Professional Documents
Culture Documents
H DENGAN P2 A0
PARTUS MATURUS DENGAN SC A.I GAGAL DRIP
DI RUANG RAWAT INAP KEBIDANAN ZAITUN III
RSUD AL IHSAN BALEENDAH PROVINSI JAWA BARAT
Disusun oleh :
KELOMPOK III
DEVI ARIYANI
HANI HANANIYAH
RENDY HERDIANTO
SAWITRA ADITYA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT kami panjatkan atas limpahan kasih dan
sayang-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai
Asuhan Keperawatan Postnatal. Tak lupa kami sampaikan shalawat serta salam
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya, dan kita
selaku umatnya.
Penyusunan tugas makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas
Keperawatan Maternitas
dan
keterbatasan.
Hal
ini
dikarenakan
keterbatasan
akan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melahirkan merupakan puncak peristiwa dari serangkaian proses
kehamilan. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa khawatir, cemas dan
gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita menginginkan persalinannya
berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang sempurna. Seperti yang telah
diketahui, ada dua cara persalinan yaitu persalinan pervaginam yang lebih
dikenal dengan persalinan normal atau alami dan persalinan dengan operasi
Caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar atau sectio caesaria.
(digilib.unimus.ac.id, 2012).
Sectio caeseria adalah cara persalinan melalui pembedahan di perut dan
di dinding uterus. Seharusnya keadaan ini dilakukan jika ibu dan janinnya dalam
keadaan darurat dan hanya dapat diselamatkan melalui operasi. Bedah caesar
yang tidak direncanakan biasanya baru diputuskan pada saat atau ketika
persalinan berlangsung. Pemilihan persalinan melalui operasi dengan alasan
yang beragam antara lain tidak tahan atau takut terhadap nyeri pada saat
melahirkan. Banyak wanita yang tidak tahan memilih untuk menjalani operasi
bahkan ada yang begitu mengetahui dirinya hamil sudah merencanakan untuk
tidak bersalin normal dan melahirkan bayi dengan caesar (Oxorn, 2003).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin dan nifas masih merupakan
masalah besar di negara berkembang termasuk Indonesia. Sekitar 25% 50%
kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. (Depkes RI, 2011). Tahun 2005 AKI di Dunia
400/100.000 kelahiran hidup, dinegara maju 9/100.000 kelahiran hidup dan
upaya
pencapaian
dan
tujuan
pembangunan
kesehatan,
kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan
kematian janin 14,5% (Wiknjosastro, 2005).
Namun demikian operasi sectio caesarea bukan tanpa adanya risiko.
Komplikasi sectio caesarea antara lain perdarahan, infeksi (sepsis), dan cedera
di sekeliling struktur (usus besar, kandung kemih, pembuluh ligament yang
lebar,ureter) (Hacker, 2001), sedangkan menurut Bensons dan Pernolls cit. Adjie
( 2005 ) angka kematian secara sectio caesaria adalah 40-80 tiap 100.000
kelahiran hidup. Angka ini menunjukkan resiko 25 kali lebih besar dibanding
persalinan pervaginam. Malahan untuk kasus karena infeksi mempunyai angka
80 kali lebih tinggi dibandingkan persalinan pervaginam. Komplikasi tindakan
anestesi sekitar 10 % dari seluruh angka kematian ibu. Frigeletto 1980
melaporkan, di Boston Hospital for women angka kematian ibu nol pada 10.231
kasus. Tetapi mereka juga mengemukakan bahwa angka kesakitan dan
kematian lebih tinggi pada persalinan dengan sectio caesaria dibandingkan
persalinan pervaginam, karena ada peningkatan resiko yang berhubungan
dengan proses persalinan sampai pada keputusan dilakukan sectio caesaria
(www.infoibu.com, 2012)
Di RSUD Tasikmalaya dari bulan Januari s/d Juni 2012, jumlah pasien
yang di sectio caesarea adalah 578 orang dan indikasi terbanyak adalah karena
gagal drips.
Atas dasar uraian di atas, maka kami mengambil judul laporan ini:
asuhan keperawatan pada ny. h dengan sectio caesarea atas indikasi gagal drip
di Ruang Rawat Inap Kebidanan Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi
Jawa Barat.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Sectio
Caesarea atas indikasi gagal drip di Ruang Rawat Inap Kebidanan Zaitun III
RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi Jawa Barat ?
C. Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengelolaan asuhan keperawatan
pada Ny. H dengan Sectio Caesarea atas indikasi gagal drips di Ruang
Rawat Inap Kebidanan Zaitun III RSUD Al Ihsan Baleendah Provinsi
Jawa Barat.
2.
Tujuan khusus
a. Dapat mengkaji data subjektif pada Ny. H dengan Sectio Caesarea
atas indikasi gagal drip.
b. Dapat mengkaji data objektif pada Ny. H dengan Sectio Caesarea
atas indikasi gagal drip.
c. Dapat melakukan analisa untuk menilai status kesehatan pada Ny. H
dengan Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
d. Dapat melakukan penatalaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. H
dengan Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
e. Dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Ny. H dengan
Sectio Caesarea atas indikasi gagal drip.
D. Manfaat
1.
Bagi Penyusun
Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu dengan Sectio
Caesarea.
2.
Bagi Pendidikan
Dapat menambah bahan bacaan diperpustakaan, sehingga
mahasiswa
dapat
meningkatkan
wawasan
khusunya
dalam
makalah
ini
menggunakan
metode
deskriptif
untuk
Wawancara
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan melakukan tanya jawab
dengan masalah yang dihadapi klien. Penulis melakukan wawancara
langsung dengan kilen, keluarga, dan tenaga kesehatan yang dapat
memberikan keterangan tentang Ny. H dengan post op sectio caesarea
indikasi gagal drip.
3.
Studi dokumenter
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan mempelajari buku laporan,
catatan medik, pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium dan hasil
pemeriksaan yang ada untuk mengetahui keadaan Ny. H dengan Post
operasi sectio caesarea indikasi gagal drip.
4.
Studi Kepustakaan
Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku literatur
maupun jurnal - jurnal keperawatan untuk membahas masalah yang
berhubungan dengan penulisan makalah ini.
F.
Sistematika Penulisan
Dalam masalah pembahasan makalah ini penyusun memberikan
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian
Ada beberapa teori tentang definisi Sectio Caesaria (SC), dan masingmasing mempunyai pengertian yang berbeda tetapi makna yang sama yaitu :
Sectio Caesaria adalah cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau seksio
sesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
(Mochtar, 2000).
Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 g, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh/intact.
(Saifuddin, 2002).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. (Wiknjosastro, 2005).
Persalinan SC adalah persalinan melalui sayatan pada dinding abdomen
dan uterus yang masih utuh dengan berat janin > 1000 gram atau UK > 28
minggu. (Manuaba, 2001)
Sectio Caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).
lainnya jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada
plasenta previa, SC juga dilkukn untuk kepentingan ibu, sehingga SC dilakukan
pada placenta previa walaupun anak/bayi sudah mati.
2)
3)
Kekurangan :
1)
2)
b. Sectio Caesaria Ismika atau Profunda atau Low Cervical dengan insisi
pada segmen bawah rahim.
Kelebihan :
1)
2)
3)
4)
Perdarahan kurang
5)
Kekurangan :
1)
2)
b.
c.
E. Etiologi
Indikasi menurut Manuaba (2005)
1). Plasenta previa sentralis / lateralis.
2). Panggul sempit
3). Disproporsi sevalo pelvic
4). Ruptura uteri mengancam
5). Partus lama
6). Distosia serviks
F.
Kontra indikasi
Dalam praktek kebidanan modern, tidak ada kontra indikasi tegas
terhadap sectio caesaria, namun demikian sectio caesaria jarang dilakukan bila
keadaan-keadaan sebagai berikut :
1.
Janin mati
2.
3.
4.
5.
Kelainan Kongenital
6.
G. Komplikasi
1.
Infeksi
Lokasinya pada rahim dapat meluas ke organ-organ dalam rongga
panggul disekitarnya. Faktor-faktor predisposisi partus lama, ketuban
pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya.
2.
Perdarahan
Perdarahan bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang
arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri.
3.
4.
5.
Kurang kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga bisa terjadi ruptur
uteri pada kehamilan berikutnya.
6.
(Wiknjosastro, 2005)
Usai Sectio Caesaria, ada kemungkinan ibu tidak bisa buang air kecil
karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi
karena saat proses pembedahan kandung kemih terpotong.
k. Hematoma
Hematoma adalah perdarahan pada rongga tertentu, jika ini terjadi
selaput disamping rahim akan membesar membentuk kantung akibat
pengumpulan darah yang terus menerus. Akibatnya fatal, yaitu
kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan
normal. Tetapi mengingat resiko perdarahan pada sectio caesaria lebih
tinggi, risiko hematoma pun lebih besar.
l. Usus terpilin
Sectio caesaria mengakibatkan gerak peristaltik usus tidak bagus,
kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi usus,
atau perlekatan usus saat mengembalikannya ke posisi semula.
m. Keracunan darah
Keracunan
darah
pada
sectio
caesaria
dapat
terjadi
karena
kelak
dilakukan
sectio
caesaria
lagi,
perlekatan
yang
b. Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit
dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam (sampai ke
myometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta
mengeras. Risikonya terjadi plasenta ini bisa meningkat karena sectio
caesaria.
c. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat sectio
caesaria. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang
dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayipun berkurang dan
lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua, pembedahan lapisan
perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus menerus.
Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan
dilakukan tidak hati-hati, bayi bisa tersayat di dalam kepala atau
bokong. Terlebih dinding rahim sangat tipis.
d. Masalah pernafasan
Bayi yang lahir lewat sectio caesaria cenderung mempunyai masalah
pernafasan yaitu nafas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi
tidak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami
sehingga cairan paru-parunya tidak bisa keluar. Masalah pernafasan
ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.
e. Angka APGAR rendah
Angka APGAR adalah angka yang mencerminkan kondisi umum bayi
pada menit pertama dan menit ke lima. Rendahnya angka APGAR
merupakan efek anestesi dari sectio caesaria, kondisi bayi yang stress
menjelang lahir, atau bayi tidak distimulasi sebagaimana bayi yang
lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir
I.
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat
ditemukan
meliputi
distress
janin,
kegagalan
untuk
melanjutkan
j.
m. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.
n. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
o. istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
p. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.
q. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
r.
menjelang
persalinan
dampak
psikologis
klien
terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
t.
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan.
2) Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Telinga
Biasanya
bentuk
telingga
simetris
atau
tidak,
bagaimana
5) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6) Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
7) abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa
nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
8) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9) Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur
10) Ekstermitas
Pemeriksaan
odema
untuk
mrlihat
kelainan-kelainan
karena
J. Diagnosa Keperawatan
a. Transisi
perubahan
proses
keluarga
berhubungan
dengan
nyaman:
nyeri
akut
berhubungan
dengan
trauma
eleminasi
urin
berhubungan
dengan
trauma/diversi
DX Kep.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Perubahan proses
keluarga
berhubungan
dengan
perkembangan
transisi /
peningkatan
anggota keluarga.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan pasien
dapat menerima
perubahan dalam
keluarga dengan
anggota barunya.
a. anjurkan pasien
untuk menggendong,
menyentuh dan
memeriksa bayi,
tergantung pada
kondisi pasien dan
bayi, bantu sesuai
kebutuhan,
a. jam pertama
setelah melahirkan
memberikan
kesempatan unik
untuk ikatan
keluarga mterjadi
karena ibu dan bayi
secara emosional
dan menerima
isyarat satu sama
lain,yang memulai
kedekatan dan
proses pengenalan.
Kriteria hasil:
a). Menggendong bayi,
bila kondisi
memungkinkan
b). Mendemonstrasikan
prilaku kedekatan dan
ikatan yang tepat.
c). Mulai secara aktif
mengikuti perawatan
bayi baru lahir dengan
cepat.
b. berikan
kesempatan pada
ayah atau pasangan
muntuk menyentuh
dan menggendong
bayi dan bantu
dalam perawatan
bayi sesuai dengan
kemungkinan situasi.
c. observasi dan
catat interaksi
keluarga bayi, dan
perhatikan perilaku
yang dianggap
mengandalkan dan
kedekatan dalam
budaya tertentu.
d. diskusikan
kebutuhan kemajuan
dan sifat interaksi
yang lazin dari
ikatan. Perhatikan
kenormalan dari
variasi respon dari
satu waktu ke waktu.
e. sambut keluarga
dan sibling untuk
kunjungan sifat
b. membantu
memudahkan
ikatan/ kedekatan
diantara ayah dan
bayi. Memberikan
kesempatan untuk
ibu memvalidasi
realita situasi dan
bayi baru lahir.
c. pada kontak
pertama dengan
bayi, ibu
menunjukan pola
progresif dari
perilaku dengan
cara menggunakan
ujung jari
d. membantu
pasien dan
pasangan
memahami makna
pentingnya proses
dan memberikan
keyakinan bahwa
perbedaan
f. berikan informasi
sesuai kebutuhan,
keamanan kondisi
bayi. Dukungan
pasangan sesuai
kebutuhan.
g. jawab pertanyaan
pasien mengenai
protokol, perawatan
selama periode
pasca kelahiran.
diperkirakan
e. meningkatkan
kesatuan keluarga
dan membantu
sibling memulai
proses adaptasi
positif terhadap
peran baru dan
memasukan
anggota baru ke
dalam struktur
keluarga.
f. membatu
pasangan untuk
memproses dan
mengevaluasi
informasi yang
diperlukan,
khususnya bila
priode pengenalan
awal telah
terlambat.
g. informasi
menghilangkan
ansietas yang
dapat menggangu
ikatan atau
mengakibatkan
absorpsi daripada
perhatian terhadap
bayi baru lahir.
2
Ketidaknyamanan:
nyeri, akut
berhubungan
dengan trauma
pembedahan
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan
ketidaknyamanan; nyeri
berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
a. tentukan lokasi
dan karakteristik
ketidaknyamanan
perkatikan isyarat
verbal dan non
verbal seperti
meringis.
a). Mengungkapkan
kekurangan rasa nyeri
b). Tampak rileks
b. berikan informasi
a. pasien mungkin
tidak secara verbal
melaporkan nyeri
dan
ketidaknyamanan
secara langsung.
Membedakan
karakteristik khusus
dari nyeri
membantu
membadakan nyeri
mampu tidur.
c). Skala nyeri 1-3
dan petunjuk
antisipasi menganai
penyabab
ketidaknyamanan
dan intervensi yang
tepat.
c. evaluasi tekanan
darah dan nadi:
perhatikan
perubahan perilaku.
d. perhatikan nyeri
tekan uterus dan
adanya atau
karakteristik nyeri.
e. ubah posisi
pasien, kurangi
rangsangan
berbahaya dan
berikan gososkan
punggung dan
gunakan tehnik
pernafasan dan
relaksasi dan
distraksi.
f. lakukan nafas
dalam dengan
menggunakan
prosedur-prosedur
pembebasan dengan
tepat 30 menit
setelah pemberian
analgesik.
g. anjurkan ambulasi
dini. Anjurkan
menghindari
makanan dan cairan
berbentuk gas :
misalnya: kacangkacangan, kol,
minuman karbonat.
b. meningkatkan
pemacahan
masalah,
membantu
mengurang nyeri
berkenaan dengan
ansietas.
c. pada banyak
pasien, nyeri dapat
menyebabkan
gelisah, serta
tekanan darah dan
nadi meningkat.
Analgesia dapat
menurunkan
tekanan darah.
d. selama 12 jam
pertama pasca
partum, kontraksi
uterus kuat dan
teratur dan ini
berlanjut 2-3 hari
berikutnya,
meskipun frekuensi
dan intensitasnya
dikurangi faktorfaktor yang
memperberat nyeri
meliputi multipara,
over distersi uterus.
e. merilekkan otot
dan mengalihkan
perhatian dari
sensasi nyeri.
Meningkatkan
kenyamanan dan
menurunkan
distraksi tidak
menyenangkan,
h. palpasi kandung
kemih, perhatikan
adanya rasa penuh.
Memudahkan
berkemih periodik
setelah
pengangkatan
kateter indweling.
meningkatkan rasa
sejahtera.
f. nafas dalam
meniningkatkan
upaya pernafasan.
Pembebasan
menurunkan
regangan dan
tegangan area
insisi dan
mengurangi nyeri
dan ketidak
nyamanan
berkenaan dengan
gerakan otot
abdomen.
g. menurunkan
pembentukan gas
dan meningkatkan
peristaltik untuk
menghilangkan
ketidak nyamanan
karena akumulasi
gas.
h. kembali fungsi
kandung kemih
normal memerlukan
4-7 hari dan oper
distensi kandung
kemih menciptakan
perasaan dan
ketidaknyamanan.
Ansietas
berhubungan
dengan krisis
situasi, ancaman
pada konsep diri
tranmisi atau
kontak
interpersonal,
kebutuhan tidak
terpenuhi.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan ansietas
dapat berkurang atau
hilang.
Kriteria hasil :
a). Mengungkapkan
perasaan ansietas
b). Melaporkan bahwa
ansietas sudah
menurun
c). Kelihatan rileks,
dapat tidur / istirahat
a. Dorong
a. memberikan
keberadaan atau
dukungan
partisipasi pasangan. emosional; dapat
mendorong
b. Tentukan tingkat
mengungkapkan
ansietas pasien dan
masala.
sumber dari masalah
Rasional Mendorong b. membantu
pasien atau
memfasilitasi
pasangan untuk
adaptasi yang
mengungkapkan
positif terhadap
keluhan atau
peran baru,
harapan yang tidak
mengurangi
dengan benar.
terpenuhi dalam
proses
ikatan/menjadi orang
tua. Bantu pasien
atau pasangan
dalam
mengidentifikasi
mekanisme koping
baru yang lazim dan
perkembangan
strategi koping baru
jika dibutuhkan.
c. Memberikan
informasi yang
akurat tentang
keadaan pasien dan
bayi
d. Mulai kontak
antara
pasien/pasangan
dengan baik
sesegera mungkin.
4.
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan pasien tidak
lagi mengungkapkan
perasaan negatif diri
dan situasi
Kriteria hasil :
a). Mengungkapkan
pemahaman mengenai
faktor individu yang
mencetuskan situasi
saat ini.
b). Mengekspresikan
diri yang positif.
a. Tentukan respon
emosional pasien /
pasangan terhadap
kelahiran sesarea.
b. Tinjau ulang
partisipasi
pasien/pasangan
dan peran dalam
pengalaman
kelahiran. Identifikasi
perilaku positif
selama proses
prenatal dan
antepartal.
c. Tekankan
kemiripan antara
kelahiran sesarea
dan vagina.
Sampaikan sifat
positif terhadap
kelahiran sesarea.
Dan atur perawatan
pasca patum
perasaan ansietas.
c. khayalan yang
disebabkan
informasi atau
kesalahpahaman
dapat
meningkatkan
tingkat ansietas.
d. mengurangi
ansietas yang
mungkin
berhubungan
dengan
penanganan bayi,
takut terhadap
sesuatu yang tidak
diketahui, atau
menganggap hal
yang buruk
berkenaan dengan
keadaan bayi.
a. kedua anggota
pasangan mungkin
mengalami reaksi
emosi negatif
terhadap kelahiran
sesarea meskipun
bayi sehat,
orangtua sering
berduka dan
merasa kehilangan
karena tidak
mengalami
kelahiran pervagina
sesuai yang
diperkirakan.
b. respon berduka
dapat berkurang
bila ibu dan ayah
mampu saling
membagi akan
pengalaman
kelahiran, sebagai
dapat membantu
menghindari rasa
Risiko tinggi
terhadap infeksi
berhubungan
dengan trauma
jaringan / kulit
rusak.
sedekat mungkin
pada perawatan
yang diberikan pada
pasien setelah
kelahiran vagina.
bersalah.
a. Anjurkan dan
gunakan teknik
mencuci tangan
dengan cermat dan
pembuangan
pengalas kotoran,
pembalut perineal
dan linen
terkontaminasi
dengan tepat.
a.membantu
mencegah atau
membatasi
penyebaran infeksi.
b. Tinjau ulang
hemogolobin /
hematokrit pranantal
; perhatikan adanya
kondisi yang
mempredisposisikan
pasien pada infeksi
pasca operasi.
c. Kaji status nutrisi
pasien. Perhatikan
penampilan rambut,
kuku jari, kulit dan
sebagainya
Perhatikan berat
badan sebelum
hamil dan
penambahan berat
badan prenatal.
c. pasien dapat
merubah
persepsinya
tentang
pengalaman
kelahiran sesarea
sebagaiman
persepsinya
tentang
kesehatannya /
penyakitnya
berdasarkan pada
sikap professional.
b. anemia, diabetes
dan persalinan
yang lama sebelum
kelahiran sesarea
meningkatkan
resiko infeksi dan
memperlambat
penyembahan.
c. pasien yang
berat badan 20%
dibawah berat
badan normal atau
yang anemia atau
yang malnutrisi,
lebih rentan
terhadap infeksi
pascapartum dan
dapat memerlukan
diet khusus.
d. mencegah
dehidrasi ;
memaksimalkan
volume, sirkulasi
dan aliran urin,
d. Dorong masukkan protein dan vitamin
cairan oral dan diet
C diperlukan untuk
tinggi protein, vitamin pembentukan
kolagen, besi
C dan besi.
e. Inspeksi balutan
abdominal terhadap
eksudat atau
rembesan. Lepasnya
balutan sesuai
indikasi.
f. Inspeksi insisi
terhadap proses
penyembuhan,
perhatikan
kemerahan odem,
nyeri, eksudat atau
gangguan
penyatuan.
g. Kaji lokasi dan
kontraktilitas uterus ;
perhatikan
perubahan involusi
atau adanya nyeri
tekan uterus yang
ekstrem.
diperlukan untuk
sintesi hemoglobin.
e. balutan steril
menutupi luka pada
24 jam pertama
kelahiran sesarea
membantu
melindungi luka
dari cedera atau
kontaminasi.
Rembesan dapat
menandakan
hematoma.
f. tanda-tanda ini
menandakan
infeksi luka
biasanya
disebabkan oleh
steptococus.
g. Setelah kelahiran
sesarea fundus
tetap pada
ketinggian
umbilikus selama
sampai 5 hari, bila
involusi mulai
disertai dengan
peningkatan aliran
lokhea,
perlambatan
involusi
meningkatkan
resiko endometritis.
Perkembangan
nyeri tekan ekstrem
menandakan
kemungkinan
jaringan plasenta
tertahan atau
infeksi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
a.
Identitas
1)
Identitas Klien
Nama
Ny. H.
Umur
34 tahun
Pendidikan
SMP
Pekerjaan
IRT
Suku/Bangsa
Sunda/Indonesia
Agama
Islam
Alamat
2)
Diagnosa medis
Tanggal Masuk
31-10-2014
Tanggal Pengkajian
03-11-2013
No. RM
368697
44 Tahun
Pendidikan
D3
Pekerjaan
Karyawan Swasta
Suku /Bangsa
Sunda / Indonesia
Agama
Islam
Alamat
Suami Klien
Status Kesehatan
1)
a.
Keluhan Utama
Nyeri pada daerah operasi
b.
2)
3)
4)
Riwayat Ginekologi
1)
Riwayat Menstruasi
Menarche
: 14 tahun
Siklus
: 28 hari
Lamanya
: 7 hari
Disminorhe
: Tidak ada
Keputihan
2)
: Tidak ada
Banyaknya
: 2 x ganti pembalut/hari
HpHt
: 16-01-2014
Teksiran Persalinan
: 23-10-2014
Riwayat perkawinan
Umur klien pada saat menikah adalah 20 tahun , suami 30
tahun. Lamanya pernikahan 15 tahun,
pernikahan pertama bagi kedua pihak.
ini merupakan
3)
Riwayat KB
Klien
mengatakan
setelah
anak
pertama
lahir
klien
Riwayat Obstetri
1)
Anak
No
Jk
L
Bb
Pb
3500gr 51cm
Usia
Usia
Tempat
Jenis
Anak
Penolong Penyulit
Kehamilan
Persalinan
Persalinan
Keadaan Sekarang
13
Tahun
Sehat
2)
Aterm
Bidan
Spontan
Bidan
Tidak
Ada
3)
Masa
Nifas
Tidak
Ada
APGAR SCORE
1 MENIT
5 MENIT
10 MENIT
Appereance
Pulse
Grimace
Activity
Respirasi
10
JUMLAH
c.
Pemeriksaan Fisik
1.
Keadaan Umum
2.
Tanda Vital
: Compos Mentis
Tekanan Darah
3.
: 110 / 80 mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Suhu
: 36 C
Respirasi
: 20 x/menit
Rambut
Warna rambut hitam, distribusi merata, pada kulit kepala tidak ada
lesi dan alopesia, kebersihan cukup baik
4.
Mata
Konjungtiva warna merah muda, sclera anikterik, terdapat lingkran
hitam pada palbera, pucat karena kelelahan dan kurang tidur, fungsi
penglihatan normal
5.
Hidung
Bentuk simetris, septum simetris, tidak terdapat secret, tidak nampak
pernafasan cuping hidung, fungsi penciuman baik
6.
Mulut
Bibir simetris atas dan bawah, bibir kering berwarna pucat, jumlah
gigi lengkap 32 buah, fungsi pengecapan baik
7.
Telinga
Simetris kiri dan kanan, kalix sejajar dengan pina, secret tidak
didapatkan, fungsi pendengaran baik
8.
Leher
Tidak didapatkan pembesaran vena jugalaris, kelenjar tyroid dan
kelenjar getah bening
9.
Dada
Simetris, suara nafas vesikuler, tidak terdengar adanya ronchi dan
wheezing. Payudara : tidak didapatkan pembengkakan, areola warna
hitam, putting susu menonjol, tidak ada lecet, colostrum belum keluar,
tidak tampak adanya strie.
10. Abdomen
Terdapat strie garividarum, terdapat luka operasi melintang di bagian
bawah perut, kontraksi uterus baik, tinggi fundus uteri dua jari di
bawah pusat, diastasis rektus abdominus teraba, letak uterus central
tidak terdapat pembesaran hepar dan lien, terdapat nyeri tekan pada
daerah perut, bising usus 8x/menit. dan vesika urinaria kosong
11. Extremitas
Atas : dapat menahan tahanan yang diberikan oleh perawat, otot kuat
dan kenyal, respon pergerakan ada (bisep dan trisep), tidak ada
oedema, crt kembali dalam 2 detik, kuku pendek dan bersih.
Bawah : Dapat menahan tahanan yang diberikan oleh perawat, otot
kuat dan kenyal, reflek partela dan babinsky ada. Tidak ada oedema
dan varices, tanda houman tidak ada.
12. Genetalia
Pada vulva tidak ada oedema dan varises, terdapat pengeluaran
lochea, bau amis, jenis rubra bercampur darah 50 cc da nada sedikit
bekuan darah hitam.
13. Anus
Bersih, tidak ada haemoroid atau fistula ani
d.
N
O
DATA POLA
Pola nutrisi
Makan
Minum
Pola
eliminasi
SMT DI RUMAH
SEBELUM HAMIL
SETELAH HAMIL
BAK
BAB
Pola
Istirahat
Tidur
SAAT DIRAWAT
(POST PARTUM)
Frekuensi 4x/hari
Warna kuning jernih
Bau khas
Jumlah + 1300 cc
Frekuensi 3-10x/hari
Warna kuning jernih
Bau khas
Jumlah + 3000 cc
Frekuensi 4x/hari
Warna kuning jernih
Bau khas
Jumlah + 1300 cc
Frekuensi 1x/hari
Kuning tengguli
Bau khas
Frekuensi 1x/hari
Frekuensi 2x/hari
Warna
kuning Warna kuning tengguli Nyeri
Bau khas
tengguli
Nyeri tidak ada
Bau khas
Ibu tampak tirah baring
Nyeri tidak ada
di tempat tidur
Digunakan
untuk
Digunakan
untuk membersihkan rumah,
Tidur siang pukul 14.00membersihkan rumah, masak, bantu suami,
15.00
masak, bantu suami, nonton TV
Tidur
malam
pukul
nonton TV
23.00-03.00
Tidur
siang
pukul
4
Personal
hygiene
Pola
seksualitas
Tidur siang
12.30-14.00
Tidur malam
21.00-05.00
12.30-13.30
pukul Tidur malam
21.00-05.00
pukul
Mandi 2x/hari
Gosok gigi 3x/hari
Gunting
kuku
1x/minggu
Keramas 2x/minggu
e.
Mandi 2x/hari
Gosok gigi 3x/hari
Gunting kuku 1x/mg
Keramas 2x/minggu
Mandi 2x/hari
Gosok gigi 3x/hari
Gunting
kuku
Belum melakukan
1x/minggu
Keramas 2x/minggu
Dalam
melakukan
aktivitas dibantu oleh
keluarga dan perawat
selama 1 hari post
partum karena adanya
Dapat
melakukan
sehari-hari luka post op
kegiatan sehari-hari Kegiatan
dikurangi,
terutama
tanpa ada hambatan
untuk pekerjaan yang
berat
dan
dapat
membahayakan
kehamilan.
2-3x seminggu
Pola aktivitas
2.
3.
Konsep diri
a.
Body Image
Klien mengatakan tidak ada gangguan pada penampilannya,
klien merasa bahagia dengan kelahiran anaknya
b.
Peran Diri
Perannya sebagai ibu telah lengkap dengan kehadiran anaknya
yang kedua.
c.
Ideal Diri
Klien berharap anaknnya selalu sehat dan tumbuh dengan baik
d.
Identitas Diri
Klien seorang istri dan klien adalah anak ke-1 dari 4 bersaudara.
e.
Harga Diri
Klien bangga dengan perannya sebagai seorang isteri dan
seorang ibu bagi anak-anaknya.
4.
Aspek Sosial
Pola Komunikasi
Klien berespon dengan baik saat perawat mengajukan dan dapat
menjawab dengan baik, hubungan interaksi dengan keluarga baik.
5.
Data Spiritual
Klien dan keluarga beragama Islam. Selama masa hamil, klien
tidak lupa berdoa untuk keselamatan kelahiran anaknya. Suami klien
mengatakan selalu mendoakan yang terbaik bagi istri dan anaknya.
Sumber penyemangat klien selama dirawat di rumah sakit
adalah anggota keluarga dan anaknya yang setiap hari saling
bergantian menemaninya dan anak yang baru dilahirkannya. Klien
bersemangat untuk menjalani perawatan agar kondisinya segera
pulih.
Klien
seorang
yang
sangat
berpegang
teguh
pada
f.
Data Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium tanggal 01 November 2014:
Pemeriksaan Darah
Haemoglobin
Lekosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
g.
Hasil
10, 5
14.400
3, 48
30, 5
310.000
Nilai Normal
12,0 16,0
3800 10600
3,6 5,8
35 47
150.000 440.000
Satuan
Gr/dl
Sel/UL
Juta/UL
%
Sel/UL
Tindakan Pengobatan
Therapy
:
: 3 x 1 gram intravena ( Pukul 06 14 22
Opimox
)
Pronalges
Refadroxyl
Asam Mefenamat
Lactafit
Feritrin
ANALISA DATA
No
1.
Data Fokus
DS:
- Klien mengatakan nyeri di
daerah jahitan dengan skala
nyeri 3 (dari skala 0-5)
- nyeri meningkat saat bergerak
atau berubah posisi
DO:
Klien tampak meringis saat
bergerak/berubah posisi
Terdapat jahitan di Abdomen
Skala Nyeri 3 (1-5)
Tanda-tanda Vital
TD: 110/80mmHg
N : 92x/menit
R : 22x/menit
S : 36C
Etiologi
Proses melahirkan ( SC )
Insisi
Medulla spinalis
Tractus spinotalamicus
Thalamus
Cortex cerebri
Masalah
Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri
DS :
2.
DS:
Klien
mengatakan
belum
mengetahui perawatan luka di
daerah abdomen, perawatan
payudara
dan
perawatan
bayinya
DO :
Klien terlihat bingung
Klien sering bertanya tentang
perawatan dirinya.
Jarak anak sebelumnya 13
tahun
ASI belum keluar
Nyeri dipersepsikan
Nyeri
Proses melahirkan ( SC )
insisi
Taking in
Pemahaman terbatas
Kurang pengetahuan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d terputusnya kontinuitas jaringan
perineum yang di tandai klien meringis saat bergerak, skala nyeri 3 (1-5),
terdapat luka episiotomy.
2. Resiko tinggi infeksi b/d terdapat daerah perlukaan di daerah abdomen di
tandai dengan klien tidak mengerti perawatan luka.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri b/d
kurangnya paparan
Resiko
tinggi
infeksi
Kurang
pengetahu
an tentang
perawatan
diri
b.d
kurangnya
informasi
N
o
1.
Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa
nyaman:
nyeri
berhubungan
dengan
terputusnya
kontinuitas
jaringan perineum
Tujuan
Nyeri berkurang sampai
hilang
setelah
diberikan
intervensi
keperawatan
selama 2 x 24 jam, dengan
kriteria hasil:
Klien mengatakan nyeri
berkurang
Klien tidak meringis saat
bergerak/berubah posisi
Skala nyeri berkurang
menjadi 1-2 dari (1-5)
Tanda-tanda vital dalam
batas normal (nadi 60100 x/menit; pernapasan
16-24 x/menit)
Perencanaan
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital
1.
Rasional
Nyeri
dapat
merangsang
sekresi
adrenalin yang akan meningkatkan kerja
organ-organ vital sehingga meningkatkan
nadi dan TD.
Mengidentifikasi skala nyeri dapat
menentukan intervensi selanjutnya yang
akan diberikan. Klien mungkin tidak
secara verbal melaporkan nyeri dan
ketidaknyamanan secara langsung.
Dapat menunjukkan trauma berlebihan
pada
jaringan
perineal
dan/atau
terjadinya komplikasi yang memerlukan
intervensi lanjut.
Mengungkapkan
perasaan
dapat
memberikan kelegaan dan meningkatkan
rasa nyaman
Meningkatkan
kenyamanan
dan
mengurangi ketegangan atau penekanan
berlebihan di daerah perineum
Melakukan
nafas
dalam
dapat
meningkatkan relaksasi dan mengalihkan
pikiran dari nyeri yang dirasakan
Mengurangi nyeri
2.
Resiko
tinggi
infeksi
b/d
terdapat daerah
perlukaan
di
daerah abdomen
Kurang
pengetahuan
tentang
perawatan
diri
berhubungan
dengan
kurangnya
paparan informasi
1. Observasi TTV
Pengetahuan
klien
bertambah setelah diberikan
intervensi
keperawatan
selama 2 x 24 jam, dengan
kriteria hasil:
Klien
mengatakan
memahami
cara
perawatan dirinya dan
cara merawat jahitan
episiotomi
Klien
mengatakan
memahami
cara
melakukan
perawatan
terhadap bayi
Klien
mengatakan
memahami keuntungan
dan efek samping KB dan
2. Berikan
informasi
tentang
perawatan
diri,
termasuk
perawatan perineal dan higiene;
perubahan
fisiologis,
dan
kemajuan normal dari lokhea.
3. Koaborasi pemberian antibiotik
3. Antibiotik
dapat
membunuh
mengurangi bakteri dalam luka
dan
jenis-jenisnya
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
TGL
03 Nov 2014
03 Nov 2014
IMPLEMENTASI
DP 1 & 2
Mengobservasi TTV:
Mengobservasi nyeri: lokasi & skala: nyeri
dirasakan di daerah jahitan di abdomen dengan
skala 3.
Memberikan kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaan mengenai nyeri yang
dirasakan: klien mengatakan meningkat saat
bergerak atau berubah posisi, berkurang saat
istirahat.
Memberikan posisi yang nyaman sesuai
keinginan klien: klien nyaman dengan posisi
semi fowler.
Mengajarkan dan menganjurkan
klien
melakukan teknik napas dalam saat dan setelah
bergerak/berubah posisi
DP 3
Mengobservasi kesiapan klien dan motivasi
untuk belajar: klien mengatakan ingin bisa
merawat dirinya sendiri.
Memberikan informasi tentang perawatan luka
dan higiene; perubahan fisiologis, dan kemajuan
normal dari lokhea.
Memberi penjelasan tentang manfaat breast
care: klien mengatakan ingin dilakukan breast
care.
Membantu klien untuk mengatur posisi yang
benar dan nyaman saat menyusui: klien
EVALUASI
DS:
Klien mengatakan nyeri pada daerah
luka jahitan.dengan skala nyeri 3 (1-5)
DO:
Klien tampak meringis saat
bergerak
TD: 110/80 mmHg,
N :90 x/menit,
S : 36 C
RR : 20x/menit
Klien tampak mau mengikuti
anjuran dari perawat
Skala nyeri 3 (1-5)
DS:
Klien mengatakan memahami cara
perawatan dirinya dan cara merawat
luka
DO :
Klien tampak mau mengikuti anjuran
dari perawat
Paraf
04 Nov 2014
04 nov 2014
DS :
Klien
mengatakan
nyeri
agak
berkurang dengan skala 2
(1-5)
DO:
Klien tampak bergerak walau
perlahan.
Klien tampak tidak ragu dalam
bergerak
Tanda-tanda vital dalam batas
normal TD: 110/80 mmHg, N:
84x/menit, S: 36,5 C, RR:
20x/menit
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dipertahankan
DP 3:
DS:
Mengobservasi kesiapan klien dan motivasi Klien mengatakan memahami cara
untuk belajar: klien mengatakan ingin bisa
melakukan perawatan terhadap
merawat bayinya.
bayi
Membantu klien mengatur posisi yang benar Klien mengatakan memahami
5. CATATAN PERKEMBANGAN
Tgl
05 Nov 2014
DX Kep
1
05 Nov 2014
05 Nov 2014
Catatan
S : Klien mengatakan Nyeri berkurang dengan skala 1 (1-5)
O:
Klien tampak tidak ragu dalam bergerak
Klien dapat ke kamar mandi sendiri walau perlahan
Vital sign dalam batass normal
TD : 110/70mmHg
N : 84 X/Mnt
R : 20 X/Mnt
S : 36 C
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
S : Klien mengatakan mengerti tentang tanda-tanda infeksi dan mengerti
tentang cara merawat luka di daerah abdomennya
O :
Klien melakukan hal yang di ajarkan perawat
Klien mengganti perbannya 1x/hari
Tanda-tanda infeksi tidak ditemukan
Vital sign dalam batas normal
A : Masalah Terastassi
P : Intervensi Di Hentikan
S : Klien mengatakan mengerti tentang perawatan diri dan bayinya
O : Klien tampak mengerti tentang apa yang di jelaskan perawat. Klien
mampu menjelaskan kembali hal-hal yang telah disampaikan perawat.
A : Masalah Teratasi
P : Intervensi Di Hentikan
Paraf
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B.
Saran
Diharapkan pada ibu post partum dapat memenuhi kebutuhan gizinya
serta kebersihan