula disebut dengan
perawatan

yang

berkelanjutan,

yang

artinya

perawatan

selalu

dibutuhkan sepanjang rentang kesehatan klien dimanapun klien berada.


Rentan perawatan (continum of care) adalah integrasi sistem perawatan
yang terfokus pada klien terdiri dari mekanisme pelayanan perawatan
yang membimbing dan mengarahkan klien sepanjang waktu kehidupan
melalui perencanaan yang komprehensif yaitu pelayanan kesehatan
yang meliputi kesehatan mental, sosial dalam rentang semua tingkat
perawatan (Chasca, 1990)
Perencanaan pulang merupakan bagian penting dari program
pengobatan klien yang dimulai dari segera setelah klien masuk rumah
sakit. Hal ini merupakan suatu proses yang menggambarkan usaha
kerjasama anata timkesehatan, keluarga, klien, dan orang penting bagi
klien.
2. Tujuan dan Prinsip
Tujuan dan prinsip dalam perencanaan pulang merupakan dasar
untuk menentukan tindakan selanjutnya. adapun tujuan perencanaan
pulang adalah meningkatkan keperawatan berkelanjutan bagi klien,
Terapi Modalitas ... 78

membantu rujukan klien dan keluarga memiliki pengetahuan,


keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan
status kesehatan pasien.
Prinsip-prinsip dalm proses perencanaan pulang
1) Klien sebagai fokus dalam perencanaan pulang.
Nilai, keinginan dan kebutuhan klien perlu dikaji dan dievaluasi
sehingga dapat dimasukan dalam perencanaan pulang klien dan
orang-orang yang dekan atau penting bagi klien. Tenaga kesehtan
yang terlibat diikutsertakan dalam perencanaan pulang klien.
2) Kebutuhan klien diidentifikasi saat masuk, dirawat sebelum
pulang.
Kebutuhan ini dikaitkan dengan masalah yang mungkin timbul
setelah pulang sehingga rencana antisipasi masalah dapat
dianutuntuk dilaksanakan setelah pulang.
3) Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif.
Penrencanaan pulang adalah proses multi disiplin dan tergantung
pada kerjasama yang jelas dan komunikasi lisan, tertulis di antara
peserta tim.
4) Perencanaan pulang disesuaikan dengan sumber daya dan fasilitas
yang tersedia.
Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah [ulang
disesuaikan dengan pengetahuan dari tenaga yang tersedia program
dan fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5) Perencanaan pulang dilakukan pada setiap tatanan pelayanan.
Setiap kali pasien masuk tatanan pelayanan maka perencanaan
pulang harus dilakukan.
3. Jenis-Jenis Pemulangan Pasien
Menurut Stuart dan Sundeen (1991), ada 3 jenis pemulangan pasien
diantaranya :
1) Conditional discharge (pulang sementara atau cuti)
Bila keadaan klien cukup membaik untuk dirawat dirumah makan
cara pemulangan ini dapat dipakai. Klien untuk sementara dpat
dirawat di rumah dengan harapan dapat membantu klien dan
keluarga dapat beradaptasi dengan situai di rumah maupun
Terapi Modalitas ... 79

dimasyakat. Selama klien pulang pengawasan dari rumah sakit


ataupun puskesmas tetap diperlukan.
2) Absolut discharge (pulang mutlak selamanya)
Cara pulang ini merupakan terminasi akhir dari hubungan klien
dengan rumah sakit tetapi bila klien perlu dirawat kembali maka
prosedur perawatan dapat dilaksanakan kembali. Jenis pemulangan
ini diberikan kepada klien yangmengalami perbaikan status
kesehatan yang baik sehingga dapat berfungsi kembali secara
optimal dimasyarakat.
3) Judikal discharge (pulang paksa)
Klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatannya belum
memungkinkan untuk dipulangkan, misalnya karena klien adalah
seorang narapidana atau karena keluarga tetap menginginkan klien
pulang karena suatu alasan. Klien tersebut harus tetap diberikan
arahan untuk perawatan di rumah dan fasilitas yang dapat
digunakan dimasyarakat.
4. Standar Keperawatan Perencanaan Pulang
Standar perencanaan pulang merupakan sistem keperawatan
yang berkelanjutan yang diperlukan klien setelah masuk ke rumh sakit
dan membantu keluarga menemukan penyelasaian masalah yang baik
pada saat yang tepat, sumber yang tepat serta biaya yang terjangkau.
Standar perencanaan klien pulang dimulai sejak awal klien masuk
rumah sakit sampai klien pulang pulang dengan melibatkan klien dan
keluarganya.

Terapi Modalitas ... 80

Stadar pengkajian
1) Aktivitas hidup sehari-hari
a) Makan dan minum
Penggunaan alat makan dan minum
Cara makan dan minum
Kemauan untuk makan dan minum
Pola makan
b) Eliminasi
Kebiasaan dan kemauan eliminasi
Pola eliminasi
c) Personal hygine
Kemampuan
Kebiasaan
Prekuensi
Sarana yang digunakan
d) Berpakaina dan kerapihan diri
Frekuensi ganti pakaian
Kerapihan
Kemampuan berpakaian
e) Aktivitas
Ada tidaknya aktivitas
Bertujuan-tidaknya
Intensitas/norma/hiperaktif/malas
Bertanggung jawab/tidak
Kemampuan
f)
Istirahat tidur
Pola
Lamanya
Mimpi buruk
Kesulitan untuk memulai tidur
g) Keagamaan
Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan ajaran agama atau
tidak.
Hubungan dengan pemuka agama
2) Tingkat kebuuhan perawat klien.
a) Kondisi klien yang membutuhkan perawatan intensif:
Disorientasi berat
Agresif dan amuk
Perilaku bizarre
Mengancam integritas fisk dan psikologis klien
Mengancam integritas fisik dan psikologis orang lain.
Terapi Modalitas ... 81

Pasien yang hari ke- 1 dirawat


Derajat ketergantungan klien pada perawat.
b) Kondisi klien yang memerlukan modifikasi perawatan intensif:
Disorientasi sedang
Motivasi terbatas
Kegiatan harian perlu supervise dan bimbingan yang sering
Derajat ketergantungan perawatan transisi
c) Kondisi klien yang memerlukan perawatan transisi:
Penyimpangan perilaku sedang; perlu control sedang
Mampu berkomunikasi dengan bimbingan
Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan bimbingan
Hanya memerlukan pengarahan terbatas, seperti dorongan dan
dukungan.
Derajat ketergantungan sedang/perlu pengawasan sebagian.
d) Kondisi klien yang memerlukan perawatan minimal:
Mampu berkomunkasi secara verbal dan nonverbal
Mampu berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan
Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan control minimal
Derajat ketergantungan klien pada perawatan rendah
Kegiatan harian dan pegisian waktu luang baik
3). Pengetahuan dan kemampuan klien dan keluarga tentang
b) Penyakit klien:
Tanda dan gejala
Stressor pencetus
Cara penanganan
c) Pengobatan
Manfaat
Efek samping
Waktu pemberian
4). Hubungan interpersonal dalam keluarga:
Pola komunikasi terbuka/tertutup
Keakraban dan kerenggangan
Pola hubungan antar generasi
5). Kemampuan dan kemauan klien dan keluarga dalam penerimaan
tindakan keperawatan
6). Sumber dan system pendukung yang ada di masyarakat
Puskesmas
Bengkel kerja
Perawat komunitas
Terapi Modalitas ... 82

7). Sumber financial dan pekerjaan:

Pekerjaan; ada/tidak
Jenis pekerjaan
Hobi
Keterampilan yang dimilki
Tanggungan hidup, ada atau tidak.
Penghasilan; mencukupi atau tidak

Standar Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yaitu :
Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari
Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang dideritaya yang
berkaitan dengan rencana pulang
Ketidakmampuan keluarga merawat klien dirumah
System pendukung yang tidak adekuat.
Standar Tindakan
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari:
Bina hubungan saling percaya antara klien, perawata, keluarga.
Identifikasi kebiasaan dan kemampuan pemenuhan kebutuhan
aktivutas sehari0hari klien selama dirumah.
Beri reiforcemment positif/ pujian pada hal-hal positif yang
dikemukakan klien.
Diskusikan dengan klien tentang kebutuhan aktivitas hidup seharihari selama dalam masa perawatan di rumah.
Motivasi klien untuk melakukan kebutuhan aktivitas hidup seharihari selama dalam masa perawatan di rumah sakit.
Observasi dan bimbing klien dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari selama dalam masa perawatan di rumah sakit.
Beri reinforcement positif/ pujian pada tindakan positif yang
dilakukan klien, diskusikan dengan klien tentang manfaat yan
dirasakan setelah melakukan aktivitas hidup sehari-hari setelah di
rumah sakit.
Anjurkan klien untuk mengikuti terapi okupasi yang sesuai dengan
minatnya.
Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang telah
diidentifikasi dan keterampilan yang didapat dari terapi okupasi.

Terapi Modalitas ... 83

Kerjasama dengan keluarga untuk memotivasi dan mendorong klien


melakuka aktivitas hidup sehari-hari di rumah sakit dan di rumah.
2. Cemas pada klien dan keluarga akan penyakit yang diderita yang
berkaitan dengan rencana pulang:
Bina hubungan saling percaya antara perawat, klien, dan keluarga.
Tanyakan pada klien dan keluarga tentang harapan yang ingin
dicapai setelah pulang.
Beri kesempatan pada klien untuk mengekspresikan perasaanperasaan mengenai meninggalkan rumah sakit, antisipasi masalah,
ketakutan, dan cara menghadapi situasi di luar rumah sakit.
Diskusikan dengan klien dengan keluarga tentang tujuan dan harapan
setelah pulang.
Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk melihat kepulangan
sebagai langkah yang positif.
Tekanan pada klien dan keluarga bahwa hubungan perawat, klien,
dan keluarga di rumah sakit adalah hubungan terapeutik.
3. Ketidak mampuan keluarga merawat klien di rumah.
Bina hubungan saling percaya antar perawat dan keluarga.
Diskusikan dengan keluarga bahwa kelaurga terikat secara kontinyu
mengenai perawatan klien sejak awal.
Diskusikan dengan keluarga bahwa klien tidak mutlak menjadi
tanggung jawab pihak rumah sakit tetapi merupakan bagian dari
keluarga.
Diskusikan dengan kelaurga tentang masalah yang ada pada klien
serta efeknya terhadap klien dan lingkungan.
Identifikasi dengan keluarga tentang kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah.
Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara konstruktif dalam
mengatasi masalah klien termasuk tentang kebutuhan check up
(kontrol), kebutuhan untuk terapi medis serta tempat rujukan.
Diskusikan tentang obat klien: kegunaan, waktu pemberian,
instruksikan keluarga untuk melakukan cara-cara yang konstruktif
dalam mengatasi masalah klien, merawat klien di rumah.
4. Sistem pendukung (keluarga dan masyarakat tidak adekuat):
Bina hubungan saling percaya antar perawat dengan keluarga.
Idenfikasi hubungan interpersonal antar klien dan keluarga.
Terapi Modalitas ... 84

Identifikasi masalah-masalah yang ada dalam keluarga.


Identifikasi cara-cara keluarga dalam mengatasi masalah.
Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara mengatasi masalah
yang konstruktif.
Jelaskan pada keluarga tentang peran penting keluarga sebagai
pendukung bagi klien.
Diskusikan dengan keluarga tentang cara-cara untuk menjadi sistem
pendukung yang adekuat bagi klien yaitu dengan cara ikut terlibat
dalam perawatan klien di rumah sakit.
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalah.
Motivasi klien untuk menggunakan cara-cara konstruktif dalam
mengatasi masalah dan aktivitas sehari-hari yang positif.
Diskusikan dengan keluarga tentang kemungkinan kerjasama dengan
masyarakat untuk menjadi sistem pendukung bagi klien.
Identifikasi bersama keluarga tentang sistem pendukung yang ada
dalam masyarakat: puskesmas, karang taruna, dan balai latihan kerja.
Motivasi keluarga dan klien untuk memanfaatkan sistem pendukung
yang ada dalam masyarakat.
Standar Evaluasi
Standar evaluasi klien dapat pindah dari ruangan intensif akut/
modifikasi intensif/ intermidiate/ perawatan minimal.
1. Kondisi klien dapat pindah dari ruang intensif akut ke ruang modifikasi
intensif:
Disorentasi sedang
Motivasi terbatas
Kegiatan dan aktivitas perlu bimbingan dan supervisi yang ketat.
Derajat ketergantungan pada perawat sedang.
Perilaku tidak mengancam integritas fisik .
Perilaku tidak mengancam integritas fisik dan keselamatan orang
lain.
2. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang modifikasi intensif ke ruang
intermediate:

Penyimpanan perilaku sedang; perlu kontrol sedang,


Mampu berkomunikasi dengan bimbingan,
Mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan bimbingan.
Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari dengan bimbingan.
Terapi Modalitas ... 85

Perlu pengarahan terbatas untuk mendukung/ mendorong.


Derajat ketergantungan pada perawat sedang/ perlu perawatan
sebagian.
3. Kondisi klien yang dapat pindah dari ruang intermediate ke ruang
perawatan minimal/ persiapan pulang.
Mampu berkomunikasi secara verbal dan non verbal, verbal dan non
verbal sesuai.
Mampu berinteraksi dengan orang lain/ lingkungan konstruktif.
Mampu melaksanakan kegiatan harian yang terprogram.
Mampu melaksanakan kegiatan harian dengan kontrol minimal.
Derajat ketergantungan pada perawat rendah/ minim.
Kegiatan harian dan pengisian waktu luang baik.
Mampu mengungkapkan perasaan dengan orang lain secara asertif.
4. Kondisi klien yang dapat pulang
Mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Mempunyai jadwal kegiatan sehari-hari serta penggunaan waktu
luang dengan kegiatan yang positif.
Komunikasi verbal dan nonverbal sesuai.
Klien sanggup mengatasi stressor pencetus dengan cara-cara
penanganan yang konstruktif.
Klien dan keluarga memahami tentang pengobatan yang harus
dijalani; manfaat obat, efek samping, waktu pemberian obat.
Klien dan keluarga mengetahui sistem pendukung yang ada di
masyarakat: puskesmas, balai latihan kerja, perawat komunitas.

Terapi Modalitas ... 86

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan
Terapi modalitas ialah terapi dalam keperawatan jiwa, diman
perawat mendasarkan potensi yang dimiliki klien (modal-modality)
sebagai titik tolak terapi atau penyembuhan. Kombinasi terapi modalitas
merupaka suatu yang sangat dianjurkan. Untuk itu perawat mempunyao
peranan yang sangat penting untuk mengkombinasikan berbagai terapi
modalitas sehingga perubahan perilaku yang dicapai akan maksimal.
Utnuk mencapai langkah ini tentu dituntut semakin meningkatnya
kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai pendekatan/strategi
terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi hal yang
wajib dilakukan setiap perawat.

B.

Saran
Terapi modalitas sudah sepantasnya masuk dalam standar asuhan
keperawatan jiwa dan menjadi integral dalam standar asuhan keperawatan
jiwa khususnya pada tindakan keperawatan jiwa yang diberikan pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa utamanya diruang rawat inap
rumah sakit jiwa. Dengan demikian menjadi kewajiban perawat untuk
memberikan terapi modalitas secara rutin sesuai dengan kebutuhan
diberbagai tatanan pelayanan kesehatan jiwa dan menjadikan sebagai
bagian dari budaya profesional sehingga dapat meningkatkan citrea dan
mutu pelayanan keperawatan jiwa bagi pasien dan keluarganya.

Terapi Modalitas ... 87

You might also like