You are on page 1of 2

UU Perasuransian: Tatakelola dan Pandangan dalam Perspektif Fiqh

(SEBI Islamic Business and Economics Research Center (SIBER-C) | Rabu, 12 November 2014)
Dewasa ini, masih ada yang beranggapan bahwa asuransi itu haram, karena seperti meramalkan
kejadian yang belum pasti di masa mendatang. Atau persepsi lain, manfaat dari asuransi baru dapat
dirasakan ketika sang nasabah meninggal. Kedua persepsi tersebut biasanya dimiliki oleh orang
orang yang tidak berpartsipasi dengan perasuransian.
Namun asuransi umum atau konvensional dengan syariah memiliki konsep yang berbeda. Jika di
dalam asuransi konvensional, sistemnya transfer risiko. Maksudnya, apabila nasabah mengalami
musibah, maka nasabah akan mengklaim risiko yang dialaminya diklaim ke perusahaan asuransi.
Setelah itu, perusahaan asuransi mentransfer risiko itu ke perusahaan re-asuransi. Jadi perusahaan
asuransi ibaratnya hanya sebagai penghubung antara nasabah dengan perusahaan re-asuransi.
Sedangkan dalam asuransi syariah landasannya adalah saling tolong menolong. Maksudnya, premi
yang disetorkan oleh semua nasabah dikumpulkan yang disebut dana tabarru, dan apabila ada salah
satu nasabah terkena musibah, maka dana tabarru itulah yang dipergunakan untuk menanggung
risiko musibah tersebut.
Itulah karena islam merupakan manhajul hayah, maknanya, islam itu merupakan kurikulum yang
lengkap dalam tiap periode kehidupan. Ada 3 landasan operasional asuransi syariah:
1. Perintah Allah untuk mempersiapkan diri menghadapi masa depan, yang terdapat di QS Al
Hasyr ayat 18, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
2. Larangan untuk meninggalkan keturunan dalam keadaan lemah, yang terdapat dalam surat
An Nisaa ayat 9: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka.
3. Saling tolong menolong dan membantu merupakan ciri utama seorang muslim. .Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolongmenolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran (QS Al Maaidah ayat 2).
Namun, ada juga yang beranggapan bahwa dengan mengikuti asuransi syariah, apabila selama kepesertaan berlangsung tidak mengalami musibah dan tidak pernah meminta klaim asuransi, maka
dana tabarru yang telah diberikan tidak dapat dikembalikan. Teknis seperti menyebabkan sebagian
orang beranggapan, daripada uang yang kita keluarkan akan diberikan orang lain lebih baik
diinvestasikan ke sektor riil. Namun, inilah segi positif dari asuransi syariah, sebenarnya. Dari segi
fiqh, dana tabarru yang telah dikolektifkan dan diserahkan ke pihak asuransi merupakan hibah, yang
akan sepenuhnya menjadi hak pihak asuransi. Dan dana tabarru tersebut merupakan infaq yang
mendatangkan manfaat bagi para nasabah. Disamping itu, asuransi dapat menjadi sarana untuk
memelihara kebutuhan dharuriyat, seperti asurnasi kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
Melihat sekilas ke belakang, kita telah mengalami berkali kali krisis, baik krisis nasional maupun
internasional. Sejak krisis tahun 1998, eksistensi lembaga keuangan syariah memang mulai diakui
dan dikagumi dapat bertahan terhadap krisis. Namun tidak demikian faktanya, banyak lembaga
keuangan yang meminta surat izin untuk beroperasi secara syariah hanya karena ikut di pasaran,
namun tidak didukung dengan tujuan yang benar benar syariah dan tidak diimbangi dengan SDM
yang mendukung. Sebagai contoh dari beberapa institusi keuangan syariah yang ada di Malaysia,

mengalami kerugian sebesar 2,2 milar Ringgit Malaysia disebabkan pengawasan yang kurang. Dan
beberapa lembaga keuangan syariah lainnya yang juga rentan terhadap dampak krisis, seperti tabel
dibawah ini:
IFI

Country

Reasons

Amount of
Losses

Corporate Governance
Ihlas Finance House (IFH)
(2000-2001)
Bank Islam Malaysia Berhad
-2006
Dubai Islamic Bank
(2004-2007)

Turkey

Lack of internal control and other


external factors

Closure of IFH

Malaysia

Lack of internal control and nonperforming loans

RM2.2 billion

Lack of internal control : Fraud

USD501 million

TIDK.KW VS Lebanons Bloom Bank


dispute on wakala

USD10.7 million

Malaysia

Forex losses (a form of gharar)

RM 200 million

Malaysia

BIMB VS Tan Sri Khalid dispute on


BBA

RM67.4 million

UAE

Shariah Governance
Kuwaits Investment Dar (TIDK.KW
2009-2010)
Tabung Haji
-2001,2003
BIMB (2009-2011)

Kuwait

Source: Shah and Hassan, 2013

Dari tabel diatas, ternyata rentannya lembaga atau institusi keuangan syariah dipengaruhi oleh
persaingan dan pengawasan yang ketat. Dalam hal ini, Dewan Pengawas Syariah yang berwenang
mengawasi jalannya regulasi dalam lembaga keuangan syariah dan kepatuhan terhadap nilai nilai
syariah sangat berperan penting. Secara praktik, perushaan asuransi syariah yang merupakan anak
cabang dari asuransi umum masih bercampur dengan perusahaan asuransi umum, seperti
contohnya modal untuk pendirian perusahaan asuransi syariah, atau apabila perusahaan asuransi
syariah itu kekurangan modal, maka akan meminjam ke perusahaan induknya yakni perusahaan
asuransi umum.
Dalam undang undang perasuransian tahun 2014 yang baru saja disahkan, ada pernyataan bahwa
asuransi syariah boleh menjalankan unit yang sama dengan asuransi umum. Menurut Bapak Sepky
Mardian, SEI, MM, SAS hal ini bukan suatu masalah. Karena secara hukum fiqh, operasional unit
syariah boleh dibarengi dengan unit umum nya, hanya untuk pemasarannya yang harus dibedakan
dan dipisahkan. Memang asuransi syariah remaja ini belum sepenuhya syariah, namun ada baiknya
jika kita memilih hal yang mudhorotnya lebih sedikit di antara dua hal tidak baik.
(Diskusi Kontemporer Bulanan dengan Pemateri: Dadang Romansyah, SE., AK., CA., SAS., MM |
Sepky Mardian, SEI., MM., SAS | Lukman Hakim Handoko)

You might also like