Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok 9
230110120039
Thaha Yasin
230110120063
Respandu Zulfachri
230110120069
Fauzi Rachmansyah
230110130165
Ardiansyah
230110130175
Fadhillah Ardi
230110130203
230110130209
230110203221
230110130225
Kelas C
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT sehingga makalah
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tugas makalah ini membahas
mengenai Sistem Pencernaan pada Makroinvertebrata Air. Penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Air dan juga sebagai ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu perikanan dan ilmu
kelautan bagi mahasiswa maupun bagi masyarakat luas.
Kami ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar mata kuliah Fisiologi
Hewan Air yang telah membimbing kami, serta kepada seluruh pendukung yang
membantu tersusunnya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sebagai perbaikan pada penyusunan selanjutnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
sistem pencernaan dan enzim yang berperan di dalamnya pada filum
Echinodermata seperti teripang, dan bulu babi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teripang
Teripang adalah hewan yang jenis kulit durinya halus, sehingga sekilas
tidak tampak sebagai jenis Echinodermata. Tubuhnya seperti mentimun sehingga
disebut mentimun laut atau disebut juga teripang. Teripang atau holothurians
(Holorhurioidea, Echinodermata) merupakan salah satu kelompok biota laut
yang spesifik dan mudah dikenal. Bentuk tubuh teripang secara umum adalah
silindris memanjang dari ujung mulut ke arah anus (orally-aborally). Mulut
terletak di ujung anterior dan anus diujung posterior. Seperti halnya
Echinodermata lain, bentuk tubuh teripang adalah radial simetri. Karakteristik
lainnya adalah bentuk skeleton dan adanya sistem saluran air (water-vascular
system).
2.1.1 Organ Pencernaan Teripang
Secara umum sistem perncernaan pada semua kelompok teripang
dibangun oleh unit yang sama, yaitu terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus, rektum, kloaka, dan anus. Mulut berbentuk bulat atau sedikit oval, terletak
di tengah selaput bukal dan dikelilingi oleh sederetan tentakel bukal. Mulut
dilingkari oleh semacam otot polos yang diduga berfungsi sebagai bibir. Faring
dan esofagus relatif pendek, dan esofagus kadang-kadang tereduski. Faring
melekat dengan erat ke dinding tubuh dengan bantuan suspensor yang terdiri dari
otot dan jaringan ikat. Lambung ditandai oleh kehadiran otot polos yang
membesar, tetapi pada beberapa anggota Holothuroidea pembesaran otot polos ini
tidak begitu jelas. Selain dari pembesaran otot polos, pada bagian awal dan akhir
lambung ditandai oleh semacam penyempitan (contriction). Usus merupakan
bagian saluran pencernaan yang paling panjang, yang panjangnyan kurang lebih 2
sampai 3 kali panjang total tubuh. Usus tersusun berbelok dalam tubuh, mulamula usus berjalan memanjang sepanjang sisi middorsal ke arah belakang,
kemudian membelok kembali ke arah depan melalui sisi tubuh sebelah kiri.
Setelah sedikit melewati faring, usus ini berbelok kembali ke arah belakang
sepanjang sisi midventral. Bagian usus paling belakang sarat dengan makanan
yang ditelan, bagian ini kadang-kadang disebut sebagai usus besar, dan bagian
sebelumnya disebut sebagai usus halus. Usus akan berlanjut ke bagian rektum dan
kloaka. Rektum dan kloaka mempunyai struktur dinding yang tebal. Kloaka
melekat ke bagian posterior tubuh dengan bantuan suspensor (kloakal-suspensor).
Ukuran dan bentuk dari komponen saluran makanan ini bervariasi dari jenis ke
jenis lainnya. Posisi anus pada teripang juga bervariasi, biasanya terletak di ujung
posterior dari tubuh. Pada bangsa Elasipoda anus terletak pada posisi posterioventral dari ujung tubuh. Sedangkan pada bangsa Dactylochirotida, sebagian
anggota Aspidochirotida dan Dendrochirotida, mempunyai anus yang terletak di
ujung poterio-dorsal. Sebagaimana lazimnya pada biota lainnya, gerak partikel
makanan dalam saluran pencernaan dimungkinkan oleh daya peristaltik. Daya
peristaltik timbul akibat gerakan dinding saluran pencernaan yang fungsinya
dikoordinasikan oleh kerja otot polos yang dibantu oleh otot bergaris
dengan samanya sumber makanan, yaitu de-tritus dan biota kecil, perbedaan
hanyalah pada cara memperolehnya (substrat pasir dan medium air laut).
Teripang juga terdapat adanya enzim amylase, cellulase, pectmase,
maltase, protease, dan peptidase dengan kemampuan reaksi enzimatik sedang
sampai kuat. Juga dilaporkan adanya enzim-enzim lainnya dengan reaksi
enzimatik yang relatif lemah atau tidak nyata. Tingkat asam-basa atau pH level
dalam cairan lambung selama proses reaksi enzimatik bervariasi antara 5,0 sampai
dengan 7,9 tetapi biasanya suasana pH adalah sedikit asam pada kebanyakan
teripang.
2.1.5 Efesiensi Asimilasi dan Perioda Asimilasi
Asimilasi adalah proses penguraian dan penyerapan material makanan, yang
kemudian akan dirubah menjadi molekul kompleks yang berlangsung dalam
tubuh suatu organisme. Sedangkan efisiensi asimilasi adalah persentase material
makanan yang dapat dimanfaatkan oleh suatu organisme dalam proses asimilasi
tersebut.
Efisiensi asimilasi teripang yang hidup di daerah tropis adalah sekitar 50 %.
Efisiensi asimilasi ini bervariasi untuk berbagai jenis teripang, dimana letak
geografis dan macam habitat juga ikut mempengaruhi. Selain jenis dan tempat,
menurut, kondisi periodisitas dari organ reproduksi juga ikut berpengaruh. Pada
waktu musim memijah efisiensi asimilasi akan menurun dari waktu-waktu
lainnya. Lebih lanjut, melaporkan bahwa efisiensi asimilasi pada kelompok
teripang adalah lebih rendah bila dibandingkan dengan cacing laut ataupun
sipunkulida.
Perioda asimilasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sedimen untuk
melewati saluran pencernaan mulai saat ditelan sampai dikeluarkan lewat anus.
Waktu asimilasi ini juga sangat bervariasi menurut jenis teripang. Faktor yang
menentukan waktu asimilasi adalah ukuran panjang tubuh teripang dan panjang
saluran pencernaan dari teripang tersebut.
Salah satu metode penelitian yang sederhana untuk menentukan waktu
asimilasi adalah dengan jalan menggunakan zat pewarna. Dalam hal ini
digunakan zat pewarna yang tidak beracun dan tidak mempunyai dampak yang
duri pada bulu babi, yaitu duri halus dan duri keras. Pada duri keras sering
terdapat racun. Semakin cerah warna bulu babi, maka menunjukkan bahwa racun
yang dibawanya semakin kuat.
2.2.1 Organ Pencernaan pada Bulu Babi
Secara umum sistem pencernaan pada semua kelompok bulu babi
dibangun oleh unit yang sama, yaitu terdiri dari mulut, faring, esofagus, lambung,
usus, rektum dan anus. Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang
terpanjang. Saluran pencernaan pada kelompok regularia relatif lebih panjang bila
dibandingkan, dengan saluran pencernaan kelompok irregularia. Sehubungan
dengan macam makanannya yang terutama terdiri dari berbagai jenis tanaman
laut, pada kelompok regularia terdapat semacam rahang yang dilengkapi dengan
semacam gigi pemotong. Alat tersebut dikenal sebagai lentera aristoteles (Gambar
4). Alat pemotong ini sangat rumit, dibangun oleh 40 keping kerangka kapur yang
terdiri dari 5 pasang gigi, 10 keping demipyramid, 10 keping ephyphysis, 5 keping rotulae, dan 5 keping compass. Alat yang cukup rumit ini digerakkan dengan
bantuan sekitar 60 otot motoris dengan fungsi yang berbeda-beda (Tabel 2).
Dengan alat yang begitu rumit dan kompleks ini, bulu babi dapat
membabat dan memotong tanaman laut, dan melumatnya menjadi potongan lebih
kecil dan siap untuk ditelan. Keampuhan alat lentera aristoteles ini ternyata juga
mampu memotong cangkang teritip, moluska, ataupun jenis bulu babi lainnya.
Lentera aristoletes ini hanya terdapat pada kelompok regularia dan pada kelompok
irregularia hanya terbatas pada ordo Clypeasteroidea saja, tetapi dalam bentuk
yang lebih sederhana dan tereduksi fungsinya.
Mulut biasanya terdapat pada bagian tengah dari sisi oral, dari mulut
berjalan saluran pencernaan ke arah anus yang biasa nya terletak pada sistem
apical di sisi aboral. Saluran pencernaan berputar satu lingkaran penuh searah
dengan arah jarum jam dan kemudian kembali berputar satu lingkaran penuh
berlawanan arah dengan jarum jam (Gambar 3). Pada kelompok "heart urchin"
mulut berada pada bagian anterior dari sisi oral, dan anus berada pada ujung
posterior dari tubuh, kedudukan saluran pencernaan pada prinsipnya sama dengan
pada kelompok regularia (Gambar 4). Pada kelompok "sand dollar" usus relatif
10
lebih pendek dan melebar, mulut terletak pada bagian tengah dari sisi oral, dan
anus pada posisi asentris pada sisi aboral.
Tabel 1. Jenis dan fungsi otot motoris pada sistem lentera aristoteles pada
kelompok bulu babi regularia.
Jenis
Fungsi
10 otot protractor
10 otot retractor
10 otot compass
pyramid,
dan
memutar
dari
mengatur
gerakan
keseluruhan
struktur
aristoteles.
5 otot interpyramidal
20 otot rotulae
dan
tugasnya
tidak
begitu
diketahui.
Ket:
es = esophagus,
occ = otot circumferensial compass,
or = otot retractor,
op = otot protractor,
c
= compass,
ore = otot radial compass,
oi = otot interpyramidal
Gambar 2. Sketsa sistem lentera aristoteles pada bulu babi (Durham, 1966)
11
12
Kelompok regularia
Pada bulu babi yang hidup di tempat dangkal, makanan utamanya terdiri
dari berbagai jenis algae dan lamun. Bulu babi jenis Antocidaris crassispina yang
hidup di perairan sekitar Hong Kong mengkonsumsi sekitar 15 jenis algae. Dari
15 jenis algae yang dikonsumsi, ternyata 5 jenis di antaranya merupakan pilihan
utama dan dapat mencapai sekitar 40% isi lambung. Selanjutnya dilaporkan juga
berdasarkan analisis isi lambung ternyata bahwa jenis bulu babi ini juga makan
berbagai jenis hewan, seperti Balanus sp., cacing tabung (Pomatoleios kraussii),
Hydroides elegans dan Spirobos spp., kelompok hewan ini bahkan dapat
mencapai 60% isi lambung pada musim panas. Bulu babi jenis Evechinus
chloroticus yang hidup di perairan sekitar New Zealand mengkonsumsi sekitar 7
jenis algae coklat, 4 jenis algae merah, 1 jenis algae hijau, dan 5 jenis algae
lainnya yang tidak teridentifikasikan. Selanjutnya juga dilaporkan berdasarkan
analisis isi lambung ternyata bulu babi tersebut juga makan jenis-jenis krustacea
tertentu. Dari kenyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis bulu babi
regularia yang hidup di perairan dangkal terutama makan berbagai jenis algae dan
lamun. Dari pengamatan di laboratorium ternyata bahwa bulu babi kelompok
regularia ini mempunyai kecenderungan untuk menjadi omnivor dan menerima
makanan apa saja yang diberikan, seperti : udang, ikan, moluska, kacang, kentang,
wortel, jagung dan makanan lainnya. Di alam pun hewan ini kelihatannya
cenderung untuk menjadi omnivor, dan makan jenis makanan apa saja yang ada di
sekitarnya. Adanya kecenderungan sifat omnivor ini pada jenis bulu babi
Lytechinus variegatus dan Echinometra lucunter yang lazimnya dikenal sebagai
herbivor. Dari sekitar lima jenis bulu babi (Tabel 3) yang hidup di perairan
Zanzibar, berdasarkan analisis lambung, ternyata bahwa bulu babi ini makannya
merupakan campuran berbagai jenis algae, moluska, krustasea, foraminifera,
polyzoa dan diatomae. Untuk jenis bulu babi yang hidup ditempat dalam, di mana
algae bentik sudah tidak dapat tumbuh lagi, hewan ini bersifat omnivor, mereka
hidup dari berbagai jenis cacing, krustasea, diatomae dan berbagai sisa algae yang
terbawa arus, ataupun hidup dengan menelan lumpur yang kaya akan zat organik
(deposit feeder). Bulu babi jenis Allocentrotus fragilis yang hidup pada
13
Kelompok regularia
Jenis-jenis bulu babi yang hidup menyendiri ataupun mengelompok
(agregasi), hidup bebas mencari makan secara aktif, berpindah dari satu rumpun
algae ke rumpun algae lainnya. Aktifitas makan ini terutama dilakukan di malam
hari. Bulu babi jenis Echinus esculentus yang hidup di pantai berbatu di perairan
Inggeris, menyapu bersih biota apa saja yang terdapat di sekitarnya, sehingga
terlihat bekas seperti terkikis pada batu di sekitarnya (browser habits). Jenis-jenis
bulu babi meliang seperti Echinometra spp. dan Echinostrephus spp. yang hidup
dalam lubang di batu ataupun di karang mati, memperlihatkan cara makan yang
unik yang belum sepenuhnya terungkapkan. Ada sebagian pakar yang
berpendapat bahwa bulu babi ini, terutama marga Echinometra, tidak pernah
meniggalkan lubangnya baik siang ataupun malam dan hidupnya tergantung
sepenuhnya dari potongan-potongan algae atau lamun yang hanyut terbawa arus
ke dalam lubangnya. Pendapat lain yang bertentangan dari pendapat pertama,
menyatakan bahwa bulu babi meliang tersebut keluar dari lubangnya pada malam
hari dan mencari algae yang terdapat di sekitar lubangnya.
2.
Kelompok irregularia
Baik "sand dollar" ataupun "heart urchin" merupakan bulu babi yang
bersifat pasif dalam mencari makanan. Hewan ini hidup membenamkan diri
dalam lumpur ataupun pasir halus dan memperoleh makanan dengan cara menelan
14
pasir yang ada pada medium di sekitarnya. Duri-duri halus pada sisi aboral
mempunyai alur-alur lateral yang berfungsi menyalurkan partikel makanan yang
"tertangkap" oleh duri tersebut ke arah pangkalnya, kemudian dengan koordinasi
kerja cilia dan mukus, partikel tersebut akan terseret ke sisi ambitus dan
diteruskan ke sisi oral sepanjang alur makanan, dan selanjutnya akan terseret ke
arah mulut. Pada alur makanan (Gambar 5) yang berupa parit kosentris yang
mengarah ke mulut terdapat cilia halus yang bergerak serentak dan dibantu oleh
mukus akan mengarahkan partikel makanan ke arah mulut. Khusus pada
kelompok "heart urchin" yang hidup membenamkan diri sedalam 10 cm sampai
15 cm dan permukaan pasir, mereka membentuk semacam lubang yang tetap serta
mempunyai hubungan ke massa air di atasnya. Lubang tersebut (Gambar 8)
berfungsi ganda, yaitu untuk kepentingan pernafasan dan sebagai perangkap
partikel makanan. Informasi lebih terinci mengenai cara makan dari kelompok
"heart urchin". Bulu babi jenis Echinocardium cordatum cukup selektif dalam
memilih partikel makanan. Berdasarkan analisis isi lambungnya ternyata bahwa
kandungan material organik yang terdapat dalam pasir di lambung adalah empat
kali lebih tinggi dari kandungan material organik yang terkandung dalam pasir
dari medium sekitarnya.
15
sel
tunggal
ataupun semacam
kelenjar yang
16
dimiliki oleh bulu babi adalah carbohydrase yang mampu menguraikan ikatan
alpha glucosida, enzim ini ditemukan pada jenis bulu babi Diadema
antillarum. Mengingat macam makanan dari bulu babi ini tidak saja terbatas
kepada berbagai jenis algae dan lamun, tetapi juga meliputi hewan berkulit
keras seperti teritip, moluska dan cacing tabung yang bercangkang keras dan
tajam, dua orang pakar yaitu adanya kelenjar tertentu pada lapisan ephithelium
yang menghasilkan semacam
mukus
yang
diduga
berfungsi dalam
melindungi dinding usus dari kerusakan akibat gesekan benda tajam seperti
cangkang moluska, teritip, ataupun cacing tabling tersebut. Sampai saat ini
belum ada informasi tentang kehadiraa enzim pengurai cellulose dan agar
pada berbagai jenis bulu babi, dan peran kedua enzim tersebut diduga
dilaksanakan oleh jenis bakteri tertentu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Echinodermata khususnya teripang, dan bulu babi memiliki sistem
pencernaan yang berbeda-beda. Sistem tersebut meliputi organ-organ, cara makan,
jenis makanannya serta enzim yang berperan di dalamnya. Sistem pencernaan
pada jenis-jenis teripang dan bulu babi juga berbeda-beda tergantung. Ada yang
tergantung pada cara makannya dan ada juga yang tergantung jenis makanannya.
Tentunya kedua hal tersebut akan mempengaruhi enzim yang digunakan dalam
sistem pencernaannya serta menyebabkan bentuk penyesuaian diri yang khusus
pada masing-masing biotanya.
3.2 Saran
Sebagai hewan yang memiliki nilai ekonomi penting, sudah semestinya
kita menjaga kelestarian teripang dan bulu babi agar tetap dapat dimanfaatkan
sebagai penunjang ekonomi. Keberlangsungan hidup kedua hewan ini tak lepas
dari makanan yang dimakannya. Mengingat makanan dan proses metabolisme
lanjutannya merupakan pemindahan energi yang kelak akan menunjang proses
pertumbuhan, reproduksi, dan upaya untuk kesinambungan kehidupan biota
tersebut, maka kita wajib menjaga ketersediaan makanannya meskipun secara
tidak langsung. Caranya adalah dengan tetap menjaga keseimbangan ekosistem
tempat tinggal mereka.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Aznam. 1996. Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Teripang. Jurnal
Oseana, Volume XXI, Nomor 4, 1996 : 43-59.
Aziz, Aznam. 1996. Makanan dan Cara Makan Berbagai Jenis Bulu Babi. Jurnal
Oseana, Volume XII, Nomor 4, 1987 : 91 100.
18