You are on page 1of 21

MAKALAH

FISIOLOGI HEWAN AIR


Sistem Pencernaan Makroinvertebarata Air
Sistem Pencernaan pada Echinodermata
Disusun untuk Memenuhi Tugas Fisiologi Hewan Air pada Semester 3

Disusun oleh:
Kelompok 9

Afrah Haniyah Dafiq

230110120039

Thaha Yasin

230110120063

Respandu Zulfachri

230110120069

Fauzi Rachmansyah

230110130165

Ardiansyah

230110130175

Fadhillah Ardi

230110130203

Gilang Trianzah Putra

230110130209

Eva Amalia Destyani

230110203221

Fahira Nur Amalina

230110130225

Kelas C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini membahas
mengenai Sistem Pencernaan pada Makroinvertebrata Air. Penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Air dan juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu perikanan dan ilmu
kelautan bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Fisiologi
Hewan Air yang telah membimbing kami, serta kepada seluruh pendukung yang
membantu tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.

Jatinangor, November 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
2.1 Teripang .................................................................................................................... 3
2.1.1 Organ Pencernaan Teripang .............................................................................. 3
2.1.2 Macam Makanan Teripang ................................................................................ 5
2.1.3 Cara Makan ........................................................................................................ 6
2.1.4 Sistem Enzim pada Pencernaan Teripang .......................................................... 6
2.1.5 Efesiensi Asimilasi dan Perioda Asimilasi ........................................................... 7
2.1.6 Pengaruh Aktifitas Makan Terhadap Lingkungan .............................................. 8
2.2 Bulu Babi ................................................................................................................... 8
2.2.1 Organ Pencernaan pada Bulu Babi .................................................................... 9
2.2.2 Macam Makanan Yang Dicerna oleh Bulu Babi ............................................... 12
2.2.3 Cara Bulu Babi Memakan Makanan ................................................................. 13
2.2.4 Sistem Enzim pada Bulu Babi ........................................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................. 17
3.2 Saran ....................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengetahuan tentang cara makan dan macam makanan pada berbagai biota
pada umumnya adalah cukup penting, begitupun biota-biota yang termasuk dalam
filum Echinodermata, mengingat bahwa makanan dan proses metabolisme
lanjutannya merupakan pemindahan energi yang kelak akan menunjang proses
pertumbuhan, reproduksi, dan upaya untuk kesinambungan kehidupan biota
tersebut. Teripang adalah salah satu kelompok ekhinodermata yang mempunyai
arti ekonomi penting. Biota ini merupakan salah satu produk perikanan penghasil
devisa negara. Untuk menunjang usaha pembudidayaannya, maka pengetahuan
mengenai macam makanan dan cara makan dari biota ini perlu diketahui sehingga
pemanfaatannya sebagai sumber ekonomi pun dapat berjalan. Pada kelompok
teripang dikenal dua macam cara makan, yaitu deposit feeder atau pemakan
endapan pada hampir sebagian besar anggota kelompok, suspension feeder atau
pemakan materi tersuspensi (termasuk plankton) hanya pada satu bangsa (ordo),
yaitu Dendrochirotid. Hewan lain yang perlu diketahui cara makan dan macam
makanannya adalah bulu babi, mengingat bulu babi juga merupakan salah satu
hewan yang memiliki manfaat penting. Pada umumnya sebagian besar bulu babi
makannya adalah berbagai jenis tanaman laut, tetapi ada juga bulu babi yang
makannya sangat tergantung dari sisa organisme yang terdapat di sekitarnya. Cara
makan dan macam makanan dari berbagai jenis bulu babi ini dapat menyebabkan
bentuk penyesuaian diri yang khusus.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem pencernaan teripang dan apa saja enzim yang berperan?
2. Bagaimana sistem pencernaan bulu babi dan apa saja enzim yang
berperan?

1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
sistem pencernaan dan enzim yang berperan di dalamnya pada filum
Echinodermata seperti teripang, dan bulu babi.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teripang
Teripang adalah hewan yang jenis kulit durinya halus, sehingga sekilas
tidak tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun sehingga
disebut mentimun laut atau disebut juga teripang. Teripang atau holothurians
(Holorhurioidea, Echinodermata) merupakan salah satu kelompok biota laut
yang spesifik dan mudah dikenal. Bentuk tubuh teripang secara umum adalah
silindris memanjang dari ujung mulut ke arah anus (orally-aborally). Mulut
terletak di ujung anterior dan anus diujung posterior. Seperti halnya
Echinodermata lain, bentuk tubuh teripang adalah radial simetri. Karakteristik
lainnya adalah bentuk skeleton dan adanya sistem saluran air (water-vascular
system).
2.1.1 Organ Pencernaan Teripang
Secara umum sistem perncernaan pada semua kelompok teripang
dibangun oleh unit yang sama, yaitu terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus, rektum, kloaka, dan anus. Mulut berbentuk bulat atau sedikit oval, terletak
di tengah selaput bukal dan dikelilingi oleh sederetan tentakel bukal. Mulut
dilingkari oleh semacam otot polos yang diduga berfungsi sebagai bibir. Faring
dan esofagus relatif pendek, dan esofagus kadang-kadang tereduski. Faring
melekat dengan erat ke dinding tubuh dengan bantuan suspensor yang terdiri dari
otot dan jaringan ikat. Lambung ditandai oleh kehadiran otot polos yang
membesar, tetapi pada beberapa anggota Holothuroidea pembesaran otot polos ini
tidak begitu jelas. Selain dari pembesaran otot polos, pada bagian awal dan akhir
lambung ditandai oleh semacam penyempitan (contriction). Usus merupakan
bagian saluran pencernaan yang paling panjang, yang panjangnyan kurang lebih 2
sampai 3 kali panjang total tubuh. Usus tersusun berbelok dalam tubuh, mulamula usus berjalan memanjang sepanjang sisi middorsal ke arah belakang,

kemudian membelok kembali ke arah depan melalui sisi tubuh sebelah kiri.
Setelah sedikit melewati faring, usus ini berbelok kembali ke arah belakang
sepanjang sisi midventral. Bagian usus paling belakang sarat dengan makanan
yang ditelan, bagian ini kadang-kadang disebut sebagai usus besar, dan bagian
sebelumnya disebut sebagai usus halus. Usus akan berlanjut ke bagian rektum dan
kloaka. Rektum dan kloaka mempunyai struktur dinding yang tebal. Kloaka
melekat ke bagian posterior tubuh dengan bantuan suspensor (kloakal-suspensor).
Ukuran dan bentuk dari komponen saluran makanan ini bervariasi dari jenis ke
jenis lainnya. Posisi anus pada teripang juga bervariasi, biasanya terletak di ujung
posterior dari tubuh. Pada bangsa Elasipoda anus terletak pada posisi posterioventral dari ujung tubuh. Sedangkan pada bangsa Dactylochirotida, sebagian
anggota Aspidochirotida dan Dendrochirotida, mempunyai anus yang terletak di
ujung poterio-dorsal. Sebagaimana lazimnya pada biota lainnya, gerak partikel
makanan dalam saluran pencernaan dimungkinkan oleh daya peristaltik. Daya
peristaltik timbul akibat gerakan dinding saluran pencernaan yang fungsinya
dikoordinasikan oleh kerja otot polos yang dibantu oleh otot bergaris

Gambar 1. Diagram Saluran Pencernaan Teripang

Secara umum saluran pencernaan dibangun oleh 5 lapisan, yaitu : lapisan


epitel, lapisan jaringan penyokong dalam, lapisan otot polos dan otot bergaris,
lapisan jaringan penyokong luar, dan lapisan peritoneum bersilia. Lapisan
peritoneum ini kadang-kadang absen pada sebagian anggota kelompok teripang.
Sel-sel kelenjar dan sel-sel mukosa yang berperan penting dalam pencernaan
terdapat di antara sel-sel epitel.
2.1.2 Macam Makanan Teripang
Ada tiga macam sumber makanan bagi teripang, yaitu : kandungan zat
organik dalam lumpur, detritus, dan plankton. Teripang primitif dan teripang yang
hidup di laut jeluk, lebih tergantung kepada detritus dan kandung an zat organik
dalam lumpur. Dalam hal ini tipe tentakel bukal sangat erat kaitannya dengan
macam makanan. Tentakel bukal dengan tipe sederhana, dan berukuran relatif
pendek dengan luas sapuan yang sangat terbatas (tipe peltate, digitate, dan
pinnate) merupakan ciri dari teripang pemakan endapan (deposit feeder).
Mengingat pergerakan teripang yang relatif sangat terbatas, dan dengan
kemampuan gerak yang sangat lamban, menyebabkan biota ini tidak mungkin
bertindak sebagai hewan predator atau karnivora. Tidak adanya alat kunyah dan
pemotong juga mengakibatkan hewan ini tidak mungkin menjadi hewan herbivora
dan menyebabkan biota ini sangat tergantung kepada substrat di sekitarnya.
Selain kandungan zat organik dalam lumpur, teripang juga tergantung
kepada massa bakteri yang terdapat dalam pasir. Selain lumpur, detritus, bakteri,
beberapa biota berukuran kecil juga dimanfaatkan sebagai makanan, seperti foraminifera, plankton, dan potongan-potongan kecil dari hewan ataupun tumbuhan
laut lainnya (organik debris). Tetapi makanan yang disebutkan belakangan ini
bukanlah menjadi sumber makanan utama.
Para pakar sependapat bahwa teripang pemakan endapan tidak selektif
memilih partikel yang kaya akan kandungan zat organik. Ukuran partikel dalam
saluran pencernaan relatif sama dengan ukuran partikel medium di sekitarnya.
Kandungan zat organik dalam saluran pencernaan dan dalam fecal pellet, jauh
lebih tinggi dari kandungan zat organik dalam lumpur di sekitarnya.

2.1.3 Cara Makan


Selain mengandalkan kemampuan tentakel bukal untuk mengumpulkan
partikel makanan, teripang pemakan endapan juga mempunyai kemampuan untuk
menelan lumpur dan pasir di sekitarnya secara langsung. Cara makan dengan jalan
menelan lumpur, jelas tidak bersifat selektif, baik terhadap ukuran granula
ataupun terhadap kandungan zat organik.
Kemampuan selektif dari tentakel bukal disebabkan karena pada bagian
ujung dari tentakel bukal terdapat komponen kecil yang disebut nodular. Pada
nodular terdapat sel-sel yang bersifat kemosensitif. Dengan kehadiran sel-sel
tersebut teripang dapat menjadi lebih selektif dalam memilih partikel makanan.
Baik pada kelompok teripang pemakan endapan ataupun pada kelompok
teripang pemakan materi tersuspensi, terlihat bahwa tentakel bukal berperan aktif
untuk pengumpulan makanan. Selain sel-sel kemosensitif, pada bagian ujung
tentakel bukal juga terdapat sel-sel penghasil mukosa. Dengan bantuan mukus ini
kerja tentakel bukal menjadi lebih efisien. Kelompok teripang pemakan plankton
dan materi tersuspensi memanfaatkan tentakel bukalnya yang relatif lebih panjang
dan mempunyai percabangan seperti pohon. Tentakel bukal ini secara aktif
mengumpulkan plankton dan seston langsung dari medium air laut di sekitarnya.
2.1.4 Sistem Enzim pada Pencernaan Teripang
Dari penelitian mengenai ekstrak dinding usus dan cairan saluran
pencernaan, diketahui adanya aktifitas enzimatik pada teripang. Enzim bersama
mukosa diduga dihasilkan oleh lapisan epitelium. Mukus dan enzim secara
bersama menguraikan senyawa-senyawa kimia dari partikel makanan di sepanjang
saluran pencernaan. Pada teripang jenis Leptosynapta gallinnei, Leptosynapta
inhaerens, dan Holothuria forskali melaporkan adanya 25 macam enzim pada
teripang tersebut. Lima macam enzim mampu menguraikan rantai senyawa ester,
12 macam enzim mampu menguraikan rantai glikosida, dan 8 macam enzim
lainnya mampu menguraikan rantai senyawa peptida. Ada juga enzim yang
mampu memecah ikatan cellulosa dan chitin.
Pada teripang kelompok pemakan endapan ataupun pemakan materi
tersuspensi, diduga mempunyai komposisi enzim yang sama. Hal ini berkaitan

dengan samanya sumber makanan, yaitu de-tritus dan biota kecil, perbedaan
hanyalah pada cara memperolehnya (substrat pasir dan medium air laut).
Teripang juga terdapat adanya enzim amylase, cellulase, pectmase,
maltase, protease, dan peptidase dengan kemampuan reaksi enzimatik sedang
sampai kuat. Juga dilaporkan adanya enzim-enzim lainnya dengan reaksi
enzimatik yang relatif lemah atau tidak nyata. Tingkat asam-basa atau pH level
dalam cairan lambung selama proses reaksi enzimatik bervariasi antara 5,0 sampai
dengan 7,9 tetapi biasanya suasana pH adalah sedikit asam pada kebanyakan
teripang.
2.1.5 Efesiensi Asimilasi dan Perioda Asimilasi
Asimilasi adalah proses penguraian dan penyerapan material makanan, yang
kemudian akan dirubah menjadi molekul kompleks yang berlangsung dalam
tubuh suatu organisme. Sedangkan efisiensi asimilasi adalah persentase material
makanan yang dapat dimanfaatkan oleh suatu organisme dalam proses asimilasi
tersebut.
Efisiensi asimilasi teripang yang hidup di daerah tropis adalah sekitar 50 %.
Efisiensi asimilasi ini bervariasi untuk berbagai jenis teripang, dimana letak
geografis dan macam habitat juga ikut mempengaruhi. Selain jenis dan tempat,
menurut, kondisi periodisitas dari organ reproduksi juga ikut berpengaruh. Pada
waktu musim memijah efisiensi asimilasi akan menurun dari waktu-waktu
lainnya. Lebih lanjut, melaporkan bahwa efisiensi asimilasi pada kelompok
teripang adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan cacing laut ataupun
sipunkulida.
Perioda asimilasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sedimen untuk
melewati saluran pencernaan mulai saat ditelan sampai dikeluarkan lewat anus.
Waktu asimilasi ini juga sangat bervariasi menurut jenis teripang. Faktor yang
menentukan waktu asimilasi adalah ukuran panjang tubuh teripang dan panjang
saluran pencernaan dari teripang tersebut.
Salah satu metode penelitian yang sederhana untuk menentukan waktu
asimilasi adalah dengan jalan menggunakan zat pewarna. Dalam hal ini
digunakan zat pewarna yang tidak beracun dan tidak mempunyai dampak yang

merugikan terhadap kelangsungan hidup teripang tersebut. Pengujian waktu


asimilasi ini dapat dilakukan di laboratorium ataupun di lapangan.
2.1.6 Pengaruh Aktifitas Makan Terhadap Lingkungan
Berbeda dengan bintang laut dan kelompok bulu babi, pengaruh aktifitas
makan pada teripang tidaklah terlalu mempengaruhi lingkungan tempat hidupnya.
Salah satu pengaruhnya adalah memindahkan volum tertentu dari sedimen di
sekitarnya. Ada dua macam pengaruh dari aktifitas makan teripang terhadap
lingkungannya. Pertama adalah merubah komposisi ukuran partikel pasir
(sedimen) melalui proses pencernaan. Hal ini terutama dilakukan oleh kelompok
teripang pemakan endapan. Efek kedua adalah pengadukan partikel sedimen
(bioturbation). Tetapi, baik daya "giling" ataupun reaksi kimiawi pada teripang
adalah sangat lemah sehingga tidak begitu jelas dampaknya dalam merubah
(memperkecil) ukuran partikel pasir yang ditelannya.
Pemindahan partikel pasir, terbatas kepada perubahan batasan tertentu dari
stratifikasi sedimen dan mempengaruhi stabilitas dari sedimen. Aksi bioturbasi ini
pada kelompok teripang tidaklah begitu menonjol. Dengan tetap tingginya
kandungan zat organik dalam fecal pellet teripang, secara biologis teripang bisa
dipandang menyediakan semacam fasilitas untuk kelompok biota pemakan
endapan lainnya.
2.2 Bulu Babi
Bulu babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh segilima.
Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di
permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang
luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu
sama lain. Landak laut atau disebut juga bulu babi (Echinoidea) ini terbagi
menjadi sekitar 950 spesies dan dapat ditemukan mulai dari daerah pasang surut
sampai di kedalaman 5.000 meter. Komposisi tubuh pada bulu babi terdiri dari
95% duri-duri yang dipakai untuk bergerak, mencapit makanan dan melindungi
diri. Pada beberapa jenis bulu babi, duri-duri ini mengandung racun. Ada dua tipe

duri pada bulu babi, yaitu duri halus dan duri keras. Pada duri keras sering
terdapat racun. Semakin cerah warna bulu babi, maka menunjukkan bahwa racun
yang dibawanya semakin kuat.
2.2.1 Organ Pencernaan pada Bulu Babi
Secara umum sistem pencernaan pada semua kelompok bulu babi
dibangun oleh unit yang sama, yaitu terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus, rektum dan anus. Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang
terpanjang. Saluran pencernaan pada kelompok regularia relatif lebih panjang bila
dibandingkan, dengan saluran pencernaan kelompok irregularia. Sehubungan
dengan macam makanannya yang terutama terdiri dari berbagai jenis tanaman
laut, pada kelompok regularia terdapat semacam rahang yang dilengkapi dengan
semacam gigi pemotong. Alat tersebut dikenal sebagai lentera aristoteles (Gambar
4). Alat pemotong ini sangat rumit, dibangun oleh 40 keping kerangka kapur yang
terdiri dari 5 pasang gigi, 10 keping demipyramid, 10 keping ephyphysis, 5 keping rotulae, dan 5 keping compass. Alat yang cukup rumit ini digerakkan dengan
bantuan sekitar 60 otot motoris dengan fungsi yang berbeda-beda (Tabel 2).
Dengan alat yang begitu rumit dan kompleks ini, bulu babi dapat
membabat dan memotong tanaman laut, dan melumatnya menjadi potongan lebih
kecil dan siap untuk ditelan. Keampuhan alat lentera aristoteles ini ternyata juga
mampu memotong cangkang teritip, moluska, ataupun jenis bulu babi lainnya.
Lentera aristoletes ini hanya terdapat pada kelompok regularia dan pada kelompok
irregularia hanya terbatas pada ordo Clypeasteroidea saja, tetapi dalam bentuk
yang lebih sederhana dan tereduksi fungsinya.
Mulut biasanya terdapat pada bagian tengah dari sisi oral, dari mulut
berjalan saluran pencernaan ke arah anus yang biasa nya terletak pada sistem
apical di sisi aboral. Saluran pencernaan berputar satu lingkaran penuh searah
dengan arah jarum jam dan kemudian kembali berputar satu lingkaran penuh
berlawanan arah dengan jarum jam (Gambar 3). Pada kelompok "heart urchin"
mulut berada pada bagian anterior dari sisi oral, dan anus berada pada ujung
posterior dari tubuh, kedudukan saluran pencernaan pada prinsipnya sama dengan
pada kelompok regularia (Gambar 4). Pada kelompok "sand dollar" usus relatif

10

lebih pendek dan melebar, mulut terletak pada bagian tengah dari sisi oral, dan
anus pada posisi asentris pada sisi aboral.
Tabel 1. Jenis dan fungsi otot motoris pada sistem lentera aristoteles pada
kelompok bulu babi regularia.
Jenis

Fungsi

10 otot protractor

Bertugas menekan gigi ke arah bawah.

10 otot retractor

Bekerja secara antagonis dengan otot


protractor.
Menjaga pergerakan vertikal dari sistem

10 otot compass

pyramid,

dan

memutar

dari

mengatur

gerakan

keseluruhan

struktur

aristoteles.
5 otot interpyramidal

20 otot rotulae

6 otot circumferensial compass

Memberikan kemampuan untuk gigi


dapat bergerak memotong dan mengiris.
Mengakomodasikan gerakan memutar
dari sistem pyramid.
Fungsi

dan

tugasnya

tidak

begitu

diketahui.

Ket:
es = esophagus,
occ = otot circumferensial compass,
or = otot retractor,
op = otot protractor,
c
= compass,
ore = otot radial compass,
oi = otot interpyramidal

Gambar 2. Sketsa sistem lentera aristoteles pada bulu babi (Durham, 1966)

11

12

2.2.2 Macam Makanan Yang Dicerna oleh Bulu Babi


1.

Kelompok regularia
Pada bulu babi yang hidup di tempat dangkal, makanan utamanya terdiri

dari berbagai jenis algae dan lamun. Bulu babi jenis Antocidaris crassispina yang
hidup di perairan sekitar Hong Kong mengkonsumsi sekitar 15 jenis algae. Dari
15 jenis algae yang dikonsumsi, ternyata 5 jenis di antaranya merupakan pilihan
utama dan dapat mencapai sekitar 40% isi lambung. Selanjutnya dilaporkan juga
berdasarkan analisis isi lambung ternyata bahwa jenis bulu babi ini juga makan
berbagai jenis hewan, seperti Balanus sp., cacing tabung (Pomatoleios kraussii),
Hydroides elegans dan Spirobos spp., kelompok hewan ini bahkan dapat
mencapai 60% isi lambung pada musim panas. Bulu babi jenis Evechinus
chloroticus yang hidup di perairan sekitar New Zealand mengkonsumsi sekitar 7
jenis algae coklat, 4 jenis algae merah, 1 jenis algae hijau, dan 5 jenis algae
lainnya yang tidak teridentifikasikan. Selanjutnya juga dilaporkan berdasarkan
analisis isi lambung ternyata bulu babi tersebut juga makan jenis-jenis krustacea
tertentu. Dari kenyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis bulu babi
regularia yang hidup di perairan dangkal terutama makan berbagai jenis algae dan
lamun. Dari pengamatan di laboratorium ternyata bahwa bulu babi kelompok
regularia ini mempunyai kecenderungan untuk menjadi omnivor dan menerima
makanan apa saja yang diberikan, seperti : udang, ikan, moluska, kacang, kentang,
wortel, jagung dan makanan lainnya. Di alam pun hewan ini kelihatannya
cenderung untuk menjadi omnivor, dan makan jenis makanan apa saja yang ada di
sekitarnya. Adanya kecenderungan sifat omnivor ini pada jenis bulu babi
Lytechinus variegatus dan Echinometra lucunter yang lazimnya dikenal sebagai
herbivor. Dari sekitar lima jenis bulu babi (Tabel 3) yang hidup di perairan
Zanzibar, berdasarkan analisis lambung, ternyata bahwa bulu babi ini makannya
merupakan campuran berbagai jenis algae, moluska, krustasea, foraminifera,
polyzoa dan diatomae. Untuk jenis bulu babi yang hidup ditempat dalam, di mana
algae bentik sudah tidak dapat tumbuh lagi, hewan ini bersifat omnivor, mereka
hidup dari berbagai jenis cacing, krustasea, diatomae dan berbagai sisa algae yang
terbawa arus, ataupun hidup dengan menelan lumpur yang kaya akan zat organik
(deposit feeder). Bulu babi jenis Allocentrotus fragilis yang hidup pada

13

kedalaman lebih dari 200 m di perairan California makan spongs, foraminifera,


diatomea dan potongan-potongan bahan organik.
2. Kelompok irregularia
Baik bulu babi yang dikenal sebagai "heart urchin" ataupun sebagai "sand
dollar", hidup dengan makan sisa-sisa organik yang terkandung dalam lumpur
(deposit feeders). Di samping itu secara pasif mereka juga mengumpulkan jasadjasad renik dan sisa organik yang tertang- kap oleh duri-durinya terutama pada sisi
aboralnya
2.2.3 Cara Bulu Babi Memakan Makanan
1.

Kelompok regularia
Jenis-jenis bulu babi yang hidup menyendiri ataupun mengelompok

(agregasi), hidup bebas mencari makan secara aktif, berpindah dari satu rumpun
algae ke rumpun algae lainnya. Aktifitas makan ini terutama dilakukan di malam
hari. Bulu babi jenis Echinus esculentus yang hidup di pantai berbatu di perairan
Inggeris, menyapu bersih biota apa saja yang terdapat di sekitarnya, sehingga
terlihat bekas seperti terkikis pada batu di sekitarnya (browser habits). Jenis-jenis
bulu babi meliang seperti Echinometra spp. dan Echinostrephus spp. yang hidup
dalam lubang di batu ataupun di karang mati, memperlihatkan cara makan yang
unik yang belum sepenuhnya terungkapkan. Ada sebagian pakar yang
berpendapat bahwa bulu babi ini, terutama marga Echinometra, tidak pernah
meniggalkan lubangnya baik siang ataupun malam dan hidupnya tergantung
sepenuhnya dari potongan-potongan algae atau lamun yang hanyut terbawa arus
ke dalam lubangnya. Pendapat lain yang bertentangan dari pendapat pertama,
menyatakan bahwa bulu babi meliang tersebut keluar dari lubangnya pada malam
hari dan mencari algae yang terdapat di sekitar lubangnya.
2.

Kelompok irregularia
Baik "sand dollar" ataupun "heart urchin" merupakan bulu babi yang

bersifat pasif dalam mencari makanan. Hewan ini hidup membenamkan diri
dalam lumpur ataupun pasir halus dan memperoleh makanan dengan cara menelan

14

pasir yang ada pada medium di sekitarnya. Duri-duri halus pada sisi aboral
mempunyai alur-alur lateral yang berfungsi menyalurkan partikel makanan yang
"tertangkap" oleh duri tersebut ke arah pangkalnya, kemudian dengan koordinasi
kerja cilia dan mukus, partikel tersebut akan terseret ke sisi ambitus dan
diteruskan ke sisi oral sepanjang alur makanan, dan selanjutnya akan terseret ke
arah mulut. Pada alur makanan (Gambar 5) yang berupa parit kosentris yang
mengarah ke mulut terdapat cilia halus yang bergerak serentak dan dibantu oleh
mukus akan mengarahkan partikel makanan ke arah mulut. Khusus pada
kelompok "heart urchin" yang hidup membenamkan diri sedalam 10 cm sampai
15 cm dan permukaan pasir, mereka membentuk semacam lubang yang tetap serta
mempunyai hubungan ke massa air di atasnya. Lubang tersebut (Gambar 8)
berfungsi ganda, yaitu untuk kepentingan pernafasan dan sebagai perangkap
partikel makanan. Informasi lebih terinci mengenai cara makan dari kelompok
"heart urchin". Bulu babi jenis Echinocardium cordatum cukup selektif dalam
memilih partikel makanan. Berdasarkan analisis isi lambungnya ternyata bahwa
kandungan material organik yang terdapat dalam pasir di lambung adalah empat
kali lebih tinggi dari kandungan material organik yang terkandung dalam pasir
dari medium sekitarnya.

15

Gambar 6. Moira atropos, menunggu makanan dalam lubangnya

2.2.4 Sistem Enzim pada Bulu Babi


Sistem enzim pada bulu babi belum sepenuhnya diketahui.
Berbagai jenis bulu babi telah diketahui adanya enzim proteinase dan amylase.
Tetapi tak didapatkan adanya enzim agarase dan cellulase yang sangat penting
untuk menguraikan ikatan agar dan cellulose yang dikandung oleh berbagai
jenis algae. Penguraian ikatan agar dan cellulose pada bulu babi membutuhkan
bantuan peran aktif dari bakteri tertentu. Bulu babi jenis Strongylocentrotus
droebachiensis misalnya, yang membutuhkan peran aktif dari bakteri tertentu
dalam penguraian ikatan cellulose sehingga terpecah menjadi asam amino yang
bisa dimanfaatkan oleh bulu babi tersebut. Pada lapisan epithel dari faring
dan esofagus terdapat

sel

tunggal

ataupun semacam

kelenjar yang

mengeluarkan cairan bersifat asam ke dalam lumen dari usus depan


tersebut, sehingga suasananya menjadi asam dengan pH sekitar 6. Kelenjar
tersebut diduga membantu proses pencernaan pada fase awal. Ekstraksi cairan
usus menghasilkan substansi kimia yang mampu menguraikan ikatan lemak,
dan hal ini jelas menunjukkan adanya enzim lipase. Jenis enzim lainnya yang

16

dimiliki oleh bulu babi adalah carbohydrase yang mampu menguraikan ikatan
alpha glucosida, enzim ini ditemukan pada jenis bulu babi Diadema
antillarum. Mengingat macam makanan dari bulu babi ini tidak saja terbatas
kepada berbagai jenis algae dan lamun, tetapi juga meliputi hewan berkulit
keras seperti teritip, moluska dan cacing tabung yang bercangkang keras dan
tajam, dua orang pakar yaitu adanya kelenjar tertentu pada lapisan ephithelium
yang menghasilkan semacam

mukus

yang

diduga

berfungsi dalam

melindungi dinding usus dari kerusakan akibat gesekan benda tajam seperti
cangkang moluska, teritip, ataupun cacing tabling tersebut. Sampai saat ini
belum ada informasi tentang kehadiraa enzim pengurai cellulose dan agar
pada berbagai jenis bulu babi, dan peran kedua enzim tersebut diduga
dilaksanakan oleh jenis bakteri tertentu.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Echinodermata khususnya teripang, dan bulu babi memiliki sistem
pencernaan yang berbeda-beda. Sistem tersebut meliputi organ-organ, cara makan,
jenis makanannya serta enzim yang berperan di dalamnya. Sistem pencernaan
pada jenis-jenis teripang dan bulu babi juga berbeda-beda tergantung. Ada yang
tergantung pada cara makannya dan ada juga yang tergantung jenis makanannya.
Tentunya kedua hal tersebut akan mempengaruhi enzim yang digunakan dalam
sistem pencernaannya serta menyebabkan bentuk penyesuaian diri yang khusus
pada masing-masing biotanya.
3.2 Saran
Sebagai hewan yang memiliki nilai ekonomi penting, sudah semestinya
kita menjaga kelestarian teripang dan bulu babi agar tetap dapat dimanfaatkan
sebagai penunjang ekonomi. Keberlangsungan hidup kedua hewan ini tak lepas
dari makanan yang dimakannya. Mengingat makanan dan proses metabolisme
lanjutannya merupakan pemindahan energi yang kelak akan menunjang proses
pertumbuhan, reproduksi, dan upaya untuk kesinambungan kehidupan biota
tersebut, maka kita wajib menjaga ketersediaan makanannya meskipun secara
tidak langsung. Caranya adalah dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem
tempat tinggal mereka.

17

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Aznam. 1996. Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Jurnal
Oseana, Volume XXI, Nomor 4, 1996 : 43-59.

Aziz, Aznam. 1996. Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Bulu Babi. Jurnal
Oseana, Volume XII, Nomor 4, 1987 : 91 100.

18

You might also like